65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Tahap-tahap Studi Pendahuluan
1.
Exploring Melalui informasi dari yayasan, kepala sekolah, dan orang tua, serta
kebutuhan akan pendidikan yang bermutu, maka prioritas utama dalam penelitian ini adalah melakukan pengenalan lebih, bagaimana cara mengimplementasikan program pembelajaran entrepreneurship sehingga terinternalisasi oleh para pendidik melalui proses belajar mengajar di TB/TK Santa Ursula Bandung. Langkah pertama melalui eksploring, yaitu wawancara kepada pihak yayasan, alasan utama memilih dan berani membeli brand entrepreneur. Dalam sub tahap pencerahan, pimpinan sekolah mempunyai gambaran tentang program pembelajaran entreprenur K-12, Ciputra Way melalui konferensi, School leaders meeting atau melalui publikasi yang dikeluarkan oleh Universitas Ciputra Entrepreneur School (UCEC). Ketua yayasan mendapat penjelasan apa, mengapa, dan bagaimana program pembelajaran Entrepreneur dari UCEC dapat dilakukan. Langkah berikutnya adalah mengenali kebutuhan pengembangan sekolah melalui penerapan program pembelajaran entrepreneur K-12, Ciputra Way. Dalam tahap penggalian, pimpinan sekolah memahami gambaran implementasi pendidikan entreprenur K-12, Ciputra Way, melalui kunjungan ke sekolah sekolah yang telah menerapkan dan mengunjungi situs www.ciputra.org atau mendengarkan presentasi. Yayasan prihatin dengan proses belajar mengajar
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
66
yang kurang bervariasi dan kreatif, baik dari guru maupun peserta didik. Yayasan berfikir bagaimana para pendidik dan peserta didik dapat menjawab tantangan jaman sesuai semangat Santa Angela “Bila jaman menghendaki adanya perubahan, berubahlah”.
Yayasan berharap bahwa sejak dini anak-anak
diupayakan untuk siap memiliki kemampuan kognitif yang kuat serta pengembangan keterampilan dan memiliki afeksi yang seimbang, guna mempersiapkan masa depan. Pada tahap pengolahan, pimpinan sekolah membuat refleksi untuk mengambil kesepakatan dengan mempelajari draft MOU yang disediakan oleh UCEC. Pada tahap peneguhan, pengelola sekolah membuat kesepakatan dengan UCEC tentang implementasi program pembelajaran entrepreneur K-12, Ciputra Way melalui MOU. Kepala sekolah (pihak penanggung jawab), mempunyai sikap ketaatan yang kuat, apapun kebijakan yayasan akan selalu dilaksanakan. Sedangkan pihak pelaksana yaitu guru, memiliki beragam pemikiran dan perasaan, ketika pembelajaran ini akan dilaksanakan. Untuk semakin menambah pengetahuan dasar tentang pelaksanakan program pembelajaran entrepreneur maka peneliti melakukan observasi non partisipatif selama kurang lebih tiga bulan. Melalui observasi ini diperoleh gambaran yang mendalam secara nyata berlangsungnya pelaksanaan program pembelajaran entrepreneurship. Program pembelajaran entrepreneurship sangatlah kompleks, namun peneliti harus fokus dan membatasi diri. Akhirnya melalui angket penelitian dan
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
67
berdasarkan analisis kekuatan dan kelemahan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang sesuai dengan visi, misi persekolahan Ursulin serta tujuan dari TB/TK Santa Ursula, fokus penelitian pada pengenalan budaya dan pola berfikir entrepreneur
yaitu
“Learning
Cycle”
(Exploring,
Planning,
Doing,
Communicating, Reflecting) sebagai pola yang harus dimiliki oleh para pendidik. Proses internalisasi pola bertindak melalui lima tahap inilah yang menjadi fokus utama pelaksanaan penelitian. Selain itu sesuai dengan visi dan misi TB/TK Santa Ursula filosofi pendidikan baik filosofi pendidikan Ciputra maupun sekolah Santa Ursula amatlah sesuai dan sejalan. Filosofi sekolah Ursulin adalah menjadi komunitas pembelajar yang inovatif, kreatif, kritis dalam ilmu dan iman seturut semangat Santa Angela. Sedangkan Filosofi Entrepreneur adalah melalui pendidikan entrepreneur, peserta didik berlatih untuk mengembangkan mindset, karakter, keterampilan yang akan mendukung mereka menjadi warga yang mandiri, berani untuk mengambil resiko dan bekerja dengan landasan motivasi untuk berhasil, Sunu (2009 : 1) kesetaraannya yaitu membentuk setiap pribadi menjadi pribadi yang utuh, terintegrasi dalam iman, dan ilmu.
Kreatif dan
inovatif serta berjiwa kritis dapat dicapai melalui pembelajaran entrepreneur. Inilah semangat yang menyatu menjadi kekuatan besar bahwa internalisasi jiwa entrepreneur sejalan dengan arah dasar pendidikan di Santa Ursula.
Tujuan
pendidikan di Santa Ursula adalah pembentukan kepribadian yang utuh, oleh karena itu perlu mengenal karakter setiap guru di Santa Ursula yang beraneka ragam, karena mereka masing-masing sudah membawa karakter dari dalam diri berdasarkan latar belakang keluarga, pendidikan, pengalaman hidup dan lain-lain.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
68
Pada tahap ini pendidik belajar mengenai beberapa konsep sesuai dengan materi pada masing-masing mata pelajaran yang dilakukan dengan menggali beberapa sumber (buku, guru, narasumber, lingkungan, kunjungan ke lokasi, dll) untuk mendapatkan inspirasi. Maka diberlakukan program pembelajaran entrepreneurship karena inilah jawaban yang tepat dalam mencapai visi dan misi pendidikan. Sesuai pendapat Paulus Winarto dalam bukunya Asmani, 2011 : 28 dengan Jiwa dan sikap entrepreneurship diantaranya memiliki kepribadian kreatif, inovatif, yaitu orang-orang yang memiliki jiwa, sikap dan perilaku entrepreneur, dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Penuh percaya diri, dengan indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin, bertanggung jawab. Apapun yang terjadi mereka harus optimis, dan disiplin, bertanggung jawab dalam melaksanakan program ini dengan menjalankan secara baik dan bekerja sama satu dengan yang lain.
2.
Memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam bertindak, dan aktif. Indikator ini sangat terlihat ketika mereka mengadakan kegiatan proyek/ tema pembelajaran. Mereka berpacu dan berusaha untuk menyelesaikan proyek dan berjuang dengan sungguh-sungguh agar proyek berjalan dengan baik.
3.
Memiliki motif berprestasi, indikatornya terdiri atas orientasi pada hasil dan wawasan ke depan.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
69
Indikator ini terlihat dan terwujud ketika beberapa guru telah berhasil dan dianggap sebagai guru kunci, yaitu Ibu Wilasih dan Ibu Lucia. Mereka telah memahami program pembelajaran entrepreuner dengan baik dan dapat menjadi pemandu bagi teman-teman sejawatnya, melalui sharing dan kegiatan seminar-seminar. 4.
Memiliki jiwa kepemimpinan, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam bertindak. Motif
berprestasi
mengaktualisasikan
menghantarkan diri,
menanggapi
setiap
pribadi
dengan
segala
pendidik
untuk
kemampuannya
mengimplementasikan program ini sesuai tingkat kelasnya. Sehingga masingmasing kelas tampak berbeda, walaupun tema yang dipelajarinya sama. 5.
Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan (oleh karena itu menyukai tantangan). Kemampuan setiap guru berbeda, hal tersebut disebabkan oleh latar belakang pendidikan dan latar belakang keluarga. Ketika di berlakukannya program pembelajaran entrepreneur mereka mengakui bahwa inilah tantangan terberat, karena di tempat lain tidak
terdapat program entrepreneurship.
Mereka berjuang berusaha memahami seluk beluk pendidikan Ursulin, pendidikan Anak Usia Dini, dan program pembelajaran entrepreneur. Dari beberapa indikator ini faktor kemandirian, optimisme, tanggung jawab dan komitmen pendidik maupun oleh
yayasan telah berhasil mereka
pertanggungjawabkan dalam proses implementasi selama empat tahun. Semua
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
70
pendidik telah berjuang untuk melaksanakan dan mengikuti program ini dengan baik.
2.
Planning Dalam tahap planning adalah tahap merencanakan bentuk kreasi/inovasi
dari fokus materi yang telah dipelajari dengan membuat beberapa perencanaan untuk mencapai hal yang telah ditargetkan. Pada tahap perencanaan pimpinan sekolah menyusun agenda implementasi program pelatihan untuk guru bersama/tidak bersama tim UCEC berdasarkan refleksi yang dilakukan dengan menggunakan panduan penilaian diri sekolah pra-program Starter. Pimpinan sekolah mempunyai rencana implementasi satu tahun Program Pendidikan Entrepreneur K-12 Ciputra Way yaitu melalui workshop pimpinan sekolah yang dipandu oleh tim UCEC. Pimpinan sekolah membuat kebijakan-kebijakan (seperti: pendekatan pembelajaran sistem penilaian, penggunaan sumber belajar) untuk mendukung implementasi program. Melalui The Booster Training, semua guru diarahkan untuk mempunyai persepsi yang sama tentang filosofi pembelajaran serta pengetahuan dan kecakapan awal untuk memulai pembelajaran Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way. Fokus pada internalisasi adalah tahap-tahap learning cycle sekaligus pengembangan karakter kemandirian, reflektif, dan religius pada pendidik. Learning Cycle, mempunyai filosofi belajar tiada putus berbentuk cincin, dan bekerja, berpikir secara bertahap namun tidak berbentuk siklus, tapi spiral. Konsisten dengan pola pembelajaran learning cycle, sehingga setiap akhir
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
71
tahap para pendidik terbiasa dengan melakukan refleksi. Tindakan reflektif membentuk seseorang untuk berlatih rendah hati. Sesuai dengan Paradigma Pendidikan Reflektif (PPR) yang dikembangkan oleh Yayasan Prasama Bhakti, maka perencanaan PPR dilakukan demi terwujudnya fokus proses internalisasi ini. Langkah utama adalah bekerja sama dengan Ciputra Entrepreneurship School (CES), untuk menjadi tutor utama setiap kali diadakan pembinaan, langkah kedua dengan mengikuti kegiatan-kegiatan pembinaan melalui seminar, whorkshop yang bersifat nasional. Tempat pembinaan di sekolah maupun di sekolah-sekolah yang tergabung dalam CES. Untuk ekspos publik sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua dan membuat newsletter untuk mensosialisasikan Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way yang akan diterapkan di sekolah. Selain itu pendidik dapat belajar semakin intensif ketika menyaksikan sendiri proses pembelajaran entrepreneur, maka program studi banding diadakan untuk mengunjungi sekolah-sekolah yang tergabung dalam CES, dan secara konsisten dapat melaksanakan program entrepreneurship sebagai program pengembangan sekolah, selain itu pendidik mengembangkan diri dengan membaca buku-buku yang berhubungan dengan entrepreneurship. Membaca adalah jendela dunia untuk menambah wawasan. Maka para pendidik dimotivasi untuk membaca buku panduan CES dan buku-buku yang terkait sebagai referensi materi pembelajaran. Untuk mengoptimalkan proses internalisasi maka dibentuklah kelompok kerja dengan memilih koordinator-koordinator. Koordinator tersebut mempunyai tugas untuk membantu rekan-rekan guru yang belum memahami dan melaksanakan program pembelajaran entrepreneurship
dengan baik. Dalam kelompok akan
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
72
terjadi diskusi yang mendalam untuk menganalisis pelaksanaan, merefleksikan dan mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi. Disinilah terbentuk pribadi yang mandiri, yaitu setiap pribadi dibina, diberi tanggungjawab, dan pada akhirnya dapat
melaporkan untuk mempertanggungjawabkan dan ketika
menghadapi kesulitan, bersama mencari solusi. Dalam kegiatan laporan inilah terbentuk pribadi yang reflektif. Kepekaan atau sikap hidup reflektif pendidik dilatih untuk selalu mengamati, merasakan apakah pembelajaran sudah mengarahkan setiap pribadi menjadi kreatif dan inovatif, sehingga anak-anak bersikap kritis. Komunitas sekolah menentukan format perencanaan mengajar berdasarkan standar rencana pengajaran yang ditetapkan oleh UCEC. Sekolah mempunyai kalendar akademik yang mengakomodasi prinsip-prinsip pendidikan entrepreneur dan kebutuhan pengembangan profesionalisme guru. Dalam tahap estimasi ini sekolah juga mengadakan sumber-sumber belajar yang dapat mendukung penerapan program pembelajaran Entrepreneur K-12, Ciputra Way.
3.
