82
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan studi dokumentasi dan wawancara dengan Bu Susi, bahwasannya mentoring Agama Islam SMP Islam Terpadu Qordova didasari atas kondisi pergaulan remaja-pelajar yang saat ini semakin mengkhawatirkan dan semakin menjauh dari nilai-nilai Agama, selain itu maraknya berbagai bentuk perilaku negatif seperti tawauran, pergaulan bebas, narkoba, tindak kekerasan yang notabene dilakukan oleh para pelajar membuat semakin khawatir para orang tua siswa dan para guru. Hal itu diperparah lagi dengan pemahaman keagamaan para pelajar saat ini yang dilihat sangat kurang, tentunya berimbas pada semakin memburuknya keadaan, padahal pelajar merupakan aset masa depan bangsa yang perlu untuk dijaga, dan dipelihara masa depannya agar pada masa yang akan datang mereka semua mampu menjadi para pemimpin yang amanah dan berkualitas. Selain yang dikemukakan di atas, berdasarkan studi dokumentasi bahwa mentoring Agama Islam lahir dari pemikiran sebagai berikut; 1. Metode tradisional yang ada pada saat ini untuk mempelajari Islam ternyata tidak dapat menjangkau semua segmen masyarakat 2. Tidak cocoknya metode tradisional untuk remaja 3. Konsep pendidikan Islam yang ada selama ini ada hanya sekadar “keilmuan” (materi) saja dan jarang mencapai tataran “amal” (aplikasi dalam kehidupan sehari-hari)
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
83
4. Berlangsungnya pembinaan pribadi peserta mentoring yang menyeluruh, baik melalui materi-materi dasar keislaman maupun materi pengembangan diri. 5. Membahas permasalahan dan solusi yang dekat dengan lingkungan peserta mentoring sehingga dapat mendukung penerapan sistem pendidikan berbasis kompetensi. 6. Didapatnya pemantauan yang lebih intensif dan melekat dari seorang mentor terhadap perkembangan kualitas peserta mentoring (jumlah peserta mentoring ideal adalah 12 orang perkelompok). Menurut Bu Susi Susilawati selaku Koordinator Program Mentoring Agama Islam, menjelaskan bahwa kegiatan Mentoring Agama Islam di SMP IT Qordova telah berlangsung sejak tahun 2008 sampai dengan 2012, jadi sudah 5 tahun berlangsung. Dijelaskan Bu Susi, MAI ini bersipat wajib bagi seluruh siswa SMP IT Qordova untuk mengikutinya dan setiap semester akan dilakukan penilaian terhadap siswa. 1.
Perencanaan Mentoring Agama Islam Perencanaan program mentoring Agama Islam dilakukan pada awal semester
dalam kegiatan rapat kerja antara tim pengelola MAI SMP IT Qordova, adapun yang di bahas dalam kegiatan raker tersebut diantaranya adalah hasil evaluasi perkembangan siswa, kegiatan pelatihan pementor, evaluasi terhadap ketercapaian kurikulum sekolah dan perencanaan program mentoring di semester berikutnya. Selain itu, yang tak kalah pentingnya untuk dibahas di dalam raker tersebut adalah mengenai tenaga pementor dimana pementor di Qordova terdiri dari unsur guru yang ada di lingkungan SMP IT Qordova dan para relawan dari pihak luar Qordova. Para relawan ini menjadi mentor dengan proses rekruitmen tersendiri yang dilakukan oleh tim pengelola Mentoring. Para mentor dari relawan ini
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
84
nantinya diberikan orientasi tentang aktifitas mentoring Qordova dan kemudian diikutkan pada pelatihan-pelatihan mentor secara periodik. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Susi, bahwasannya tujuan kegiatan mentoring Agama Islam ini adalah untuk membentuk pribadi dan karakter pelajar yang berkeribadian Islami. Sedangkan berdasarkan studi dokumentasi bahwa Mentoring Agama Islam Qordova memiliki visi, misi serta tujuan yang hendak di capai. Visi mentoring Agama Islam Qordova adalah menjadi pusat pembinaan pelajar yang sholih, cerdas, mandiri dan bertanggungjawab serta bermanfaat bagi sesama. Sedangkan misinya adalah; 1. Menjadikan program MAI sebagai sarana pendidikan Islam bagi remaja muslim. 2. Kaderisasi remaja muslim untuk bergerak menyeru pada hal yang ma‟ruf dan mencegah yang munkar. Adapun tujuan dilaksanakannya mentoring Agama Islam bagi siswa SMP IT Qordova adalah; 1. Memotivasi siswa agar memiliki kesadaran untuk mempelajari dan menerapkan islam secara kafah (menyeluruh) dalam kehidupan sehari-hari untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa. 2. Menanamkan kebersihan aqidah sehingga diharapkan siswa terbebas dari segala bentuk-bentuk kemusrikan. 3. Membangun karakter siswa yang memiliki sifat-sifat terpuji dan perangai Islam asasi 4. Menanamkan kecintaan, kebanggaan dan rasa memiliki siswa terhadap diennya sehingga mereka memiliki kesadaran dan sikap nyata untuk membela kepentingan – kepentingan Islam dan ummatnya.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
85
5. Menggali dan mengarahkan bakat-bakat pribadi siswa agar produktif dan mandiri 6. Membina siswa agar memiliki keterampilan belajar dan keterampilan hidup 7. Memotivasi siswa agar menguasai ilmu pengetahuan kontemporer, sehingga mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan mampu hidup dalam masyarakat 8. Membangun kesadaran siswa untuk turut andil dalam perbaikan masyarakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Kemudian, dalam proses perencanaan program mentoring terlebih dahulu diselenggarakan raker atau rapat kerja yang merupakan aktifitas rutin yang dilakukan oleh pengelola program Mentoring Agama Islam, kegiatan raker ini dilaksanakan sebelum dimulainya tahun ajaran baru. Sebagaimana yang telah dibahas sebelumnya bahwasannya agenda pada kegiatan raker ini membahas evaluasi mentoring sebelumnya yang meliputi perkembangan siswa, membahas panduan kurikulum MAI SMP IT Qordova, membuat jadwal kegiatan mentoring selama satu tahun kedepan, serta agenda rekruitmen dan pelatihan mentor. Secara sistematis tahapan perencanaan program mentoring Agama Islam sebagai berikut; Pembahasan Kurikulum
Evaluasi
Penyusunan Program Tahunan
Pelaksanaan MAI
Pengelompokan Mentoring
Rekruitmen dan Pelatihan Mentor
Gambar 4.1 Tahapan Perencanaan Program Mentoring Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
86
1) Pembahasan Kurikulum MAI Dalam proses perencanaan program mentoring agama Islam ini, materi/isi dari kurikulum yang akan di sampaikan kepada siswa merupakan hal yang perlu untuk bahas. Maka dari itu, menurut hasil studi dokumentasi terhadap struktur kurikulum mentoring Agama Islam Qordova, diperoleh informasi sebagai berikut; a. Struktur Kurikulum Struktur dan muatan kurikulum MAI SMP IT Qordova berdasarkan muwashafat (karakteristik) yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna, muwashafat tersebuh tercermin dalam 10 karakter unggulan, yaitu: 1. Salimul Aqidah (aqidah yang lurus). Setiap individu dituntut untuk memiliki aqidah yang lurus yang hanya dapat diperoleh dengan pemahaman yang benar dan integral terhadap Al Qur‟an dan As Sunnah. 2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar). Setiap individu dituntut untuk beribadah sesuai dengan petunjuk yang telah disyariatkan kepada Rosulullah Saw, tidak kurang dan tidak lebih. 3.
Matinul Khuluq (akhlak yang tangguh). Setiap individu dituntut untuk memiliki akhlak yang mulia sebagaimana
dicontohkan oleh Rosulullah Saw. 4. Qodirun „alal Kasbi (bermatapencaharian). Setiap individu dituntut untuk mandiri secara ekonomi, bermatapencaharian, tidak menganggur. 5. Mutsaqqaful Fikri (wawasan yang luas).
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
87
Setiap individu dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, baik dalam urusan agama maupun kauni. 6. Qowiyul Jismi (jasmani yang kuat). Setiap individu dituntut untuk memiliki jasmani yang kuat dan sehat. 7. Mujahidun lin Nafsi (memerangi hawa nafsu). Setiap individu dituntut untuk bersungguh-sungguh memerangi hawa nafsunya dan senantiasa mengokohkan diri di atas hukum-hukum Allah melalui ibadah dan amal saleh. Artinya, kita dituntut untuk berjihad melawan bujuk rayu setan yang menjerumuskan manusia pada kejahatan dan kebatilan. 8. Munadzam fi Syu‟unihi (mengatur urusannya). Setiap individu dituntut untuk pandai mengatur urusannya sehingga mencapai keberhasilan. 9. Harisun „ala Waqtihi (pandai menjaga waktu). Setiap individu dituntut pandai memanfaatkan waktunya dengan baik dengan berbagai kegiatan positif. 10. Nafi‟un li Ghoirihi (bermanfaat bagi orang lain). Setiap individu dituntut untuk bermanfaat bagi orang lain. Kemudian ke-10 muwshafat tersebut di jabarkan kedalam lima kelompok bidang studi, yaitu : a) Kelompok bidang studi Akidah Merupakan bidang studi yang secara khusus membahas aspek-aspek yang berkaitan dengan penguatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah swt. b) Kelompok bidang studi Muamalah
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
88
Merupakan bidang studi yang berkaitan dengan aspek akhlak dalam interaksi secara sosial berlandaskan aturan Islam. c) Kelompok bidang studi Fikih Merupakan bidang studi yang membahas aspek keterampilan ibadah praktis dalam keseharian siswa yang berlandaskan sunnah Rasulullah saw. d) Kelompok bidang studi Tarbiyah Merupakan bidang studi yang membahas pengembangan diri siswa. b. Bidang Studi Berikut ini merupakan daftar pokok bahasan Materi Mentoring Agama Islam Sekolah Menengan Pertama Islam Terpadu (MAI SMP IT) Qordova sesuai dengan jenjangnya selama satu tahun ajaran. Tabel. 4. 1 Daftar Pokok Bahasan MAI SMP IT Qordova kelas VII No.
Materi
Bidang Studi
1.
Mentoring Vaganza
Tarbiyah
2.
Ukhuwah Islamiyah
Muamalah
3.
Al-Qur‟an Kita
Aqidah
4.
Ayoo Membaca Al-Qur‟an
Fikih
5.
Nikmat Iman dan Islam
Aqidah
6.
Rasulullah Is My Idol
Aqidah
7.
Indahnya Berpakaian Islami
Fikih
8.
Allah Mengawasi Kita
Aqidah
9.
Jujur (Shidik)
Muamalah
10.
Bahaya Lisan
Muamalah
11.
Berbakti Kepada Orang Tua
Muamalah
12.
Marhaban Yaa Ramadhan
Fikh
13.
Syirik dan Riya
Aqidah
14.
Kewajiban Menuntut Ilmu
Tarbiyah
15.
Berkenalan Dengan Malaikat
Aqidah
16.
Hidup Sesudah Mati
Aqidah
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
89
17.
Surga dan Neraka
Aqidah
18.
C.I.N.T.A
Muamalah
19.
Kesempurnaan Agama Islam
Aqidah
20.
Ikhlash
Aqidah
Tabel 4. 2 Daftar Pokok Bahasan MAI SMP IT Qordova kelas VIII No.
Materi
Bidang Studi
1.
The Great Creator
Aqidah
2.
Who Am I
Tarbiyah
3.
The Inspiring Human
Aqidah
4.
Islam is My Way
Aqidah
5.
My Beloved Parent
Muamalah
6.
Al-Quran di Dadaku
Aqidah
7.
Aku Menyenangkan bagimu
Muamalah
8.
Unreg Spasi Musyrik
Aqidah
9.
Sukses Belajar Tanpa Nyontek
Tarbiyah
10.
Makna Basmalah dan Hamdalah
Aqidah
11.
Thaharah (Mengenal Hukum Air dan Najis)
Fikh
12.
Thaharah (Wudhu)
Fikh
13.
Thaharah (Mandi dan Tayamum)
Fikh
14.
Shalat
Fikh
15.
Adab Membaca Al-Qur‟an
Fikh
16.
Berlomba-lomba dalam kebaikan
Muamalah
17.
Tawazun
Tarbiyah
18.
Keutamaan Ramadhan
Fikh
19.
Keutamaan Bulan Syawal
Fikh
20.
Jilbab
Fikh
Tabel 4. 3 Daftar Pokok Bahasan MAI SMP IT Qordova kelas IX No.
Materi
Bidang Studi
1.
Al-Qur‟an yang mulia
Aqidah-AlQur‟an
2.
Keberadaan Allah
Aqidah
3.
Ma‟na Syahadatain
Aqidah
4.
Lebih dalam tentang Islam
Aqidah
5.
Bangunan Islam
Aqidah
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
90
6.
Da‟wah Rasulullah
Aqidah-Sirah
7.
Tadabbur Ayat QS. 49; 10-13
Aqidah-AlQur‟an
8.
