BAB IV Diskripsi Mata Kuliah Bab ini mempelajari tentang pengertian, jenis dan sumber air, serta berbagai persyaratan air terkait dengan kesehatan. Tujuan Instruksional Setelah mempelajari bab ini mahasiswa diharapkan mampu : a. b. c. d.
Menjelaskan pengertian air Menjelaskan Jenis‐jenis air dan sumber air Menjelaskan sumber pencemara air Menjelaskan ketekaitan air dengan kesehatan
4.1 Air (Hidrosfer) Hidrosfir adalah lingkungan air. Sebagian besar (71%) dari permukaan bumi tertutup oleh air. Lingkungan air itu begitu luasnya, sehingga sangat berpengaruh terhadap iklim. Karena air lebih sulit menjadi panas dibanding dengan litosfir, maka di siang hari air lebih dingin daripada tanah, dan pada malam hari ia akan lebih lambat menjadi dingin, sehingga ia lebih panas daripada daratan di malam hari. Dengan demikian cuaca daerah pantai tidak terlalu banyak berubah‐ubah dibanding dengan daerah pegunungan. Cuaca berpengaruh terhadap lingkungan air, sehingga terjadi aliran‐aliran di dalam badan air. Air yang panas berasal daerah tropis akan mengalir ke daerah yang lebih dingin (ke arah kutub) di permukaan laut, sehingga lapisan air bagian dalam mengalir ke arah yang sebaliknya, yaitu dari daerah kutub ke daerah tropis. Arah aliran air ini sangat dipengaruhi oleh rotasi bumi, bulan, dan matahari. Selain itu, akibat cuaca air terdapat dalam ketiga wujudnya di alam, yaitu, dalam bentuk padat (es), cair, dan gas/uap; sesuatu yang sangat spesifik bagi lingkungan air. Air di dunia ini jumlahnya praktis konstan 4.1.1 Distribusi Air Distribusi air di bumi ini disajikan dalam Tabel 4.1 Nampak bahwa sebagian besar berada di lautan. Lautan terdalam didapat didekat pulau Guam, yaitu, dengan kedalaman 7 Km, sedangkan gunung tertinggi (Mount Everest) hanya mempunyai ketinggian 5,5 Km (2). Air merupakan sumber daya yang mutlak harus ada bagi kehidupan. Air juga merupakan bahan pelarut paling baik. Tubuh manusia untuk 70% terdiri atas air. Sebaliknya, di dalam badan air terdapat benda‐benda hidup yang sangat menentukan karakteristik air tersebut, baik secara kimia maupun secara fisis dan biologis. Tabel : 4.1 Distribusi Air Didunia Persen dari Kedalaman Rata‐ Lokasi Km kubik Total rata Samudra 1.323.000.000 97,2 1,6 mi
Laut, Danau Asin 104.000 0,008 8,0 in Es, Glasir 30.500.000 2,15 196,0 ft Air Tanah 8.350.000 0,61 52,0 ft Air Permukaan 67.000 0,05 5,1 in Danau Air Tawar 125.000 0,009 9,6 in Sungai(vol.rata‐rata) 1.670 0,0001 0,13 in Atmosfir 12.900 0,001 1,0 in Lain‐lain 375.000 0,028 28,9 in Total 1.362.000.000 100,000 Sumber : Lamb, James C., 1985 4.1.2 Sirkulasi Air Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersirkulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologis. Siklus ini penting, karena ialah yang mensuplai daerah daratan dengan air.. Air menguap akibat panasnya matahari. Penguapan ini terja pada air permukaan, air yang berada di dalam lapisan tanah bagian at; (evaporasi), air yang ada di dalam tumbuhan (transpirasi), hewan, dj manusia (transpirasi, respirasi). Uap air ini memasuki atmosfir. Di dala atmosfir uap ini akan menjadi awan, dan dalam kondisi cuaca tertentu dap mendingin dan berubah bentuk menjadi tetesan‐tetesan air dan jatuh kembi ke permukaan bumi sebagai hujan. Air hujan ini ada yang mengalir langsung masuk ke dalam air permukaan (runoff), ada yang meresap ke dalam tam (perkolasi) dan menjadi air tanah baik yang dangkal maupun yang dalam, tanah yang diserap oleh tumbuhan. Air tanah dalam akan timbul ke permukaan sebagai mata air dan menjadi air permukaan. Air permukaan bersama‐san dengan air tanah dangkal, dan air yang berada di dalam tubuh akan menguap kembali untuk menjadi awan. Maka siklus hidrologis ini kembali berulang. Siklus hidrologis ini adalah salah satu proses alami untuk membersihkan dirinya, dengan syarat bahwa kualitas udara cukup bersih. Apabila udara tercemar, maka air hujanpun akan tercemar, karena turunnya hujan ataupun salju merupakan proses alamiah yang membersihkan atmosfir dari segala debu, gas, uap, dan aerosol. Sampai saat ini kebanyakan orang memanfaatkan air permukaan tawar dan air tanah sebagai sumber airnya. Demikian pula keadaannya di Indonesia. Air laut yang asin, sekalipun jumlahnya besar, tetapi baru dimanfaatkan sedikit sekali, karena biaya proses desalinasi yang masih sangat mahal. Hal ini hanya dilakukan oleh negara/daerah‐daerah yang sudah tidak mempunyai sumber lain yang lebih baik. Penggunaan air tawar, sampai saat ini masih terus dapat memenuhi dan dipertahankan, karena adanya aliran air dalam siklus hidrologis. 4.1.3 Sumber‐Sumber air Dari siklus hidrologis ini dapat pula dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat pula diperkirakan kualitas dan kuantitasnya secara sepintas. Sumber‐sumber air tersebut adalah (i) air permukaan yang merupakan air sungai, dan danau. (ii) Air tanah yang
tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam. (iii) Air angkasa, yaitu air yang beras dari atmosfir, seperti hujan dan salju. Kualitas berbagai sumber air terseb berbeda ‐ beda sesuai dengan kondisi alam serta aktivitas manusia yang ada sekitarnya. Air tanah dangkal dan air permukaan dapat berkualitas baik andaikata tanah sekitarnya tidak tercemar, oleh karenanya air permukaan dan air tanah dangkal sangat bervariasi kualitasnya. Banyak zat yang terlarut ataupun tersuspensi di dalamnya selama perjalannya menuju ke laut. Namun selan perjalanan ini pula air dapat membersihkan dirinya karena adanya sinar ultra violet dari matahari, aliran, serta kemungkinan‐ kemungkinan terjadinya reaksi‐reaksi antar zat kimia yang terlarut dan terjadinya pengendapan‐pengendapai Air permukaan yang tertampung di danau‐danau atau reservoir buatan manus dapat ditumbuhi berbagai macam algae, tumbuhan air seperti eceng gondol dan berbagai ikan, terutama apabila air tersebut mengandung banyak nutrie bagi pertumbuhannya. Air permukaan dapat mengandung banyak zat organ! yang mudah terurai yang merupakan makanan bagi bakteri. Kesemuanya itu sangat mempengaruhi kualitas air tersebut. Kualitas air di dalam danau juga terpengaruh oleh cuaca, dan tergantung kedalamannya, air tersebut dap terstratifikasi temperaturnya, sehingga spesies‐spesies kimia yang ada dalami setiap lapis akan berubah. Stratifikasi dapat hilang karena perubahan cuaca yang drastis, dan dengan sendirinya terjadi perubahan kualitas air tersebut. Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi mikrobiologis, karena sewaktu proses pengaliran ia mengalami penyaringna alamiah dan dengan demikian kebanyakan mikroba sudah tidak lagi terdapat di dalamnya. Namun demikian, kadar kimia air tanah dalam ataupun yang artetis tergantung sekali dari formasi litosfir yang dilaluinya. Pada proses ini mineral mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualits air tersebut. Kualitas air angkasa tergantung sekali pada kualitas udara yang dilaluinya sewaktu turun kembali ke permukaan bumi. Bila kadar SO2 di dalan udara tinggi, maka hujan yang turun akan bersifat asam. Air angkas sedemikian disebut tercemar. Keadaan seperti ini sering ditemukan di daera perindustrian. 4.1.4 Air dan Budaya Sumber air didayagunakan manusia untuk berbagai keperluan. Pendayagunaan air dalam bidang budaya antara lain adalah untuk transportasi, membentuk tenaga mekanis ataupun listrik, untuk industri, untuk mendapatka garam (NaCl), Kalium, Bromida, dan rekreasi. Perkembangan budaya ini terjadi sebagai akibat dari (i) kebutuhan yang dirasakan manusia dan (ii) adanya interaksi antara manusia itu sendiri dengan lingkungan air. Bahvva air telah memberikan rangsangan pada perkembangan budaya manusia purba, tampak pada benda‐benda yang seringkali terdapat pada penggalian‐penggalian benda‐benda arkheologis di mana sering ditemukan periuk‐periuk yang mestinya dipakai untuk menyimpan air. Akhirnya, badan‐badan airpun digunakan sebagai wadah untuk membuang kembali semua
limbah cair. Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi, dan biologis. 4.1.5 Sifat Fisis Air di dunia ini didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni, bentuk padat sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Kepadatan (density) air, seperti halnya wujud, juga tergantung dari temperatur, dan tekanan barometris (P). Pada umumnya, densitas meningkat dengan menurunnya temperatur, sampai tercapai maksimum pada 4° Celcius. Apabila temperatur turun lagi, maka densitas akan turun pula. Sekalipun demikian, temperatur air tidak mudah berubah. Dengan demikian, transfer panas dari dan ke air tidak banyak menimbulkan perubahan temperatur. Kapasitas panas yang besar ini menyebabkan efek stabilisasi badan air terhadap keadaan udara sekitarnya. Hal ini sangat penting untuk melindungi kehidupan aquatik yang sangat sensitif terhadap gelojak suhu. Selain itu temperatur meningkatkan jumlah tekanan uap (VP). perlu diingat sewaktu melakukan penyuluhan pemanfaatan air minum yang seringkali dianjurkan agar air dimasak terlebih dahulu sebelum dikonsumpsi, padahal air dapat mendidih pada temparatur yang berbeda tergantung pada ketinggian di atas permukaan laut. 4.1.6 Sifat Kimiawi Air yang bersih mempunyai pH = 7, dan oxigen terlarut (= DO) jenuh pada 9 mg/l. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni, didapat di dalam tubuh semua organisme. Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada di dalam air berjumlah sangat besar. 4.1.7 Sifat Biologis Kehidupan itu dikatakan berasal dari air (laut). Di dalam perairan selalu didapat kehidupan, fauna dan flora. Benda hidup ini berpengaruh timbal balik terhadap kualitas air. Di dalam suatu lingkungan air, terdapat berbagai benda hidup yang khas bagi lingkungan tersebut. Sebagaimana halnya semua organisme, setiap jenis organisme dalam perairan mempunyai fungsi yang sangat khusus dalam lingkungan tersebut dan membentuk ekosistem aquatik yang khas pula. Setiap perubahan kualitas air akan mengubah ekosistem yang ada. Selain itu seringkali dinilai pula diversitas spesies‐spesies yang didapat. Pada hakekatnya, diversitas adalah perbandingan antara jumlah spesies dengan jumlah individu sebagai berikut. Diversitas = . Jumlah Spesies .
Jumlah Individu (organisme)
Diversitas ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti temperatur, pH, deras aliran, musim, dan lain‐lainnya. Misalnya, kedalaman air yang menyebabkan terjadinya stratifikasi temperatur air, oxigen terlarut, zat organik, dan lain sebagainya, akan
menentukan jenis spesies ya didapat dalam berbagai strata air. Jadi, diversitas merupakan ukuran yang penting dalam menilai kualitas air/ meneliti dampak berbagai kegiatan terhadap lingkungan air. 4.2 Manusia dan Air Air di dalam tubuh manusia, berkisar antara 50 ‐ 70% dari seluruh berat badan. Air terdapat di seluruh badan; ditulang terdapat air sebanyak 22% berat tulang, di darah dan ginjal sebanyak 83%. Pentingnya air bagi kesehatan dapat dilihat dari jumlah air yang ada di dalam organ, seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75% dari urat syaraf, 80% dari ginjal, 70% dari hati, dan 75% dari otot adalah air. Kehilangan air untuk 15% dari berat badan badan dapat mengakibatkan kematian. Karenanya orang dewasa perlu minum minimum 1,5‐2 liter air sehari. Kekurangan air ini menyebabkan banyaknya didapat penyakit batu ginjal dan kandung kemih di daerah tropis seperti Indonesia, karena terjadinya kristalisasi unsur‐unsur yang ada di dalam cairan tubuh. Air diperlukan untuk melarutkan berbagai jenis zat yang diperlukan tubuh. Sebagai contoh, oxigen perlu dilarutkan dahulu, sebelum dapat memasuki pembuluh‐pembuluh darah yang ada disekitar alveoli. Demikian pula halnya dengan segala zat makanan yang hanya dapat diserap apabila dapat larut di dalam cairan yang meliput selaput lendir usus. Air sebagai bahan pelarut, membawa segala jenis makanan ke seluruh tubuh dan mengambil kembali segala buangan untuk dikeluarkan dari tubuh. Air juga ikut serta mempertahankan suhu badan, karena dengan penguapannya suhu dapat menurun. Dalam segala fungsi kehidupan seperti bereaksi terhadap segala stimulus, tumbuh, bermetabolisme, bereproduksi, air selalu memegang peranan penting. Bahwa air sangat dibutuhkan bagi kehidupan masyarakat sehari‐hari tampak dari tempat‐tempat di bumi ini yang dipilih masyarakat untuk bermukim. Pemukiman banyak ditemukan disekitar perairan seperti sungai‐sungai. Oleh karena itu pula kota‐kota di dunia ini pada awalnya terletak di dekat sungai‐sungai. Manusia sebagai mahluk budaya juga terpengaruh oleh sifat‐sifat lingkungan air, sehingga dapat mengembangkan teknologi dalam rangka mendayagunakannya. Air menstimulir manusia untuk membuat wadah‐wadah air baik dari tanah, perunggu, perak, maupun emas. Air juga menstimulir orang untuk membuat rakit, perahu, kapal‐kapal, dan lain‐lainnya, agar dapat mendayagunakan air sebagai media transport. Saat ini orang juga memanfaatkan air bagi pembangkit tenaga listrik, rekreasi, perikanan, dan industri lainnya. 4.3 Pemanfaatan Dari sekian banyak manfaat air, jumlah air yang betul‐betul dikonsumsi hanya merupakan sebagian kecil saja, yakni yang tergolong penyediaan air minum/bersih. Namun demikian dari kelompok inipun, yang betul dikonsumsi sangat sedikit. Misalnya saja, orang hanya minum 2 liter/or/hari, demikian pula jumlah air yang dikonsumsi hewan atau tumbuhan, hanya sedikit saja. Sebagian besar hanya digunakan sebagai media. Misalnya, penyediaan air bersih ini sebagian besar akan kembali ke alam sebagai air bekas cucian,
