BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan wawancara dan obervasi yang dilakukan dengan kepala sekolah, para guru, serta siswa di SDN 1 Ilomata diperoleh Hasil: 1.
Program Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Akademik a. Pembentukan Nilai Kreatif Menurut kepala sekolah terkait dengan Pengembangan strategi dan metode
pembelajaran memberikan informasi bahwa: Materi pengembangan karakter yang akan dijadikan tujuan dalam program ini jika dikaitkan dengan pembelajaranan tentukan berdasarkan hasil identifikasi karakter siswa. Karakter adalah variabel yang sangat sulit diukur, bahkan dengan alat psikotes sekalipun. Bagaimanapun juga untuk dapat merancang suatu program pembinaan karakter dengan tepat, harus dilakukan pengukuran terhadap karakter siswa. Dibutuhkan alat dan perangkat untuk memberikan gambaran karakter individu.(1.1/W/AM/08/05/2012) Seorang informan selaku guru memberikan informasi bahwa: Adapun kegiatan akademik yang dilakukan dalam membentuk karakter anak dalam pembelajaran meliputi penggunaan motode dalam pembelajaran, dalam hal ini bagi anak sekolah dasar menggunakan metode sosiodrama, dengan adanya metode sosiodrama maka para siswa akan dapat mengerti tokoh dalam cerita sehingga dapat menjadi acuan dalam kehidupan sehari-hari. (1.1/W/HD/09/05/2012) Dapat dikatakan bahwa di SDN 1 Ilomata yang masih taraf sekolah dasar penggunaan metode pembelajaran oleh dinilai sangat membantu dalam pembentukan karakter peserta didik khususnya dalam kretivitas siswa dalam melaksanakan kegiatan drama khususnya berkaitan dengan gerak tubuh dan olah vocal yang
54
55
dilakukan siswa sendiri di samping itu dengan adanya metode ini tokoh dalam drama ini akan membentuk karakter siswa. b. Pembentukan Nilai Disiplin dan Kerja Keras Seorang informan dalam hal ini guru memberikan informasi bahwa: “Dengan membentuk karakater siswa yang berazaz akademik kepala sekolah melakukan gebrakan baru dengan menerapkan pembelajaran yang berbasis kepada siswa, siswa menjadi hal yang utama yaitu dengan menerapkan pembelajaran kuiz/soal yang harus dihapal siswa sehingga hal ini yang harus di hapal siswa dan guru menanyakan ketika jam awal pembelajaran di dalam kelas. (1.1/W/HD/09/05/2012) Salah seorang informan juga menjelaskan bahwa: Pengembangan stategi pembelajaran yang tentunya berpusat pada guru juga tentunya dilandasi oleh kompetensi guru, namun sistem kuiz/soal kepada siswa sangat mudah pelaksanaannya, Adapun cara pelaksanaannya yaitu, setiap guru di kelas membuat materi yang ditempelkan di depan kelas, jumlah materi tersebut dikurangi satu dengan jumlah siswa, adapan soal tersebut diberikan nomor, sehingga sehingga guru dapat mengetahui siap siswa yang hadir pertama kali di sekolah, dan bagi siswa yang terlambat tentunya tidak mendapatkan soal tersebut, dan guru dapat mengetahuinya karena siswa tersebut tidak memiliki soal, Kemudian soal tersebut di baca oleh siswa dan guru menanyakan soal yang berkaitan dengan materi tersebut. Sehingga siswa yang paling terakhir mengambil soal tidak punya waktu untuk belajar, dan tidak dapat menjawab pertanyaan guru. (1.1/W/SP/09/05/2012) Menurut penuturan guru bahwa: Sistem Kuiz ini sangat membantu guru dalam pembelajaran, khususnya penegakan disiplin belajar anak di sekolah, dengan adanya sistem kuiz ini guru dapat terbantu menyelesaikan materi ajar sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran sehingga materi ajar dapat dituntaskan sesuai alokasi waktu yang tersedia. Hal ini juga berkenaan dengan kegiatan akademik sekolah. (1.1/W/YRM/10/05/2012) Sehingga dapat disimpulkan bahwa program kepala sekolah berkenaan dengan strategi dan metode pembelajaran yang dapat membentuk jiwa maupun karakter
56
peserta didik yaitu dengan penggunaan metode pembelajaran dengan sebaik-baiknya misalnya metode sosiodrama serta penggunaan sistem kuiz pada pagi hari yang diaggap dapat membantu karakter disiplin belajar siswa serta jiwa kerja keras siswa untuk berusaha datang lebih awal ke sekolah juga dapat membantu guru dalam pembelajaran. c. Pembentukan Nilai Rasa Ingin Tahu dan Mental Siswa Salah seorang informan dalam hal ini selaku guru di SDN 1 Ilomata memberikan informasi Penggunaan metode pembelajaran merupakan strategi dalam pembelajaran di SDN 1 Ilomata, hal ini tentunya dapat membentuk karakteristik anak, dalam hal lain kepala sekolah sering mengutus siswa untuk mengikuti kegiatan cerdas dan cermat Tingkat Kecamatan Tibawa. (1.2/W/HD/09/05/2012) Seorang guru memberikan informasi bahwa: Melalui kegiatan cerdas cermat yang sering diikuti oleh siswa dapat menjadi motivasi bagi seluruh siswa lainnya untuk meningkatkan hasil pembelajaran, (1.2/W/SP/09/05/2012) Oleh kepala sekolah beliau menuturkan bahwa: “Saya selaku kepala sekolah memberikan anggaran dan menizinkan kepada siswa yang mengikuti kegiatan tersebut tentunya agar mental siswa dapat dibangun sejak dini, dengan adanya mental yang kuat maka siswa akan dapat terbiasa dan terbentuk wataknya sehingga ketika dalam berbicara mempunyai retorika yang bagus. (1.2/W/AM/08/05/2012) Sehingga
dapat
disimpulkan
bahwa
kegiatan
cerdas
cermat
dapat
menumbuhkan rasa ingin tahu bagi siswa untuk belajar sesuatu yang menarik dalam pelajaran. Tentunya hal ini juga berhubungan dengan soal-soal yang akan diberikan dalam kegiatan cerdas cermat tersebut. Adapun dalam pelaksanaan juga lomba
57
tersebut akan membentuk mental siswa. Terkait langkah-langkah kepala sekolah dalam menyusun program pengembangan strategi pembelajaran dalam membentuk karakter siswa yang berazaz akademik. Kepala sekolah memberikan informasi: Penyusunan program dalam pelajaran, pengembangan karakter yang sistematis membutuhkan proses dan waktu yang cukup panjang. Perlu dilakukan dalam materi pelajaran untuk memprogramkan pengembangan karakter berupa kegiatan sehingga perlu di musyawarahkan dengan para guru selaku pelaksana program. (1.2/W/AM/08/05/2012) Mengingat di sekolah dasar terdiri dari siswa yang duduk di bangku kelas rendah dan kelas tinggi, maka rencana program strategi pembelajaran yang relevan dengan kedua kategori pengelompokan kelas tersebut Kepala sekolah menegaskan program yang dilaksanakan tersebut: Menurut kepala sekolah bahwa: “Tentunya hal ini disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, kelas, setiap rencana pelaksanaan pembelajaran mempunyai rencana pelaksanaan pembelajaran masing-masing, dan SDN 1 Ilomata telah menggunakan RPP berkarakter namun kelas I-III menggunakan RPP Tematik sehingga pengelompokan pembentukan karakter dapat terjadi dengan sendirinya melalui pengelolaan guru dalam proses pembelajaran di Kelas. (1.3/W/AM/08/05/2012) Beliau juga menuturkan: Setelah program dilaksanakan, maka harus dilakukan evaluasi kegiatan dan pengukuran untuk menilai efektivitas dari program yang sudah dilakukan. Kesulitan yang dihadapi dalam hal ini adalah, seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa karakter berkembang melalui sebuah proses, bukan hanya even yang berpengaruh sesaat saja. Oleh karena itu, tentunya tidak valid jika tes karakter kembali diterapkan sesaat setelah program selesai dijalankan. (1.3/W/AM/08/05/2012).
58
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Program pembentukan karakter siswa melalui kegiatan akademik yaitu dengan Pengembangan strategi dan metode pembelajaran melalui rencana program strategi pembelajaran kepala sekolah dalam upaya untuk membentuk karakter siswa, langkah-langkah ditempuh kepala sekolah untuk menyusun program pengembangan strategi pembelajaran dalam membentuk karakter siswa yang berazas akademik serta rencana program strategi pembelajaran yang relevan dengan kedua kategori pengelompokan kelas.
2.
Program Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Non Akademik Kegiatan non akademik kesiswaan merupakan kegiatan pendidikan yang
dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang seutuhnya. Dengan kata lain, kegiatan pembinaan kesiswaan merupakan kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran yang ditujukan untuk membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah. Menurut kepala sekolah SDN 1 Ilomata memberikan informasi bahwa: Dalam memantapkan kepribadian peserta didik guna mewujudkan nilai-nilai karakter sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan karakter melalui kegiatan pembinaan kesiswaan diupayakan antara lain dalam bentuk kegiatan: (1) Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
59
Maha Esa; (2) Masa Orientasi Siswa (MOS);; (3) Penegakan Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan Akademik dan Sosial Sekolah; 4) Kepramukaan; (5) Upacara Bendera; (6) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); (7) Palang Merah Remaja (PMR); (8) (9 Pembinaan Bakat dan Minat. (2.1/W/AM/08/05/2012). a. Pembentukan Nilai Religius Adapun nilai-nilai yang dikembangkan dalam bentuk kegiatan pembinaan kesiswaan tersebut dapat dijelaskan beberapa guru sebagai berikut: Menurut informasi dari seorang guru bahwa: Pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan yang maha Esa diwujudkan dengan shalat dzuhur berjamaah di Mushalla sekolah dan dilanjutkan dengan kultum oleh guru mata pelajaran agama Islam, Hal ini dilakukan agar sifat religius siswa dapat terbentuk sejak dini. (2.1/W/HD/09/05/2012) Seorang guru juga membenarkan hal tersebut bahwa: Kegiatan non akademik siswa melalui shalat dzhuhur berjama’ah dilakukan di sekolah, Bagi siswa laki-laki dianjurkan untuk selalu peci (songkok) ke sekolah dan bagi siswa perempuan membawa peralatan shalatnya, Dengan adanya kegiatan ini diharapkan agar siswa dapat terbiasa melaksanakan shalat di rumah. (2.1/W/SP/09/05/2012) Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk membentuk karakter sifat religious dalam bentuk pembinaan keimanaan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa maka pihak sekolah mengadakan kegiatan rutin yaitu shalat dzuhur berjamaah. b. Pembentukan Nilai Bersahabat dan Komunikatif Menurut kepala sekolah bahwa: Penyusunan dan Penerapan tata karma dan tata tertib sekolah merupakan kegiatan non akademik yang dilaksanakan di sekolah dengan adanaya tata krama ini maka siswa akan terlatih untuk mengolah vokalnya sehingg lebih komunikatif, bersahabat dan dapat menjauhi sifat yang tidak baik yang
60
bertentangan dengan (2.2/W/AM/08/05/2012).
tata
krama
saat
berbicara
sekolah.
Dengan adanya tata krama di sekolah maka siswa lebih komunikatif dalam melakukan percakapan disamping itu siswa mampu dan dapat bersahabat dengan siapapun yang diinginkan. c. Pembentukan Nilai Peduli Sosial dan Peduli Lingkungan Seorang guru juga memberikan informasi bahwa: Kegiatan pramuka yang diikuti oleh peserta didik di SDN 1 Ilomata sangat membantu dalam membentuk sifat peduli sosial dan peduli lingkungan bagi peserta didik, Namun sayangnya kegiatan ini hanya berlangsung hamper setahun sekali hanya pada kegiatan agustus, Namun oleh pihak sekolah setiap akhir semeseter di adakan Perjusami yang diadakan di sekolah. (2.2/W/HD/09/05/2012) Hal ini dibenarkan oleh seorang guru bahwa: Kegiatan pramuka dinilai sangat efektif dalam membentuk karakter anak, namun kegiatan ini hanya berlangsung pada setiap acara hari kemerdekaan, Sehingganya oleh pihak sekolah sebagai bentuk dari kegiatan tersebut dibuatlah perkemahan sabtu minggu serta dalam rangka kebersihan lingkungan. (2.2/W/SP/09/05/2012 Sehingga dapat disimpulkan bahwa kegiatan pramuka adalah kegiatan favorit yang dilaksanakan di SDN 1 Ilomata dengan adanya kegiatan ini dapat membentuk sifat Demokratis, percaya diri, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai keberagaman, mandiri, bekerja keras, disiplin,bertanggung jawab bagi peserta didik, namun pelaksanaan kegiatan ini terbatas sehingg pihak sekolah mewujudkan dalam bentuk tata tertib sekolah yang setiap hari dilaksanakan oleh siswa.
61
d. Pembentukan Nilai Cinta Tanah Air dan Semangat Kebangsaan Menurut keterangan seorang guru bahwa: Kegiatan lain yang dianggab membentuk karakter anak yaitu kegiatan gerak jalan dengan adannya kegiatan ini siswa dapat menjadi jiwa yang tangguh, bela negara, patriotik, serta mencintai negerinya sendiri, karena kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka hari kemerdekaan. (2.2/W/HD/09/05/2012) Seorang guru berpendapat demikian bahwa: Siswa sangat antusis dalam mengikuti kegiatan gerak jalan, walaupun harus perpanas-panasan dalam mengikuti latihan di sekolah, hal ini merupakan wujud karakter siswa yang cinta akan negaranya. (2.2/W/YRM/10/05/2012) Kegiatan pembinaan kesiswaan dengan kegiatan non akademik merupakan bagian dari proses pendidikan karakter di sekolah dan peningkatan mutu pendidikan. Kegiatan pembinaan kesiswaan dirancang dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang memperkuat penguasaan kompetensi dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik dengan tetap membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan karakter bangsa. Dilain hal menurut kepala sekolah: Kegiatan Upacara Bendera yang setiap hari senin dilaksanakan secara dengan sendirinya dapat membentuk karakter peserta didik, Kegiatan ini dapat menjadi alat untuk menjadikan peserta didik cinta akan negara dan bangsanya. (2.2/W/AM/08/05/2012). Dengan demikian, pembinaan kesiswaan di Sekolah Dasar perlu didukung oleh sumber daya yang relevan dengan situasi dan kondisi sekolah serta perkembangan peserta didik. Sesuai dengan informasi dari seorang guru bahwa: Pembinaan kesiswaan dalam rangka membentuk karakter akan sangat bergantung kepada faktor-faktor seperti: 1) pemahaman pendidik terhadap kondisi obyektif peserta didik; 2) tingkat penguasaan kompetensi pendidik;
62
3) tujuan yang akan dicapai; 4) proses pelaksanaan yang direncanakan; 5) materi kegiatan yang dikembangkan; dan 6) dukungan kelembagaan sekolah, baik berupa tenaga, dana, maupun sarana/prasarana pembinaan karakter. .(2.2/W/SP/07/05/2012) Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter siswa melalui kegiatan non akademik yaitu Pengembangan karakter melaui pembinaan mental dan spiritual serta pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk kegiatan dalam bentuk shalat dzuhur berjamaah di sekolah, Penegakan Tatakrama dan Tata Tertib Sekolah;
Kepramukaan; Gerak Jalan dan Upacara
Bendera.
4.2 Temuan Penelitian 1. Program Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Akademik SDN 1 Ilomata yang masih taraf sekolah dasar penggunaan metode pembelajaran oleh dinilai sangat membantu dalam pembentukan karakter peserta didik khususnya dalam kretivitas siswa dalam melaksanakan kegiatan drama khususnya berkaitan dengan gerak tubuh dan olah vocal yang dilakukan siswa sendiri di samping itu dengan adanya metode ini tokoh dalam drama ini akan membentuk karakter siswa. Program kepala sekolah berkenaan dengan strategi dan metode pembelajaran yang dapat membentuk jiwa maupun karakter peserta didik yaitu dengan penggunaan metode pembelajaran dengan sebaik-baiknya yaitu metode sosiodrama serta penggunaan sistem kuiz pada pagi hari yang diaggap dapat membantu karakter disiplin belajar siswa serta jiwa kerja keras siswa untuk berusaha datang lebih awal ke
63
sekolah juga dapat membantu guru dalam pembelajaran. Adapun kegiatan akademik yang sering dilakukan adalah keikutsertaan dalam kegiatan Lomba cerdas cermat di Kecamatan Tibawa. Program pembentukan karakter siswa melalui kegiatan akademik yaitu dengan Pengembangan strategi dan metode pembelajaran melalui rencana program strategi pembelajaran kepala sekolah dalam upaya untuk membentuk karakter siswa metode sosiodrama serta penggunaan sistem kuiz pada pagi hari yang diaggap dapat membantu karakter disiplin belajar siswa juga dapat membantu guru dalam pembelajaran. Adapun kegiatan akademik yang sering dilakukan adalah keikutsertaan dalam kegiatan Lomba cerdas cermat di Kecamatan Tibawa. Program pembentukan karakter siswa melalui kegiatan akademik yaitu dengan Pengembangan strategi dan metode pembelajaran melalui rencana program strategi pembelajaran membentuk disiplin belajar dan kerja keras, dalam upaya untuk membentuk karakter siswa metode sosiodrama pada mata pelajaran yang diaggap dapat membentuk karakter tauladan tokoh karakter dan kreatif juga dapat membentuk karakter membentuk mental siswa dan rasa ingin tahu. Melalui kegiatan cerdas cermat, langkah-langkah ditempuh kepala sekolah untuk menyusun program pengembangan strategi pembelajaran dalam membentuk karakter siswa yang berazas akademik serta rencana program strategi pembelajaran yang relevan dengan kedua kategori pengelompokan kelas.
64
Berdasarkan kesimpulan di atas Program Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Akademik dapat digambarkan sesuai dengan bagan dibawah ini:
Program Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Akademik
Stretegi Pembelajaran dengan Sistem Kuiz
Disiplin Belajar/ Kerja Keras
Kegiatan Lomba Cerdas Cermat
Membentuk Mental Siswa/Rasa Ingin Tahu
Penggunaan Metode Pembelajaran Sosiodrama
Tauladan Tokoh Karakter/kreatif
Gambar 4.1 Diagram Konteks Program Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Akademik 2. Program Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Non Akademik Kegiatan non akademik kesiswaan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang seutuhnya. Dengan kata lain, kegiatan pembinaan kesiswaan merupakan kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran yang ditujukan untuk membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan
65
minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah Untuk membentuk karakter sifat religious dalam bentuk pembinaan keimanaan dan ketakwaan terhadap tuhan yang maha esa maka pihak sekolah mengadakan kegiatan rutin yaitu shalat dzuhur berjamaah Kegiatan pramuka yang diikuti oleh peserta didik di SDN 1 Ilomata sangat membantu dalam membentuk sifat peduli sosial dan peduli lingkungan bagi peserta didik, Namun sayangnya kegiatan ini hanya berlangsung hamper setahun sekali hanya pada kegiatan agustus, Namun oleh pihak sekolah setiap akhir semeseter di adakan Perjusami yang diadakan di sekolah. Kegiatan pembinaan kesiswaan dengan kegiatan non akademik merupakan bagian dari proses pendidikan karakter di sekolah dan peningkatan mutu pendidikan. Kegiatan pembinaan kesiswaan dirancang dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah yang memperkuat penguasaan kompetensi dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik dengan tetap membentuk nilai-nilai yang sesuai dengan karakter bangsa Pembentukan karakter siswa melalui kegiatan non akademik yaitu Pengembangan karakter melaui pembinaan mental dan spiritual serta pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk kegiatan dalam bentuk shalat dzuhur berjamaah di sekolah, Penegakan Tatakrama dan Tata Tertib Sekolah; 4) Kepramukaan; Gerak Jalan dan Upacara Bendera.
66
Berdasarkan kesimpulan di atas Program Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Non Akademik dapat digambarkan sesuai dengan bagan dibawah ini: Program Pembentukan Karakter Siswa Karakter yang dibentuk
Religius
Bersahabat/ Komunikatif
Kegiatan Non Akademik
Shalat dzuhur berjamaah di sekolah
Penegakan Tatakrama dan Tata Tertib Sekolah
CintaDamai Peduli Sosial dan Peduli lingkungan
Kepramukaan
Cinta Tanah Air dan Semangat Kebangsaan
Gerak Jalan dan Upacara Bendera
Gambar 4.2 Program Pembentukan Karakter Siswa Melalui Kegiatan Non Akademik 4.3 Pembahasan Pendidikan yang berkualitas adalah Pendidikan yang mampu mengembangkan kemampuan, membentuk Karakter dan Peradaban Bangsa. Oleh karena itu harus dikembangkan dalam pendidikan di sekolah aspek : keimanan, ketaqwaan, akhlak
67
mulia, kesehatan, ilmu, kecakapan, kreativitas, kemandirian, demokrasi dan tanggung jawab pada anak didik dan seluruh stakeholders Pendidikan. Belakangan banyak bermunculan sekolah-sekolah yang berlebel unggulan, sebagai manifestasi dari harapan untuk mewujudkan UU sisdiknas tersebut. Pada hakekatnya semua sekolah berkewajiban menjadikan sekolahnya unggul/berkualitas atau unggulan dalam arti setiap sekolah harus (1) mampu memberikan layanan optimal kepada seluruh anak dengan berbagai perbedaan bakat, minat & kebutuhan belajar ; (2) mampu meningkatkan secara signifikan kapabilitas yang dimiliki anak didik menjadi aktualisasi diri yang memberikan kebanggaan. (3) mampu membangun karakter kepribadian yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri siswa. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development”. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter
dimaknai
sebagai
suatu
perilaku
menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.
warga
sekolah
yang
dalam
68
Pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Menurut T. Ramli (2003), pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga
warga
negara
yang
baik.
Adapun
kriteria
manusia
yang
baik,
masyarakat yang baik, dan warga negara yang baik bagi suatu
masyarakat
atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai sosial tertentu,
yang banyak dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur
yang bersumber dari budaya
bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Kegiatan non akademik kesiswaan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang seutuhnya. Dengan kata lain, kegiatan pembinaan kesiswaan merupakan kegiatan pendidikan di luar jam pelajaran yang ditujukan untuk
69
membantu perkembangan peserta didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan dan berkewenangan di sekolah Pembentukan karakter siswa melalui kegiatan non akademik yaitu Pengembangan karakter melaui pembinaan mental dan spiritual serta pembinaan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk kegiatan dalam bentuk shalat dzuhur berjamaah di sekolah, Penegakan Tatakrama dan Tata Tertib Sekolah; 4) Kepramukaan; Gerak Jalan dan Upacara Bendera. Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagaithe golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut. Menurut para ahli psikolog, beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaann-Nya (alam dengan isinya), tanggung jawab, jujur, hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan. Pendapat lain mengatakan bahwa karakter dasar manusia terdiri dari: dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, peduli, jujur, tanggung jawab; kewarganegaraan, ketulusan,
berani,
tekun,
disiplin,
visioner,
adil,
dan
punya
integritas.
Penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah harus berpijak kepada nilai-nilai karakter dasar, yang selanjutnya dikembangkan menjadi nilai-nilai yang lebih banyak
70
atau lebih tinggi (yang bersifat tidak absolut atau bersifat relatif) sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkungan sekolah itu sendiri. Dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter. Para pakar pendidikan pada umumnya sependapat tentang pentingnya upaya peningkatan pendidikan karakter pada jalur pendidikan formal. Namun demikian, ada perbedaan-perbedaan pendapat di antara mereka tentang pendekatan dan modus pendidikannya. Berhubungan dengan pendekatan, sebagian pakar menyarankan penggunaan pendekatan-pendekatan pendidikan moral yang dikembangkan di negaranegara barat, seperti: pendekatan perkembangan moral kognitif, pendekatan analisis nilai, dan pendekatan klarifikasi nilai. Sebagian yang lain menyarankan penggunaan pendekatan tradisional, yakni melalui penanaman nilai-nilai sosial tertentu dalam diri peserta didik.
71
Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan menyebutkan sepuluh kelompok nilai karakter yang dikembangkan pada peserta didik melalui kegiatan pembinaan kesiswaa, yaitu: 1. Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2. Budi pekerti luhur atau akhlak mulia; 3. Kepribadian unggul, wawasan kebangsaan, dan bela negara; 4. Prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat dan minat; 5. Demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks masyarakat plural; 6. Kreativitas, keterampilan, dan kewirausahaan; 7. Kualitas jasmani, kesehatan, dan gizi berbasis sumber gizi yang terdiversifikasi; 8. Sastra dan budaya; 9. Teknologi informasi dan komunikasi; 10. Komunikasi dalam bahasa Inggris; Kesepuluh kelompok nilai tersebut dijabarkan menjadi berbagai kegiatan yang secara rinci disebutkan dalam lampiran Permendiknas Nomor 39 Tahun 2008. Apabila ditelaah lebih jauh, rincian dari Permendiknas tersebut di atas tidak berbeda dengan dua puluh nilai-nilai utama yang dikelompokkan menjadi nilai-nilai yang berhubungan dengan Ketuhanan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang merupakan fokus dari pendidikan karakter di sekolah dasar. Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan
72
fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: Olah
Hati (Spiritual
and
emotional
development) ,
Olah
Pikir (intellectual
development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development) yang secara diagramatik dapat digambarkan sebagai berikut.
Para pakar telah mengemukakan berbagai teori tentang pendidikan moral. Menurut Hersh, et. al. (1980), di antara berbagai teori yang berkembang, ada enam teori yang banyak digunakan; yaitu: pendekatan pengembangan rasional, pendekatan pertimbangan, pendekatan klarifikasi nilai, pendekatan pengembangan moral kognitif, dan pendekatan perilaku sosial. Berbeda dengan klasifikasi tersebut, Elias (1989) mengklasifikasikan berbagai teori yang berkembang menjadi tiga, yakni: pendekatan kognitif, pendekatan afektif, dan pendekatan perilaku. Klasifikasi didasarkan pada tiga unsur moralitas, yang biasa menjadi tumpuan kajian psikologi, yakni: perilaku, kognisi, dan afeksi.
73
Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu peserta didik memahami nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.