Tadabbur Ayat QS. 23; 1-11
Aqidah-AlQur‟an
9.
Tadabbur Ayat QS. 3; 190-191
Aqidah-AlQur‟an
10.
Ihsan
Aqidah
11.
Menjadikan Syetan Sebagai Musuh
Aqidah
12.
Urgensi Pendidikan Islam
Tarbiyah
13.
Empati
Muamalah
14.
Mengenal Jati Diri Muslim
Tarbiyah
15.
Manajemen Cinta
Muamalah
16.
Kesombongan
Muamalah
17.
Adab Muslim Bergaul
Muamalah
18.
Waktu Dalam Kehidupan Muslim
Tarbiyah
19.
Simbol Sukses
Tarbiyah
20.
Cara Belajar Efektif
Tarbiyah
2) Penyusunan Program Tahunan Dalam pelaksanaan mentoring selama satu tahun, ditentukan pula beragam kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai bentuk sarana-sarana penunjang aktifitas pertemuan pekanan, kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: Tabel 4.4 Program Mentoring Agama Islam No.
Kegiatan
Bentuk Kegiatan
1.
Sosialisasi Mentoring Agama Islam
2.
Mentoring MAI
3.
Medical Check up
Waktu
Tujuan
Sambutan pihak Juli 2012 sekolah Games dan simulasi Training Motivasi Mentoring
Kajian Islam bersama mentor
Memperkenalkan kegiatan-kegitan MAI kepada siswa baru dan memotivasi mereka agar mengikuti rangkian kegiatan MAI dengan senang dan gembira. pekan Membentuk karakter Juli islami pada diri siswa
pekanan Tiap mulai 2012 Pemeriksaan dan konsultasi Agustus 2012 kesehatan gratis
Menjadikan pribadipribadi yang sehat dalam suasana kekeluargaan antara
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
91
4.
5.
6.
7.
8.
Pelatihan Remaja Hebat “Training Be 100% SUCCESS for Teens” MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa)
Training dan Tanya jawab
Studi Wisata Islam Terpadu (Tafakur Alam)
Bermalam di Mesjid Kajian Islam Qiyamullail Muhasabah Pembukaan pihak Sekolah Refreshing dan jalanjalan ke Kebun Binatang Bandung Mentoring Gabungan Bedah Buku dan Bedah buku Training Training dan “Emotional muhasabah Spiritual Quotion (ESQ)” Kajian Al-Qur‟an Kajian tafsir Al-Qur‟an untuk remaja Kilat
9.
Pesantren Ramadhan
10.
Sarasehan MAI
11.
Training Mentor
for
September 2012
Oktober 2012
Desember 2012
siswa, mentor dan sekolah. Mengarahkan siswa kepada pribadi remaja hebat, cerdas, berakhlak dan kreatif. Mengkondisikan dan meningkatkan spiritualitas dalam diri siswa. Belajar merenungi ayatayat Allah yang ada di alam semesta dalam suasana kekeluargaan.
Februari 2013
Menjelaskan tentang pentingnya kecerdasan emosi dan spiritual dalam menjalankan kehidupan. Tiap bulan Membentuk kepribadian pekan ke-3 pelajar muslim yang Qur‟ani Kajian Keislaman Juli 2013 Mengisi bulan Buka Puasa Bersama Ramadhan dengan Mentoring gabungan kegiatan keislaman dan kegiatan-kegiatan positif lainnya. Silaturahim dan jalin Agustus 2013 Memperkuat silaturahim ukhuwah dan saling bermaafan di Ceramah Ustadz hari yang fitri. Sosialisasi Program MAI kedepan Pelatihan Skill Mentor Tiap bulan Mengontrol dan upsekali grading mentor.
3) Pembagian kelompok mentoring Pengelompokan mentoring berdasarkan jenjang kelasnya masing, dimana siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil pembinaan. Berikut adalah pembagian kelompok mentoring SMP IT Qordova:
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
92
Tabel 4.5. Kelompok Mentoring Kelas VII Avicena Kelompok 1
Kelompok 2
1. Agung Ramdhan
1. Muhammad Fathan Raihan
2. Andhika Manusakerti
2. M. Ghani Rahmani
3. Azka Naufal
3. Mohammad Hisyam Azhar Ruswanda
4. Dimas Pangestu
4. Muhammad Ali
5. Fariz Ath Thaariq Shalih
5. Muhammad Irfan Kurnia
6. Hafizh Ariq Athallah
6. Rifky Iqbal Kukuh Pamungkas
7. M. Alif Riyandi
7. Rizki Permana Sidik
8. M. Aziz Raspati
8. Tahta Mohamad Arsyad
Kelompok 3 1. Ajeng Alfiana 2. Auliya Alimatul Adilah 3. Fitria Alvaina Fauziyah 4. Nanda Amelia Handaeni 5. Nisrina Amalia Solihin 6. Syifa Amalia 7. Utami Hasna Pratiwi
Tabel 4. 6. Kelompok Mentoring Kelas VII Averous Kelompok 4
Kelompok 5
1. Ahmad Ihsan Ramadhan
1. Alpiah Trisnadewi
2. Ahmad Fathudin
2. Hana Lathifah Amatullah
3. Andri Taufik Hidayat
3. Luthfiah Amalaia Muttaqin
4. Arya Gilan Wurakusumah
4. Mikhaila Safa Nugraha
5. Cipta Alamsyah
5. Fifqa Fathani Azka Amaris
6. Helmy Hakim Han
6. Silvia Budi Lestari
7. Hilal Faiz Kusmahadi
7. Siti Sopiah Mabruka
8. Irfan Abdur Rahman Kelompok 6 1. Mochamad Andhika Pratama 2. Mochamad Andryan Gunawan 3. Muhamad Ridwan Firdaus
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
93
4. Muhammad Hafidz Fadhlurrahman 5. Muhammad Rafnan Rivaldy 6. Pan M.M Ramdan 7. Rio Rizkyanto 8. Tariq Roja Abdullah 9. Wiki Widianto Firmasyah
Tabel 4.7 Kelompok Mentoring Kelas VIII Qutbh Kelompok 7
Kelompok 8
1. Aji Salman Al Farisi
1. Aghnia Ilmi Madani
2. Fiki Dzulfiqar
2. Celin Anggraeni
3. Ifran Maulana Ali Subagja
3. Gina Nurfalah
4. Muhamad Afif Abidin
4. Luthfia Sari Arifin
5. Muhammad Hilmi Fitrazulfa
5. Nenden Lailasari Sopyudin
6. Muhammad Keyzal Fahrezy
6. Ratu Syaikhah Salsabila
7. Muhammad Reyhan Ikhsan
7. Salsabila Shafira Sudarman
8. Titan Pras Setya
8. Selika Fitrian Ramdhani
9. Yanfa Yazki Tamanni
9. Sri Yustika Putri Nabila
10. Firhan Sultan Ali
Tabel 4.8. Kelompok Mentoring Kelas VIII Qordowi Kelompok 9
Kelompok 10
1. Dendi Adi Setia
1. Aeni Rismawan
2. Mochamad Ragam Arisy
2. Annisa Himawan Sahara
3. Muhammad Haidar Zein Musyaffa‟
3. Chyntia Septiani Rachmat
4. Muhammad Irsyad Fadhil
4. Farah Salsabila Saidah Azhar
5. Nandi Riyandani
5. Luthfia Nurul Huda
6. Rival Risvaldi Rusli
6. Nurasyifa Anugrah Fratami
7. Rofichurrahman
7. Ragita Fitri
8. Rahadian Ismail
8. Sausanny Nabilah 9. Shalma Alviani Nurulita 10. Tsara Shabira Ismail
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
94
Tabel 4. 9 Kelompok Mentoring Kelas IX Al-Fath Kelompok 11
Kelompok 12
1. Akhmad Romdon Al Jabal Boylo
1. M. Farhan Dwitamma
2. Alif Nur Fadhilah
2. Moch. Fikri Pujiansyah
3. Atalarikh M.A.R
3. Muhammad Rifqi Faisal
4. Dzulfaqor Musabbih Setiawan
4. Reza Erwin
5. Egar Razzak
5. Surya Mulyawan
6. Fakhri Fahruzzaman Jamaludin
6. Wildan Fathahillah Fauzan
7. Fakhri Ramadhan
7. Muffid Mujahidin
8. Ghani Rais Al-Khomis
8. Maulana Irhas Rahmatullah
9. Indra M. Zain Kelompok 13
Kelompok 14
1. Agnes Amelya
1. Hana Bilqis Nafisah
2. Ajeng Mira Ayuningsih
2. Kamila Hajar
3. Alifa Ilhami
3. Karima Sarah
4. Diana Novianti
4. Marjani Amalia
5. Eka Rachmawati Putri
5. Neng Syifa Nurul
6. Fathimah „Ainan Salsabila
6. Risna Maulidyna 7. Rizki Zakiyah
4) Rekruitment Mentor dan Pelatihan Mentor Tenaga mentor yang ada di SMP IT Qordova berasal dari internal sekolah dan eksternal sekolah. Untuk pementor yang berasal dari pihak luar, sekolah dalam hal ini tim pengelola MAI Qordova mengadakan proses rekruiment pementor sesuai dengan kualifikasi yang telah ditetapkan. Kemudian setelah proses rekruitment tersebut, mentor yang memenuhi kualifikasi di berikan orientasi dan secara terprogram para mentor tersebut harus mengikuti kegiatan pelatihan-pelatihan pengelolaan MAI bersama tenaga mentor yang sudah ada di SMP IT Qordova.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
95
5) Pelaksanaan MAI Pelaksanaan kegiatan MAI merupakan aktifitas rutin pembelajaran mentoring sebagaimana yang terdapat dalam jadwal kegiatan mentoring. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai pelaksanaan mentoring ini, akan di bahas pada poin pelaksanaan program mentoring agama Islam. 6) Evaluasi Evaluasi dalam aktifitas perencanaan mentoring di tentukan sebagai acuan di dalam melakukan penilaian keberhasilan program yang dijalankan dan berguna bagi pengambilan keputusan dalam pembuatan program mentoring berikutnya. 2.
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam Dalam pelaksanaannya, program mentoring Agama Islam dikelola oleh
sebuah tim pengelola MAI SMP IT Qordova. Kepala Sekolah Wakasek Kurikulum
Staff Bidang Kurikulum
Koordinator MAI Staff Bidang SDM Pementor
Gambar 4.2 Struktur Tim Pengelola Mentoring Berdasarkan garmbar diatas, pengelola mentoring Agama Islam terdiri dari satu koordinator program dan di bantu oleh dua orang staff yang menangani bidang kurikulum dan SDM Pementor. Penunjukan tim pengelola MAI ditunjuk langsung oleh Kepala Sekolah SMP IT Qordova untuk masa kerja satu tahun. Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
96
Untuk tahun ini, pengelola MAI SMP IT Qordova dapat dilihat dalam table dibawah ini; Tabel 4.10 Struktur Pengelola Mentoring Agama Islam No.
Nama
Jabatan
1.
Susi Susilawati, S.Pd.I
Koordinator MAI
2.
Hendi Rohimat, S.Sos.I
Staff Bidang Kurikulum
3.
Dini Nurul Fitriah, S.Sos.I
Staff Bidang SDM
Selain tim pengelola, berdasarkan studi dokumentasi bahwa terdapat pula tim pelaksana mentoring Agama Islam ini yang di sebut mentor atau pementor. Seperti yang telah disingguh sebelumnya bahwa mentor SMP IT Qordova terdari dari unsur internal sekolah dan diluar sekolah hasil rekruitmen khusus pementor. Berikut daftar pementor pada tahun ajaran 2012-2013, adalah sebagai berikut; Table 4.11 Data Pementor Program Mentoring Agama Islam No.
Nama Pementor
Kelas
1.
Agus Akmaludin
VII
2.
Agis Muhsin
VII
3.
Langgeng Budiarto, A.Md.Kep
VII
4.
Dimas Rangge Bastian, A.Md
VII
5.
Asmidasari Harahap
VII
6.
Esti Santinaila
VII
7.
Eggi Gustaman Nuryadi, S.TP
VIII
8.
Dian Lesmana, S.Pd
VIII
9.
Dini Nurul Fitriah, S.Sos.I
VIII
10.
Sutia Rahmawari
VIII
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
97
11.
Hendi Rochimat, S.Sos.I
IX
12.
Mahmudin, S.Pd
IX
13.
Susi Susilawati, S.Pd.I
IX
14.
Nuriyatul Amani, A.Md
IX
Berdasarkan studi dokumentasi terhadap panduan kurikulum mentoring Agama Islam Qordova, dalam aktivitas mentoring ini peran seorang pementor jauh lebih luas dari seorang guru. Seorang mentor tidak hanya dituntut untuk mentransfer ilmu, akan tetapi juga dapat mewariskan nila-nilai Rabbani kepada mentee. Berikut ini hal-hal yang selayaknya dimiliki oleh seorang mentor ketika melakukan proses pembinaan mentoring: 1. Seorang mentor terhadap mentee ibarat orangtua bagi putra-putrinya, yang senantiasa membimbing putra-putrinya menjadi anak yang lebih baik dari dirinya 2. Seorang mentor terhadap mentee ibarat syeikh bagi murid-muridnya, ia harus senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas spiritualnya agar dapat menjadi sumber inspirasi bagi mentee. Laksana bunga yang kering yang membutuhkan siraman air, maka mentor memberikan siraman itu, sehingga bunga itu segar kembali. 3. Seorang mentor terhadap mentee laksana ustadz terhadap santrinya, yang senantiasa mentransfer ilmu-ilmu baru yang bisa memberikan pengetahuan yang luas bagi mentee
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
98
4. Seorang mentor adalah pemimpin yang senantiasa dapat mengarahkan serta menteenya ke jalan Allah. Memberikan tauladan, nasehat, dan arahan-arahan, sehingga mentee tidak patah semangat dalam menuntut ilmu. Kemudian, terdapat persyaratan atau kriteria yang harus dimiliki dan perhatikan oleh pementor SMP IT Qordova, diantaranya; a) Persyaratan tsaqafi; memiliki pemahaman tentang psikologi remaja dan menguasai kurikulum MAI SMP IT Qordova b) Persyaratan kafa-ah;
Mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf Arab.
Mempunyai kemampuan membaca Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah tajwid.
Mempunyai kemampuan mengorganisir kelompok mentoring SMP
Mempunyai kemampuan merespon dan menyelesaikan masalah.
Mempunyai kemampuan menyampaikan ide dan pengetahuannya kepada orang lain.
c) Persyaratan suluki; berusaha menghiasi dirinya dengan adab-adab pementor. Selain itu, pementor SMP IT Qordova juga dituntut untuk memiliki adab atau etika dalam mentoring baik itu adab untuk dirinya sendiri, adab/etika ketika berada dalam forum mentoring maupun abad terhadap adik mentor. Berikut adalah beberapa adab yang harus diperhatikan oleh pementor; a. Adab untuk diri sendiri a) Merasakan muraqabatullah. b) Ikhlas.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
99
c) Komitmen dengan ibadah-ibadah sya‟ariyah (ibadah-ibadah ritual). d) Bersemangat untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas ilmunya. e) Tidak sungkan belajar dari siapa saja, termasuk dari yang lebih rendah derajatnya. f) Senantiasa berlatih untuk memberi yang terbaik. b. Adab dalam forum mentoring a) Berusaha dalam keadaan suci. b) Bersuara sesuai dengan kebutuhan. c) Menjaga forum mentoring dari canda ria yang berlebihan, gaduh dan keributan. c. Adab terhadap adik mentor a) Memacu peserta mentoring untuk meningkatkan kualitas dirinya. b) Mencintai peserta mentoring sebagaimana mencintai dirinya sendiri. c) Mengupayakan cara yang paling baik dan paling mudah dalam mengajar. d) Bersikap adil dan obyektif kepada semua peserta mentoring. e) Mencermati segala perkembangan peserta mentoring dan berusaha untuk meluruskan mereka jika terjadi penyimpangan. f) Bersikap iffah. g) Memerankan secara bijak peran guru dalam hal-hal ilmiah, komandan dalam keprajuritan, syekh dalam tarbiyah ruhiyah dan orang tua dalam rabithah qalbiyah (hubungan hati).
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
100
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, kegiatan pembelajaran rutin mentoring Agama Islam dilaksanakan setiap hari Rabu jam 13.00-15.00 dan setiap satu bulan sekali pekan ke-4 diadakan mentoring gabungan pada hari Sabtu dari jam 08.00 WIB-12.00. Mengenai tempat pelaksanaan mentoring berdasarkan wawancara¸ observasi maupun informasi yang diperloleh melalui studi dokumentasi, tempatnya bervariatif
dan tiap pertemuannya terkadang tidak sama. Adapun
tempat-tempat yang sering dijadikan kegiatan mentoring adalah mesjid sekolah, ruang kelas dan halaman kelas. a. Kegiatan Tahap Persiapan Pembelajaran Menurut Teh Asmida selaku mentor beliau senantiasa melakukan perencanaan ketika hendak mengisi keghiatan mentoring, menurutnya dalam melaksanakan setiap pertemuan mentoring pekanan, seorang mentor sudah selayaknya mempersiapkan perencanaan pembelajaran mentoring, agar tujuan yang hendak dicapai mendapatkan hasil yang optimal. Adapun persiapan yang biasa dilakukan oleh beliau ketika akan mengisi mentoring yaitu dengan mencari bahan-bahan serta media pendukung materi atau topik yang akan disampaikan dan dibahas secara bersama-sama, kemudian menentukan perangkat-perangkat acara yakni siapa saja yang akan menjadi petugas mc, kultum, dll yang terkadang ditugaskan kepada pemimpin kelompok. Sama halnya dengan Teh Asmida, Bu Lusi juga melakukan persiapan ketika hendak mengisi kegiatan mentoring dengan membaca literatur materi yang
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
101
akan disampaikan, mempersiapkan diri baik ruhani dan jasmani, dan mempersiapkan media yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. Demikian pula yang dilakukan oleh Kang Agus, senantiasa mengkondisikan suasana ruhiyyah (spiritualitas) harian dan fikriyyah dengan membaca ulang materi yang akan disampaikan secara garis besarnya, membaca baca-baca info remaja terupdate, mencari cari tau jadwal kegiatan adik mentor terkait aktifitas akademik dan organisasinya. b. Kegiatan Pendahuluan Pembelajaran Kegiatan pendahuluan dalam aktifitas pembelajaran merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh pementor sebelum melakukan serangkaian proses pembelajaran berikutnya. Selama proses observasi dan wawancara berlangsung, didapatkan berbagai aktifitas yang dilakukan oleh para mentor dalam kegiatan pendahuluan mentoring Agama Islam. Dalam mengawali kegiatan mentoring masing-masing pementor berusaha untuk mengkondisikan lingkungan dan suasa belajar terlebih dahulu, Teh Mida misalnya, menurutnya hal pertama ketika akan dilaksanakan proses pembelajaran dalam mentoring terlebih dahulu mengkondisikan suasana psikologis para mentee agar kegiatan mentoring yang akan dilakukan bermakna dan bernilai. Sehingga dari pengkondisian tersebut, para mentee diharapkan dapat merasa nyaman dan merasakan kepemilikan terhadap kelompok mentoring mereka, sehingga dari setiap sesi yang dilakukan itu mentee merasa terlibat dan dapat mengambil bagian untuk pengembangan potensi diri mereka sendiri dan tidak menemukan kejenuhan atau keterpaksaan selama pembelajaran berlangsung.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
102
Sedangkan Bu Lusi, terlebih dahulu seorang mentor harus mengetahui gaya belajar mentee baik visual, auditorial, ataupun kinestetik sehingga dalam penyampaian materi bisa lebih diterima oleh mentee. Kemudian menciptakan suasana enjoyfull learning and fun, serta menimbulkan kesan dan suasana hidup di setiap pekannya. Melaksanakan contextual learning, mentee belajar dari pengalaman dan lingkungan sekitarnya. Kemudian menurut pemamparan kang Agus, yang biasa dilakukan oleh beliau yaitu berusaha membuat aktifitas mentoring ini di buat semenarik mungkin, mentee bukan hanya objek tapi subjek dalam mentoring ini sehingga semuanya bisa
berpartisipasi
sehingga
mentoring
pun
tidak
menjenuhkan
tapi
menyenangkan. Berikutnya tentunya mengkondisikan suasana psikologi para mentee mentoring agar tidak tegang dan mentee pun dalam kondisi siap untuk belajar. Adapun aktifitas yang dilakukan oleh pementor pada kegiatan pembuka mentoring berdasarkan hasil observasi dan wawancara acara yaitu meliputi kegiatan absensi kehadiran oleh pementor, pembukaan, tilawah Al-Qur‟an bersama, menyetorkan hafalan Al-Qur‟an, dan penyampaian kultum dari salah seorang mentee. c. Kegiatan Inti Pembelajaran Sebagaimana diketahui pada pelaksanaan kegiatan mentoring setiap pekannya, proses belajar-mengajar berlangsung secara non formal. Hal ini berdasarkan wawancara dan observasi, misalnya saja Hana siswa kelas IX mengemukakan bahwasannya kegiatan belajar mengajar ketika pelaksanaan mentoring, yaitu
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
103
dengan membuat halaqah atau dengan duduk melingkar, dan pada pelaksaannya tidak resmi atau tegang seperti proses pembelajaran di sekolah, mentoring lebih santai, mentee bisa lebih dekat dengan mentornya, hal apapun bisa ditanyakan, meskipun tidak sesuai dengan materi pembahasan, bahkan ketika pembelajaran berlangsung, terkadang para peserta bisa sambil makan bersama. Materi-materi yang disampaikan pada kegiatan ini beragam tiap pertemuannya sesuai dengan kurikulum yang ada, yang telah di tetapkan oleh pihak pengelola mentoring Agama Isalam SMP IT Qordova. Berdasarkan hasil wawancara observasi, materi-materi yang sering disampaikan dalam kegiatan mentoring ialah materi yang berkenaan dengan pengenalan diri manusia terhadap penciptanya (Ma‟rifatullah), pengenalan terhadap Rasulullah (Ma‟rifatul Rasul), pengenalan terntang Islam (Ma‟rifatul Islam) dan terhadap pengenalan terhadap dirinya sendiri (Ma‟rifatul Insan), Al Qur‟an dan Al-Hadist. Serta topik-topik yang berkaitan dengan kehidupan remaja itu sendiri seperti pergaulan, persahabatan, konsep diri, manajemen diri, dsb. a) Penggunaan Metode Pembelajaran Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan kepada mentor. Metode pembelajaran yang digunakan pada umumnya bervariasi, namun metode yang paling sering digunakan oleh para mentor adalah mulai ceramah, simulasi, diskusi, games dan lain-lain. Kemudian jika mengkaji informasi berdasarkan studi dokumentasi, dapat diperoleh informasi bahwasannya secara umum fungsi metode yang digunakan dalam kegiatan mentoring bertujuan adalah untuk mengikat, mengurai yang Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
104
tersekat, membuka yang tersumbat. Ada beberapa metode pembelajaran yang diperlukan dalam proses mentoring, semuanya dapat dipergunakan sesuai jenis materi, lingkungan dan faktor lainnya. Metode itu antara lain: a) Metode Ceramah Metode ceramah merupakan bentuk penyampaian yang paling umum dipakai dalam menyampaikan suatu materi. Seorang pementor dapat memberikan materi melalui ceramah dan akan sangat baik dila ditunjang dengan pengetahuan terhadap tingkat pencapaian tujuan saat mengajar. Sehingga pementor dalam mentarbiah tidak hanya mentransfer informasi untuk tahu saja. b) Metode Tanya Jawab Berupa lontaran pertanyaan untuk dijawab oleh peserta mentoring agar diketahui tingkat penguasaan dan pemahamannya terhadap hal-hal yang telah tersampaikan atau fakta-fakta yang telah dipelajari, didengar atau dibacanya. Metode ini juga berguna untuk meningkatkan keakraban dan ukhuwah. Misalnya, pementor mengajukan pertanyaan kepada peserta hal-hal yang terkait dengan materi pembahasan, pribadi, keadaan lingkungan, permasalahan yang sedang populer atau pertanyaan lainnya. c) Metode Diskusi Adalah suatu cara penyajian bahan materi dalam bentuk percakapan atau pembahasan terhadap suatu permasalahan atau pengalaman yang baru diperoleh. Dalam diskusi diharapkan dilakukan pengendapan dan peningkatan interaksi terhadap data dan informasi yang diperolehnya. Dengan diskusi seorang peserta akan secara otomatis terdorong melakukan penguasaan yang lebih baik terhadap
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
105
suatu materi. Diantara kelemahan diskusi adalah menyita waktu yang lebih banyak. Apalagi bila pementor tidak dapat menarik kesimpulan, lalu diikuti terjadinya bias terhadap nilai yang harus disampaikan. d) Metode Demonstrasi Adalah
suatu
cara
pembelajaran
dalam
bentuk
menunjukkan,
memperlihatkan atau mendemonstrasikan suatu pembahasan materi dimana peserta
mentoring
mempraktekan
sesuatu
secara
tepat.
Misalnya
mendemostrasikan cara membaca Al-Qur‟an sesuai dengan kaidah tajwid. e) Metode Eksperimen Merupakan metode pengajaran dalam bentuk mempraktekan atau mencoba suatu pembahasan. Setelah pementor menunjukkan cara melakukan sesuatu maka selanjutnya peserta mempraktekan sendiri sebagaimana yang telah dicontohkan. Metode demonstrasi dan eksperimen saling terkait sebab dengan eksperimen berarti mendemonstrasikan sesuatu. Perbedaan teoritisnya adalah metode demonstrasi lebih dititkberatkan pada pementorsedangkan metode eksperimen lebih menitikberatkan pada peserta yang harus melakukan sesuatu. f) Metode Simulasi Yakni metode pengajaran untuk membangkitkan atau mendorong peserta dalam suatu permainan. Misalnya dalam masalah pentingnya menjaga kesehatan dan mendeteksi kekuatan tubuh serta manfaat olah raga bagi stamina tubuh. g) Metode Partisipasi Merupakan metode pengajaran dengan cara mendorong langsung peserta untuk terlibat aktif dengan sebuah proses kegiatan. Misalnya pementor ingin
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
106
mengajarkan pentingnya infak dan beratnya beramal, maka pementor dapat mewajibkan infaq majlis dan semua peserta wajib mengisi kotak infaq setiap hadir mentoring. Kemudian setelah beberapa saat baru dibahas tentang bagaimana kesan sulitnya berinfaq serta kendalanya dalam berinfaq. h) Metode Penggunaan Alat Metode ini sering digunakan dalam pelatihan, yaitu metode pengajaran melalui pendekatan penggunaan alat bantu. Misalnya peserta dapat diberikan sebuah instrument yang dikerjakan sendiri untuk melihat atau mengungkapkan kepribadiannya. i) Metode Latihan Metode pengajaran dalam bentuk peserta melakukan suatu kegiatan untuk memperoleh keterampilan tertentu. Dengan berlatih secara praktis keterampilan yang dimiliki oleh peserta dapat ditingkatkan dan disempurnakan. j) Metode Penugasan Adalah cara pengajaran dengan memberikan tugas dalam bentuk tugas baca, menghadiri acara tertentu, atau tugas-tugas lainnya yang kemudian dipertanggungjawabkan kepada pementor yang memberikan tugas tersebut. Tujuannya agar pemahaman peserta lebih mantap, pengalamannya lebih terintegrasi dan terdorong untuk berusaha lebih giat lagi. k) Metode Sosiodrama Metode pengajaran dengan pendekatan menyaksikan tayangan aktifitas kehidupan sekitar manusia. Bisa melalui laboratorium, film, planetarium, teater,
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
107
dan lain sebagainya. Misalnya materi aneka ragam ciptaan Allah SWT di alam semesta dapat bersama-sama pergi ke planetarium menyaksikan penayangannya. l) Metode Pengalaman Terstruktur Yakni pementor dapat melakukan sebuah intervensi tindakan yang tidak diketahui maksudnya oleh peserta. Kemudian setelah selesai peserta disuruh untuk mengemukakan pelajaran apa yang telah diperolehnya. Pada tahap akhir pementor menjelaskan pelajaran apa yang baru disampaikannya. m) Metode Pengembangan Kelompok Pada umumnya pementor dalam menyampaikan bahan dan materi dengan menggunakan beberapa metode sering memandang peserta mentoring sebagai indovidu. Namun demikian pada suatu saat peserta mentoring dihadapi bukan sebagai individu melainkan sebagai kelompok dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya pementor mengajak peserta untuk rihlah atau studi tour. Dalam acara tersebut, akan dapat dipahami dan dipraktekkan materi ukhuwah secara lebih cepat dan efektif daripada memberikan ceramah tentang ukhuwah. b) Penggunaan Media Pembelajaran Dari hasil studi dokumentasi dikemukakan tentang fungsi dan tujuan penggunaan media. Ada beberapa keuntungan dari penggunaan media, sehingga keberadaannya sangat diperlukan dalam proses pembinaan mentoring Agama Islam. Adapun fungsi dan tujuan media adalah: a. Membantu menyampaikan pesan dalam proses komunikasi.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
108
b. Menyederhanakan hal-hal yang rumit, sehingga menjadi lebih mudah dipahami. c. Menunjukkan hal-hal yang abstrak menjadi sesuatu yang lebih nyata, sehingga informasi dapat dipahami dengan baik. d. Memberikan persepsi yang seragam (uniformity) kepada setiap peserta mentoring, walaupun jumlah peserta banyak dan mengajar secara berulangulang. e. Menimbulkan minat belajar, apalagi menggunakan media jenis multi media. f. Mencapai sasaran lebih banyak, karena ada pepatah: satu gambar bermakna 1000 kata. g. Mengatasi hambatan bahasa, karena denga media yang baik tanpa dikomentari oleh fasilitator sudah dapat bercerita sendiri. h. Merangsang dalam menyampaikan pesan. i. Membuat belajar lebih banyak dan lebih cepat. j. Meneruskan pesan-pesan. k. Mempermudah penyampaian. Kemudian berkaitan dengan jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran MAI dipandang perlu guna untuk meminimalisir hambatan komunikasi tersebut dan mengoptimalkan penyampaian pesan yang disampaikan. Karena pada hakikatnya proses pembelajaran dalam MAI ini merupakan proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi baik verbal (kata-
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
109
kata dan tulisan) maupun non-verbal, proses ini dinamakan encoding. Penafsiran symbol-simbol komunikasi tersebut oleh peserta dinamakan decoding. Dalam proses komunikasi tersebut, adakalanya penafsiran berhasil, adakalanya tidak. Kegagalan/ketidakberhasilan dalam memahami apa yang didengar, dibaca, dilihat atau diamati. Kegagalan/ketidakberhasilan atau penghambat dalam proses komunikasi dikenal dengan istilah barriers atau noise. Semakin banyak verbalisme semakin abstrak pemahaman yang diterima. Adapun jenis media yang dapat di gunakan dalam aktifitas mentoring di tunjukkan oleh table berikut ini (Anderson, 1976). Table 4. 12. Jenis Media Pembelajaran No. 1.
Audio
Kelompok Media
2.
Cetak
3.
Audio-Cetak
4.
Proyek Visual Diam
5.
Proyek Visual Diam dengan Audio
6. 7.
Visual Gerak Visual Gerak dengan Audio
8.
Benda
9.
Komputer
Media Instruksional Pita audio (rol atau kaset) Piringan audio Radio (rekaman siaran) Buku teks terprogram Buku pegangan/manual Buku tugas Buku latihan dilengkapi kaset Gamnar/poster (dilengkapi audio) Film bingkai (slide) Film rangkai (berisi pesan berbal) Film bingkai (slide) Film rangkai suara Film bisu dengan judul (caption) Film suara Video/vcd/dvd Benda nyata Model tiruan (mock up) Media berbasis computer; CAI (Computer Assisted Instructional & CMI (Computer Manage Instructional)
Sementara ini itu berdasarkan hal observasi dan wawancara, media yang banyak dan sering digunakan oleh pementor adalah komputer/laptop dengan dilengkapi proyektor infokus. Para mentor pada umumnya dalam menggunakan media di sesuaikan dengan materi yang akan di sampaikan. Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
110
c) Proses Penanaman Karakter Yang tidak kalah penting dalam kegiatan mentoring ini adalah proses penanaman karakter positif pada adik mentornya. Dari hasil wawancara yang dilakukan, beberapa mentor mengemukakan apa yang dilakukannya dalam upaya menanamkan karakter akhlakul karimah pada adik mentornya. Teh Mida sapaan akrab Asmida menyampaikan bahwa proses penanaman karakter dalam aktifitas mentoring dapat terjadi diawali saat kegiatan mulai berlangsung, yaitu pada saat tilawah bersama, dimana pada saat itu ruh Al-Qur‟an meresap dalam diri masing-masing mentee, kemudian pembelajaran reflektif saat penyampaian materi, dimana mentee diproyeksikan untuk merefleksi hikmahhikmah (ibroh) yang dapat diambil dan diaplikasikan dalam kehidupan seharihari. Sehingga materi tersebut tidak hanya teori semata (tataran kognitif), akan tetapi bisa mencapai tingkatan yang paling tinggi yaitu pada tahap merefleksikan serta mengaplikasikan apa-apa yang akan menjadi nilai-nilai pengembangan karakter mentee kemudian. Sementara itu Bu Lusi
memberikan tadribat (latihan-latihan) yang
terprogram, jelas, berkesinambungan dan ter-evaluasi. Misalnya ketika mentor ingin menanamkan karakter agar adik mentornya senantiasa membudayakan prilaku sopan dan santun kepada sesama, maka mentor memberikan tugas kepada adik mentornya untuk setiap hari ketika bertemu dengan teman-temannya, guru dan siapapun untuk melakukan 5 S yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santun. Lain halnya dengan kang Agus yang masih tahap awal mengelola kegiatan mentoring kelas VII, proses menanamkan karakter-karakter unggul dalam
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
111
muwashofat dilakukan dengan cara menggali karakter Mentee yang sebenarnya. Kemudian memberikan sedikit contoh teladan tentang beberapa karakter dan membuat beberapa aturan yang disepakati bersama untuk membentuk karakterkarakter itu baik ketika mentoring maupun ketika mereka di luar mentoring. d. Kegitan Penutup Berdasarkan hasil observasi, kegiatan penutup dala aktifitas mentoring biasanya setiap mentor menutup kegiatan mentoringnya dengan terlebih dahulu menyimpulkan materi yang telah sampaikan kemudian merefleksikan materi tersebut kaitannya terhadap penerapan aktifitas mentee sehari-hari baik di sekolah atau dirumah, kemudian pementor memimpin do‟a penutup majlis. 3.
Evaluasi Program Mentoring Agama Islam Proses yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan mentoring ini adalah
proses evaluasi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada koordinator mentoring yakni Bu Susi, proses evaluasi dilakukan secara periodik sesuai dengan waktu evaluasi pembelajaran disekolah seperti UTS dan UAS. Standar evaluasinya mengacu kepada Quality Assurance Qordova. Adapun kriteria penilaian yaitu perubahan yang terjadi pada akhlak atau kepribadian/perilaku siswa, aspek kognitif yaitu pemahaman mengenai materi yang disampaikan, praktik kebiasaan ibadah, tingkat kehadiran, hafalan Al-Qur‟an dan keterampilan. Sementara itu menurut para mentor seperti di yang dikemukakan oleh Teh Mida, mentor mengevaluasi mentee dengan menggunakan lembar mutabaah yaumiah (amalan harian), pemahaman kognitif/cara pandangan terhadap suatu hal, tingkat kehadiran, partisipasi dalam aktifitas mentoring dan perubahan afektif/
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
112
perilaku dari penampilan para mentee. Hal serupa juga dilakukan oleh Bu Lusi, beliau melakukan penilaian terhadap adik mentornya berupa penilaian sikap/sifat/karakter, penilaian kehadiran, penilaian daya serap materi (aspek kognitif). Kemudian ketika di gali informasi terhadap siswa terkait proses ujian yang mereka ikuti setelah mengikuti kegiatan mentoring, mereka pun mengemukakan bahwasannya dalam kegiatan mentoring tidak ada ujian sebagaimana yang mereka ikuti pada mata pelajaran biasa. Namun mereka sering di evaluasi oleh pementornya terkait laporan amalan yaumiah yang dilaporkan setiap pertemuan, tes hafalan Al-Qur‟an dan sering di tanya seputar penerapan ibadah yang telah dicapai. Sementara itu, berdasarkan studi dokumentasi diperoleh informasi berkaitan dengan tahap evaluasi program mentoring ini. Evaluasi dalam Mentoring Agama Islam merupakan suatu penilaian terhadap proses yang telah berlangsung selama pelaksanaan MAI. Evaluasi ini untuk melihat pengaruh program MAI terhadap perubahan peserta berupa peningkatan kualitas individu baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik (ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah). Dan juga evaluasi ini untuk melihat sudahkan hasil dari aktifitas MAI ini mengarah terhadap tujuan yang hendak dicapai atau menghantarkan peserta pada tujuan pembinaan yang diharapkan. a. Kriteria
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
113
Kriteria yang dijadikan standar penilaian adalah 10 muwashafat (karakter) yang harus dimiliki oleh setiap siswa. Kriteria evaluasi program MAI ini juga mengacu kepada standar QA (Quality Assurace) yang sudah di tetapkan. b. Metode penilaian Metode atau cara yang dilakukan untuk penilaian adalah melalui beberapa hal, diantaranya: a) Mutaba‟ah yaumiyah Merupakan standar evaluasi yang dilakukan terhadap aktifitas ibadah harian siswa yang meliputi, shalat wajib berjama‟ah, membaca al-Qur‟an, shaum sunnah, shalat qiamullail, hafalan al-Qur‟an, dzikir pagi dan petang, dan lain-lain. b) Wawancara Wawancara untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi-materi yang telah di sampaikan pada kegiatan mentoring. c) Sikap Yakni penilaian sikap dan perilaku siswa selama kegiatan mentoring meliputi; kerjasama, kepedulian terhadap sesama, sopan santun, daya tangkap, kepatuhan, tanggung jawab, aktifitas diluar mentoring, inisiatif, keberanian dan pemahaman. 4.
Dampak Mentoring Agama Islam terhadap Siswa Menurut Bu Susi, ada perubahan terhadap akhlak kemudian terjadi
peningkatan ibadah dan akademis secara signifikan ketika siswa mengikuti kegiatan mentoring Agama Islam. Selain itu siswa pun mengakui bahwa kegiatan mentoring yang mereka ikuti memberikan dampak positif dalam dirinya. Misalnya saja Hana yang merasakan peran mentoring bagi kehidupannya di rumah maupun
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
114
disekolah, dia merasakan perubahan-perubahan positif yang terjadi padanya, baik itu dalam beribadah, berfikir, berucap, dan bertingkah laku. Sama halnya denga Hana, siswa dan sisiwi lainnya pun merasakan pengaruh yang positif setelah mengikuti kegiatan mentoring. Indra mengungkapkan, ia menjadi lebih bersemangat dan rajin dalam menjalankan kegiatan di rumah dan sekolahnya. Ia juga berani untuk berbuat kebaikan dimanapun. Karima mengatakan, banyak sekali pengaruh dari Mentoring Agama Islam yang mempengaruhinya. Ia merasakan perubahan dalam dirinya yang awalnya merasa jauh dari islam mulai mendekat sedikit demi sedikit kepada Islam yang sebenarnya. Dirumah, ia jadi terbiasa membantu meringankan pekerjaan orang tua seperti memasak air, mencuci baju, merapihkan rumah. Untuk di sekolah ia bisa aktif seperti mampu menyumbangkan aspirasi dengan berani. Selain itu perubahan yang dialami setelah mengikuti mentoring seperti diungkapkan Sabih, ia menjadi lebih menghormati dan mengetahui betapa pentingnya menghormati orang tua, menjadi rajin kemesjid, tata bahasa dalam berbicara ke teman sekelas dan orang tua lebih baik. Kemudian berdasarkan hasil wawancara dengan para mentor diantaranya Bu Lusi, diperoleh hal yang sama bahwa kegiatan mentoring memberikan sebuah ruang bagi pengembangan potensi adik-adik mentor, baik itu potensi akademik, perilaku maupun aktifitas ibadah mereka. Ini bisa terlihat dari perubahanperubahan yang terjadi terhadap mereka, mulai dari lebih memiliki tujuan yang jelas dalam melakukan beragam aktivitas keseharian mereka. Mempunyai semangat dalam menuntut ilmu atau mengejar mimpi, tumbuhnya sikap yang
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
115
lebih peduli antar sesama, meningkatnya kemampuan soft skill, menguatnya karakter kedisiplinan dalam diri masing-masing. Semua ini tercapai karena proses pembinaan dalam mentoring yang dilakukan tiap pekan, yang isinya tidak hanya membahas tentang keagamaan saja tapi juga mengupas permasalahanpermasalahan yang sedang mereka alami, dengan cara atau metode yang sesuai dengan jiwa muda mereka. mentoring memberikan semacam lingkungan keluarga baru dimana satu sama lain saling mengingatkan dan membantu dalam kebaikan. Begitupun yang di ungkapkan oleh Kang Agus, ada perubahan pada diri adik mentor yang nampak dari sikap dan berprilaku mereka serta cara berpakaian. Selain itu prestasi mereka pun cukup menggembirakan, ada beberapa orang yang masuk 10 besar di kelasnya bahkan ada yang mewakili sekolah untuk mengikuti perlombaan. B. Pembahasan Hasil Penelitian Setelah temuan dilapangan dideskripsikan, tahapan selanjutnya adalah proses pembahasan hasil penelitian. Pembahasan hasil penelitian ini mengacu kepada perumusan masalah yang menjadi fokus pembahasan pada penelitian yang dilakukan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dampak program Mentoring Agama Isalam terhadap pembentukan perilaku siswa dalam pendidikan berbasis karakter di SMP IT Qordova. Sistem pembelajaran mentoring secara sederhana tergambar dalam bagan di bawah ini:
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
116
Kepala Sekolah Pengelola Pementor Trainer
SDM Input
Manajeman MAI
Sumber Belajar
Sarana Pendukung
Perangkat Administrasi Kegiatan Penunjang Metode Media
Output Media
Lingkungan
Buku Materi Mentoring Perpustakaan Radio, TV
Pendidikan Keluarga Masyarakat
“Muwashafat Syakhsiyah Islamiyah” 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Salimul Aqidah Shahihul Aqidah Mathinul Khuluq Mutsaqaful Fikri Qawwiyul Jismi Haritsun Ala Waqtihi Munazham Fii Syu’unihi 8. Qadirun ‘Alal Kasbi 9. Mujahidun Linafsihi 10. Nafi’un Lighairihi
Gambar 4.3 Sistem Pembelajaran Mentoring Gambar di atas memberikan suatu pemahaman bahwasannya program mentoring merupakan sebuah sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang satu sama lain saling terkait. Sebagai sebuah sistem, input merupakan peserta program mentoring yakni semua peserta didik yang ada di SMP IT Qordova yang mengikut kegiatan mentoring, peserta mentoring ini mengikuti serangkaian proses pembelajaran mentoring dalam jangka waktu yang telah ditentukan secara berjenjang dan menghasilkan output peserta didik yang memiliki 10 muwashafat syaksiyah Islamiyah (10 karakter kepribadian Islami). Tentunya keberhasilan program mentoring ini di tunjang dengan pola manajemen yang baik di mulai dari proses perencanaan yang matang, proses pelaksanaan dan hingga proses evaluasi. Selain itu pendayagunaan aspek-aspek yang terkait seperti halnya sumber daya manusia (SDM) yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung, kemudian sarana pendukung MAI, penggunaan sumber belajar hingga setting lingkungan sosial semua hal tersebut merupakan aspek strategis yang menunjang pembentukan perilaku siswa yang berkarakter.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
117
1.
Perencanaan Program Mentoring Agama Islam Proses perencanaan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
melakukan sebuah kegiatan,
gagal dalam merencanakan sama dengan
merencanakan untuk gagal. Terlebih kaitannya dengan perencanaan aktifitas program pendidikan yang sudah barang tentu banyak aspek perlu dibahas dan di rencanakan dengan baik dan matang. Begitu pula halnya dengan program Mentoring Agama Islam, proses perencanaan yang matang serta menyeluruh sangat diperlukan untuk mencapai tujuan yang di inginkan dari program yang akan dilaksanakan. Perencanaan program mentoring agama Islam rutin dilakukan setidaknya dalam waktu sau kali dalam satu tahun ketika yaitu ketika di akan di mulainya tahun ajaran baru. Perencanaan yang dilakukan oleh tim pengelola mentoring Agama Islam meliputi aspek-aspek yang ada dalam dokumen panduan kurikulum mentoring Agama Islam SMP IT Qordova yang menjadi referensi dalam pengelolaan program di lapangan. Perencanaan ini penting dilakukan karena merupakan dalam perencenaan inilah disusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan dibuat berdasarkan jangka waktu tertentu sesuai dengan keinginan pembuat perencanaan. (Abdul Majid) Perencanaan menurut William H. Newman dalam bukunya Administrative Action Technique and Management seperti yang dikutif (Abdul Majid, 2012;15) mengemukakan bahwa perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan penjelasan-
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
118
penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode
dan
prosedur-prosedur
tertentu
dan
penentuan
kegiatan
berdasarkan jadwal sehari-hari. Lebih jauh Sanjaya (2012:24) menyatakan bahwasannya setiap perencanaan minimal harus memiliki empat unsur sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Adanya tujuan yang harus dicapai Adanya strategi untuk mencapai tujuan Sumber daya yang dapat mendukung Implementasi setiap keputusan
Mengarah pada uruain diatas, program mentoring agama Islam dalam proses perencanaannya telah sesuai dengan apa yang telah di sampaikan oleh para ahli. Proses perencanaan mentoring agama Islam semenjak awal telah membahas aspek aspek yang berkaitan dengan tujuan, visi dan misi dari program yang akan dilaksanakan, kemudian perangkat-perangkat seperti strategi, sumber daya (resources) yang diperlukan sampai dengan sistem evaluasi yang dilakukan sudah terlebih dahulu di kaji oleh tim pengelola mentoring Agama Islam SMP IT Qordova. Dan terlebih aspek-aspek tersebut terdapat dalam panduan kurikulum mentoring agama Islam SMP IT Qordova. Aktifitas pembelajaran dalam mentoring perlu untuk senantiasa dilakukan mengingat
perencanaan
ini
memiliki
fungsi-fungsi
sebagaimana
yang
disamapaikan oleh Sanjaya (2012:35). Fungsi-fungsi perencanaan pembelajaran yang dimaksud adalah, pertama fungsi kreatif yaitu pembelajaran dengan menggunakan perencanaan yang matang, akan dapat memberikan umpan balik yang dapat menggambarkan berbagai kelemahan yang terjadi. Melalui umpan balik itulah guru dapat meningkatkan dan memperbaiki program. Secara kreatif, Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
119
mentor akan selalu memperbaiki berbagai kelemahan dan menemukan hal-hal baru. Kedua, fungsi inovatif yakni inovasi hanya akan muncul jika pementor memahami adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Kesenjangan itu hanya mungkin dapat ditangkap, manakala kita memahami proses yang dilaksanakan secara sistematis. Proses pembelajaran yang sistematis itulah yang direncanakan dan terprogram secara utuh. Dalam kaitan inilah perencanaan memiliki fungsi inovasi. Ketiga adalah fungsi selektif, adakalanya untuk mencapai suatu tujuan atau sasaran pembelajaran mentor dihadapkan kepada berbabagi pilihan strategi. Melalui proses perencanaan mentor dapat menyeleksi strategi mana yang dianggap lebih efektif dan efisien untuk dikembangkan. Tanpa suatu perencanaan tidak mungkin seorang mentor dapat menentukan pilihan yang tepat. Fungsi selektif ini juga berkaitan dengan pemilihan materi pelajaran yang dianggap sesuai dengan tujuan pembelajaran. Melalui proses perencanaan mentor dapat menentukan materi mana yang sesuai dan materi mana yang tidak sesuai. Keempat, fungsi komunikasi, suatu perencanaan yang memadai harus dapat menjelaskan kepada setiap orang yang terlibat, baik kepada mentor, siswa, kepala sekolah bahkan kepada pihak eksternal seperti kepada orang tua dan masyarakat. Dokumen perencanaan harus dapat mengkomunikasikan kepada setiap orang baik tentang tujuan dan hasil yang ingin dicapai, strategi atau rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan. Oleh sebab itu, perencanaan memiliki fungsi komunikasi. Kelima, fungsi prediktif yaitu perencanaan yang disusun secara benar dan akurat, dapat menggambarkan apa yang akan terjadi setelah dilakukan suatu treatment sesuai dengan program yang disusun. Melalui fungsi prediktifnya, perencanaan
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
120
dapat menggambarkan berbagai kesulitan yang akan terjadi. Di samping itu, fungsi prediktif dapat menggambarkan hasil yang akan diperoleh. Keenam, fungsi akurasi, melalui proses perencanaan yang matang mentor dapat menakar setiap waktu yang diperlukan untuk menyampaikan bahan pelajaran tertentu. Mentor dapat menghitung jam pelajaran efektif, melalui program perencanaan. Ketujuh, fungsi pencapaian tujuan, mengajar bukanlah sekedar menyampaikan materi, akan tetapi membentuk manusia secara utuh. Manusia utuh bukan hanya berkembang dalam aspek intelektual saja, akan tetapi juga dalam sikap dan keterampilan. Dengan demikian pembelajaran memiliki dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi hasil belajar dan sisi proses belajar. Melalui perencanaan itulah kedua sisi pembelajaran dapat dilakukan secara seimbang. Kedelapan, fungsi kontrol, mengontrol keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pembelajaran tertentu. Melalui perencanaan kita dapat menentukan sejauh mana materi pelajaran telah dapat diserap oleh siswa, materi mana yang sudah dan belum dipahami oleh siswa. Dalam hal inilah perencanaan berfungsi sebagai kontrol, yang selanjutnya dapat memberikan program pembelajaran selanjutnya. 2.
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam Pelaksanaan mentoring ini merupakan tahap manifestasi dari proses
perencanaan kurikulum sebagai sebuah dokumen menjadi aktual dalam serangkaian aktifitas pembelajaran. Dalam kegiatan pelaksanaan ini, pementor memegang peranan yang sangat penting sebagai „juru kunci‟ keberhasilan kurikulum.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
121
Oleh karena ini, peran kunci tersebut harus diimbangi dengan kemampuan seorang mentor di dalam mengelola rangkaian aktifitas pembelajaran. Dalam proses kegiatan pembelajaran, seorang mentor pada umumnya melakukan serangkaian aktifitas sebagaimana yang ditunjukan oleh gambar dibawah ini:
Kegiatan Penutup
•Tanya Jawab, Refleksi, pembacaan Do'a
•Penyampaian Materi Inti Kegiatan Inti
Kegiatan Pendahuluan
•Pembukaan, tilawah Al-Qur'an, membacakan kisah hikmah, Ice Breaking, Simulasi, Apersepsi dll
•
Perencanaan Pembelajran
Menetapkan tujuan pembelajaran, mempersiapkan materi, metode dan media pembelajaran
Gambar 4.4 Kegiatan Pembelajaran Mentoring a. Persiapan Mentor sebelum kegiatan Mentoring Sebelum kegiatan mentoring di mulai, para mentor terlebih dahulu mempersiapakan hal-hal yang berkaitan tentang aktifitas mentoring yang akan dilaksanakan yaitu tema/topik pembahasan, materi yang akan di sampaikan, metode dan media yang akan di gunakan serta ada juga pementor yang terlebih dahulu mencari tahu isu yang sedang hangat menjadi bahan pembicaraan remaja, hal tersebut sebagai upaya untuk memberikan perhatian yang lebih dari pementor kepada adik mentornya. Proses perencanaan yang dilakukan oleh para mentor ini tentunya sudah sesuai dengan yang seharusnya dilakukan oleh para pendidik sebelum melakukan proses
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
122
pembelajaran, karena pembelajaran yang akan dilaksanakan terlebih dahulu harus di desain sedemikian rupa dari mulai tujuan atau kompetensi yang dimiliki oleh siswa seusai pembelajaran berlangsung, materi yang akan disampaikan, metode dan sumber belajar yang akan di gunakan. Perencanaan pembelajaran yang dibuat tentunya memiliki manfaat dalam menjadikan hasil pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Seperti yang di kemukakan oleh Abdul Majid (2012:22) manfaat perencanaan pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu: 1. Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan. 2. Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan. 3. Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid. 4. Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketepatan dan kelambatan kerja. 5. Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja. 6. Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya.
Kemudian menurut Sanjaya (2012:33) manfaat yang dapat dipetik dari penyusunan proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a) Melalui proses perencanaan yang matang, akan terhindar dari keberhasilan yang bersifat untung-untungan. Artinya, dengan perencanaan yang matang dan akurat, akan mampu memprediksi seberapa besar keberhasilan yang akan dapat di capai. b) Sebagai alat untuk memecahkan masalah. Seorang perencana yang baik akan dapat memprediksi kesulitan apa yang akan dihadapi oleh siswa dalam mempelajari materi pelajaran tertentu. Dengan perencanaan yang matang guru akan dengan mudah mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin timbul. Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
123
c) Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat. Seiring perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dewasa ini banyak sekali sumber-sumber belajar yang mengandung berbagai informasi. Melalui perencanaan, guru dapat menentukan sumber-sumber mana saja yang dianggap tepat untuk mempelajari suatu bahan pembelajaran. d) Perencanaan akan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis. Artinya, proses pembelajaran tidak akan berlangsung seadanya, akan tetapi akan berlangsung secara terarah dan teroganisir. Dengan demikian, guru dapat menggunakan
waktu
seefektif
mungkin
untuk
keberhasilan
proses
pembelajaran. Melalui perencanaan yang matang guru akan bekerja setahap demi setahap untuk menuju perubahan yang diinginkan sesuai dengan tujuan. b. Proses Pembelajaran Mentoring 1. Kegiatan Pendahuluan Mentoring Berdasarkan hasil wawancara dan observasi aktifitas belajar mentoring lebih banyak dilakukan di luar kelas yakni di teras halaman kelas, di mesjid, dan tempat lainnya yang terdapat di area lingkungan sekolah. Suasana yang dibangun dalam pembelajaran mentoring dibuat senyaman mungkin, rileks tidak tegang, dan hal ini yang menjadi pembeda dengan proses belajar di kelas pada mata pelajaran umum. Bahkan pada kegiatan belajar mentoring dalam posisi melingkar sambil duduk lesehan siswa pun diperboleh sambil makan. Hal tersebut tentunya sebagai langkah awal yang dapat memicu ketertarikan siswa di dalam menyimak dan mengikuti rangkaian aktifitas pembelajaran dalam mentoring.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
124
Hal tersebut menurut Abuddin Nata penting untuk ditumbuhkan oleh para pendidik sebelum memulai kegiatan pembelajaran karena suasana inilah yang akan mendorong siswa untuk melakukan proses belajar. Kemudian dalam pembelajaran mentoring di awali dengan aktifitas pembukaan yang diisi dengan beberapa agenda yang cukup variatif, diantaranya tilawah qur‟an (pembacaan ayat suci al-Qur‟an), penyampaian kultum dari salah seorang adik mentor, setoran hafalan Al-Qur‟an, membaca shirah Rasulullah dan sirah para sahabat dan pengisian absesi kehadiran. Kegiatan tersebut dalam rangka pengkondisian sebelum memasuki acara inti mentoring, kegiatan pembukaan ini dikatakan pula sebagai kegiatan pemanasan. Kegaiatan pembukan dalam mentoring telah sesuai dengan apa yang di kemukakan oleh Sanjaya, dimana dalam kegiatan pembelajaran aktifitas pendahuluan disebut juga dengan kegiatan membuka pelajaran, dan seorang guru dalam hal ini pementor hendaknya memiliki keterampilan dalam membuka pembelajaran. Sanjaya (2006:171) mengemukakan bahwa kegiatan membuka pelajaran atau disebut dengan set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatian terpusat pada pengalaman belajar yang disajikan sehingga akan mudah mencapai kompetensi yang di harapkan. Kemudian Sanjaya (2006: 172) menambahkan secara khusus mengenai tujuan dan teknik dalam membuka kegaiatan pembelajaran, diantaranya: 1) Menarik perhatian siswa, yang dapat dilakukan dengan:
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
125
a. Meyakinkan siswa bahwa materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan berguna untuk dirinya. b. Melakukan hal-hal yang dianggap aneh bagi siswa misalnya dengan menggunakan alat bantu. c. Melakukan interaksi yang menyenangkan. 2) Menumbuhkan motivasi belajar siswa, yang dapat dilakukan dengan: a. Membangun suasana akrab sehingga siswa merasa dekat, misalnya menyapa dan berkomunikasi secara kekeluargaan. b. Menimbulkan rasa ingin tahu, misalnya mengajak siswa untuk mempelajari suatu kasus yang sedang hangat dibicarakan. c. Mengaitkan materi atau pengalaman belajar yang akan dilakukan dengan kebutuhan siswa. 3) Memeberikan acuan atau rambu-rambu tentang pembelajaran yang akan dilakukan, yang dapat dilakukan dengan: a. Mengemukakan tujuan yang akan dicapai serta tugas-tugas yang harus dilakukan dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan. b. Menjelaskan langkah-langkah atau tahapan pembelajaran, sehingga siswa memahami apa yang harus dilakukan. c. Menjelaskan target
atau kemampuan
yang harus dimiliki
setelah
pembelajaran berlangsung. 2. Kegiatan Inti Pembelajaran Kegiatan inti pembelajaran dalam mentoring merupakan tahapan yang berisi proses pembentukan kompetensi yang dilakukakan oleh pementor kepada siswa.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
126
Pada tahap ini pementor memberikan pemaparan mengenai materi-materi berkaitan dengan sejumlah komptensi yang harus dimiliki oleh peserta. Kegiatan inti pembelajaran dalam aktifitas mentoring tentunya harus dapat menunjang terbentuknya „syakhsiyah islamiyyah‟ atau karakter islami pada diri peserta mentoring. Oleh karena itu proses pembelajaran perlu dilakukan dengan suasana dan lingkungan pembelajaran yang kondusif, nyaman dan dapan dinikmati dengan baik setiap sesi pembelajarannya dengan baik oleh peserta. Dalam proses pembelajaran mentoring, tidak ada hambatan yang berarti dalam interaksi diantara pementor dan peserta, dalam mentoring peserta bukan hanya objek tapi juga subjek pembelajaran sehingga kondisi pembelajaran pun menyenangkan, tidak ada ketegangan dan keterpaksaan peserta dalam mengikuti kegiatan mentoring. Situasi pembelajaran seperti ini tentunya senada dengan yang disampaikan oleh Sanjaya (2006:175) dimana menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal berhubungan dengan kemampuan guru dalam mengambil inisiatif dalam mengendalikan kegiatan belajar mengajar agar berada dalam kondisi yang kondusif sehingga perhatian siswa terpusat pada materi pelajaran. a. Penggunaan Metode Pembelajaran Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan menyimpulkan bahwa para pementor yang dapat diobservasi telah menggunakan motode pembelajaran yang variatif dan sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan. Berdasarkan observasi, metode pembelajaran yang paling banyak di gunakan adalah metode pembelajaran refleksi, simulasi, games, diskusi dan ceramah. Penggunaan metode
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
127
pembelajaran dalam mentoring sebetulnya telah di atur dalam dokumen panduan kurikulum mentoring agama Islam yang di miliki sekolah sehingga pementor tinggal memilih metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Abuddin Nata (2009: 176) memandang penggunan metode pengajaran ini memiliki kedudukan yang amat strategis dalam mendukung keberhasilan pengajaran. Para ahli sepakat bahwa seorang guru yang ditugaskan untuk mengajar haruslah guru yang professional, yaitu ditandai dengan penguasaan yang prima terhadap metode pengajaran. Melalui metode pengajaran, mata pelajaran disampaikan secara efisien, efektif dan terukur dengan baik, sehingga dapat dilakukan perencanaan dan perkiraan dengan tepat. Selanjutnya berkaitan dengan penggunaan metode pembelajaran dalam kegiatan mentoring Rama Adeyasa dan Ruswandi (2006: 32) mengemukakan tentang alasan pentingnya penggunaan variasi metode pembelajaran dalam kegiatan mentoring, yaitu; pertama, adanya perkembangan ilmu pengatahuan dan teknologi. Dimana perkembangan ini menyebabkan semakin luasnya cara belajar seseorang, tentunya hal ini menuntut para mentor untuk memperbanyak metode yang efektif. Metode itu alat, semakin baik alatnya semakin baik hasilnya. Kedua, perkembangan sosiologi dan intelektualitas masyarakat. Biasanya perbedaan budaya
dan
pendekatannya.
intelektual Perubahan
menyebabkan sosiologi
perbedaan dan
pula
perkembangan
dalam
metode
intelektualitas
menyebabkan perlunya pementor memiliki bank metode yang dapat mengakses masyarakat dengan nilai-nilai universal islam. Ketiga, arus globalisasi menjadi
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
128
alasan agar para pementor terus menggali metode-metode efektif, karena yang menjadi esensi globaliasai adalah keterbukaan akan informasi. Banjir informasi memberikan suatu pelajaran begitu luasnya ilmu. Tapi yang perlu diperhatikan di sini adalah era globalisasi bukan sekedar menuntut untuk tahu, tapi bagaimana pementor bisa memanfaatkan informasi itu dalam bentuk amal nyata. Ilmu itu tidak bermanfaat bila tidak dipraktekan. Keempat, semakin canggihnya metode kearah kerusakan. Metode kontradiktif yang dikemas dalam bentuk rasa yang manis dan indah telah cukup berhasil dalam menggerogoti moral bangsa ini. Oleh karena itu metode pembelajaran pun semestinya harus di desain guna untuk membuat semakin banyak orang untuk menjadi baik. b. Penggunaan Media Pembelajaran Posisi media dalam pembelajaran memiliki peran dan manfaatnya dalam meningkatkan proses dan hasil belajar. Rusman (2008: 151) mengemukakan tentang posisi media, posisi, peran dan kontribusinya dalam kegiatan pembelajaran. Menurutnya media harus di pahami sebagai berikut; a. Media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber pesan ataupun penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut. b. Aplikasi media pembelajaran berpijak pada kaidah ilmu komunikasi, yang antara lain dikatakan oleh Lasswell (1982) “who say what in which channels to whom in what effect.” Dimana paradigma komunikasi tersebut meliputi lima hal berikut: a) Who, siapa yang menyatakan? (guru, pengirim pesan)
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
129
b) What, pesan atau ide/gagasan apa yang disampaikan (dalam kegiatan pembelajaran ini berarti bahan ajar atau materi yang akan disampaikan). c) Which channels, dengan saluran apa, media saluran apa, media atau sarana apa, pesan itu ingin disampaikan. d) To whom, kepada siapa (sasaran, siswa, peserta didik) e) What effect, dengan hasil atau dampak apa? Penggunaan media dalam pembelajaran mentoring masih terlihat belum begitu maksimal, media yang kerap kali dominan sebagai alat bantu dalam pembelajaran mentoring yaitu jenis media multimedia seperti laptop dan komputer selain itu juga alat bantu media visual lainnya seperti whaite board/papan tulis. Meskipun begitu penggunaan media selama proses observasi berlangsung masih cukup selaras dengan materi yang disampaikan dan juga metode pembelajaran yang digunakan. Namun, bagaimanapun juga penggunaan media dalam proses pembelajaran penting untuk digunakan dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran. Hal ini di dasari oleh Edgar Dale yang mengemukakan bahwasannya kekuatan informasi yang di terima oleh seseorang berbanding lurus dengan jenis media yang di gunakan. Artinya semakin konkret siswa mempelajari bahan pelajaran melalui pengalama langsung, maka semakin banyaklah pengalaman yang diperoleh oleh siswa dan semakin berbekas dalam diri siswa. Sebaliknya, semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman misalnya dengan hanya mengandalkan bahasa verbal saja, maka informasi dan pengalaman belajar yang akan diperoleh siswa pun akan semakin sedikit.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
130
Berkenaan dengan hal tersebut, Sanjaya (2012: 209) mengemukakan tentang nilai praktis dari penggunaan media terhadap kegiatan pembelajaran, yaitu: 1. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki siswa. 2. Media dapat mengatasi batas ruang kelas. Dimana hal ini terutama untuk menyajikan bahan belajar yang sulit dipahami langsung oleh peserta. Dalam kondisi ini media dapat berfungsi untuk: 1) Menampilkan objek yang terlalu besar untuk dibawa ke dalam kelas. 2) Memperbesar serta memperjelas objek yang terlalu kecil yang sulit dilihat oleh mata telanjang, seperti sel-sel butr darah/molekul bakteri, dan sebagainya. 3) Mempercepat gerakan suatu proses yang terlalu lambat sehingga dapat dilihat dalam waktu yang lebih cepat. 4) Memperlambat proses gerakan yang terlalu cepat. 5) Menyederhanakan suatu objek yang terlalu kompleks. 6) Memperjelas bunyi-bunyian yang sangat lemah sehingga dapat ditangkap oleh telinga. 3. Media dapat memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta dengan lingkungan. 4. Media dapat menghasilkan keseragaman pengamatan. 5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, nyata, dan tepat. 6. Media dapat membangkitkan motivasi dan merangsang peserta untuk belajar dengan baik. 7. Media dapat membangkitkan keinginan dan minat baru.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
131
8. Media dapat mengontrol kecepatan belajar siswa. 9. Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari hal-hal yang konkret sampai yang abstrak. 3. Kegiatan Penutup Kegiatan menutup pelajaran merupakan tahap akhir dalam aktifitas pembelajaran. Menutup pelajaran menurut Sanjaya dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran dengan maksud untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari siswa serta keterkaitannya dengan pengalaman sebelumnya, mengetahui tingkat keberhasilan siswa, serta keberhasilan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Berdasarkan observasi, kegiatan penutup dalam kegiatan mentoring, para mentor melakukan aktifitas diskusi dan tanya jawab seputar materi yang disampaikan kemudian para mentor menyimpulkan materi serta merefleksikannya terhadap perilaku positif yang bisa di amalkan sesuai mentoring selesai dilaksanakan. Tentunya kegiatan menutup aktifitas pembelajaran ini penting untuk di desain dengan baik, karena seperti halnya dalam sebuah pertunjukan drama, sebuah cerita di harapkan berakhir dengan happy ending. Begitu pula dengan kegiatan pembelajaran, akhir dari pembelajaran harus berkesan dan bermakna. Oleh karena itu, menurut Sanjaya (2006:173) ada beberapa hal yang perlu untuk dilakukan dalam membuat akhir dari kegiatan pembelajaran tersebut menjadi lebih berkesan dan bermakna, yaitu; pertama, merangkum atau membuat
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
132
garis-garis besar persoalan yang baru dibahas, sehingga siswa memperoleh gambaran yang menyeluruh dan jelas tentang pokok-pokok persoalan. Kedua, mengkonsolidasikan perhatian siswa terhadap hal-hal yang pokok agar informasi yang telah diterima dapat membangkitkan minat untuk mempelajari lebih lanjut. Ketiga, mengorganisasikan kegiatan yang telah dilakukan untuk membentuk pemahaman baru tentang materi yang telah dipelajarinya. Keempat, memberikan tindak lanjut serta saran-saran untuk memperluas wawasan yang berhubungan dengan materi pelajaran yang telah dibahas. Selain pembahasan mengenai rangakaian kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir seperti yang di kemukakan seperti halnya di atas. Mulyasa (2012:131) mengemukakan pembelajaran efektif dan berkarakter dapat juga dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1) Pemanasan dan Apersepsi Pemanasan dan apersepsi perlu dilakukan untuk menjajaki pengetahuan peseta didik, memotivasi peserta didik dengan menyajikan materi yang menarik, dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru. Kegiatan pemanasan dan apersepsi ini rutin dilakukan ketika kegiatan mentoring berlangsung 2) Eksplorasi Tahap ekplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan bahan dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik. Hal tersebut dapat ditempuh sebagai berikut: a) Perkenalkan materi standard dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
133
b) Kaitkan materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan pengatahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik. c) Pilih metode yang paling tepat, dan gunakan secara bervariasi untuk meningkatkan penerimaan peserta didik terhadap materi standard an kompetensi baru. 3) Konsolidasi Pembelajaran Konsolidasi merupakan kegiatan untuk mengaktifkan peserta didik dalam pembentukan kompetensi, dengan mengaitkan kompetensi dengan kehidupan peserta didik. Konsolidasi pembelajaran ini dapat dilakukan sebagai berikut. a) Libatkan peserta didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi standard dan kompetensi baru. b) Libatkan peserta didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah (problem solving), terutama dalam masalah-masalah aktual. c) Letakkan penekanan pada kaitan structural, yaitu kaitan antara materi standar dan kompetensi baru dengan berbagai aspek kegiatan dan kehidupan dalam lingkungan masyarakat. d) Pilihlah metodologi yang paling tepat sehingga materi standar dapat diproses menjadi kompetensi peserta didik. 4) Pembentukan Kompetensi dan Karakter Pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik dapat dilakukan sebagai berikut: a) Doronglah peserta didik untuk menerapkan konsep, pengertian, dan kompetensi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
134
b) Praktikkan pembelajaran secara langsung, agar peserta didik dapat membangun kompetensi dan karakter baru dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari. c) Gunakan metodologi yang paling tepat agar terjadi perubahan kompetensi dan karakter peserta didik. 5) Penilaian Formatif Dalam melakukan penilaian formatif dapat dilakukan hal-hal berikut ini: a) Kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik. b) Gunakan hasil penilaian tersebut untuk menganalisis kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah yang dihadapi guru dalam memberikan kemudahan kepada peserta didik. c) Pilihlah metodologi yang paling tepat sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Sementara itu, menurut Satria Hadi Lubis (2006) seorang pakar yang telah lama berkecimpung dalam pengelolaan kegiatan mentoring, mengemukakan bahwasannya dalam kegiatan pengelolaan mentoring harus memperhatikan dua hal. Yang pertama aspek produktifitas dan yang kedua adalah aspek dinamisasi. Aspek produktifitas merupakan hal yang berkaitan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran sedangkan dinamisasi merupakan keterampilan seorang mentor di dalam mengelola proses berjalannya kegiatan mentoring. Produktif dalam mencapai tujuan dan dinamis dalam proses, keduanya saling terkait dalam menjadikan kegiatan mentoring menjadi lebih efektif dan efisien.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
135
Kemudian, Satria Hadi Lubis (2006: 100) memberikan suatu ilustrasi mengenai rumus dalam meningkatkan dinamisasi kegiatan mentoring, yaitu: D = n(Pb) (I+K+T) Keterangan : D = Dinamisasi n(Pb) = Jumlah Variasi Perubahan I = Keikhlasan K = Keteladanan T = Semangat mencapai Tujuan Dari apa yang di rumuskan di atas, dapat disimpulkan bahwasannya untuk meningkatkan dinamisasi mentoring adalah dengan meningkatkan nilai masingmasing variable. Jadi, tugas seorang mentor adalah bagaimana caranya agar dalam setiap pertemuan mentoring selalu bervariasi, sehingga nilai n (Pb)nya meningkat, kemudian memelihara Keikhlasan (I), selalu menjadi teladan (K) bagi peserta mentoring, dan semangat untuk mencapai Tujuan (T) selalu terjaga, sehingga masing-masing variable tersebut menjadi tinggi. Untuk meningkatkan nilai n(Pb), maka jenis variasi perubahan dalam mentoring bisa terjadi dalam beberapa hal, yang pertama adalah suasana dan tempat belajar. Suasana maupun tempat belajar tidak harus dilakukan dengan gaya lesehan di luar kelas tetapi bisa juga dengan sistem pembelajaran di kelas, belajar di tempat terbuka, di mesjid, di halaman, di ruang perpustakaan dll. Yang kedua adalah metode penyampaian, penyampaian materi tidak hanya dilakukan dengan ceramah, tetapi dapat diubah-ubah dalam setiap pertemuannya menjadi diskusi, seminar, games, studi kasus, simulasi, bedah buku dan lain-lain. Ketiga, media yang digunakan juga bisa bervariasi, bisa menggunakan lembar foto copy, multimedia, papan tulis, lembar peraga, alat demo/simulasi, dan lain-lain. Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
136
Keempat, materi yang disampaikan tidak secara monoton, tetapi diubah-ubah penjabarannya dalam setiap pertemuan dengan menggunakan berbagai ilustrasi, dalil, atau contoh yang berbeda dalam setiap pertemuan mentoring. Dan yang keenam adalah agenda acara, dimana sistematika dan urutan acara dalam setiap pertemuan tidak statis, tetapi dapat diubah-ubah. Misalnya, penyampaian materi dapat dilaksanakan di awal atau di akhir mentoring dan lain-lain. Tentunya di dalam meningkatkan nilai n(Pb) ini seorang mentor dituntut untuk memiliki keratifitas dalam mengemas kegiatan mentoring menjadi kegiatan yang menarik dan menyenangkan. c.
Pendekatan Pembelajaran Mentoring Agama Islam Mulyasa (2012:135) mengemukakan dalam proses pelaksanaan pembelajaran
karakter seorang guru dianjurkan untuk menggunakan pendekatan pembelajaran andragogik, yang berbeda dengan pedagogik, terutama dalam pandangannya terhadap peserta didik. Andragogik merupakan ilmu yang ditujukan pada pembelajaran orang dewasa, namun dalam praktiknya tidak semata-mata diperuntukkan bagi kegiatan pendidikan yang melibatkan orang dewasa, melainkan dalam kegiatan pendidikan anak-anak pun sangat relevan untuk diterapkan, terutama dalam pembentukan karakter. Dalam pembelajaran mentoring agama Islam tentunya hal tersebut relevan untuk diterapkan. Terlebih menurut hasil wawancara dan observasi, para mentor memposisikan peserta mentoring sebagai mitra dalam aktifitas pembelajaran, peserta bukan hanya objek tetapi juga berperan sebagai subjek yang turut berpartisipasi aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
137
seperti inilah tentunya yang dapat mengeksplorasi lebih jauh ragam kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik menjadi lebih efektif. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Mulyasa (2012:136) bahwasannya pendekatan pembelajaran berkarakter merupakan alternative pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, melalui penanaman berbagai kompetensi berbasis karakter yang berorientasi pada karakteristik, kebutuhan, dan pengalaman peserta didik, serta melibatkannya dalam proses pembelajaran seoptimal mungkin, agar setelah menamatkan suatu program pendidikan mereka memiliki kepribadian yang kukuh dan siap mengikuti perubahan. Kemudian secara khusus Mulyasa (2012: 136) mengemukakan pembelajaran berkarakter di sekolah harus ditujukan untuk: 1. Memperkenalkan kehidupan kepada peserta didik sesuai dengan konsep learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to life together. 2. Menumbuhkan kesadaran peserta didik tentang pentingnya belajar dalam kehidupan, yang harus direncanakan dan dikelola secara sistematis. 3. Memberikan kemudahan belajar (facilitate of learning) kepada para peserta didik, agar mereka dapat belajar dengan tenang dan menyenangkan. 4. Menumbuhkan
proses
pembelajaran
yang
berkarakter
bagi
tumbuh
kembangnya potensi peserta didik, melalui penanaman berbagai kompetensi dasar. d. Model Pembelajaran Berkarakter Menurut Abdul Majid dan Dian Andayani (2012: 116) model belajar mengajar merupakan
kerangka
konseptual
dan
prosedur
yang
sistematik
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dalam
138
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian aktivitas belajar-mengajar benar-benar merupakan kegiatan bertujuan yang bertata secara sistematis. Dalam pembelajaran karakter ada beberapa model pembelajaran yang dapat dilakukan, antara lain: 1. Pembiasaan Pembiasaan adalah sesuatu perbuatan yang sengaja diulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu yang diamalkan. Pembiasaan menempatkan manusia sebagai sesuatu yang istimewa, yang dapat mengemat kekuatan, karena akan menjadi kebiasaan yang melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk berbagai pekerjaan, dan aktifitas lainnya. (Mulyasa, 2012; 166) Mulyasa (2012: 167) mengemukakan bahwa pendidikan melalui pembiasaan dapat dilaksanakan secara terprogram dalam pembelajaran, dan secara tidak terprogram dalam kegiatan sehari-hari. a. Kegiatan pembiasaan terprogram dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dengan
perencanaan
khusus
dalam
kurun
waktu
tertentu
untuk
mengembangkan pribadi peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal sebagai berikut:
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
139
a) Biasakan peserta didik untuk bekerja sendiri, menemukan sendiri dan mengkontruksi sendiri pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru dalam setiap pembelajaran. b) Biasakan melakukan kegiatan inkuiri dalam setiap pembelajaran. c) Biasakan peserta didik untuk bertanya dalam setiap pembelajaran. d) Biasakan belajar secara berkelompok untuk menciptakan “masyarakat belajar”. e) Guru harus membiasakan diri menjadi model dalam setiap pembelajarana. f) Biasakan melakukan refleksi pada setiap akhir pembelajaran. g) Biasakan melakukan penilaian yang sebenarnya, adil, dan transparan dengan berbagai cara. h) Biasakan peserta didik untuk bekerja sama, dan saling menunjang. i) Biasakan untuk belajar dari berbagai sumber. j) Biasakan peserta didik untuk sharing dengan temannya. k) Biasakan peserta didik untuk berfikir kritis. l) Biasakan untuk bekerja sama dan memberikan laporan kepada orang tua peserta didik terhadap perkembangan perilakunya. m) Biasakan peserta didik untuk berani menanggung risiko. n) Biasakan peseta didik tidak mencari kambing hitam. o) Biasakan peserta didik terbuka terhadap kritikan. p) Biasakan peserta didik mencari perubahan yang lebih baik. q) Biasakan peserta didik terus menerus melakukan inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
140
b. Kegiatan pembiasaan secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut: a) Rutin, yaitu pembiasaan yang dilakukan terjadwal, seperti: upacara bendera, senam, shalat berjama‟ah, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri. b) Spontan, adalah pembiasaan tidak terjadwal dalam kegiatan khusus seperti: pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antre, mengatasi silang pendapat (pertengkaran). c) Keteladanan, adalah pembiasaan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti; berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu. Aktifitas pembiasaan yang dikemukakan di atas, sebagian besar merupakan aktifitas yang sudah menjadi bagian dari pembelajaran karakter baik melalui program mentoring agama Islam maupun aktivitas pembelajaran yang sudah menjadi ciri khas di SMP IT Qordova. Kegiatan pembiasaan baik yang terprogram maupun yang tidak terpogram semuanya dapat di observasi secara langsung di lapangan maupun melalui studi dokumentasi terhadap kurikulum dan jadwal pembelajaran sehari-hari di SMP IT Qordova. 2. Keteladanan Keteladanan merupakan perilaku yang sangat penting dari seorang pendidik dalam proses membentuk karakter peserta didik. Keteladanan yang ditunjukkan oleh seorang guru baik dari ucapan, perbuatan dan pemapilannya akan berpengaruh terhadap perilaku peserta didiknya. Karakter positif yang hendak
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
141
ditanamkan kepada peserta didik sudah seharusnya seorang guru terlebih dahulu menjadi pribadi yang merefleksikan karakter positif tersebut, sehingga proses penanaman karakter-pun akan semakin mudah terbentuk dalam pribadi peserta didik. Begitupula halnya dengan pementor, pementor dalam kegiatan mentoring diibaratkan sebagai orangtua bagi putra-puitrinya, yang senantiasa membimbing putra-putrinya menjadi anak yang lebih baik dari dirinya. Seorang mentor terhadap mentee ibarat syeikh bagi murid-muridnya, ia harus senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas spiritualnya agar dapat menjadi sumber inspirasi bagi mentee. Laksana bunga yang kering yang membutuhkan siraman air, maka mentor memberingan siraman itu, sehingga bunga itu segar kembali. Kemudian seorang mentor laksana ustadz terhadap santrinya, yang senantiasa mentransfer ilmu-ilmu baru yang bisa memberikan pengetahuan yang luas bagi mentee. Dan terakhir seorang mentor adalah peminpin yang senantiasa dapat mengarahkan serta menteenya ke jalan Allah. Memberikan tauladan, nasehat, dan arahanarahan, sehingga mentee tidak patah semangat dalam menuntut ilmu. 3. CTL (Contextual Teaching and Learning) Menurut Mulyasa (2012: 176) CTL merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan pendidikan karakter di sekolah. Dengan kata lain, CTL dapat dikembangkan menjadi salah satu model pembelajaran berkarakter, karena dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
142
peserta didik secata nyata, sehingga para peserta didik mempu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian menurutnya proses pendidikan dalam CTL bertujuan menolong peserta didik memahami makna dari materi pembelajaran yang dipelajari, dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya dalam kehidupan sehari-hari. Dimana untuk mencapai tujuan tersebut terdapat delapan komponen yang harus dipenuhi, yaitu: a. membuat
hubungan-hubungan
yang
bermakna
(making
meaningful
connections), b. melakukan pekerjaan yang berarti (doing significant work), c. melakukan kerja sama (collaborating), d. berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking), e. membantu individu untuk tumbuh dan berkembang (nurturing the individual), f. mencapai standar yang tinggi (reaching high standards), dan g. menggunakan penilaian yang real dan autentik (using real authentic assessment). Dalam pembelajaran mentoring agama Islam dengan sistem small group environment (pembelajaran dalam kelompok kecil) dimana dalam satu kelompok mentoring terdiri dari maksimal 12 orang siswa dan dipimpin oleh satu orang mentor, komponen-komponen pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning (CTL) seperti yang di kemukakan di atas serta sangat relevan untuk bisa diimplementasikan dalam program mentoring. Karena sejatinya dalam kegiatan mentoring komponen-komponen pembelajaran seperti halnya materi,
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
143
metode dan suasana pembelajaran diarahkan agar terjadi terinternailsasi atau penghayatan dalam diri peserta sehingga pada akhirnya terjadi perubahan perilaku setelahnya mengikuti kegiatan mentoring. 3.
Evaluasi Program Mentoring Agama Islam Kegiatan evaluasi sangat penting untuk dilakukan, hal ini disebabkan melalui
evaluasi, kita dapat menentukan efektivitas program dan keberhasilan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga informasi dari kegiatan evaluasi dapat diambil sebuah keputusan tentang baik atau tidaknya program tersebut dan dapat dilakukan sebuah perbaikan jika terdapat kekurangan. Adapun kaitannya dengan evaluasi pendidikan karakter, menurut Darma Kesuma, dkk (2011: 138) bahwa evaluasi pendidikan karakter ditujukan untuk: a) mengetahui kemajuan hasil belajar dalam bentuk kepemilikan sejumlah indikator karakter tertentu pada anak dalam kurun waktu tertentu; b) mengetahui kekurangan dan kelebihan desain pembelajaran yang dibuat oleh guru; dan c) mengetahui tingkat efektifitas proses pembelajaran yang dialami oleh anak, baik pada seting kelas, sekolah, maupun rumah. Selain itu Darma Kesuma, dkk (2011: 139) mengemukakan bahwasannya hasil evaluasi tidak akan memiliki dampak yang baik jika tidak difungsikan semestinya. Oleh karena itu ada menurutnya ada tiga hal penting yang menjadi fungsi evaluasi pendidikan karakter, yaitu: a) berfungsi untuk mengidentifikasi dan mengembangkan sistem pengajaran (instructional) yang didesain oleh guru;
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
144
b) berfungsi untuk menjadi alat kendali dalam konteks manajemen sekolah; dan c) berfungsi untuk menjadi bahan pembinaan lebih lanjut (remedial, pendalaman, atau perluasan) bagi guru kepada peserta didik. Adapun mengenai teknik penilaian dalam pendidikan karakter menurut Mulyasa (2012:206) dapat dilakukan dengan berbagai model, seperti observasi, anecdotal record, wawancara, portofolio, dan skala bertingkat. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil deskripsi penelitian dan teori yang ada, maka dapat dikemukakan bahwasannya evaluasi yang dilakukan dalam kegiatan mentoring agama Islam ini menggunakan beberapa metode evaluasi, yaitu: a) Mutaba‟ah yaumiyah Merupakan standar evaluasi yang dilakukan terhadap aktifitas ibadah harian siswa yang meliputi, shalat wajib berjama‟ah, membaca al-Qur‟an, shaum sunnah, shalat qiamullail, hafalan al-Qur‟an, dzikir pagi dan petang, dan lain-lain. Metode penilaian dengan mutaba‟ah yaumiyah dimaksudkan untuk melihat perkembangan perilaku peserta dan sebagai pembiasaan yang dilakukan kepada peserta mentoring untuk melakukan aktifitas-aktifitas yang bermanfaat. b) Wawancara Wawancara
sebagai
salah satu
metode penilaian dalam mentoring
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman siswa tentang materi-materi yang telah di sampaikan. Wawancara yang dilakukan kepada peserta mentoring dilakukan secara terstruktur dan tidak terstruktur.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
145
Namun begitu, jika mengamati dari dokumen format wawancara terstruktur yang ada, sebetulnya lebih tepat jika dinamakan dengan metode skala bertingkat karena dalam format penilaianya memuat daftar kata-kata atau persyaratan mengenai perilaku, sikap, dan atau kemampuan peserta. Penilaian dengan metode skala bertingkat ini diintegrasikan dengan format penilaian yang ada dalam Quality Assurace SMP IT Qordova, selain guru yang menilai, para orang tua siswa pun diberikan form isian yang berisi sejumlah pertanyaan berkenaan dengan perilaku anaknya selama ada di rumah. c) Pengamatan Dalam dokumen panduan kurikulum mentoring Agama Islam yang dimiliki SMP IT Qordova di kemukakan bahwa salah satu metode yang dilakukan dalam penilaian adalah dengan pengamatan. Yakni penilaian terhadap sikap dan perilaku siswa selama kegiatan mentoring meliputi; kerjasama, kepedulian terhadap sesama, sopan santun, daya tangkap, kepatuhan, tanggung jawab, aktifitas diluar mentoring, inisiatif, keberanian dan pemahaman. Teknik penilaian dengan pengamatan ini disebut juga dengan metode observasi dimana pada proses observasi ini dilakukan penilaian dimana pementor mengamati baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap perilaku peserta baik ketika kegiatan mentoring maupun dalam aktifitas belajar mengajar sehari-hari. Dalam observasi ini menurut Mulyasa (2012: 207) seorang guru perlu untuk memperhatikan hal-hal berikut ini: a. direncanakan secara sistematis, b. dilakukan sesuai dengan standar kompetensi dan tujuan pembelajaran, Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
146
c. dicatat dan diidentifikasi sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran, d. valid, reliable, dan teliti, e. dapat dikuantifikasikan, f. menggambarkan perilaku yang sebenarnya, dan g. dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. 4.
Dampak Mentoring Agama Islam terhadap Siswa Sebelum membahas mengenai dampak dari program mentoring agama Islam
ini, terlebih dahulu perlu untuk diketahui mengenai keberhasilan aktifitas belajar mengajar. Keberhasilan belajar mengajar pada dasarnya merupakan perubahan positif selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung. Keberhasilan ini dapat dilihat dari keterlibatan peserta didik dalam peroses pembelajaran dan perubahan positif yang ditimbulkan sebagai dampak yang timbulkan dari proses pembelajaran tersebut. Keberhasilan belajar mengajar menurut Sanjaya (dalam Abuddin Nata, 2009; 311) adalah perubahan situasi proses pembelajaran dari pasif menjadi aktif, dari statis menjadi dinamis, dan dari tidak tahu (don‟t know) mejadi tahu (know), dari tidak mengerjakan sesuatu (do nothing) menjadi mengerjakan sesuatu (do something), dari yang semula tidak menimbulkan perubahan apa-apa (not to be), menjadi timbulnya perubahan sikap (to be), dan dari yang semula tidak bernilai menjadi bernilai. Menurut Mulyasa (2012:216) dalam konteks pendidikan karakter di sekolah keberhasilan tersebut dapat dilihat dalam kriteria atau indikator-indikator sebagai berikut: a) Para peserta didik berpartisipasi secara aktif dalam proses pembelajaran.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
147
b) Karakter yang ditanamkan sesuai dengan perkembangan peserta didik, dan mereka memandang bahwa hal tersebut akan sangat berguna bagi kehidupannya kelak. c) Pendidikan karakter yang dikembangkan dapat menumbuhkan minat belajar para peserta didik untuk belajar lebih lanjut (continuing). d) Para peserta didik menjadi insan yang berkarakter, kreatif, dan mampu menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapinya. e) Para peserta didik tidak memberikan pengaruh negative terhadap masyarakat lingkungannya dengan cara apa pun. Keberhasilan dalam pembelajaran tersebut merupakan hal yang sangat penting, karena dari seluruh komponen pendidikan seperti biaya, sarana, prasarana, guru, proses belajar mengajar dan lain sebagainnya, pada akhirnya tertumpu pada tercapainya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini selanjutnya diarahkan pada tercapainnya tujuan pendidikan yang pada hakikatnya perubahan-perubahan yang ingin dicapai dalam skala luas yang merupakan gabungan antara pengetahuan, keterampilan, pola-pola tingkah laku, sikap, nilainilai, dan kebiasaan. (Abuddin Nata) Berdasarkan pemaparan para ahli di atas dan dari hasil penelitian yang dilakukan baik terhadap lima orang siswa, pementor dan koordinator program mentoring yang berhasil di wawancara serta studi dokumentasi yang dilakukan. Program mentoring agama Islam yang dilaksanakan di SMP IT Qordova berdampak positif terhadap perilaku siswa baik di lingkungan sekolah mapun di lingkungan rumahnya.
Asep Awalludin Basori,2013
Pelaksanaan Program Mentoring Agama Islam sebagai alternatif Pembentukan Perilaku Siswa dalam Pendidikan Berbasis Karakter Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu