BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Yayasan Kanisius Yayasan Kanisius berdiri sebagai akibat dari adanya politik etis yang diterapkan oleh pemerintah Belanda sebagai bentuk balas budi terhadap Indonesia (wawancara Romo Sigit Widisona, Sj, 06/03/2014). Kekayaan alam yang
dimiliki
Indonesia
membuat
beberapa
negara
tertarik
untuk
mengelolanya. Salah satu negara yang dapat mengelolanya adalah Belanda. Belanda menjajah Indonesia hampir 3,5 abad dan membuat Belanda merasa berhutang kepada Indonesia sehingga memunculkan politik etis. Belanda membayar jasa dengan melakukan berbagai usaha diantaranya membangun irigasi didaerah-daerah pertanian/perkebunan, menyelenggarakan emigrasi di daerah yang sudah dirasa padat dan juga membalas jasa tersebut dengan memberikan pendidikan (Muhammad Rifa’i, 2011:73). Usaha pemerintah Belanda melakukan balas jasa dalam membangun pendidikan berpengaruh kepada orang-orang Belanda yang berada di luar pemerintahan. Orang-orang Belanda yang peduli mendirikan lembagalembaga sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan. Pada masa penjajahan Belanda pendidikan di bawah asuhan Katolik mulai diperbolehkan. Hal tersebut mengakibatkan yayasan yang mulai muncul berani untuk mendirikan sekolah-sekolah yang berada di bawah asuhannya. Pemerintah Belanda
16
memperbolehkan yayasan-yayasan untuk mendirikan sekolah dengan tujuan mendidik masyarakat yang diatur dengan kebijakan yang ada. Salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Belanda adalah mengenai kebijakan pendidikan yang dikeluarkan sekitar tahun 1930-an antara lain sebagai berikut (Muhammad Rifa’i, 2011:81) : 1. Seluruh sekolah swasta yang tidak dibiayai oleh pemerintah (Belanda) harus meminta izin. 2. Guru-guru yang mengajar di sekolah di swasta juga harus mendapat izin dari pemerintah terlebih dahulu. 3. Materi pelajaran yang hendak disampaikan kepada siswa sekolah swasta tidak boleh melanggar peraturan negeri dan harus sesuai dengan sekolah pemerintah Yayasan Kanisius didirikan dalam rangka untuk mewujudkan keinginan atau tujuan dari Romo F. Van Lith Sj. Hal tersebut diwujudkan dalam bentuk mendirikan sekolah-sekolah Katolik Romo F. Van Lith Sj dengan rmaksud: 1. Menabur Sabda Kristus di dalam masyarakat Jawa melalui guru-guru yang dididik dengan sungguh-sungguh oleh Romo F. Van Lith Sj. Romo F. Van Lith Sj memiliki keyakinan bahwa melalui pendidikan di sekolah Katolik pengembangan iman Katolik akan berjalan lebih efektif dan lebih berhasil, terutama dalam hati anak didik. Tetapi unit sekolah juga bisa memberikan pengaruh kepada orang tua. Dan itu berarti adalah masyarakat sendiri.
17
2. Memberikan kesempatan belajar kepada anak-anak tidak mampu di pedesaan dan perkotaan, yang tidak mendapatkan kesempatan belajar. Romo F. Van Lith Sj merasa perihatin melihat keterbelakangan pendidikan masyarakat Jawa, yang pada waktu itu masih kurang mendapat perhatian dari Pemerintah Hindia Belanda. Sementara dalam diri anak sendiri terdapat hasrat untuk mendapat kesempatan menimba ilmu dan pengetahuan, yang bisa melepaskan diri dari belenggu keterbelakangan. Yayasan Kanisius didirikan di Muntilan pada tahun 1918 sebagai “CANISIUS VERENIGING” (bahasa Belanda) yang dalam bahasa Indonesia berarti Perkumpulan Kanisius. Selanjutnya pada tahun 1927 karena alasanalasan praktis diubah statusnya menjadi “CANISIUS STICHTING” atau dalam bahasa Indonesia yang berarti YAYASAN KANISIUS, nama tersebut dipakai hingga sekarang. Yayasan didirikan untuk lebih mengedepankan kemajuan pendidikan yang ingin dicapai. Yayasan mendirikan sekolah-sekolah yang dimulai dari tingkat pendidikan dasar seperti sekolah dasar hingga pendidikan sekolah menengah atas. Sekolah-sekolah tersebut tersebar di Keuskupan Agung Semarang yang mencangkup wilayah Semarang, Kabupaten Semarang, Ambarawa, Magelang dan Yoygakarta. Sebagian besar sekolah yang berdiri berada di daerah pedesaan dengan setingkat sekolah dasar. Yayasan Kanisius merupakan yayasan yang berdiri dengan salah satu misi yang dilaksanakan
18
untuk memberikan pendidikan dan juga mengenalkan agama kepada masyarakat (http://yayasan-kanisius.blogspot.com) 1. Logo Yayasan Kanisisus
2. Arti simbol-simbol:
Lingkaran kuning ( Vatikan = Kemuliaan ) Lambang Matahari Terbit, Yesus Bangkit Kehidupan / Kemuliaan Baru
Perahu Biru ( Biru Donker = Harapan ) Lambang Perjalanan / Peziarahan Insan Kanisius
2 Gelombang Ombak = Lambang 2 buku di buka : Kitab Suci - Dasar Iman Ilmu Pengetahuan – Ilmu Secara lengkap logo dirumuskan :Iman dan Ilmu Mendasari
perjalanan / peziarahan insan Kanisius menyongsong Kehidupan / Kemuliaan Baru
19