bekas membersihkan rumah, bekas menggelontor kotoran, bekas mandi, dan lau lainnya. Jadi, tidak dapat dibayangkan, andaikata tidak tersedia air, apakl kebersihan dapat terjamin? 4.4 Kompetensi Akan Air Banyaknya aktivitas manusia yang memerlukan air dapat menimbulka permasalahan kompetisi. Apakah kebutuhan akan air minum perlu diprioritaskan atas penggunaan industri, atau irigasi? Kompetisi ini dapat terjadi didasarkan atas jumlah air yang tersedia, pembangunan fasilitas sellings pemanfaatan sumber daya air dapat dikendalikan dengan lebih baik, dan ate dasar kualitas serta perubahan kualitas air. Kompetisi atas dasar kuantitas air yang tersedia membuat orang merinci berapa jumlah air yang hilang akibat evaporasi akibat pemanfaatan. Apabila orang dibiarkan berkompetisi atas dari jumlah air yang dikonsumsi maka orang tidak akan mengijinkan air dimanfaatkan untuk keperluan irigasi. Padahal irigasi sangat diperlukan unt produksi pangan yang kuantitas serta kualitasnya berpengaruh terhadap kesehatan. Kompetisi seperti ini juga terjadi akibat pemanfaatan air yang terjadi berbagai bagian sungai, di mana pemanfaatan di bagian hulu dapat mempengaruhi jumlah air yang tersedia bagi pemakai di daerah hilir. Kompetisi jenis kedua, yakni kompetisi bagi fasilitas air yang dapat lebih baik mengendalikan pemanfaatan sumber daya air. Misalnya, mana yang sebaiknya dibangun, waduk bagi pencegahan banjir atau pembangunan waduk bagi reservoir penyediaan air minum? Kompetisi seperti ini dapat terjadi, karena pada waduk yang dibangun bagi pengendalian banjir, maka reservoir akan diusahakan agar selalu kosong, sebaliknya dengan reservoir bagi penyediaan air minum yang diusahakan selalu penuh berisi air. Selain itu, lokasi yang dapat dipakai untuk membangun waduk sulit dicari. Baik pengendalian banjir maupun penyediaan air minum diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Atas dasar kemungkinan terjadinya konflik tersebut, maka keputusan untuk menentukan lokasi waduk, perlu diperhatikan pula berbagai kompetisi pemanfaatan air yang dapat terjadi. Kompetisi jenis ketiga terjadi apabila pemanfaatan air dapat mengubah kualitas air tersebut. Sebagai contoh, pemanfaatan badan air bagi buangan dapat mengubah kualitas air sedemikian rupa, sehingga air di daerah hilir tidak dapat dimanfaatkan bagi keperluan perikanan, penyediaan air bersih, dan industri. Hal ini mudah dapat dimengerti dan permasalahan seperti ini sudah sejak lama diketahui baik oleh para ahli maupun oleh masyarakat umum. Sebetulnya, tidaklah mungkin memaksimalkan pemanfaatan air bagi suatu keperluan tanpa mengurangi pemanfaatan air bagi yang lain. Di Indonesia, didapat Undang‐undang no. 11/1974 dan PP no. 22/19 yang mengatur pemanfaatan air beserta sumbernya, yang diprioritaskan bagi keperluan air minum, rumah tangga, pertahanan‐ keamanan, peribadatan dan keperluan social. Sedangkan irigasi, industri, ketenagaan, pertambangn dan lain‐lainnya termasuk prioritas berikutnya. Dalam kenyataannya, sektor pertanian merupakan pengguna air terbesar. Orang di Indonesia beranggapan bahwa sekitar 40% ‐80% dari jumlah air yang dimanfaatkan akan dikembalikan ke lingkungan sebagai air buangan, Jumlah minimum air
yang dialokasikan untuk kebutuhan minum, mandi, cuci kakus adalah 60 I/orang/hari. Namun penelitian di 8 kota di Indonesia. menghasilkan konsumsi rata‐rata sebesar 138,5 1/or/h. 4.5 Pengaruh Terhadap Kesehatan Uraian terdahulu mengenai sirkulasi air, pemanfaatan air, serta sifat‐si air telah memberi gambaran tentang kemungkinan terjadinya pengaruh terhadap kesehatan. Secara khusus, pengaruh air terhadap kesehatan dat bersifat langsung maupun tidak langsung. 4.5.1 Pengaruh Tidak Langsung Sama halnya dengan udara, pengaruh tidak langsung adalah pengaruh yang timbul sebagai akibat pendayagunaan air yang dapat meningkatkan ataupun menurunkan kesejahteraan masyarakat. Misalnya, air yang dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, untuk industri, untuk irigasi, perikam pertanian, dan rekreasi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, pengotoran air dapat menurunkan kesejahteraan masyarak Sebagai contoh adalah pengotoran badan‐badan air dengan zat‐ zat kimia ya dapat menurunkan kadar oxigen terlarut, zat‐ zat kimia tidak beracun ya sukar diuraikan secara alamiah dan menyebabkan masalah khusus sepe estetika, kekeruhan karena adanya zat‐zat tersuspensi. 4.5.1.1 Pengikat Oksigen Zat‐zat pengikat oxigen kebanyakan adalah zat kimia organik. Zat‐zat organik banyak yang dimanfaatkan oleh mikroorganisma sebagai sur ber energi dan dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Zat‐zat tersebut diuraikan dalam proses metabolisme mikroba dan terbentuklah senyawa‐senyawa ya lebih sederhana, dan pada akhirnya menjadi zat‐zat anorganik dan gas. Reaksi‐reaksi biokimia ini dapat terjadi karena adanya oxigen terlarut, oleh karenan zat‐zat tersebut disebut sebagai zat‐zat yang menimbulkan demand oxigen (BOD = biochemical oxygen demand). Jumlah BOD yang terjadi tergantu pada jumlah serta jenis zat kimia yang ada, jumlah serta tipe mikroorganisi yang ada dalam air, temperatur, pH, keberadaan elemen lain, zat hara, d lain‐lainnya. Oxigen terlarut ini didapat karena proses tranferdari atmosfir air, dan transfer lewat fotosintesa algae dan lain tumbuhan berwarna. Kualitas badan air akan terganggu karena zat‐zat tersebut apabila tranfer oxigen dari udara ke air berjalan lebih lambat daripada penggunaannya dalam proses biokimia tadi. Ikan yang sensitif akan mati pada kadar oxigen kurang dari 3‐5 mg/1. Apabila BOD semakin tinggi, maka kehidupan ikan di perairan semakin terancam secara progressif, sampai terjadi kematian ikan secara total. Habisnya oxigen terlarut akan menyebabkan tumbuhnya organisme anaerob beserta hasil metabolismenya yang menyebabkan bau. Pengaruh zat‐zat pengikat oxigen ini terhadap kesehatan terjadi secara tidak langsung karena kematian mata rantai makanan (ikan) dan untuk alasan estetika. Selain itu dayaguna air untuk keperluan kesehatan juga akan menurun.
4.5.1.2 Pupuk Tanaman Akhir‐akhir ini pupuk buatan banyak digunakan di kegiatan pertanian dan perkebunan untuk meningkatkan produksi bahan pangan per luas area yang sama. Pupuk yang paling banyak dipakai terdiri dari elemen N, P, dan K. Hal tersebut dilakukan karena jumlah penduduk yang semakin meningkat, dan lahan bagi pertanian semakin berkurang. Pupuk yang dipergunakan di daerah pertanian ini tidak semuanya terpakai, sebagian akan masuk ke dalam perairan. Karena pupuk tersebut juga bermanfaat bagi tumbuhan air, maka terjadi pertumbuhan yang berlebih di dalam perairan. Suatu perairan dapat samasekali tertutup oleh tumbuhan sehingga mengurangi cahaya yang dapat masuk ke dalam air. Selain itu oxigen terlarut menjadi berkurang, air menjadi semakin anaerobik, anyir dan berbau, sehingga mengurangi populasi organisme yang aerob dan menurunkan nilai estetik. Dengan demikian, dayaguna air bagi kesehatan juga menurun. Pertumbuhan tanaman sedemikian dapat pula mengganggu sistim pengolahan air. Hal inipun memberi pengaruh terhadap kesehatan secara tidak langsung lewat musnahnya rantai makanan yang bersifat aerob. 4.5.1.3 Material Tersuspensi Materi yang tersuspensi adalah materi yang mempunyai ukuran lebih besar daripada molekul/ion yang terlarut. Materi tersuspensi ini dapat digolong kan menjadi dua, yakni zat padat dan koloid. Zat padat tersuspensi dapat mengendap apabila keadaan air cukup tenang, ataupun mengapung apabila sangat ringan; materi inipun dapat disaring. Koloid sebaliknya sulit mengendap dan tidak dapat disaring dengan saringan (filter) air biasa. Materi tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas air karena menyebabkan kekeruhan dan mengurangi cahaya yang dapat masuk ke dalam air. Oleh karenanya, manfaat air dapat berkurang, dan organisme yang butuh cahaya akan mati. Setiap kematian organisme akan menyebabkan terganggunya ekosistem akuatik. Apabila jumlah materi tersuspensi ini banyak dan kemudian mengendap, maka pembentukan lumpur dapat sangat mengganggu aliran dalam saluran, pendangkalan cepat terjadi, sehingga diperlukan pengerukan lumpur yang lebih sering. Apabila zat‐zat ini sampai di mi sungai dan bereaksi dengan air yang asin, maka baik koloid maupun terlarut dapat mengendap di muara‐muara dan proses inilah yang men babkan terbentuknya delta‐delta. Dapat dimengerti, bahwa pengaruhi terhadap kesehatanpun menjadi tidak langsung. 4.5.1.4 Zat‐zat Kimia penyebab masalah khusus Ke dalam kategori ini termasuk segala macam zat organik dan an ganik. Misalnya, phenol yang dapat bereaksi dengan chloor (desinfektan dalam pengolahan air) menjadi khlorphenol yang menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Dapat pula zat‐zat kimia dalam air masuk ke dalam tubuh ikan menyebabkan bau dan rasa daging ikan yang kurang enak. Dengan demikian timbul masalah estetika, dan masalah perikanan. Zat organik yang
bereaksi dengan khlor dapat juga menjadi senyawa yang karsinogenik, seperti trihalometan dalam hal ini, maka pengaruhnya terhadap kesehatan da bersifat langsung. 4.5.1.5 Panas Panas merupakan contoh pengotoran air karena zat fisis. Buangan pa terutama berasal dari industri yang besar, di mana air diperlukan untuk proses pendinginan; misalnya pada industri pembangkit tenaga listrik. Buangan panas dari industri dapat langsung dibuang ke perairan apabila air hanya dialirkan satu kali saja, tetapi apabila pendinginan dilakukan dengan memakai men pendingin, maka sebagian dari panas akan hilang karena terjadinya evaporasi Panas akan mengurangai potensi sumber air untuk suatu proses pendinginan yang biasanya dibutuhkan dalam proses industri. Selain meningginya temperatur air dapat menyebabkan meningkatnya rasa dan bau karena reaksi biokimia akan berjalan dengan lebih cepat, padahal daya larut oxigen dalam air menjadi berkurang. Intensitas temperatur sendiri dapat mematikan ikan yang sensitif terhadap kenaikan suhu. Meningkatnya temperatur juga akan menambah penguapan oxigen terlarut, sehingga kematian ikan dapat bertambah. Kadang kadang ikan tidak sampai mati, tetapi proses reproduksinya dapat terganggu ataupun organisme makanan ikan dapat mati. Juga temperatur dapat mempengaruhi reaksi‐reaksi zat kimia di da air. Sifat toxisitas zat kimia dapat pula meningkat dengan meningkatnya emperatur. Biota akuatik dapat terpengaruh oleh toxisitas ini, demikian juga manusia. Jadi pencemar panas dapat berpengaruh tidak langsung terhadap kesehatan. Buangan air yang panas, di negara beriklim dingin kadang‐kadang dapat dimanfaatkan untuk penghangatan. Secara langsung air yang panas dapat dipakai untuk irigasi di musim dingin, sehingga waktu bercocok tanam diperpanjang karenanya. Demikian pula halnya dalam bidang peternakan ikan dan kerang. 4.5.2 Pengaruh Langsung Pengaruh langsung terhadap kesehatan tergantung sekali pada kualitas air, dan terjadi karena air berfungsi sebagai penyalur ataupun penyebar penyebab penyakit ataupun sebagai sarang insekta penyebar penyakit. Kualitas air berubah karena kapasitas air untuk membersihkan dirinya telah terlampaui. Hal ini disebabkan bertambahnya jumlah serta intensitas aktivitas penduduk yang tidak hanya meningkatkan kebutuhan akan air tetapi juga meningkatkan jumlah air buangan. Buangan‐buangan inilah yang merupakan sumber‐ sumber pengotoran perairan. Di antara zat‐zat pengotor air tersebut ada yang berpengaruh langsung ataupun tidak langsung. Beberapa yang berpengaruh tidak langsung telah dibicarakan terdahulu, seperti zat pengikat oxigen, pupuk, material tersuspensi, dan panas. Sumber sumber Pengotor Air Sumber Alamiah Udara Mineral terlarut
Sumber Pertanian
Air buangan
Waduk Lain‐lain
Tumbuhan/hewan busuk Tumbuhan air Air hujan Erosi Kotoran hewan Pupuk Pestisida Air irigasi Pemukiman Industri Air hujan kota Kapal/perahu, dll. Pengolahan limbah Lumpur Tumbuhan akuatik Industri konstruksi Pertambangan Air tanah Sampah
4.5.2.1 Zat‐Zat Kimia Yang Persisten Sebaliknya dari zat‐zat kimia yang terurai dengan memanfaatkan oxigen terlarut, zat‐zat berikut ini tidak dapat diuraikan untuk jangka waktu lama dalam kondisi perairan yang normal. Zat‐zat inilah yang disebut sebagai yang persisten. Oleh karena tidak didapat mekanisme alamiah yang dapat menguraikan zat‐zat tersebut dan tidak ada jalan alamiah bagi perairan untuk membersihkan diri dari zat‐zat tersebut, maka akan terjadi akumulasi di dalam air maupun di dalam organisme air. Oleh karena itulah timbul kekhawatiran antara para ahli lingkungan. Sebagai contoh adalah DDT (dichloro‐diphenyl‐trichloroetan) yang pernah digunakan dalam pemberantasan nyamuk Malaria di seluruh dunia. DDT telah banyak bermanfaat di berbagai negara dalam pemberantasan penyakit yang menyebar lewat nyamuk. Oleh karenanya penyakit‐penyakit tersebut yang setiap tahunnya menyebabkan banyak kematian menurun sangat drastis. Selain itu DDT juga digunakan untuk pemberantasan hama tanan Di satu fihak DDT banyak bermanfaat, tetapi di lain fihak, DDT sangat persisten di alam. Akumulasi DDT terdapat tidak hanya pada ikan dan hewan, tetapi juga pada manusia. Sekalipun sampai saat ini belum dapat dibukti pengaruh jeleknya terhadap kesehatan manusia, tetapi efek jangka panjang belum dapat diketahui. Dengan demikian penggunaaan DDT menimbulkan suatu dilema tersendiri. 4.5.2.2 Zat Radioaktif
Zat radioaktif dalam jumlah yang cukup banyak akan menimbulkan < terhadap kesehatan, tetapi hal ini tidak akan terjadi apabila pengenda buangan zat radioaktif dilaksanakan dengan sangat ketat. Namun demikian radioaktif, dalam jumlah yang sedikit dapat pula menimbulkan masalah apa terjadi biomagnifikasi di dalam organisme akuatik. Besar kecilnya masalaJ sangat tergantung pada kadar magnifikasi, peran organisme tersebut da rantai makanan, serta lamanya waktu paruh zat‐ radioaktif. Selain itu sedemikian biasanya tidak dapat digunakan oleh industri pembuatan film. 4.5.2.3 Penyebab Penyakit Adanya penyebab penyakit di dalam air, dapat menyebabkan efek langsung terhadap kesehatan. Penyebab penyakit yang mungkin ada, dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar.yaitu: 1. penyebab hidup, yang menyebabkan penyakit menular, dan 2. penyebab tidak hidup, yang menyebabkan penyakit tidak menular. 4.5.2.4 Penyakit Menular Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat bermacam‐macam sebagai berikut; (i) air sebagai penyebar mikroba patogen, (ii) air sebagai sarang insekta penyebar penyakit, atau (iii) jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan (iv) air sebagai sarang hospes sementara penyakit. 4.5.2.4.1 Air Sebagai Penyebar Mikroba Patogen Penyakit menular yang disebarkan oleh air secara langsung di antara masyarakat seringkali dinyatakan sebagai penyakit bawaan air atau "water borne diseases". Penyakit‐ penyakit ini hanya dapat menyebar, apabila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari‐hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air ini sangat banyak macamnya. Mulai dari virus, sakteri, protozoa, metazoa. Beberapa penyakit bawaan air dan agennya Agent Penyakit Virus: Rotavirus Diare pada anak V. Hepatitis A Hepatitis A V. poliomyelitis Polio(myelitis anterior acuta) Bakteri: Vibrio cholerae Cholera Escherichia coli enteropatogenik Diare/Dysenterie Salmonella typhi Typhus abdominalis Salmonella paratyphi Paratyphus
Shigella dysenteriae Dysenterie Protozoa: Entamoeba histolytica Dysentrie amoeba Balantidia coli Balantidiasis Giardia lamblia Giardiasis Metazoa: Ascariasis Ascaris lumbricoides Clonorchis Clonorchiasis sinensis Diphyllobothrium latum Diphylobothriasis Taenia saginatw'solium Taeniasis Schistosoma Schistosomiasis 4.5.2.4.2 Air Sebagai Sarang Vektor Penyakit Air dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta sedemikian disebut sebagai vektor penyakit. Vektor penyakit sedemikian dapat mengandung penyebab penyakit dari berbagai jenis Penyebab penyakit di dalam tubuh vektor, dapat berubah bentuk, berubah fase pertumbuhan ataupun bertambah banyak, atau tidak mengalami perubahan apa‐apa. Vektor tersebutpun dapat menderita penyakit karenanya, dapat pula tidak. Vektor yang bersarang di air dan penting di Indonesia, pada umumnya adalah nyamuk dari berbagai genus/spesies. Beberapa penyakit bawaan nyamuk Vektor Penyakit Agent Culicines: C. Virus encephalitis Filana fatigans/pipiens C. Encephalitis B/M Fatigans/pipiens Filariasis Aedes: A. aegypti Dengue Virus dengue A. aegypti Dengue haemorrhagic fever Virus DHF Anophelinie Anopheles spp. Malaria Protozoa 4.5.2.4.3 Penyakit Yang Disebabkan kurang air bersih Kurangnya air bersih, khususnya untuk menjaga kebersihan diri, dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata, Hal ini terjadi, karena bakteri yang selalu ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Apalagi di antara masyarakat dengan keadaan gizi yang kurang seperti kekurangan vitamin A, B, dan C. Penyakit yang tergolong dalam kelompok ini adalah: (i) penyakit Trachoma, (ii) segala macam penyakit kulit yang disebabkan jamur, dan bakteri. Juga termasuk di sini penyakit Scabies yang disebabkan oleh Sarcoptes scabei, sejenis tungau.
4.5.2.5 Penyakit Tidak Menular Penyakit tidak menular yang dapat disebarkan lewat air banyak sekali, tergantung penyebabnya. Penyebab penyakit ini dapat dikelompokkan sebagai zat‐zat kimia maupun zat‐zat fisis. Panas dan zat radioaktif sebagai pencemar fisis telah diuraikan terdahulu. Penyakit yang disebabkan zat kimia banyak sekali ragamnya. Beberapa kejadian epidemis yang pernah dilaporkan, antara lain, adalah wabah yang disebabkan keracunan air raksa, Cadmium, dan Cobalt. 4.5.2.5.1 Keracunan Air Raksa Keracunan air raksa yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi dikenal sebagai penyakit Minamata. Keracunan ini menyebabkan 111 orang menjadi cacat dan 43 orang diantaranya meninggal. Penderita adalah masyarakat nelayan yang tinggal di kota pesisir Minamata di pulau Kyushu (Minamata Bay). Keracunan itu berlangsung tujuh tahun, yaitu dari 1953‐1960, disebabkan pabrik plastik membuang air raksa ke dalam perairan. Ikan di Minamata mengandung merkuri antara 27‐102 ppm berat kering. Selain penderita keracunan tersebut, terdapat 19 bayi yang lahir cacat. Namun demikian para ibu hanya menunjukkan gejala keracunan ringan ataupun tidak sama sekali. Pada bedah mayat anak yang meninggal didapat kadar merkuri di dalam rambut, dan tampak kerusakan‐kerusakan akibat keracunan merkuri. Gejala keracunan secara umum timbul sebagai sakit kepala, mudah lelah dan teririta lengan dan kaki terasa kebal, sulit menelan. Penglihatan kabur, luas penglihatan menciut, ketajaman pendengaran berkurang dan koordinasi otot‐otot lenyap. Beberapa orang secara konstan merasa seperti ada logam di mulut, gusi membengkak, dan diare terdapat secara meluas. Kematian terjadi karena infeksi sekunder maupun karena kelemahan yang semakin parah. Epidemi yang sejenis tercatat pada tahun 1965 di Nagata, pulau Hi Shu di Jepang. Karenanya 26 orang menderita keracunan dan 5 orau meninggal. Keluarga‐keluarga ini memakan ikan yang mengandung merki antara 5‐20 ppm tiga kali sehari. Berbagai penelitian di Indonesia sudah pula mendapatkan berbagai hewan Iaut dan air yang mengandung merkuri, seperti yang terjadi di teluk Jakarta dan Medan (18). Juga surat kabar sudah banyak yang memberitak adanya pencemaran air oleh merkuri. Apabila keadaan ini benar, maka daj diharapkan akan adanya pengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Hal i perlu diteliti dengan lebih saksama untuk mencegah dampak yang merugiki masyarakat. 4.5.2.5.2 Keracunan Cadmium Cadmium adalah logam yang berwarna putih keperakan, lunak, dan tahan korosi. Oleh karena sifat‐sifatnya, Cadmium banyak dipakai dalam proses electroplating dan sebagai stabilizer dalam pembuatan polyvynil khlorida. Di masa silam, Cadmium malah digunakan dalam pengobatan Syphilis dan Malaria. Cadmium didapat pula pada limbah berbagai jenis pertambangan logam yang tercampur Cadmium seperti timah hitam, dan seng. Dengan dern
kian. Cadmium dapat ditemukan di dalam perairan, baik di dalam sedimt maupun di dalam penyediaan air minum. Bagi manusia, Cadmium sebenarnya merupakan logam asing. Tubuh sama sekali tidak memerlukannya dalam proses metabolisme. Oleh karenanya, Cadmium dapat diabsorbsi tubuh dalam jumlah yang tidak terbatas karena tidak adanya mekanisme tubuh yang dapat membatasinya. Apabila Cadmium masuk ke dalam tubuh, maka sebagian besar akan terkumpul dalam ginjal, hati dan ada sebagian yang dikeluarkan lewat saluran pencernaan. Cadmium dapat mempengaruhi otot pol pembuluh darah secara langsung maupun tidak langsung lewat ginjal. Sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah. Percobaan hewan menunjukk bahwa kematian dapat terjadi karena gagal jantung. Sumber Cadmium di Toyama tersebut adalah tanah pertanian di mana masyarakat setempat menanam padi. Penelitian lanjut mengungkapkan, bahwa di daerah hulu terdapat usaha pertambangan seng dan timah hitam, yang membuang partikulat Cd. Cd tersebut terbawa aliran air selama bertahun‐tahun sampai kepada daerah pertanian tersebut. Cd di dalam padi dapat mencapai konsentrasi 1,6 ppm dan di dalam tulang rusuk 11.472 ppm. 4.5.2.5.3 Keracunan Cobalt