55
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Analisis Aspek Teknis 6.1.1 Analisis Perkembangan Jumlah Penduduk Proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Jembrana dilakukan sampai 10 tahun kedepan atau sampai tahun 2022. Untuk mengetahui metoda proyeksi yang digunakan, dilakukan dengan mengitung nilai koefisien korelasi. Metoda proyeksi yang terpilih adalah metoda yang nilai koefisien korelasi mendekati satu atau satu. Untuk melihat perbandingan dari ketiga metoda proyeksi penduduk tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari hasil uji korelasi pertumbuhan penduduk, didapatkan hasil sebagai berikut : Metoda Aritmatika diperoleh, r = - 0,3227 Metoda Geometrik diperoleh, r = 0,8951 Metoda Least Square diperoleh, r = 0,8911 Metoda proyeksi yang dipilih dari 3 metoda yang digunakan adalah metoda Geometrik karena nilai koefisien korelasinya mendekati satu dibandingkan dengan 2 metoda lainnya. Secara lebih rinci hasil proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Jembrana tahun 2013 sampai dengan tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel 6.1.
55
56
Tabel 6.1. Hasil Proyeksi Jumlah Penduduk 10 Tahun Kedepan (2013-2022) No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) 1 2013 285.422 2 2014 291.670 3 2015 298.056 4 2016 304.581 5 2017 311.249 6 2018 318.063 7 2019 325.026 8 2020 332.142 9 2021 339.413 10 2022 346.844
6.1.2 Analisis Timbulan Sampah 1.
Timbulan Sampah yang diangkut ke TPA Jumlah timbulan sampah di Kabupaten Jembrana ditentukan oleh
jumlah penduduk dan persentase tingkat pelayanan. Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana pada tahun 2013 berdasarkan proyeksi adalah 285.422 jiwa, sedangkan asumsi timbulan sampah per orang dalam 1 hari adalah 2,75 L/org/hari. 2.
Densitas Sampah di Truk Hasil pengukuran densitas sampah di truk rata-rata berdasarkan hasil
penelitian adalah sebesar 291,49 kg/m3. 3.
Tingkat Pelayanan Besarnya tingkat pelayanan sektor persampahan di Kabupaten
Jembrana tahun 2013 dapat dihitung sebagai berikut : •
Timbulan sampah kota sedang (Badan Standarisasi Nasional. 1995) = 2,75 L/orang.hari (asumsi densitas sampah lepas = 200 kg/m3).
57
•
Jumlah timbulan sampah Kabupaten Jembrana = 285.422 jiwa x 2,75
x
= 784,91 m3/hari •
Jumlah timbulan sampah terangkut (Eksisting) 150,56 m3/ hari (densitas sampah di truk = 291,49 kg/ m3 (Tabel 5.4)
•
Persentase pelayanan
=
x 100%
= 27,95% Kondisi tingkat pelayanan persampahan Kabupaten Jembrana sebesar 27,95 % tersebut di atas masih jauh dari standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan yaitu 60 % dengan pelayanan pengumpulan/pengangkutan minimal seminggu 2 kali (Menteri Pekerjaan Umum. 2006). Masyarakat Kabupaten Jembrana yang tidak mendapatkan akses pelayanan serta tidak cukup memiliki lahan untuk proses pengolahan setempat cenderung membuang sampahnya di sembarang tempat dan melakukan pembakaran sampah secara terbuka. 4.
Proyeksi Timbulan Sampah Perhitungan proyeksi produksi sampah Kabupaten Jembrana untuk 10
(sepuluh) tahun kedepan (2013-2022) dihitung berdasarkan data sebagai berikut : -
Timbulan sampah 2,75 L/orang/hari (Badan Standarisasi Nasional. 1995)
58
-
Berat jenis sampah di truk : 291,49 kg/m3
-
Tingkat pelayanan : 27,95%. Tingkat pelayanan yang direncanakan untuk 10 tahun ke depan meningkat, berdasarkan National Action Plan peningkatan pelayanan untuk sektor persampahan adalah sebesar 70 % pada tahun 2015. Untuk meningkatkan tingkat pelayanan, Pemerintah Kabupaten Jembrana harus secara intensive mengelola sampah salah satunya dengan cara penambahan armada serta frekuensi (ritasi)
pengangkutan
dan
tenaga
kerja
pengangkut
sampah.
Manajemen dalam pengelolaan persampahan juga sangat penting dalam peningkatan pelayaan persampahan di Kabupaten Jembrana. -
Volume sampah total = jmlh penduduk x timbulan sampah x 365 hari
-
Volume sampah yang terangkut = vol. sampah total x % pelayanan
-
Berat sampah = volume sampah yang terangkut x BJ sampah Mengacu pada target National Action Plan bahwa tingkat pelayanan
sampah pada tahun 2015 tercapai pelayanan sampah sebesar 70 %, peningkatan target pelayanan akan dilakukan secara bertahap pertahun dan di akhir perencanaan ditargetkan tingkat pelayanan mencapai 90%. Untuk perhitungan proyeksi sampah yang masuk ke TPA, disajikan pada Tabel 6.2. Peningkatan pelayanan berdasarkan MDG’s 70% pada tahun 2015 cukup melonjak tajam. Jika disimulasikan peningkatan pelayanan secara bertahap dan diakhir perencanaan sebesar 70% maka perhitungan proyeksi sampah yang masuk ke TPA, dapat dilihat pada Tabel 6.3.
59
Tahun
Tabel 6.2. Proyeksi Volume Sampah yang diangkut ke TPA. Jumlah Volume Target Sampah yang teramgkut ke Penduduk Sampah Pelayanan TPA (m3/thn) (%) Volume Berat (m3/thn)
(ton/thn)
2013 2014 2015 2016 2017
285.422 291.670 298.056 304.581 311.249
286.491,97 292.764,03 299.173,40 305.723,09 312.416,17
27,95 48,98 70,00 72,86 75,71
80.074,51 143.381,18 209.421,38 222.741,11 236.543,67
23.340,92 41.794,18 61.044,24 64.926,81 68.950,11
2018 2019 2020 2021 2022
318.063 325.026 332.142 339.413 346.844
319.255,78 326.245,12 333.387,48 340.686,21 348.144,72
78,57 81,43 84,29 87,14 90,00
250.843,82 265.656,74 280.998,02 296.883,69 313.330,25
73.118,47 77.436,28 81.908,11 86.538,63 91.332,63
Tabel 6.3. Proyeksi Volume Sampah yang diangkut ke TPA dengan target pelayanan 70% diakhir tahun perencanaan. Tahun
Jumlah Penduduk
Volume Sampah (m3/thn)
Target Pelayanan (%)
Sampah yang teramgkut ke TPA Volume (m3/thn)
Berat (ton/thn)
2013 2014 2015 2016 2017
285.422 291.670 298.056 304.581 311.249
286.491,97 292.764,03 299.173,40 305.723,09 312.416,17
27,95 32,62 37,29 41,97 46,64
80.074,51 95.506,13 111.575,06 128.301,79 145.707,43
23.340,92 27.839,08 32.523,01 37.398,69 42.472,26
2018 2019 2020 2021 2022
318.063 325.026 332.142 339.413 346.844
319.255,78 326.245,12 333.387,48 340.686,21 348.144,72
51,31 55,98 60,66 65,33 70,00
163.813,69 182.642,89 202.218,03 222.562,73 243.701,30
47.750,05 53.238,58 58.944,53 64.874,81 71.036,49
60
5.
Komposisi Sampah Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan diperoleh rata-rata
komposisi sampah basah (sisa makanan dan daun daunan) dengan prosentase terbesar sebesar 69,94%, sampah plastik 14,97%, sampah kertas 7,92%, sampah kayu, kaca, logam/aluminium, karet dan kain sebesar 5,40 % sisanya berupa sampah lain-lain (tercampur) sebanyak 1,77 %. Data komposisi sampah dapat digunakan untuk menentukan karakteristik sampah, kalor bakar dan potensi pemanfaatan kembali atau daur ulang. Selain itu data komposisi sampah diperlukan guna menetapkan kebutuhan fasilitas peralatan, sistem, program dan rencana pengelolaan sampah. Besarnya komposisi sampah basah mengindikasikan besarnya peluang pengolahan sampah dengan cara komposting. Komposisi sampah plastik yang cukup besar dapat menjadi peluang pendapatan yaitu dengan cara penjualan barang lapak/bekas.
6.1.3 Analisis Mass Balance dan Potensi Daur Ulang Sampah (Recovery factor) Analisis Mass Balance (Kesetimbangan Massa) digunakan untuk mengetahui besarnya potensi reduksi sampah Kabupaten Jembrana. Analisis ini mengacu pada hasil penelitian komposisi sampah yang dilaksanakan di TPA. Dari hasil komposisi ini dihitung potensi reduksi sampah yang ada pada TPA Peh Kabupaten Jembrana.
61
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada saat menghitung komposisi sampah (Tabel 5.5), Komposisi sampah Kabupaten Jembrana terdiri dari 69,94 % sampah basah dan 30,06 % merupakan sampah kering. Hasil analisis nilai recovery factor yang ditambah dengan bantuan pemulung dan petugas kebersihan, diperoleh nilai rata-rata recovery factor untuk sampah basah sebesar 91,09 %, sementara untuk jenis sampah plastik 78,10 %, kertas 42,59 %, gelas/kaca 21,39 %, dan logam/aluminium 100 %, (Tabel. 6.3.), sedangkan perhitungan potensi daur ulang sampah disajikan pada Lampiran 2. Tabel 6.4 Hasil Pengukuran Recovery factor Sampah Yang Masuk Ke TPA Komposisi Sampah Recovery Factor (%) Sampah basah 91,09 Plastik 78,10 Kertas 42,59 Kayu 0,00 Kaca/Gelas 21,39 Karet/Kulit 11,89 Logam/Aluminium 100,00 Kain 0,00 Lain-lain 0,00
Berdasarkan hasil perhitungan potensi reduksi sampah (recovery factor) sebagaimana tercantum pada Tabel 6.4, dari 44,72 ton sampah basah yang masuk di TPA yang dapat dijadikan kompos adalah sebesar 40,74 ton (91,09 %). Berdasarkan beberapa penelitian (Noviantun, 2007 dan Permana, 2010) recovery factor tertinggi adalah pada sampah basah yaitu 85% - 95%, hal ini dikarenakan sampah basah dapat diolah menjadi kompos dengan proses dekomposisi bakteri. Sampah basah berupa sisa – sisa makanan, sisa
62
buah – buahan, sayur – sayuran dan daun daunan. Dengan demikian pemanfaatan jenis sampah ini memerlukan perhatian yang besar juga mengingat jenis sampah ini mempunyai volume yang paling besar dibandingkan dengan jenis sampah yang lain. Potensi terbesar kedua dari volume sampah terbesar adalah jenis sampah plastik dari 9,57 ton sampah plastik yang masuk di TPA yang dapat didaur ulang (laku untuk dijual) adalah sebesar 7,48 ton (78,10 %). Sedangkan jenis sampah kertas, dari 5,07 ton yang masuk dapat didaurulang sebesar 2,16 ton (42,59 %). Komposisi sampah logam yang masuk di TPA sangat kecil yaitu sebesar 0,73 ton namun jenis sampah logam mempunyai nilai recovery factor 100%. Kecilnya volume sampah logam di TPA disebabkan sampah logam tersebut sebelum masuk ke TPA sudah diambil oleh para pemulung yang ada di sumber sampah dan TPS. Sedangkan jenis sampah gelas/kaca dan karet/kulit mempunyai nilai recovery factor dibawah 25 %, namun dengan volume yang juga tidak terlalu besar. Perhitungan mass balance berdasarkan rata-rata potensi daur ulang sampah yang ada pada tahun 2013 di TPA Peh terdapat pada Tabel 6.4. Adapun hasil analisis mass balance dapat dilihat pada Gambar 6.1.
63
Tabel 6.5 Hasil Perhitungan Mass Balance Berdasarkan Rata-Rata Potensi Daur Ulang Untuk Produksi Sampah Tahun 2013. Reduksi sampah Prosentase Recovery sampah Berat komposisi factor yang di (ton/hari) sampah (%) (%) Recovery (ton/hari) 69,94 44,72 91,09 14,97 9,57 78,10 7,48 7,92 5,07 42,59 2,16 1,54 0,99 0,00 0,00 0,98 0,63 21,39 0,13 0,86 0,55 11,89 0,07 1,14 0,73 100,00 0,73 0,88 0,56 0,00 0,00 1,77 1,13 0,00 0,00 100,00 63,95 10,56
Komposisi sampah
Sampah Basah Plastik Kertas Kayu Kaca/ Gelas Karet/Kulit Logam/Aluminium Kain Lain-lain JUMLAH
sampah yang dikomposkan (ton/hari)
%
Residu
%
40,74
63,71
40,74
63,71
Sampah yang ke Landfill (ton/hari)
11,69 3,37 0,21 0,10 1,14 0,00 0,00 16,51
3,98 6,23 2,10 3,28 2,91 4,55 0,99 1,54 0,49 0,77 0,48 0,76 0,00 0,00 0,56 0,88 1,13 1,77 12,65 19,78
Sampah basah (dikomposkan) 40,74 ton/hari (63,71 %) Barang lapak plastik 7,48 ton/hari (11,69 %) 63,95 ton/hari (100%)
Recovery Factor 80,22 %
Barang lapak kertas 2,16 ton/hari (3,37 %) Barang lapak gelas/kaca 0,13 ton/hari (0,21%) Barang lapak karet/kulit 0,07 ton/hari (0,10%)
Residu 12,65 ton/hari (19,78 %)
Barang lapak logam/aluminium 0,73 ton/hari (1,14 %)
Gambar 6.1. Hasil Analisis Mass Balance Berdasarkan Perhitungan Setelah mengetahui potensi reduksi dari masing-masing jenis sampah dan prosentase volume sampah yang masuk maka prioritas pengolahan dapat ditentukan. Dari Tabel 6.4 terlihat bahwa pengolahan sampah basah menjadi perioritas utama, mulai dari lahan yang dibutuhkan untuk
%
64
pengolahan maupun peralatan-peralatan yang dibutuhkan, begitu pula dengan jenis sampah plastik. Analisis mass balance, dilakukan dengan berdasarkan alternatif yang dibuat untuk mengatasi jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA Peh Kabupaten Jembrana. Alternatif yang direncanakan adalah dengan menggunakan metoda Komposting dan daur ulang sampah kering. Dengan komposting dan daur ulang sampah kering didapatkan potensi reduksi mencapai 80,22 % dari total timbulan sampah yang masuk ke TPA sedangkan selebihnya 19,78 % merupakan residu yang masuk lahan penimbunan. Analisis mass balance untuk alternatif tersebut disajikan pada Gambar 6.2. Tabel 6.6. Berat Jenis Komponen Sampah No Komponen Sampah Berat Spesifik (lb/yd3) Berat Spesifik (kg/m3) 1 Sisa makanan 490 290,72 2 Kertas 150 89,00 3 Karton 85 50,43 4 Plastik 110 65,26 5 Kain 110 65,26 6 Karet 220 130,53 7 Kulit 270 160,19 8 Sampah taman 170 100,86 9 Kayu 400 237,32 10 Kaca 330 195,79 11 Kaleng 150 89,00 12 Aluminium 270 160,19 13 Logam lain 540 320,38 14 Sampah Kering, dll 220 130,53 Sumber : Tchobanoglous, Thiesen dan Vigil, 1993. Keterangan : lb/yd3 x 0,5933 = kg/m3.