B. Sejarah Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari merupakan sekolah pertama yang memberikan pendidikan kepada masyarakat sekitar kelurahan Harjosari. Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari didirikan oleh sebuah yayasan Katolik yaitu Yayasan Kanisius. Keputusan-keputusan yang berhubungan dengan Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari berada dibawah wewenang yayasan. Dalam sebuah profil sekolah yang ditulis oleh salah satu guru yang mengajar yakni Ibu Sri Haryanti dijelaskan bahwa Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari didirikan pada tahun 1925. Hal tersebut diperkuat melalui akte Yayasan Kanisius No. 1 tanggal 5 Oktober 2005 SK Operasional Gub. Jendral Negara Indonesia No. 11 tanggal 21 Oktober 1918 Kelurahan Tanjung Mas Semarang Utara dijelaskan Yayasan Kanisius dijelaskan bahwa Yayasan Kanisius sudah mulai beroperasi sejak tahun 1918 (wawancara Sungadi, 27/02/2014). Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari memiliki berbagai kendala untuk memberikan pendidikan kepada masyarakat. Berbagai kendala tersebut misalnya saja sekitar tahun 1942 gedung semi permanen yang digunakan untuk ruang kelas satu dan kelas dua dibakar oleh tentara Jepang di masa kependudukannya. Akibat dari kejadian tersebut kegiatan belajar mengajar harus berpindah tempat dan memanfaatkan banguan-bangunan lainnya yang tidak terpakai. Dengan tidak tersedianya bangunan sekolah yang memadai untuk kegiatan belajar mengajar mengakibatkan ketidaknyamanan siswa yang belajar dan juga kurang efektifnya kegiatan belajar mengajar. Bahkan keadaan sekolah yang belum stabil (ketidakpastian melanjutkan sekolah) mampu
20
membuat para pengajar / guru meninggalkan sekolah-sekolah swasta tersebut (wawancara Ngabedan, 22/12/2013). Yayasan Kanisius berusaha untuk mewujudkan pendidikan yang layak bagi siswa-siswa yang bersekolah disalah satu sekolah yang mereka bangun yakni Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Berbagai usaha dilakukan oleh yayasan seperti mengganti nama yayasan yang masih menggunakan bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut untuk mengurangi ketegangan antara pihak yayasan dengan pemerintah Indonesia. Sehingga memberikan peluang untuk mengajukan bantuan kepada pemerintah. Usahausaha yang dilakukan akhirnya membuahkan hasil sehingga bangunan sekolah dapat dibangun dan mampu menampung seluruh kelas satu sampai kelas enam sekitar tahun 1962 (wawancara Sutami, 05/11/2013). Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari mampu memberikan pendidikan yang layak bagi para peserta didiknya setelah tersedianya gedung sekolah. Pendidikan yang layak adalah dengan adanya alat pendidikan yang salah satunya merupakan gedung/ bangunan sekolah, sehingga mampu menciptakan kegiatan belajar mengajar yang efektif dan kondusif. Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari mampu melakukan renovasi gedung sekolah dengan bantuan dari pemerintah. Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari ini yang sekarang telah berganti nama menjadi Sekolah Dasar Kanisius Harjosari ini bertempat di desa Glodogan Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Jawa Tengah.
21
C. Sistem Pendidikan Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari Sistem pendidikan memiliki aspek-aspek atau komponen yang terkandung di dalamnya. Sistem tersebut dimiliki untuk membantu lembaga pendidikan dalam mencapai cita-citanya. Salah satu yang dipersiapkan adalah sebuah sistem yang saling berkaitan dalam sebuah lembaga pendidikan. Sistem tersebut memiliki komponen antara lain: 1. Tujuan Setiap sekolah yang berdiri memiliki tujuan yang ingin diwujudkan atau dicapai termasuk Sekolah Rakyat Kanisisus Harjosari. Sekolah yang dibangun oleh pihak yayasan Katolik memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Tujuan sekolah pada umumnya adalah untuk mencerdaskan dan mengenalkan ilmu pengetahuan kepada masyarakat, di samping itu juga memperkenalkan agama Katolik kepada masyarakat. Hal tersebut dikarenakan Yayasan Kanisius memiliki pedoman ajaran Katolik. Dalam memperkenalkan ajaran tersebut melalui salah satu kegiatan sekolah dan juga pelajaran agama. Romo dan Frater didatangkan untuk mengajarkan agama kepada murid yang bersekolah di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari sehingga kepercayaan Katolik mulai di kenal (wawancara Jumilah, 21/12/2013) Keseriusan sekolah dalam hal ingin mencerdaskan masyarakat sekitar dapat dilihat dengan tidak mempersulit calon peserta didik yang ingin masuk. Sekolah juga menyediakan alat tulis untuk
22