Cobalt (Co) adalah metal yang mempunyai warna biru cerah, karenanya sudah lama dimanfaatkan para seniman untuk mewamai berbagai barang porselin dan gelas. Selain itu Co mempunyai titik cair yang tinggi, resisten terhadap oxidasi pada temperatur tinggi, dan mempunyai sifat magnetik yang sangat baik. Oleh karenanya saat ini Co banyak dimanfaatkan di pabrik elektronika, mesin jet, turbin gas, sebagai katalisator berbagai proses kimia. Co didapat di dalam tanah, air laiit, dan pada berbagai macam batuan. Berbeda dengan Cadmium, Co dalam jumlah sedikit sangat esensiil bagi kehidupan. Co didapat di dalam vitamin B12, yang diperlukan dalam berbagai proses kehidupan, terutama dalam pembentukan sel‐sel darah. Secara normal, Co didapatkan di dalam sel‐sel darah merah dalam konsentrasi antara 0,07 ‐0,36 mikrogram per liter darah. Selain itu Co didapat pula di dalam urine (3,6 mgm/1), dan tinja (12,8 mgm/24 jam). Keracunan Co dapat terjadi pada 150 ppm. Gejala keracunan dapat berbentuk, gondok, kurangnya hormon kelenjar gondok (myxedema), gagal jantung pada anak‐anak, polycythemia (terbentuk‐nya sel darah merah yang berlebih), dan naiknya tekanan darah. Apabila Co masuk bersama makanan, maka kelenjar thyroid (gondok) dan jantung yang akan terpengaruh. Pada tahun 1965 dan 1966, terjadi epidemi di Canada, di mana banyak orang meninggal karena gagal jantung. Namun demikian proses kematian tersebut sangat cepat dibanding dengan gagal jantung yang biasa. Dari 48 penderita 20 meninggal dalam keadaan shock. Gejala utama adalah sesak napas, sakit daerah jantung dan lambung, batuk, oedema pergelangan kaki, dan kelesuan seluruh badan. Kebanyakan penderita ternyata adalah mereka yang suka meminum bier dalam jumlah yang banyak. Dari salah satu otopsi, terdapat kelainan pada thyroid yang spesifik keracunan Co. Setelah Co tidaklagi dipakai dalam proses pembuatan bier, penyakit tersebut hilang. Co digunakan dalam pabrik bier untuk stabilisasi busa.
4.6 Pemanfaatan Sumber Daya Air Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan makhluk di bumi. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat diperlukan industrialisasi yang dengan sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas penduduk serta beban penggunaan sumber daya air. Beban pengotoran air juga bertambah cepat sesuai dengan cepat pertumbuhan. Sebagai akibatnya saat ini, sumber air tawar dan bersih menjadi semakin langka. Laporan keadaan lingkungan di dunia tahun 1992. menyatakan bahwa air sudah saatnya dianggap sebagai benda ekonomi. Karena itu pengelolaan sumber daya air menjadi sangat penting. pengelolaan surber daya air ini sebaiknya dilakukan secara terpadu baik dalam pemanfatan maupun dalam pengelolaan kualitas. Integrasi ini tidak saja terbatas pada hidrosfir, tetapi juga dengan atmosfir, lithosfir, biosfir, dan sosiosfir. 4.6.1 Penyediaan Air Minum Bagi manusia, air minum adalah salah satu kebutuhan utama. Seperti telah diuraikan terdahulu, manusia menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, kakus, produksi pangan, papan, dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air kepada manusia pada manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air minum/bersih bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air. Dengan demikian diharapkan, bahwa semakin banyak liputan masyarakat dengan air bersih semakin turun morbiditas penyakit bawaan air ini. Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnyapun harus memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum, selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan pada pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standard, maka seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standar air minum. Tergantung kualitas air bakunya, pengolahan air minum dapat sangat sederhana sampai sangat kompleks. Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengolahan sama sekali. Apabila hanya ada kontaminan kuman, maka desinfeksi saja sudah cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya, maka pengolahan harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi sedimentasi, filtrasi, dan desinfeksi. Ataupun mungkin diperlukan suatu p pengolahan seperti pra‐khlorinasi, aerasi, dan seterusnya. 4.6.2 Kualitas Air Minum Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman patogen dan segala mahluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat di: rima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air (water‐borne diseases).
Atas dasar pemikiran tersebut dibuat standar air minum yaitu suatu peraturan yang memberi petunjuk tentang konsentrasi berbagai parameter yang sebaiknya diperbolehkan ada di dalam air minum agar tujuan PAB dapat tercapai. Standar sedemikian akan berlainan dari negara ke negara, terganti pada keadaan sosio‐kultural termasuk kemajuan teknologi suatu neg; Negara dengan keadaan ekonomi lebih rendah dan teknologi juga renc maka biasanya kesehatannyapun rendah. Di negara sedemikian biasanya standar air minumpun tidak ketat, karena kemampuan mengolah air (teknologi) masih belum canggih dan masyarakat belum mampu membeli air yang harus diolah secara canggih yang tentunya juga mahal. Standar di setiap negara memang harus layak bagi keadaan sosial‐ekonomi‐budaya setempat. Untuk negara berkembang seperti di Indonesia, perlu didapatkan cara‐cara pengohan ataupun pengelolaan air yang relatif murah (teknologi tepat guna), sehingga kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat dikatakan baik atau memenuhi : standar internasional, tetapi terjangkau oleh masyarakatnya. Hal ini penting, karena syarat air minum ini merupakan salah satu syarat dasar untuk dapat menarik wisatawan dari manca negara. Akan tetapi, dari manapun asalnya, : suatu standar, parametemya selalu dibagi ke dalam beberapa bagian antara lain : sebagai berikut: 1. parameter fisik 2. parameter kimiawi 3. parameter biologis 4. parameter radiologis 4.6.3 Standar Air Minum Di Indonesia standar air minum yang berlaku dibuat pada tahun 1975 yang kemudian diperbaiki pada tahun 1990. Menurut berbagai fihak yang berwenang, masih banyak penyediaan air minum yang tidak dapat memenuhi standar tersebut, baik karena keterbatasan pengetahuan, teknologi, sosial, ekonomi, ataupun budaya. Dengan sendirinya, dapat diharapkan bahwa penyakit bawaan air di Indonesia masih terdapat banyak dan tergolong salah satu dari 10 penyakit utama. Penyakit bawaan air ini tidak saja disebabkan oleh air minum yang tidak memenuhi standar, tetapi dipengaruhi pula oleh berbagai faktor sebagai berikut: 1. air buangan yang lebih berbahaya, tetapi tidak dikelola, sehingga meski pun air minum memenuhi standar, tetapi penyakit bawaan air masih akan tetap banyak. 2. air minum yang bersih seringkali perlu ditampung di rumah ataupun diangkul dari keran umum ke rumah. Maka apabila wadah air ini tidak bersih atau mudah terkontaminasi, maka air yang telah aman atau sehat akan menjadi berbahaya kembali. 4.7 Pengendalian Kualitas Air Karena air tidak bertambah ataupun berkurang, maka dengan meningkatnya pemanfaatan air, kualitasnyalah yang dapat berubah. Hal ini terjadi apabila kemampuan air untuk membersihkan dirinya secara alamiah sudah terlampaui. Oleh karena itu, diperlukan
tindakan untuk mencegah terjadinya pencemaran air. Dengan demikian pengelolaan hidrosfir dilakukan dengan mengelola pemanfaatan sumber daya air. Tiga aspek yang perlu diperhatikan adalah (i) penghematan dan konservasi, (ii) minimisasi pengotoran dan pencemaran, dan (iii) maximisasi daur ulang dan pemanfaatan kembali. Berbeda dari strategi pengendalian kualitas udara, yang secara mutlak harus mencegah pencemaran, maka pada lingkungan air, hal ini tidak terlalu mutlak. Bahkan air sangat diperlukan untuk menggelontor bahan buangan, mentransportnya ke tempat pengolahan. Hal ini dimungkinkan karena, kebutuhan manusia akan air hanya terbatas pada waktu‐waktu tertentu saja. Sama halnya dengan udara, pengendalian ini juga memerlukan iklim kerja yang dimungkinkan karena adanya perundangan. Perundangan yang dimaksud harus berisi tujuan dan maksud yang jelas, sehingga dapat ditentukan pula mekanisme bagaimana tujuan itu dapat dicapai. Hal ini biasanya tersedia dalam bentuk petunjuk ataupun penjelasan perundangan dan ketentuan jawatan pengelola serta strukturnya. Jawatan‐jawatan yang bersangkut bertanggung jawab akan terlaksananya perundangan dengan membuat peraturan pelaksanaan yang rinci, prosedur pelaksanaan serta teknik‐teknik yang digunakan, dan penentuan standar. Standar ini perlu dibuat secara akurat sehingga dapat digunakan sebagai tulang punggung komunikasi dan pengukur kinerja. 4.7.1 Standar Desain, Kinerja, dan Prosedural Ada tiga jenis standar yang dikenal dalam lingkungan air, yakni standar desain, standar kinerja dan standar prosedural. Standar desain adalah standar yang menentukan jenis‐jenis sistem yang dapat digunakan, ukur. ataupun karakteristik lain daripada unit sistem, dan karakteristik material dalam peralatan yang dipakai dalam suatau sistem. Misalnya, suatu standar desain dapat menentukan, bahwa sistem penyaluran air limbah harus terpisah dari hujan. Dapat pula ditentukan bahwa air permukaan yang digunakan sebagai bahan baku bagi air minum harus diolah sebelum dimanfaatkan. Contoh lain, standar desain dapat menentukan bahwa air limbah domestik paling sedikit hai melalui pengolahan tahap sekunder. Dapat dimengerti, bahwa standar desain seperti ini dapat mengakibatkan terjadinya kekakuan dalam prakteknya. 4.7.2 Standar Stream/aliran, Efluen, dan Penyisihan Standar kinerja sebaliknya, menentukan sekali hasil kerja suatu sistem Ada tiga standar yang tergolong ke dalam standar kinerja ini, ialah, standar aliran (stream), standar efluen, dan standar 'removal' atau penyisihan. Standar aliran menentukan berbagai batasan zat‐zat yang boleh ada dalam suatu alii air, misalnya oxigen terlarut harus dipertahankan paling sedikit 4 mg/1 air. Standar stream ini tidak menjelaskan bagaimana hai tersebut dapat dicapai tetapi lebih menunjukkan kualitas air yang ingin dipertahankan. Standar efluen menentukan pula batasan zat‐zat yang boleh dibuang dalam aliran air terbuka bagi setiap sumber pengotor. Standar ini hanya menentukan kualitas air yang dapat dibuang, tetapi tidak menentukan kuanti zat terkandung yang boleh dibuang. Oleh karena
itu, akhir‐akhir ini, stand efluen menyatakan juga kuantitas zat pengotor yang boleh dibuang. Misalnya dahulu orang masih dapat melakukan pengenceran untuk memenuhi standar efluen, tetapi sekarang, karena adanya batasan kuantitas zat yang boleh dibuang per harinya, maka orang perlu melakukan pengolah air buanganya untuk dapat memenuhi standar efluen. Misalnya, jumlah BOD (biochemical oxygen demand) ataupun SS (suspended solids) yang dapat dibuang per hari dibatasi. Selanjutnya, standar penyisihan adalah standar yang menentukan pro‐sentase sesuatu zat yang harus dapat dihilangkan oleh suatu sistem. Misalnya, suatu sistem haruss dapat menghilangkan 85% BOD dari suatu air limbah. Standar prosedural adalah standar yang mengatur prosedur administratif untuk mendapat izin usaha, persetujuan suatu proposal, dan seterusnya. Dapat disimpulkan bahwa standar kinerjalah yang paling fleksibel di antara ketiga standar yang diuraikan. Pada prakteknya, ditemukan berbagai kombinasi daripada ketiga jenis standar tersebut. 4.8 Pencegahan Pengotoran Air Untuk mencegah pengotoran air, berbagai ketentuan diuraikan terdahulu dapat dijadikan pegangan dan/atau pedoman. Secara praktis, semua air buangan yang akan dialirkan ke lingkungan, hams memenuhi standar yang berlaku. Apabila air tersebut tidak memenuhi standar, maka perlu dilakukan usaha untuk dapat memenuhinya. Untuk itu perlu ditemukan sumber‐sumber pengotoran, jenis pengotor, serta bentuk zat‐zat pengotor, agar dapat ditentukan cara pengendaliannya. 4.8.1 Pengolahan Air Buangan Berbagai cara pengolahan air buangan dapat diterapkan tergantung daripada kualitasnya. Pada umumnya, pengolahan dilakukan secara bertahap: - pengolahan awal atau preliminary adalah pengolahan yang dilakukan untuk mencegah komplikasi pengolahan selanjutnya, dan untuk mengurangi kegiatan pemeliharaan peralatan. - pengolahan primer ialah pengolahan untuk menghilangkan semua benda terapung, dan sebagian besar benda tersuspensi. - pengolahan sekunder ialah pengolahan biologis seperti pengolahan dengan lumpur aktif, kolam oxidasi, trickling filter, lagoon storage dan aerasi, land spreading, dan seterusnya. Apabila pengolahan ini belum juga cukup, maka dapat dilakukan pengolahan secara khusus, untuk menghilangkan zat‐zat kimia yang berbahaya, zat organik yang persisten, dan seterusnya. 4.9
Pencegahan Penyakit
Untuk mencegah terjadinya penyakit bawaan air, dilakukan pengelolaan air minum dan air buangan secara terpadu, karena semakin banyak PAB, semakin banyak pula air buangannya. Yang dimaksud dengan air buangan adalah semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin baik. Air buangan dapat dibagi ke dalam air buangan industri dan buangan domestik. karena sifat kandungannya terlalu berbeda. 4.9.1 Air Buangan Domestik Ke dalam kategori ini termasuk air bekas mandi, bekas cuci pakaian maupun cuci perabot dan bahan makanan, dan lain‐lain. Air ini sering dis sullage ataupun gray water. Air ini tentunya mengandung banyak sabun , detergen dan mikroorganisme. Selain, itu ada lagi air buangan yang mengandung exkreta, yakni tinja dan urine manusia. Sekalipun mengandung padat, tetapi exkreta ini dikelompokkan sebagai air buangan. Dibandinj dengan air bekas cuci, maka exkreta ini jauh lebih berbahaya karena ngandung banyak kuman patogen. Exkreta ini merupakan cara transport nl bagi penyakit bawaan air, terutama bahaya bagi masyarakat berpengha: rendah yang seringkali juga kekurangan gizi. Cara penularan ini dilihat dari segi penyebabnya, ditemukan oleh faktor penting, (i) perioda paten bagi suatu mikroba untuk menjadi infeksius (ii) persistensinya di luar tubuh, dan (iii) dapat tidaknya berkembang biiak luar tubuh manusia. Ketiga faktor tadi menentukan dosis infektif j tersedia. Perioda laten ada yang panjang, karena mikroba tadi memerlukan waktu untuk dapat menjadi infektif. Misalnya, larva Schistosoma perlu menu tubuh hospes sementara (keong air), baru setelahnya ia menjadi infektif. Ada pula mikroba yang langsung infektif, yakni bakteri Cholera, misalnya. Persistensi atau kemampuan bertahan di luar tubuh manusia menenl dosis infektif yang tersedia. Dan akhirnya, bila kuman dapat berketnl biak, di luar tubuh, maka dosis infektif dapat tersedia dalam jumlah cukup banyak. Misalnya, Salmonella sp. dapat berkembang biak di di makanan. 4.9.2 Berbagai Teknologi Sanitasi Beberapa teknologi sanitasi skala besar yang tersedia saat ini. Akan tetapi pengolahan buangan ini memerlukan lahan yang cukup luas, dan perlu ditunjang oleh budaya atau kebiasaan setempat. Teknologi sanitasi ini bukanlah suatu cara pembuangan yang sempurna. Ia hanya mengolah dan menghasilkan lumpur yang perlu dikelola lebih lanjut. Dan sampai saat ini belum ada standar yang berlaku bagi kualitas lumpur yang dapat dimanfaat kembali atau aman untuk diperlakukan oleh pekerja.
Kriteria
Paket Peng‐ Sis. Sis. Sis. Pengo Trickli Parit Peng‐ olahan Kola Kolam Kolam lahan ng Oxida olaha Aerasi m Stabilisas Stabilisas lumpu Filter si n Berlanj Aera i i r
ut
si
+Anaero Anaerobi aktif. bik k
Penyisihan BOD 2 2 2 3 2 3 3 2 Penyisihan Coliform 1 1 2 2 3 3 3 1 tinja Penyisihan Zat Padat 2 3 3 3 2 2 2 3 Terlarut Penyisihan Cacing 1 1 1 2 1 3 3 2 Penyisihan Virus 1 1 2 2 3 3 3 2 Pemanfaatan kembali 1 1 1 1 3 3 3 1 Ulang curahan keluar 1 1 2 2 3 3 3 1 Konstruksi sederhana. 1 1 1 2 3 3 3 1 murah Penggunaan 1 2 1 2 2 3 3 1 sederhana Kebutuhan lahan 3 3 3 3 2 2 1 3 Ongkos Pemeliharaan 1 2 1 1 1 3 3 1 Kebutuhan akan 1 2 1 1 1 3 3 1 energi Pengurangan Lumpur 1 2 2 1 2 3 3 2 Keterangan: 3 = baik, 2 = sedang, 1 = buruk. Sumber: Arthur, J.P, 1983 Selain itu ada juga teknologi sanitasi setempat atau teknologi tepat g yang sering digunakan untuk mengolah buangan rumah tangga, sep cubluk, tangki septik, dan saluran air buangan diameter kecil. Efisiensi pengolahan ketiga teknologi inipun masih kurang efisien dilihat dari segi mikrobiologis. Lumpurpun hams diambil, apabila fasilitas telah penuh. Mengingat bahwa jumlah penduduk yang belum mendapat layanan sanitasi masih sangat banyak, sedangkan dana semakin sulit didapat, dan tidak mudah membuat orang berubah perilaku yang dianggapnya 'normal', maka tantangan di bidang ini dalam waktu mendatang menjadi sangat besar. Orang harus mau memanfaatkan fasilitas sanitasi, tetapi teknologinyapun harus dapat terjangkau, dan diterima secara sosial budaya. Kebanyakan yang belum mendapat layanan adalah yang berpenghasilan rendah di pedesaan dan kumuh perkotaan. Dengan demikian perlu digalakkan pencarian teknologi tepat guna yang cukup aman, peran‐serta masyarakat hams ditingkatkan, dan swadaya perlu juga digiatkan. Penelitian awal pada kolam stabilisasi percobaan dan cubluk kembar menunjukkan bahwa kualitas prasitologis lumpur hasil pengolahan exkreta ini dapat diperbaiki sampai 80‐ 100% . Untuk itu kolam stabilisasi ditanami ikan lele pada kolam fakultatif dan maturasi, dan cubluk kembar dibubuhi tananam Chenopodium sebanyak 30 gr/ 100 tinja. Kedua penelitian
tersebut apabila diterapkan di masyarakat akan dapat memperbaiki kebiasaan masyarakat yang buang air di kolam dan mereka yang tinggal di pegunungan. 4.10 Penilaian Kualitas Air Dengan berlakunya baku mutu untuk badan air, air limbah, dan air minum, maka dapat dilakukan penilaian kualitas hidrosfir untuk berbagai keperluan. Penilaian ini temyata tidak sederhana, karena sangat terpaut pada berbagai pemanfaatan air yang memerlukan kualitas yang berbeda‐beda, sedangkan satu sumber daya air dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya, kualitas air untuk keperluan minum, kolam renang, rekreasi air, dan industri berbeda‐beda. Industri textil misalnya, tidak menghendaki air yang berwarna, dan industri film tidak dapat menggunakan air yang mengandung radio‐aktivitas. Secara praktis untuk dapat melakukan penilaian, diperlukan kemampuan memeriksa air, baik dilihat dari segi fisis, kimiawi, maupun biologis dan radiologis: (i) diperlukan prosedur standar untuk pemeriksaan air. Prosedur pemeriksaan yang digunakan oleh berbagai laboratorium sebaiknya standar, agar dapat diperbandingkan hasilnya. (ii) diperlukan ahli dalam pemeriksaan air. Untuk ini diperlukan pula fasilitas pendidikan dan latihan. (iii) diperlukan laboratorium beserta peralatan yang lengkap untuk memeriksa air. Untuk dapat menilai kualitas hidrosfir, pada dasarnya orang dapat meriksa keberadaannya masing‐masing elemen fisis‐kimia‐biologis‐radic di dalam air sesuai dengan standar kualitas air yang dikehendaki ataupun berlaku. Untuk air buangan, mengingat bahwa jumlah elemen yang ada di dalamnya banyak, maka pemeriksaan air dilakukan secara tidak langsung, dengan memeriksa zat yang terkait dengan elemen‐elemen tersebut, seperti memeriksa BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), Kesadahan, dan seterusnya. Cara lain yang dapat dilakukan juga ialah memeriksa efek elemen terhadap air, seperti kesadahan, warna, kekeruhan, demand akan khlor, seterusnya. Khususnya bagi kuman patogen, diperlukan pemeriksaan yang mer nakan bakteri indikator. Hal ini dilakukan mengingat bahayanya, kesulitai serta tingginya biaya pemeriksaan kuman patogen. Agar dapat melak pemeriksaan kuman patogen, baik peralatan maupun cara kerja dan lingku kerja di dalam laboratorium hams dikelola secara khusus. Media pemeril juga khusus, dan diperlukan ahli untuk dapat mengidentifikasi mikroba gen. Dapat dimengerti bahwa pemeriksaan mikroba patogen secara lancara juga tidak mudah, karena jumlah mikroba yang berada di dalam air terlalu banyak. Oleh karenanya penggunaan bakteri indikator (Coliforn Coli tinja) sangat mempermudah dan mempermurah pemeriksaan. Latihan soal : 1. Apa perbedaan air tanah dengan air permukaan 2. Bagaimana proses terjadinya pencemaran air ?