65
Dengan potensi reduksi yang tergambarkan di Gambar 6.2, dapat diproyeksikan potensi reduksi pada pengaruh timbunan sampah setiap tahun di TPA Peh Kabupaten Jembrana. Proyeksi potensi reduksi dan potensi residu yang dibuang/harus ditimbun di TPA masuk dalam perhitungan dalam Tabel 6.6. Sedangkan proyeksi komposisi masing-masing jenis sampah yang masih bisa terdaur ulang dan harus dikelola setiap hari diperhitungkan setiap meter kubik sampah yang terpilah. Berat sampah yang didapatkan diperhitungkan berdasarkan berat jenis untuk masing-masing komponen sampah berdasarkan Tabel 6.7. Proyeksi setiap jenis sampah ini ditunjukkan dalam Tabel 6.8.
66
Proyeksi timbulan sampah di TPA Peh 63,95 ton (100%) 44,72 ton (69,94%)
19,23 ton (30,06%) Sampah basah
Sampah basah 40,74 ton (63,71%)
3,98 ton (6,23%) Komposting
8,66 ton (13,54%)
Sisa tak terolah
10,56 ton (16,51%) Sisa tak terolah
Daur ulang sampah kering
Sampah yang ditimbun di TPA Peh 12,65 ton (19,78%)
Gambar 6.2. Diagram Alir Hasil Analisis Mass Balance Metode Komposting Dan Daur Ulang.
67
Tahun
Volume Sampah (m3/thn)
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
286.491,97 292.764,03 299.173,40 305.723,09 312.416,17 319.255,78 326.245,12 333.387,48 340.686,21 348.144,72
Tabel 6.7. Hasil Proyeksi Potensi Reduksi Pada Timbulan Sampah di TPA Peh. Target Berat Potensi reduksi (ton) Pelayanan (ton) (%) Sampah Plastik Kertas Kaca/ Karet/ Logam/ basah Gelas kulit aluminium 27,95 23.340,92 14.870,78 2.728,35 786,30 47,95 23,50 266,75 48,98 41.794,18 26.627,58 4.885,37 1.407,95 85,85 42,08 477,65 70,00 61.044,24 38.892,03 7.135,54 2.056,44 125,39 61,45 697,65 72,86 64.926,81 41.365,66 7.589,37 2.187,24 133,37 65,36 742,02 75,71 68.950,11 43.928,95 8.059,66 2.322,77 141,63 69,41 788,00 78,57 73.118,47 46.584,66 8.546,91 2.463,19 150,20 73,61 835,64 81,43 77.436,28 49.335,60 9.051,62 2.608,65 159,06 77,96 884,99 84,29 81.908,11 52.184,65 9.574,34 2.759,30 168,25 82,46 936,09 87,14 86.538,63 55.134,81 10.115,61 2.915,29 177,76 87,12 989,01 90,00 91.332,63 58.189,13 10.675,98 3.076,79 187,61 91,95 1.043,80
Sisa/ residu (ton) 4.615,71 8.264,87 12.071,61 12.839,39 13.635,01 14.459,31 15.313,16 16.197,48 17.113,17 18.061,19
Keterangan : Potensi reduksi sampah basah 63,71%, sampah plastik 11,69%, sampah kertas 3,37%, sampah kaca/gelas 0,21%, sampah karet/kulit 0,10% dan sampah logam/alumunium 1,14%.
68
Tabel 6.8. Proyeksi Komposisi Masing-Masing Jenis Sampah Yang Masih Bisa Terdaur Ulang. Komposisi Sampah (%)
Berat Spesifik (kg/m3) Recovery Factor /RF (%) Tahun Timbulan Sampah (ton/hari) 2013 63,95 RF 2014 114,50 RF 2015 167,24 RF 2016 177,88 RF 2017 188,90 RF 2018 200,32 RF 2019 212,15 RF 2020 224,41 RF 2021 237,09 RF 2022 250,23 RF
Sampah Basah 69,94 290,72 91,09
153,83 140,13 275,45 250,91 402,32 366,48 427,91 389,79 454,43 413,94 481,90 438,97 510,36 464,89 539,83 491,73 570,35 519,53 601,95 548,32
PETE
HDPE
3,51
3,94
100
100
34,35
38,72
61,51
69,34
89,84
101,27
95,55
107,71
101,47
114,39
107,61
121,30
113,96
128,47
120,54
135,88
127,35
143,57
134,41
151,52
Plastik PVC PP 14,97 1,92 1,48 65,26 100 100
146,70 18,79 14,42 262,68 33,64 25,82 383,66 49,13 37,71 408,06 52,25 40,10 433,35 55,49 42,59 459,55 58,85 45,16 486,68 62,32 47,83 514,79 65,92 50,59 543,89 69,65 53,45 574,02 73,51 56,42
PS
CAMPUR
0,91
3,21
100
0,00
16,11
0,00
23,54
0,00
25,03
0,00
26,58
0,00
28,19
0,00
29,86
0,00
31,58
0,00
33,36
0,00
35,21
0,00
Logam/ Aluminiu 1,14
Lain-lain
0,88
1,77
237,32 0,00
195,79 21,39
130,53 11,89
160,19 100,00
65,26 0,00
130,53 0,00
4,16 0,00 7,44 0,00 10,87 0,00 11,56 0,00 12,28 0,00 13,02 0,00 13,79 0,00 14,59 0,00 15,41 0,00 16,27 0,00
3,20 0,68 5,72 1,22 8,36 1,79 8,89 1,90 9,44 2,02 10,01 2,14 10,60 2,27 11,22 2,40 11,85 2,53 12,51 2,67
4,20 0,50 7,52 0,89 10,98 1,31 11,68 1,39 12,40 1,48 13,15 1,56 13,93 1,66 14,74 1,75 15,57 1,85 16,43 1,95
4,56 4,56 8,17 8,17 11,93 11,93 12,69 12,69 13,48 13,48 14,29 14,29 15,14 15,14 16,01 16,01 16,91 16,91 17,85 17,85
8,61 0,00 15,41 0,00 22,51 0,00 23,95 0,00 25,43 0,00 26,97 0,00 28,56 0,00 30,21 0,00 31,92 0,00 33,69 0,00
8,68 0,00 15,54 0,00 22,70 0,00 24,14 0,00 25,64 0,00 27,19 0,00 28,79 0,00 30,46 0,00 32,18 0,00 33,96 0,00
Kayu
7,92 89 0,0 42,59 Sampah Diolah (m3/hari)
9,00
Karet/ Kulit 0,86
Kain
1,54
Kaca/ Gelas 0,98
Kertas
56,92 24,24 101,91 43,41 148,86 63,40 158,32 67,44 168,13 71,61 178,30 75,94 188,83 80,43 199,73 85,07 211,02 89,88 222,71 94,86
69
6.1.4
Analisis Rencana Teknis Operasional Pengelolaan Sampah di TPST Sampah yang masuk ke TPA Peh Kabupaten Jembrana terdiri dari dua bagian utama yaitu sampah basah dan sampah kering. Diharapkan dengan adanya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu pengelolaan sampah basah dan kering bisa dilaksanakan terpadu dengan pengomposan untuk sampah basah dan daur ulang sampah kering yang bisa dimanfaatkan kembali atau memberikan manfaat ekonomi dan memberikan dampak pengurangan jumlah sampah yang dibuang. Dalam perencanaan TPST di TPA Peh Kabupaten Jembrana, proses pengelolaan sampah di TPST diawali dari pengangkutan sampah dari sumber sampah / TPS ke TPA, setelah melewati jembatan timbang, sampah diletakkan di area penerima sampah, selanjutnya dilakukan pemilahan sampah tahap pertama di tempat pemilahan dengan belt conveyor antara sampah kering dan residunya yang berupa sampah plastik, kertas, kaleng/besi/alumunium, botol/kaca, kain dan karet/kulit. Sedangkan untuk sisa pemilahan yang berupa sampah basah langsung ditampung pada lahan penampungan sebagai bahan kompos. Kemudian dilakukan pengemasan untuk barang lapak dan pengomposan untuk sampah basah. Untuk sampah plastik yang terpilah akan dilakukan pemilahan tahap kedua, dimana akan dipisahkan berdasarkan jenis plastiknya (PETE, HDPE, PVC, LDPE, PP, dan PS). Residu yang dihasilkan selanjutnya dibuang ke landfill, seperti digambarkan dalam diagram alir pada Gambar 6.3.
70
•
Pengolahan sampah basah di TPST direncanakan dengan proses komposting. Metoda pengomposan yang direncanakan adalah dengan metoda open bin yaitu cara pengomposan yang dilakukan dengan menempatkan sampah dalam kotak permanen. Kotak dibuat sesuai dengan volume sampah yang akan dikomposkan. Dibuat parallel atau kotak-kotak pengomposan diletakan dalam satu kotak besar kemudian dibuat sekat menjadi kotak kecil pengomposan. Sistem pengudaraan, selain diperoleh dengan melakukan pembalikan, diperoleh pula dengan menempatkan lubang lubang pada bagian tepi kotak. Agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat, sampah basah setelah dicacah dicampur dengan bioaktivator (OrgaDec) kemudian ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu dan kelembaban. OrgaDec adalah hasil penelitian
Balai
Penelitian
Bioteknologi
Perkebunan
Indonesia
(BPBPI). Aktivator pengomposan ini menggunakan mikroba-mikroba terpilih yang memiliki kemampuan tinggi dalam mendegradasi limbahlimbah padat organik, yaitu: Trichoderma pseudokoningii, Cytopaga sp, dan FPP (fungi pelapuk putih). Mikroba ini bekerja aktif pada suhu tinggi (termofilik). Penggunaan aktivator ini tidak memerlukan penambahan bahan-bahan lain dan tidak memerlukan pengadukan secara berkala. Pengomposan dengan menggunakan OrgaDec dapat dipercepat hingga 3 minggu (21 hari) untuk bahan-bahan lunak/mudah dikomposkan. Produk kompos yang dihasilkan bisa digunakan sebagai
71
pupuk untuk mendukung taman-taman kota di Kabupaten Jembrana juga bisa untuk melayani masyarakat yang membutuhkan. •
Pengolahan sampah kering. Hasil pemilahan sampah kering (barang lapak) selanjutnya dilakukan proses pengemasan dan penyimpanan dan siap dijual ke bandar lapak atau pabrik yang menerima bahan hasil daur ulang sampah.
Gambar 6.3. Diagram Alir TPST di TPA Peh Kabupaten Jembrana.
72
6.1.5
Perhitungan Loading Rate Besarnya sampah yang dikelola diperhitungkan untuk besaran kapasitas sampah untuk rencana 10 (sepuluh) tahun kedepan dalam penelitian ini yaitu tahun 2022 dengan besaran seperti ditunjukkan pada Tabel 6.9.
Tahun 2022
Tabel 6.9. Jumlah Sampah Yang Dikelola Tahun 2022 Jenis Berat (ton/hari) Volume (m3/hari) Sampah Basah Sampah Kering Total
179,43 70,80 250,23
635,90 893,48 1.529,38
Perhitungan loading rate dilakukan untuk mengetahui beban sampah kering yang dapat dipilah setiap jamnya. Banyaknya sampah kering yang bisa dipilah tiap harinya = 70,80 ton. Waktu operasional efektif untuk Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di TPA Peh Kabupaten Jembrana direncanakan selama 8 jam dari total 9 jam yang dikurangi waktu tidak efektif (1 jam) yang dibutuhkan pekerja seperti waktu persiapan sebelum mengolah, istirahat, ibadah dansebagainya.
Loading Rate ton/jam (2022) =
=
= 8,85 ton/jam
73
6.1.6
Komponen Yang Diperlukan TPST di TPA Peh Kabupaten Jembrana Proses yang dilakukan di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu terdiri dari pemilahan sampah, pengolahan sampah basah (pengomposan), pengemasan dan penyimpanan sampah kering. Bangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di TPA Peh Kabupaten Jembrana terbagi menjadi 4 (empat) komponen utama, yaitu : •
Area penerimaan sampah Area ini terletak dekat dengan lahan/bangunan pemilahan untuk memudahkan proses penurunan dan pengangkutan sampah.
•
Tempat pemilahan sampah Tempat pemilahan ini adalah bangunan semi tertutup yang beratap. Dikatakan semi tertutup karena tidak semua sisinya tertutup dengan tembok. Bangunan pemilahan ini mendapatkan perhatian yang cukup besar mengingat pemilahan ini berguna untuk mendapatkan sebanyak mungkin sampah yang bisa dimanfaatkan kembali untuk proses lebih lanjut.
•
Tempat pengemasan dan penyimpanan sampah kering Bangunan pengemasan dan penyimpanan sampah kering adalah tempat pengemasan dan tempat sementara sampah kering yang telah dikemas atau didaur ulang yang nantinya akan dijual ke bandar lapak atau pabrik yang menerima bahan hasil daur ulang sampah.
74
•
Tempat pengolahan sampah basah (Pengomposan) Pengolahan sampah basah pada Tempat Pengolahan Sampah Terpadu ini adalah dengan proses komposting. Pada proses komposting ini, peran mikroorganisme sangat besar, dimana mikroorganisme yang ada dalam sampah mendapatkan makanan dari sampah itu sendiri. Kondisi lingkungan
berpengaruh
bagi
mikroorganisme
dalam
proses
komposting terutama kadar air dan pengaturan aerasi (Tchobanaglous Theisen dan Vigil, 1993). Sedangkan komponen-komponen penunjang terdiri dari : Area parkir kontainer Kantor administrasi Gudang peralatan Toilet
75
a.
Area penerima sampah Tempat ini mempunyai fungsi untuk menampung sementara sampah
yang baru datang yang berasal dari truk pengangkut sampah. Dijadwalkan ada 4 kali pengangkutan setiap harinya dengan jam kerja efektif 8 jam/hari. -
Volume total sampah = 1.529,38 m3/hari (lihat Tabel 6.8)
-
Pengangkutan = 4 x pengangkutan
-
Volume
penampungan
=
1.529,38
m3/hari/4
=
382,35
m3/pengangkutan. -
Tinggi timbunan = 1,5 m
-
Luas lahan yang dibutuhkan = 382,35 m3 / 1,5 m = 254,90 m2 Untuk memudahkan ruang gerak bagi pekerja diberikan tambahan
ruang sekitar area penerima sampah, maka : Panjang 20 m, Lebar 15 m, Luas 300 m2. b. Tempat Pemilahan Sampah Tempat pemilahan ini berfungsi sebagai tempat pemilahan sampah kering
dan
residunya
yang
berupa
sampah
plastik,
kertas,
kaleng/besi/alumunium, botol/kaca, kain dan karet/kulit. Sedangkan untuk sisa pemilahan yang berupa sampah basah langsung ditampung pada lahan penampungan sebagai bahan kompos. Sampah yang dipilah sebesar 250,23 ton/hari. Jumlah tenaga pemilah sebanyak 96 orang. Tenaga pemilah bekerja sebanyak 4 kali pemilahan per hari. Jadi sampah yang dapat dipilah setiap 1 kali pemilahan sebesar 62,56 ton. Pada proses pemilahan sampah ini dibutuhkan alat yaitu belt conveyor dan keranjang.
