Bab IV : Visi Misi dan Tahapan Pengembangan Sanitasi Kota Bogor 4.1. Visi Misi Sanitasi Kota Berdasarkan kesepakatan POKJA Sanitasi Kota Bogor dan kajian kondisi eksisting visi dan misi sanitasi Kota Bogor sebagai konsep awal dapat dijabarkan sebagai berikut : Visi : Mewujudkan masyarakat Kota Bogor bersanitasi Misi : 1. Meningkatkan keterjangkauan masyarakat dalam akses layanan sanitasi. 2. Meningkatkan kualitas layanan sanitasi yang berkesinambungan dan berkelanjutan. 3. Meningkatkan pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang jauh lebih baik. 4. Meningkatkan keterlibatan masyarakat, privat/swasta dan kerjasama antar pemerintah daerah, provinsi dan pusat dalam pembangunan sektor sanitasi. 5. Meningkatkan kepekaan masyarakat dalam kerawanan masalah kesehatan dan lingkungan.
4.2. Tujuan dan Sasaran 4.2.1. Tujuan dan Sasaran Subsektor Air Limbah Berdasarkan kajian pada Masterplan Air Limbah Kota Bogor tahun 2010, bahwa di Kota Bogor terbagi atas 3 zona, dengan mengadopsi analisis zona drainase pada Masterplan Drainase Kota Bogor (Gambar 4.1) yakni : a) Zona Pelayanan Barat, dengan pembatas wilayah sebelah Barat Sungai Cisadane b) Zona Pelayanan Tengah, dengan pembatas wilayah antara Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung c) Zona Pelayanan Timur, dengan pembatas wilayah sebelah Timur Sungai Ciliwung
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV - 1
Gambar 4.1. Zonasi Sistem Pelayanan Air Limbah
Sumber : Masterplan Air Limbah Kota Bogor (2011)
Untuk menyelesaikan persoalan air limbah domestic di Kota Bogor, berdasarkan hasil kajian Masterplan Air Limbah, maka opsi teknologi yang digunakan adalah : • Sistem off site, yakni saluran perpipaan air limbah konvensional dengan instalasi pengolahan air limbah, semua dikelola oleh operator terpusat, dengan lokasi di Zona Tengah dan Zona Timur • Sistem on site, yakni fasilitas baru dan yang diperbaharui dengan pemeliharaan umumnya secara keseluruhan menjadi tanggungjawab rumah tangga atau kelompok masyarakat, di semua zona yang tidak terlayani off site • Sistem intermediate, yakni kombinasi kedua system di atas dengan tugas pemeliharaan dibagi antara operator terpusat dan partisipasi masyarakat, di semua zona yang tidak terlayani off site Pada sistem Off Site, yang berdasarkan hasil kajian Masterplan Air Limbah, akan direncanakan investasi atas IPAL-IPAL berikut:
BAPPEDA KOTA BOGOR | POKJA SANITASI TAHUN 2012
IV - 2
IPAL Tegal Gundil eksisting, saat ini melayani 300 sambungan dan dapat dioptimalisasi untuk melayani 2400 sambungan; ¡ Usulan IPAL Paledang yang melayani wilayah embrio off-site sebanyak 4900 sambungan; ¡ Usulan IPAL Kayumanis, yang akan melayani 34,000 sambungan; ¡ Usulan IPAL Ciluar yang akan melayani 12,300 sambungan. ¡
Pada sistem On Site, pemilihan teknologi air limbah yang tepat bergantung pada beberapa faktor fisik dan faktor non-fisik. Teknologi yang paling tepat adalah teknologi yang memberikan tingkat pelayanan yang paling dapat diterima secara sosial dan ramah lingkungan dengan biaya yang paling ekonomis. Lebih tepatnya teknologi yang sesuai adalah: ¡ Ramah lingkungan: air limbah ditangani sedemikian rupa sehingga tidak akan mempengaruhi manusia. Air limbah tidak dapat diakses oleh lalat, nyamuk, tikus dll. Menghindari menangani kotoran segar. Di daerah di mana orang bergantung pada air tanah sebagai sumber air minum, air tanah tidak boleh tercemar; ¡ Nyaman: ada batasan kondisi bau dan kondisi warna. Fasilitas ini berada dalam jarak berjalan kaki dari rumah; ¡ Mudah dioperasikan: operasi harian yang minim dan hanya membutuhkan rutinitas sederhana dan aman; ¡ Tahan lama dan pemeliharaan yang minim: umur yang panjang secara teknis dan hanya memerlukan pemeliharaan teknis sesekali saja, yaitu setiap 1 atau 2 tahun; ¡ Upgradable: memungkinkan untuk menambah dan melakukan perbaikan di masa depan; ¡ Biaya yang dapat diterima: ini tidak selalu berarti bahwa sistem tersebut murah. Teknologi yang terpilih harus dalam jangkauan keuangan dan ekonomis dari anggaran kota dan rumah tangga. Sedangkan kriteria secara teknis penggunaan teknologi system on-site adalah : ¡ Kepadatan penduduk: sistem on-site biasanya dibatasi untuk kepadatan rendah (<150 jiwa / ha) dan menengah (150-300 jiwa / ha): di daerah ini hampir selalu ada ruang untuk pembangunan fasilitas air limbah; ¡ Penghasilan: kita membedakan antara yang berpenghasilan rendah (