BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi), upaya pencegahan kecelakaan kerja diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian juga untuk meningkatkan kinerja keselamatan kerja ditempat kerja. Berdasarkan teori Domino Effect penyebab kecelakaan kerja H.W. Heinrich, maka terdapat berbagai upaya untuk pencegahan kecelakaan kerja di tempat kerja, antara lain: 1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya di Tempat Kerja: a. Pemantauan dan pengendalian kondisi tidak aman. b. Pemantauan dan pengendalian tindakan tidak aman. 2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan Pengawasan: a. Pelatihan dan Pendidikan. b. Konseling dan Konsultasi. c. Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi. 3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen: a. Prosedur dan Aturan. b. Penyediaan Sarana dan Prasarana. c. Penghargaan dan Sanksi.
4.1.1 Sistem Manajemen K3 (SMK3) Sistem manajemen K3 (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan yang meliputi struktur Organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan Sumber Daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan
22 http://digilib.mercubuana.ac.id/
dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. (Peraturan Pemerintah No.50/2012). Seperti diketahui tujuan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) ini adalah: Dalam rangka: 1. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan K3 dengan cara: terencana, terukur, terstruktur, terintegrasi. 2. Untuk mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi penyakit kerja, dengan melibatkan: manajemen, tenaga kerja/pekerja dan serikat pekerja. SMK3 diwajibkan bagi perusahaan, memperkerjakan lebih dari 100 orang dan mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi. Untuk itu perusahaan diwajibkan menyusun Rencana K3,dalam menyusun rencana K3 tersebut, pengusaha melibatkan Ahli K3, Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) Wakil Pekerja dan Pihak yang terkait. Komprasi Permennaker No. 05/2012 dan Peraturan Pemerintah No. 50/2012 yaitu: 1. Permennaker No. 05/1996 Menciptakan suasana sistem K3 di tempat kerja dengan melibatkan Unsur Manajemen, tenega kerja, kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan PAK serta terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. 2. Peraturan Pemerintah No. 50/2012 a. Meningkatkan efektifitas perlindungan K3 terencana, teratur dan terintegrasi. b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan PAK dengan melibatkan Unsur Manajemen, pekerja/ buruh, dan/ SP/ SB. c. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efesien untuk mendorong produktivitas.
23 http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2 Komitmen dan Kebijakan K3 Komitmen dan Kebijakan K3 adalah sebagai berikut: 1. Kepemimpinan dan Komitmen Setiap tingkat pemimpin dalam perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja sehingga sistem manajemen K3 berhasi diterapkan dan dikembangkan. Komitmen tersebut harus selalu ditinjau secara berkala dan melibatkan semua pekerja dan orang lain berada di tempat kerja. Komitmen kerja tersebut ditunjukan dalam: a. Penempatan organisasi K3 pada posisi strategi dalam penentuan keputusan perusahaan. b. Penyediaan anggaran dan tenaga kerja yang berkualitas serta saran-saran lain dibidang K3. c. Penempatan personil yang bertanggung jawab dan mempunyai kewenangan serta kewajiban yang jelas dalam penanganan K3. d. Perencanaan K3. e. Penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3. 2. Kebijakan K3 Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan terulis yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tinjauan perusahaan, komitmen dan tekad melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan oprasional. Kebijakan K3 tersebut dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja bersifat dinamika dan selalu ditinjau ulang dalam rangka peningkatan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Perencanaan Perencanaan harus membuat perencanaan yang efektif dengan sasaran yang jelas dan dapat di ukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian resiko sesuai dengan persyaratan perundang-undangan yang
24 http://digilib.mercubuana.ac.id/
berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap keselamatan danatan kerja. Beberapa hal yang terkait dengan perencanaan dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Perencanaan dibuat berdasarkan hasil identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian resiko. b. Perencanaan
dibuat
berdasarkan
peraturan
perundang-undangan
dan
persyaratan lainnya sesuai dengan kegiatan perusahaan, identifikasi serat pemahaman dan peraturan Undang-Undang dan persyaratan lainnya. c. Tujuan dan saran dalam perencanaan harus dapat diukur, terdapat satuan atau indikator
pencapaian.
Tujuan
dan
saran
tersebut
ditetapkan
setelah
dikonsultasikan dangan wakil pekerja, ahli K3, P2K3, dan pihak terkait lainnya serta ditinjau secara teratur.
4.3 Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Ada beberapa pengertian pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) di tempat kerja, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Pertolongan pertama pada kecelakaan di tempat kerja selanjutnya disebut dengan P3K di tempat kerja adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada pekerja. 2. Petugas P3K di tempat kerja adalah pekerja yang ditunjuk oleh pengurus atau pengusaha dan diserahi tugas tambahan untuk melaksanakan P3K. 3. Fasilitas P3K adalah semua peralatan, perlengkapan dan bahan yang digunakan dalam pelaksanaan P3K di tempat kerja.
25 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Alat pertolongan pertama pada kecelakaan kerjaseperti gambar 4.1 berikut:
Gambar 4.1Alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Kerja. (Sumber : PT. Ancol Terang Metal Printing Industri)
Maksud dari pertolongan pertama dimaksudkan untuk memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan yang lebih lengkap diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya. P3K diberikan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Menyelamatkan Nyawa Korban 2. Meringankan penderitaan korban 3. Mencegah cidera atau penyakit menjadi lebih parah 4. Mempertahankan daya tahan korban 5. Mencarikan pertolongan yang lebih lanjut. Dalam pelaksanaan P3K di tempat kerja harus ditunjuk petugas P3K dengan memperhatikan jumlah, seleksi, pelatihan atau training dan tanggung jawab personil atau petugas. 4.4 Alat Pelindung Diri (APD) Alat pelindung diri atau APD adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang fungsinya, mengisolasi sebagaian atau seluruh tubuh dari potensial bahaya ditempat kerja. Ada begitu banyak potensial bahaya di tempat kerja, antara lain gas beracun, gas mudah terbakar,kekurangan oksigen, bahaya tertimbun, bahaya penggunaan peralatan mekanik, bahaya dari lingkungan kerja seperti kebisingan, lantai licin, radiasi dan lain-lain. Dengan demikian, perlu dilakukan program alat penggunaan pelindung diri.
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Penggunaan APD adalah upaya terakhir yang dianjurkan bahkan diwajibkan, meskipun tidak terlalu efektif dalam upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Namun bila mana upaya pencegahan kecelakaan kerja seperti yang dimaksud diatas belum dapat dilakukan secara sempurna karena keterbatasan-keterbatasan maka penggunaan alat pelindung diri menjadi sangat penting. Berikut ini adalah jenis-jenis dan fungsi dari Alat Pelindung Diri (APD) 1. Alat Pelindung Kepala a. Topi Pengaman (Safety Helmet) Topi ini dipakai untuk melindungi kepala dari bahaya kejatuhan benda terpukul atau tebentur benda keras atau tajam. b. Tudung Kepala Tudung atau hood dipakai untuk melindungi kepala dari bahaya terkena atau kontak dangan bahan-bahan kimia, api, panas radiasi. c. Penutup Rambut (Hair Cup) atau Pengaman (Hair Guard) Penutup rambut dipakai untuk melindungi kepala dan rambut dari kotoran serta untuk melindungi rambut dari bahaya terjerat mesin-mesin yang berputar. Alat Pelindung Kepala seperti gambar 4.2 berikut:
Gambar 4.2 Alat Pelindung Kepala. (Sumber: PT. Ancol Terang Metal Printing Industri)
2. Alat Pelindung Mata dan Muka
27 http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Melindungi muka dari percikan bahan-bahan korosip b. Melindungi mata dari kemasukan debu-debu atau partikel-partikel yang melayang di udara c. Lemparan benda-benda kecil, panas d. Pemajanan gas-gas atau uap-uap kimia yang dapat menyebabkan iritasi pada mata e. Radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion f. Pancaran cahaya g. Benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.
Alat Pelindung Mata dan Muka seperti gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3Alat Pelindung Mata dan Pelindung Muka. (Sumber: PT. Ancol Terang Metal Printing Industri)
3. Alat Pelindung Telinga a. Sumbat telinga (ear plug) b. Penutup telinga (ear muff)
28 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Alat pelindung telinga seperti gambar 4.4 berikut:
Gambar 4.4 Alat Pelindung Telinga. (Sumber: PT. Ancol Terang Metal Printing Industri)
4. Alat Pelindung Pernapasan a. Respirator untuk memurnikan udara b. Respirator untuk memasok udara
Alat Pelindung Pernafasan seperti gambar 4.5 berikut:
Gambar 4.5 Alat Pelindung Pernafasan. (Sumber: PT.Ancol Terang Metal Printing Industri)
5. Pelindung Tangan (sarung tangan) a. Sarung Tangan Biasa b. Mitten c. Hand Pad
29 http://digilib.mercubuana.ac.id/
d. Sleeve
Alat pelindung tangan seperti gambar 4.6 berikut:
Gambar 4.6 Alat Pelindung Tangan. (Sumber: PT. Ancol Terang Metal Printing Industri)
6. Pelindung Kaki a. Sepatu pelindung untuk pekerjaan di peleburan dan pengecoran logam b. Sepatu pelindung untuk pekerjaan berpotensi bahaya peledakan c. Sepatu pelindung untuk pekerjaan berpotensi bahaya listrik d. Sepatu pelindung untuk pekerjaan bangunan atau konstruksi.
Alat pelindung Kaki seperti gambar 4.7 berikut:
Gambar 4.7 Alat Pelindung Kaki (Sumber: PT. Ancol Terang Metal Printing Industri)
30 http://digilib.mercubuana.ac.id/
7. Pakaian Pelindung a. Apron pakaian pelindung untuk menutupi sebagian tubuh mulai dari dada sampai lutut b. Overalis pakian pelindung untuk menutupi seluruh tubuh. Pakaian Pelindung seperti gambar 4.8 berikut:
Gambar 4.8 Pakaian Pelindung. (Sumber: PT. Ancol Terang Metal Printing Industri)
8. Tali dan Sabuk Pengaman a. Tali penggantung terdiri dari: i.
Penggantung Unifilar
ii.
Penggantung berbentuk U
b. Sabuk pelana atau harness, terdiri dari i.
Penunjang dada (chest harness)
ii.
Penunjang dada atau punggung (chest waist harness)
iii.
Penunjang seluruh tubuh (full body harness). Alat pelindung keselamatan seperti gambar 4.9 berikut:
31 http://digilib.mercubuana.ac.id/
Gambar 4.9 Tali Pelindung Keselamatan. (Sumber: PT. Ancol Terang Metal Printing Industri)
32 http://digilib.mercubuana.ac.id/