76
•
Luas area kerja Direncanakan untuk tiap orang membutuhkan area kerja seluas 1 m2.
Luas area kerja = 1 m2 x 96 orang = 96 m2. •
Luas area keranjang Disetiap sisi kanan dan kiri pekerja terdapat 2 keranjang sebagai wadah
hasil pilahan dengan diameter keranjang 0,5 m. Luas area keranjang = ¼ π x 0,52 x 2 x 96 = 37,71 m2. •
Luas Area Belt Conveyor Belt Conveyor sortasi berfungsi untuk tahap sortasi dari sampah asal.
Dalam proses ini dipilah barang-barang yang masih bersifat ekonomis, maupun bahan-bahan yang tidak diinginkan. Dimensi conveyor (W x H) : 0,8 x 1 m Waktu pemilahan = 2 jam Berat sampah = 250,23 ton / 4 = 62,56 ton Dengan mengetahui jumlah pekerja pemilah sebanyak 96 orang, masing-masing membutuhkan ruang ditambah 2 buah keranjang sehingga tiap pekerja membutuhkan ruang 2 meter, sehingga dibutuhkan panjang conveyor 101 meter. -
Luas area belt conveyor = 101 m x 0,8 m = 80,8 m2.
-
Kecepatan conveyor = Panjang/Waktu = 101 / 2 = 50,5 m/jam.
-
Kebutuhan lahan untuk pemilahan : = luas area kerja + luas area keranjang + luas area belt conveyor = 96 m2 + 37,71 m2 + 80,8 m2 = 214,51 m2.
77
Dengan mempertimbangkan untuk memudahkan ruang gerak bagi petugas diberikan tambahan area sekitar conveyor maka ukuran area pemilahan total : panjang 25 m, lebar 30 m, Luas 750 m2. Peletakan conveyor dapat dilihat pada Gambar 6.4.
78
79
• Luas Area Pemilah Plastik Pada tahap pemilahan kedua akan memisahkan plastik hasil pemilahan pertama berdasarkan jenisnya (PETE, HDPE, PVC, PS, PP) yang dilakukan secara manual. -
Sampah plastik dipilah = 37,46 ton atau 451,06 m3. (lihat Tabel 6.7)
-
Pengangkutan 4 kali = 451,06 m3 / 4 = 112,77 m3.
-
Tinggi tumpukan = 1,5 m.
-
Luas lahan yang dibutuhkan = 112,77 m3 / 1,5 m= 75,18 m2. Dengan pertimbangan untuk memudahkan ruang gerak bagi petugas
serta peletakan keranjang hasil pemilahan diberikan tambahan ruang maka luas lahan pemilahan plastik : Panjang 15 m, Lebar 6 m , Luas 90 m2.
c.
Tempat Pengemasan dan Penyimpanan Sampah Daur Ulang Tempat penyimpanan berfungsi untuk menampung sampah kering
dari hasil pemilahan yang dilakukan. Sampah kering daur ulang hasil pemilahan kemudian dikemas berdasarkan jenisnya. Dalam pengemasan ini diperlukan karung kemasan dan alat pemadat (press) agar memudahkan penyimpanan dan pengangkutan terutama untuk barang lapak kertas dan plastik, Sampah kering daur ulang kemudian disimpan hingga siap dijual sebagai bahan daur ulang kebandar lapak tiap 2 hari sekali. -
Asumsi kemampuan pemadatan = 40 %
-
Rencana tinggi tumpukan = 4 m.
80
Tabel 6.10. Hasil Perhitungan Volume Sampah Kering Daur Ulang Setelah Volume Volume Komponen Komponen Pemadatan komponen 2 (m2/hari) dengan alat hari Plastik 451,06 180,42 360,85 Kertas 94,86 37,94 75,89 Logam/Aluminium 17,85 7,14 14,28 Kaca/Gelas 2,67 tidak dipadatkan 5,35 Karet/Kulit 1,95 tidak dipadatkan 3,91
Perhitungan kebutuhan lahan untuk tempat penyimpanan diperoleh dari volume tiap komponen dengan asumsi tinggi tumpukan 4 m, serta mempertimbangkan untuk kemudahan ruang gerak pekerja agar bisa keluar masuk untuk mengambil atau meletakan barang maka setiap panjang dan lebar direncanakan ditambahkan ukuran. Untuk perhitungan selengkapnya terdapat pada Tabel 6.11. Tabel. 6.11. Kebutuhan Luas Lahan Penyimpanan Tiap Komponen Komponen Volume Ukuran awal Ukuran rencana komponen 2 hari Luas yang Panjang Lebar Panjang Lebar Luas (m3/hari) dibutuhkan (m) (m) (m) (m) (m2) Plastik Kertas Logam/ Aluminium Kaca/Gelas Karet/Kulit Jumlah
360,85 75,89 14,28
(m2) 90,21 18,97 3,57
10 5 2
9 4 2
6 6 6
15 4 3
90 24 18
5,35 3,91
1,34 0,98
2 2
2 2
6 6
3 3
18 18
115,07
168,00
81
d.
Pengomposan Direncanakan sampah basah yang terangkut ke TPA akan diproses
menjadi kompos. Metoda pengomposan yang direncanakan adalah dengan metoda open bin. Agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat, sampah basah setelah dicacah dicampur dengan bioaktivator (OrgaDec) kemudian ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu dan kelembaban. Metoda ini dipilih karena secara teknis mudah dikerjakan, tidak memerlukan keahlian khusus, tidak memerlukan waktu yang lama dan tidak memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi. Langkah-langkah komposting dengan metoda open bin secara garis besar adalah : •
Persiapan sampah Sampah basah yang telah dipilah pada area sortir, dipindahkan ke area
komposting. Volume sampah basah yang akan dikomposkan setiap harinya sampai tahun 2022 adalah : = jumlah sampah basah x recovery factor = 601,95 m3/hari x 91,09 % = 548,32 m3/hari atau 159,41 ton/hari (lihat Tabel 6.7). •
Pencacahan dengan mesin pencacah Sampah basah tersebut kemudian dicacah. Pencacahan dilakukan
untuk memperkecil dan menghomogenkan ukuran sampah yang akan diolah. Proses pencacahan dilakukan dengan mesin pencacah sampah basah. Semakin kecil atau halus ukuran bahan baku, proses pengomposan akan
82
semakin cepat karena bahan baku berukuran kecil mudah terdekomposisi (terurai). Ukuran materi sampah basah sebaiknya antara 2-4 cm. •
Pencampuran bioaktivator Bioaktivator yang digunakan dalam pembuatan kompos ini adalah
OrgaDec. Setiap 12,5 kg OrgaDec untuk 1 ton bahan baku. Jadi dalam pembuatan kompos ini diperlukan OrgaDec sebanyak 559,03 kg OrgaDec per hari. Bioaktivator dicampur dengan bahan baku yang sudah tercacah, kemudian diaduk hingga semua bahan tercampur rata. •
Penyusunan tumpukan Masukkan ¼ bahan baku ke dalam kotak kemudian disiram air sampai
kadar air mencapai 40% - 50% (Jika campuran bahan tersebut dikepal dengan tangan tidak keluar air dan jika kepalan dilepas campuran bahan tidak akan mengembang atau pecah), masukkan lagi ¼ bagian dan siram air lagi, begitu seterusnya hingga mencapai ketinggian 1,25 m. •
Proses fermentasi Campuran bahan yang sudah ditambahkan bioaktivator difermentasi
dengan cara menutupnya dengan lembaran plastik transparan untuk mempertahankan suhu dan kelembaban agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat kemudian membiarkannya selama 21 hari. Pembalikan kompos dilakukan jika temperatur meningkat melebihi 65° C atau setiap 1 minggu kemudian dilakukan penutupan lagi. Pembalikan dengan cara memindahkan tumpukan ke tempat tumpukan yang ada disampingnya demikian seterusnya. Dengan tetap memastikan bahwa pembalikan dengan
83
memutar posisi tumpukan sampah bagian luar menjadi tumpukan bagian dalam dan sebaliknya bagian dalam menjadi lapisan paling luar. •
Pematangan dan pengayakan Kompos yang sudah jadi kemudian dimatangkan/didinginkan selama
1 minggu. Sebelum pengemasan perlu dilakukan pengayakan dengan menggunakan mesin pengayak agar ukurannya seragam dan memisahkan bagian kompos yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator. •
Pengemasan dan penyimpanan Setelah dikemas dengan berbagai ukuran kemasan, kompos kemudian
disimpan dalam gudang penyimpanan.
1)
Area penampungan sampah basah Setelah proses pemilahan, sampah basah kemudian diletakan pada
lokasi penampungan untuk langsung dicacah dengan mesin pencacah sampah basah, selah itu dilakukan penyusunan tumpukan dilahan pengomposan. Perhitungan kebutuhan area penampungan sampah basah adalah sebagai berikut : -
Volume sampah basah = 548,32 m3/hari
-
Pengangkutan = 4 kali perhari
-
Volume sampah basah yang diolah = 548,32 m3/hari / 4 = 137,08 m3
-
Direncanakan tinggi timbunan = 1 m
-
Maka luas = 137,08 m3 / 1 m = 137,08 m2.
84
Kebutuhan mesin pencacah Untuk pencacah sampah basah digunakan mesin pencacah dengan kapasitas sebesar 5 m3/jam dengan dimensi (L x W x H ) : 2 x 1 x 1,75 m. Satu unit mesin pencacah ini hanya bisa mencacah sampah sebanyak 10 m3/pengangkutan padahal sampah basah yang akan dikomposkan sebanyak 137,08 m3/pengangkutan. Maka untuk mencacah sampah basah diperlukan 14 alat pencacah. Sebagai cadangan untuk menghindari terganggunya proses akibat kerusakan alat disediakan 1 alat pencacah cadangan, sehingga jumlah alat pencacah yang dibutuhkan 15 buah. Dengan mempertimbangkan ruang gerak bagi pekerja maka luas lahan yang direncanakan untuk tempat penampungan sampah basah dan alat pencacah sampah : Panjang 20 m, Lebar 10 m, Luas 200 m2.
2)
Lahan Pengomposan Setelah kegiatan pencacahan, sampah basah kemudian ditumpuk pada
lokasi pengomposan. Lahan untuk komposting harus berlantai kedap air dan beratap hal ini untuk menghindari tumpukan dari air hujan. Kebutuhan lahan untuk komposting : -
Sampah yang dikompos = 548,32 m3/hari
-
Penyusutan selama pencacahan diasumsikan 10% volume
-
Volume sampah setelah penyusutan selama pencacahan = 493,48 m3/hari.
-
Waktu pengomposan = 21 hari
85
-
Tinggi tumpukan direncanakan = 1,25 m
-
Lahan untuk 1 x pengomposan = 493,48 m3 / 1,25 m = 394,79 m2
-
Pengomposan berlangsung selama 21 hari, maka lahan total yang dibutuhkan adalah 21 x 394,79 m2 = 8.290,52 m2.
-
Direncanakan 1 reaktor pengompos dengan panjang 4 m dan lebar 4 m jadi 1 lahan reaktor = 16 m2. Sehingga jumlah reaktor yang dibutuhkan setiap hari adalah 25 bak reaktor pengompos. Bak reaktor kompos dapat dilihat pada Gambar 6.6.
-
Dengan lama proses komposting 21 hari dibutuhkan 518 bak reaktor kompos dengan posisi berjajar 37 reaktor ke arah memanjang dan 14 reaktor ke arah lebar. Dengan mempertimbangkan jarak antar reaktor (1 m) dan ruang gerak bagi pekerja, total lahan yang dibutuhkan adalah panjang 160 m dan lebar 70 m, Luas = 11.200 m2.
3)
Lahan pematangan Mengingat penyusutan bahan organik yang terjadi selama proses
pengomposan adalah 70% (berat), maka jumlah hasil akhir kompos adalah 30% dari jumlah tumpukan awal, lahan pematangan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : -
Sampah basah = 159,41 ton = 159.410 kg
-
Berat jenis kompos = 289,61 kg/m3
-
Tinggi tumpukan direncanakan = 3 m
-
Proses pematangan = 7 hari
86
-
Berat kompos = 30% x 159.410 kg = 47.823 kg
-
Volume kompos = 47.823 kg / 289,61 kg/m3 = 165,13 m3
-
Tinggi tumpukan direncanakan = 3 m
-
Lahan yang dibutuhkan = 165,13 m3 / 3 m = 55,04 m2
-
Proses pematangan = 7 hari
-
Total Kebutuhan Lahan = 55,04 m2 x 7 = 385,30 m2
-
Jadi lahan pematangan yang dibutuhkan : Panjang 39 m, Lebar 10 m, Luas = 390 m2.
4)
Lahan pengayakan dan pengemasan Kegiatan pengayakan bertujuan untuk memisahkan kompos yang
halus dan kasar. Pengayakan kompos digunakan mesin pengayak dengan kapasitas sebesar 10 m3/jam dengan dimensi (L x W x H ) : 5 x 2 x 2,5 m. Satu unit mesin pengayak ini bisa mengayak kompos sebanyak 80 m3/hari (1 hari 8 jam kerja), sedangkan volume kompos hasil dari pematangan sebanyak 165,13 m3/hari. Maka untuk pengayak kompos diperlukan 2 alat pengayak. Sebagai cadangan untuk menghindari terganggunya proses akibat kerusakan alat disediakan 1 alat pengayak cadangan, sehingga jumlah alat pengayak yang dibutuhkan 3 buah. Setelah dilakukan pengayakan kompos langsung dikemas di lokasi yang sama, selanjutnya kemasan kompos disimpan di gudang. Dengan mempertimbangkan ruang gerak bagi pekerja maka luas lahan yang direncanakan untuk tempat pengayakan dan pengemasan kompos yaitu : Panjang 16 m, Lebar 10 m , Luas = 160 m2.
87
5)
Gudang penyimpanan kompos Ukuran gudang dapat diperhitungkan berdasarkan kesetaraan antara
berat dan volume kompos matang, yaitu 1 m3 ruangan mampu menampung ± 700 kg kompos dalam karung atau kemasan (Noviantun, 2007). Kebutuhan ruang untuk menyimpan kompos : -
Berat kompos = 47.823 kg/hari
-
Lama penyimpanan direncanakan = 3 hari
-
Tinggi tumpukan = 1,5 m
-
Volume kompos = (47.823 kg/hari x 3 hari) / 700 kg/m3 = 204,96 m3
-
Luas = (204,96 m3) / (1,5 m) = 136,64 m2.
