BAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI
4.1 Umum Pada bab ini berisi uraian studi yang dilakukan Departemen Pekerjaan Umum (tahun 2006) mengenai penyusunan perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan. Perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan dilakukan berdasarkan kerangka pemikiran diagram teknis operasional pengelolaan persampahan kota seperti pada Gambar 2.6. Komponen tersebut dimulai dari sumber timbulan sampah, pewadahan, pemindahan, pengumpulan, pengangkutan pengolahan serta pembuangan akhir. Maksud dari studi Departemen Pekerjaan Umum tersebut adalah melakukan perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan. Hasil perhitungan kemudian disusun menjadi daftar besaran biaya spesifik atau harga satuan untuk setiap komponen pembiayaan kegiatan investasi bidang persampahan. Daftar biaya spesifik diklasifikasikan kedalam biaya tetap (aktivitas investasi) dan biaya variabel (aktivitas operasi). Tujuan dari studi yang dilakukan adalah tersedianya acuan untuk penyusunan program investasi penyelenggaraan
prasarana
dan
sarana
persampahan
bagi
para
pelaku
pembangunan.
4.2 Pengelolaan Persampahan Di Indonesia Pertumbuhan dan perkembangan kota dengan segala aktivitas dan kegiatan masyarakatnya, dapat menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan. Di Indonesia persoalan lingkungan yang sampai saat ini belum didapatkan pemecahannya secara efektif adalah masalah pengelolaan sampah.
Hampir semua kota di dunia, termasuk kota-kota di Indonesia mengalami masalah dalam pengelolaan persampahan. Pertambahan jumlah penduduk, pembangunan
IV-1
kota, dan perubahan gaya hidup penduduk mengakibatkan bertambahnya timbulan sampah.
Pada tahun 1980 persentase jumlah penduduk kota di Indonesia adalah 27,29% dari jumlah penduduk Indonesia, sementara pada tahun 1990 persentase tersebut terus bertambah menjadi 30,93%. Diperkirakan pada tahun 2020 persentase jumlah penduduk kota di Indonesia mencapai 50% dari jumlah penduduk Indonesia.
Berkaitan dengan sampah atau limbah padat pada rumah tangga. Jumlah sampah di Indonesia diperkirakan akan bertambah 5 kali lipat pada tahun 2020. Rata-rata produksi sampah tersebut diperkirakan akan meningkat dari 800 gram per hari perkapita pada tahun 1995 menjadi 910 gram perhari perkapita pada tahun 2020.
Secara umum dapat dinyatakan bahwa laju timbulan sampah terus meningkat mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk dan peningkatan kemakmuran masyarakat. Jumlah penduduk yang terus bertambah si satu sisi dan jumlah luas lahan yang tidak bertambah di sisi lain menimbulkan masalah kelangkaan pada area pengumpulan dan pembuangan akhir sampah.
Di kota-kota di Indonesia, meningkatnya timbulan sampah seringkali tidak diimbangi dengan meningkatnya aktivitas dan ketersediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan. Akibatnya dari waktu ke waktu jumlah sampah yang tidak terkelola, khususnya yang tidak terangkut ke TPA semakin meningkat.
Tabel 4.1 Jumlah Timbulan Sampah di Kota Metropolitan Kota
Jakarta Surabaya Bandung Makasar
Jumlah Penduduk (jiwa)
9.527.800 2.837.000 2.501.500 1.300.000 Rata-rata
L/kapita/hari
Kg/kapita/hari
2,60 2,40 3.30 2.40 2.675
0,65 0,60 0.83 0.60 0,67
Jumlah Timbulan (Kg/hari)
6.193.070 1.702.200 2.076.245 780.000
Keterangan : * data kependudukan 1997 Sumber data : Damanhuri (2000), Dalam Laporan National Action Plan Bidang Persampahan
IV-2
Hingga saat ini, penanganan dan pengelolaan sampah tersebut masih belum optimal. Baru 11,25% sampah di daerah perkotaan yang diangkut petugas, 63.35% sampah ditimbun ataupun dibakar, 6,35% sampah dibuat kompos, dan 19,05 sampah dibuang ke sungai atau sembarang tempat. Sementara untuk di daerah pedesaan, sebanyak 19% sampah diangkut oleh petugas, 54% sampah ditimbun ataupun dibakar, 7% sampah dibuat kompos, dan 20% dibuang ke sungai atau sembarang tempat (BPS tahun 1999). Selain itu kurang dari 50% sampah yang ditimbulkan, baik itu diperkotaan maupun dipedesaan yang ditangani oleh pemerintah. Sesampainya di Tempat Pembuangan Akhir pun, sampah tersebut pada umumnya dibuang pada Tempat Pembuangan Akhir yang menggunakan metode lahan urug (open dumping).
4.3 Biaya Spesifik Pengelolaan Sampah Biaya investasi dan teknis operasional pengelolaan sampah meliputi enam unsur fungsional,
yaitu
:
kegiatan
pewadahan,
pengumpulan,
pemindahan,
pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir sampah. Pada umumnya besaran biaya pengelolaan persampahan kota-kota di Indonesia adalah sebagai berikut. Biaya pengumpulan sampah diperkirakan sebesat Rp. 4000,-/m3, biaya pengangkutan ke Tempat Pembuangan Akhir Rp. 5000,-/m3, dan biaya pengelolaan di Tempat Pembuangan Akhir Rp. 1000,-/m3. Dengan demikian total biaya setiap m3 menjadi sekitar Rp. 10.000,- (Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional / Bapenas, Konsep Laporan Infrastruktur Indonesia Sektor Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan, Februari 2003).
Tingginya biaya operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana yang begitu besar tidak ditunjang dengan tersedianya pendanaan yang mencukupi. Pembiayaan untuk investasi di bidang pengelolaan sampah di Indonesia membutuhkan sumber dana dari bernagai sumber, baik oleh pemerintah maupun pinjaman dari Negara donor. Investasi di bidang persampahan pada tahun 2000 adalah sebesar 1.003,710 milyar rupiah. Hal tersebut terdiri dari dana pinjaman sebesar 551,037 milyar rupiah dan dana pendamping sebesar 452,674 milyar rupiah.
IV-3
Tabel 4.2 Investasi Pengelolaan Persampahan Oleh Pemerintah dan Negara Donor No. 1
Paket Program
Dana Pinjaman Dana pendamping Total Dana
Asia Development Bank EJ-UDP
5.595
9.867
15.462
Sumatera-UDSP
65.618
14.536
80.154
West Java-UDSP
5.432
6.970
12.402
Metrobotabek-UDP
22.840
33.878
56.718
Metromedan-UDP
28.875
2.639
31.154
SSUDP
12.782
15.906
28.688
Kalimantan-UDP
7.481
31.713
39.194
2nd East Java-UDP
18.548
40.643
59.191
Sulawesi-UDP
34.725
3.108
67.833
Bali-UIP
17.028
70.810
87.838
Jakarta-SWM
54.545
12
54.557
Surabaya-UDP
4.198
413
4.610
Sector Program
182.806
0
182.806
TOTAL INVESTASI
551.037
452.674
1.003.710
2
3
IBRD
OECF/JBIC
Keterangan : Dalam Jutaan Rupiah Sumber : Status dan Permasalahan Proyek-proyek dana pinjaman Luar Negeri Departemen Kimpraswil, 2002.
Pada Negara berkembang berpendapatan rendah, pengurangan biaya difokuskan pada produktifitas alat atau kendaraan angkut sampah dan juga produktivitas pekerja. Pada Negara berpendapatan rendah biaya peralatan seringkali lebih dari 50% total biaya, begitu pula dengan biaya pekerja setelah disesuaikan dengan biaya sosial, lembur, dan overhead administrasi adalah kurang dari 25% dari biaya total. Sedangkan untuk Negara berpendapatan tinggi sebagian besar pengeluaran biaya adalah untuk personel.
IV-4
4.4 Biaya Spesifik Investasi Sistem Pewadahan Biaya spesifik investasi untuk sistem pewadahan individual disediakan oleh warga, namun untuk pewadahan komunal disediakan oleh dinas kebersihan. Harga perolehan sarana pewadahan sampah komunal untuk masing-masing jenis dan kapasitasnya dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Sistem Pewadahan No.
Jenis Wadah
Kapasitas
Satuan
Umur Pelayanan (tahun)
1 Bin Plastik 60 lt 3 2 Bin Plastik 120 lt 3 3 Bin Plastik 240 lt 3 3 4 Kontainer 0,5 m 5 3 5 Kontainer 1 m 5 Sumber : Sumber : Hasil Studi Departemen Pekerjan Umum, 2006.
Jumlah Pelayanan (orang)
Harga Perolehan (Rp)
20-25 40-50 80-100 150-200 250-300
80.000 100.000 150.000 200.000 250.000
4.5 Biaya Spesifik Investasi Sistem Pengumpulan dan Pemindahan Pola pengumpulan dapat dilakukan dengan cara langsung maupun tidak langsung. Pada pola pengumpulan sampah secara langsung, membutuhkan alat angkut untuk mengumpulkan sampah dan kemudian mengangkutnya ke tempat pengolahan maupun pembuangan akhir sampah. Sedangkan pada pengumpulan secara tidak langsung membutuhkan peralatan gerobak, becak, maupun motor sampah sebagai alat pengumpul, serta memerlukan transfer depo untuk melakukan pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut.
Untuk memperoleh harga biaya spesifik investasi transfer depo yang merupakan komponen sistem pengumpulan akan dilakukan simulasi dengan berpatokan dari standar pelayanan masing-masing transfer depo. Penyusunan dan perhitungan biaya spesifik transfer depo sampah dilakukan dengan simulasi berdasarkan harga perolehan dan standar kapasitas cakupan pelayanan rata-rata dan masing-masing jenis truk, sesuai standar pelayanan pada Tabel 4.4 berikut ini. Harga perolehan untuk transfer depo merupakan perhitungan biaya konstruksi.
IV-5
Tabel 4.4 Kapasitas Pelayanan Transfer Depo No.
Peralatan
Kapasitas
Cakupan Pelayanan KK Jiwa
Harga Perolehan (Rp)
Sub Sistem Pengumpulan 1 2 3
Transfer Depo I
200 m2 2
700
40000
150.000.000
Transfer Depo II
60-100 m
1000
20000
80.000.000-100.000.000
Transfer Depo III + Container
2
1000
4000
33.000.000
10-20 m
Sumber : Hasil Studi Departemen Pekerjan Umum, 2006.
Untuk melakukan cakupan pelayanan menjadi volume maupun berat sampah yang terangkut, maka digunakanlah nilai rata-rata timbulan sampah 2,5 lt/orang/hari, serta densitas sampah yaitu 250 kg/m3 sampah. Simulasi dilakukan untuk mendapatkan model biaya investasi untuk masingmasing jenis transfer depo berdasarkan jumlah penduduk skala kawasan yaitu pada transfer depo III dengan interval 1000 sampai dengan 50.000 jiwa. Sedangkan pada transfer depo I dan transfer depo II simulasi dilakukan untuk pelayanan skala kota dengan interval 10.000 sampai dengan 30.000 jiwa dan simulasi hingga penduduk berjumlah 1.000.000 jiwa dengan interval 50.000 jiwa. Berdasarkan hasil simulasi didapatkan nilai rata-rata, nilai interval, serta model biaya spesifik investasi transfer depo yang dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.6 Biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah (Rp/orang) No
Komponen Rata-rata
Biaya Spesifik Investasi Persampahan Rp/orang terlayani SD Interval Model
Pemindahan sampah 1 2 3
Transfer depo Tipe 1 (a)
4074
297
3963
-
4185
y = 13588x-0,0979
Transfer depo Tipe 1 (b) Transfer depo Tipe 2 (a) Transfer depo Tipe 2 (b) Transfer depo Tipe 3 (c) Transfer depo Tipe 3 (d)
3750 5168 5000 8984 8250
190 884 -
5097 8654 -
-
5239 9315 -
y = 3750 y = 9319x^-0,0495 y = 5000 y = 24512x^-0,1014 y = 8250
-
Keterangan : a = simulasi 20.000 sampai dengan 400.000 jiwa dengan interval 10.000 jiwa b = simulasi 40.000 sampai dengan 1.000.000 jiwa dengan interval 40.000 jiwa c = simulasi 2000 sampai dengan 50.000 jiwa dengan interval 1000 jiwa d = simulasi 40.000 sampai dengan 1.000.000 jiwa dengan interval 40.000 jiwa
IV-6
Hasil simulasi menunjukkan harga perolehan untuk investasi transfer depo I maupun transfer Depo II, akan mempunyai biaya spesifik investasi yang lebih murah dibandingkan dengan menggunakan investasi transfer depo tipe III yang lebih mahal. Hasil simulasi model biaya spesifik investasi transfer depo untuk biaya spesifik setiap volume sampah terlayani dan biaya spesifik setiap berat sampah terlayani secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran A. Grafik secara keseluruhan hasil simulasi model biaya spesifik untuk pemindahan dapat dilihat pada Lampiran B.
4.6 Biaya Spesifik Investasi Sistem Pengangkutan Penyusunan dan perhitungan biaya spesifik investasi alat angkut sampah dilakukan dengan simulasi berdasarkan harga perolehan dan standar kapasitas cakupan pelayanan rata-rata dari masing-masing jenis alat angkut. Standar pelayanan alat angkut tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Kapasitas Pelayanan alat Angkut No. 1 2
Peralatan
Kapasitas
Cakupan Pelayanan
Harga Perolehan
KK
Jiwa
(Rp)
Truk Biasa
6 m3
700
7000
150.000.000
Dump Truk
3
1000
10000
200.000.000
3
8m
3
Arm Roll
8m
1000
10000
250.000.000
4
Compactor Truk
8 m3
1300
10000
300.000.000
Sumber : Hasil Studi Departemen Pekerjan Umum, 2006.
Simulasi dilakukan untuk mendapatkan model biaya investasi dari masing-masing alat angkut berdasarkan jumlah penduduk skala kawasan permukiman. Simulasi dilakukan
berdasarkan jumlah penduduk dari kapasitas standar cakupan
pelayanan alat angkut (7000-10.000 jiwa) sampai dengan 50.000 jiwa dengan interval 1000 jiwa. Selain itu dilakukan simulasi penduduk 50.000 jiwa sampai dengan 1.000.000 jiwa dengan interval 50.000 jiwa.
IV-7
Contoh gambar grafik hasil simulasi model biaya investasi maupun model biaya spesifik untuk sistem pengangkutan sampah secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran B. Berdasarkan hasil simulasi didapatkan nilai rata-rata, nilai interval, serta model biaya spesifik investasi alat angkut yang dapat dilihat pada Tabel 4.7. Biaya spesifik investasi dihitung berdasarkan cakupan pelayanan maupun terhadap volume dan berat sampah. Sedangkan Hasil simulasi model biaya spesifik investasi alat angkut untuk biaya spesifik setiap volume sampah terlayani dan biaya spesifik setiap berat sampah terlayani secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran A.
Tabel 4.7 Biaya Spesifik Investasi Pengangkutan Sampah (Rp/jiwa) Biaya Spesifik Investasi Persampahan No
Rp/orang terlayani
Komponen Ratarata
SD
Truk Biasa (a)
24.571
2089
23.790
-
25.352
y = 105890x^-0,1445
Truk Biasa (b)
21.719
402
-
-
-
y = 28220x^-0,0203
Dump Truk (a)
23.238
2081
22.460
-
24.016
y = 152476x^-0,1845
Dump Truk (b)
20.000
0
-
-
-
y = 20000
Arm Roll (a)
28.029
2081
27.251
-
28.807
y = 134579x^-0,1538
Arm Roll (b)
25.000
0
-
-
-
y = 25000
Compactor Truk (a)
60.130
6243
57.769
-
62.465
y = 526472x^-0,2128
Compactor Truk (b)
50.000
0
-
-
-
y = 50000
Interval
Model
Pengangkutan Sampah 1
2
3
4
Keterangan : a = simulasi 7000 sd 50.000 jiwa dengan interval 1000 b = simulasi 50.000 sd 1000.000 dengan interval 50.000 Sumber : Hasil Studi Departemen Pekerjaan Umum, 2006.
Dari hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa biaya spesifik masing-masing jenis alat angkut mendekati pembagian harga perolehan terhadap kapasitas alat angkutnya. Dari hasil didapatkan pada simulasi untuk pelayanan dari 50.000 jiwa hingga 1.000.000 jiwa grafik model biaya spesifik menunjukkan garis lurus yang menunjukkan satu nilai tetap.
IV-8
4.7 Biaya Spesifik Investasi Sistem Pengolahan Sampah 4.7.1 Biaya Spesifik Investasi Pengomposan Sampah Penyusunan dan perhitungan biaya spesifik investasi pengomposan sampah berdasarkan data-data investasi instalasi atau peralatan pembuatan kompos di Indonesia, maupun di luar negeri sebagai perbandingan. Hasil simulasi model biaya investasi peralatan atau instalasi pengomposan berdasarkan kapasitas instalasi diperoleh seperti yang tercantum pada Tabel 4.8. Disamping itu juga terdapat model biaya instalasi pengomposan dimana y merupakan biaya investasi dan x menunjukkan kapasitas instalasi.
Tabel 4.8 Model Biaya Investasi Instalasi Pengomposan Sampah No.
Lokasi
1
Indonesia, Biaya Investasi (Rp) Luar Negeri, Biaya Investasi (US$) Indonesia, biaya Spesifik (Rp)
2 3
Model
Nilai Determinasi (R2)
y = 2E+07e^0,0035x
0,9832
y = 993,002e^0,0052x
0,6818
y = 4E+06e^0,0008x
0,8415
4.7.2 Biaya Spesifik Investasi Insenerator dan Sampah Menjadi Energi Karena data mengenai penerapan metode pengolahan sampah menjadi energi (waste to energy) di Indonesia belum memadai, maka untuk menghitung biaya spesifik investasi pengolahan sampah menjadi energi didasarkan pada data mengenai biaya investasi dari metode waste to energy yang didapatkan dari beberapa negara lain dengan berbagai macam tipe dan jeni serta kapasitasnya.
Berdasarkan data kapasitas desain dan biaya investasi instasi pengolahan sampah menjadi energi, akan didapatkan kurva hubungan serta persamaan regresi antara kapasitas waste to energy dengan biaya investasi. Dari persamaan regresi tersebut dapat dibuat nilai dugaan untuk masing-masing desain. Sehingga dapat dihitung dugaan biaya spesifik investasi insenerator untuk menghasilkan energi.
IV-9
Tabel 4.9 Biaya Spesifik Investasi Instalasi WTE Uap, Listrik, serta Uap dan Listrik Biaya Spesifik Investasi Persampahan No
Komponen
(US $ / Ton) Interval
Rata-rata
SD
Model
153.307 14.897
148.122 932
29.454 14.633
-
277.160 15.160
y = -60,247Ln(x)+510,774 y = 37,417x^0,1294
135.220
8.192
130.775
-
139.664
y = 204364x^-0,0682
Waste To Energy 1 2
Energi Uap Energi Listrik Energi Uap & Listrik
3
Dapat dilihat pada Tabel 4.9 bahwa biaya spesifik investasi energi uap mempunyai interval yang sangat lebar, hal ini dikarenakan standar deviasi data hasil nilai duga model biaya investasi mempunyai nilai yang sangat lebar, hal ini diperkuat dengan nilai korelasi yang cukup rendah yaitu R2 = 0.2356.
4.8 Biaya Spesifik Investasi Sistem Pembuangan Akhir Sampah Penggunaan alat berat akan ekonomis bila sampah yang dibuang setiap harinya adalah minimal 100 ton/hari atau 300-400 m3/hari. Bila kurang dari 50 ton/hari atau 150-200 m3/hari sebaiknya dilakukan secara manual atau sewa.
Dari hasil simulasi perhitungan model, didapatkan bahwa biaya investasi alat berat untuk pengoperasian Tempat Pembuangan Akhir adalah rata-rata sebesar Rp. 8.608,-/orang atau Rp. 3.266.332,-/ m3 sampah terlayani atau Rp. 11.065.530,/ton sampah terlayani. Hasil simulasi biaya spesifik investasi alat berat TPA dapat dilihat pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Biaya Spesifik Investasi Alat Berat TPA No
Biaya Spesifik Investasi Persampahan
Komponen
Rata-rata Alat Berat TPA (Buldozer) 1 2 3
SD
Interval
Model
Rp/orang Rp/m3
8.608 3.266.332
965 385.988
8.247 3.121.996
-
8.969 3.410.668
y = 32810x^-1,1026 y = 7E+06x^-0,1076
Rp/ton
11.065.330
1.543.951
10.487.986
- 11.642.674
y = 2E+07^-0,1249
Sumber : Hasil Studi Departemen Pekerjaan Umum, 2006.
IV-10