dipinjamkan supaya tidak membebani para siswa-siswanya. Alat tulis yang dipinjamkan tersebut seperti sabak, grip untuk kelas 1 (satu) sampai kelas 3 (tiga). Sedangkan untuk kelas 4 (empat) sampai kelas 6 (enam) menggunakan buku tulis cap banteng dan pen tutul (pena yang ada tangkainya dan dicelupkan pada tinta yang berada di tengahtengah meja tulis). Alat tulis yang dipinjamkan tersebut hanya dipergunakan pada saat kegiatan mengajar di sekolah dan tidak dapat di bawa pulang oleh peserta didik (wawancara Sutami, 05/11/2013). Sehingga peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan menguasai setiap pelajaran yang dipelajarai. Mereka juga harus menghapal dengan cepat cara menulis huruf latin yang diajarkan karena keterbatasan ruang menulis yang harus segera dihapus dan digantikan dengan tulisan yang baru. Berbeda dengan halnya murid pada jaman sekarang mampu menggunakan buku tulis (wawancara Jumilah, 21/12/2013) Selain alat tulis buku bacaan juga disediakan oleh pihak sekolah. Buku bacaan tersebut seperti halnya pada jaman sekarang adalah buku paket yang harus dibeli oleh para murid. Buku bacaan yang digunakan oleh murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari sekitar tahun 1942 masih menggunakan ratu Belanda (Ratu Wilhemina) sebagai sampul /cover buku bacaan tersebut. Setelah Indonesia merdeka buku bacaan yang digunakan para murid berjudul “Kuncung Bawuk” (wawancara Ngabedan, 22/12/2013)
23
2. Peserta Didik Peserta didik merupakan salah satu bagian penting komponen sebuah sekolah. Dalam sebuah sekolah tidak dapat melakukan kegiatan pembelajaran jika tidak terdapat peserta didik di dalamnya. Sekolah yang baru merintis untuk memperkenalkan ilmu pengetahuan serta agama kepada masyarakat desa tidak mempersulit dalam hal pendaftarannya. Pihak sekolah tidak memberikan syarat-syarat khusus yang harus dilakukan atau dimiliki oleh calon peserta didik untuk menjadi siswa dari sekolah tersebut. Pada saat / sebelum pendaftaran calon
peserta didik
dari Sekolah Rakyat
Kanisius
tersebut
diperbolehkan untuk melihat dan mengamati di dalam ruangan yang akan digunakan selama proses pembelajaran untuk menarik minat peserta didik (wawancara Jumilah, 21/12/2013) Sekolah Rakyat Kanisius berada di Kelurahan Harjosari. Para peserta didik berasal dari berbagai desa seperti Glodogan, Kadipaten, Kerban, Sekuro, Gentan, Doplang Kutan. Beberapa desa tersebut membuat Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari memiliki banyak calon peserta didik, karena tidak ada sekolah lainnya selain Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari (wawancara Rikami, 28/12/2013). Antusiasme calon peserta didik yang ingin menuntut ilmu di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari diperoleh salah satunya dari ketertarikannya setelah melihat anggota keluarga, saudara ataupun tetangganya yang terlebih dahulu menjadi murid di sekolah tersebut.
24
Selain itu antusiasme calon peserta didik didapat juga dari informasi yang diberikan oleh para murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Informasi tersebut memberitahukan bahwa jika menjadi murid sekolah akan mendapatkan banyak teman. Dan juga berbagai permainan yang dapat dimainkan bersama teman-temannya yang baru. Calon peserta didik juga diarahkan untuk memasuki Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari dengan nasehat atau perintah dari orang tuanya yang ingin anaknya memiliki pengalaman bersekolah. Orang tua mengharapkan anaknya tidak seperti mereka yang hanya tahu mencari uang untuk bertahan hidup. Calon peserta didik yang ingin mendaftarkan diri sebagai murid SR Kanisius Harjosari adalah dengan memenuhi syarat sebagai berikut (wawancara Jumilah, 21/12/2013): a) Datang ke sekolah bersama orang tua sehingga sekolah mengetahui nama orang tua dari calon siswanya. b) Menunjukan tangan yang dilingkarkan di kepala yang mampu menyentuh telinga (nyandak kuping). Siswa yang bersekolah di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari tidak semuanya menyelesaikan pendidikannya di sekolah tersebut. Hal itu dikarenakan mereka berhenti sekolah sebelum melaksanakan ujian di kelas enam. Kondisi keluarga yang sulit membuat mereka harus berhenti sekolah dan membantu orang tua. Mereka ikut mencari kebutuhan untuk menyokong kehidupan keluarga. Murid-murid yang masih bertahan untuk melanjutkan pendidikannya juga tak luput
25
dalam membantu orang tua mereka. Saat musim derep (musim panen padi) tiba banyak murid yang memilih untuk tidak masuk sekolah karena membantu orang tua yang bekerja sebagai buruh tani (wawancara Nasirun, 26/05/2014) Beberapa hal yang menyebabkan para murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari pada tahun 1947-1957 untuk mengundurkan diri dari kegiatan belajar mengajar, diantaranya: a) Malas untuk berangkat sekolah b) Menolong orang tua c) Tidak lagi mengikuti pelajaran disekolah tanpa alasan yang jelas d) Pindah sekolah untuk mengikuti orang tua e) Malu karena tidak berpakaian diakibatkan faktor kemiskinan orang tua. Alasan utama yang sering diutarakan adalah membantu orang tua misalnya saja angon bebek (mengurusi bebek), ikut orang tua bekerja di sawah, mengembalakan kerbau milik tetangga dan pekerjaan lain sebagainnya. Kegiatan tersebut dilakukan oleh muridmurid yang keluar dari sekolah untuk membantu meringankan beban hidup yang harus ditanggung oleh orang tua mereka (Stamboek S. R. Kanisius di Harjosari 1947-1957, 1947) Para murid yang mengundurkan diri atau keluar dari sekolah membuat guru-guru yang mendidiknya di sekolah tersebut begitu
26
menyayangkan dengan tindakan tersebut. Hal tersebut membuat guruguru mendatangi tempat tinggal muridnya yang sebagian besar berada di sekitar Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Para guru berusaha untuk membujuk mereka kembali bersekolah lagi. Hal yang dilakukan para guru tersebut menunjukkan kepedulian kepada para muridnya walaupun tidak jarang hal yang dilakukan kurang membuahkan hasil (wawancara Nasirun, 13/05/2014) Disamping para mereka yang mengundurkan diri sebelum mencapai kelulusan, terdapat juga murid-murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari yang memperjuangkan kelulusannya dengan susah payah. Mereka mempersiapkan untuk menghadapi ujian dengan belajar secara berkelompok bersama-sama. Di samping itu mereka juga mempersiapkan diri untuk menuju tempat diselenggarakannya ujian. Keterbatasan yang dimiliki oleh Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari mengakibatkan para peserta didik yang sudah mencapai kelas tertinggi (kelas enam) mendapat kesulitan dalam menghadapi ujian. Mereka melaksanakan ujian dengan menumpang disekolah lain yang masih berada di bawah naungan Yayasan Kanisisus. Sekolah tersebut terletak di wilayah Kecamatan Ambarawa (wawancara Rikami, 28/12/2013) Di jaman yang sudah maju jarak jauh bukanlah masalah untuk ditempuh, banyak alat transportasi yang tersedia. Namun hal tersebut
27
tidak dialami oleh murid-murid dari Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari yang harus menempuh jarak ± 6 km untuk mencapai tempat diselenggarakannya ujian kelulusan sekolah. Keberangkatan dari rumah ke tempat yang akan diujikan melalui jalan setapak di tengah ladang atau masyarakat sekitar menyebutnya tegal. Para murid melakukan perjalanan menuju tempat ujian dengan berjalan bersamasama secara berkelompok. Hal tersebut dikarenakan rumah mereka yang saling berdekatan / bertetangga. Tempat ujian tersebut harus ditempuh dengan berjalan kaki dan tanpa alas kaki (wawancara Sutami, 05/11/2013). Murid-murid yang mengikuti ujian harus menginap di sekolah maupun rumah warga sekitar yang mau menampung mereka. Tempat tinggal para murid yang jauh dari tempat berlangsungnya ujian yang mengharuskan mereka untuk menginap. Adanya jarak sekitar ± 6 km tidak memungkinkan mereka untuk berangkat dari rumah ke tempat ujian setiap hari. Murid kelas enam yang menjadi peserta ujian menginap di rumah dengan membawa beberapa bekal seperti ketela dan beras untuk dimasak dan untuk dimakan pagi, siang dan malam. Ujian berlangsung selama 3 (tiga) hari dengan mata pelajaran yang diujikan yakni Bahasa Indonesia, berhitung, dan pengetahuan umum. Para murid yang berhasil lulus disarankan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dengan memberikan surat keterangan nilai
28
ujian karena ijasah yang belum diberikan atau belum jadi (wawancara Sutami, 05/11/2013) 3. Pendidik Pendidik yang mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari adalah orang yang mengajarkan serta mentransormasikan ilmu yang mereka punya kepada anak didiknya. Para pendidik juga sebagai orang tua pengganti disaat para muridnya masih berada di lingkungan sekolah. Seorang guru memiliki tanggung jawab yang besar dengan banyaknya anak didiknya dalam satu kelas. Dengan tanggung jawab yang besar itulah para pendidik seharusnya memliki kualitas yang memadai sebagai seorang guru. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya beberapa sekolah yang dikhususkan untuk mendidik calon guru atau dengan kata lain sekolah guru. Yayasan Kanisius pun mendirikan sekolah guru untuk mempersiapkan guru-guru yang akan mengajar di sekolah-sekolah yang didirikan oleh yayasan. Para guru yang mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Guru-guru tersebut diantaranya Bapak Slamet dan Bapak Tomo dari Yogyakarta, Bapak Joyo dari Tuntang, Bapak Muhdi dari Berokan, Bapak Nasirun dari Langensari dan Ibu Narsih dari Karangjati (wawancara Sutami, 05/11/2013) Salah satu guru yang pernah mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari memiliki berbagai pengalaman yang dialami. Sebagai seorang pengajar beliau harus rela berjalan jauh untuk menuju
29
tempatnya mendidik para muridnya. Kurang lebih ± 7 km dari desa Langensari ke Desa Glodogan yang merupakan tempat berlangsunnya kegiatan belajar Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Jarak tersebut ditempuhnya setiap hari dengan berjalan kaki tanpa menggunakan tanpa alas kaki. Pakaian yang dikenakan untuk melindungi tubuh beliau dari terik matahari saat perjalanan pulang dari mengajar adalah kaos dan celana pendek. Pakaian tersebut juga digunakannya untuk mengajar di dalam kelas (wawancara Nasirun, 13/05/2014) Pendidikan yang dimiliki oleh salah satu guru yang pernah mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari adalah menempuh pendidikan Sekolah Rakyat di Bergaslor selama 6 tahun. Setelah lulus di sekolah rakyat beliau melanjutkan di OVVO (Opleidingshool Voor Volksonder Onderwyzers) Kanisius di Ambarawa selama 2 tahun. Dan yang terakhir mengikuti UPSGB (Ujian Persamaan Sekolah Guru Bantu) di Ambarawa. Berawal dari lulusan OVVO inilah disalurkan untuk menjadi pengajar di Sekolah Rakyat yang berada di bawah naungan Yayasan Kanisius (wawancara Nasirun, 13/05/2014) Perjalanan panjang yang harus ditempuh dalam menjadi guru tetap di sekolah-sekolah Kanisius dirasakan oleh salah satu guru yang pernah mengajar di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Hampir tiap tahun harus dipindahtugaskan dari satu sekolah ke sekolah lain yang masih di bawah naungan yayasan. Salah satu pengalaman mengajar yang dipindahtugaskan adalah dari Sekolah Rakyat Jimbaran ke
30
Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Bahkan pernah juga beliau merasakan dipindahtugaskan hingga mengajar di salah satu sekolah rakyat di Muntilan. Perpindahan tempat mengajar yang berubah-uabh hampir setiap tahun dikarenakan kepercayaannya yang belum sama dengan pihak yayasan. Namun akhirnya selama hampir 10 tahun ditempatkan di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari setelah beliau dibaptis (wawancara Nasirun, 13/05/2014) Guru tetap di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari digaji dengan uang sebesar Rp 106,50. Gaji tersebut diambil secara pribadi langsung di kantor yayasan yang berada di sekitar wilayah Girisonta. Gaji tidak diberikan kepada kepala sekolah yang kemudian diberikan kepada guru lainnya. Bahkan yang menjabat sebagai kepala sekolah ikut ambil bagian dalam kegiatan pembelajaran dan mengampu salah satu kelas di sekolah tersebut (wawancara Nasirun, 26/05/2014). 4. Alat pendidikan Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dan digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat pendidikan tersebut berfungsi untuk mempermudah / mempercepat tercapainya tujuan pendidikan (Hasbulah, 2009:123-124). Salah satu alat pendidikan yang dibutuhkan adalah a) Bangunan Sekolah Salah satu alat pendidikan yang diperlukan oleh sebuah sekolah adalah gedung sekolah yang digunakan untuk tempat
31
berlangsungnya proses belajar mengajar. Cukup pentingnya bangunan sekolah untuk kegiatan pembelajaran membuat pemerintah melakukan berbagai usaha mengatasi kekurangan gedung-gedung sekolah. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah menyewa rumah-rumah rakyat. Usaha tersebut belum cukup untuk memenuhi kebutuhan gedung dalam kegiatan belajar mengajar sehingga pemerintah mencari usaha yang lain. Usaha lainnya adalah mengadakan sistem dua kali mengajar dalam sehari. Dengan demikian sebuah bangunan dapat dipakai oleh dua sekolah, yakni sekolah pagi dan sekolah siang (Djumuhur, 1974:209) Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari dalam perjalanan sejarahnya sempat tidak memiliki gedung sekolah sehingga kegiatan pembelajaran dilakukan secara berpindah-pindah tempat. Sekitar tahun 1942 Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari melakukan proses belajar mengajar disebuah bangunan semi permanen yang berada di tengah sawah. Bangunan semi permanen tersebut terdiri dari 2 kelas yakni kelas 1 (satu) dan kelas 2 (dua) dengan satu staf pengajar. Proses belajar mengajar
tersebut
dilakukan
secara
bergantian
dalam
menggunakan ruang kelas (wawancara Ngabedan, 22/12/2013) Kelas 1 (satu) sampai kelas 6 (enam) melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar ditempat yang berbeda.
32
Sehingga para murid Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari tidak berada dalam lingkup satu sekolah. Seperti digambarkan saat kelas 1 (satu) dan kelas 2 (dua) melaksanakan proses belajar mengajar di rumah-rumah warga. Maka kelas 3 (tiga) dan kelas 4 (empat) melaksanakan proses belajar mengajar di tempat lain seperti di Gedung Mayer. Dan kelas 5 (lima) dan kelas 6 (enam) melaksanakan pembelajaran di rumah warga lainnya. Rumah warga memiliki jarak ± 2 km dengan gedung Mayer tersebut. (wawancara Jumilah, 21/12/2013) Ruang kelas yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar tidak berada di satu lingkup sekolah atau berpencarpencar. Guru harus memberikan informasi mengenai hal tersebut kepada para muridnya. Dan juga guru memberikan informasi lainnya mengenai ruang kelas selanjutnya saat penerimaan rapor. Guru akan memberitahukan kepada para murid dimana tempat mereka akan menerima pelajaran selanjutnya, apakah masih ditempat yang sama atau sudah berpindah tempat (wawancara Sutami, 05/11/2013) Guru akan mengadakan kegiatan refresing (jalan-jalan) untuk menunjukan letak tempat-tempat yang dijadikan sebagai ruang kelas untuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan jalan-jalan tersebut dilakukan dengan berjalan kaki bersama-sama satu kelas. Kegiatan refresing dilaksanakan oleh sekolah dengan
33
berjalan-jalan mengelilingi desa-desa sekitar bahkan tanpa alas kaki sekalipun yang jaraknya mampu mencapai ± 2 km (wawancara Jumilah, 21/12/2013) Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari tidak memiliki lahan untuk mendirikan bangunan. Sehingga membuat pihak sekolah pernah memanfaatkan bangunan-bangunan semi permanen yang berada di tengah sawah. Bangunan semi permanen tersebut terbuat dari anyaman bambu sehingga membuatnya tidak bertahan lama. Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari tidak melakukan perbaikan atau perawatan karena bangunan tersebut berdiri bukan di lahan milik sekolah. Hal tersebut membuat bangunan yang tidak terawat itu akhirnya rubuh. Dari bangunan semi permanen di tengah sawah kegiatan belajar mengajar beralih tempat ke rumah milik Pak Bekel
yang
bernama
Durman
(wawancara
Ngabedan,
22/12/2013) Setelah itupun kegiatan belajar mengajar harus beberapa
kali
berpindah
tempat.
Tempat-tempat
yang
digunakan untuk kegiatan belajar mengajar seperti bangunan Belanda atau sering disebut oleh masyarakat setempat dengan Gedung Mayer. Selain memanfaatkan gedung yang ada, rumah warga juga digunakan oleh pihak sekolah seperti rumah Ibu Suliah, rumah Bapak Wari, rumah Ibu Juri, rumah Ibu
34
Marsipan yang merupakan warga dari desa Glodogan (wawancara Sutami, 05/11/2013) Rumah-rumah warga yang digunakan untuk proses belajar mengajar tersebut memiliki lahan yang luas. Di lahan yang luas terdapat bangunan rumah yang luas pula sehingga memungkinkan untuk kegiatan belajar mengajar dengan banyaknya murid di dalamnya. Rumah warga yang digunakan mampu untuk menampung ± 30 siswa dengan luas bangunan ± 12x11 meter. Rumah-rumah yang digunakan untuk dijadikan tempat pembelajaran memiliki dua bangunan utama atau biasa disebut omah gandok (wawancara Jumilah, 26/05/2014) Proses belajar mengajar ditempatkan di bagian pendopo dari rumah tersebut. Hal tersebut dikarenakan jarang digunakan oleh pemilik rumah sehingga dapat dijadikan tempat untuk kegiatan pembelajaran. Bagian pendopo tersebut biasanya hanya dipakai untuk menerima tamu sehingga jarang digunakan. Selain banguan yang cukup luas terdapat pula pekarangan / teras depan yang tidak kalah luasnya ± 3x7 meter. Hal tersebut dimanfaatkan oleh para murid untuk melakukan
berbagai
permainan
di
saat
jam
istirahat
berlangsung (wawancara Jumilah, 26/05/2014) Pada akhirnya pihak yayasan dapat membeli tanah yang dimiliki oleh salah satu warga di desa Glodogan yang
35
bersedia dibeli. Hal tersebut memberikan kesempatan pihak yayasan untuk mendirikan bangunan sekolah dan membuat kegiatan belajar mengajar tidak berpindah-pindah lagi. Di lahan hasil pembeliannya dengan warga desa setempat mampu dibangun kelas-kelas yang berukuran ± 4x6 meter. Kelas-kelas tersebut dibangun secara berderet hingga mencapai 6 (enam) kelas atau 6 (enam) ruangan. Kelas-kelas tersebut mampu menampung semua murid yang bersekolah di Sekolah Rakyat Kanisus Harjosari dari kelas satu hingga kelas enam (wawancara Nasirun, 26/05/2014) Pada awalnya bangunan yang didirikan masih terbuat dari anyaman-anyaman bambu atau orang desa setempat menyebutnya dengan gedek. Hal tersebut dikarenakan yayasan belum mampu memberikan dana untuk membeli material bangunan. Proses pembangunan dilakukan secara bertahap dimulai dari membeli lahan terlebih dahulu hingga membeli bahan material untuk mendirikan bangunan. Namun dengan keuangan yang semakin meningkat maka bangunan tersebut mulai diperkokoh. Murid-murid yang bersekolah di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari juga ikut ambil bagian dalam mendirikan bangunan sekolah mereka. Hal tersebut terlihat dari adanya kegiatan gotong royong membawa batu yang akan digunakan
36
dalam membangun sekolah. Batu-batu tersebut diambil dari kali atau sungai-sungai kecil yang berada disekitar desa Glodogan yakni desa Kerban. Kegiatan gotong royong tersebut dilakukan saat jam istirahat berlangsung sehingga tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar (wawancara Jumilah, 21/12/2013) b) Materi pembelajaran Pelajaran yang diajarkan pada awalnya hanya sebatas menghitung, menulis huruf latin dan huruf jawa serta menggambar. Seiring dengan tahun-tahun yang telah dilewati sekolah tersebut memberikan tambahan ilmu-ilmu yang diajarakan kepada siswanya hingga mencapai 8 (delapan) mata pelajaran pada tahun 1957 yaitu: 1. Budi pekerti Para peserta didik diajarkan mengenai kebaikan yang harus dilakukan oleh seorang manusia selama hidup dalam masyarakat, seperti keTuhanan itu sepeti apa? Berperikemanusiaan itu yang bagaimana, itulah yang diajarkan dalam pelajaran budi pekerti. 2. Bahasa Indonesia Dalam pelajaran bahasa Indonesia peserta didik diajarkan dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar seperti halnya menggunakan awalan,
37
sisipan, akhiran dan berbagai pribahasa yang digunakan oleh masyarakat. 3. Berhitung Mata pelajaran berhitung ini sebagai mata pelajaran yang sederhana seperti pipolondo atau ping, poro lan sudo (perkalian, pengurangan dan pengurangan) 4. Menggambar Pelajaran menggambar ini sebelum menggunakan buku kertas gambar masih menggunakan sabak. Sehingga saat murid selesai menggambar langsung dinilai oleh guru.Para murid yang mendapatkan nilai bagus (10) akan sangat gembira sehingga nilai yang tertera di sabak tersebut ditempelkan di pipi. Hal tersebut dilakukan untuk mengecap atau mencetak angka 10 tersebut beralih ke pipi mereka. Sehingga memapu membanggakan hasil nilainya kepada teman-temannya. 5. Ilmu bumi Mata pelajaran ilmu bumi mengajarkan para muridnya tentang berbagai macam isi dari bumi dan berbagai letak-letak tempat seperti kota maupun negara. 6. Bahasa Jawa Mata pelajaran bahasa jawa mengajarkan bahasa daerah yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari. Diajarkan
38
juga bahasa krama untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Disamping bahasa krama juga diajarkan tulisan-tulisan jawa atau aksara jowo. Tembang dolanan juga di ajarakan di mata pelajaran ini. 7. Agama Agama katolik merupakan pelajaran agama yang diajarkan di Sekolah Rakyat Kanisius karena yayasan itu merupakan yayasan katolik. Pelajaran agama ini diberikan kepada semua murid tanpa memandang kepercayaan apa yang mereka anut. Dalam pelajaran agama ini yang bertugas mengajar adalah bruder ataupun romo. Maka saat pelajaran berlangsung guru yang mengampu kelas tersebut berada di luar ruang kelas atau ikut di dalam kelas untuk menemani para muridnya. 8. Ilmu Hayat Dalam ilmu hayat mengajarkan kehidupan yang terjadi di bumi seperti kehidupan tumbuhan, kehidupan hewan dan kehidupan manusia. 5. Lingkungan Lingkungan sekolah yang mendukung terciptanya kegiatan belajar mengajar juga merupakan salah satu komponen dari sistem
39
pendidikan. Lingkungan sekolah tersebut tediri dari masyarakat yang berada di sekiar tempat diadakannya kegiatan belajar. Dukungan diberikan oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat dilihat dari dipinjamkannya rumah-rumah warga untuk dijadikan tempat kegiatan pembelajaran. Warga tidak meminta / memungut bayaran dalam meminjamkan sebagian tempat tinggal mereka atau dengan kata lain dipinjamkan secara gratis (wawancara Nasirun, 26/05/2014) Berbagai hal yang dilakukan pihak sekolah guna menarik minat masyarakat sekitar untuk memasukkan putra-putri mereka kedalam dunia pendidikan. Pihak sekolah menarik hati masyarakat misalnya saja dengan tidak memungut biaya dari para murid yang belajar di sekolah tersebut. Pada awalnya pihak sekolah membebaskan biaya atau gartis secara keseluruhan.Namun dengan semakin banyaknya murid yang masuk ke Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari akhirnya menerima sumbangan dari para murid. Sumbangan biasanya diberikan dari orang tua murid yang dirasa mampu untuk menyumbangkan beberapa sen kepada sekolah. Walaupun hal tersebut tidak diharuskan oleh pihak sekolah. Beberapa orang tua murid yang dirasa mampu memberikan sumbangan ± 5 sen setiap bulannya. Dan dicatat oleh guru dalam setiap kelas namun tidak ada kartu-kartu khusus pembayaran (wawancara Jumilah, 21/12/2013) Disamping dengan pembebasan biaya-biaya sekolah, ada pula kepedulian akan kesehatan yang diperhatikan oleh Sekolah Rakyat
40
Kanisius Harjosari. Kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting untuk murid sekolah rakyat yang masih dalam masa pertumbuhan. Pihak sekolah bekerja sama dengan pihak pemerintah untuk memberikan suntikan guna menanggulangi penyakit cacar air karena memperhatikan pentingnya kesehatan. Kegiatan tersebut oleh pihak sekolah rutin diselenggarakan atau dilaksanakan di setiap kelas tiga. Suntik cacar tersebut yang dilakukan oleh pak mantri keliling dari puskesmas terdekat (wawancara Jumilah, 21/12/2013). D. Proses pembelajaran Persiapan dimulainya kegiatan belajar mengajar diawali dengan datangnya guru / pengajar. Guru-guru datang langsung ke tempat yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari yang belum memiliki bangunan sekolah membuat tidak adanya kantor guru untuk dijadikan tempat berkumpulnya para guru. Hal tersebut membuat guru-guru yang bertugas mengajar untuk langsung menuju ke kelas mereka masing-masing (wawancara Nasirun, 26/05/2014) Guru / pengajar akan menujuk salah satu murid guna mempersiapkan teman-teman yang lain untuk berbaris di depan kelas. Guru akan memilih barisan yang paling rapi dan teratur untuk memasuki kelas terlebih dahulu karena guru ingin mengajarkan kepada muridnya tentang ketertiban dan kedisiplinan. Sehingga barisan yang tidak rapi dengan muridnya yang bergerak-gerak (tidak tenang) akan memasuki kelas diurutan paling akhir (wawancara Nasirun, 26/05/2014)
41
Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada pukul 7 (tujuh) pagi dan berakhir pukul 12 (dua belas) siang. Setelah para murid masuk ke dalam kelas maka guru akan memulainya dengan berdoa menurut ajaran katolik karena sekolah ini berada di bawah naungan yayasan katolik. Setelah berdoa bersama untuk mengawali kegiatan belajar mengajar guru akan melakukan absensi kelas. Anak-anak yang bukan merupakan murid resmi sekolah tersebut diijinkan untuk melihat kegiatan pembelajaran secara langsung, mereka datang karena mengikuti saudara atau tetangganya. Pintu kelas sudah ditutup oleh pengajara saat absensi berlangsung sehingga mereka yang berada di dalam kelas berani untuk keluar kelas. Hal tersebut juga berpengaruh untuk anak-anak yang bukan merupakan murid resmi (wawancara Jumilah, 21/12/2013) Para murid mendapatkan hukuman dari guru karena datang terlambat untuk masuk ke dalam kelas. Hukuman tersebut adalah murid harus berdiri di depan kelas (setrap) sampai guru menyuruhnya duduk dan mengikuti pelajaran (wawancara Jumilah, 26/05/2014). Istirahat dimulai pukul 9 (sembilan) untuk kelas 1 (satu) dan kelas 2 (dua) sedangkan kelas 3 (tiga) sampai kelas 6 (enam) istirahat di mulai pukul 10 (sepuluh). Setelah kegiatan belajar mengajar selesai guru yang bertugas langsung pulang bersama anak didiknya tanpa harus berkumpul bersama guruguru yang lainnya.
42
E. Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari setelah tahun 1962 Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari sebelum setelah tahun 1962 melakukan kegiatan pembelajaran di gedung baru yang telah dibangun oleh pihak yayasan. Berbeda dengan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sebelum tahun 1962 masih menggunakan rumah-rumah warga. Kegiatan pembelajaran tidak lagi berpindah-pindah tempat. Berbagai fasilitas sekolah mulai diberikan kepada para murid yang bersekolah di Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari. Setalah tahun 1962 dengan menggunakan gedung baru milik Sekolah Rakyat Kanisius Harjosari fasilitas-fasilitas diberikan secara bertahap kepada anak didiknya oleh pihak sekolah, seperti misalnya ruang kelas yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, toilet untuk guru dan juga toilet untuk murid. Ada pula fasilitas lainnya yakni kantor guru untuk para pendidik beristirahat sejenak setelah menjalankan tugasnya mengajar di dalam kelas. Koperasi sekolah juga dibangun untuk tempat para murid membeli makanan dan juga minuman saat jam istirahat berlangsung. Sebelum adanya koperasi para murid membeli makanan dan minuman di luar lingkungan sekolah. Makanan dan minuman tersebut biasanya dijajakan oleh masyarakat sekitar yang membuka kedai atau toko kecil di sekitar sekolah. Sehingga pihak sekolah mampu memantau makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anak didiknya agar tidak jajan sembarangan (wawancara Rini, 17/06/2014). Fasilitas
lainnya
yang
mendukung
terlaksanakannya
kegiatan
pembelajaran adalah perpustakaan. Perpustakaan untuk menyimpan bukubuku yang dimiliki sekolah, misalnya saja buku paket, buku cerita-cerita
43
daerah dan buku bacaan lainnya. Buku-buku tersebut dapat dibaca oleh para murid dengan duduk di bangku-bangku serta meja yang disediakan di perpustakaan. Ada pula ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah) yang dilengkapi dengan obat-obat sederhana misalnya obat sakit kepala, obat merah atau betadine, dan minyak kayu putih. Alat pengukur tinggi badan dan juga berat badan juga terdapat di ruang UKS tersebut. Fasilitas lainnya yang diberikan oleh pihak sekolah adalah adanya dua ruang kelas yang mampu dijadikan satu. Dua ruang kelas tersebut dipisahkan oleh batas yang mampu dibuka maupun ditutup. Sehingga memungkinkan diselenggarakan pentas seni di dalam ruangan tersebut. Selain fasilitas-fasilitas yang diberikan pihak sekolah juga memberikan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya di luar mata pelajaran. Ekstrakulikuler diberikan kepada para siswa, diantaranya adalah pramuka dan memainkan alat musik tradisional Jawa yakni gamelan. Gamelan yang dimiliki seperti gong, kendang, kenong dan saron. Ada pula ekstrakulikuler tari tradisional yang diajarkan kepada para murid melalui salah satu guru yang mengajar di sekolah tersebut.
44