-
Untuk memudahkan pekerjaan diberi tambahan ruang gerak bagi pekerja : Panjang 15 m, Lebar 10 m, Luas = 150 m2.
6)
Penampungan lindi kompos Penampungan lindi di lahan pengomposan dibuat saluran lindi yang
berfungsi menyalurkan lindi menuju bak penampung lindi. Lindi yang tertampung pada bak penampung lindi digunakan untuk penyiraman kompos dengan tujuan mempertahankan suhu dan kelembaban pada saat pengomposan.
Perhitungan
debit
lindi
menggunakan
Kesetimbangan Air, dihitung setiap m2 untuk setiap bak reaktor : •
Kadar air sampah = 60%
•
Berat jenis sampah basah = 290,72 kg/ m3
•
Tinggi reaktor kompos = 1,25 m
Metoda
88
•
Ukuran bak reaktor = 4 m x 4 m
•
Berat sampah = (20 m3 x 290,72 kg/m3) / 16 m2 = 363,4 kg
•
Berat kering sampah = 363,4 kg x (100 – 60)% = 145,36 kg
•
Berat basah sampah = Berat sampah x 60 % = 363,4 kg x 60% = 218,04 kg
•
Berat air dalam timbunan = infiltrasi + berat sampah basah = 0 + 218,04 kg = 218,04 kg
Perhitungan neraca air pada tahun pertama (belum terbentuk gas) •
Berat air untuk produksi gas = 0
•
Berat uap air dalam gas = 0
•
Berat air dalam sampah = 218,04 kg
•
Berat kering sampah = 145,36 kg
•
Berat rata-rata sampah (W) = 0,5 x (berat kering + berat air dalam timbunan) = 0,5 x (145,36 kg + 218,04 kg) = 181,70 kg = 306,25 lb
•
FC = 0,6 – 0,55 x
•
Berat
air
dalam
= 0,6 – 0,55 x sampah
=
FC
= 0,58 x
Berat
kering
sampah
= 0,58 x 145,36 kg = 84,84 kg •
Berat lindi = Berat air dalam timbunan – berat air dalam sampah = 218,04 kg – 84,84 kg = 133,20 kg
•
Berat jenis air lindi = 1300 kg/m3 (Noviantun, 2007)
•
Debit lindi tiap reaktor = (Berat lindi / berat jenis air lindi) x Luas 1 reaktor.
89
=
x 16 m2
= 1,64 m3/hari = 0,00001897 m3/dtk •
Jadi debit lindi seluruh reaktor = 518 x 0,00001897 m3/dtk = 0,0098 m3/dtk
Kebutuhan ruang bak penampung lindi kompos : -
Q lindi = 0,0098 m3/dtk
-
td = 8 jam
-
Rencana kedalam bak = 2 m
-
Volume bak = 0,0098 m3/dtk x (8 x 3600) = 283,07 m3
-
Luas bak = (283,07 m3) / 2 m = 141,53 m2. Panjang = 16 m, Lebar = 9 m, Luas = 144 m2
Dari perhitungan di atas, diperoleh kebutuhan lahan untuk pembangunan bangunan pengolah sampah dapat dilihat pada Tabel 6.12.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tabel 6.12 Hasil Perhitungan Kebutuhan Lahan Bangunan Pengolahan Sampah Komponen Luas Lahan (m2) Area penerimaan sampah 300 Tempat pemilahan sampah dengan konveyor 750 Tempat memilah sampah plastik terpilah 90 Tempat menyimpan sampah daur ulang 168 Tempat penampungan sampah basah dan alat pencacah 200 Lahan pengomposan 11.200 Lahan pematangan 390 Pengayakan dan pengemasan 160 Gudang penyimpanan kompos 150 Bak penampung lindi kompos 144 Toilet 16 Jumlah 13.568
90
e.
Komponen Penunjang Komponen penunjang TPST di TPA Peh Kabupaten Jembrana terdiri
dari : 1.
Area parkir kontainer residu Lahan kontainer residu ini direncanakan berfungsi untuk menampung
sisa hasil pemilahan dan hasil pengolahan sampah basah maupun sampah kering. Area ini merupakan ruang terbuka yang terletak dekat dengan lahan bangunan penerima untuk memudahkan proses pengangkutan residu ke TPA dengan luas 30 m2. 2.
Kantor administrasi Kantor ini berfungsi untuk memudahkan kegiatan administrasi.
Bangunan kantor ini berdekatan atau bisa menjadi satu dengan bangunan gudang peralatan dan toilet untuk memudahkan pencatatan dan pengawasan setiap peralatan yang keluar dan masuk oleh petugas. Selain itu sekaligus berfungsi sebagai rumah jaga. Kantor terdiri dari ruangan administrasi yang berisi satu unit komputer, ruang tempat tidur untuk penjaga, toilet dan dapur kecil dengan luas 50 m2. 3.
Gudang peralatan dan toilet Berfungsi
sebagai
tempat
penyimpanan
peralatan-peralatan
pengolahan ataupun peralatan/perlengkapan penunjang dalam proses pengolahan, seperti keranjang, kemasan pembungkus, peralatan/mesin cadangan dan sebagainya dengan luas 28 m2.
91
4.
Jembatan timbang Direncanakan berukuran 6 m x 5 m atau dengan luas 30 m2. Hasil
Perhitungan luas total lahan yang dibutuhkan untuk pembangunan bangunan pengolah sampah dapat dilihat pada Tabel 6.13. Tabel 6.13 Luas Total Lahan Yang Dibutuhkan Bangunan TPST No Komponen Luas Lahan (m2) 1 Bangunan pengolahan sampah 13.568 2 Area kontainer residu 30 3 Kantor 50 4 Gudang peralatan dan toilet 23 5 Jembatan timbang 30 Jumlah 13.701
Gambar selengkapnya mengenai layout TPST dapat dilihat pada Gambar 6.5, Gambar 6.6, Gambar 6.7, Gambar 6.8 dan Gambar 6.9. Adapun alur pengolahan sampah di TPST berdasarkan Gambar 6.5 yaitu dimulai dari sampah dilewatkan jembatan timbang (15) selanjutnya sampah letakan di area penerima (1). Pada area pemilahan (2) sampah mulai dipilah antara barang lapak dan residu, sehingga sampah pada area pencacahan berupa sampah basah yang siap dicacah untuk dilakukan pengomposan (5), sedangkan untuk sampah plastik yang sudah terpilah dilakukan pemilahan ke dua berdasarkan jenisnya (4). Sampah basah yang sudah menjadi kompos selanjutnya dilakukan proses pematangan (6) dan pengayakan (7). Hasil pemilahan berupa barang lapak dan kompos selanjutnya disimpan pada area gudang (8, 9, 10, 11, 12, 13) sebelum di jual.
92
93
94
95
96
97
6.1.7 Kebutuhan Tenaga Kerja a.
Tenaga Pengangkut Di Area Penerima Sampah
Pekerja ini dibutuhkan untuk mengangkut sampah di area penerima ke Conveyor (area pemilahan), juga mengangkut hasil pemilahan ke area pengemasan dan ke kontainer residu yang dilakukan secara manual dengan bantuan gerobak dorong : -
Asumsi kemampuan mengangkut (volume sampah/orang/pengangkutan) = ± 15 m3/orang/pengangkutan.
-
Jumlah sampah di area penerima 1 x pengangkutan = 382,35 m3
-
Jadi kebutuhan tenaga kerja pengangkut = (382,35 m3)/(15 m3) = 26 orang.
b.
Tenaga Pemilah Di Conveyor
Tenaga pemilah ini bekerja selama sehari (jam kerja efektif 8 jam/hari) dengan 4 kali pemilahan, jadi setiap 1 kali pengangkutan diperkirakan membutuhkan waktu pemilahan 2 jam. -
Direncanakan kemampuan memilah sampah tercampur setiap 1 orang pekerja = 4 m3/orang.hari. = (4 m3) / (8 jam) = 0,5 m3/jam
-
Densitas sampah lepas = 200 kg/ m3.
-
Jadi kemampuan pekerja memilah = 0,5 m3/jam x 200 kg/m3 = 100 kg/jam = 0,1 ton/orang.jam
98
1.
Pemilah kayu dan residunya : * Berat sampah kayu = (3,86 ton) / 4 = 0,97 ton =
= = 4,83 orang = 5 orang 2.
Pemilah kertas dan residunya * Berat sampah kertas = (19,82 ton) / 4 = 4,96 ton =
= = 24,78 orang = 25 orang 3.
Pemilah plastik dan residunya * Berat sampah plastik = (37,46 ton) / 4 = 9,37 ton =
= = 46,83 orang = 47 orang 4.
Pemilah kaca/gelas dan residunya * Berat sampah kaca/gelas = (2,45 ton) / 4 = 0,61 ton =
99
= = 3,06 orang = 3 orang 5.
Pemilah karet/kulit dan residunya * Berat sampah karet/kulit = (2,14 ton) / 4 = 0,54 ton =
= = 2,68 orang = 3 orang 6.
Pemilah logam/aluminium dan residunya * Berat sampah logam/aluminium = (2,86 ton) / 4 = 0,71 ton =
= = 3,57 orang = 4 orang 7.
Pemilah kain dan residunya * Berat sampah kain = (2,20 ton) / 4 = 0,55 ton =
= = 2,75 orang = 3 orang 8.
Pemilah sampah lain-lain dan residunya * Berat sampah sampah lain-lain = (4,43 ton) / 4 = 1,11 ton
100
=
= = 5,54 orang = 6 orang -
Jadi jumlah tenaga pemilah di Conveyor yang dibutuhkan adalah 96 orang.
c.
Tenaga Pemilah Plastik
Plastik hasil pemilahan pertama selanjutnya dipilah lagi berdasarkan jenisnya (PETE, HDPE, PVC, LDPE, PS, PP). Menurut Tchobanaglous Theisen dan Vigil, (1993), setiap 1 orang pekerja dapat memilah plastik tercampur 0,1 – 0,4 ton/jam. Dalam perencanaan ini setiap 1 orang pekerja dapat memilah 0,2 ton/jam. Berat plastik tercampur = (29,44 ton) / 4 = 7,36 ton =
= = 18,40 orang = 18 orang -
Jadi jumlah tenaga pemilah plastik tercampur yang dibutuhkan adalah 18 orang.
101
d.
Tenaga pengemasan barang lapak
Pekerja ini bekerja selama sehari dengan 4 kali pengemasan yaitu sesuai dengan pengangkutan perharinya. -
Berat total barang lapak = (29.437,35 kg) / 4 = 7.359,34 kg
-
Waktu maksimal pengemasan = 10 menit
-
Jam kerja 1 kali pengemasan = 2 jam = 120 menit
-
Kapasitas pengemas = 50 kg
-
Jumlah kemasan per 1 periode pengemasan = (7.359,34 kg)/(50 kg) = 147 kemasan
-
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan =
e.
= 12 orang
Tenaga pengomposan
Direncanakan tenaga kerja untuk kegiatan pengomposan sampah basah terdiri dari tenaga di area pencacahan hingga pengemasan produk kompos yang berjumlah 110 orang dengan rincian sebagai berikut : •
Pada area pencacahan di operasikan 14 mesin pencacah dengan pekerja sebanyak 28 orang.
•
Kegiatan komposting sampah basah menggunakan metoda open bin. Agar proses pengomposan berjalan optimal dan cepat, sampah basah setelah dicacah
dicampur
dengan
bioaktivator
(OrgaDec)
kemudian
ditutup/sungkup untuk mempertahankan suhu dan kelembaban. Sehingga waktu pembalikan kompos dilakukan setiap 7 hari :
102
- Asumsi kemampuan penanganan sampah = 10 m3/orang.hari - Volume sampah untuk kompos = 493,48 m3 - Jumlah tenaga pengomposan = •
= 49,348 = 50 orang
Pada area pengayakan dan pengemasan di operasikan 2 mesin pengayak dengan pekerja pengayak sebanyak 6 orang dan pengemas produk kompos sebanyak 26 orang.
f.
Operator peralatan teknik
Operator peralatan dan teknik bertugas menjalankan mesin-mesin dan kendaraan yang ada termasuk perawatan peralatan pengolahan dan juga bertugas untuk memperbaiki jika ada peralatan yang mengalami kerusakan. -
Operator dan teknisi mesin dan kendaraan = 4 orang
-
Operator dan teknisi listrik = 2 orang
g.
Operator dan pengawas timbangan
Operator dan pengawas penimbangan bertugas melaksanakan serta mengawasi proses penimbangan di setiap lahan. -
Lahan penerimaan = 1 orang
-
Lahan pemilahan = 2 orang
-
Lahan penyimpanan = 1 orang
103
h.
Administrasi
Administrasi bertugas mengatur pembukuan keuangan, pendataan sampah yang masuk dan penjualan. Direncanakan bagian administrasi sebanyak 3 orang, dengan rincian : -
Lahan penerima = 1 orang
-
Lahan pemilahan = 1 orang
-
Lahan penyimpanan = 1 orang
i.
Keamanan
Petugas keamanan direncanakan sebanyak 3 orang, bertugas secara umum atas keamanan sarana dan prasarana dalam TPST.
j.
Manajer
Diperlukan manajer operasional (1 orang) yang bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional dan juga manajer teknik (1 orang) yang bertanggung jawab terhadap kegiatan mechanical electrical. Total kebutuhan tenaga kerja untuk pengolahan sampah di TPST pada Tabel 6.14.
104
Tabel 6.14 Hasil Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja TPST
No
Tenaga Kerja
Penerimaan Pemilahan Pengolahan Penyimpanan Total
1 Manajer Operasional 2 Manajer Teknik 3 Tenaga pengangkut di area penerimanaan 4 Tenaga pemilah di conveyor 5 Tenaga pemilah plastik tercampur 6 Tenaga pengemasan barang lapak 7 Tenaga pengomposan 8 Operator peralatan dan tenik 9 Operator dan pengawas penimbangan 10 Administrasi 11 Keamanan
1 1 26 96 18 84
12 26
6 1 1
2 1
1 1 3
Total
6.1.8
Kebutuhan peralatan pendukung dalam unit TPST Selain kebutuhan alat berat, untuk memperlancar pekerjaan harus juga
mempertimbangkan keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dalam unit TPST. Peralatan pendukung meliputi : a.
Keranjang Keranjang berfungsi sebagai tempat hasil pemilahan. Keranjang berbentuk
tabung dengan diameter 50 cm. b.
Sepatu boot dan sarung tangan Sepatu boot dan sarung tangan berfungsi untuk menjaga pekerja dalam
keadaan kering dan tidak bersentuhan langsung dengan sampah.
1 1 26 96 18 12 110 6 4 3 3 280
105
c.
Masker Masker berfungsi untuk melindungi pekerja dari bau sampah, sehingga tidak
mengganggu pernapasan. d.
Ganco Ganco/pengeruk diperlukan untuk mengambil sampah secara manual.
6.1.9
Pengaruh Terhadap TPA Bangunan TPST ini direncanakan dibangun pada area sebelum masuk
kawasan penimbunan sampah di TPA. Dengan adanya upaya pengolahan sampah pada unit TPST diharapkan dapat mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA sehingga menambah umur pakai TPA. a.
Daya Tampung TPA Daya tampung TPA dipengaruhi oleh metoda lahan urug yang digunakan,
kedalaman dasar TPA, ketinggian timbunan, volume sampah yang dibuang, kepadatan sampah dan kemampuan pengurangan volume sampah di sumber. Berdasarkan Petunjuk Teknis Tata Cara Perencanaan TPA Sampah Perhitungan daya tampung TPA dilakukan dengan menggunakan rumus berikut : L=
x 0,8022 x 1,15
Dasar perhitungan daya tampung TPA ini antara lain : -
Luas lahan (L) = 3 ha = 30.000 m2
-
Ketinggian lahan yang masih bisa ditimbun (T) = 10 m, termasuk 15 % rasio tanah penutup.
-
Kemampuan mereduksi sampah = 80,22 %.
106
-
Asumsi tingkat pemadatan di TPA = 600 Jadi volume sampah yang telah dipadatkan sebesar : 10.000 =
x 0,8022 x 1,15
V= V = 541,99 m3/hari x 365 hari V = 197.825,54 m3. Sehingga volume total sampah yang telah dipadatkan adalah 197.825,54 m3. b.
Masa pakai TPA tanpa penanganan Dengan mengetahui daya tampung lahan TPA, dapat dihitung masa pakai
dari area penimbunan ini tanpa ada reduksi atau upaya penanganan. Dasar perhitungan masa pakai lahan penimbunan ini antara lain : -
Timbulan sampah = 2,75 L/orang hari
-
Densitas sampah lepas = 200 kg/ m3
-
Densitas sampah terkompaksi = 600 kg/ m3
-
Volume sampah yang diangkut ke TPA = Jumlah penduduk x Timbulan Sampah x tingkat pelayanan x 365 hari
-
Berat sampah yang diangkut ke TPA = volume sampah x 258,95 kg/ m3
-
Volume sampah terkompaksi = (berat sampah) / (600 kg/m3)
Contoh perhitungan sebagai berikut : (untuk tahun 2013) -
Sampah yang terangkut = 23.340.917,72 kg
-
Volume sampah terkompaksi =
-
Volume sampah kumulatif = 38.901,53 m3.
= 38.901,53 m3
107
Perhitungan masa pakai TPA Peh
tanpa penanganan ditunjukkan pada
Tabel 6.15.
No
Tabel 6.15 Proyeksi Masa Pakai Areal Penimbunan TPA tanpa Penanganan. Tahun Sampah yang terangkut ke Volume sampah Volume TPA terkompaksi sampah (m3) kumulatif (m3) Volume Berat (m2/thn) (Kg/thn)
1 2
2013 2014
3 4 5 6 7 8 9 10
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
80.074,51 23.340.917,72 143.381,18 41.794.181,27 TPA PENUH 209.421,38 61.044.238,31 222.741,11 64.926.805,73 236.543,67 68.950.114,58 250.843,82 73.118.466,41 265.656,74 77.436.283,63 280.998,02 81.908.112,78 296.883,69 86.538.627,85 313.330,25 91.332.633,64
38.901,53 69.656,97 101.740,40 108.211,34 114.916,86 121.864,11 129.060,47 136.513,52 144.231,05 152.221,06
38.901,53 108.558,50 197.825,54 210.298,90 318.510,24 433.427,10 555.291,21 684.351,68 820.865,20 965.096,25 1.117.317,30
Dari Tabel 6.15 diketahui bahwa masa pakai lahan penimbunan di TPA Peh Kabupaten Jembrana tanpa penanganan adalah sebagai berikut : 2+
= 35 bulan
Tanpa penanganan sampah yang masuk TPA Peh Kabupaten Jembrana diperkirakan dapat digunakan hingga bulan Nopember 2015. Jika disimulasikan masa pakai lahan penimbunan di TPA Peh Kabupaten Jembrana tanpa penanganan dengan tingkat pelayanan 70% di tahun 2022 seperti pada tabel 6.16.
108
Tabel 6.16 Proyeksi Masa Pakai Areal Penimbunan TPA tanpa Penanganan dengan tingkat pelayanan 70% tahun 2022. No Tahun Sampah yang terangkut ke Volume Volume TPA sampah sampah terkompaksi kumulatif Volume Berat (m3) (m3) (m3/thn) (Kg/thn) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2013 2014 2015
80.074,51 23.340.917,72 38.901,53 95.506,13 27.839.082,57 46.398,47 111.575,06 32.523.013,63 54.205,02 TPA PENUH 2016 128.301,79 37.398.688,82 62.331,15 2017 145.707,43 42.472.258,74 70.787,10 2018 163.813,69 47.750.051,42 79.583,42 2019 182.642,89 53.238.577,10 88.730,96 2020 202.218,03 58.944.533,22 98.240,89 2021 222.562,73 64.874.809,42 108.124,68 2022 243.701,30 71.036.492,83 118.394,15 Tanpa penanganan sampah dan dengan tingkat pelayanan
38.901,53 85.300,00 139.505,02 197.825,54 201.836,17 272.623,27 352.206,69 440.937,65 539.178,54 647.303,22 765.697,38 70% di tahun
2022, TPA Peh Kabupaten Jembrana diperkirakan dapat digunakan hingga tahun 2016.
c.
Masa pakai TPA dengan adanya upaya daur ulang pada unit TPST Dengan mengacu pada volume sampah yang masih dapat didaur ulang
sebagaimana tertuang dalam material balance, maka dapat diperhitungkan masa pakai TPA sebagai berikut : -
Timbulan sampah = 2,75 L/orang hari
-
Densitas sampah lepas = 200 kg/ m3
-
Densitas sampah terkompaksi = 600 kg/ m3
-
Volume sampah yang diangkut ke TPA = Jumlah penduduk x Timbulan Sampah x tingkat pelayanan x 365 hari
109
-
Berat sampah yang diangkut ke TPA = volume sampah x 258,95 kg/ m3
-
Volume sampah terkompaksi = (berat sampah) / (600 kg/ m3)
-
Prosentase residu setelah reduksi = 19,78 % (perhitungan mass balance) Perhitungan masa pakai TPA setelah reduksi/penanganan adalah seperti
pada Tabel 6.17. Tabel 6.17. Proyeksi Masa Pakai Areal Penimbunan TPA setelah reduksi/penanganan. No
Tahun
Sampah yang terangkut ke TPA Volume (m2/thn)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
10
2022
Berat (Kg/thn)
Berat setelah reduksi
80.074,51 143.381,18 209.421,38 222.741,11 236.543,67 250.843,82 265.656,74 280.998,02 296.883,69
23.340.917,72 4.616.833,53 41.794.181,27 8.266.889,05 61.044.238,31 12.074.550,34 64.926.805,73 12.842.522,17 68.950.114,58 13.638.332,66 73.118.466,41 14.462.832,66 77.436.283,63 15.316.896,90 81.908.112,78 16.201.424,71 86.538.627,85 17.117.340,59 TPA PENUH 313.330,25 91.332.633,64 18.065.594,93
Volume sampah terkompaksi (m3)
Volume sampah kumulatif (m3)
7.694,72 13.778,15 20.124,25 21.404,20 22.730,55 24.104,72 25.528,16 27.002,37 28.528,90
7.694,72 21.472,87 41.597,12 63.001,33 85.731,88 109.836,60 135.364,76 162.367,14 190.896,04 197.825,54 221.005,36
30.109,32
Dari Tabel 6.17 diketahui bahwa masa pakai lahan penimbunan di TPA Peh Kabupaten Jembrana setelah reduksi/penanganan adalah sebagai berikut : 9+
= 111 bulan
Dengan reduksi/penanganan sampah yang masuk, TPA Peh Kabupaten Jembrana diperkirakan dapat digunakan hingga 9 (sembilan) tahun 3 (tiga) bulan kedepan.
110
Jika disimulasikan masa pakai lahan penimbunan di TPA Peh Kabupaten Jembrana dengan TPST dan dengan tingkat pelayanan 70% di tahun 2022 seperti pada tabel 6.18. Tabel 6.18. Proyeksi Masa Pakai Areal Penimbunan TPA setelah reduksi/penanganan dan dengan tingkat pelayanan 70% tahun 2022. No Tahun Sampah yang terangkut ke TPA Volume Volume sampah sampah Volume Berat (Kg/thn) Berat setelah terkompaksi kumulatif (m3) (m3) (m2/thn) reduksi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
13 14 15
2025 2026 2027
80.074,51 95.506,13 111.575,06 128.301,79 145.707,43 163.813,69 182.642,89 202.218,03 222.562,73 243.701,30 265.658,76 288.460,84
23.340.917,72 27.839.082,57 32.523.013,63 37.398.688,82 42.472.258,74 47.750.051,42 53.238.577,10 58.944.533,22 64.874.809,42 71.036.492,83 77.436.873,36 84.083.449,22 TPA PENUH 312.133,98 90.983.932,50 336.705,39 98.146.254,99 362.203,07 105.578.574,06
4.616.833,53 5.506.570,53 6.433.052,10 7.397.460,65 8.401.012,78 9.444.960,17 10.530.590,55 11.659.228,67 12.832.237,30 14.051.018,28 15.317.013,55 16.631.706,26
7.694,72 9.177,62 10.721,75 12.329,10 14.001,69 15.741,60 17.550,98 19.432,05 21.387,06 23.418,36 25.528,36 27.719,51
17.996.621,85 19.413.329,24 20.883.441,95
29.994,37 32.355,55 34.805,74
7.694,72 16.872,34 27.594,09 39.923,19 53.924,88 69.666,48 87.217,47 106.649,51 128.036,58 151.454,94 223.353,90 179.174,45 197.825,54 253.348,27 211.530,00 288.154,00
Dengan reduksi/penanganan sampah yang masuk dan dengan tingkat pelayanan 70% ditahun 2022, TPA Peh Kabupaten Jembrana diperkirakan dapat digunakan hingga tahun 2025.
111
6.2 Analisis Aspek Keuangan Perhitungan untuk analisis keuangan diperlukan dengan tujuan untuk mengetahui kebutuhan biaya investasi, biaya operasional dan pemeliharaan serta penerimaan dari daur ulang sampah. Analisis keuangan dilakukan dengan perkiraan-perkiraan biaya yang didasarkan analisis teknis sebelumnya dan pada harga-harga serta nilai yang berlaku saat ini. Analisis biaya yang dilakukan dalam analisis keuangan untuk perencanaan TPST di TPA ini meliputi antara lain : Biaya investasi, dalam hal ini adalah biaya konstruksi dan juga pengadaan
-
peralatan yang diperlukan dalam pembangunan fasilitas berdasarkan analisis teknis sebelumnya. Biaya operasi dan pemeliharaan, adalah biaya yang diperlukan dalam
-
pengolahan sampah di TPST oleh pihak pengelola. Potensi Manfaat atau keuntungan, merupakan perkiraan penerimaan yang
-
diperoleh dari hasil penjualan barang lapak maupun produk daur ulang sampah selama proses pengolahan.
6.2.1
Analisis Biaya Investasi Biaya investasi untuk pembangunan/pengadaan Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu (TPST) di TPA Peh Kabupaten Jembrana meliputi biaya konstruksi TPST yang akan diterapkan serta pengadaan peralatan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Rencana Anggaran Biaya untuk bangunan unit TPST sesuai dengan kebutuhan teknis sebesar Rp 10.820.282.000,-. Biaya perencanaan sebesar 2% dari kebutuhan biaya konstruksi sebesar Rp. 216.405.640,-.
112
Rekapitulasi perhitungan RAB untuk konstruksi unit TPST dapat dilihat pada Tabel 6.19. Perhitungan RAB selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 6.19 Rekapitulasi Anggaran Biaya Pembangunan TPST tahun 2014. NO A B C D E F G H I
URAIAN PEKERJAAN
JUMLAH
Pekerjaan persiapan Pekerjaan pondasi Pekerjaan dinding Pekerjaan pintu Pekerjaan lantai beton Pekerjaan penutup atap Pekerjaan kolom, kuda-kuda dan gording Pekerjaan join Pekerjaan instalasi listrik Total
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
73.246.380,00 794.745.977,52 228.172.083,92 32.919.724,27 1.974.429.770,00 2.117.837.664,36 4.420.857.544,61 102.474.526,50 91.937.030,00 9.836.620.701,18
Ppn 10 %
Rp
983.662.070,12
Jumlah total
Rp
10.820.282.771,30
Dibulatkan
Rp
10.820.282.000,00
Biaya pembelian peralatan sebagai bagian biaya investasi untuk aktivitas TPST dihitung berdasarkan kebutuhan peralatan dari perhitungan teknis dan diperoleh anggaran sebesar Rp. 1.511.000.000. Untuk perhitungan anggaran kebutuhan peralatan dapat dilihat dalam Tabel 6.19. Investasi peralatan yang ditunjukkan pada Tabel 6.20 dilakukan pada awal tahun perencanaan.
113
Tabel 6.20 Perhitungan Investasi Peralatan di TPST tahun 2014. Jenis Peralatan Vol Satuan Harga Satuan Jumlah Harga (Rp) (Rp)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jembatan Timbang 1 Conveyor 1 Arm Roll Truck 1 Kontainer sampah residu 2 Pencacah sampah basah 15 Pengayak kompos 3 Timbangan duduk 4 Gerobak Sorong 15 Komputer 1 Jumlah
6.2.2
Unit Unit Unit Unit Buah Buah Buah Buah Paket
154.000.000 350.000.000 280.000.000 42.000.000 28.000.000 28.000.000 21.000.000 3.000.000 10.000.000
154.000.000 350.000.000 280.000.000 84.000.000 420.000.000 84.000.000 84.000.000 45.000.000 10.000.000 1.511.000.000
Analisis Biaya Operasional Perhitungan-perhitungan yang masuk dalam analisis biaya operasional
antara lain perhitungan biaya untuk bahan, biaya perlengkapan dan peralatan pendukung, biaya gaji pegawai, biaya pengelolaan gedung (rekening air, listrik) dan biaya bahan bakar. Perhitungan biaya-biaya ini adalah biaya optimal yang harus dikeluarkan untuk menjalankan proses pengelolaan sampah. a. Perlengkapan dan Peralatan Pendukung Peralatan pendukung merupakan peralatan lain yang perlu disediakan untuk mendukung pelaksanaan pengolahan sampah di TPST. Peralatan dan perlengkapan ini meliputi keranjang, sepatu boot, sarung tangan, masker dan sebagainya. Pengeluaran untuk pembelian peralatan pendukung setiap tahun sebesar Rp 50.800.000. Perhitungan biaya pengadaan peralatan dapat dilihat pada Tabel 6.21.
114
No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 6.21 Biaya Pengadaan Peralatan/Perlengkapan Pendukung tahun 2014. Jenis Peralatan Vol Satuan Harga Satuan Jumlah Harga (Rp) (Rp) Penggaruk/ganco Sapu lidi Keranjang Sarung tangan Masker Sepatu Boot Admnistrasi
50 50 96 280 280 280 1 Jumlah
Buah Buah Buah Pasang Buah Buah Paket
75.000 5.000 50.000 15.000 10.000 100.000 7.000.000
3.750.000 250.000 4.800.000 4.200.000 2.800.000 28.000.000 7.000.000 50.800.000
b. Gaji Pegawai Gaji pegawai diperhitungkan dan dibayarkan per bulan untuk setiap pekerjaan. Pemberian gaji pekerja didasarkan pada UMR Provinsi Bali tahun 2014 sebesar Rp. 1.500.000,-. Untuk pekerjaan manajer dalam hal ini diperhitungkan gaji per bulan sebesar Rp 2.000.000,- sedangkan tenaga operator, pekerja pemilah, pengangkut dan sebagainya Rp 1.500.000,-/bulan. Dalam perekrutan tenaga kerja diharapkan berasal dari pemulung dan penduduk setempat yang sudah terbiasa bekerja dibidang persampahan atau daur ulang, baik penduduk lokal maupun pendatang. Berdasarkan perhitungan, pengeluaran yang harus dibayarkan untuk biaya gaji pegawai di TPST didapatkan nilai sebesar Rp. 5.262.500.000,-/tahun. Perhitungan gaji pegawai disajikan pada Tabel 6.22.
115
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Tabel 6.22 Gaji Pekerja TPST di TPA Peh Kab.Jembrana tahun 2014. Tenaga Kerja Total Gaji/orang Jumlah (Rp) (Rp) Manajer Operasional 1 2.000.000 2.000.000 Manajer Teknik 1 2.000.000 2.000.000 Tenaga pengangkut di area 26 1.500.000 39.000.000 penerimanaan Tenaga pemilah di conveyor 96 1.500.000 144.000.000 Tenaga pemilah plastik tercampur 18 1.500.000 27.000.000 Tenaga pengemasan barang lapak 12 1.500.000 18.000.000 Tenaga pengomposan 110 1.500.000 165.000.000 Operator peralatan dan tenik 6 1.500.000 9.000.000 Operator dan pengawas penimbangan 4 1.500.000 6.000.000 Administrasi 3 1.500.000 4.500.000 Keamanan 3 1500000 4.500.000 Jumlah/bulan 280 421.000.000 Gaji/Tahun 5.052.000.000 Tunjangan (50% dari gaji) 210.500.000 Total Gaji Pegawai/tahun 5.262.500.000
c. Biaya Bahan bakar, bahan pendukung dan pemeliharaan alat. Biaya bahan bakar dibutuhkan dalam operasional peralatan untuk pemilahan dan pengolahan sampah dimana semua peralatan menggunakan tenaga motor. Berdasarkan perhitungan, jumlah pengeluaran yang harus dikeluarkan untuk biaya pemeliharaan peralatan dan biaya bahan bakar bensin, solar dan oli untuk masing-masing peralatan dan kendaraan pengangkut (armroll truck) sebesar Rp 498.460.000 setiap tahun. Perhitungan kebutuhan bahan bakar untuk masing-masing peralatan terdapat pada Tabel 6.23. Selain bahan bakar, dalam proses pengolahan sampah yang ada di TPST membutuhkan bahan pendukung berupa bahan OrgaDec sebagai bahan yang dibutuhkan dalam mempercepat proses komposting. Berdasarkan perhitungan pada
116
pembahasan kompos di atas. Setiap 12,5 kg OrgaDec untuk 1 ton bahan baku (Sofian, 2010). Jadi dalam pembuatan kompos ini diperlukan OrgaDec sebanyak 559,03 kg/hari atau sebanyak
204.045,47 kg/tahun.
Harga OrgaDec = Rp. 6.000 /kg Biaya bahan OrgaDec/tahun = 204.045,47 kg/tahun x Rp. 6.000 /kg = Rp. 1.224.272.000 /tahun.
No
1 2 3 4
Tabel 6.23. Biaya Bahan Bakar dan Pemeliharaan Peralatan tahun 2014. Harga Jumlah Jenis Peralatan Jumlah Bahan Lt/ Lt/ Satuan (Rp.) Alat bakar hari tahun (Rp) Solar 40 14.600 12.000 175.200.000 Conveyor 1 Solar 20 7.300 12.000 87.600.000 Arm Roll Truck 1 Solar 15 5.475 12.000 65.700.000 Pencacah sampah basah 15 Solar 12 4.380 12.000 52.560.000 Pengayak kompos 3 87 381.060.000 Jumlah 200 20.000 4.000.000 Kebutuhan Oli/Pelumas 10% dari harga alat 113.400.000 Pemeliharaan alat 498.460.000 Pengeluaran/tahun Keterangan : Perhitungan kebutuhan bahan bakar berdasarkan spesifikasi teknis alat dan wawancara.
6.2.3
Analisis Potensi Pendapatan Potensi daur ulang sampah yang didapatkan dari analisis mass balance
dijadikan sebagai dasar dalam menghitung pendapatan fasilitas TPST. Berdasarkan analisis mass balance yang dilakukan, jenis sampah yang mempunyai potensi reduksi antara lain sampah basah melalui proses komposting, sedangkan sampah kering yang bisa didaur ulang berupa sampah plastik, kertas, logam/aluminium, sampah kaca/gelas dan karet. Harga masingmasing komponen sampah yang masih dapat didaur ulang diperoleh dari
117
penelitian dan wawancara. Wawancara dilakukan kepada bandar lapak, mandor kebersihan maupun dinas terkait. Dari hasil perhitungan potensi ekonomi sampah pada tahun 2022 pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk daur ulang mencapai Rp. 18.390.154.291,56. Namun demikian, perhitungan pendapatan ini diperhitungkan dengan asumsi pemasaran produk daur ulang yang ada berjalan dengan lancar dan produk kompos terjual dengan baik. Oleh karena itu perhitungan pendapatan masih belum memperhitungkan bagaimana kondisi pemasaran produk daur ulang sampah di Kabupaten Jembrana, dalam hal ini masih dibutuhkan kajian lebih lanjut dalam hal pemasaran produk daur ulang. Perhitungan pendapatan ini ditunjukkan pada Tabel 6.21. Harga yang dicantumkan untuk setiap komponen sampah terdaur ulang dalam Tabel 6.21 didapatkan dari informasi di internet, wawancara dengan bandar lapak dan pemulung di TPA Peh Kabupaten Jembrana.
6.2.4
Analisis Kelayakan Investasi Kelayakan investasi dalam Perencanaan TPST di TPA Peh Kabupaten
Jembrana dilakukan dengan melakukan perhitungan terhadap NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return) dan B/C Ratio (Benefit/Cost Ratio). Perhitungan NPV dilakukan dengan tujuan membandingkan nilai arus manfaat dengan nilai arus biaya pada nilai sekarang (present value). Perhitungan ini dengan didasari beberapa asumsi antara lain : • Nilai investasi bangunan fisik terjadi pada awal tahun yaitu tahun 2014.
118
• Investasi peralatan dilakukan sesuai dengan umur pakai peralatan, misalnya untuk pengadaan peralatan pencacah sampah dilakukan setiap 5 tahun, sehingga pada tahun ke-5 masa perencanaan diperlukan pengadaan peralatan kembali. • Biaya operasional dan pemeliharaan (biaya bahan pendukung/Orgadec diasumsikan naik ± 5% setiap tahun, biaya peralatan dan perlengkapan diasumsikan naik ± 5% setiap tahun, hal ini diperkirakan terkait naiknya bahan baku produksi. • Biaya gaji pegawai diasumsikan naik 5% setiap tahun. • Perhitungan potensi pendapatan dilakukan dengan asumsi peningkatan pelayanan pengangkutan sampah ke TPA seperti pada perhitungan pada aspek teknis. • Penjualan hasil produksi (produk daur ulang sampah) dianggap berada pada kondisi supply = demand. Dalam mengetahui demand untuk barang lapak dapat dilakukan wawancara dan survey serta dari internet. Berdasarkan perhitungan NPV pada tingkat suku bunga 15%, NPV yang didapatkan bernilai positif sebesar Rp. 13.933.193.788, -. Perhitungan ini ditunjukkan pada Tabel 6.24, Tabel 6.25, Tabel 6.26 dan Tabel 6.27. Jika disimulasikan pendapatan yang didapat menurun tiap tahunnya sebesar 10% yang dapat diakibatkan oleh penjualan kompos dan barang lapak yang tidak sempurna, NPV yang didapatkan bernilai positif sebesar Rp. 8.231.945.290 disajikan pada Tabel 6.28.
119
Tabel 6.24 Perhitungan Potensi Pendapatan Dengan Penerapan TPST Jenis Sampah
Harga (Rp/kg)
Pendapatan berdasarkan timbulan sampah 2015
2016
2017
Timbulan sampah (Kg)
Jumlah (Rp)
Timbulan sampah (Kg)
Jumlah (Rp)
Timbulan sampah (Kg)
2018 Jumlah (Rp)
Timbulan sampah (Kg)
Jumlah (Rp)
4.150.866.414,44
8.803.610,79
4.401.805.397,01
Kompos
500
7.349.849,38
3.674.924.691,82
7.817.318,33
3.908.659.164,94
8.301.732,83
Kertas
800
1.441.750,26
1.153.400.207,83
1.533.449,21
1.226.759.368,21
1.628.472,21
1.302.777.767,32
1.726.920,85
1.381.536.680,47
Logam
2.000
488.353,91
976.707.812,92
519.414,45
1.038.828.891,63
551.600,92
1.103.201.833,33
584.947,73
1.169.895.462,56
Gelas/Kaca
300
89.426,33
26.827.898,85
95.114,07
28.534.220,84
101.007,99
30.302.396,28
107.114,39
32.134.315,63
Karet
300
43.552,27
13.065.680,33
46.322,30
13.896.690,53
49.192,75
14.757.824,50
52.166,68
15.650.002,93
Plastik
PETE
2.000
1.497.988,14
2.995.976.277,20
1.593.263,96
3.186.527.919,85
1.691.993,49
3.383.986.979,43
1.794.282,28
3.588.564.569,94
HDPE
1.000
1.688.664,17
1.688.664.169,23
1.796.067,47
1.796.067.466,71
1.907.364,09
1.907.364.088,56
2.022.673,03
2.022.673.027,94
PP
1.000
628.742,36
628.742.358,52
668.731,96
668.731.957,28
710.171,16
710.171.162,18
753.104,28
753.104.278,08
PVC
1.000
819.213,32
819.213.320,46
871.317,35
871.317.352,48
925.310,13
925.310.133,76
981.249,39
981.249.390,86
PS
800
392.443,17
313.954.532,55
417.403,54
333.922.832,15
443.268,72
354.614.974,21
470.066,35
376.053.081,82
Jumlah
12.291.476.949,71
13.073.245.864,63
13.883.353.574,02
14.722.666.207,24
120
Jenis Sampah
Harga (Rp/kg)
Pendapatan berdasarkan timbulan sampah 2019
2020
2012
2022
Timbulan sampah (Kg)
Jumlah (Rp)
Timbulan sampah (Kg)
Jumlah (Rp)
Timbulan sampah (Kg)
Jumlah (Rp)
Timbulan sampah (Kg)
Jumlah (Rp)
Kompos
500
9.323.484,69
4.661.742.346,90
9.861.901,94
4.930.950.970,53
10.419.425,29
5.209.712.645,99
10.996.633,26
5.498.316.627,77
Kertas
800
1.828.899,58
1.463.119.667,11
1.934.515,79
1.547.612.631,86
2.043.879,86
1.635.103.887,16
2.157.105,27
1.725.684.217,50
Logam
2.000
619.490,27
1.238.980.538,07
655.264,90
1.310.529.804,53
692.309,02
1.384.618.045,57
730.661,07
1.461.322.138,16
Gelas/Kaca
300
113.439,74
34.031.922,46
119.990,72
35.997.214,90
126.774,16
38.032.247,09
133.797,10
40.139.130,65
Karet
300
55.247,24
16.574.172,37
58.437,69
17.531.305,95
61.741,35
18.522.404,06
65.161,65
19.548.495,12
PETE
2.000
1.900.238,87
3.800.477.738,45
2.009.974,81
4.019.949.623,63
2.123.604,81
4.247.209.618,51
2.241.246,77
4.482.493.537,35
HDPE
1.000
2.142.116,62
2.142.116.622,13
2.265.820,64
2.265.820.641,91
2.393.914,38
2.393.914.383,30
2.526.530,76
2.526.530.761,59
Plastik
PP
1.000
797.576,85
797.576.854,98
843.635,72
843.635.721,25
891.329,02
891.329.017,85
940.706,23
940.706.233,28
PVC
1.000
1.039.194,47
1.039.194.472,65
1.099.206,39
1.099.206.393,69
1.161.347,88
1.161.347.878,73
1.225.683,41
1.225.683.408,31
800
497.824,87
398.259.899,76
526.573,51
421.258.811,22
556.342,32
445.073.854,75
587.162,18
469.729.741,82
PS
Jumlah
15.592.074.234,87
16.492.493.119,48
17.424.863.983,00
18.390.154.291,56
121
Tabel 6.25 Hasil Perhitungan Net Present Value (NPV) No Uraian 1 2 I Biya Investasi Biaya bangunan pengolahan Kebutuhan perencanaan bangunan Kebutuhan jembatan timbang Kebutuhan biaya perlatan II
Biya Operasional dan pemeliharaan Biaya peralatan pendukung Biaya gaji pegawai Biaya Bahan bakar Biaya pemeliharaan alat Biaya bahan pendukung pengomposan
III Pendapatan Penjualan Produk Income before tax tax Net cash flow Discounted factor Discounted factor Present value Net Present Value
Awal 2014
10.820.282.000 216.405.640 154.000.000 1.357.000.000
50.800.000 5.262.500.000 385.060.000 113.400.000 1.224.272.000
2014 3
2015 4
10.820.282.000 216.405.640 154.000.000 1.357.000.000
2016 5 -
2017 6 -
2018 7 -
-
50.800.000 53.340.000 5.262.500.000 5.525.625.000 385.060.000 404.313.000 113.400.000 119.070.000 1.224.272.000 1.285.485.600
56.007.000 5.801.906.250 424.528.650 125.023.500 1.349.759.880
-
12.291.476.950 13.073.245.865
13.883.353.574
(12.547.687.640) 5.255.444.950 (12.547.687.640) 5.255.444.950 0,87 0,76 1,15 1,32 (10.911.032.730) 3.973.871.418 (10.911.032.730) (6.937.161.313) 13.933.193.788
5.685.412.265 5.685.412.265 0,66 1,52 3.738.250.852 (3.198.910.461)
6.126.128.294 6.126.128.294 0,57 1,75 3.502.633.735 303.723.274
2019 8 -
58.807.350 6.092.001.563 445.755.083 131.274.675 1.417.247.874
2020 9 -
1.424.850.000
2021 10
2022 11 -
Jumlah
10.820.282.000 216.405.640 154.000.000 2.781.850.000 13.972.537.640
71.480.701 7.404.865.974 541.818.089 159.565.188 1.722.673.649 Jumlah
485.094.731 50.252.185.459 3.676.979.864 1.082.868.947 11.690.706.622 67.187.835.621
18.390.154.292 Jumlah 7.995.908.173 8.489.750.691 7.995.908.173 8.489.750.691 0,33 0,28 3,06 3,52 2.613.876.565 2.413.317.009 11.519.876.779 13.933.193.788
121.870.328.225 121.870.328.225
61.747.718 6.396.601.641 468.042.837 137.838.409 1.488.110.268
64.835.103 6.716.431.723 491.444.978 144.730.329 1.562.515.781
68.076.859 7.052.253.309 516.017.227 151.966.846 1.640.641.570
14.722.666.207 15.592.074.235
16.492.493.119
17.424.863.983
6.577.579.663 6.577.579.663 0,50 2,01 3.270.219.583 3.573.942.857
7.039.733.364 7.039.733.364 0,43 2,31 3.043.471.001 6.617.413.858
6.087.685.205 6.087.685.205 0,38 2,66 2.288.586.356 8.906.000.214
Jumlah 12
122
Tabel 6.26 Hasil Perhitungan Internal Rate Return (IRR) Uraian Net Cash flow DF 15% NPV NPV Kumulatih
Satuan Unit Rp/th
2014 2015 2016 2017 (12.547.687.640) 5.255.444.950 5.685.412.265 6.126.128.294 0,87 0,76 0,66 0,57 (10.911.032.730,43) 3.973.871.417,55 3.738.250.852,06 3.502.633.735,03 (10.911.032.730,43) (6.937.161.313) (3.198.910.461) 303.723.274
Tahun Proyeksi 2018 2019 6.577.579.663 7.039.733.364 0,50 0,43 3.270.219.583,13 3.043.471.000,98 3.573.942.857 6.617.413.858
45,23% DF 45,23% 0,69 0,47 0,33 0,22 0,15 NPV (8.639.946.222,77) 2.491.748.308,37 1.856.111.165,64 1.377.131.617,30 1.018.129.025,49 NPV Kumulatih (8.639.946.222,77) (6.148.197.914) (4.292.086.749) (2.914.955.131) (1.896.826.106)
0,11 750.309.167,25 (1.146.516.939)
2020 2021 6.087.685.205 7.995.908.173 0,38 0,33 2.288.586.355,84 2.613.876.565,10 8.906.000.214 11.519.876.779 0,07 446.769.554,26 (699.747.384)
0,05 404.340.235,80 (295.407.149)
2022 8.489.750.691 0,28 2.413.317.008,91 13.933.193.788 0,03 295.407.148,66 0,00
123
Tabel 6.27 Hasil Perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Uraian Investasi DF 15% NPV NPV Kumulatih Operasional & pemeliharaan DF 15% NPV NPV Kumulatih Pendapatan DF 15% NPV NPV Kumulatih BCR
2014 (12.547.687.640) 0,87 (10.911.032.730,43) (10.911.032.730,43)
2015 0,76 (10.911.032.730)
2016 0,66 (10.911.032.730)
2017 0,57 (10.911.032.730)
Tahun Proyeksi 2018 0,50 (10.911.032.730)
2019 0,43 (10.911.032.730)
2020 (1.424.850.000) 0,38 (535.653.891,33) (11.446.686.622)
2021 0,33 (11.446.686.622)
2022 0,28 (11.446.686.622)
(7.036.032.000) (7.036.032.000) (7.387.833.600) (7.757.225.280) (8.145.086.544) (8.552.340.871) (8.979.957.915) (9.428.955.810) (9.900.403.601) 0,87 0,76 0,66 0,57 0,50 0,43 0,38 0,33 0,28 (6.118.288.695,65) (5.320.251.039,70) (4.857.620.514,51) (4.435.218.730,64) (4.049.547.536,67) (3.697.412.968,26) (3.375.898.797,11) (3.082.342.379,97) (2.814.312.607,80) (6.118.288.695,65) (11.438.539.735) (16.296.160.250) (20.731.378.980) (24.780.926.517) (28.478.339.485) (31.854.238.283) (34.936.580.663) (37.750.893.270) 0,87 1,159
12.291.476.950 0,76 9.294.122.457,25 9.294.122.457
13.073.245.865 0,66 8.595.871.366,57 17.889.993.824
13.883.353.574 0,57 7.937.852.465,66 25.827.846.289
14.722.666.207 0,50 7.319.767.119,80 33.147.613.409
15.592.074.235 0,43 6.740.883.969,24 39.888.497.379
16.492.493.119 0,38 6.200.139.044,29 46.088.636.423
17.424.863.983 0,33 5.696.218.945,07 51.784.855.368
18.390.154.292 0,28 5.227.629.616,71 57.012.484.985
124
Tabel 6.28 Hasil Perhitungan Net Present Value (NPV) dengan Asumsi Pendapatan Menurun. No Uraian 2 1 I Biya Investasi Biaya bangunan pengolahan Kebutuhan perencanaan bangunan Kebutuhan jembatan timbang Kebutuhan biaya perlatan II Biya Operasional dan pemeliharaan Biaya peralatan pendukung Biaya gaji pegawai Biaya Bahan bakar Biaya pemeliharaan alat Biaya bahan pendukung pengomposan III Pendapatan Penjualan Produk Income before tax tax Net cash flow Discounted factor Discounted factor Present value Net Present Value
Awal 2014
10.820.282.000 216.405.640 154.000.000 1.357.000.000
50.800.000 5.262.500.000 385.060.000 113.400.000 1.224.272.000
2014 3
2015 4
10.820.282.000 216.405.640 154.000.000 1.357.000.000
2016 5 -
2017 6 -
2018 7 -
-
50.800.000 53.340.000 5.262.500.000 5.525.625.000 385.060.000 404.313.000 113.400.000 119.070.000 1.224.272.000 1.285.485.600
56.007.000 5.801.906.250 424.528.650 125.023.500 1.349.759.880
-
11.062.329.255 11.765.921.278
12.495.018.217
(12.547.687.640) 4.026.297.255 (12.547.687.640) 4.026.297.255 0,87 0,76 1,15 1,32 (10.911.032.730) 3.044.459.172 (10.911.032.730) (7.866.573.559) 8.231.945.290
4.378.087.678 4.378.087.678 0,66 1,52 2.878.663.715 (4.987.909.843)
4.737.792.937 4.737.792.937 0,57 1,75 2.708.848.488 (2.279.061.355)
2019 8 -
58.807.350 6.092.001.563 445.755.083 131.274.675 1.417.247.874
2020 9 -
1.424.850.000
2021 10
2022 11 -
Jumlah
10.820.282.000 216.405.640 154.000.000 2.781.850.000 13.972.537.640
71.480.701 7.404.865.974 541.818.089 159.565.188 1.722.673.649 Jumlah
485.094.731 50.252.185.459 3.676.979.864 1.082.868.947 11.690.706.622 67.187.835.621
16.551.138.862 Jumlah 6.253.421.774 6.650.735.261 6.253.421.774 6.650.735.261 0,33 0,28 3,06 3,52 2.044.254.671 1.890.554.047 6.341.391.242 8.231.945.290
109.683.295.402 109.683.295.402
61.747.718 6.396.601.641 468.042.837 137.838.409 1.488.110.268
64.835.103 6.716.431.723 491.444.978 144.730.329 1.562.515.781
68.076.859 7.052.253.309 516.017.227 151.966.846 1.640.641.570
13.250.399.587 14.032.866.811
14.843.243.808
15.682.377.585
5.105.313.043 5.105.313.043 0,50 2,01 2.538.242.871 259.181.516
5.480.525.940 5.480.525.940 0,43 2,31 2.369.382.604 2.628.564.120
4.438.435.893 4.438.435.893 0,38 2,66 1.668.572.451 4.297.136.572
Jumlah 12
125
Tabel 6.29 Hasil Perhitungan Internal Rate Return (IRR) dengan Asumsi Pendapatan Menurun. Tahun Proyeksi Satuan Uraian Unit 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Net Cash flow Rp/th (12.547.687.640) 4.026.297.255 4.378.087.678 4.737.792.937 5.105.313.043 5.480.525.940 4.438.435.893 6.253.421.774 DF 15% 0,87 0,76 0,66 0,57 0,50 0,43 0,38 0,33 NPV (10.911.032.730,43) 3.044.459.171,82 2.878.663.715,40 2.708.848.488,46 2.538.242.871,15 2.369.382.604,05 1.668.572.451,42 2.044.254.670,59 NPV Kumulatih (10.911.032.730,43) (7.866.573.559) (4.987.909.843) (2.279.061.355) 259.181.516 2.628.564.120 4.297.136.572 6.341.391.242
30,39% DF 30,39% 0,77 0,59 0,45 0,35 0,27 0,20 NPV (9.623.173.315,22) 2.368.181.871,94 1.974.914.419,78 1.639.058.713,33 1.354.551.184,23 1.115.192.627,83 NPV Kumulatih (9.623.173.315,22) (7.254.991.443) (5.280.077.024) (3.641.018.310) (2.286.467.126) (1.171.274.498)
0,16 0,12 692.647.406,25 1.089.092.611,13 (478.627.092) 610.465.519,27
2022 6.650.735.261 0,28 1.890.554.047,24 8.231.945.290 0,09 610.465.519,27 0,00
126
Tabel 6.30 Hasil Perhitungan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) dengan Asumsi Pendapatan Menurun. Uraian Investasi DF 15% NPV NPV Kumulatih Operasional & pemeliharaan DF 15% NPV NPV Kumulatih Pendapatan DF 15% NPV NPV Kumulatih BCR
2014 (12.547.687.640) 0,87 (10.911.032.730,43) (10.911.032.730,43)
2015 0,76 (10.911.032.730)
2016 0,66 (10.911.032.730)
2017 0,57 (10.911.032.730)
Tahun Proyeksi 2018 0,50 (10.911.032.730)
2019 0,43 (10.911.032.730)
2020 (1.424.850.000) 0,38 (535.653.891,33) (11.446.686.622)
2021 0,33 (11.446.686.622)
2022 0,28 (11.446.686.622)
(7.036.032.000) (7.036.032.000) (7.387.833.600) (7.757.225.280) (8.145.086.544) (8.552.340.871) (8.979.957.915) (9.428.955.810) (9.900.403.601) 0,87 0,76 0,66 0,57 0,50 0,43 0,38 0,33 0,28 (6.118.288.695,65) (5.320.251.039,70) (4.857.620.514,51) (4.435.218.730,64) (4.049.547.536,67) (3.697.412.968,26) (3.375.898.797,11) (3.082.342.379,97) (2.814.312.607,80) (6.118.288.695,65) (11.438.539.735) (16.296.160.250) (20.731.378.980) (24.780.926.517) (28.478.339.485) (31.854.238.283) (34.936.580.663) (37.750.893.270) 0,87 1,15 1,043
11.062.329.255 0,76 1,32 8.364.710.211,52 8.364.710.212
11.765.921.278 0,66 1,52 7.736.284.229,91 16.100.994.441
12.495.018.217 0,57 1,75 7.144.067.219,10 23.245.061.661
13.250.399.587 0,50 2,01 6.587.790.407,82 29.832.852.068
14.032.866.811 0,43 2,31 6.066.795.572,31 35.899.647.641
14.843.243.808 15.682.377.585 0,38 0,33 2,66 3,06 5.580.125.139,86 5.126.597.050,56 41.479.772.781 46.606.369.831
16.551.138.862 0,28 3,52 4.704.866.655,04 51.311.236.486
127
6.3 Analisis Aspek Lingkungan Analisis lingkungan pada TPA Peh Kabupaten Jembrana dilakukan untuk mengetahui kualitas air disekitar TPA. Dalam analisis kualitas air sumur di sekitar TPA dilakukan pengujian kualitas air pada 3 sumur yaitu pengambilan 2 (dua) sampel pada sumur masyarakat yang lokasinya berdekatan dengan TPA Peh, dan 1 (satu) sampel pada sumur pantau TPA. Disamping itu juga dilakukan pengujian terhadap limbah cair (leachate) TPA Peh agar diketahui kualitas limbah cair domestik yang dihasilkan TPA Peh Kabupaten Jembrana.
6.3.1
Kualitas air sumur Hasil pengujian air sumur yang diambil pada bulan Juli 2013 dapat dilihat
pada Tabel 5.8. a.
Parameter fisik Parameter fisik air sumur yang diuji antara lain bau, jumlah zat padat
terlarut, kekeruhan, rasa, temperatur, dan warna. Uji kualitas air ini didasarkan pada Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Kedua sumur masyarakat jika dilihat berdasarkan parameter fisik, semua sudah memenuhi standart baku mutu, namun pada sumur pantau terdapat parameter warna yang melebihi standar baku mutu. Nilai zat padat terlarut yang cukup tinggi pada ketiga sumur dapat disebabkan karena adanya pengaruh rembesan air lindi sampah dari TPA Peh, dan juga dapat disebabkan aktivitas pertanian dan peternakan babi yang dimiliki warga. Kekeruhan air sumur pantau di lokasi TPA Peh dapat disebabkan oleh lapukan sampah yang ada di
128
lokasi TPA. Menurut Selamet (1996) kekeruhan air dapat disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik bersifat anorganik maupun organik. Zat anorganik, biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam sedangkan yang organik dapat berasal dari lapukan tumbuhan maupun hewan Zat organik dapat menjadi makanan
bakteri,
sehingga
mendukung
perkembangbiakannya.
Bakteri
merupakan zat yang tersuspensi, sehingga pertambahannya akan menambah kekeruhan air, demikian juga alga yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P dan K akan menambah kekeruhan air. Air yang keruh akan sulit didesinfeksi, karena mikroba terlindung oleh zat tersuspensi tersebut. Hal ini akan berbehaya bagi kesehatan apabila bakteri tersebut bersifat patogen. Parameter Warna yang melebihi standar baku mutu pada sumur pantau TPA Peh dapat disebabkan oleh partikel-partikel penyebab kekeruhan dan juga dapat disebakan oleh penguraian zat organik akibat rembesan air lindi sampah, hal ini dapat diindikasikan juga dari hasil pemeriksaan zat organik (KMNO4) pada sumur pantau yang cukup tinggi. Selain itu juga warna dapat disebabkan oleh zat humus dimana lokasi sumur terletak di wilayah pertanian. b.
Parameter Kimia Parameter kimia air sumur yang diperiksa antara lain Arsen, Besi, Flourida,
Kesadahan, Khlorida, Mangan, Nitrat, Nitrit, pH, Sianida, Sulfat, Detergent, dan Zat Organik. Berdasarkan hasil uji parameter kimia kualitas air diketahui bahwa kedua sumur penduduk sudah memenuhi standart baku mutu menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Namun untuk sumur pantau di TPA ada beberapa parameter yang melebihi
129
baku mutu yang diijinkan yaitu zat organik (KMNO4). Tingginya unsur ini dapat disebabkan karena sumur ini letaknya dekat (dalam radius 5 m) dengan aliran leachate sehingga sangat memungkinkan terjadi pencemaran oleh rembesan leachate, selain hal itu zat organik yang tinggi juga dapat diakibatkan rembesan Instalasi Penggolahn Limbah Tinja (IPLT) di area TPA Peh. Tingginya konsentrasi klorida pada ketiga sumur bersumber dari air lindi sampah yang merupakan hasil dari dekomposisi sampah dari TPA Peh yang merembes masuk ke dalam akuifer air tanah dangkal. Konsentrasi klorida yang tinggi akan menyebabkan sangat korosif dan dapat menembus lapisan pelindung konstruksi besi baja serta dapat merusak alat-alat yang terbuat dari logam (Fardiaz, 1999). c.
Parameter Mikrobiologi Uji mikrobiologis yang dilakukan mencakup coliform dan fecal coli.
Berdasarkan uji parameter mikrobiologis kualitas air maka diketahui bahwa semua sampel air sumur baik sumur penduduk maupun sumur pantau TPA Peh melebihi baku mutu yang ditetapkan, hal ini dimungkinkan terjadi karena rembesan air lindi yang mengandung bakteri Coliform dan Fecal Coli yang tinggi dan juga dikarenakan adanya rembesan dari Instalasi Penggolahn Limbah Tinja (IPLT) di area TPA Peh. Air sumur dengan kadar coliform dan E.Coli yang tinggi apabila digunakan oleh manusia sebagai air minumdapat menyebabkan diare.
130
6.3.2
Kualitas air lindi (leachate) TPA Peh Pengolahan limbah cair di TPA Peh menggunakan metode pengendapan,
yaitu menggunakan 4 kolam pengendapan dari inlet sampai outlet. Limbah cair berasal dari tumpukan sampah lalu mengalir dan masuk kolam sedimentasi untuk diendapkan. Proses selanjutnya dialirkan melalui saluran pengeluaran (outlet). Limbah cair ini dibuang melalui saluran air dan akan bermuara di Sungai sekitar TPA Peh. Hasil pengujian limbah cair di TPA Peh bulan Juli 2013 didasarkan pada Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 (Gubernur Bali, 2007) tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup yang selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.9. Tingginya konsentrasi suhu pada air lindi sampah tersebut akan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dalam penguraian bahan-bahan organik, dimana semakin tinggi suhu maka aktivitas mikroorganisme semakin meningkat yang menyebabkan pengambilan atau pemanfaatan oksigen terlarut dalam air semakin meningkat. Peningkatan suhu akan menimbulkan akibat menurunnya jumlah oksigen terlarut dalam air dan meningkatkan kecepatan reaksi kimia (Arbain, 2008). Tingginya kadar TDS dan TSS pada air lindi sampah disebabkan karena akumulasi dari hasil dekomposisi sampah organik dan anorganik yang ditimbun di TPA Peh. TDS tersebut menunjukkan jumlah kepekatan padatan terlarut dalam suatu air lindi sampah yang tinggi. TSS disebabkan oleh padatan atau lumpur hasil dari sampah di TPA Peh sedangkan TDS disebabkan oleh bahan anorganik berupa ion-ion antara lain ; sodium, kalsium, magnesium, bikarbonat,
131
sulfat, klorida, besi, kalium, karbonat, nitrat, fluorida, strontium, boron dan silika (Effendi, 2003). TSS memberi kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis pada perairan. Konsentrasi BOD dan COD pada air lindi TPA Peh sudah jauh melampaui baku mutu Air Limbah Domestik. Hal ini menggambarkan bahwa tingginya jumlah bahan organik sehingga membutuhkan oksigen yang banyak untuk melakukan
proses
dekomposisi
secara
biologis
(biodegradable)
oleh
mikroorganisme aerob dan mengoksidasi bahan organik secara kimiawi (non biodegradable). Pengukuran BOD dan COD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya tetapi dapat menunjukkan secara relatif jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan buangan dalam air lindi sampah tersebut. Jika konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukkan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan yang membutuhkan oksigen tinggi (Fardiaz, 1992). Jadi tingginya BOD dan COD merupakan indikator adanya pencemaran yang paling penting untuk menentukan kekuatan atau daya cemar air limbah seperti air lindi sampah dari TPA Peh. Hasil pengukuran parameter amonia pada air lindi TPA Peh sudah melampaui baku mutu Air Limbah Domestik Peraturan Gubernur No. 8 Tahun 2007 (Gubernur Bali, 2007). Begitu juga hasil pengukuran nitrat dan nitrit pada air lindi cukup tinggi. Tingginya konsentrasi amonia, nitrit dan nitrat tersebut karena telah mengalami proses oksidasi dengan sempurna pada senyawa nitrogen dari dalam sampah yang banyak mengandung bahan organik. Sumber amonia diperairan adalah pemecahan nitrogen organik yang terdapat dalam tanah dan air
132
yang berasal dari dekomposisi bahan organik oleh mikroba dan jamur (Effendi, 2003). Selain itu meningkatnya konsentrasi amonia dan nitrit tersebut bersumber dari proses reduksi nitrat dari bahan organik oleh mikroorganisme anaerob. Proses denitrifikasi nitrat oleh mikroba pada kondisi anaerob akan menghasilkan nitrit dan gas amonia (Effendi, 2003). Namun demikian berdasarkan pengukuran air lindi sampah tersebut menunjukkan konsentrasi nitrit lebih kecil dari pada konsentrasi amonia dan nitrat disebabkan karena nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Keberadaan nitrit tergantung berlangsungnya proses biologi perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut rendah (Effendi, 2003). Hasil pengukuran parameter sulfida pada air lindi TPA Peh konsentrasinya masih dibawah stándar Baku Mutu Air Limbah Domestik Peraturan Gubernur No. 8 Tahun 2007. Namun dari hasil pengamatan in-situ pada air lindi sampah diketahui bahwa baunya sangat menyengat. Timbulnya bau air lindi tersebut, hasil dari proses perombakan atau dekomposisi bahan organik khususnya perombakan komponen-komponen secara anaerobik dan akan menghasilkan senyawa yang berbau anyir dan berbau busuk berupa senyawa amonia, H2S dan methan. Gas sulfida (H2S) merupakan salah satu parameter yang dihasilkan dari proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme anaerob dan juga sebagai hasil reduksi dengan kondisi anaerob terhadap sulfat oleh mikroorganisme. TPA sampah dalam bentuk penimbunan sampah terbuka (open dumping) akan menimbulkan dampak negatif yang lebih besar karena bau yang tidak sedap yang berasal dari penguraian secara anaerob dari komponen-komponen sampah, seperti gas H2S, NH4, CH4 dan
133
juga dapat terjadi rembesan dari proses leaching ke dalam air tanah. Adanya sulfida dalam air limbah terutama berasal dari hasil dekomposisi senyawasenyawa organik dan juga reduksi SO4 oleh bakteri (Husin, 1998). Hasil pengukuran parameter total koliform dan Fecal coli dalam air lindi sampah adalah 24.000 MPN/100 ml. Hal ini disebabkan karena tingginya jumlah bahan organik sehingga akan diikuti oleh jumlah mikroorganisme baik yang tidak patogen maupun patogen semakin banyak. Jika bahan organik yang harus didegradasi cukup banyak maka membutuhkan mikroorganisme yang banyak. Dalam berkembang-biakan mikroorganisme tersebut tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroba patogen (total koliform) ikut berkembang pula (Wardhana 2001). Tingginya coliform dan fecal coli pada air lindi dapat juga disebakan oleh adanya rembesan dari Instalasi Penggolahn Limbah Tinja (IPLT) di area TPA Peh.
134
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan Berdasarkan kajian dengan analisis-analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis teknis diketahui bahwa timbulan sampah di TPA Peh kabupaten Jembrana adalah sebesar 150,56 m3/hari, dan dari analisa mass balance didapat recovery factor sebesar 80,33% dengan residu 19,87%. Jika timbulan sampah yang sangat besar ini tidak diolah, maka TPA Peh diprediksi akan penuh pada bulan Nopember 2015, namun dengan Perencanaan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dimana yang terbuang pada TPA hanya residunya saja, maka dapat diperpanjang umur pakai TPA hingga 9 (sembilan) tahun 3 (tiga) bulan kedepan. Dan area yang dibutuhkan dalam penerapan TPST di TPA Peh adalah luas areal pengolahan seluas 13.701 m2 dengan luas area penimbunan seluas 3 Ha. 2. Total biaya investasi dalam penerapan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu di TPA Peh Kabupaten Jembrana sebesar Rp. 12.331.282.000,00, sedangkan biaya operasional yaitu biaya peralatan pendukung, biaya gaji, dan biaya bahan bakar sebesar Rp. 5.811.760.000. Untuk potensi pendapatan dari daur ulang sampah tahun 2022 baik penjualan kompos dan barang lapak sebesar Rp 18.390.154.291,56. Net Present Value (NPV)
134
135
yang didapatkan bernilai positif sebesar Rp. 13.933.193.788 dengan nilai IRR sebesar 45,23% dan B/C Ratio sebesar 1,159. 3. Analisis lingkungan pada TPA Peh Kabupaten Jembrana dengan analisis kualitas air sumur di sekitar TPA diketahui bahwa sebagian besar parameter fisika dan kimia masih berada dibawah baku mutu, sedangkan untuk parameter biologi masih diatas baku mutu kualitas air berdasarkan Permenkes RI Nomor 416.Menkes/Per/IX/1990. Dari analisis kualitas air lindi TPA Peh diketahui untuk parameter zat padat tersuspensi (TSS), Amonium bebas, BOD, COD dan parameter biologi masih jauh diatas baku mutu kualitas limbah cair berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup.
7.2 Saran Beberapa saran yang dapat diberikan berkenaan dengan studi ini adalah: 1. Diperlukan monitoring secara intensive terhadap pengelolaan sampah di TPA Peh Kabupaten Jembrana sehingga kedepannya dapat berjalan lancar. 2. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut terhadap upaya pemilahan sampah sejak berada di sumber sampah yang diikuti dengan pengumpulan dan pengangkutan terpisah. Hal ini untuk mereduksi sampah dari sumber dan membantu meringankan beban kerja TPST.
136
3. Diperlukan kajian dalam upaya peningkatan pelayanan persampahan di Kabupaten Jembrana, sehingga diketahui kendala dan langkah-langkah yang diperlukan kedepannya. 4.
Perlu dilakukan kajian lebih lanjut terhadap penimbunan residu hasil pengolahan TPST dengan metoda yang ramah lingkungan.
5. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut terhadap upaya pemasaran produk daur ulang hasil pengolahan di TPST.
137
DAFTAR PUSTAKA
Arbain, 2008. Pengaruh Air Lindi Tempat Pembuangan Akhir Sampah Suwung Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal di Sekitarnya di Kelurahan Pedungan Kota Denpasar. Universitas Udayana. Denpasar. Azhary, I. 2007. Strategi Reduksi Sampah untuk memperpanjang Masa Pakai TPA Kebon Kongok – Mataram. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Badan Standarisasi Nasional. 1994.Tata Cara Pengelolaan Permukiman. SNI 19-3242-1994. LPMB Bandung.
Sampah
di
Badan Standarisasi Nasional. 1995. Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan. SNI 19-3964-1995. LPMB Bandung. Badan Standarisasi Nasional. 1995. Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia. SNI 19-3983-1995. LPMB. Bandung. Badan Standarisasi Nasional.2002. Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan. SNI 19-2454-2002. LPMB. Bandung. BPS. 2012. Jembrana Dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik. Kabupaten Jembrana. Chang, N. B and S.F. Wang. 1994. The development of material recovery facilities in the United States: status and cost structure analysis. Journal of Resources. Conservation and Recycling.http://www.sciencedirect.com. Online diakses tanggal 23 Januari 2013. Clark, J.R. 1977. Coastal Ecosystem Management. John Wiley and Sons. New York. Damanhuri, E. 2002. ”Pengelolaan Sampah kota : Minimisasi SampahTerangkut dan Optimasi TPA”.Prosiding Seminar Nasional Daur Ulang Sampah Kota secara Terpadu. Surabaya. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
137
138
Gubernur Bali. 2007. Baku Mutu Lingkungan Hidup Dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup. Per Gub No. 8 Tahun 2007. Denpasar. Gubernur Bali. 2013. Standar Kualitas Harga dan Upah Provinsi Bali Tahun 2013. Denpasar. Husin, Y.A. dan E. Kustaman. 1992. Metode dan Tehnik Analisis Kualitas Air. PPLH – Lembaga Penelitian IPB. Bogor. Irianto. A 2010. Statistika Konsep, Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Kamali, A. 2002. Kajian Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah dengan Pendekatan Ekonomi Lingkungan. Universitas Diponegoro. Semarang. Kuncoro, S. 2009. Pengolahan Sampah Terpadu.Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Kurniawan, B. 2006. Analisis kualitas air sumurSekitar wilayah tempat pembuangan akhirSampah(Studi Kasus di TPA Galuga Cibungbulang Bogor). Institut Pertanian Bogor. Bogor. KLHKP. 2012. Data Base Sistem Pengelolaan Sampah Kabupaten Jembrana. Kabupaten Jembrana. Menteri Hukum dan HAM. 2008. Pengelolaan Sampah. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. UU Nomor 18 tahun 2008. Jakarta. Menteri Kesehatan. 1990. Baku Mutu No.416/Menkes/Per/IX/1990. Jakarta.
Air
Bersih.
Permenkes
RI
Menteri Pekerjaan Umum. 2006. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan. 21/PRT/M/2006. Jakarta. Noviantun, L. 2007. Perencanaan MRF di TPA Lamongan. Tugas Akhir. Teknik Lingkungan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Permana, T.J. 2010. Kajian Pengadaan dan Penerapan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di TPA Km 14 Kota Palangka Raya. Institute Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Pohland, F.G and S.R. Harper. 1985. Critical Review and Summary of Leachate and Gas Production from Landfills. U.S. Environmental Protection Agency. Ohio. Presiden Republik Indonesia. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. PP No.82 tahun 2001. Jakarta.
139
Priambodo, K. 2005. Kualitas Air Lindi Pada Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Kabupaten Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Slamet, J. S. 1996. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjahmada University Press. Yogyakarta. Sofian, 2010. Sukses Membuat Kompos dari Sampah. AgroMedia Pustaka. Jakarta. Tchobanoglous, G. H. Theisen and S.A. Vigil. 1993. Integrated Solid Waste Management. Mc.Graw Hill lnc. International Editions. New York. Wardhana. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset. Yogyakarta. Widiastutik, R. 2009. Pengelolaan Sampah Terpadu Di TPA Tlekung Kota Batu. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Widodo, J. 2007. Evaluasi Sistem Pembuangan Akhir Sampah di Kota Trenggalek. Thesis Magister. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.