BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Kemiskinan menjadi permasalahan yang dihadapi oleh semua negara di
dunia, lebih-lebih di negara yang sedang berkembang seperti halnya Indonesia. Sampai tahun 2006, BPS memperkirakan hampir 17,4 persen dari total penduduk Indonesia masih hidup dalam keadaan miskin. Kondisi yang hampir sama terlihat juga pada masyarakat Bali. Sampai bulan Mei 2006 jumlah rumah tangga miskin yang ada di Bali mencapai 17,9 persen (BPS,2006). Kondisi ini menggambarkan bahwa kemiskinan merupakan masalah sosial baik di tingkat nasional maupun regional yang perlu mendapatkan penanganan yang serius dari semua elemen masyarakat. Penanggulangan kemiskinan perlu menjadi agenda kebijakan penting karena secara moral pemerintah harus mengemban tanggung jawab sesuai dengan amanat konstitusi UUD 1945 yang secara eksplisit memberi amanat kepada pemerintah untuk melindungi hak-hak warga negara dan jika pemerintah melalaikan masalah kemiskinan berarti pula pelanggaran terhadap konstitusi (Muhadjir, 2005; 183). Pada dasarnya ada dua faktor penting yang dapat menyebabkan kegagalan program penanggulangan kemiskinan di Indonesia. Pertama, program-program penanggulangan kemiskinan selama ini cenderung berfokus pada upaya penyaluran bantuan sosial untuk orang miskin. Hal tersebut antara lain berupa
1
beras dan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) untuk orang miskin. Upaya seperti ini akan sulit menyelesaikan persoalan kemiskinan yang ada karena sifat bantuan
tidaklah
untuk
pemberdayaan,
bahkan
dapat
menimbulkan
ketergantungan. Program-program bantuan yang berorientasi pada kedermawanan pemerintah ini justru dapat memperburuk moral dan perilaku masyarakat miskin. Program bantuan untuk orang miskin seharusnya lebih difokuskan untuk menumbuhkembangkan budaya ekonomi produktif dan mampu membebaskan ketergantungan penduduk yang bersifat permanen. Di lain pihak, programprogram
bantuan
sosial
ini
juga
dapat
menimbulkan
korupsi
dalam
penyalurannya. Kedua, kurangnya pemahaman berbagai pihak tentang penyebab kemiskinan itu sendiri sehingga program-program pembangunan yang ada tidak didasarkan pada isu-isu kemiskinan, yang penyebabnya berbeda-beda secara lokal. Konsep tentang kemiskinan sangat beragam, mulai dari sekedar ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan, kurangnya kesempatan berusaha, hingga pengertian yang lebih luas yang memasukkan aspek sosial dan moral. Misalnya, ada pendapat yang mengatakan bahwa kemiskinan terkait dengan sikap, budaya hidup, dan lingkungan dalam suatu masyarakat atau yang mengatakan bahwa kemiskinan merupakan tidak mampunya sekelompok masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh suatu pemerintahan sehingga mereka berada pada posisi yang sangat lemah dan pada umumnya, ketika orang berbicara tentang kemiskinan, maka yang dimaksud adalah kemiskinan material. Sebuah rumah tangga di identifikasi sebagai miskin
2
yang sangat parah jika pendapatan berada di bawah garis kemiskinan (Radhakrishna, 2007). Adapun beberapa faktor yang diperkirakan mempengaruhi pendapatan adalah faktor umur, tingkat pendidikan, jam kerja, jumlah tanggungan dan modal (Cahyono, 1998). Hasil penelitian yang pernah dilakukan juga menunjukkan bahwa faktor umur, jam kerja, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan mempengaruhi pendapatan bagi rumah tangga miskin (Gunawan, 2001). Permasalahan kemiskinan di Indonesia jelas tidak hanya menjadi milik pedesaan (petani, buruh tani, buruh, nelayan, dan sebagainya) tetapi juga merupakan masalah perkotaan. Harsono (2005) mengemukakan bahwa masalah kemiskinan di perkotaan merupakan masalah laten dan kompleks yang implikasi sosial dan kebudayaannya bukan hanya melibatkan dan mewujudkan berbagai masalah sosial yang ada di kota yang bersangkutan saja atau menjadi masalah orang miskin di kota tersebut, tetapi juga melibatkan masalah-masalah sosial yang ada di pedesaan. Kemiskinan kota sebagai bagian dari kemiskinan nasional di Indonesia juga menjadi masalah yang cukup akut untuk ditangani. Sebagai warisan dan historis yang sudah berabad-abad, sejak munculnya kota itu sendiri, kaum miskin perkotaan menjadi sebuah fenomena masalah sosial yang memprihatinkan, dengan tingkat penanggulangan yang lebih memprihatinkan, seolah-olah kemiskinan itu sendiri bersifat abadi, lestari dan tidak dapat dirubah lewat aksi maupun reformasi apapun. Kota-kota di Indonesia yang sekilas kelihatan sebagai simbol kemajuan dan budaya yang lebih maju, dan seharusnya demikian, ternyata masih dipenuhi oleh problem kemiskinan dengan segala
3
masalah sosial yang disebabkan atau berdampingan dengan masalah sosial lainnya. Dalam penanggulangan kemiskinan, instrumen – instrumen yang akan digunakan oleh pemerintah pusat dengan regulasi berupa pedoman teknis tentang standar pelayanan minimal, bantuan – bantuan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
miskin.
Peningkatan
kemampuan
pemerintah
daerah
dalam
menyediakan fasilitas pelayanan umum yang paling mendasar bagi masyarakat termasuk bagi penduduk miskin. Sebagaimana diketahui, kemiskinan merupakan masalah yang kompleks karena tidak saja berkenaan dengan rendahnya pendapatan dan tingkat konsumsi masyarakat, tetapi juga berkaitan dengan rendahnya tingkat sosial demografi. Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Rumah Tangga Miskin di Provinsi Bali Tahun 2008 (dalam KK) Kabupaten/
Jumlah RTM Jumlah (KK) Sangat Miskin Hampir Kota Miskin (KK) (KK) Miskin (KK) 1 Jembrana 607 1.872 3.248 5.727 2 Tabanan 1.918 3.069 6.637 11.624 3 Badung 417 1.252 2.157 3.826 4 Gianyar 732 2.106 4.671 7.509 5 Klungkung 1.312 3.389 3.287 7.988 6 Bangli 1.297 3.891 8.263 13.451 7 Karangasem 2.762 12.235 20.924 35.921 8 Buleleng 2.856 16.172 26.159 45.187 9 Denpasar 275 1.236 2.060 3.571 12.176 45.222 77.406 134.804 Bali 9,03% 33,55% 57,42% 100% Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi No.
Bali, 2009.
4
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 Kabupaten yang mempunyai RTM paling banyak adalah Kabupaten Buleleng dengan jumlah 45.187 KK, dan jumlah penduduk miskin yang paling terendah adalah Kota Denpasar yaitu 3.571 KK. Kabupaten Gianyar memiliki jumlah 7.509 kk dimana terdapat golongan sangat miskin sebesar 732 kk, golongan miskin sebanyak 2.106 kk, dan golongan hampir miskin sebanyak 4.671 kk. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa hampir semua Kabupaten di Bali tidak terlepas dari permasalahan kemiskinan. Bali dari tampilan wajah pariwisatanya, seakan meyakinkan pengunjung bahwa provinsi ini tidak lagi tersentuh kemiskinan. Tabel 1.2 Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Gianyar Tahun 2008 (dalam KK) Jumlah Rumah Tangga No
Kecamatan
Rumah Tangga Miskin (KK) 958 1.162 1.384
Rumah Tangga (KK) 17.726 12.531 19.036
1 2 3
Sukawati Blahbatuh Gianyar
4
Tampak Siring
908
10.660
5
Ubud
579
14.591
6
Tegallalang
1.289
9.563
7
Payangan
1.229
10.194
Gianyar 7.509 94.301 Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Bali, 2009. Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa di Kecamatan Gianyar menempati urutan pertama dengan jumlah rumah tangga miskin sebanyak 1.384 KK dengan jumlah rumah tangga sebanyak 19.036 KK, Kecamatan Tegallalang menempati
5
urutan ke dua dengan jumlah rumah tangga miskin sebanyak 1.289 KK dengan jumlah rumah tangga sebanyak 9.563 KK, Kecamatan Blahbatuh menempati urutan ke tiga dengan jumlah rumah tangga miskin sebanyak 1.162 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 12.531 KK, Kecamatan Ubud menempati urutan ke tujuh dengan jumlah rumah tangga miskin sebanyak 579 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 14.591 KK. Tabel 1.3 Jumlah Rumah Tangga dan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar Tahun 2008 (dalam KK) Jumlah Rumah Jumlah Rumah Tangga Tangga (KK) Miskin (KK) 1 Lebih 1.441 32 2 Tulikup 1.804 160 3 Temesi 708 61 4 Sidan 987 94 5 Samplangan 1.295 76 6 Serongga 987 62 7 Abianbase 1.159 59 8 Gianyar 2.414 43 9 Beng 984 53 10 Bitra 1.400 94 11 Bakbakan 1.049 147 12 Siangan 1.251 189 13 Suat 338 49 14 Petak 1.304 66 15 Petak kaja 804 90 16 Sumita 591 87 17 Tegal Tugu 520 22 Kecamatan Gianyar 19.036 1.384 Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi No
Desa
Bali, 2009.
6
Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa Kecamatan Gianyar jumlah RTM terbanyak terdapat di Desa Siangan sebanyak 189 KK dengan jumlah penduduk sebanyak 1.251 KK, tertinggi kedua terdapat pada Desa Tulikup dengan jumlah RTM sebanyak 160 KK dengan jumlah penduduk yaitu sebanyak 1.804 KK, tertinggi ketiga terdapat pada Desa Bakbakan sebanyak 147 KK dengan jumlah penduduk yaitu sebanyak 1.049 KK. Tabel 1.4 Jumlah Rumah Tangga Miskin Menurut Banjar Dinas di Desa Siangan Tahun 2008 (dalam KK) NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Banjar Dinas Jumlah Rumah Tangga Miskin (KK) Bandung 18 Buditirta 11 Lokaserana 24 Munduk 9 Purna Desa 22 Roban 19 Sawan 12 Selat 10 Siladan 24 Teruna 26 Triwangsa 14 Desa Siangan 189 Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Bali, 2009.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1)
Apakah sosial demografi yaitu umur, jam kerja, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan rumah tangga miskin di Desa Siangan Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar ?
7
2)
Bagaimana pengaruh sosial demografi yaitu umur, jam kerja, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan secara parsial terhadap pendapatan rumah tangga miskin di Desa Siangan Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar?
3)
Manakah faktor yang dominan mempengaruhi pendapatan rumah tangga miskin di Desa Siangan Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar dilihat dari umur, jam kerja, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan?
1.2
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.2.1
Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan dari penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut. 1)
Untuk mengetahui umur, jam kerja, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan berpengaruh signifikan secara simultan terhadap pendapatan rumah tangga miskin di Desa Siangan Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar
2)
Untuk mengetahui umur, jam kerja, tingkat pendidikan dan jumlah tanggungan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap pendapatan rumah tangga miskin di Desa Siangan Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar
3)
Untuk mengetahui faktor yang dominan mempengaruhi pendapatan rumah tangga miskin Desa Siangan di Kecamatan Gianyar Kabupaten Gianyar dari sudut sosial demografi.
8
1.2.2
Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kegunaan atau manfaat sebagai berikut. 1)
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi pengembangan dunia ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ekonomi makro dalam rangka upaya pengentasan kemiskinan. Penelitian ini juga merupakan wahana untuk membuktikan teori mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pendapatan, sehingga rumah tangga miskin dapat meningkatkan lagi kesejahteraannya.
2)
Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan
pembangunan khususnya
menyangkut rumah tangga miskin dan partisipasinya dalam pembangunan, serta dapat menginformasikan lebih riil mengenai pendapatan (pendekatan pengeluaran) pada rumah tangga miskin.
1.3
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu:
BAB I
Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
9
BAB II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menguraikan tiga hal yaitu landasan teori, pembahasan hasil penelitian sebelumnya, dan rumusan hipotesis. Dalam landasan teori dibahas mengenai kemiskinan, pendapatan serta faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan. BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis data, metode penentuan populasi dan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV Pembahasan Bab ini menguraikan gambaran umum daerah penelitian, karakteristik responden, serta pembahasan uji asumsi klasik, analisis regresi linier berganda, uji simultan, dan uji parsial. BAB V Penutup Bab ini membahas mengenai kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan saran yang dapat diberikan sehubungan dengan kesimpulan yang diperoleh.
10