Doing Dalam pembentukan kelompok-kelompok kerja, muncullah pribadi-pribadi
pendidik yang memiliki andil dalam pelaksanaan program ini, yaitu guru kunci, guru penggerak, dan guru pendukung. Setiap pribadi memiliki fungsi bagi kelompok dan mempunyai tanggung jawab pribadi dalam pelaksanaan program. Dalam tahap mengerjakan, sub kultur kerja diawali dengan suatu aksioma, yaitu adanya tantangan. Dari tantangan timbul gagasan, kemauan, dan dorongan untuk
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
73
berinisiatif, yang tidak lain adalah berpikir kreatif dan bertindak inovatif sehingga tantangan awal tadi dapat teratasi dan terpecahkan. Tidak ada tantangan berarti tidak kreatif, seseorang menjadi tidak kreatif karena tidak adanya tantangan. Oleh karena itu entrepreneur adalah orang yang berani mengambil resiko dan menyukai tantangan. Ide kreatif dan inovatif entrepreneur tidak sedikit yang diawali dengan imitasi (peniruan) dan duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda, itulah yang disebut tahap entrepreneur. Tahap inovasi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan dan pribadi. Faktor pribadi memicu rasa entrepreneur motif berprestasi, komitmen, nilai-nilai pribadi, pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan faktor lingkungan adalah peluang, program peran, dan aktivitas. Pendidik terbiasa untuk membuat perencanaan pembelajaran melalui timwork . Pimpinan sekolah dan guru bekerja berdasarkan acuan standar perilaku kepala sekolah dan sesuai standar UCEC. Berdasarkan hasil analisa pada tahap planning, maka dilakukanlah pembinaan-pembinaan awal, yaitu mengundang tim CES untuk melakukan workshop kepada seluruh guru TB/TK/SD/SMP, dan yayasan sebagai pengundang pada tahun 2008. Dalam tahap awal pembinaan ini diperkenalkan filosofi CES beserta program pembelajaran entrepreneurship. Guru TB/TK yang hadir pada waktu itu ada 3 (tiga) orang yaitu Ibu Anastasia, Ibu Maria Yeti Yustina, dan Ibu Lucia Widiatmi. Selain workshop diadakan juga studi banding ke sekolah Citra Berkat di Surabaya dan pertemuan pertemuan tingkat nasional di Jakarta.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
74
Workshop dan pembinaan biasanya dilakukan tiga kali dalam satu tahun. Bentuk pertemuannya adalah sebagai berikut: setiap sekolah mengirimkan kepala unit dan guru kunci. Kepala sekolah melaporkan pelaksananaan program bersama dengan kepala sekolah lain, kemudian sharing ini akan diperkuat oleh para anggota lain. Sedangkan guru kunci sharing pengalaman pelaksanaan program bersama para guru kunci sekolah lain dibawah bimbingan para fasilitator dari CES. Dalam pertemuan-pertemuan ini sering dihadirkan para pakar entrepreneur nasional maupun internasional. Melalu sharing ini para pendidik saling menimba pengalaman yang berharga. Pimpinan sekolah mempunyai sistem support dan monitoring
untuk
mengoptimalkan
implementasi
program
pembelajaran
entrepreneur K-12 Ciputra Way yang didukung dengan artifak dan data-data otentik. Tahap awal adalah pembuatan silabus yang terintegrasi antara Kurikulum Dinas Pendidikan, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), kemudian membuat Rencana Pembelajaran Mingguan, Rencana Kegiatan Harian dan Rubrik. TB/TK Santa Ursula memandang bahwa tema-tema tidak semuanya dapat dilaksanakan/diproyekkan maka dalam satu tahun hanya terdiri dari 2 (dua) tema, agar dapat diproyekkan. Selain mencoba membuat silabus dan kegiatan mingguan/harian, maka dilakukan simulasi tentang proses penilaian. Proses penilaian sebagai berikut:
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
75
RENCANA KEGIATAN HARIAN Tema : Alam Sub Tema : Tanaman Obat Kelompok : A (starlit One-Starlite Two) Semester/Minggu : II/10 Hari /Tanggal : Senin, 12 Maret 2012
Kegiatan Pembela jaran
Indikator
1.
2.
3.
Berdoa sebelum melakukan kegiatan.
Kegiatan Awal 1. Berbaris
2. Membiasakan diri 3. mengucapkan salam. 4. Menyanyikan lagu 5. anak-anak.
Waktu
Alat/Su mber Belajar - Buku doa - Organ - Tape - Kaset
Obser vasi
Religiu sitas
Obser vasi
Tanggun gjawab, kemandir ian
Berdoa Salam Menyanyi Senam suruhan
Menggerakkan kepala, tangan atau kaki sesuai dengan irama/ritme.
1.
Menceritakan Kegiatan Inti I pengalamannya, 1. Refleksi awal menangkap ide Sharing Time: pokok yang (Kayla, Dhewa, dibicarakan, Tyo, Bianca) didengar maupun 2. UKGS (Usaha dilihat Kesehatan Gigi) Mendengarkan guru atau teman yang sedang berbicara Sabar menunggu giliran Sabar menunggu Istirahat I giliran 1. Toilet time Bersikap sportif 2. Kegiatan dalam permainan bermain di luar
07.4508.00
Pengala man anak
08.0009.00
Sikat gigi, pasta gigi
09.0009.15
1.
Mengenal bagianbagian tanaman
1. Eksploring Mengenal bagian-bagian dari tanaman
09.1510.00
1.
Bertanggungjawab dengan makanan yang dibawanya
Istirahat II 1. Makan bersama
10.001030
Toilet Jungkita n, Prosotan , dll Gambar tanaman , tanaman dalam pot, internet Alas makan, bekal, air minum
3. 1. 2.
Skill/De velop ment
07.1507.45
4.
2.
Alat Penil aian
Obser vasi
Obser vasi
Obser vasi
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Penilaian Perkembang an Anak 4 3 2 1
76
1.
2.
3. 4.
Menggunkan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, di mana, berapa, bagaimana, dll. Menangkap ide poko yang dibicarakan, didengar maupun dilihat. Berdoa sesudah kegiatan Membiasakan diri mengucapkan salam
Kegiatan Penutup 1. Menonton bersama 2. Evaluasi dan diskusi kegiatan hari ini 3. Refleksi akhir 4. Berdoa 5. Salam
10.3011.30
Kaset Film, DVD Doa penutup
Obser vasi
Commun icating
Tabel 4.1 Kegiatan Harian
Rencana kegiatan harian dipakai sebagai panduan dalam melaksanakan dan menerapkan pembentukan karakter dan pengembangan kemandirian, reflektif dan religius baik bagi pendidik maupun peserta didik.
4.
Communicating Dalam tahap ini terdiri dari lima kegiatan yaitu kegiatan pendidikan orang
tua. Sekolah menyelenggarakan kegiatan untuk orang tua agar mereka dapat membangun persepsi yang sama tentang standar best practices dan arah pengembangan sekolah. Melalui tahap ini maka para pendidik dilatih untuk merefleksikan pembelajaran yang telah dilaksanakan yaitu melakukan komunikasi kepada komunitas (teman kelas, guru, orang tua, komunitas sekolah dan masyarakat) untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari karya yang dibuat dan diinovasikan. Newsletter, sekolah mempunyai newsletter untuk menginformasikan program sekolah ke komunitas orang tua. Tahap ini biasanya diadakan bersamaan dengan pameran hasil dan penampilan performance setiap
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
77
pribadi. Materi yang dikomunikasikan adalah hasil proyek yang telah disepakati bersama. Selama tahun 2012 ini TB/TK Santa Ursula sudah menampilkan 2 (dua) kali proyek yaitu “Mulih Ka desa” dan “Cultures Day”. “Cultures Day” adalah tahap konferensi oleh peserta didik. Peserta didik mempunyai kesempatan melakukan konferensi (students led atau three way conference) untuk menjelaskan secara langsung tentang apa yang telah dipelajari kepada orang tua. Tema ini mengusung muatan lokal yaitu mengangkat budaya Sunda dengan cara menampilkan hasil karya anak dalam bimbingan para guru meliputi makanan khas tradisional Jawa Barat, pakaian tradisional Jawa Barat, Permainan tradisional Sunda, dan aneka inovasi kreatif tarian, serta ciri khas ke-Sunda-an, antara lain cerita rakyat Lutung Kasarung sederhana. Tahap ini dihadiri oleh para Suster yayasan, dinas pendidikan Bandung Wetan, para kepala sekolah yang tergabung dalam IGTKI, dan para orang tua peserta didik yang menjadi pendukung utama kegiatan ini. Acara ini dilakukan oleh seluruh peserta didik. Para guru dan orang tua hanya sebagai fasilitator. Tahap ini berfungsi untuk mengkomunikasikan kepada masyarakat hasil pembelajaran entrepreneurship, juga memiliki tujuan untuk membentuk pribadi yang komunikatif, mendapat dukungan maupun masukan yang baik dari masyarakat guna peningkatan yang jelas. Akhirnya, setelah memutuskan bahwa mulai tahun 2008 sekolah melaksanakan program pembelajaran entrepreneur, dengan didukung oleh yayasan, para kepala sekolah, guru dan orang tua, serta peserta didik. Setelah empat tahun melaksanakan pembelajaran ini, pihak Ciputra mempunyai tugas
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
78
untuk mengevaluasi apakah program tersebut sudah dilaksanakan atau belum. Maka inilah hasilnya. Sekolah
mendapat masukan dan pengakuan dari tim UCEC tentang
pencapaian pelaksanaan program pendidikan entrepreneur K-12 Ciputra Way Tahun pertama dilatih oleh Ibu Juven dan Ibu Yanti dari Ciputra. Selama empat tahun telah ditemukan tanda-tanda jejak entrepreneur. Delapan orang guru menjawab bahwa dalam mengimplementasikan program entrepreneur sudah cukup baik terlaksana. Hal positif internalisasi sikap hidup yang dapat dibanggakan yaitu anak lebih kreatif dan inovatif. Berikut disampaikan hasil wawancara: No. 1.
Point Pertanyaan Implementasi
Jawaban 1. Sangat menarik karena anak lebih kreatif, inovatif, antusias dalam kegiatan. 2. Pelaksanaan sudah cukup baik, menjadikan sekolah berbeda dengan TK lain, menjadi ciri khas, anak diajak lebih kreatif, inovatif, mandiri sebagai bekal dalam tantangan jaman. 3. Cukup bagus mengembangkan ide anak dengan inovatif. Melalui pembelajaran ini guru dan anak harus mengeksplorasi segala sumber data misalnya lewat internet, lingkungan sekitar, outing ke tempat-tempat yang mendukung, guru ditantang untuk kreatif. 4. Berlangsung cukup baik. Setiap tahapan dalam Learning Cycle selalu dijalankan dalam setiap tema, berlangsung sesuai target dan waktu yang ditentukan. 5. Dapat terlaksana dengan baik, membawa dampak positif bagi sekolah, guru juga peserta didik. 6. Bagus dan selalu berkembang. Meskipun saya sendiri belum mengerti, namun dapat belajar dengan melihat tahap-tahap yang dikerjakan tiap anak dalam setiap temanya dan program pembelajaran bagus, berkembang membuat para guru, orang tua/wali dan peserta didik-peserta didik menjadi lebih kreatif dan inovatif. 7. Sudah benar-benar dilaksanakan dan para guru pun sudah memahami mengenai pembelajaran tersebut, sehingga mampu melaksanakan pembelajaran entrepreneur, meskipun ada rintangan atau hambatan menimbulkan dampak positif bagi sekolah, guru, peserta didik. Tidak saja kognitif yang berkembang namun perilaku menjadi lebih baik, yaitu mandiri, sikap menghargai, dan toleransi. Dampak positif sekolah yaitu banyaknya peminat, bagi
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
79
guru semakin termotivasi menjadi lebih baik dalam mengajar dan memotivasi untuk memperluas pengetahuan sehingga dalam pemberian materi kepada anak guru sudah mempunyai bahan yang berbeda, lebih luas dan baru. 8. Konsisten menggunakan pembelajaran entrepreneur. Banyak manfaat, yaitu mengembangkan kemampuan kognitif, juga meliputi pendidikan, pengembangan dan internalisasi karakterkarakter entrepreneur yang dapat dibangun, jika mengalami kesulitan selalu sharing untuk mencari solusi bersama. 2.
Hambatan
1. 2. 3.
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
12. 13.
14. 3.
Cara mengatasi hambatan
1. 2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
Sarana prasarana. Kesulitan menggali ide kreatif. Dari diri sendiri, karena penguasaan materi kurang memadai, alat peraga untuk proses KBM untuk menggali ide-ide anak. Dari peserta didik karena karakter yang berbeda sehingga penggalian ide-ide menjadi terkendala. Sarana dan prasarana yang belum lengkap. Kurang lengkap fasilitas/media. Kesulitan menggali ide anak. Waktu yang terlalu singkat. Menghadapi anak yang sulit mengeluarkan ide-ide. Tanggapan orangtua yang kurang mendukung. Waktu yang singkat, kesulitan menggali ide yang kreatif dan inovatif dari anak, dan kadang orangtua yang kurang mendukung. Waktu yang kurang memadai dan kegiatan-kegiatan yang padat. Waktu untuk membuat potofolio, kebingungan untuk mencari tempat yang sesuai dengan tema pembelajaran, mencari inspirasi untuk menentukan karya yang akan dilakukan bersama peserta didik. Mengalami kesulitan kerjasama dengan orangtua peserta didik. Mencoba untuk terus menggali, dengan contoh. Menambah wawasan, melalui sumber materi, melalui membaca buku dan mencari bahan di internet. Mencari berbagai cara untuk menggali ide anak. Sebisa mungkin membuat sendiri. Menggunakan sumber belajar sekitar anak, misalnya mengunjungi kebun sekolah dan membimbing anak untuk menemukan ide-ide kreatif. Seefektif mungkin menggunakan waktu. Memberikan informasi sebanyak-banyaknya saat tahap eksplorasi. Mengkomunikasikan kegiatan-kegatan kepada orangtua peserta didik. Belajar mengelola dan memanfaatkan waktu, banyak memberikan contoh-contoh, sehingga anak terinspirasi, mendampingi anak dan melihat bentuk karya yang kreatif dan inovatif, memberi pemahaman dan pendekatan kepada orang
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
80
10. 11. 12. 4.
Faktor-faktor pendukung
1. 2. 3. 4.
5. 6.
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 5.
Faktor-faktor penyebab hambatan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
tua, agar terlibat, bekerjasama dengan pihak sekolah. Melalui rapat sekadar sharing tiap guru. Berdiskusi dengan sesama guru/rekan kerja, dan mencari informasi atau data dari internet. Bersabar dan berdoa. Keeterlibatan orang tua dan sekolah. Bekerja sama antara sekolah, para guru, orang tua peserta didik. Peran serta peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif. Kerja sama antar guru, saling membantu dalam berbagi ilmu, dengan sekolah dalam menunjukkan hasil kerja anak, kerja sama guru dengan orang tua. Kompetensi setiap guru, pola pikir anak yang luwes, dukungan orangtua, fasilias yang disediakan oleh sekolah. Pengelolaan waktu yang baik, kerjasama antara sekolah dan orangtua, mendapatkan tanggapan positif dan dukungan dari berbagai pihak (yayasan, dinas, dll) program sekolah yang terencana dengan baik. Kerja sama yang baik antara guru, orang tua, dan anak-anak sendiri. Kerja sama antara guru dan kepala sekolah untuk membangun keberhasilan. Dilaksanakan dengan niat untuk berhasil dan ikhlas. Adanya kerjasama dan dukungan orang tua. Guru: guru yang paham, mengerti, memahami dan minsetnya terbuka akan program pembelajaran entrepreneur. Orang tua: orang tua yang paham akan dampak positif dari internalisasi good character of entrepreneurship program. Yayasan dan pemimpin. Yayasan perlu menfasilitasi kebutuhan yang diperlukan untuk jalannya pembelajaran ini. Pada diri sendiri. Pada orang tua. Orang tua yang kurang mendukung, dan sarana prasarana. Diri sendiri yang kurang kreatif, dan orangtua yang tidak mendukung. Karakteristik anak, waktu yang singkat, kurangnya dukungan orangtua. Kurangnya dukungan orangtua (jarang terjadi), terjadi perbenturan kegiatan sehingga tertunda. Padatnya kegiatan baik yang sudah direncanakan maupun kegiatan mendadak. Orang tua yang tidak setuju Kurang kerjasama orangtua terhadap karya peserta didik. Kurang waktu. Materi yang sedikit. Mindset orang-orang yang tidak mau terbuka, atau berubah untuk menjadi lebih baik. Zona aman, karena entreprenurship tidak mengenal zone aman.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
81
14. 6.
Sikap kemandirian
1.
2. 3. 4.
5.
6.
7.
8.
7.
Sikap reflektif
1. 2.
3.
4. 5.
6.
Orang yang tetap enjoy keberhasilan dimasa sekarang dan tidak mau mencari peluang untuk masa mendatang akan sangat berbahaya. Ketidak kompakkan. Dituntut untuk banyak belajar dan tidak diam saja melainkan mencari, menggali, serta memahami prosedur pembelajaran entrepreneur mulai dari exploring sampai dengan reflecting. Ada sedikit perubahan sikap kemandirian. Ada peningkatan sikap hidup kemandirian, yaitu dituntut lebih kreatif, dan lebih memahami anak. Lebih mandiri, memperluas pengetahuan, keingintahuan lebih banyak, secara langsung diterapkan juga kepada peserta didik untuk mandiri, disiplin, dan bertanggungjawab. Ya, karena dalam pembelajaran entrepreneur anak dibimbing untuk dapat menjadi pribadi yang mandiri, belajar untuk bertanggungjawab terhadap diri sendiri juga orang lain. Sebagai seorang guru, kitapun dituntut untuk mandiri. Mendapatkan peningkatan sikap hidup kemandirian, karena melalui tahapan dalam learning cycle, menjadi lebih baik dan membuat lebih inovatif, mandiri, tidak tergantung dengan orang lain. Ada peningkatan hidup kemandirian. Contohnya semakin termotivasi untuk menjadi guru yang lebih baik, dan berusaha memperbaiki kesalahan serta tidak tergantung pada orang lain dalam melaksanakan sesuatu. Mindset terbuka, bagaimana cara mencari peluang dan menyelesaikan masalah secara bijaksana dan cepat serta tepat tanpa menunggu orang lain. Harapan saya karakter dalam diri saya juga dimiliki oleh anak didik saya. Sekarang lebih kreatif dan tidak bias membaca kebutuhan orang lain dan memanfaatkan sesuatu menjadi lebih berharga, tanpa diperintah lebih sering berfikir bagaimana cara mengolah sesuatu yang tidak berguna menjadi berguna bagi orang lain namun menguntungkan bagi saya juga. Melihat dan merenungkan, apa yang sudah diberikan kepada anak, apakah sudah mengajar dengan baik. Sikap hidup reflektif mulai tumbuh. Setiap saat setelah KBM, mulai melakukan refleksi apa yang telah terjadi, apakah sudah benar sehingga dapat menjadi cermin, dan memperbaiki, mencoba lagi untuk menjadi lebih baik lagi di banding kemarin. Setiap akhir pembelajran membuat refleksi apakah sudah mendidik anak dengan baik, berbuat baik, bersikap adil, agar menjadi guru yang baik. Belum cukup memiliki sikap hidup reflektif. Hanya ketika di kelas saja bersama anak. Ya, karena ada tahap reflecting yang harus dilalui baik di awal, dalam pertengahan, dan akhir belajar, dengan beberapa pertanyaan reflektif. Semakin melekat karena terbiasa untuk melihat dan mengoreksi kembali apa yang telah dilakukan agar lebih baik lagi, semakin ingin maju.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
82
7.
8.
8.
Sikap religius
1.
2.
3. 4. 5.
6.
7.
8.
Tabel 4.2
Setiap mengakhiri tema selalu melihat kembali atau merefleksikan mengenai program dan strategi mengajar, materi, melihat dan mengamati apakah inovasi yang direncanakan tercapai atau tidak. Juga berusaha menerima masukan berupa kritik dan saran dari teman-teman guru, sehingga dapat mengetahui kekurangan dan keslahan dalam mengajar tema tersebut. Secara otomatis saya selalu melihat kembali ke belakang setiap keajdian, masalah yang terjadi dan mencoba untuk belajar dari pengalaman yang lalu, dengan cara memperbaiki diri dan mengembangkan penyelesaian masalah yang efektif dan efisien. Merefleksikan kembali apa yang sudah dilakukan, menumbuhkan rasa bersyukur sesuai dengan visi dan misi sekolah. Mulai mengalami peningkatan, karena dalam proses pembelajaran juga menanamkan nilai-nilai semangat pendiri atau visi-misi, sekolah berdasarkan semangat Santa Angela dan Santa Ursula. Sebagai teladan anak-anak selalu berusaha hidup religius pada diri sendiri sebelum kepada orang lain. Setiap awal pembelajaran selalu dimulai dengan sikap syukur, untuk mengingat kembali siapa pencipta semua ini. Seringnya melakukan refleksi di kelas, secara tidak langsung sering mengingatkan kepada sang pencipta. Ya, karena selain reflektif juga selalu mengawali maupun mengakhiri setiap kegiatan dengan doa, baik secara pribadi maupun bersama. Peningkatan sikap religius dapat dirasakan. Tepatnya pada saat refleksi, menyadari bahwa segala sesuatu yang direncanakan kembali pada kehendak Tuhan. Jadi semua dapat terwujud dan berjalan dengan baik apabila Tuhan menghendakinya. Semakin bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan dapat terlaksananya program pembelajaran. Yakin Tuhan menyertai dan memberkati dan memberi solusi sehingga dapat menjadi orang yang mempunyai sikap mandiri, semnagat dalam menghadapi semua tantangan. Sikap religius pada peserta didikpun bertumbuh dan berkembang karena mereka sadar bahwa Tuhan itu selalu menyertai dan mereka pun dapat bersyukur dan berterima kasih atas rahmat Tuhan. Pendidikan entrepreneurship adalah pendidikan yang menuntut untuk hidup secara balance dengan lingkungan sekitar (manusia dan lingkungan) serta Tuhan sebagai pencipta segala sesuatu. Dengan belajar program ini, kita diajak untuk menghargai ciptaannya dan mengolahnya secara maksimal dan berdaya guna bagi lingkungan dan sesama. Rangkuman Angket Penelitian dari para guru TB/TK
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
83
Pertanyaan-pertanyaan yang sama juga diajukan kepada beberapa wakil dari orang tua yang menyekolahkan putra putrinya di TB/TK St.Ursula. No. 1.
Point Pertanyaan Implementasi
Jawaban 1.
2. 3.
4.
Terlaksana baik, tujuannya jelas, cara pengajaran jelas (terbantu dengan map laporan kegiatan) Baik sekali Pelaksanaan program pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung sudah berjalan dengan sangat baik dan hampir sesuai dengan yang saya sebagai orangtua bayangkan. Berjalan dengan baik, anak memahami konsepkonsep dasar yang dikenalkan.
2.
Hambatan-hambatan
Sampai saat ini belum ada hambatan
3.
Cara mengatasi hambatan
-
4.
Faktor-faktor pendukung
Guru kelas yang sangat memperhatikan karakter setiap anak sehingga mengetahui dan memahami cara menangani dan memajukan peserta didik
5.
Faktor-faktor penyebab hambatan
Apabila ada peserta didik yang kurang interaktif dan orangtua yang tidak mau terlibat.
6.
Sikap kemandirian pada anak
Ya
7.
Sikap reflektif pada anak
Ya
8.
Sikap religius pada anak
Tidak
9
Nilai-nilai positif
Lebih berani berhadapan dengan orang lain/percaya diri
Tabel 4.3 Jawaban Angket orangtua TB/TK Santa Ursula.
5.
Reflecting Reflecting adalah tahap dimana para pendidik membiasakan diri untuk
melihat kembali hal-hal yang telah dilakukan. Tahap ini dilakukan setiap kali selesai belajar atau membuat kesalahan. Mereka belajar untuk merenungkan dan merefleksikan diri sikap baik dan tidak baik apa yang telah dilakukannya selama belajar, lalu berjanji dalam hati untuk memperbaiki sikapnya. Mereka mencoba memahami kelemahan dan kelebihan yang mereka miliki. Jika mereka
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
84
menghadapi masalah, mereka belajar untuk menemukan solusi bagi masalah yang mereka hadapi dengan bimbingan dari guru. Kegiatan sehari-hari dapat mendukung terbentuknya pribadi yang reflektif. Kegiatan harian sudah terjadwal dengan rapi dan terprogram, yaitu: 1.
Setiap hari 10 (Sepuluh) sampai 15 (lima belas) menit setelah melakukan KBM. Hal ini dilakukan bersama dengan peserta didik. Pembiasaan ini mengikuti pola sharing bersama melalui program refleksi.
2.
Setiap hari setelah refleksi anak. Peserta didik diberi materi mengenai spiritualitas Santa Angela dan keguruan (bagi para pendidik).
3.
Setiap Minggu (pada hari Jumat)
4.
Setiap akhir tema.
5.
Setiap akhir semester dan penyusunan program untuk tahun ajaran yang baru. Ide dapat menjadi peluang apabila seorang entrepreneur bersedia
melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus menerus melalui proses penciptaan sesuatu yang baru dan berbeda, mengamati peluang, menganalisis proses secara mendalam, dan memperhitungkan resiko yang mungkin terjadi. Karakteristik
Watak
Percaya diri dan optimis
Memiliki kepercayaan diri yang kuat, ketidaktergantungan terhadap orang lain, dan individualistis
Berorientasi pada tugas dan hasil
Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi laba, mempunyai dorongan kuat, energik, tekun dan tabah, tekad kerja keras, serta inisiatif.
Berani mengambil resiko dan menyukai tantangan
Mampu mengambil resiko yang wajar
Kepemimpinan
Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi dengan orang lain, dan terbuka terhadap saran serta kritik.
Keorisionalan
Inovatif, kreatif, dan fleksibel.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
85
Berorientasi masa depan
Memiliki visi dan perspektif terhadap masa depan.
Tabel 4.4 Karakteristik dan watak entrepreneur
Komitmen
Menyelesaikan tugas hingga selesai
Resiko moderat
Tidak melakukan spekulasi, melainkan berdasarkan perhitungan
Melihat peluang
Memanfaatkan peluang sebaik mungkin
Obyektivitas
Melakukan pengamatan secara nyata untuk memperoleh kejelasan.
Umpan balik
Menganalisis data kinerja waktu untuk memandu kegiatan.
Optimisme
Menunjukkan kepercayaan diri yang besar walaupun berada dalam situasi berat.
Uang
Melihat uang sebagai suatu sumber daya, bukan tujuan akhir.
Manajemen proaktif
Mengelola berdasarkan perencanaan masa depan. Tabel 4.5 Nilai-nilai dan Perilaku Entrepreneur
Dengan menggabungkan pandangan Timmons dan Mc. Cleland (1961) Thomas F. Zimmerer (1996 : 6 – 8) memperluas karakteristik sikap dan perilaku entrepreneur yang berhasil, sebagai berikut: 1.
Commitment and determination, yaitu memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan semua perhatian terhadap usaha. Sikap yang setengah hati mengakibatkan besarnya kemungkinan untuk gagal dalam entrepreneur.
2.
Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab dalam mengendalikan
sumber
daya
yang
digunakan
dan
keberhasilan
berentrepreneur, oleh karena itu seorang entrepreneur akan menjadi mawas diri secara internal.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
86
3.
Opportunity obsession, yaitu berambisi untuk selalu mencari peluang. Keberhasilan seorang entrepreneur selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila terdapat peluang.
4.
Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap resiko dan ketidakpastian. seorang entrepreneur harus belajar mengelola resiko dengan cara mentransfernya ke pihak lain seperti ke bank, investor, konsumen, pemasok. Biasanya seorang entrepreneur memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.
5.
Self confidence, yaitu percaya diri. Optimis dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.
6.
Creativity and Flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan.
7.
Desire for immediate feedback, memerlukan umpan balik dengan segera, selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang telah dikerjakan. Memiliki kemauan untuk belajar dari kegagalan.
8.
High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi. Memiliki daya juang yang lebih tinggi dibanding kebanyakan orang, sehingga ia lebih bisa bekerja keras walapun dalam waktu relatif yang lama.
9.
Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul.
10.
Orientation to the future, yaitu berorientasi ke masa depan untuk tumbuh dan berkembang, selalu berpandangan jauh ke depan.
11.
Willingness to learn from faillure, selalu belajar dari kegagalan.
12.
Leadership ability, kemampuan dalam kepemimpinan.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
87
6.
Religius Dalam entrepreneurship, modal tidak selalu identik dengan modal yang
berwujud (tangible) seperti uang dan barang, tetapi juga modal yang tidak terwujud (intangible) seperti modal intelektual, modal sosial, modal moral, dan modal mental yang dilandasi agama. Modal entrepreneur dapat dibagi menjadi empat jenis (Suryana, 2011: 5): Intelectual Capital = Competency x Commitment, artinya meskipun seorang entrepreneur memiliki tingkat pengetahuan tinggi, apabila tidak disertai komitmen yang tinggi, maka ia tidak dapat menggunakan modal intelektualnya. Competence = Capability x Authority, artinya entrepreneur yang kompeten adalah seorang entrepreneur yang memiliki kemampuan dan wewenang sendiri dalam mengelola usahanya (mandiri). Seorang entrepreneur selalu bebas menentukan usahanya, tidak tergantung pada orang lain. Capability = Skill x Knowledge, artinya kapabilitas seorang entrepreneur sangat ditentukan oleh keterampilan dan pengetahuan. Keterampilan dan pengetahuan dilengkapi dengan sikap dan motivasi untuk selalu berprestasi membentuk
kepribadian
entrepreneur.
Keterampilan,
pengetahuan,
dan
kemampuan merupakan kompetensi inti entrepreneur untuk menciptakan daya saing (Suryana, 2011: 6). Sedangkan modal sosial dan moral diwujudkan dalam bentuk kejujuran dan keprcayaan, sehingga dapat berbentuk citra. Etika entrepreneur adalah kejujuran, memiliki integritas, menepati janji, kesetiaan, kewajaran, suka membantu orang
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
88
lain, menghormati orang lain, warga negara yang baik dan taat hukum, mengejar keunggulan, dan bertanggung jawab. Modal mental adalah kesiapan mental berdasarkan landasan agama, diwujudkan dalam bentuk keberanian untuk menghadapi resiko dan tantangan. Modal material adalah modal dalam bentuk uang atau barang. Modal ini terbentuk apabila seseorang memiliki jenis-jenis modal lainnya.
B.
Hasil-Hasil Studi Pendahuluan
1.
Hasil Studi Pendahuluan terhadap Guru TB/TK Santa Ursula Berdasarkan studi pendahuluan terhadap 9 (sembilan) guru TB/TK Santa
Ursula pada tanggal 21 – 23 April 2012, diperoleh hasil sebagai berikut: Ibu Anastasia telah mengajar di Taman Bermain selama delapan tahun menyimpulkan bahwa program pembelajaran entrepreneurship sangat menarik karena anak menjadi lebih kreatif, inovatif, dan antusias dalam melakukan kegiatan. Meskipun dalam pelaksanaannya mengalami hambatan dalam sarana prasarana dan kesulitan untuk mendapatkan ide kreatif yang mandiri. Hambatan tersebut datang dari diri Ibu Anastasia sendiri serta orang tua. Untuk mengatasi hambatan, Ibu Anastasia mencoba terus menggali dengan contoh. Ibu Anastasia merasakan bahwa adanya keterlibatan orang tua dan sekolah menjadi faktor pendukung dalam menjalankan pembelajaran entrepreneurship.
Dengan
pembelajaran entrepreneurship, Ibu Anastasia merasakan bahwa ia dituntut untuk banyak belajar dan tidak diam saja melainkan mencari, menggali serta memahami prosedur pembelajaran entrepreneurship mulai dari tahap exploring sampai
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
89
dengan reflecting. Sikap reflektif tumbuh pada diri Ibu Anastasia, ia melihat dan merenungkan apa yang sudah ia berikan kepada peserta didik, apakah sudah mengajar dengan baik. Selain itu Ibu Anastasia dengan pembelajaran entrepreneurship bersikap religius dengan merefleksikan kembali apa yang sudah ia lakukan, menumbuhkan rasa bersyukur sesuai dengan visi dan misi sekolah. Ibu Ibu Maria Yeti Siti Yustina telah mengajar di TK A selama empat tahun menyimpulkan bahwa Implementasi program pembelajaran entrepreneurship sudah dilaksanakan dengan cukup baik, menjadikan TB/TK Santa Ursula berbeda dengan TB/TK lain. Menjadi ciri khas, peserta didik mampu menginternalisasikan sikap-sikap hidup menjadi lebih kreatif, inovatif, mandiri sebagai bekal dalam menghadapi tantangan jaman. Ibu Yeti mengalami beberapa hambatan dalam pelaksanaannya, yaitu hambatan dari diri sendiri karena kurangnya penguasaan materi, alat peraga untuk proses KBM guna menggali ide-ide peserta didik masih kurang memadai, hambatan dari peserta didik karena karakter yang berbeda sehingga penggalian ide-ide menjadi terkendala, dan kurangnya dukungan dari orang tua. Cara Ibu Yeti untuk menghadapi hambatan tersebut yaitu dengan menambah wawasan melalui sumber materi melalui membaca buku dan mencari bahan di internet, mencari cara untuk menggali ide anak, dan sebisa mungkin membuat sendiri alat peraga untuk mengatasi keterbatasan sarana prasarana. Kerja sama antara sekolah, para guru, orang tua peserta didik serta peran peserta didik yang aktif, kreatif dan inovatif menjadi faktor pendukung keberhasilan pembelajaran entrepreneurship. Ibu Yeti merasakan adanya sedikit perubahan sikap kemandirian dan sikap hidup reflektif mulai tumbuh dan terinternalisasi di
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
90
dalam dirinya. Setiap setelah KBM, Ibu Yeti mulai melakukan refleksi apa yang telah terjadi, apakah sudah benar sehingga dapat menjadi cermin dan memperbaiki serta terus mencoba untuk menjadi lebih baik lagi dibanding hari sebelumnya. Dengan pembelajaran entrepreneurship Ibu Yeti mulai mengalami peningkatan sikap religius karena dalam proses pembelajaran juga menanamkan nilai-nilai semangat pendiri atau visi misi sekolah berdasarkan semangat Santa Angela dan Santa Ursula. Sebagai teladan anak-anak selalu berusaha hidup religius pada diri sendiri sebelum kepada orang lain. Ibu Yustina Rima Anggun Yunita telah mengajar di TK A selama satu tahun sembilan bulan menyimpulkan bahwa menurut Ibu Rima, implementasi pembelajaran entrepreneurship di TK A cukup bagus untuk mengembangkan ide anak dengan inovatif. Melalui pembelajaran ini guru dan peserta didik harus mengeksplorasi segala sumber data misalnya lewat internet, lingkungan sekitar dengan pelaksanaan outing ke tempat-tempat yang mendukung. Guru pun ditantang untuk kreatif. Kurang lengkapya fasilitas/media serta kesulitan dalam menggali ide anak menjadi hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran entrepreneurship. Hambatan tersebut timbul karena diri sendiri yang kurang kreatif dan orang tua yang tidak mendukung. Cara untuk menghadapi hambatan tersebut adalah dengan menggunakan sumber belajar sekitar anak, misalnya mengunjungi kebun sekolah dan membimbing anak untuk menemukan ide-ide kreatif. Kerja sama antar guru dengan membantu saling berbagi ilmu, dukungan dari pihak sekolah dengan memberikan ruang untuk menunjukkan hasil karya/kerja anak, dan adanya kerja sama antara guru dan orang tua mendukung
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
91
terlaksananya pembelajaran entrepreneurship. Dengan program pembelajaran entrepreneurship, Ibu Rima merasakan adanya sedikit peningkatan sikap hidup kemandirian sebagai bagian dari proses internalisasi yaitu dituntut lebih kreatif dan lebih memahami anak. Setiap akhir pembelajaran membuat refleksi, apakah sudah mendidik anak dengan baik, berbuat baik, bersikap adil supaya bisa menjadi guru yang baik. Ibu Rima selalu memulai pembelajaran dengan sikap syukur untuk mengingat kembali siapa pencipta semua ini. Ibu Nydia telah menjadi guru pendamping di TK A selama satu tahun menyimpulkan bahwa pembelajaran entrepreneurship berlangsung cukup baik. Setiap tahapan Learning Cycle selalu dijalankan dalam setiap tema berlangsung sesuai target dan waktu yang ditentukan. Faktor pendukung berjalannya pembelajaran entrepreneurship adalah kompetensi setiap guru, pola pikir anak yang luwes, dukungan orang tua. Hambatan yang dihadapi adalah waktu yang terlalu singkat, menghadapi anak yang sulit mengeluarkan ide, dan tanggapan orang tua yang kurang mendukung. Hal tersebut terjadi karena karakteristik anak, waktu yang singkat, dan kurangnya dukungan orang tua. Untuk mengatasi hambatan tersebut Ibu Nydia berusaha untuk seefektif mungkin menggunakan waktu, memberikan informasi sebanyak-banyaknya saat tahap eksplorasi, dan mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan kepada orang tua peserta didik. Menurut Ibu Nydia, faktor pendukung terwujudnya pembelajaran entrepreneurship adalah kompetensi setiap guru, pola pikir anak yang luwes, dukungan orang tua serta fasilitas
yang
disediakan
oleh
sekolah.
Pembelajaran
entrepreneurship,
membentuk pribadi lebih mandiri, memperluas pengetahuan, meningkatkan rasa
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
92
ingin tahu, dan hal tersebut secara langsung diterapkan juga kepada peserta didik untuk menjadi pribadi mandiri, disiplin, dan bertanggung jawab. Sikap reflektif belum dimiliki oleh Ibu Nydia, masih terbatas pada saat bersama anak di kelas. Dengan seringnya melakukan refleksi di kelas sebagai proses internalisasi sikap religiusitasnya, secara tidak langsung mengingatkan dirinya kepada Sang Pencipta. Ibu Maria Hilde Gunde telah mengajar di TK B (pendamping kelas), Guru Agama selama satu tahun menyimpulkan bahwa pembelajaran entrepreneurship dapat terlaksana dengan baik, membawa dampak positif bagi sekolah, guru, juga peserta didik. Hal tersebut dapat terwujud karena pengelolaan waktu yang baik, kerja sama antara sekolah dan orang tua, mendapatkan tanggapan positif dan dukungan dari berbagai pihak (yayasan, dinas, dll) serta program sekolah yang terencana dengan baik. Meskipun ada hambatan yaitu waktu yang singkat, kesulitan menggali ide yang kreatif dan inovatif dari anak, dan kadang orang tua yang kurang mendukung. Hal tersebut terjadi karena kurangnya dukungan orang tua (jarang terjadi), terjadi perbenturan kegiatan sehingga tertunda. Untuk mengatasi hal tersebut, Ibu Merry belajar mengelola dan memanfaatkan waktu, banyak memberikan contoh-contoh, sehingga anak terinspirasi, mendampingi anak dan melihat bentuk karya yang kreatif dan inovatif, memberi pemahaman dan pendekatan kepada orang tua, agar terlibat, bekerja sama dengan pihak sekolah. Dengan program pembelajaran entrepreneurship terbentuk sikap kemandirian karena dalam pembelajaran entrepreneur anak dibimbing untuk dapat menjadi pribadi yang mandiri, belajar untuk bertanggung jawab terhadap
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
93
diri sendiri juga orang lain. Sebagai seorang guru, ia pun dituntut untuk mandiri. Dengan adanya tahap reflecting yang harus dilalui baik di awal, pertengahan, dan akhir belajar dengan dipandu oleh beberapa pertanyaan reflektif, membentuk suatu sikap reflektif. Sikap religius pun terbentuk karena selain reflektif juga selalu mengawali maupun mengakhiri setiap kegiatan dengan doa, baik secara pribadi maupun bersama. Ibu Oktavianti Indriyani telah menjadi guru pendamping di Starlit One (pendamping
kelas)
menyimpulkan
bahwa
implementasi
pembelajaran
entrepreneurship bagus dan selalu berkembang. Meskipun Ibu Indy belum mengerti, namun dapat belajar dengan melihat tahap-tahap yang dikerjakan tiap anak dalam setiap temanya dan program pembelajaran bagus, berkembang membuat para guru, orang tua/wali dan peserta didik menjadi lebih kreatif dan inovatif. Hambatan yang dialami adalah waktu yang kurang memadai dan padatnya kegiatan. Hal itu terjadi karena banyaknya kegiatan yang bersifat mendadak. Cara mengatasi hambatan tersebut adalah dengan rapat sharing tiap guru. Faktor yang mendukung adalah kerja sama yang baik antara guru, orang tua, dan anak-anak sendiri. Dengan pembelajaran entrepreneurship terdapat peningkatan sikap hidup kemandirian karena melalui tahapan dalam learning cycle, menjadi lebih baik dan membuat lebih inovatif, mandiri, tidak tergantung dengan orang lain. Sifat reflektif semakin melekat karena terbiasa untuk melihat dan mengoreksi kembali apa yang telah dilakukan agar lebih baik lagi, semakin ingin maju. Peningkatan sikap religius dapat dirasakan. Tepatnya pada saat refleksi, menyadari bahwa segala sesuatu yang direncanakan kembali pada
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
94
kehendak Tuhan. Jadi semua dapat terwujud dan berjalan dengan baik apabila Tuhan menghendakinya. Ibu Fransiska Junita telah mengajar di TK B1 selama dua tahun, menyimpulkan bahwa implementasi pembelajaran entrepreneurship sudah benarbenar dilaksanakan dan para guru pun sudah memahami mengenai pembelajaran tersebut, sehingga mampu melaksanakan program pembelajaran entrepreneur. Meskipun ada rintangan atau hambatan akan tetapi hal tersebut dapat menimbulkan dampak positif bagi sekolah, guru, dan peserta didik. Tidak saja kognitif yang berkembang namun perilaku menjadi lebih baik, yaitu mandiri, sikap menghargai, dan toleransi. Dampak positif bagi sekolah adalah banyaknya peminat, bagi guru semakin termotivasi menjadi lebih baik dalam mengajar dan memotivasi untuk memperluas pengetahuan sehingga dalam pemberian materi kepada anak, guru sudah mempunyai bahan yang berbeda, lebih luas dan baru. Hambatan yang dialami adalah Menemukan
dalam pembuatan portofolio. Ibu Yunita
kebingungan untuk mencari tempat yang sesuai dengan tema
pembelajaran, mencari inspirasi untuk menentukan karya yang akan dilakukan bersama peserta didik. Cara mengatasi hambatan tersebut adalah dengan berdiskusi dengan sesama guru/rekan kerja, dan mencari informasi atau data dari internet. Faktor pendukung terwujudnya pembelajaran entrepreneurship adalah kerja sama antara guru dan kepala sekolah untuk membangun keberhasilan, dilaksanakan dengan niat ikhlas untuk berhasil, dan adanya kerja sama dan dukungan orang tua. Faktor yang menyebabkan terjadinya hambatan dalam proses pembelajaran ini adalah orang tua yang tidak setuju, kurang kerja sama orang tua
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
95
terhadap karya peserta didik, kurang waktu, dan materi yang sedikit. Ibu Junita merasakan adanya proses internalisasi serta peningkatan hidup kemandirian, contohnya semakin termotivasi untuk menjadi guru yang lebih baik, dan berusaha memperbaiki kesalahan serta tidak tergantung pada orang lain dalam melaksanakan sesuatu. Sikap hidup reflektif terbentuk karena setiap mengakhiri tema selalu melihat kembali atau merefleksikan mengenai program dan strategi mengajar, materi, melihat dan mengamati apakah inovasi yang direncanakan tercapai atau tidak. Dia Juga berusaha menerima masukan berupa kritik dan saran dari teman-teman guru, sehingga dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan dalam mengajar tema tersebut. Sikap religius nampak dengan semakin bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan. Ia yakin Tuhan akan selalu menyertai, memberkati, dan memberi solusi sehingga dapat menjadi orang yang mempunyai sikap mandiri, semangat dalam menghadapi semua tantangan. Sikap religius pada peserta didik pun bertumbuh dan berkembang karena mereka sadar bahwa Tuhan itu selalu menyertai dan mereka pun dapat bersyukur dan berterima kasih atas rahmat Tuhan. Ibu Wilasih telah mengajar di TKB selama dua tahun menyimpulkan bahwa implementasi program pembelajaran entrepreneurship telah berjalan secara konsisten. Banyak manfaat yang didapatkan, yaitu mengembangkan kemampuan kognitif, juga meliputi pendidikan, pengembangan dan internalisasi karakterkarakter entrepreneur yang dapat dibangun, jika mengalami kesulitan selalu sharing untuk mencari solusi bersama. Hambatan yang dialami adalah dalam bekerja sama dengan orang tua peserta didik. Hambatan tersebut diatasi dengan
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
96
bersabar dan berdoa. Faktor-faktor yang mendukung adalah guru yang paham, mengerti, memahami dan mindsetnya terbuka akan program pembelajaran entrepreneur, orang tua yang paham akan dampak positif dari internalisasi good character of entrepreneurship program, yayasan dan pemimpin: yayasan perlu menfasilitasi kebutuhan yang diperlukan untuk jalannya pembelajaran ini. Faktorfaktor penyebab hambatan adalah mindset orang-orang yang tidak mau terbuka, atau berubah untuk menjadi lebih baik, zona aman karena entrepreneurship tidak mengenal zona aman. Orang yang tetap enjoy keberhasilan di masa sekarang dan tidak mau mencari peluang untuk masa mendatang akan sangat berbahaya, dan ketidakompakkan. Sikap kemandirian terlihat dari mindset terbuka, bagaimana cara mencari peluang dan menyelesaikan masalah secara bijaksana dan cepat serta tepat tanpa menunggu orang lain. Ia berharap karakter dalam dirinya juga dimiliki oleh anak didiknya. Sekarang ia lebih kreatif dan bisa membaca kebutuhan orang lain dan memanfaatkan sesuatu menjadi lebih berharga, tanpa diperintah lebih sering berfikir bagaimana cara mengolah sesuatu yang tidak berguna menjadi berguna bagi orang lain namun menguntungkan baginya juga. Dalam hal sikap reflektif secara otomatis ia selalu melihat kembali ke belakang setiap kejadian, masalah yang terjadi dan mencoba untuk belajar dari pengalaman yang lalu, dengan cara memperbaiki diri dan mengembangkan penyelesaian masalah yang efektif dan efisien. Pendidikan entrepreneurship adalah pendidikan yang menuntut untuk hidup secara seimbang dengan lingkungan sekitar (manusia dan lingkungan) serta Tuhan sebagai pencipta segala sesuatu. Dengan belajar program ini, kita diajak untuk menghargai ciptaannya dan mengolahnya secara maksimal
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
97
dan berdaya guna bagi lingkungan dan sesama. Hal ini membantu pembentukan sikap religius. Ibu Lucia Widiatmi telah mengajar di TB/TK selama 31 tahun sembilan bulan,
menyimpulkan
bahwa
pelaksanaan
program
pembelajaran
entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula membawa dampak bagi kemajuan sekolah, guru menjadi semakin mau membuka wawasannya untuk terus mengenal program pembelajaran ini. Mau tidak mau guru harus terus belajar untuk kreatif, karena jika tidak mau mencoba untuk kreatif mereka akan tertinggal dengan teman-temannya yang lain. Bagi anak didik menjadi semakin berani, ingin tahu, mandiri, mulai terlihat kreatif, pintar berbicara serta merasa senang saat belajar di dalam kelas. Orang tua juga sudah mulai mengetahui dan mengikuti program pembelajaran ini, sehingga tidak terlalu banyak orang tua yang bertanya-tanya lagi saat ada kegiatan sekolah yang melibatkan orang tua. Hambatan yang dihadapi adalah guru baru dan pendamping yang belum terlalu mendalami program pembelajaran ini, banyaknya jumlah peserta didik yang ada dalam satu kelas, guru masih belum secara rutin menggunakan buku yang tersedia di perpustakaan sebagai bahan referensi dalam menggali pengetahuan yang dapat diberikan untuk anak maupun menambah pengetahuan. Waktu yang tersedia untuk menyampaikan materi dalam tahap learning cycle kadang terlalu pendek, sehingga target pencapaian belum maksimal, serta tidak adanya tenaga administrasi yang dapat mempercepat
semua
kelengkapan
sarana
pembelajaran
terutama
dalam
menyiapkan format penilaian, pengarsipan dokumen pembelajaran dll. Cara untuk mengatasi hambatan tersebut adalah brainstorming dengan para guru pada waktu-
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
98
waktu tertentu, mengadakan evaluasi dengan program analisa SWOT, guru kunci dijadikan program dan membantu yang lain yang masih dalam tahap belajar, guru yang sudah berpengalaman dipasangkan dengan guru yang masih belajar pada saat pembagian tugas mengajar, membiasakan kerja kolaborasi saat pembuatan (POE) dengan mempertimbangkan pembagian kerja yang baik, menyusun strategi pembelajaran yang baik, menyususn rencana pembelajaran yang efisien dan efektif, sehingga mengurangi kerepotan di dalam kelas saat KBM, menyusun alokasi pembelajaran dengan melihat kalender pendidikan, agar tema-tema yang luas dapat disampaikan seutuhnya atau sesuai dengan target indikator yang sudah dibuat, akan membiasakan bedah buku secara bergiliran untuk tahun pelajaran yang akan datang serta mengupayakan pada pihak yayasan untuk menambah tenaga administrasi untuk tahun pelajaran yang akan datang. Faktor-faktor pendukungnya adalah SDM yang mau terus belajar serta mengubah mindset untuk memajukan sekolah, loyalitas guru dalam setiap kegiatan POE dengan tidak mengenal waktu kerja yang sudah lewat, kerja sama di antara para guru dan karyawan dalam setiap kegiatan KBM maupun saat pelaksanaan POE, dukungan dan motivasi dari pihak yayasan yang selalu mensuport kebutuhan di lapangan. Banyak orang tua yang mampu diajak bekerja sama dan memberi saran positif pada pihak sekolah, informasi yang jelas kepada orang tua peserta didik pada awal tahun pelajaran serta saat akan melaksanakan salah satu tahap dari learning cycle, dan komitmen para guru untuk menggunakan program pembelajaran ini. Adapun faktor penyebab hambatan yang dialami yaitu adanya tenaga guru yang baru serta belum pernah mengikuti training pembelajaran entrepreneurship, guru tidak
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
99
membaca kembali buku panduan Program Pendidikan Entrepreneurship K-12 Ciputra Way, manajemen waktu yang belum digunakan dengan baik, dan biaya untuk sebuah POE cukup besar. Dengan program pembelajaran ini ada peningkatan sikap hidup kemandirian dalam diri Ibu Lucia serta para guru dalam melaksanakan program pembelajaran entrepreneurship ini. Mereka menjadi terlatih untuk dapat bekerja dengan prosedur yang lebih terarah, serta mencoba untuk dapat menyelesaikan suatu masalah secara mandiri dan bertanggung jawab. Ibu Lucia sendiri mencoba agar para guru membiasakan diri untuk mulai meningkatkan sikap hidup mandiri. Ia berusaha untuk selalu merefleksikan apa yang telah dilakukan baik yang menyangkut pribadinya, maupun kepentingan bersama. Refleksi biasa dilakukan saat pagi, ketika selesai mengajar setiap hari, maupun pada saat selesai melaksanakan sebuah kegiatan. Secara pribadi untuk meningkatkan kinerjanya, ia membuat catatan untuk introspeksi diri terhadap apa yang sudah dilakukan/dikerjakan. Ia juga merasakan ada peningkatan sikap hidup religius dalam dirinya.
2.
Hasil Studi Pendahuluan terhadap Orang Tua Peserta didik TB/TK Santa Ursula Berdasarkan studi pendahuluan terhadap orang tua peserta didik TB/TK
Santa Ursula pada tanggal 7 – 11 Mei 2012, diperoleh hasil sebagai berikut: Ibu Christine, orang tua dari Bryant
Alexander kelas
Sunrise
I/TB,
memnyimpulkan bahwa implementasi program pembelajaran entrepreneurship berjalan baik sekali dan sampai saat ini belum menemukan hambatan. Hal ini
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
100
didukung oleh guru kelas yang sangat memperhatikan karakter setiap anak sehingga mengetahui dan memahami cara menangani dan memajukan peserta didik. Sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya adalah apabila ada peserta didik yang kurang interaktif dan orang tua tidak mau terlibat. Sikap kemandirian dan reflektif pada diri anak sudah mulai terlihat, tapi belum sampai pada sikap religius. Nilai positif yang muncul dengan proses pembelajaran ini adalah anak menjadi lebih berani berhadapan dengan orang lain/percaya diri. Ibu Joan Beatrix Gamaliel Orang tua dari Jocelyn Ashley Laimena kelas Sunrise I/TB menyimpulkan bahwa program pembelajaran entrepreneurship terlaksana baik, tujuannya jelas, cara pengajaran jelas dan terbantu dengan map laporan kegiatan. Tidak ada hambatan yang dialami dalam menjalankan program ini. Hal ini terwujud karena kekompakkan semua pihak, dan tidak ada faktor penghambat. Sejauh ini pembelajaran entrepreneur berjalan cukup baik. Akan lebih maksimal bila ada tenaga bantuan untuk guru maupun pendamping. Bisa juga dari orang tua yang bersedia dan cocok dengan guru atau tenaga guru baru/luar. Terdapat peningkatan sikap kemandirian pada anak tetapi untuk sikap reflektif hanya sedikit terlihat. Anak sudah dapat menunjukkan sikap religius. Nilai positif dari program pembelajaran ini adalah anak menjadi mandiri, inisiatif, teratur, dan komunikatif. Ibu Christine Riani Elisabeth orang tua dari Paber Marelis Sihombing Kelas Sunrise II/PG menyimpulkan bahwa pelaksanaan program pembelajaran entrepreneurship di TB/TK Santa Ursula Bandung sudah berjalan dengan sangat baik dan hampir sesuai dengan yang ia bayangkan. Hambatan hanya sebatas pada
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
101
ketidak pahaman orang tua saja karena program di TB/TK Santa Ursula berbeda dengan sekolah lain, tapi sejauh ini hambatan tersebut dapat diselesaikan karena komunikasi yang baik antara orang tua dan guru. Cara menyelesaikan hambatan dengan membuat jalur komunikasi antara orang tua dan guru, sejauh ini sudah cukup efektif. Faktor pendukung terwujudnya program pembelajaran ini adalah adanya konsistensi dan kerja sama yang terjalin antara orang tua dan guru. Penyebab hambatan yang terjadi adalah belum maksimalnya (tidak adanya) pembentukan grup orang tua sehingga informasi terkadang menjadi simpang siur namun selalu bisa teratasi karena adanya buku penghubung dan pihak sekolah seringkali sungkan untuk meminta bantuan dari orang tua peserta didik. Terlihat perkembangan dalam sikap kemandirian, reflektif, dan religius. Nilai positif yang muncul adalah anak mau membantu dan mendengarkan orang tua. Ibu Robertus Hendrawan orang tua dari Agnes Kalya Hapsari kelas Sunrise I menyimpulkan bahwa Pelaksanaan pembelajaran entrepreneurship berjalan dengan baik, anak memahami konsep-konsep dasar yang dikenalkan. Tidak ada hambatan yang dialami karena kerja sama yang baik antara orang tua dan guru. Salah satu yang menjadi faktor penghambat adalah jika komunikasi/informasi yang disampaikan kurang jelas, tapi sejauh ini tidak menimbulkan masalah. Anak menjadi lebih mandiri terutama jika berada di luar rumah. Sikap reflektif muncul walaupun baru sedikit terlihat. Sikap religius lebih tinggi, misalnya: anak mau berdoa dengan baik. Nilai positif yang muncul adalah anak bisa bercerita tentang kegiatan di sekolah yang dilakukannya dan memahami relasi dengan teman.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
102
Ibu Theresia Ika orang tua dari Anastasia Kezia L.W kelas Sunrise 2 menyimpulkan bahwa pembelajaran entrepreneurship sudah berjalan cukup baik, didukung oleh orang tua, guru yang menguasai bidang, dan anak yang mau belajar.
Tetapi masih ada hambatan karena tidak terbiasanya anak-anak
melakukan sesuatu secara bertahap. Hal tersebut terjadi karena orang tua yang tidak mau mendukung, guru yang tidak menguasai bidang, dan anak yang tidak mau belajar. Untuk mengatasinya dengan membiasakan diri melakukan kegiatan sehari-hari di rumah secara bertahap, seperti hari ini mau main apa, apa yang harus disiapkan, dan setelah bermain orang tua dan anak membahas permainan tersebut serta apa yang bisa dipelajari oleh anak. Dengan pembelajaran entrepreneurship anak lebih bersikap mandiri, reflektif, dan religius. Anak pun lebih dapat bersosialisasi, bekerja sama dengan orang lain dan imajinasinya semakin luas. Ibu Antonius Saidi Mega S. orang tua dari
Yosafat T.W. kelas rainbow 2
menyimpulkan bahwa implementasi program pembelajaran entrepreneurship sangat membantu anak untuk menginternalisasikan sikap hidup lebih mandiri dan mau berusaha. Hal tersebut terwujud karena didukung oleh guru yang aktif dan berwawasan luas. Meskipun mengalami hambatan waktu dan komunikasi. Hal tersebut diatasi dengan mendengarkan, memahami dan mencari informasi dari sesama orang tua anak didik. Faktor penghambat dalam implementasi program pembelajaran ini adalah kesadaran orang tua, modal, ketidakpahaman pendidik akan pembelajaran entrepreneurship. Dengan pembelajaran ini tumbuh sikap kemandirian pada anak, semangat untuk dapat melakukan segala sesuatu, terutama
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
103
yang menyangkut urusan pribadi secara mandiri. Selain itu anak menjadi lebih berani dan tahan banting. Sikap reflektif pun berkembang pada diri anak. Terlihat dengan setiap hari anak menjadi lebih ceria, lebih antisipatif, dan bisa mengingatkan orang tua mengenai kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan. Anak bersikap religius, mudah diajak bahkan sering mengajak untuk berdoa setelah mandi sore. Pada diri anak terbentuk nilai positif, mau berusaha dan berjuang untuk melakukan ataupun memperoleh sesuatu. Selain itu anak lebih aktif dan mudah diajak berkomunikasi.
Dari studi pendahuluan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran entrepreneurship di TB/TK St.Ursula terlaksana dengan baik. Tujuan dan cara pengajarannya jelas sesuai dengan yang diharapkan oleh orang tua peserta didik, anak-anak dapat memahami konsep-konsep dasar yang dikenalkan, dan membantu anak-anak menjadi pribadi mandiri dan berdaya juang. Hambatan yang dialami sebatas pada ketidakpahaman orang tua karena program pembelajaran TB/TK Santa Ursula berbeda dengan sekolah lain, belum terbiasanya anak-anak melakukan sesuatu secara bertahap, keterbatasan waktu, dan komunikasi. Faktor penyebab hambatan timbul dari peserta didik, guru/pihak sekolah, dan orang tua peserta didik. Penyebab hambatan yang ditimbulkan oleh peserta didik, yaitu peserta didik yang kurang interaktif dan tidak mau belajar. Untuk mengatasi hambatan komunikasi dan ketidak pahaman orang tua dibuat jalur komunikasi antara orang tua dan guru yang sejauh ini sudah berjalan efektif selain itu mendengarkan, memahami dan mencari informasi dari orang tua peserta Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
104
didik lain. Sedangkan untuk mengatasi hambatan belum terbiasanya anak dengan tahapan-tahapan pembelajaran, orang tua berusaha menerapkan pembiasaan terhadap anak dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara bertahap dan terarah. Penyebab hambatan yang ditimbulkan oleh orang tua, yaitu orang tua yang antipati dan kurang mendukung. Faktor penyebab yang ditimbulkan oleh guru/pihak sekolah yaitu komunikasi yang kurang jelas, kurangnya sumber daya manusia untuk membantu kelancaran program pembelajaran, dan kekurang nyamanan dari pihak sekolah untuk melibatkan pihak lain terutama orang tua. Faktor pendukung terwujudnya pembelajaran entrepreneurship adalah guru kelas yang sangat memperhatikan karakter setiap anak sehingga mengetahui dan memahami cara menangani dan memajukan peserta didik, kekompakkan dan dukungan semua pihak, konsistensi dalam pelaksanaan, kerja sama yang terjalin antara orang tua dan guru, guru yang menguasai bidang, aktif dan berwawasan luas dan anak-anak yang mau belajar . Dengan pembelajaran entrepreneurship anak menjadi pribadi mandiri, berani dan tahan banting. Tumbuh sikap reflektif meskipun baru sedikit terlihat dan anak berkembang menjadi pribadi yang lebih ceria dan antisipatif. Anak pun tumbuh menjadi pribadi yang religius. Nilai positif yang diperoleh dari program pembelajaran ini adalah anak yang berdaya juang, aktif, percaya diri, komunikatif, mudah bersosialisasi, mau bekerja sama, imajinatif, berinisiatif, teratur, mau membantu, dan menghargai orang lain.
C.
Implementasi Program Pembelajaran Entrepreneurship
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
105
1.
Tujuan Pendidikan entrepreneurship didisain untuk membentuk kemandirian
peserta didik agar dapat belajar melihat, mencari, mengelola, dan menciptakan peluang dengan ide-ide inovatif sehingga hasil inovasinya dapat diterima oleh orang
lain.
Membiasakan
peserta
didik
untuk
menemukan
dan
mengkomunikasikan ide inovatif dengan disertai sikap kejujuran, tanggung jawab, dan kepekaan pada kebutuhan orang lain, serta membekali peserta didik dengan semangat berani mengambil resiko dan keterampilan-keterampilan untuk memecahkan masalah nyata dalam kehidupan dengan ide dan cara yang inovatif dan disertai sikap terbuka agar menghasilkan hasil yang terbaik. Tujuan tersebut selaras dengan harapan dan peraturan pemerintah yang terwujud melalui sistem manajemen sekolah dan kurikulum.
2. Profil Pendidik Ibu Lucia Widiatmi sebagai penanggung jawab pelaksanaan program pembelajaran entrepreneur di TB/TK Santa Ursula. Bekerja sejak tahun 1987, sudah bergabung dengan tetap sejak tahun 1990. Saat ini selain memegang jabatan sebagai kepala unit, juga mengajar di kelas kelompok bermain. Berdasarkan observasi dan angket serta wawancara dihasilkan bahwa Ia menjadi guru kunci karena penangungjawab utama terlaksananya program. Beliau adalah Guru senior satu-satunya yang dimiliki oleh sekolah ini. Energik, kuat, dan berkomitmen, serta kerja keras itulah semboyannya.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
106
Ibu Wilasih usia 26 tahun, lulusan PGSD. Dua tahun mengajar di sekolah ini. Inilah guru kunci utama di sekolah ini. Berani ambil resiko, berani tampil beda dan komitmen pada panggilan sebagai guru maka ia berprestasi. Semua itu baik adanya bila dijalankan dengan benar, itulah moto hidupnya. Berdasarkan studi dokumentasi (Silabus, RPP, pelaksanaan, penilaian, refleksi, observasi dikelas, hasil wawancara dengan pimpinan sekolah) maka disimpulkan bahwa ibu Lucia dan Ibu Wilasih sudah mampu memahami dan menginternalilasisakan
nilai-nilai
yang
terkandung
dalam
pembelajaran
entrepreneur dan sesuai dengan standar perilaku guru (Program Pendidikan Entrepreneurship K-12 Ciputra Way yang diatur oleh Yayasan Prasama Bhakti). Berdasarkan teori kemandirian kedua pendidik tersebut mampu merencanakan, melaksanakan dan merefleksikan pembelajaran entrepreneurship secara mandiri. Melalui metode SWOT yang biasa dilakukan oleh Ibu Lucia dan Study kasus yang biasa dilakukan oleh ibu wilasih, maka dapat disimpulkan bahwa kedua guru tersebut telah mampu menginternalisasikan sikap hidup yang reflektif. Kegiatan-kegiatan sekolah yang sarat dengan religiusitas merupakan ide dari kedua guru tersebut yang merupakan pencerminan dari sikap religiusitas mereka, diantaranya adalah adanya retret untuk anak TK dan kegiatan rohani lain yang bertujuan untuk membangun hubungan yang baik dengan Tuhan. Meskipun begitu bukan berarti bahwa menginternalisasikan
nilai-nilai
yang
guru-guru lain tidak mampu
terkandung
dalam
pendidikan
entreprenurship, suatu ketika mereka pasti bisa melakukannya secara total. Berikut ini beberapa guru yang masih belajar untuk dapat menginternalisasikan
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
107
sikap kemandirian dalam proses pembelajaran dan pemahaman program entrepreneurship. Ibu Anastasia K. Sebagai pendidik di Taman Bermain. Sejak tanggal 5 Januari 2005 telah mengabdi selama 8 tahun. Namun demikian sampai sekarang belum diangkat sebagai guru tetap. Ia berusia 35 tahun. Ia lulusan Sekolah Administrasi, sekarang sedang menyelesaikan sarjananya di Universitas Terbuka semester
delapan,
jurusan
PGTK.
Meskipun
berbeda
latar
belakang
pendidikannya namun ia sangat mencintai pekerjaannya. Saat ini diangkat menjadi guru penggerak di Taman Bermain. Terus belajar dan belajar, itulah moto hidupnya. Hal hal yang perlu ditingkatkan oleh Ibu Anas adalah rasa percaya diri untuk mampu menampilkan diri seutuhnya, berani menanggung resiko (risk take) dan mandiri. Ibu Maria Yeti sebagai pendidik di kelas TK B. Lulusan PGSD. Sudah selama 4 tahun mengabdi di santa Ursula. Ia berusia 33 tahun. Sekarang diangkat menjadi guru kunci di Taman Kanak-kanak. Seorang pribadi yang hati-hati dan penuh kelembutan. Meskipun pada awalnya ragu dan tidak paham dengan program pembelajaran entrepreneur, namun dengan dukungan sekolah dan kepala sekolah serta rekan-rekan guru, sekarang ia semakin percaya diri. Lambat asal selamat, itulah moto hidupnya. Ibu Yeti merupakan guru yang potensial, namun ada beberapa hal yang perlu dia tingkatkan yaitu kemandirian dalam menyelesaikan masalah (tidak
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
108
menunggu orang lain ), sikap hidup reflektif dan berani mengambil resiko (risk take) Ibu Nydia usia 25 tahun, lulusan Sarjana Psikologi, Maranatha. Saat ini sebagai guru pendamping di Taman Kanak-kanak. Masih memerlukan waktu panjang untuk mempelajari kePAUDan dan program entrepreneur. Namun sebagai calon psikolog ia tidak merasa kesulitan ketika ada hal-hal baru. Ibu Dea adalah guru yang kreatif dan inovatif, namun ada beberapa hal yang perlu dia tingkatkan supaya dapat menjadi seorang pendidik yang memiliki jiwa entrepreneurship yaitu rasa percaya diri dan kemandirian dalam menyelesaikan masalah. Ibu Yuli usia 26 tahun lulusan PGSD, Universitas Pasundan semester 2. Saat ini ia menjabat sebagai guru pendamping. Demikian juga Ibu Yuli mengatakan bahwa belajar menjadi guru adalah tantangan yang perlu dilewati. Sangat cocok dengan jiwa entrepreneur yang berani mengambil resiko sebagai bentuk pembentukan diri, menjadi pendidik yang baik. Ia berusaha mengikuti semua program sekolah dan lembaga dengan baik. Ibu Yuli merupakan guru baru yang masih butuh bimbingan dan harus banyak belajar tentang prinsip-prinsip mendasar yang ada dalam pembelajaran entrepreneurship. Ibu Maria Hilde Gunde usia 26 tahun, lulusan SMK Akutansi, dan sekarang sedang belajar di akademi komputer untuk meningkatkan diri dalam bidang IT (informasi dan Technologi) sebagai modal dasar kreatif seorang entreperenur.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
109
Ibu Merry merupakan guru yang religius, dia selalu mengingatkan temanteman sejawatnya untuk selalu ingat kembali akan kemahakuasaaan Tuhan dibalik masalah yang dihadapi oleh sekolah atau pribadi. Namun dalam hal rasa percaya diri dan keberanian untuk mengambil resiko, dia masih harus banyak belajar. Ibu Fransiska Junita lulusan D2 PGSD dan sekarang melanjutkan sarjananya di UPI. Telah empat tahun mengikuti program pembelajaran ini, saat ini menjadi guru penggerak di TK B. Pembelajaran entrepreneur membentuk dirinya menjadi pribadi yang kreatif dan mandiri, serta berusaha menggali ide-ide anak secara kreatif. Namun sikap percaya diri dan kemandirian yang ada dalam dirinya masih perlu ditingkatan. Ibu Yustina Rima Anggun Yunita lulusan D2 dan saat ini mengambil kesarjanaan di Universitas Terbuka. Telah empat tahun menggeluti program entrepreneur. Tantangan pendidikan menjadi kesempatan baginya untuk mencitai dunia anak-anak dan pendidikan. Maka saat ini diangkat sebagai guru penggerak. Dia merupakan guru yang cepat dalam mengerjakan tugasnya, namun konsepkonsep pembelajaran entrepreneurship yang dia miliki masih perlu dikembangkan dan perdalam lagi dengan banyak belajar dan membaca, supaya tidak keluar dari koridor dalam melaksanakan program pembelajaran entrepreneurship. Ibu Oktavianti Indriyani lulusan SMA, dan saat ini melanjutkan pendidikannya di Universitas Pasundan jurusan sarjana hukum. Perbedaaan akademis tidak menyurutkan langkahnya untuk komitmen mencintai pendidikan anak-anak usia dini. Berjuang mengintegrasikan diri untuk menjadi guru yang kreatif, kritis dan inovatif, itulah moto hidupnya. Dia sebenarnya memiliki potensi
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
110
yang besar untuk mampu menginternalisasikan pembelajaran entrepreneur berkat kecerdasannya, namun dia tidak memiliki hak untuk mengajar karena dia tidak memiliki akta mengajar. Namun komitmen mengajar dan konsistensi dalam melaksanakan tugas masih perlu ditingkatkan. Ibu Agustina dua tahun membantu kelancaran para guru. Ia lulusan SMA, namun berusaha untuk memahami tugasnya sekarang sebagai pendamping. Pembelajaran entrepreneur masih belum dipahami namun ia berusaha memahaminya,
apalagi
anaknya
dididik
dalam
lingkungan
pendidikan
entrepreneur. Ibu Tina merupakan guru pendamping yang tidak diijinkan mengajar karena tidak memiliki latar pendidikan yang tidak sesuai dengan tugasnya. Namun dia memiliki jiwa keibuan, kesabaran, perhatian, kemandirian dan religiusitas untuk dapat membantu mendampingi proses belajar mengajar anak-anak dan guru.
3.
Internalisasi Sikap Kemandirian, Reflektif, dan Religius Melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Rencana langkah-langkah implementasi program pendidikan entrepreneur
K-12 sebagai berikut:
Eksplorasi
Tahap/ Aspek
Deskripsi yang harus dicapai
Pencerahan
Pimpinan sekolah mempunyai gambaran tentang Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way melalui konferensi, school leaders meeting atau melalui publikasi yang dikeluarkan UCEC. Mengenali kebutuhan pengembangan sekolah melalui penerapan Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way.
Penggalian
Pimpinan sekolah memahami gambaran implementasi pendidikan entrepreneur K-12, Ciputra Way, melalui kunjungan ke setting sekolah yang menerapkan dan mengunjungi situs
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
111
Pengolahan
Pimpinan sekolah membuat refleksi untuk mengambil kesepakatan dengan mempelajari draft MOU yang disediakan oleh UCES.
Peneguhan
Pengelola sekolah membuat kesepakatan dengan UCEC tentang implementasi Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way melalui MOU.
Inventaris
Pimpinan sekolah menyusun agenda implementasi program pelatihan untuk guru bersama/tidak bersama tim UCEC berdasarkan refleksi yang dilakukan dengan menggunakan panduan Penilaian Diri Sekolah Pra-Program Starter. Pimpinan sekolah mempunyai rencana implementasi 1 tahun Program Pendidikan K-12,Ciputra Way melalui workshop pimpinan sekolah yang dipandu oleh tim UCEC. Pimpinan sekolah membuat kebijakan-kebijakan (seperti: pendekatan pembelajaran sistem penilaian, penggunaan sumber belajar, PR) untuk mendukung implementasi program. Melalui The Booster Training, semua guru mempunyai persepsi yang sama tentang filosofi pembelajaran serta pengetahuan dan kecakapan awal untuk memulai pembelajaran Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way.
Ekspos Publik
Sekolah mengadakan pertemuan dengan orang tua dan membuat newsletter untuk mensosialisasikan Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way yang akan diterapkan oleh sekolah.
Estimasi
Komunitas sekolah menentukan format perencanaan mengajar berdasarkan standar rencana pengajaran yang ditetapkan oleh UCEC. Sekolah mempunyai kalender akademik yang mengakomodasi prinsip-prinsip pendidikan entrepreneur dan kebutuhan pengembangan profesionalisme guru. Sekolah mengadakan sumber-sumber belajar yang dapat mendukung penerapan proses pembelajaran Program Entrepreneur K-12, Ciputra Way.
Kultur Kerja
Guru terbiasa untuk membuat perencanaan pembelajarn secara tim. Pimpinan sekolah dan guru bekerja berdasarkan acuan standar perilaku kepala sekolah dan guru yang dikeluarkan oleh UCEC.
Monitoring
Pimpinan sekolah mempunyai sistem support dan monitoring untuk mengoptimalkan implementasi Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way.
Dokumentasi
Mempunyai sistem dokumentasi pelaksanaan Program Pendidikan Entrepreneur K-12, Ciputra Way dengan artifak dan data-data otentik.
Pendidikan orang tua
Sekolah menyelenggarkan kegiatan untuk orang tua agar mereka dapat membangun persepsi yang sama tentang standar best practices dan arah pengembangan sekolah.
Newsletter
Sekolah mempunyai newsletter untuk menginformasikan
si
Komunika
Perencanaan
Perencanaan
www.ciputra.org atau mendengarkan presentasi UCEC.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
112
Refleksi
program sekolah ke komunitas orang tua. Konferensi oleh peserta didik
Peserta didik mempunyai kesempatan melakukan konferensi (students led atau three way conference) untuk menjelaskan secara langsung tentang apa yang telah dipelajari oleh orang tua.
Evaluasi
Sekolah mendapat masukan dan pengakuan dari tim UCEC tentang pencapaian pelaksanaan program pendidikan entrepreneur K-12 Ciputra Way.
Peluang
Berdasarkan refleksi dan masukan dari UCEC, sekolah menentukan proses berikutnya yaitu pemantapan tahap starter atau implementasi tahap apprentice program pendidikan entrepreneur K-12 Ciputra Way. Tabel 4.6 Internalisasi Program Entrepreneur
4.
Perjanjian antara Yayasan dan CES Pada tanggal 28 Mei 2008 diadakan perjanjian antara Yayasan Prasama
Bhakti untuk bersama membelajarkan program entrepreneurship. Dengan tujuan agar kuat dan mendapatkan pembinaan yang benar. 1.
Pembinaan Lanjutan Selama empat tahun, sesuai dengan perjanjian kesepakatan bersama maka
pembinaan terhadap guru-guru kunci sangat diperhatikan. Tempat untuk pembinaan berlangsung di Surabaya dan di Jakarta. Sedangkan untuk berbagi pengalaman bagi sekolah-sekolah yang tergabung dengan CES, diadakan secara bergiliran. Saat ini ada 13 sekolah dasar dan 10 TK yang menjadi anggota CES, tersebar di Surabaya, Jakarta, Bandung, Makasar, Medan dan Ujung Pandang. Sedangkan di dalam sekolah sendiri harus mempunyai kelompok guru untuk kolaborasi, yaitu kelompok guru kelas kecil dan kelas besar. Sedangkan di dalamnya terdapat guru penggerak dan guru pendukung. Guru Kunci adalah mereka yang sudah memahami dan mampu secara mandiri dapat menjadi ketua kelompok kerja agar dapat memecahkan masalah yang dihadapi ketika pelaksanaan. Sedangkan guru penggerak adalah guru yang Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
113
dapat menggerakan teman-teman sejawat agar terus berupaya dengan sepenuh hati melaksanakan proyek atau program yang telah dipelajari. Sedangkan guru pendukung adalah mereka yang mempunyai tugas mendukung semua kegiatan dan program yang dijalankan.
2.
Akreditasi/evaluasi setiap empat tahun sekali Ketika implementasi telah selesai pada waktunya, maka pihak CES akan
mengakreditasi, untuk dapat mengevaluasi proses pelaksanaan pembelajaran sesuai perjanjian. Disinilah proses anggota komunitas CES diujikan.
5.
Tahap-tahap Anggota Komunitas Entrepreneur Tahap pertama adalah Starter (satu tahun), dan selama empat tahun sekolah
yang tergabung dalam CES menjadi bagian dan tanggung jawab pihak CES dalam hal pembinaan melalui seminar, workshop, kunjungan ke sekolah-sekolah yang tergabung dalam komunitas entrepreneur. Dalam waktu empat tahun tersebut akan dievaluasi, dan apabila berhasil dapat masuk dalam tahap komunitas entrepreneur.
D.
Pembahasan Hasil Penelitian Merujuk visi dan misi TB/TK Santa Ursula menjadikan peserta didik
memiliki pribadi yang cerdas, kreatif, inovatif, gembira sebagai anak-anak Allah serta menanamkan nilai-nilai seturut semangat Santa Angela. Maka tepatlah
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
114
keputusan Yayasan Prasama Bhakti mengadakan perjanjian dengan CES, untuk menunjang dan memfasilitasi teknik atau cara mencapai visi tersebut. Untuk mencapai visi tersebut, maka dirumuskan misi sebagai berikut: (1) Membentuk pribadi yang memiliki rasa cinta, peduli terhadap sesama, mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini selaras dengan CES yang mempunyai moto: rongsokan menjadi emas, (2) Menanamkan serta memupuk sifat terbuka dan rasa sosial. Melalui pembelajaran entrepreneurship anak diajarkan sikap peka dan demokratis serta kolaboratif, sehingga memungkinkan anak belajar memelihara lingkungan sekitar dengan baik. (3) Memberi kebebasan kepada peserta didik untuk mengembangkan keunikan dari setiap pribadi. Entrepreneur mengarahkan kepada kemandirian, maka mengembangkan keunikan serta ide-ide anak sebagai subyek belajar adalah juga tujuan yang sama dengan entrepreneur. (4) Mencintai kebaikan, kebenaran, keadilan, kejujuran, keindahan dan kesatuan. Program ini disusun saling kait mengait, atau mempunyai siklus namun tidak berulang, artinya setelah kelima tahapan belajar itu setelah selesai tidak kembali lagi kepada exploring, namun membuat siklus baru. Inilah pengembangan keunikan pribadi. (5) Menanamkan nilai-nilai dan keterampilan entrepreneurship agar terbentuk pribadi yang mandiri guna menghadapi tantangan jaman. Setiap pribadi adalah unik maka keunikan dan keberbedaan inilah yang akan ditingkatkan agar terlihat keindahannya, bahwa setiap pribadi diciptakan Tuhan sungguh indah. Strategi yang dirancang untuk mencapai visi dan misi ialah (1) Mengusahakan
SDM
yang
profesional
dengan
memperhatikan
tenaga
kependidikan yang profesional. Inilah fokus penelitian ini. Pendidikan anak-anak
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
115
usia dini belum sepenuhnya memiliki kualifikasi yang memadai. Ibu Lucia sebagai kepala sekolah, lulusan Sarjana Pendidikan, sudah hampir 20 tahun mengabdi di TB/TK Santa Ursula. Dengan jurusan pendidikan sekolah dasar sejak tahun 2010 telah dipercaya untuk menjadi penanggung jawab pelaksanaan operasional. Menurut pendapatnya bahwa sumber daya manusia para guru masih belum memadai sebagaimana seorang yang memiliki 4 (empat) kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, para guru masih berusia sangat muda belaum mendalam sikap didaktik metodiknya. Dalam pelaksanaan entrepreneur mereka sudah berusaha melaksanakan sebaik-baiknya. Ibu Luci sendiri sehari-hari mengajar dan menjadi guru kunci di TB. Internalisasi sikap hidup seorang entrepreneur secara langsung ia rasakan. Ibu Wila mempunyai latar belakang sebagai lulusan guru bahasa Inggris. Selama tiga tahun sudah berjuang mengimplementasikan program pembelajaran entrepreneur, dan dialah menurut teman-teman dan anak-anak dianggap dapat menjadi guru kunci di TB/TK Santa Ursula. Ibu Yeti, juga lulusan PGSD, amat mempunyai keterampilan mengajar yang baik dan memiliki kepekaan sosial yang tigggi meskipun masih banyak dorongan untuk percaya diri. Mengadakan
seleksi
tenaga
kependidikan
maupun
non
kependidikan,
meningkatkan kualitas kerja dan evaluasi, menjalin kerja sama antar guru dan pegawai, pembinaan di bidang pendidikan, pembinaan di bidang rohani, (2) Mengembangkan program dan teknik pengajaran, (3) Menyiapkan dan menggunakan sarana belajar mengajar yang sesuai dengan perkembangan jaman, (4) Memotivasi peserta didik untuk mengembangkan kreatifitas, (5) Menjalin kerja sama dengan instansi terkait dan orang tua, serta mengacu pada tujuan dan
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
116
program TB/TK Santa Ursula, yaitu tujuan umum pendidikan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, tentang sistem pendidikan Indonesia, Bab II pasal 3 : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dan secara khusus tujuan pendidikan Taman Kanak-Kanak secara umum adalah membantu peserta didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial-emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar. Berdasarkan itu disusun Tujuan Khusus, yaitu untuk (1) Membantu mengembangkan kepribadian peserta didik sesuai dengan nilai-nilai Injili dan semangat Santa Angela dan sesuai dengan perkembangan jaman, (2) Membantu mengembangkan diri peserta didik, agar menjadi pribadi yang sosial dan matang, (3) Membantu melewati masa transisi dan memupuk disiplin serta menghargai orang lain, (4) Memberi bimbingan yang seksama agar peserta didik memiliki sifat dan kebiasaan yang baik, sehingga dapat diterima oleh masyarakatnya sesuai dengan nilai-nilai Kitab Suci, (5) Membantu mencapai kematangan mental dan fisik yang dibutuhkan agar dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, (6) Mendorong peserta didik untuk kreatif, mampu berinovasi, dan mampu memberikan penghargaan pada kelestarian lingkungan.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
117
Didukung oleh Tata Tertib Guru TB/TK Santa Ursula, yaitu tentang hal masuk sekolah/kehadiran (1) Semua guru wajib hadir di sekolah paling lambat 10 menit sebelum pelajaran dimulai yaitu jam 06.30, (2) Guru yang terlambat wajib mempertanggungjawabkan keterlambatannya
kepada kepala sekolah atau
penggantinya, (3) Guru mengisi daftar hadir sebelum jam pertama dimulai tanda tangan menjelang pulang. Apabila tidak hadir (1) Bila guru terpaksa tidak dapat hadir wajib memberikan/mengirimkan tugas untuk peserta didik, (2) Urusan keluarga dikerjakan di luar sekolah atau waktu libur sehingga tidak mengganggu kelancaran sekolah, (3) Guru tidak diperbolehkan meninggalkan kelas selama jam pelajaran berlangsung, (4) Guru tetap selama jam pelajaran harus berada di sekolah, (5) Guru yang telah diperingatkan dan masih sering absen tanpa keterangan akan diambil tindakan sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku. Guru juga memiliki kewajiban, diantaranya: (1) Guru wajib mentaati tata tertib sekolah yang berlaku, (2) Guru wajib menghindari hal-hal yang tidak patut/pantas dilakukan oleh seorang pendidik, (3) Ikut bertanggung jawab atas terlaksananya
5K
(Keamanan,
Ketertiban,
Kebersihan,
Keindahan
dan
Kekeluargaan) dalam lingkungan sekolah. Oleh karena itu tugas-tugas Administratif: (1) membuat rencana Mingguan, Rencana Harian sesuai dengan tingkat kelas yang diajarkan, (2) Membuat program semester, silabus dan pelaksanaannya, (3) Membuat jurnal mingguan, (4) Mengisi jurnal harian dengan baik, (5) Membuat catatan pelaksanaan satuan pelajaran/persiapan harian, (6) Menguasai program dan evaluasi pendidikan yang berlaku, (7) Menyiapkan
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
118
naskah rubrik penilaian secara teratur sesuai dengan tingkat kelas, (8) Mengisi buku
daftar
nilai
dengan
teratur
dan
baik,
(9)
Wali
kelas
wajib
melaksanakan/menyelesaikan administrasi kelas dengan baik, (10) Membantu pelaksanaan BP/BK, (11) Ikut menjaga nama baik sekolah pada umumnya dan korps pada khususnya baik di dalam maupun di luar sekolah, (12) Saling menghormati/menghargai antara sesama guru, (13) Ikut membantu agar tata tertib sekolah dapat berjalan lancar dan ditaati demi tercapainya perwujudan disiplin dan wibawa sekolah, (14) Sanggup dan mau mengisi jam pelajaran yang tidak ada gurunya (karena sakit atau keperluan lain), (15) Ikut membantu dan berperan serta mewujudkan dan mempertahankan katolisitas sekolah. Sedangkan Larangan bagi Guru: (1) merokok di dalam kelas, di halaman sekolah, apalgi berjalan-jalan, (2) Menerima tamu di sekolah pada jam pelajaran berlangsung, (3) Memakai perhiasan yang berlebih-lebihan yang tidak sesuai dengan kepribadian pendidik, (4) Duduk di meja dalam proses belajar mengajar, (5) Berkelahi dan main hakim sendiri apabila terjadi kasus/sengketa dengan sesama guru atau karyawan dan kolega yang lain, (6) Memulangkan peserta didik lebih dahulu sebelum pelajaran selesai tanpa seijin kepala sekolah. Untuk hal pakaian dan lainnya: (1) setiap guru wajib berpakaian seragam sesuai dengan ketentuan sekolah yang telah disepakati bersama, (2) Guru dilarang memelihara kuku panjang dan memakai alat-alat kecantikan/kosmetika yang berlebihan, (3) Guru harus memelihara rambutnya dengan rapi, tidak dicat/disemir dengan warna mencolok (merah, coklat, biru, dsb).
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
119
Hak-hak Guru perlu diberikan perhatian lebih sebab kewajiban telah diatur, hak guru antara lain: (1) berhak mendapatkan imbalan secara adil sesuai dengan ketentuan yang berlaku, (2) Berhak mendapatkan perlakuan yang baik, (3) Les Privat dan Mengajar di sekolah lain, (4) para guru dengan dalih apapun tidak diperkenankan memberikan les privat kepada anak didiknya baik yang diajar langsung maupun tidak langsung diajarnya, kecuali sepengetahuan dan sepertujuan kepala sekolah, (5) Bagi guru yang dinas keluar atau mengajar di tempat lain, baik pagi maupun sore hari harus seijin yayasan dan disetujui oleh kepala sekolah, (6) Tidak boleh menjabat sebagai kepala sekolah/wakil kepala sekolah di tempat lain. Kegiatan sehari-hari yang dapat mendukung terbentuknya pribadi yang reflektif sudah terjadwal dengan rapi dan terprogram, yaitu: (1) setiap hari 10 (Sepuluh) sampai 15 (lima belas) menit setelah KBM. (2) setiap hari setelah refleksi anak. Materinya, spiritualitas Santa Angela dan keguruan, (3) setiap Minggu (pada hari Jumat), (4) setiap akhir tema, (5) setiap akhir semester dan penyusunan program untuk tahun ajaran yang baru. Pendidikan entreprenur adalah pendidikan yang mengarahkan setiap individu dan karena keunikannya menjadi kunci bagi jiwa-jiwa entrepreneur. Setiap kelas diatur untuk memiliki dua guru, yang berfungsi sebagai guru utama dan guru pendamping. Dengan jumlah peserta didik untuk tahun pembelajaran 2011/2012, sebagai berikut Taman Bermain : 30 peserta didik terbagi dua ruang kelas, Taman Kanak-kanak tingkat A dan B: 139 peserta didik, terbagi dalam
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
120
empat ruang kelas, setiap jenjang masing-masing dua ruang kelas. Jumlah guru 11 orang, seluruhnya perempuan.
Marta Sumarsih, 2012 Interalisasi Sikap Hidup Kemandirian, Reflektif dan Religius Pendidik melalui Program Pembelajaran Entrepreneurship Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu