BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Sejarah PT. Kofuku Abadi 4.1.1
Sejarah Berdirinya PT. Kofuku Abadi PT. Kofuku Abadi merupakan salah satu perusahaan yang bergerak pada
sektor manufaktur dan industri jasa dimana menyediakan alat-alat mekanik, konstruksi mesin, perbaikan dan pemeliharaan mesin produksi serta suplai kebutuhan umum yang digunakan oleh pabrik seperti eva foam white, pallet carton, impraboard partition, trolley dan lain-lain. PT. Kofuku Abadi didirikan pada tanggal 17 Maret 2008, berlokasi di Kawasan Industri Jababeka II Jalan Kasuari V Blok D No. 25 Cikarang dan workshop di Jalan Untung Surapati No. 36 Cikarang. Sistem produksi yang dijalankan adalah membuat produk berdasarkan pesanan (make to order). PT. Kofuku Abadi menerima pesanan dari perusahaan yang ada di kawasan industri Cikarang, EJIP, Jababeka dan Karawang. Total karyawan PT. Kofuku sebanyak 60 orang yang terdiri dari 10 karyawan inti perusahaan dan 50 orang karyawan kontrak yang ada di workshop. Walaupun PT. Kofuku Abadi masih tergolong baru di dunia industri, perusahaan ini selalu berusaha untuk mewujudkan semua harapan yang diinginkan oleh pelanggan. PT. Kofuku Abadi memiliki komitmen untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan yang dipersyaratkan pelanggan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan secara efektif termasuk proses perbaikan berkesinambungan.
43
4.1.2
Visi dan Misi PT. Kofuku Abadi
VISI Menjadi
perusahaan
industri
terkemuka
dan
terpercaya
dalam
menyediakan alat-alat mekanik, konstruksi mesin, perbaikan dan pemeliharaan mesin produksi, serta menghasilkan produk-produk yang berkualitas serta menciptakan nilai-nilai luhur khususnya bagi pelanggan, pemegang saham, karyawan dan masyarakat pada umumnya. MISI PT. Kofuku Abadi berusaha untuk menjaga kualitas dari produk yang dihasilkan
serta
terus
berinovasi
dan
melakukan
perbaikan
yang
berkesinambungan. Selain itu, efisiensi waktu, biaya dan Sumber daya Manusia yang handal mutlak diperlukan dalam mendukung kemajuan pembangunan ekonomi dan industri di Indonesia.
4.1.3
Struktur Organisasi PT Kofuku Abadi
Sumber: Company profile PT. Kofuku Abadi
44
Deskripsi Pekerjaan: 1. Eko Sulistiyono selaku direktur bertugas untuk mengkoordinasikan dan
mengendalikan semua kegiatan perusahaan serta bertindak untuk memutuskan hal-hal yang penting bagi perusahaan. 2. Sunyoto selaku staff HR berhubungan dengan prosedur mengenai
ketenaga kerjaan dan kebijakan-kebijakan perusahaan 3. Rini Noviani selaku staff keuangan bertugas untuk mengurus semua
masalah keuangan baik masalah hutang maupun piutang perusahaan, gaji karyawan dan masalah perpajakan 4. Sudianto selaku staff PPIC bertugas melakukan pembelian dan planning
material untuk digunakan sebagai bahan baku produksi 5. Atika selaku staff Marketing bertugas untuk mencari customer potensial
dan tetap yang ingin bekerja sama dan berhubungan baik dengan perusahaan. 6. Sutikno dan Anto selaku staff
Production Engineering yang bertugas
untuk mendesain produk yang diinginkan customer, engineer untuk melakukan repair bila terjadi problem pada mesin atau alat kerja yang dipakai selama proses produksi. 4.1.4
Informasi K3 PT. Kofuku Abadi a. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 1. K3 berdasarkan filosofi adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
45
umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. 2. K3
berdasarkan
keilmuan
adalah
ilmu
pengetahuan
dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran dan penyakit akibat kerja (accident prevention). 3. K3 berdasarkan praktis adalah upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan di tempat kerja, serta melakukan pekerjaan di tempat kerja, serta melakukan pekerjaan di tempat kerja maupun sumber dan proses produksi dapat secara aman dan efisien dalam pemakaiannya. 4. K3 menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1970 adalah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia. b. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 1. Menjamin kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil karya dan budayanya. 2. Mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
46
3. Menjamin setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat perlindungan atas keselamatannya; Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien; Proses produksi berjalan lancar c. Perkembangan budaya K3 di PT. Kofuku Abadi PT. Kofuku Abadi telah melaksanakan budaya K3 sejak didirikannya perusahaan ini mulai 17 Maret 2008. Melalui peraturan perundang-undangan mengenai adanya ketentuan dan syarat-syarat K3 yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi yang up to date; Penerapan semua ketentuan dan persyaratan K3 sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; Penyelenggaraan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan langsung di tempat kerja. Selain itu dengan standarisasi atau suatu ukuran terhadap besaran/nilai, dengan adanya standar K3 yang maju akan menentukan tingkat kemajuan K3, karena pada dasarnya baik buruknya K3 di tempat kerja diketahui melalui pemenuhan standar K3. Selanjutnya dengan inspeksi atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka pemeriksaan dan pengujian hasil terhadap tempat kerja, mesin, alat dan instalasi, sejauh mana masalah ini masih memenuhi ketentuan dan persyaratan K3. Saat ini PT. Kofuku Abadi tengah mempelajari, membekali dan meningkatkan kemampuan para karyawannya dengan mengikuti SOP dari sertifikasi internasional Sistem Manajemen K3 (SMK3) OHSAS 18001:2007.
47
Selain itu PT. Kofuku Abadi memberikan pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan kesadaran akan arti pentingnya K3, disamping untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilan K3. Perlunya pendekatan persuasi seperti cara pendekatan K3 secara pribadi dengan tidak menerapkan dan memaksakan melalui sanksi-sanksi. Dengan adanya asuransi maka dapat diterapkan dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap perusahaan yang memenuhi syarat K3 dan mempunyai tingkat keparahan kecelakaan yang kecil di perusahaannya. 4.2
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian ini peneliti ingin mendeskripsikan hasil wawancara
dengan narasumber yang dilakukan peneliti di lapangan. Narasumber yang di wawancarai sebanyak 4 orang dan terdiri dari 2 orang sebagai key informan dan 2 orang lagi digunakan sebagai pembanding yang tepat dan akurat. Wawancara pertama kali saat pra riset dilakukan oleh peneliti kepada bapak Eko Sulistiyono selaku direktur PT. Kofuku Abadi pada 25 Juni 2012 dan dilanjutkan pada tanggal 30 September 2012, selanjutnya wawancara lanjutan dilakukan kepada bapak Sutikno Selamet selaku Staf K3, bapak Anto selaku Koordinator Lapangan K3 di Lapangan, dan bapak Mulyadi selaku karyawan produksi di PT. Kofuku Abadi pada tanggal 24 Oktober 2012. Berikut ini profil dari para narasumber, diantaranya: 1. Nama
: Eko Sulistiyono
Posisi
: Direktur PT. Kofuku Abadi
Pendidikan
: D3 ITS, Surabaya 48
Usia
: 32 tahun
Pengalaman kerja
: Sebagai seorang maintenance mesin yang bekerja
di sebuah perusahaan manufaktur selama 7 tahun. Akhirnya memutuskan untuk membuka usaha sendiri bersama tiga orang lainnya untuk mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dan industri yang saat ini telah berusia 4 tahun. Untuk kesehariannya, beliau melakukan tugasnya selaku pimpinan di kantor pusat yang berlokasi di Kawasan Industri Jababeka II Jalan Kasuari V Blok D No. 25 Cikarang dan terkadang beliau juga meninjau karyawan yang berada di workshop di Jalan Untung Surapati No. 36 Cikarang. 2. Nama
: Sutikno Selamet
Posisi
: Staff Engineering dan K3
Pendidikan
: S1 Teknik Universitas Negeri Semarang
Usia
: 32 tahun
Pengalaman kerja
: Sebagai mekanikal di perusahaan Jepang dan
tinggal disana selama 4 tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk pulang dan bekerja di Indonesia serta bergabung dengan PT. Kofuku Abadi. Kesehariannya, beliau bertugas pada Dept. Engineering yang berfungsi untuk control dan repair mesin yang ada di PT. Kofuku Abadi, serta sebagai designer apabila ada request part atau mesin yang akan digunakan oleh customer. Selain itu beliau juga membantu dalam mensosialisasikan budaya K3 di PT. Kofuku Abadi. 3. Nama
: Anto
49
Posisi
: Staff Engineering dan Koordinator Safety
Pendidikan
: D3 ITS Surabaya
Usia
: 30 tahun
Pengalaman kerja
:
Sebagai
seorang
engineer
di
perusahaan
manufaktur yang ada di Cikarang selama 5 tahun dan akhirnya resign lalu bergabung dengan PT. Kofuku Abadi. Posisi beliau di perusahaan ini adalah sebagai staff engineering dan koordinator safety di lapangan. Untuk kesehariannya beliau lebih banyak berada di workshop. 4. Nama
: Mulyadi
Posisi
: Karyawan Produksi
Pendidikan
: STM
Usia
: 28 tahun
Pengalaman kerja
: Beberapa kali bekerja di perusahaan elektronik di
Cikarang sebagai operator produksi. Saat ini beliau sudah bekerja selama di PT. Kofuku Abadi sebagai operator produksi. Dalam sosialisasi program K3 yang dilakukan oleh PT. Kofuku Abadi kepada karyawan mengacu kepada modul training dan instruksi kerja yang ada, sehingga apa yang ingin disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan dengan tepat dan benar oleh setiap karyawan. Tindakan komunikasi yang dilakukan oleh PT. Kofuku Abadi memperhatikan kondisi lingkungan internal dan eksternal. Dengan bahasan yang menyeluruh dalam perencanaan, hasil komunikasinya pun diharapkan menjadi lebih efektif dan tepat sasaran.
50
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis dengan bapak Eko Sulistiyono selaku pimpinan PT. Kofuku Abadi, penulis mendapatkan informasi lengkap mengenai model komunikasi organisasi yang dilakukan oleh PT. Kofuku Abadi, penulis memperhatikan hal-hal seperti menganalisa situasi, menetapkan objektif, merumuskan strategi komunikasi, menyusun taktik, menyusun anggaran, menentukan staf, dan yang terakhir adalah melakukan evaluasi untuk melihat seberapa besar hasil yang telah dicapai. Budaya organisasi merupakan salah satu hal terpenting dalam perusahaan. Hal ini dikarenakan budaya organisasi akan membentuk perilaku setiap karyawan seperti yang disampaikan oleh bapak Eko Sulistiyono: “Untuk saya budaya organisasi itu adalah cara pandang, nilai moral, pola pikir dan tingkah laku setiap karyawan yang didasari oleh visi, misi, norma dan kebijakan perusahaan yang telah diterapkan oleh pendirinya pada saat pertama kali perusahaan itu dibentuk.”1 Lain halnya menurut pendapat bapak Sutikno mengenai budaya organisasi berkembang dan maju apabila telah memiliki sistem yang benar untuk diterapkan kepada karyawannya, seperti yang diutarakannya, sebagai berikut: “Budaya organisasi menurut saya adalah sistem yang dianut dalam hal falsafah, keyakinan dan nilai yang ingin dikembangkan oleh suatu organisasi sebagai pedoman terhadap perilaku anggotanya.”2 Dalam perkembangannya, sebuah organisasi bisa menjadi kuat atau lemah sangat tergantung pada beberapa aspek seperti ukuran organisasi, lama usia organisasi, intensitas orang-orang yang keluar atau masuk di dalamnya, dan
1 2
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 30 Sept 2012, jam 18.30 Wawancara dengan bapak Sutikno Selamet, 24 Oct 2012, jam 15.00
51
orang-orang yang berinteraksi di dalamnya. Seperti halnya perkembangan budaya organisasi yang ada saat ini di PT. Kofuku Abadi yang disampaikan oleh bapak Eko Sulistiyono: “Budaya organisasi yang ada saat ini di PT. Kofuku Abadi yaitu peningkatan produktivitas kerja dan kerjasama antar karyawan untuk meningkatkan laba perusahaan tentunya seperti apa yang diharapkan oleh manajemen perusahaan.”3 Begitu juga yang disampaikan oleh bapak Sutikno Selamet mengenai perkembangan budaya organisasi yang ada saat ini: “Budaya yang ingin dikembangkan pada saat ini di PT. Kofuku Abadi adalah produktivitas dan kerja sama bagi setiap karyawan.”4 Dalam masa mendatang yang ditandai oleh kompetisi global, perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang mampu mengelola budaya baru dengan nilai yang mengembangkan perilaku kearah keberhasilan yang kompetitif seperti yang disampaikan oleh bapak Eko Sulistiyono selaku pimpinan: “Mengapa saya mengangkat hal ini sebab produktivitas adalah pendekatan indisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif; pembuatan rencana; aplikasi penggunaan cara yang produktivitas dengan menggunakan sumber-sumber secara efisien dengan tetap menjaga kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu; sumber daya manusia dan keterampilan, terus barang modal, teknologi, manajemen, informasi, energi serta sumber-sumber lain yang menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat.”5 Pendapat yang berbeda disampaikan oleh bapak Sutikno:
3
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 30 Sept 2012, jam 18.30 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012, jam 15.00 5 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 30 Sept 2012, jam 18.30 4
52
“Karena persaingan yang besar dalam dunia pabrikasi mendorong semua orang untuk melakukan suatu hal yang baru demi kemajuan perusahaan, dalam hal ini dengan kerja sama maka akan mendorong berbagai upaya individu agar bekerja lebih produktif, efisien dan efektif, dan dengan produktivitas yang tinggi maka hasil yang kita inginkan bisa tercapai dengan baik dengan penghematan tanpa mengurangi sisi kualitas yang ingin dicapai.”6 Budaya keselamatan (safety culture) sebagai bagian dari budaya organisasi merupakan serangkaian dari kepercayaan, norma, perilaku, aturan, praktek teknis dan sosial yang sangat berhubungan dengan upaya meminimalkan bahaya dan kecelakaan kerja yang menimpa pekerja, manajer, pelanggan dan masyarakat. Seperti halnya yang dipaparkan oleh bapak Eko Sulistiyono: “Untuk budaya K3 menurut saya adalah suatu bentuk upaya atau usaha yang dilakukan manajemen terhadap karyawannya untuk mencapai lingkungan kerja yang kondusif dimana semua karyawan yang berada di dalam suatu perusahaan akan merasa sehat, selamat dan aman dalam bekerja, serta bisa mengantisipasi resiko atau timbulnya bahaya yang mungkin akan terjadi saat melakukan aktivitas di lingkungan perusahaan.”7 Lebih lanjut diutarakan tentang budaya K3 yang ada di PT. Kofuku Abadi: “Di PT. Kofuku ada itu, sudah pastilah, sejak berdiri perusahaan tahun 2008 kita sudah melaksanakannya, dari tahun ke tahun mengalami inovasi dan perkembangan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.”8 Menurut penuturan bapak Eko Sulistiyono budaya K3 sudah ada di perusahaan ini sejak dibentuk pertama kali pada tahun 2008, setiap tahunnya mengalami perubahan yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Seperti yang dijelaskan diawal mengenai perkembangan budaya organisasi yang ada di PT. Kofuku Abadi, budaya K3 sangat berhubungan sekali dengan 6
Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012, jam 15.00 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 30 Sept 2012 jam 18.30 8 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 30 Sept 2012 jam 18.30 7
53
peningkatan produktivitas dan kerja sama seperti yang dicanangkan oleh bapak Eko Sulistiyono selaku pimpinan: “Itu sangat perlu sekali karena budaya K3 itu harus dan mutlak dilaksanakan oleh sebuah perusahaan untuk menjamin keselamatan kerja bagi semua karyawan sebab hal itu menyangkut dengan produktivitas kerja. Kemajuan perusahaan sangat ditentukan peranan mutu tenaga kerjanya. Keselamatan kerja telah menjadi perhatian di kalangan pemerintah dan swasta itu udah sejak lama. Faktor keselamatan kerja menjadi penting sekali karena sangat terkait dengan kinerja karyawan yang akhirnya akan sangat berpengaruh terhadap kinerja perusahaan itu.”9 Begitu pula yang disampaikan oleh bapak Sutikno budaya K3 sangat diperlukan ditengah permasalahan dan potensi yang timbul setiap harinya di aktivitas produksi: “Berbagai permasalahan di tempat kerja selama proses produksi akan membuat potensi kecelakaan kerja. Untuk itu budaya K3 saat ini diperlukan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja baik secara fisik maupun psikologis. Selain itu, perlengkapan dan peralatan kerja dapat digunakan dengan sebaik-baiknya dengan hasil produksi sesuai yang diharapan.”10 Kini ditengah persaingan global, sebuah perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila dapat menerapkan nilai dan budaya baru yang bisa menciptakan kemajuan. Begitu juga PT. Kofuku Abadi yang ingin menerapkan budaya organisasinya kepada setiap karyawan. “Salah satu cara yaitu yang tepat dengan menerapkan budaya organisasi yaitu memberi contoh langsung kepada karyawannya. Seperti contoh budaya tepat waktu. Sebagai seorang pemimpin, dia harus bisa memberikan contoh yang benar kepada karyawannya atau bawahannya, jadi si karyawan atau anak buahnya bisa mengikuti seperti apa yang dilakukan oleh atasannya.”11
9
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 30 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 11 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 30 Sept 2012 jam 18.30 10
54
Setiap tempat kerja selalu mengandung potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menimbulkan penyakit. Potensi bahaya ini bisa menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan dan bahkan menyebabkan kematian. Untuk dapat menemukan faktor resiko kerja yang mungkin akan timbul, maka diperlukan pengamatan terhadap proses dan kegiatan produksi, seperti bahan baku yang digunakan, barang yang dihasilkan dan limbah yang dikeluarkan saat proses produksi. Oleh karena itu perusahaan perlu melakukan pertimbangan-pertimbangan seperti yang diutarakan oleh bapak Eko:12 “Menurut saya terlebih dulu melihat situasi dan kondisi yang ada ditempat kerja, sebab menurut saya kita tidak bisa memutuskan sesuatu tanpa melihat keadaan aktual. Jadi kita bisa memutuskan apa langkah yang perlu dilakukan. Selanjutnya menilai apa saja jenis kecelakaan yang bisa terjadi di tempat itu.” Berbagai aktivitas dapat dilakukan guna mengidentifikasi bahaya yang terjadi saat proses produksi seperti yang diutarakan oleh bapak Eko Sulistiyono: 13 “Kami bersama staf yang terkait melakukan berbagai tindakan seperti konsultasi dengan pekerja, lalu dengan staf K3 dan korlap, lalu langkah selanjutnya safety audit.” Salah satu aktivitas yang dapat dilakukan oleh perusahaan guna mengidentifikasi bahaya seperti inspeksi kerja. Kunjungan atau inspeksi kerja dapat dilakukan untuk melihat, mendengar dan mencatat semua kejadian yang ada di tempat kerja baik mengenai kegiatan, proses, bahan, lingkungan, cara kerja,
12 13
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 12 Jan 2013 jam 16.30 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 12 Jan 2013 jam 16.30
55
teknologi pengendalian, alat pelindung diri dan hal-hal yang terkait di dalamnya seperti yang diutarakan oleh bapak Eko S:14 “Saya bersama staf yang terkait melakukan pantauan langsung di area kerja dengan mengumpulkan informasi dan data kejadian sesuai kondisi lapangan, lalu mengevaluasi teknis dan mekanisme kerja yang ada di lapangan.” Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi bahaya di tempat kerja dapat dilakukan dengan pengenalan terhadap potensi bahaya tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar dampak yang bisa timbul dalam rangka pencegahan penyakit akibat kerja. Hal ini dikemukakan oleh bapak Eko S:15 “Peluang resiko bisa terjadi oleh siapa saja, dimana dan kapan saja, bahkan orang yang sudah berpengalaman dan berkeahlian pun bisa melakukan kesalahan jadi menurut saya kita harus melihat semua aspek yang terkait dalam hal ini seperti kondisi tempat, peralatan, posisi terhadap bahaya, frekuensi situasi yang bisa mungkin timbul dan terakhir efektivitas kontrol yang ada.” Beliau juga mengatakan langkah-langkah yang ditempuh dalam kegiatan pengendalian resiko kerja yang terjadi: “Langkah awal yang harus dilakukan adalah pengendalian teknis seperti lingkungan dan peralatan lalu memberikan pendidikan dan pelatihan terhadap seluruh karyawan, lalu memberikan motivasi bagi setiap karyawan, lalu evaluasi atau internal audit dan yang terakhir menurut saya penegakan hukum.” Setelah pengendalian resiko bahaya, hal lain yang diperlukan adalah tindakan tegas yang dilakukan oleh pimpinan perusahaan yang dapat mengaruhi disiplin pegawai akan aturan yang sudah ditetapkan. Hal ini untuk mencegah
14 15
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 12 Jan 2013 jam 16.30 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 12 Jan 2013 jam 16.30
56
terjadinya karyawan yang indispliner terhadap aturan yang telah dibuat dan disepakati bersama, seperti halnya yang disampaikan oleh bapak Eko S:16 “Saya mengatakan penegakan hukum sebagai tindakan atau sanksi yang kita terapkan apabila ada karyawan yang tidak mengikuti aturan yang sudah ditetapkan, yang biasanya pertama kali kita lakukan adalah sanksi lisan seperti pemanggilan, lalu bila masih melakukan maka akan kita berikan SP atau surat peringatan.” Untuk membuat kebijakan organisasi secara menyeluruh dan sejalan maka diperlukan sebuah tujuan yang bisa menilai, mengukur dan bahkan memelihara tujuan tersebut agar tepat sasaran, seperti yang diutarakan bapak Eko S:17 “Sebagai pimpinan saya berupaya untuk menetapkan budaya K3 secara benar dan tepat. Tujuan kami adalah ingin meningkatkan kesejahteraan dan K3 karyawan. Selain itu untuk mencegah terjadinya kejadian yang merugikan perusahaan akibat kecelakaan.” Saat ini setiap perusahaan industri dan manufakturing telah mencanangkan program K3 dalam hal aktivitas perusahaannya. Hal ini merupakan himbauan pemerintah dalam peningkatan kesehatan dan keselamatan kerja. Begitu pula yang ada di PT. Kofuku Abadi seperti yang disampaikannya: “Menurut saya program K3 adalah sebuah planning atau rencana kerja yang bertujuan untuk melindungi seluruh tenaga kerja yang berada di lingkungan perusahaan agar mereka selalu dalam keadaan sehat dan selamat selama mereka bekerja dan melakukan proses produksipun dengan benar dan tepat.”18 “Program K3, menurut saya merupakan sebuah program yang dibuat untuk melindungi pekerja, pengusaha maupun lingkungan kerja.”19
16
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 12 Jan 2013 jam 16.30 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 12 Jan 2013 jam 16.30 18 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 30 Sept 2012 jam 18.30 19 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 17
57
”Menurut saya K3 sangat bagus sekali karena itu untuk menekan kecelakaan supaya tidak terjadi kecelakaan yang lebih parah dan setiap perusahaan pasti akan menerapkan itu karena program K3 kan khususnya untuk menciptakan zero accident lah kalau dibilang seperti itu.”20 Sudah sewajarnya setiap perusahaan memiliki strategi dan sasaran untuk memperkecil dan bahkan menghilangkan kecelakaan kerja sesuai dengan kondisi perusahaan. Salah satu contohnya menetapkan bentuk perlindungan bagi karyawan dalam menghadapi kejadian kecelakaan kerja. Selain itu menentukan peraturan tentang keselamatan kerja bersifat formal atau informal. Secara formal dimaksudkan setiap aturan dinyatakan secara tertulis, dilaksanakan dan dikontrol sesuai dengan aturan. Sementara secara informal dinyatakan tidak tertulis atau konvensi dan dilakukan melalui pelatihan dan kesepakatan-kesepakatan. Selanjutnya proaktif dan reaktif dalam pengembangan prosedur dan rencana tentang keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Akhirnya dengan kepedulian akan program K3 yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Seperti yang diutarakan oleh bapak Eko Sulistiyono tentang sasaran program K3 yang ada di PT. Kofuku Abadi: “Sasaran utamanya program ini, ya untuk pekerja melindungi diri dari kecelakaan kerja, penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, dan bagi perusahaan bisa mengurangi tingkat kecelakaan kerja sehingga bisa mengurangi biaya yang ditimbulkan bila terjadi kecelakaan kerja, menjaga lingkungan kerja agar tetap sehat dan nyaman.”21 Secara keseluruhan aspek kami ingin meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh karyawan dengan jalan melindungi diri dari bahaya dan bagi kita sebagai majemen adalah mengurangi biaya kerugian yang mungkin dapat timbul dari resiko bekerja di lapangan.22
20
Wawancara dengan bapak Anto, 24 Oct 2012 jam 14.00 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 22 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 12 Jan 2013 jam 16.30 21
58
“Seperti yang diungkapkan diawal itu bisa meningkatkan produktivitas perusahaan, kalau kita tidak menerapkan budaya K3 produktivitas otomatis nggak akan tercapai.”23 Pendapat ini diperkuat oleh bapak Sutikno: “Karena yang namanya K3 sangat diperlukan bagi perusahaan, jadi kalau tidak ada itu maka produktivitas tidak akan terwujud, terutama K3 kan tentang kesehatan dan keselamatan, jadi berhubungan dengan man power.”24 Di sektor Industri manufaktur, operator mesin produksi menjadi salah satu bagian yang paling rentan terhadap kecelakaan kerja. Berdasarkan hasil data dari PT. Jamsostek dan Depnaker RI untuk jumlah kasus kecelakaan kerja pada tahun 2011 adalah 98.711, dengan mengakibatkan 2.218 korban meninggal, 34 orang cacat total, 2.722 cacat sebagian, 4.130 cacat fungsi dan 90.387
bisa sembuh (data annual report PT.
Jamsostek). Sedangkan untuk persentase data hasil Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat hingga tahun 2010, kecelakaan kerja disektor manufaktur sebesar 31,6%. Bentuk kecelakaan kerja yang sering terjadi dalam industri manufaktur (termasuk elektronik, produksi metal dan lain-lain) diantaranya terjepit, terlindas; teriris, terpotong; jatuh, terpeleset, tertabrak; berkontak dengan bahan yang berbahaya; terjatuh, terguling, kejatuhan barang dari atas; terkena benturan keras; terkena barang yang runtuh, roboh, dan sebagainya, seperti yang dijelaskan oleh bapak Eko Sulistiyono:
“Untuk kecelakaan kerja yang berakibat fatal, sejauh ini belum pernah terjadi. Namun kecelakaan kerja ringan seperti luka tergores pada tangan, iritasi pada mata saat penyolderan atau tidak mematuhi intruksi kerja yang ada masih terjadi, tapi dengan intensitas yang sedikit. Untuk tahun 2011, jumlah kecelakaan kerja terjadi sebanyak 2 kasus dan di tahun 2012
23 24
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00
59
sampai saat ini baru terjadi 1 kasus. Ya, mudah-mudahan tidak bertambah atau terjadi lagi.”25 “Di tahun 2011 kasusnya saat proses penggerindaan part di produksi menggunakan batu grinda, part itu mental dan tangannya terkena mesin grinda, selanjutnya saat pengangkatan mesin tidak mengikuti instruksi atasan dalam satu komando dan terjadi lebam pada pipi. Untuk di tahun 2012 ini luka di jari karena tidak menggunakan sarung tangan saat proses grinda part.”26 Pendapat ini juga dikemukakan oleh bapak Sutikno: “Sekarang ini sih sudah ga terlalu ya Mba. Untuk pastinya sih kita ada datanya dan semuanya tidak ada yang berat kok. Seperti mata kena graf saat grinda, tangan kegencet part, tidak menggunakan alat penutup muka/kedok saat mengelas sehingga menyebabkan mata belek.”27 Pendapat yang diutarakan bapak Anto: “Seperti pada saat menggangkat besi misalnya mereka berdua atau mereka bertiga, mereka tidak kompak, saat menurunkan besi tersebut salah satu ada yang „bengong‟ sehingga terjadi accident hal ini terjadi karena ada salah satu karyawan yang tidak memakai safety shoes dengan alasan sepatunya masih basah karena dicuci kemarin.”28 Beberapa faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja mencakup 5 M seperti: manusia, manajemen (unsur pengatur), material (bahan-bahan), mesin (peralatan), medan (tempat kerja/lingkungan kerja). Semua unsur tersebut saling berhubungan dan membentuk suatu sistem tersendiri. Bila terjadi ketidaksesuaian pada salah satu/lebih dari unsur tersebut akan menimbulkan kecelakaan/kerugian. Berikut ini contoh ketidaksesuaian unsur 5M diantaranya: 1. Unsur manusia, antara lain: Tidak adanya unsur keharmonisan antar tenaga kerja maupun pimpinan; Kurangnya pengetahuan/keterampilan 25
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 27 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 28 Wawancara dengan bapak Anto, 24 Oct 2012 jam 14.00 26
60
dan kaidah keselamatan; Ketidakmampuan fisik/mental; Kurangnya motivasi 2. Unsur manajemen, antara lain: Kurang pengawasan (lack of control); Struktur organisasi yang tidak jelas dan kurang tepat; Tidak ada/kesalahan prosedur operasi; Kesalahan pembinaan pekerja 3. Unsur material, antara lain: Adanya bahan bahaya dan beracun/mudah terbakar; Adanya bahan yang bersifat kondusif 4. Unsur mesin, antara lain: Cacat pada waktu proses pembuatan; Kerusakan karena pengoperasian; Kesalahan perencanaan 5. Unsur medan (tempat kerja/lingkungan kerja), antara lain: Penerangan tidak tepat (silau/gelap), Ventilasi buruk/housekeeping yang jelek (5S) Seperti yang dikemukakan oleh bapak Eko Sulistiyono, tentang beberapa penyebab terjadinya kecelakaan di PT. Kofuku Abadi: “Untuk penyebab kecelakaan kerja biasanya kebanyakan akibat kelalaian dari pekerja yang tidak mengindahkan instruksi kerja yang ada seperti penggunaan safety tool saat beraktivitas.”29 Pendapat senada juga dikatakan oleh bapak Sutikno: “Yang sering terjadi kecelakaan kerja adalah karyawan lalai, tidak konsentrasi selama beraktivitas dan tidak mengikuti dan mengindahkan intruksi kerja yang ada.”30 Pendapat bapak Anto: “Yang pertama mungkin lalai ya, kadang-kadang tidak mematuhi peraturan seperti pada saat grinda tidak memakai kacamata transparan khusus. Karena mungkin lalai tadi yang saya bilang sehingga akibatnya percikan api saat proses grinda bisa langsung mengenai mata. Terkadang pekerja lupa untuk memakai kacamata tersebut saat melakukan pekerjaan grinda.”31
29
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 31 Wawancara dengan bapak Anto, 24 Oct 2012 jam 14.00 30
61
Dalam sebuah program pasti mempunyai jangka waktu, begitupun halnya dengan program PR seperti program K3 yang dijalankan saat ini dan setiap tahunnya mengalami perubahan, hal ini disampaikan pula oleh bapak Eko Sulistiyono: “Perbedaan mungkin dari disesuaikan dengan kemajuan jaman seperti penambahan equipment, mesin itu otomatis mengikuti kondisi yang ada saat ini dan itu pun terus akan dilakukan inovasi sesuai dengan perkembangan jaman.”32 Seperti halnya juga di utarakan oleh bapak Sutikno: “Ya, beda sekali, namanya kita dulu kan orangnya masih sedikit, dengan pengetahuan yang minim, sekarang sudah banyak, sebelumnya dengan training-training, jadi mereka sudah bisa mengetahuinya, dan yang sekarang lebih kepada APD (Alat Pelindung Diri) saat bekerja. Jadi saat ini lebih kepada safety tools-nya.”33 Pendapat berbeda disampaikan oleh bapak Anto: “Kalau untuk programnya itu artinya tidak jauh beda, karena disetiap akhir periode selalu melakukan evaluasi, di setiap peraturan yang lama bila tidak terlalu signifikan mungkin maka akan dilakukan perubahan yang intinya untuk menjadikan zero accident.”34
Sebuah strategi komunikasi sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan dengan memberikan panduan dan tema untuk program keseluruhan. Strategi ini berkaitan untuk mewujudkan gagasan sehingga bisa mencapai objektif yang ditetapkan.
32
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 34 Wawancara dengan bapak Anto, 24 Oct 2012 jam 14.00 33
62
”Kami menggunakan pola POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan Controling) dan setiap akhir kita pasti akan me-review dengan perbaikan yang berkesinambungan.”35 “Dalam proses sosialisasi itu antara pimpinan dengan pekerja, kami memberikan informasi yang bermula dari pimpinan dulu kemudian diteruskan kepada bawahan. Kitapun akan crosscheck lagi kebawah atas berita atau informasi yang kita sampaikan.”36 (bentuk komunikasi ke bawah) Pendapat ini berbeda dengan yang disampaikan oleh bapak Sutikno: “Untuk komunikasinya dilakukan dengan cara tatap muka.”37 Untuk
penyampaian
informasi
dengan
karyawan,
perusahaan
menggunakan komunikasi 2 arah seperti yang dijelaskan oleh bapak Eko Sulistiyono: “Dalam hal ini kami melakukan sosialisasi dengan menggunakan komunikasi satu arah yaitu antara pimpinan dengan karyawan, hal ini karena bersifat arahan. Sedangkan untuk berdiskusi dengan pimpinan, staf yang terkait dan koordinator safety kita menggunakan komunikasi dua arah.”38 “Kalau menurut saya dua arah, misalnya kita menginginkan suatu hal tapi kita kan tidak mengetahui apa saja kendala-kendala yang dihadapi, sebab di lokasi kerja karyawan kan yang merasakannya, jadi harus ada hubungan timbal balik dengan karyawan.”39 Sebesar apapun suatu organisasi tidak mungkin menjangkau semua orang. Ia harus menentukan sebagian diantaranya yang sekiranya paling sesuai atau yang paling dibutuhkannya. Dengan jenis dan jumlah khalayak yang lebih terbatas,
35
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 37 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 oct 2012 jam 15.00 38 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 39 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 oct 2012 jam 15.00 36
63
suatu organisasi akan lebih efisien dalam mengarapnya, apalagi jika dikaitkan dengan kelangkaan sumber daya. Public atau khalayak adalah manusia yang cenderung untuk memperhatikan, mengamati, membaca dan mendengar dalam setiap proses komunikasi. Khalayak menjadi salah satu penentu keberhasilan sebuah program komunikasi, dalam hal ini sosialisasi program K3. Seperti yang disampaikan bapak Eko, bahwa setiap karyawan harus terlibat dalam program ini. “Dalam hal ini ya seluruh karyawan harus terlibat dalam proses ini.”40 Pendapat ini senada seperti yang disampaikan oleh bapak Sutikno: “Semua karyawan ikut dalam komunikasi ini.”41
Untuk menyampaikan sebuah program diperlukan sebuah pesan yang tepat. Pesan atau massage merupakan sesuatu yang perlu disampaikan kepada khalayak berupa ide, gagasan, informasi, aktivitas atau kegiatan tertentu yang dipublikasikan atau dipromosikan untuk diketahui, dipahami, dimengerti dan sekaligus dapat diterima oleh publik/khalayaknya. “Pesan yang kami sampaikan bersifat motivasi kepada karyawan agar mereka itu tergugah akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja. Salah satu contohnya “utamakan selamat“ seperti spanduk yang kita pasang pada line produksi. Kadang kalau ada lantai yang licin kita akan beri tanda “ hati-hati jalan ini licin !”42 “Pesan disampaikan bersifat motivasi yang membangun seperti: “Marilah kita awali kerja dengan semangat dan akhiri dengan selamat“, Kualitas pekerjaan Anda adalah simbol kualitas keseluruhan tim. Marilah pastikan pekerjaan Anda berkualitas dengan baik.”43 40
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 oct 2012 jam 15.00 42 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 43 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 oct 2012 jam 15.00 41
64
Setiap pesan yang disusun harus konsisten dengan objektif. Dengan pemilihan tema pesan yang tepat artinya tema yang dibuat
jelas, langsung,
relevan, aktual dan jujur. Selain itu, kreatif, dramatis/bernilai berita sehingga diharapkan dapat menggugah khalayak yang ingin dituju agar mengikutinya. Seperti pernyataan yang disampaikan oleh bapak Eko Sulistiyono: ”Kenapa pesan ini dipilih agar menggugah dan memotivasi seluruh karyawan agar bisa bekerja dengan lebih baik dan benar sehingga pencapaian yang ditargetkan dapat terlaksana.”44 Begitupun yang dikatakan oleh bapak Sutikno: “Pesan dipilih untuk memotivasi seluruh karyawan.”45 Selanjutnya dalam upaya menyusun strategi komunikasi, diperlukan pula media sebagai sarana atau alat untuk menyampaikan pesan atau sebagai mediator antara komunikator dan komunikan. Ada beberapa jenis media yang dapat dipakai dalam mensosialisasikan sebuah program komunikasi seperti media umum, media massa, media advertising dan yang terakhir adalah media internal. Begitu pula media yang dipakai oleh PT. Kofuku Abadi dalam mensosialisasikan budaya K3 di lingkungan perusahaan seperti yang disampaikan oleh bapak Eko Sulistiyono: “Kita menggunakan media tatap muka saat memberikan training dengan bantuan seperti audio visual, selain itu pula ada informasi lainnya akan kita pasang pada mading dan papan pengumuman, serta pemberian indikasi pada alat atau tempat yang mengandung resiko berbahaya.”46 Pendapat lain disampaikan oleh bapak Sutikno: 44
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 46 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 45
65
“Alat kerja, buku pedoman intruksi kerja dengan tampilan visual.”47
Setelah strategi komunikasi dilakukan, maka perlu untuk menyusun taktik yaitu dimana aktivitas dan materi spesifik yang diciptakan untuk mengeksekusi strategi, kebanyakan dalam sebuah program komunikasi menggunakan beragam taktik untuk mencapai beragam tujuan. “Taktik yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari program seperti yang pertama dukungan dari manajemen itu pasti; yang kedua tanggung jawab pimpinan; yang ketiga sikap positif terhadap keselamatan kerja dan yang keempat, penguasaan terhadap program K3 itu dan tanggung jawab atas pelaksanaannya.”48 Sebuah program dapat dikatakan berhasil apabila bisa diterima oleh seluruh khalayak yang dituju, mendapat perhatian, dimengerti, dipercaya, diingat dan ditindaklanjuti. Seperti halnya program yang ada di PT. Kofuku Abadi: “Di tempat ini, kami mempunyai beberapa program kerja K3 seperti: pelatihan kerja; tanggung jawab karyawan dan pimpinan; penggunaan alat pelindung diri saat mereka bekerja; kontrol atas bahan kimia dan informasi MSDS (Material Safety Data Sheet); ijin kerja; office safety serta penanganan dan prosedur tanggap darurat.”49 Pendapat senada juga disampaikan oleh bapak Sutikno: “Program kerja yang ada di Kofuku Abadi, antara lain: Tanggung jawab karyawan dan pimpinan terhadap K3, Penggunaan alat pelindung diri, Penggunaan bahan kimia/B3 dan Informasi MSDS, Izin Kerja, Pengoperasian Forklift, Office Safety, Prosedur bila terjadi kecelakaan dan Prosedur Tanggap darurat.”50 Penjelasan terperinci tentang program K3 berdasarkan informasi dari bapak Eko Sulistiyono, antara lain: 47
Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 49 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 50 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 48
66
1. Tanggung jawab karyawan dan pimpinan terhadap K3 Tanggung jawab karyawan terhadap K3: Melakukan pekerjaan dengan aman, mengikuti prosedur kerja untuk kepentingan diri sendiri, rekan kerja, pelanggan dan fasilitas yang ada termasuk penggunaan terhadap alat pelindung diri (APD); Segera melaporkan bila ada kecelakaan, tanpa memperhatikan keparahan dan melaporkan kepada atasan; Melaporkan potensi bahaya dan kecelakaan kerja kepada atasan dan jika memungkinkan dilakukan koreksi; Berpartisipasi dalam rapat dan pelatihan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja; Membantu dalam melaporkan dan investigasi kecelakaan yang dilakukan oleh safety committee; Melakukan perubahan instruksi kerja, prosedur dan kaidah K3 yang terkait lainnya seperti manual, buku panduan dan publikasi. 2. Tanggung jawab pimpinan:
Melakukan
identifikasi
bahaya,
melakukan penilaian tingkat bahaya dan melakukan program tindakan perbaikan; Memberikan bimbingan dan pelatihan kepada karyawan dengan kaidah keselamatan kerja; Mengkomunikasikan aturan keselamatan kerja kepada karyawan, tamu dan kontraktor; Menerapkan dengan ketat aturan keselamatan dan kesehatan kerja; Melakukan inspeksi keselamatan kerja secara rutin; Melaporkan dan melakukan investigasi apabila terjadi kecelakaan kerja; Menghadiri mengkomunikasikan catatan safety meeting. 3. Menggunakan alat pelindung diri 67
dan
Alat pelindung diri disediakan sesuai dengan bahaya disetiap lingkungan kerja. Alat pelindung diri merupakan alternatif terakhir untuk menghilangkan/mengurangi faktor bahaya di lingkungan kerja. Alat pelindung diri disediakan oleh perusahaan dan wajib digunakan di tempat dan jenis pekerjaan tertentu. Laporkan kepada atasan untuk penggantian alat pelindung diri yang sudah rusak/tidak layak digunakan. Contoh alat pelindung diri:
Pelindung kaki: Safety shoes (safety shoes wajib digunakan selama berada di daerah pabrik. Safety shoes disediakan untuk karyawan yang area kerjanya beresiko atas jatuhnya beda-beda berat/terjepit; Safety boots (safety boots disediakan untuk area kerja yang basah)
Pelindung mata: Safety glasses; safety google (periksa ijin kerja atau prosedur untuk mengetahui tipe pelindung mata yang wajib dipakai
Pelindung kepala: Helm
Pelindung mata dan muka: Masker
Pelindung telinga: Earplug
Pelindung tangan: Hand gloves
Pelindung pernafasan, dll
4. Penggunaan bahan kimia/B3 dan Informasi MSDS
68
Penggunaan bahan kimia harus diketahui oleh perusahaan; Bahan kimia harus disimpan pada tempat yang sudah ditentukan; Tempat penyimpanan bahan kimia harus dilengkapi dengan peralatan emergency yang sesuai (seperti alat pemadam, eye wash, safety shower, dll); Dilarang membuang limbah kimia ke media lingkungan (air, tanah, udara); Limbah bahan kimia harus dikumpulkan ditempat yang sudah ditentukan dan dibuang pada pengelola limbah yang ditunjuk; Semua bahan kimia yang ada di pabrik harus dilengkapi dengan Material Safety Data Sheet (MSDS) Informasi MSDS antara lain: Cara penanganan bahan kimia (kondisi penyimpanan, transport, pembuangan limbah); Alat pelindung diri yang diperlukan; Pertolongan pertama pada kecelakaan; Jenis pemadam kebakaran yang sesuai; Informasi bahaya (mudah meledak, menyala, oksidasi, dll), Bacalah petunjuk penggunaan sebelum menggunakannya 5. Izin Kerja Setiap karyawan yang pekerjaannya berbahaya harus mendapatkan Surat Ijin Operasi; Setiap pekerjaan kontraktor/supplier yang beresiko berbahaya harus dilengkapi dengan Surat Ijin Kerja Jenis-jenis izin kerja, diantaranya: Bekerja di ruang terbatas (confined space area); Pekerjaan yang menimbulkan api ( hot work); Pekerjaan di ketinggian > 1.5 m (work at height), Pekerjaan dengan low dan
69
medium voltage (electrical work); Dilarang melakukan pekerjaan sebelum memperoleh ijin kerja 6. Pengoperasian Forklift Semua pengendara forklift harus memiliki ijin khusus mengemudi (SIO); Pengendara wajib memeriksa kondisi forklift setiap awal bekerja; Parkir forklift ditempat yang sudah ditentukan, jangan menghalangi akses jalan/peralatan emergency lainnya; ikuti instruksi kerja yang ada; Lakukan pengecekan secara berkala 7. Office Safety Banyak orang mempunyai kesalahpahaman bahwa pekerjaan kantor tidak berbahaya dan menganggap remeh, contoh keselamatan di office, diantaranya: Atur posisi kursi dan meja sesuai dengan ergonomis tubuh Anda; Jangan biarkan kabel melewati gang/jalan; Rak dan laci harus diatur pembebanannya untuk menghindari bahaya roboh; Jangan tinggalkan laci, filling cabinet dalam keadaan terbuka; Laporkan kerusakan kursi, meja dan peralatan kantor yang rusak agar segera diperbaiki; Jangan menggunakan kursi/peralatan bergerak untuk memanjat 8. Apabila terjadi kecelakaan dan Prosedur Tanggap darurat Apabila terjadi kecelakaan ingat SETUP
70
Stop (hentikan aktivitas kerja, segera lakukan pertolongan pertama); Environment
(lakukan
langkah
pembatasan
terhadap
dampak
lingkungan); Traffic (perhatikan akses jalan dan kenyamanan korban, jangan bergerombol/mengelilingi korban); Unknown Hazard (pikirkan bahaya tak terduga seperti bahaya listrik, kebakaran; Protect selt and others (lakukan pembatasan dampak accident, kebocoran gas, dll) Prosedur tanggap darurat antara lain: Prosedur instruksi tanggap darurat harus bisa digunakan dalam berbagai situasi darurat dengan mempunyai respon yang cepat dan dapat terorganisir dengan baik; Prosedur tanggap darurat akan efektif jika diterapkan dan dilaksanakan dengan baik oleh masing-masing karyawan. Oleh karena itu karyawan harus mendapatkan pelatihan/simulasi keadaan darurat. Sosialisasi merupakan kegiatan yang dipakai untuk mempelajari hal-hal yang ada di dalam organisasi oleh seluruh anggotanya yang dapat dilakukan dengan jalan berinteraksi dan berkomunikasi diantara sesama anggota. Hal ini terkait pula dengan aktivitas program K3 yang ada di PT. Kofuku Abadi. “Kenapa saya memilih sosialisasi, menurut saya hal tersebut adalah yang paling mudah untuk dilakukan menumbuhkan perubahan sikap dan perilaku karyawan.”51 “Untuk sosialisasi kita lakukan seminggu ya untuk seluruh karyawan kita ada meeting dan tak lupa dalam meeting selalu kita ingatkan, dan untuk PIC K3 setiap 2 minggu sekali melakukan training untuk penyegaran.”52 “Biasanya sih kalau ada job diluar perusahaan kita breafing dulu, tapi kita tiap minggu juga ada meeting pagi, setiap satu minggu sekali.”53 51 52
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 12 Januari 2013 jam 16.30 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30
71
Sosialisasi digunakan untuk mengkomunikasikan segala hal yang berhubungan dengan aktivitas organisasi. Perusahaan telah menetapkan tujuan dan melakukan aktivitas dengan jalan sosialisasi. Seperti yang diutarakan bapak Eko Sulistiyono:54 “Kami sebagai manajemen berupaya untuk mengajak dan menyebarluaskan budaya K3 bagi seluruh karyawan agar peduli akan K3 melalui pemberdayaan dan menanamkan prinsip K3 dalam segala aspek kegiatan di lapangan.” Sosialisasi dapat terjadi melalui proses yang dipakai untuk menghasilkan SDM yang berpotensi dan berkembang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Seperti yang disampaikan oleh bapak Eko Sulistiyono: “Sosialisasi program ini dilakukan dengan berbagai cara, ada breafing mingguan, training, seperti training kill fire, pelatihan menggunakan alat atau mesin kerja seperti forklift, adanya instruksi kerja, indikasi dan informasi yang dipasang pada mading.”55 Begitupun pendapat yang disampaikan oleh bapak Sutikno: “Ada meeting, breafing dan menggunakan alat peraga saat training untuk setiap minggunya kita selalu memberikan motivasi dan misalnya ada pekerjaan di luar perusahaan maka perlu kita breafing ulang.”56 Pendapat dari bapak Mulyadi selaku karyawan: “Saya tau, sebab setiap karyawan baru akan di training oleh staf k3 yang terkait seperti penggunaan alat kerja di tempat kerja, apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama bekerja. Informasi di mading dan breafing mingguan.”57
53
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 12 Januari 2013 jam 16.30 55 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 56 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 57 Wawancara dengan bapak Mulyadi, 24 Oct 2012 jam 13.00 54
72
Agar sebuah program dapat berjalan dengan lancar, perlu dilakukan penyusunan anggaran yang tepat. Penyusunan ini dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dana program/ kegiatan, menilai program mana yang sesuai dengan perusahaaan dan skala prioritas serta batasan dalam penggunaannya dari hasil evaluasi yang telah manajemen lakukan. Seperti yang diutarakan oleh bapak Eko Sulistiyono: “Untuk pelaksanaan sosialisasi ini kita tidak membutuhkan dana besar, sebab sosialisasi ini berbentuk training dan untuk semua peralatan yang digunakan untuk pelatihan adalah assets perusahaan. Selebihnya dana yang kita pakai untuk pembuatan iklan untuk indikasi yang terpampang di perusahaan.”58 “Kami selaku manajemen sudah menyiapkan anggaran tersendiri untuk melaksanakan program ini dan untuk besarnya tidak bisa disebutkan dengan detail.”59 Begitupun pendapat dari bapak Sutikno: „Untuk sosialisasi sih tidak ada, sebab hal ini kan bersifat langsung dan tatap muka, jadi saya rasa sih tidak perlu di buat anggarannya.”60 “Kita membuat anggaran dengan dana cadangan, semua tergantung kebutuhan, jadi sewaktu-waktu bisa keluarkan ketika hal ini di perlukan, untuk besarnya tidak bisa kita sebutkan.”61 Perlunya penentuan staf sebagai orang yang ditunjuk untuk menjalankan amanat dari manajemen. Seorang staf diperlukan untuk menentukan penjelasan tugas dan persyaratan teknis pekerjaan, penilaian, pelatihan, termasuk pengembangan kualitas dan kuantitas karyawan sebagai acuan untuk penyusunan
58
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 60 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 61 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 59
73
setiap fungsi dalam manajemen organisasi. Seperti program sosialisasi yang telah dijalankan oleh PT. Kofuku Abadi mengenai budaya K3. “Mereka yang terlibat dalam proses ini yaitu pimpinan (saya sendiri) selaku pemberi pengarahan dan dilanjutkan kepada staf dan pelaksana lapangan yaitu koordinator safety untuk diterangkan kepada karyawan produksi. Namun untuk informasi yang sifatnya mendesak biasanya langsung diinformasikan oleh staf K3 yang terkait.”62 “Orang-orang yang terlibat ada pimpinan kami yang terkadang suka terjun langsung ke lapangan, lalu saya selaku staf K3 dan koordinator safety.”63 Kegiatan akhir dalam melaksanakan sebuah program adalah melakukan evaluasi.
Evaluasi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk memantau,
menguji dan menganalisis suatu program/kegiatan. Evaluasi program diperlukan untuk mengetahui sampai sejauhmana hasil yang telah dicapai dari program tersebut. “Sejauh ini program belum berjalan secara optimal kalau saya rasa, kita masih terus berupaya untuk mengingatkan secara kontinu kepada karyawan akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja sehingga mereka bisa peduli akan hal ini. Sifat manusia yang terkadang lupa dan lalai untuk mengikuti aturan yang sudah kita terapkan. Dengan pemberian informasi dan motivasi, diharapkan para pekerja lebih peduli akan program K3 ini.”64 “Menurut saya masih perlu perbaikan terutama penanaman paham terhadap setiap karyawan dengan terus memberikan perhatian dan motivasi akan arti pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja terutama untuk semua pihak-pihak yang ada di PT. Kofuku Abadi, jadi apa yang telah ditargetkan dapat terlaksana dengan tepat sesuai harapan kita bersama.”65 Proses evaluasi berkaitan dengan usaha-usaha untuk mengetahui apakah program telah dikelola dengan baik, berkesinambungan & efektif dalam suatu 62
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 64 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 65 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 63
74
kurun waktu tertentu. Dalam hal ini manajemen PT. Kofuku Abadi telah melakukan langkah-langkah seperti yang disampaikan oleh bapak Eko Sulistiyono: “Beberapa cara evaluasi yang telah kita lakukan, pertama: konsistensi dan komitmen akan program yang telah kita buat; yang kedua: penyimpanan record dan hasil evaluasi secara berkala; yang ketiga identifikasi kecelakaan dan yang keempat: tindakan koreksi dan perbaikan bila terjadi ketidaksesuaian.”66 “Model evaluasi yang biasanya kita lakukan terhadap program ini dengan konsistensi dan komitmen terhadap program ini lalu penyimpanan record dan hasil evaluasi secara berkala; selain itu identifikasi kecelakaan dan yang paling penting adalah tindakan koreksi dan perbaikan bila terjadi ketidaksesuaian.”67 “Untuk sejauh ini dilapangannya ya kita arahkan kepada safety tools-nya yang sepengetahuan saya dalam melakukan pekerjaan.”68 Evaluasi juga dilakukan untuk mengetahui apakah dampak dan hasil yang ditimbulkan oleh program yang telah dijalankan organisasi. Apakah tujuan yang ditetapkan dalam rencana dapat tercapai. “Dengan adanya program K3 akan berdampak pada terciptanya lingkungan kerja yang kondusif dimana para pekerja merasa sehat, aman dan nyaman saat berada di lingkungan kerja sehingga produktivitas itu dapat lebih ditingkatkan dan target yang sudah ditetapkan perusahaan dapat tercapai.”69 “Program ini berdampak pada turunnya angka kecelakaan kerja dan memberikan pengetahuan yang luas akan arti pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja bagi setiap karyawan serta bisa berdampak pada kualitas dan produktivitas perusahaan untuk kedepannya.”70
66
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 68 Wawancara dengan bapak Anto, 24 Oct 2012 jam 14.00 69 Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 70 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00 67
75
Melalui visi dan misi perusahaan untuk menciptakan sebuah budaya dengan komitmen dari manajemen dan karyawan secara aktif berpartisipasi dalam mengurangi kecelakaan dan kehilangan waktu serta kesadaran untuk mengenali dan meningkatkan komitmen pada keselamatan, hal ini juga diungkapkan oleh bapak Eko Sulistiyono: “Keselamatan kerja tidak dapat dinilai dengan apapun, sebab dengan kondisi tubuh yang sehat dan selamat kita masih dapat terus berkarya demi kemajuan bangsa dan Negara.”71 “Keselamatan kerja merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Tanpa hal ini mana mungkin kita bisa bekerja dengan baik. Jadi menurut saya keselamatan kerja adalah prioritas.”72 Dalam melaksanakan sosialisasi budaya K3, manajemen melakukan informasi dengan berbagai cara seperti breafing, training, informasi mading, indikasi. Adanya sanksi yang diberikan apabila salah seorang karyawan tidak mematuhi ketentuan K3. Untuk informasi yang bersifat arahan atau perintah menggunakan komunikasi kebawah, dan komunikasi ke atas sebagai bahan masukan bagi manajemen bagi karyawan yang ingin memberikan saran dan pendapat guna kemajuan program K3 yang ada di PT. Kofuku Abadi.
71 72
Wawancara dengan bapak Eko Sulistiyono, 24 Sept 2012 jam 18.30 Wawancara dengan bapak Sutikno, 24 Oct 2012 jam 15.00
76
4.3 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitan yang telah dibahas diatas, maka dapat dilihat bahwa sosialisasi budaya K3 di PT. Kofuku Abadi merupakan bagian dari budaya organisasi. Di dalam komunikasi organisasi terdapat komunikasi internal karena dalam sosialisasi ini berhubungan langsung dengan karyawan. Dalam pemberian informasi, pimpinan PT. Kofuku Abadi menggunakan komunikasi kebawah (downward communication) artinya bahwa informasi mengalir dari tingkat atas ke tingkat bawah. Jenis informasi yang disampaikan seperti bagaimana melakukan pekerjaan, dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, kebijakan dan praktek organisasi, kinerja pegawai hingga informasi untuk mengembangkan tanggung jawab terhadap tugas dan pekerjaan yang dibebankan. Selain itu perusahaan juga menggunakan komunikasi ke atas dalam proses sosialisasi budaya K3 ini yang berarti bahwa informasi yang mengalir dari tingkat rendah (karyawan) ke tingkat yang lebih penting. Hal ini bertujuan untuk memberitahukan apa yang dilakukan bawahan mengenai persoalan kerja yang belum terpecahkan dan belum ada solusinya, memberikan saran untuk perbaikan
77
dalam unit-unit organisasi atau bahkan mengungkapkan pikiran tentang pekerjaan, rekan kerja atau bahkan organisasi. Dari kedua komunikasi diatas, masing masing memiliki kekurangan. Salah satu kekurangan komunikasi kebawah adalah ketidakakuratan informasi yang melewati beberapa tingkatan. Pesan yang disampaikan dengan satu bahasa yang tepat untuk satu tingkat, tetapi tidak tepat untuk tingkat yang paling bawah yang menjadi sasaran dari informasi tersebut. Sedangkan untuk komunikasi keatas, permasalahan yang sering terjadi dalam komunikasi ke atas adalah bias dan penyaringan atas informasi yang disampaikan oleh bawahan. Komunikasi ini digunakan untuk memonitor prestasi organisasi. Bawahan sering kali memberikan informasi yang kurang benar kepada atasannya, akibatnya komunikasi ke atas seringkali dikatakan sebagai penyampaian informasi yang menyenangkan atasan dan bukan informasi yang perlu diketahui oleh atasan.
78