1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Dalam periode 10 tahun terakhir jumlah penduduk Indonesia meningkat dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,49 persen. Pada periode 10 tahun sebelumnya, laju pertumbuhan penduduk per tahun sekitar 1,44 persen (Badan Pusat Statistik, 2013). Laju pertumbuhan penduduk yang terus bertambah akan menyebabkan penurunan tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat, terutama ibu dan bayi. Sehingga pemerintah melakukan beberapa usaha untuk menurunkan laju pertumbuhan penduduk. (Bappenas, 2009). Penurunan
tingkat
pertumbuhan
peduduk
dilaksanakan
melalui
pengendalian tingkat kelahiran dan penurunan tingkat kematian, terutama kematian bayi dan anak. Upaya pengendalian kelahiran dilaksanakan melalui program keluarga berencana (KB) dengan tujuan untuk mengatur kelahiran anak dan meningkatkan kesejahteraan ibu (Bappenas, 2009). Salah satu program keluarga berencana adalah pemakaian pil KB untuk pencegahan kehamilan. Salah satu kandungan pil kontrasepsi adalah estrogen yang dapat mencegah terjadinya proses fertilisasi. Kadar estrogen yang meningkat menekan sekresi FSH (follicle stimulating hormone) sehingga terjadi hambatan pada pertumbuhan folikel di ovarium. Estrogen juga membuat lendir serviks menjadi lebih kental sehingga menghalangi penetrasi spermatozoa untuk masuk ke dalam uterus (Prawirohardjo, 2009). Pemberian hormon estrogen dari luar haruslah dikontrol secara ketat. Peningkatan kadar hormon estrogen yang berlebihan dapat
1
2
memacu timbulnya menstruasi yang tidak teratur dan endometriosis atau kanker rahim (Lukitaningsih, 2010). Selain itu, estrogen sintetik mempunyai efek samping seperti mual, resistensi cairan, sakit kepala, nyeri payudara, dan keputihan. Terkadang efek samping yang ditimbulkan begitu menganggu sampai akseptor ingin menghentikan penggunaan (Prawirohardjo, 2011). Estrogen alami yang terdapat pada tumbuhan disebut dengan fitoestrogen. Kata fitoestrogen atau phytoestrogen berasal dari kata "phyto" yang berarti tanaman, dan "estrogen" yang merupakan hormon alami pada wanita yang mempengaruhi organ reproduksi. Dengan demikan, fitoestrogen dapat diartikan sebagai senyawa alami dari tanaman yang mampu mempengaruhi aktivitas estrogenik tubuh. Senyawa fitoestrogen dapat mengisi situs reseptor estrogen yang kosong dan menghasilkan efek estrogenik yang mirip dengan estrogen endogen, meskipun intensitasnya lebih ringan. (Lukitaningsih, 2010). Isoflavon dapat berperan seperti steroid dengan mengisi ruang stereochemical yang biasanya ditempati oleh komponen estrogen. (Dixon, 2004). Hipotalamus dan hipofisis merespon estrogen dengan memproduksi gonadotropin, FSH, dan LH (luteinizing hormone), yang mengendalikan ovulasi. Peningkatan sinyal estrogen dalam jaringan ini kemungkinan besar akan menghasilkan aksi umpan balik negatif dari estrogen dan mengurangi ovulasi. Sinyal estrogen pada ovarium penting untuk mengendalikan ekspresi gen yang diperlukan untuk pertumbuhan folikel dan ekspresi reseptor FSH dan LH yang merespon sinyal gonadotropin dari hipotalamus dan hipofisis. Uterus sangat responsif terhadap sinyal estrogen dan naik turunnya estrogen sangat penting untuk implantasi embrio dan kehamilan. Stimulasi estrogen berlebih dari rahim secara terus
3
menerus dapat menghambat implantasi. Oleh karena itu gangguan atau kelebihan pada salah satu sinyal ini dapat menyebabkan subfertility atau infertilitas. (Jefferson, 2010). Ratusan tanaman telah dilaporkan mengandung fitoestrogen, terutama dari tanaman keluarga leguminocea atau fabaceae. Salah satu kandungan fitoestrogen yang paling sering di pakai adalah dari golongan flavonoid. Flavonoid sendiri dapat dibagi menjadi 7 kelompok besar yaitu flavon, isoflavon, flavonol, flavanon, antosianin, katekin dan khalkon. (Lukitaningsih, 2010). Salah satu tanaman yang mengandung fitoestrogen adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Pada penelitian Lai et al. (2010), ekstrak MeOH (metanol) secang diketahui memiliki senyawa yang memiliki aktivitas seperti fitoestrogen. Ekstrak kayu secang memiliki efek estrogenik dengan MAC (minimum active concentration) sekitar 1,56 μg/mL, lebih tinggi dari ekstrak etanol kacang kedelai yang hanya 0,25 μg/mL. Beberapa komponen dari kayu secang diketahui memiliki efek estrogenik yang tinggi dan sebanding dengan genistein. Genistein merupakan fitoestrogen yang termasuk dalam kelas isoflavon yang paling banyak ditemukan selain daidzein dan aglycones (Wiseman, 2000). Komponen lain yang terdapat dari ekstrak kayu secang adalah flavonoid (Nguyen et al., 2005), triterpenoid, oxygen heterocycles, lipid, steroid, asam amino, brazilin, dan brazilein. (Badami, 2003). Penelitian sebelumnya mengenai kayu secang menunjukan hasil yang beragam. Penelitian oleh Lai et al. (2010), mengenai kandungan ekstrak metanol kayu secang menunjukkan bahwa terdapat kandungan fitoestrogen yang cukup tinggi dan kemungkinan tinggi berpengaruh terhadap organ reproduksi wanita.
4
Namun, pada penelitian oleh Chatterje dan Prakash (2006), kayu secang hanya memiliki efek emmenagogue atau pemicu menstruasi dan tidak memiliki efek antifertilitas yang signifikan terhadap organ reproduksi wanita. Berdasarkan keterangan di atas, penulis ingin meneliti bagaimana pengaruh kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap perkembangan folikel ovarium dan ketebalan endometrium tikus putih (mus musculus L.) betina.
1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah pengaruh ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap perkembangan folikel ovarium dan ketebalan endometrium tikus putih (mus musculus L.) betina?
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan pengaruh ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.)
terhadap perkembangan folikel
ovarium dan ketebalan endometrium tikus putih (mus musculus L.) betina.
1.3.2 Tujuan Khusus 1.
Menghitung jumlah folikel ovarium, serta mengukur ketebalan endometrium pada tikus (mus musculus L.) betina yang mendapatkan suplementasi berbagai dosis ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.)
2.
Mendapatkan dosis yang paling efektif dalam menurunkan jumlah folikel ovarium dan ketebalan endometrium pada tikus (mus musculus L.) betina.
5
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademik 1.
Menambah informasi ilmiah tentang pengaruh ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap perkembangan folikel ovarium dan ketebalan endometrium tikus putih (mus musculus L.) betina.
2.
Menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap variabel lainnya.
1.4.2
Manfaat Klinis
Diharapkan kayu secang dapat dijadikan sebagai alternatif kontrasepsi oral yang berasal dari bahan alamiah. 1.4.3 Manfaat Masyarakat Edukasi atau informasi pada masyarakat bahwa secang dapat dijadikan sebagai bahan kontrasepsi oral alami untuk alternatif kontrasepsi sintesis.