IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan PT. Sahabat Ternak Abadi (STA) merupakan salah satu perusahaan peternakan di Indonesia, dengan produksi utamanya adalah ayam broiler hidup yang dilaksanakan melalui kemitraan pola Perusahaan Inti-Rakyat (PIR) yang mengacu pada SK Mentan Nomor 472/Kpts/TN.330/6/1996 tentang pola kemitraan ayam ras. Sebagai perusahaan inti, STA berkantor di Pondok Rawa Mas Indah Blok AA2 No. 20 Jomin Barat, Kota Baru, Karawang, Jawa Barat, 41374. Wilayah jangkauan operasional perusahaan tersebut meliputi daerah kabupaten Karawang, Subang, dan Indramayu. Peternak plasma yang dibina pada tahun 2010 di ke-tiga daerah tersebut adalah 223 peternak. Dalam melaksanakan perannya sebagai perusahaan inti, STA menjalin kemitraan dengan Charoen Pokpand Indonesia (CPIN) Group untuk mendapat dukungan pasokan sarana produksi ternak (sapronak). CPIN dipilih sebagai mitra oleh STA didasarkan pada kemampuan CPIN dalam menjamin pasokan sapronak dan memperkuat kemampuan pemasaran hasil produksi berupa ayam broiler hidup. Kemampuan CPIN memasok ayam berumur sehari (Day Old Chick, DOC) cukup besar, dengan kepemilikan industri ayam berkapasitas produksi 431 juta ekor per tahun, dan berlokasi di Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Lampung, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah. Untuk pasokan ransum ternak CPIN memiliki pabrik berkapasitas produksi 3.920.000 ton per
115
tahun, berlokasi di kabupaten-kabupaten Tangerang, Sidoarjo, Medan, Demak, Makasar, dan Lampung (CPIN 2009). Dalam pemasaran hasil ternak, STA mampu memasarkan seluruh hasil produksi usaha plasma berupa ayam hidup secara baik ke pelanggan. Pabrik pengolahan daging ayam yang dimiliki CPIN mampu menyerap hasil produksi ayam hidup sekitar 9,49 %, selebihnya (sekitar 90 %) dijual ke pedagang pengumpul. Pabrik tersebut berlokasi di beberapa wilayah propinsi di Indonesia yakni Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, serta berkapasitas produksi sebanyak 62.400 ton per tahun (CPIN 2009). Industri pengolah daging ayam yang dimiliki CPIN tersebut telah menggunakan teknologi modern dan prosedur kerja yang serba otomatis. Namun demikian masih terdapat beberapa proses tertentu yang harus dilakukan secara manual, seperti penimbangan bobot hidup ayam, penyembelihan, dan pemisahan bagian organ dalam (jeroan). Dalam rangka memberikan kepuasan terhadap konsumen terutama di pasar global CPIN telah menerapkan Program Jaminan Mutu berdasarkan konsep Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Tujuan penerapan program tersebut adalah untuk menghasilkan produk yang aman, bermutu dan memberikan integritas secara ekonomis dari produknya. Penerapan sistem Manajemen Mutu berdasarkan konsep HACCP yang dilaksanakan CPIN, berkaitan dengan penerapan fungsi-fungasi manajemen, yaitu Rancangan HACCP dan pelaksanaannya dituangkan dalam proses pemantauan dan perekaman untuk didokumentasikan. Pengawasan dalam program di atas disebut pengawasan mutu secara mandiri (self regulatory quality
116
control) dengan cara melakukan validasi, audit dan verifikasi secara internet (CPIN 2002). Hasil utama pemrosesan ayam adalah daging ayam segar dan olahan, yang diproduksi oleh tiga (3) bagian (house) yaitu rumah penyembelihan (Slaughter House), proses lanjutan (Further Process Product) dan rumah produksi sosis (Sausage House). Produk yang dihasilkan oleh : 1) rumah penyembelihan; adalah daging ayam segar berupa Panggang (Griller); Daging rusuk (Fillet); Paha tanpa tulang (Boneless leg); Paha tanpa tulang dan kulit (Skinless boneless leg); Thick stick; Drum stick; Dada tanpa tulang (Boneless breast); Dada tanpa tulang blok (Boneless breast block); Dada tanpa tulang dan kulit (Skinless boneless breast), dan Daging tanpa tulang (Whole debone chicken), 2) Produk dari proses lanjutan antara lain adalah Fried chicken; Fried drum stick; Nugget; Karaage; Katsu; Spicy chick; Spicy wing; Roasted bill, 3) Rumah Poduksi Sosis menghasilkan produk berupa Sosis (Sausage); bakso (Meat ball); Dada ayam asap (Smoke chicken breast); Daging ayam asap (Smoke chicken Meat); dan Bologna. B. Sistem Kemitraan Pola PIR Ayam Broiler Sistem kemitraan ayam broiler pola PIR yang dibangun STA melibatkan banyak komponen bisnis yang beraktifitas sesuai dengan fungsinya masingmasing. Secara sederhana diperlihatkan pola hubungan antar lembaga dalam sistem kemitraan pola PIR ayam broiler pada Gambar 10. Para peternak plasma yang berada di sekitar perusahaan inti berhubungan secara langsung dengan perusahaan intinya melalui perjanjian kerjasama (kemitraan). Perusahaan inti dengan dukungan industri-industri hulu, peraturan dan perundangan khususnya
117
perunggasan, lembaga pemerintah terutama dinas peternakan, lembaga keuangan, serta lembaga asuransi memperkuat kemampuan operasional pola kemitraan yang dibangun. Pihak yang bertanggungjawab dalam pemasaran ayam hasil produksi adalah perusahaan inti yang berhubungan langsung dengan pasar. Peternak plasma tidak diperkenankan menjual sendiri terhadap ayam hasil produksinya. Peraturan dan perundangan
3.
Plasma
2. Plasma
Pasar
Industri hulu (CPIN, dll): DOC, 4. ransum, obat-obatan, peralatan
STA
Lembaga pendukung : 6. pemerintah, lembaga keuangan, lembaga asuransi
7.
Plasma
5.
Plasma
Gambar 10. Sistem Kemitraan Pola PIR Agroindustri Ayam Broiler Pemasaran ayam broiler hidup yang dihasilkan oleh peternak plasma adalah tanggungjawab perusahaan inti (STA), selain dijual ke CPIN, sebagian besar (90%) dijual ke pedagang pengumpul, dan selanjutnya didistribusikan ke berbagai pelanggan yaitu pasar tradisional, pasar modern, rumah makan, hotel, catering dan konsumen akhir. Tanggung jawab penyediaan lahan, kandang, perlengkapan kandang, dan pemeliharaan yang menjadi tanggungjawab peternak plasma harus dapat dipenuhi. Dalam operasional kemitraan usaha ayam broiler selama ini, risiko kegagalan usaha terbesar terletak pada pihak plasmanya. Hal ini disebabkan kemampuan penerapan teknologi usahanya masih terbatas. Oleh karena itu peran
peternak
sebagai
plasma
dalam
118
kemitraan usaha perlu ditingkatkan, sehingga dapat diperoleh hasil kemitraan yang optimal. Untuk mencapai keberhasilan kemitraan secara keseluruhan, perusahaan inti menjadi pusat kekuatan dengan tanggungjawab yang besar. Oleh karena itu pelaksanaan kemitraan harus dipilih perusahaan inti yang sehat, berkemampuan tinggi dalam memenuhi tanggungjawabnya, dan berkomitmen kuat dalam membangun kemitraan yang baik dengan hasil optimal. Untuk menjamin terpenuhinya sasaran tersebut, maka perlu dilakukan audit teknologi terhadap perusahaan inti (STA) maupun perusahaan penyokong utama sebagai mitranya (CPIN). Dengan demikian dapat diketahui posisi teknologi yang dimiliki dan diterapkan pada perusahaan inti dan perusahaan penyokong tersebut secara nyata berkategori baik, sebagai syarat pencapaian keberhasilan kemitraan yang dijalankannya. Kerjasama antara perusahaan inti (STA) dengan peternak plasma berdasarkan perjanjian kerjasama yang mengatur semua lingkup kemitraan termasuk manfaat yang diperoleh masing-masing pihak dan risiko usaha yang harus ditanggung. Untuk memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai perusahaan inti terhadap usaha plasma, STA dapat melaksanakannya secara baik, meliputi penyediaan sarana produksi ternak (DOC, ransum, dan obat-obatan), peralatan kandang, bimbingan teknologi, pemasaran, dan pembayaran hasil sisa usaha plasma.
119
C. Audit Teknologi Perusahaan Inti (STA) dan Perusahaan Penyokong (CPIN) Peran penting bagi STA sebagai perusahaan inti dalam sistem kemitraan ayam broiler pola PIR yang dibangunnya memerlukan kemampuan dan kometmen yang cukup untuk mencapai keberhasilan. Sesuai perjanjian kerjasama kemitraan yang telah disepakati bersama antara STA dengan peternak plasmanya, STA berperan dan bertanggungjawab untuk hal-hal berikut : 1) Membina, memberi pelayanan dan bimbingan teknis kepada peternak plasma dalam pelaksanaan pemeliharaan ayam; 2) Memasok sarana produksi ternak, meliputi pakan, anak ayam umur sehari (Day Old Chick/DOC), dan obat-obatan sesuai dengan jenis, jumlah, dan jadwal pemasokannya kepada peternak; 3) Membantu mengelola penggunaan pakan, termasuk kemungkinan mengalihkan sapronak yang tidak digunakan, ataupun dengan cara lainnya kepada pihak lain; 4) Membantu administrasi dan pengelolaan kredit; 5) Membantu memasarkan ayam hasil pemeliharaan, dan bersedia menjadi pembeli yang siaga setiap saat. Untuk melaksanakan peran dan tanggungjawab tersebut, STA disokong oleh CPIN dalam pengadaan sapronaknya. Melalui penelitian ini dilakukan penilaian kinerja STA dan CPIN melalui audit teknologi yang dimiliki dan diterapkannya dalam menjalankan perannya sebagai perusahaan inti dan penyokong sapronak (khususnya DOC dan pakan ayam). Untuk persiapan pelaksanaan audit teknologi dilakukan pemetaan
120
teknologi yang berkaitan dengan posisi teknologi yang dimiliki dan diterapkan STA sebagai perusahaan inti. Hasil pemetaan teknologi diperlihatkan pada Gambar 11.
1. Peralatan
1. Kantor 4.Pasar
1. Transportasi
1. Saprotan
3. Akses Informasi
2. Kreativitas
2. PERUSAHAAN INTI-PLASMA
3. Keterkaitan informasi
2.
Orientasi berafiliasi
Orientasi prestasi
3. Komunikasi
2. Orientasi integritas waktu
4. Pengarahan
2. Kewirausahaan
4. Kepemimpinan 4. Peternak Plasma
4. Otonomi kerja
4. Keterlibatan perusahaan
4. Iklim inovasi
4. Kepatuhan perusahaan
Gambar 11. Peta Teknologi yang Berkaitan dengan Sistem Kemitraan Ayam Ras Pedaging /broiler (diadaptasi dari TAM/Khalil 2000) Hasilnya menunjukkan adanya wilayah penilaian teknologi dalam sistem kemitraan ayam ras pedaging pola PIR. Angka 1, 2, 3, dan 4 yang diikuti elemenelemen yang secara berturut-turut menunjukkan keberadaan komponen technoware, humanware, inforware, dan orgaware. Komponen technoware terdiri dari kantor, perlengkapan kantor, peralatan tulis, listrik, telepon, air, transportasi, dan saprotan. Komponen humanware terdiri dari kreativitas tenaga
121
kerja, orientasi prestasi, orientasi berafiliasi, kewirausahaan, dan orientasi integritas waktu. Komponen inforware terdiri dari akses informasi, keterkaitan informasi, dan kemampuan komunikasi. Komponen orgaware terdiri dari kepemimpinan, otonomi kerja, pengarahan, keterlibatan perusahaan, iklim inovasi, kepatuhan perusahaan, dan pasar. Informasi tentang komponen teknologi THIO tersebut diperlukan untuk membantu pelaksanaan audit. Pelaksanaan audit teknologi tersebut dilakukan pada tahun 2007 sampai dengan 2009 oleh tim auditor yang terdiri dari : 1) Peneliti, 2) Director PT. Sahabat Ternak Abadi/STA, 3) Area Head Production STA, dan 4) Branch Head Area Cikampek. Hasil audit terhadap enam kategori dengan metode yang diadaptasi dari Technology Audit Model/TAM (Khalil 2000) diperlihatkan pada Tabel 15 sampai Tabel 20. 1. Lingkungan Teknologi Hasil audit kategori lingkungan teknologi terhadap STA dan CPIN dengan skala rata-rata 4,47 dan 4,80, diartikan baik pada STA dan mendekati baik sekali pada CPIN (Tabel 15). Seluruh kegiatan STA maupun CPIN dipusatkan di kantor dan setiap kepala unit dalam struktur organisasi diberi tugas secara jelas dan mempunyai kewenangan pada tingkat tertentu untuk pengambilan keputusan. Gaya manajemen perusahaan STA disesuaikan dengan tingkat kompleksitas struktur organisasi. Tenaga kerja lapangan bertanggungjawab kepada kepala unit masing-masing, dengan kemandirian yang cukup baik. Komunikasi antara bawahan dengan atasan serta antar bagian berjalan dengan baik. Gambar 12 memperlihatkan struktur organisasi STA, sedangkan Gambar 13 memperlihatkan struktur organisasi CPIN.
122
Tabel 15. Hasil Audit Teknologi Untuk Lingkungan Teknologi PT. Sahabat Ternak Abadi (STA) dan PT.Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) * Wilayah Penaksiran 1.1 Orientasi dan Kepemimpinan puncak 1.2 Strategi teknologi
1.3 Struktur Organisasi
Elemen
Nilai Penaksiran
-Teknologi merupakan prioritas utama dalam strategi bisnis. -Keterlibatan manajer dalam budaya teknologi perusahaan. - Strategi perusahaan dalam pencapaian visi perusahaan. -Tujuan dengan kemantapan standar teknologi -Deployment : komunikasi dalam organisasi. - kejelasan bagan organisasi.
- kemandirian kelompok kerja. - Budaya sebagai faktor strategis - Pembelajaran organisasi - Kebebasan komunikasi dalam organisasi - Keefektifan perubahan manajemen. 1.5 Manusia (tenaga - Perekrutan tenaga kerja baru kerja) - Pelatihan tenaga kerja. - Empowerment : keterlibatan tenaga kerja - Sistem penggajian Nilai rata-rata Keterangan : * metode diadaptasi dari TAM (Khalil 2000) 1.4 Kemajuan budaya teknologi
STA 4
CPIN 5
5
5
4
5
3
5
5 5
5 5
5 5 5 5 5 4 4 5 4 4,47
5 5 5 4 4 5 5 4 5 4,80
Direktur
Produksi
Finance/Accounting
Human Capital
Technical Service
Admin Produksi
Keuangan
Akuntansi
Sales
Gambar 12 . Struktur Organisasi PT. Sahabat Ternak Abadi/STA (STA 2010)
123
CPIN merupakan perusahaan di bidang peternakan terbesar di Indonesia. Pembagian fungsi organisasi pada sruktur organisasi CPIN, terlihat lebih kompleks. Kompleksitas fungsi dan hirarki organisasi dibuat sesuai kebutuhan bagi perusahaan besar. Fungsi-fungsi organisasi seperti kegiatan produksi, pemasaran, keuangan, pembelian, sumber daya manusia, dan teknologi informasi, dibentuk dalam departemen yang mempunyai otonomi kerja sesuai fungsi masing-masing (Gambar 13).
Rapat Umum Pemegang Saham
Dewan Komisaris
Komite Audit
Direksi
Audit Internal
Kepala Departemen Pemasaran
Kepala Departemen Produksi
Kepala Departemen Pembelian
Kepala Departemen SDM
Kepala Departemen
Keuangan
Kepala Departemen Teknologi Informasi
Gambar 13 . Struktur Organisasi PT. Charoen Phokpand Indonesia (CPIN) (CPIN 2009)
124
Keberhasilan STA dalam mejalankan bisnisnya, sangat dipengaruhi oleh tingkat kemampuan dan kinerja CPIN. Hal ini disebabkan karena CPIN merupakan perusahaan penyokong utama pasokan sapronak dalam sistem kemitraan pola PIR yang dijalankan STA. Jika kemampuan CPIN dalam memasok sapronak rendah, atau terdapat kendala pada pelaksanaan kegiatannya, secara langsung dapat menjadi hambatan pelaksanaan kegiatan bisnis bagi STA. CPIN mempunyai peranan yang strategis dalam sistem kemitraan tersebut, sehingga audit terhadap teknologi yang dimiliki CPIN merupakan hal penting untuk dilakukan. Informasi hasil audit tentang posisi teknologi yang dimiliki CPIN diharapkan dapat menguatkan informasi tentang kemampuan CPIN yang tinggi dalam memenuhi pasokan sapronak dan pasar. Penilaian teknologi yang dimiliki CPIN pada penelitian ini didasarkan dari Laporan Tahunan CPIN tahun 2009 yang dipublikasikan melalui web-site http://www.cp.co.id/wp-content/uploads/2010/05/annual-report-CPIN-2009bahasa.pdf., diakses tanggal 13 Juli 2010. Hasil penilaian teknologi yang dimiliki CPIN pada enam kategori diperlihatkan pada : 1) Tabel 15 (lingkungan teknologi, 2) Tabel 16 (kategorisasi teknologi), 3) Tabel 17 (pasar dan pesaing), 4) Tabel 18 (inovasi proses), 5) Tabel 19 (fungsi nilai tambah), dan 6) Tabel 20 (Akuisisi dan eksploitasi teknologi). Komitmen jangka panjang yang telah dirintis oleh CPIN sejak lama adalah menyediakan pakan ternak yang terbaik dan mutu DOC yang unggul kepada peternak, sehingga memperoleh kepercayaan dan kesetiaan dari para peternak unggas di seluruh Indonesia untuk menggunakan pakan dan DOC hasil
125
produksinya. Kondisi tersebut menjadi kekuatan penting bagi CPIN untuk meraih posisinya sebagai pemimpin pasar di Indonesia. Mutu produk yang tinggi dan kemampuan CPIN yang handal dalam pasokan permintaan peternak unggas di seluruh Indonesia dapat diwujudkan karena didukung oleh kepemilikan dan penerapan teknologi secara baik. Teknologi merupakan prioritas utama dalam strategi perseroan untuk memenangkan
persaingan
bisnis.
Otomatisasi
mesin-mesin
produksi
dilaksanakan dengan baik. Kejelasan struktur organisasi untuk mempertegas tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam organisasi dapat diciptakan dengan baik sekali. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) memegang kekuasaan tertinggi dalam Perseroan. Dewan Komisaris mempertanggungjawabkan hasil kerja Direksi
pada RUPS setiap tahun sekali, dan masa
jabatannya ditetapkan selama lima tahun dengan tidak mengurangi hak RUPS untuk memberhentikan bilamana diperlukan sebelum masa jabatannya habis. Dewan Komisaris Perseroan terdiri dari sedikitnya tiga orang, yaitu satu orang sebagai Presiden Komisaris dibantu satu orang Wakil Presiden Komisaris, dan satu orang anggota. Tugas Dewan Komisaris adalah melakukan pengawasan atas kebijaksanaan dan pelaksanaan pengurusan, serta memberi nasihat kepada Direksi. Pelaksanaan tugas dan tanggung-jawab Dewan Komisaris dibantu oleh Komite Audit. Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan Tugas Dewan Komisaris. Direksi bertanggung-jawab kepada Dewan Komisaris.
126
Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Direksi dibantu oleh Tim Audit Internal untuk mengumpulkan informasi kegiatan-kegiatan penting yang perlu dilakukan. Peran karyawan dianggap penting dalam rangka mencapai keberhasilan Perseroan. Oleh karena itu CPIN senantiasa berupaya untuk meningkatkan mutu dan produktivitas serta motivasi setiap karyawannya. Upaya-upaya yang telah dilakukan CPIN untuk meningkatkan kinerja karyawannya antara lain sebagai berikut : 1) Perbaikan sistem penggajian, yaitu senantiasa melakukan penyesuaian besarnya gaji karyawan dengan laju inflasi, serta memperhatikan upah minimum yang ditetapkan Pemerintah dalam hal ini Departemen Tenaga Kerja. Saat ini besar gaji karyawan berada di atas upah minimum ketetapan Pemerintah. 2) Menyediakan berbagai macam tunjangan dan fasilitas, yaitu tunjangan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek), pengobatan, asuransi, transportasi, kematian, melahirkan, dan pernikahan. 3) Pelatihan dan pengembangan, yaitu menyelenggarakan pelatihan yang berkesinambungan setiap tahun meliputi pelatihan manajerial, dan teknis operasional. 2. Kategorisasi Teknologi Kategorisasi teknologi pada STA dan CPIN diaudit berdasarkan tiga wilayah penaksiran yaitu teknologi jasa/produk. teknologi proses, dan teknologi dalam pemasaran. Hasil audit pada kategorisasi teknologi menunjukkan skala
127
rata-rata 4,00 bagi STA, berarti baik dan 4,80 bagi CPIN, berarti baik sekali (Tabel 16 ). Tabel 16. Hasil Audit Teknologi Untuk Kategorisasi Teknologi PT. Sahabat Ternak Abadi (STA) dan PT.Charoen Pokphand Indonesia (CPIN). Wilayah Penaksiran
2.1 Teknologi jasa/produk
2.2 Teknologi proses
2.3 Teknologi dalam pemasaran
Elemen
Nilai Penaksiran STA
CPIN
5
5
4
5
4
5
- Trends teknologi kompetensi utama
4
5
-Teknologi internal difokuskan pada teknologi proses -Teknologi eksternal meliputi proses-proses produksi -Penaksiran teknlogi dasar dalam posisi persaingan -Trends teknologi proses kunci produk utama -Inovasi pemasaran yang agresif
4
4
4
5
4
5
4
5
3
4
-Konsep produk-jasa kepuasan pelanggan.
4
5
4,00
4,80
- Teknologi internal sebagai kekuatan dan keberaniannya. -Teknologi eksternal sesuai kepentingan strategis - Teknologi dasar dalam posisi persaingan
Nilai rata-rata Keterangan : * metode diadaptasi dari TAM (Khalil 2000)
STA dalam menjalankan bisnisnya disesuaikan dengan kemampuannya secara mandiri. Efisiensi biaya operasional dan modal investasi menjadi faktor penting dalam kegiatan bisnis secara keseluruhan. Untuk tujuan tersebut pada beberapa kegiatan usaha dilaksanakan dengan cara bermitra kepada perusahaan lain yang mampu memberi dukungan keberhasilan usaha. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi pasokan saprotan (DOC, pakan, peralatan, obat-obatan dan vitamin), transportasi untuk pasokan saprotan, dan keuangan.
128
Kemampuan perusahaan inti untuk memasok saprotan kepada peternak plasma merupakan faktor yang sangat penting dalam pola PIR. Untuk penyediaan saprotan, STA bermitra dengan CPIN. Selama ini, kegiatan tersebut dilaksanakan dengan baik. Distribusi saprotan dari produsen (pabrik untuk pakan, farm untuk DOC) ke peternak plasma oleh STA dilaksanakan melalui jasa ekspedisi. Untuk pemasaran hasil produksi berupa ayam broiler hidup, sangat dipengaruhi harga pasar. Tingkat agresifitas pemasaran untuk menciptakan peluang pasar baru, termasuk kategori rata-rata seperti umumnya perusahaan perunggasan. Hal ini disebabkan karena terdapat faktor-faktor pembatas utama seperti jumlah pasokan DOC, keragaan peternak plasma, jumlah pesaing, dan tingkat pertumbuhan permintaan pasar. Produk utama CPIN adalah pakan ternak dengan kontribusi terhadap laba Perseroan adalah 76,38 % pada tahun 2009. Pada kurun waktu tersebut produksi pakan meningkat adalah 1,53 % dibandingkan produksi tahun 2008. Hal ini menunjukkan Perseroan mampu memaksimalkan kapasitas pasang produksi dari mesin-mesin produksi yang dimilikinya. Perolehan laba Perseroan pada tahun 2009 mengalami kenaikan adalah 19,05 % dari pada tahun sebelumnya, menunjukkan adanya peningkatan kinerjanya. Peningkatan produksi dan laba yang diperoleh perusahaan mengindikasikan bahwa produk yang dihasilkan CPIN diterima pasar secara baik. Kendala yang masih sering muncul adalah ketersediaan bahan baku pakan, seperti jagung dan bungkil kedelai.
129
Bahan baku terutama jagung, sering mengalami fluktuasi pengadaannya karena pengaruh iklim. Pada saat musim panen (umumnya menjelang musim kemarau), persediaan jagung melimpah, sebaliknya pada saat menjelang sampai awal musim hujan (bulan Oktober-Januari), persediaan
jagung di pasaran
mengalami kelangkaan. Untuk mengatasi fluktuasi persediaan jagung tersebut, CPIN memprogramkan untuk mengakuisisi perusahaan penghasil jagung. Dalam rangka upaya peningkatan kinerja Perseroan, CPIN juga memprogramkan untuk meningkatkan kapasitas produksi pakan ternak dengan mendirikan pabrik-pabrik baru, mendirikan fasilitas pembibitan DOC baru terutama di luar pulau Jawa. Pemasaran produk-produk utama CPIN (pakan ternak dan DOC) selama ini diprioritaskan untuk memenuhi permintaan perusahaan-perusahaan perunggasan yang menjalankan usahanya melalui sistem kemitraan, salah satu mitranya adalah STA. Pemesanan terhadap pakan ternak maupun DOC dilakukan melalui jaringan intranet yang disediakan Perseroan. Dengan sistem tersebut, Perseroan dapat secara cepat dapat merespon permintaan seluruh pelanggannya. 3. Pasar dan Pesaing Audit teknlogi untuk kategori pasar dan pesaing meliputi dua wilayah penaksiran yaitu keperluan pasar, dan status pesaing. Hasil audit menunjukkan nilai skala rata-rata 4,25 untuk STA, berarti baik dan CPIN adalah 4,75 yang berarti baik dan mendekati baik sekali. Pemasaran hasil produksi peternak plasma berupa ayam broiler hidup oleh STA, secara keseluruhan berlangsung baik. Penaksiran terhadap jumlah kebutuhan pasar terprediksi dengan sangat baik.
130
Penjualan ayam broiler hidup dilakukan untuk memenuhi permintaan Unit Daging Olahan CPIN dan pelanggan lainnya (pedagang pengumpul). Pemenuhan permintaan pelanggan disesuaikan kemampuan pasokan DOC. Pasokan DOC oleh CPIN merupakan faktor pembatas produksi saat ini. Jumlah produksi ayam broiler hidup yang terkendali, ditujukan untuk kestabilan harga pasar. Fluktuasi harga pasar sering terjadi secara cepat, disebabkan karena banyak faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan STA, seperti terjadinya wabah penyakit pada produsen di lingkungan sendiri maupun produsen lain. Jika terjadi wabah penyakit dapat mengakibatkan ketidak-akuratan prediksi pasar atas permintaan dan penawaran oleh STA, yang dapat mengganggu pelaksanaan bisnis secara keseluruhan. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penerapan biosekuriti yang ketat. Namun pelaksanaannya sampai saat ini masih terkendala oleh kemampuan teknis peternak plasma. Hasil audit teknologi untuk pasar dan pesaing pada CPIN terdapat satu elemen yang masih perlu ditingkatkan yaitu sistem penaksiran pesaing (Tabel 17). Pesaing bisnis diposisikan sebagai faktor penting dan menjadi pertimbangan dalam menyusun strategi perusahaan oleh CPIN, namun belum dilakukan penaksiran secara periodik. Audit teknologi untuk pasar dan pesaing pada PT. Sahabat Ternak Abadi (STA) dan CPIN yang metode diadaptasi dari TAM (Khalil 2000), diperlihatkan pada Tabel 17. 4. Inovasi Proses Audit kategori inovasi proses mencakup tiga wilayah penaksiran yaitu generasi ide, penggerak teknologi, dan konsep untuk pasar. Hasil audit
131
menunjukkan nilai skala rata-rata 4,20 berarti baik dan diperlihatkan pada Tabel 18. Tabel 17. Hasil Audit Teknologi Untuk Pasar dan pesaing PT. Sahabat Ternak Abadi (STA) dan PT.Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) * Wilayah Penaksiran
3.1 Keperluan pasar
3.2 Status pesaing
Elemen
Nilai Penaksiran STA
CPIN
- Sistem penaksiran pasar sesuai keperluan pasar -Teknologi pemasaran sebagai teknologi untuk keberanian kebijaksanaan dan strategi teknologi seluruhnya. - Penaksiran pesaing secara periodik
5
5
4
5
4
4
- Benchmarking proses-proses internal
4
3
4,25
4,75
Nilai rata-rata Keterangan : * metode diadaptasi dari TAM (Khalil 2000)
Tabel 18. Hasil Audit Teknologi Untuk Inovasi Proses PT. Sahabat Ternak Abadi (STA) dan PT.Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) * Wilayah Penaksiran
4.1 Generasi ide
4.2
4.3
Elemen
STA
CPIN
- Intrapreneurship seluruh tingkat organisasi
3
5
-Enterpreneurship konsisten dengan strategi.
5
5
- Ilmu pengetahuan pendorong
4
5
- Pasar penarik dari kesenjangan dan peluang pasar
4
5
- Waktu impas dan biaya impas sesuai pasar
5
5
Nilai rata-rata
4,20
5,00
Penggerak teknologi
Konsep untuk pasar
Nilai Penaksiran
Keterangan : * metode diadaptasi dari TAM (Khalil 2000)
Keterlibatan seluruh tingkat organisasi adalah untuk memberi masukan terhadap pembuatan perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi kegiatan agar seluruh proses berjalan dengan baik dan berhasil. Informasi yang diperoleh dari setiap karyawan maupun kepala unit, dikomunikasikan secara baik dalam 132
organisasi, sehingga sangat membantu perusahaan dalam membuat keputusan yang tepat. Keputusan yang dibuat adalah dalam hal memperbaiki besaran garansi harga saprotan dan harga pembelian ayam broiler hidup yang tertuang dalam kontrak perjanjian kerjasama dengan peternak plasma. Perbaikan garansi harga sarana produksi ternak (sapronak) dan daging ayam hidup dilakukan secara periodik dalam kurun waktu satu tahunan disesuaikan dengan perkembangan pasar. Kinerja CPIN sebagai salah satu Perseroan yang bergerak dalam bidang agribisnis secara keseluruhan baik, sehingga CPIN dapat menempatkan posisinya sebagai pemimpin dalam persaingannya di Indonesia. Hasil audit khususnya pada inovasi proses menunjukkan nilai rata-rata 5,00 yang berarti baik sekali dan sesuai dengan nilai harapannya (Tabel 18). Kepemimpinan pada setiap bagian kegiatan berjalan dengan baik, sehingga dapat mencapai hasil kerja dengan kinerja yang tinggi. Gagasan dan ide dari setiap tingkat organisasi disampaikan dengan tanpa hambatan akibat birokrasi dan konsisten dengan strategi Perseroan. Ilmu pengetahuan merupakan hal penting bagi CPIN, sehingga kepedulian terhadap dunia pendidikan cukup besar. Kerjasama untuk melakukan penelitian dan pendidikan di lingkungan perguruan tinggi sering dilakukan. Perkiraan-perkiraan finansial sesuai kondisi pasar dapat dilaksanakan dengan baik oleh CPIN. Faktor yang masih menjadi hambatan dalam penghitungan biaya impas adalah ketersediaan dan fluktuasi harga bahan baku. Masalah tersebut diharapkan dapat diatasi dengan akuisisi yang telah direncanakan CPIN untuk tahun 2010 terhadap perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan produk-produk agribisnis, khususnya bahan baku proses
133
produksi yaitu PT. Agrico International, sebuah perusahaan pemasok produkproduk pertanian sebagai bahan baku industri pakan ternak. 5. Fungsi Nilai Tambah Audit terhadap fungsi nilai tambah mencakup tiga wilayah penaksiran yaitu penelitian dan pengembangan, operasi, dan teknologi peduli lingkungan. Hasil audit fungsi nilai tambah pada STA menunjukkan skala rata-rata 3,83, berarti baik (Tabel 19). Tabel 19 . Hasil Audit Teknologi Untuk Fungsi nilai tambah PT. Sahabat Ternak Abadi (STA) dan PT.Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) * Wilayah Penaksiran 5.1 Penelitian dan pengembangan
5.2 Operasi
Elemen
STA
CPIN
-Fungsi silang kelompok
4
5
- Portofolio penelitian dan pemgembangan
4
5
- Analisis keberhasilan/ kebangkrutan
4
5
- Perbaikan variabel penting dari proses
5
5
3
5
3
5
3,83
5,00
5.3 Teknologi peduli - Proses dan produk hijau lingkungan
Nilai Penaksiran
- Analisis siklus hidup produk Nilai rata-rata
Keterangan : * metode diadaptasi dari TAM (Khalil 2000)
Pengalaman proses produksi dari peternak plasma merupakan informasi penting untuk bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan peternak plasma secara keseluruhan. Pembinaan dilakukan secara kelompok maupun individu oleh STA kepada peternak plasma minimal setiap seminggu sekali. Evaluasi setiap siklus produksi di tingkat peternak plasma dilakukan dengan baik, dan diidentifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan ataupun kegagalan produksi
134
untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan siklus periode berikutnya maupun dalam rangka pembinaan peternak plasma seluruhnya. Untuk menciptakan produksi bersih, STA berpartisipasi melalui peternak plasma yang dibinanya dengan menganjurkan pelaksanaan pengendalian bau kandang dan menekan populasi lalat. Bau kandang dan populasi lalat rumah merupakan faktor utama yang dapat mengganggu lingkungan. Teknologi untuk mengendalikan ke-dua faktor tersebut dengan cara : 1) menghindari kelembaban lantai kandang yang berlebihan untuk mengurangi bau kandang, 2) melakukan pengerukan kotoran ayam setiap dua hari sekali untuk mengendalikan populasi lalat rumah, 3) menggunakan pakan yang ditambahkan obat pengendali larva lalat. Hasil audit terhadap fungsi nilai tambah pada CPIN menunjukkan nilai rata-rata 5,00, hal ini berarti baik sekali dan sesuai nilai harapan (Tabel 19). Rapat koordinasi antar bagian dilakukan sekali dalam seminggu, sehingga tercipta kerjasama secara baik. Analisis keberhasilan dan kendala operasional yang timbul dapat dilaksanakan secara baik. Untuk melaksanakan kegiatankegiatan tersebut, dibentuk bagian dalam struktur organisasi yang dinamakan Audit Internal. Berbagai penelitian
yang
telah
dilakukan CPIN
bertujuan
untuk
meningkatkan mutu produk yang dihasilkan. Sebagai contoh, penelitian tentang formula pakan ternak untuk meningkatkan efisiensi. Pakan ternak ayam broiler yang diproduksi CPIN dapat menurunkan nilai FCR. Keragaan produksi yang lebih baik tersebut juga disebabkan adanya perbaikan mutu DOC, sehingga mempersingkat umur panen ayam broiler.
135
6. Akuisisi dan Eksploitasi Teknologi Audit terhadap akuisisi dan eksploitasi teknologi meliputi empat wilayah penaksiran yaitu akuisisi teknologi, transfer teknologi, eksploitasi untuk keuntungan, dan proteksi. Hasil audit dengan skala rata-rata 3,33, berarti setingkat rata-rata atau sedang (Tabel 20). Metode akuisisi teknologi terhadap teknologi yang berkembang masih merupakan hal yang perlu dikembangkan ke arah lebih agresif. Keterbatasan metode akuisisi dan transfer teknologi yang diterapkan STA disebabkan karena tingkat teknologi yang dibutuhkan dalam produksi ternak umumnya adalah teknologi tepat guna dan tersedia secara luas di dunia bisnis perunggasan umumnya. Tabel 20. Hasil Audit Teknologi Untuk Akuisisi dan eksploitasi teknologi PT.Sahabat Ternak Abadi (STA) dan PT.Charoen Pokphand Indonesia* Wilayah Penaksiran 6.1 Akuisisi teknologi
6.2 Transfer teknologi
6.3 Eksploitasi untuk keuntungan 6.4 Proteksi
Elemen
Nilai Penaksiran STA
CPIN
- Metode akuisisi
3
5
- Ketepatan modal investasi
4
5
- Prosedur transfer
3
5
- Transfer tenaga kerja
3
5
- Eksploitasi untuk keuntungan sesuai
4
5
3
5
3,33
5,00
strategi teknologi dan klasifikasi teknologi - Proteksi pengetahuan Nilai rata-rata
Keterangan : * metode diadaptasi dari TAM (Khalil 2000).
Transfer teknologi dilakukan melalui CPIN berkaitan dengan mutu DOC, dan formula pakan. Pemuliaan genetik DOC oleh CPIN secara terus menerus dilakukan, dengan tujuan untuk memperbaiki potensi performa ayam broiler yang dipasarkan. Tujuan ini dapat dicapai secara baik, dengan adanya
136
peningkatan efisiensi pakan dan umur ayam lebih singkat untuk dipanen dengan bobot badan rata-rata 1,8 kg per ekor (30-32 hari/ sebelumnya 35-40 hari). Secara keseluruhan, posisi teknologi STA bernilai baik, dan baik sekali berdasarkan nilai rata-rata hasil audit pada ke-enam kategori teknologi yang dimilikinya yaitu Tabel 15 sampai dengan Tabel 20. Materi tersebut, diperjelas melalui Gambar 14.
Gambar 14. Kesenjangan Nilai Penaksiran Rata-rata Terhadap Nilai Harapan dari Ke-enam Kategori Teknologi pada STA dan CPIN (2009)
Kesenjangan antara nilai penaksiran terhadap nilai harapan terkecil untuk STA terjadi pada lingkungan teknologi, sedangkan kesejangan terbesar pada
137
akuisisi dan eksploitasi teknologi. Dengan kondisi tersebut, STA sebagai perusahaan inti dalam kemitraan pola PIR yang dibangunnya, perlu membuat strategi yang difokuskan terutama pada akuisisi dan eksploitasi teknologi. Hal ini didasarkan kepada kondisi kesenjangan terbesar antara nilai penaksiran terhadap nilai harapan yang terjadi pada wilayah penaksiran akuisisi dan eksploitasi teknologi. Kondisi teknologi pada kategori lingkungan teknologi yang dimiliki STA dapat dijadikan sumber kekuatan utama dalam persaingan bisnis. Hal ini didukung adanya kesenjangan yang paling kecil antara nilai penaksiran terhadap nilai harapan pada ke-enam kategori yang diaudit.
Dengan memaksimalkan
penerapan teknologi pada kategori lingkungan teknologi sebagai sumber kekuatan utama dan peningkatan pada kategori akuisisi dan eksploitasi teknologi, STA diharapkan dapat menjadi pemimpin di lingkungan bisnis kemitraan perunggasan, khususnya ayam broiler. Hasil audit terhadap akuisisi dan eksploitasi teknologi pada CPIN, diperlihatkan pada Tabel 20, dengan nilai rata-rata 5,00 yang berarti baik sekali dan sesuai dengan nilai harapan. Akuisisi teknologi untuk proses-proses produksi oleh CPIN dilakukan dengan baik sesuai harapan. Perbaikan mesin-mesin produksi diarahkan kepada operasi otomatis, untuk meningkatkan kinerja dan mutu produk. Pemasangan dan operasionalisasi mesin-mesin otomatis baru yang didukung oleh tenaga kerja yang sesuai dan mampu mengoperasikan mesin baru tersebut, sehingga CPIN (selaku perusahaan pembeli) dapat mengoperasikannya secara benar. Kerahasiaan atas temuan yang menjadi andalan Perseroan dilakukan dengan baik.
138
Berdasarkan nilai rata-rata hasil penaksiran pada Tabel 15 sampai dengan Tabel 20 yang dibandingkan nilai harapannya, terdapat kesenjangan pada kategori lingkungan teknologi, kategorisasi teknologi, serta pasar dan pesaing untuk CPIN. Gambar 14 memperlihatkan kesenjangan tersebut. Rata-rata nilai kesenjangan adalah 0,20 pada kategori lingkungan teknologi terhadap nilai harapan (5,00), merupakan indikator bahwa CPIN perlu meningkatkan hal-hal berikut : 1) Kebebasan komunikasi dalam organisasi yaitu kemudahan untuk melakukan komunikasi dari level atas ke level bawah maupun dari bawah ke atas dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung-jawab masing-masing, 2) Keefektifan perubahan manajemen yaitu mengoptimalkan kemampuan dan keterampilan pada setiap tingkat organisasi untuk dapat bekerja secara mandiri dengan penuh rasa tanggungjawab, 3) Keterlibatan tenaga kerja yaitu melalui upaya-upaya peningkatan partisipasi aktif karyawan pada setiap tingkat organisasi dalam lingkup tugas dan tanggungjawab masing-masing. Kesenjangan nilai rata-rata adalah 0,20 pada kategorisasi teknologi terhadap nilai harapan (5,00), menunjukkan bahwa CPIN perlu merealisasikan rencana yang telah diputuskan untuk : 1) otomatisasi proses produksi, 2) mendekatkan lokasi pabrik, pusat-pusat distribusi produk kepada pelanggan. Kesenjangan nilai rata-rata penaksiran juga terjadi pada kategori pasar dan pesaing adalah 0,25. Untuk itu CPIN perlu melakukan penaksiran pasar dan perkembangan pesaing bisnis secara periodik, sehingga dapat mengambil
139
keputusan yang tepat jika terjadi fluktuasi ketersediaan dan harga bahan baku, serta harga dan jumlah permintaan produk yang dihasilkan. Kemampuan teknologi yang dimiliki STA dan CPIN berdasarkan hasil audit sebagaimana telah dibahas di muka adalah baik dan baik sekali. Kondisi tersebut akan memberi jaminan terhadap pelaksanaan yang baik sesuai peran dan tanggungjawab STA sebagai perusahaan-inti dan CPIN sebagai perusahaan penyokongnya, sehingga kemitraan yang dijalankanya berhasil. D. Potensi Kemitraan Keberhasilan kemitraan dipengaruhi oleh sekurang-kurangnya tujuh belas faktor kunci yang telah diidentifikasi oleh Womack et al. (1990) diacu dalam Herman (2002) meliputi: memilih mitra, keinginan untuk menjadi mitra, kepercayaan, karakter dan etika, impian strategis, kecocokan budaya, arah yang konsisten, informasi bersama, tujuan dan minat bersama, risiko ditanggung bersama secara adil, keuntungan dinikmati bersama secara adil, sumber daya cukup sesuai, waktu kerjasama disepakati dan cukup panjang, disponsori oleh manajemen puncak, keterikatan pada ketentuan, pengertian dasar yang sama tentang nilai yang dibawa oleh mitra ke dalam kemitraan, dan aturan, kebijaksanaan dan pengukuran kinerja yang mendukung kemitraan. Hasil penelitian menunjukkan besarnya nilai potensi kemitraan pada pola PIR Perunggasan ayam pedaging (broiler) antara PT.Sahabat Ternak Abadi (STA) sebagai perusahaan-inti dengan PT. Charoen Pokphand Indonesia (CPIN) sebagai Perseroan utama penyokong sapronak bagi STA. Hasil analisis potensi kemitraan yang dijalankan STA diperlihatkan pada Tabel 21.
140
Tabel 21.Faktor-faktor kunci keberhasilan kemitraan pola PIR di lingkungan PT.Sahabat Ternak Abadi/STA (2008) * No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Faktor-faktor keberhasilan dalam Usaha Memilih mitra Keinginan untuk menjadi mitra Kepercayaan Karakter dan etika Impian strategis Kecocokan budaya Arah yang konsisten Informasi bersama Tujuan dan minat bersama Risiko ditanggung bersama secara adil Keuntungan dinikmati bersama secara adil Sumber daya cukup sesuai Waktu kerjasama disepakati dan cukup panjang Disponsori oleh manajemen puncak Keterikatan pada ketentuan Pengertian dasar yang sama tentang nilai yang dibawa oleh mitra ke dalam kemitraan 17 Aturan, kebijaksanaan dan pengukuran kinerja yang mendukung kemitraan
Jumlah Faktor (JF)
Nilai 4 5 3 5 5 3 4 4 4 3 4 5 5 5 4
Keterangan JF < 30 = tidak ada kemitraan, 30 < JF < 50 = ada masalah dalam kemitraan, 50 < JF < 70 = kemitraan potensial, JF > 70 = kemitraan yang baik.
4 4 71
Keterangan : * metode diadaptasi dari Womack et al. (1990).
Jumlah nilai adalah 71 yang diperoleh dari tujuh belas faktor yang dinilai, menunjukkan bahwa kemitraan yang dijalankan STA dalam budidaya ayam ras pedaging termasuk dalam kategori kemitraan yang baik. Menurut Hafsah (2000), kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Terdapat enam dasar etika bisnis yaitu : 1) Karakter, integritas, dan kejujuran; 2) Kepercayaan; 3) Komunikasi yang terbuka; 4) Adil; 5) Keinginan pribadi dari pihak yang bermitra; dan 6) Keseimbangan antara insentif dan risiko. Jika enam dasar etika bisnis tersebut dapat dilaksanakan dalam kemitraan, maka keberhasilan dalam bermitra akan dapat dicapai baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Mariotti 1993, diacu dalam Hafsah 2000). Pola PIR melibatkan perusahaan inti dan peternak sebagai plasmanya. Perusahaan inti berperan dalam memasok sarana produksi (Day old chick/DOC, 141
ransum, dan obat-obatan), pemasaran hasil produksi, serta pembinaan dalam pemeliharaan, sementara peternak plasma bertanggungjawab memelihara DOC sampai mencapai umur layak untuk dijual dan dikonsumsi. Perusahaan inti maupun peternak plasma masing-masing mempunyai pengetahuan yang cukup untuk memilih dan memutuskan serta berkeinginan kuat untuk bermitra dalam bisnis. Kepercayaan secara berangsur-angsur dibangun seiring dengan proses bisnis yang dijalankannya. Karakter dan etika bisnis dijalankan dengan baik, setiap pelanggaran maupun kelalaian akan dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan. Jika terjadi kesalahan fatal, biasanya dilakukan pemutusan atau penghentian kontrak kerjasama. STA sebagai perusahaan inti, telah memiliki pemahaman yang cukup terhadap budaya setempat dimana kemitraan bisnis dijalankan, hal ini terbukti dengan adanya kelangsungan bisnis yang dijalankannya masih diminati banyak peternak di wilayah kerjanya sejak tahun 1996 sampai sekarang. Arah bisnis dijalankan secara konsisten untuk memajukan dunia perunggasan nasional, khususnya ayam ras pedaging dengan mengedepankan perolehan keuntungan yang dinikmati dan risiko ditanggung bersama secara adil. Berbagai informasi yang mendukung keberhasilan usaha diketahui bersama (saling memberi informasi), saling pengertian dengan didasari tujuan dan keinginan bersama untuk bermitra dalam menjalankan kemitraan bisnis antara STA dan Peternak plasmanya. Sumberdaya yang digunakan (meliputi sumberdaya manusia dan sumberdaya buatan) di STA cukup sesusai dengan tugas, fungsi dan peruntukannya. Sumberdaya manusia rata-rata berpendidikan sarjana strata 1 (S1), ditempatkan antara lain pada jabatan Direktur, Manajer dan
142
Staf bagian Produksi, Keuangan, dan Pemasaran, sehingga sesuai dengan keahlian dan pengalaman yang dimiliki. Sumberdaya lain seperti sarana produksi (pakan, peralatan, dan DOC), transportasi, teknologi informasi dan komunikasi cukup memadai. Kondisi ini diciptakan untuk menjamin keberlangsungan produksi dan kegiatan pembinaan kepada peternak plasma. Sarana transportasi untuk pengiriman DOC dan ransum ditanggung oleh perusahaan inti melalui jasa ekspedisi dari pihak ketiga melalui kontrak kerjasama antara perusahaan inti dengan pihak ketiga tersebut. Sumberdaya yang digunakan pada tingkat peternak plasma cukup memadai, pada umumnya berkualifikasi lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP). Sarana dan prasarana produksi yang menjadi tanggungjawab peternak plasma seperti lokasi kandang dan konstruksinya, fasilitas dan peralatan pada umumnya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan inti. Bisnis perunggasan (produksi daging ayam) dengan pola PIR yang dijalankan oleh STA dengan dukungan CPIN mengacu pada SK Mentan Nomor 472/Kpts/TN.330/6/1996 tentang pola kemitraan ayam ras. Pada Gambar 15 ditunjukkan adanya variabel-variabel kunci dalam teknologi usaha inti dalam sistem kemitraan ayam ras pedaging.
Informasi
dikumpulkan
dari
hasil
pengamatan atas variabel-variabel kunci dalam sistem kemitraan bagi perusahaan inti. Untuk menganalisa hubungan dan keterkaitan teknologi usaha
variabel-variabel
kunci
inti tersebut dilaksanakan dalam satu proses analisis bagi
teknologi usaha plasma dengan menggunakan
metode Structural Equation
Modelling (SEM). Hasil analisis berupa besaran pengaruh masing-masing variabel dan indikator kunci menunjukkan hubungan dan keterkaitannya,
143
sehingga dapat digunakan sebagai acuan pengembangan usaha ternak di tingkat plasma yang lebih efektif oleh perusahaan inti.
1.
1. Proses produksi daging ayam olahan
Proses produksi daging ayam segar
1. Pengendalian Hama dan Penyakit
1.
2.
1. Pemeliharaan ayam
1.
Pemasaran produk
Perkandangan
Orientasi berafiliasi
2.
4. Akses Informasi
Kreativitas TEKNOLOGI USAHA INTI SISTEM KEMITRAAN
4. Keterkaitan informasi
2. Orientasi prestasi 2. Kewirausahaan
4. Komunikasi
3. Pengarahan
3. Kepemimpinan
2. Orientasi integritas waktu
3. Keterlibatan perusahaan 3. Otonomi kerja
3. Iklim inovasi
3. Kepatuhan perusahaan
Gambar 15. Peta Teknologi yang Berkaitan dengan Sistem Kemitraan Ayam Ras Pedaging (broiler) Pola PIR Kelembagaan usaha kemitraan yang dijalankan berdasarkan kriteria-kriteria kinerja kemitraan dan tingkat teknologi usaha yang tepat mencakup empat komponen teknologi yaitu technoware, humanware, inforware, dan orgaware (THIO). Analisis teknologi usaha pada tingkat plasma didasarkan pada adanya
144
tujuan untuk mengoptimalkan tingkat keberhasilan dan keberlanjutan usaha dalam kemitraan secara keseluruhan. E. Analisis Komponen Teknologi Usaha ternak, khususnya ternak ayam ras pedaging melalui pola kemitraan membutuhkan seperangkat komponen teknologi (THIO).
Pembahasan yang
mendalam tentang keberadaan ke-empat komponen teknologi tersebut
perlu
dilakukan. Analisis pengaruh faktor-faktor kunci penentu keberhasilan kemitraan pada masing-masing komponen THIO melalui metode SEM dengan bantuan perangkat lunak LISREL 8.3 dalam penelitian ini dilakukan dua tahap. Tahap pertama, analisis dilakukan terhadap pengaruh faktor-faktor kunci penentu secara terpisah dari masing-masing komponen teknologi. Tahap kedua, analisis secara terpadu terhadap komponen teknologi dalam satu kesatuan pengaruhnya terhadap keberhasilan kemitraan ayam broiler. Hasil analisis dari kedua tahap tersebut diuraikan di bawah ini. 1. Komponen Technoware Perangkat keras (technoware) merupakan satu di antara empat perangkat penting yang menjadi satu kesatuan dalam sistem kemitraan. Hasil analisis tingkat keberhasilan kemitraan budidaya ayam ras pedaging ditinjau dari komponen technoware, menghasilkan empat (4) faktor penentu yang berpengaruh nyata yaitu faktor-faktor bernilai-t lebih besar dari 1,96 (ttabel 0,05=1,96), terdiri dari keuntungan bersih (estimasi 0,26; nilai-t 2,31; dan koefisien determinasi/R2=0,033), jangka waktu pengembalian modal (0,35; 3,14; dan 0,061), jangka waktu kemitraan (-,28;
145
-2,50; dan 0,039) dan pertumbuhan produktivitas (1,41; 13,81; dan 1,00) (Tabel 22). Tabel 22. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci Technoware dalam Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler. Peubah Laten dan Lambang
Indikator
Lambang Estimasi Peubah
Nilai-t*
R2
1.Keuntungan kotor
y1
n
1,40
5,06
0,97
2.Rasio modal kerja/aset total 3.Nilai jual/aset total
y2
n
-0,22
-1,96
0,024
y5
n
-0,38
-3,03
0,071
y8
o
0,57
3,33
0,17
2..Inovasi teknologi
y9
o
0,75
3,69
0,28
3.Litbang
y10
n
0,75
3,69
0,28
y11
o
0,87
5,11
0,37
y13
n
0,35
2,48
0,061
y14
o
0,38
2,78
0,072
y1 6
o
0,96
5,34
0,46
1.Keuntungan bersih
y20
n
0,26
2,31
0,033
2.Jangka waktu penerimaan 3.Jangka waktu kemitraan 4.Pertumbuhan produktivitas 1. Tinggi kandang
y21
I
0,35
3,14
0,061
y23
n
-0,28
-2,50
0,039
y24
n
1,41
13,81
1,00
Technoware Plasma : 2.Dinding kandang 1. KANDANG (ξ3)
x21
o
1,41
17,90
1,00
x23
n
0,49
4,57
0,12
2. PELIHARA (ξ4) 1. Tingkat kematian
x26
n
0,54
4,65
0,15
x30
o
0,71
6,24
0,25
x33
o
0,38
3,21
0,071
x34
o
0,31
2,59
0,047
x37
o
1,00
-
Kinerja Finansial (η1)
Kinerja Operasional (η2)
1.Sumber daya manusia
Kinerja Kerjasama 1.Fleksibilitas (η3) 2.Ketergantungan mitra 3.Turut memecahkan masalah 4.Transparansi sikap Keberhasilan Kemitraan (η4)
2. Efisiensi makanan 3.Umur panen 4.Penerangan kandang 3. PHP (ξ5)
1.Pemeliharaan kandang
Keterangan : Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal. Nilai-t* adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan (> 1,96).
146
Pengaruh nyata keuntungan bersih terhadap keberhasilan kemitraan dengan estimasi adalah 0,26 dan R2=0,033 dapat diartikan 3,3% keberhasilan kemitraan dapat dijelaskan dari keuntungan bersih; 6,1% dari jangka waktu pengembalian modal; 3,9% dari jangka waktu kemitraan; dan pertumbuhan produktivitas merefleksikan 100%. Keuntungan bersih dari usaha ternak broiler diperoleh dari laba kotor setelah dikurangi biaya operasional dan pajak penghasilan. Perolehan laba bersih oleh usaha plasma berpengaruh positif terhadap keberhasilan kemitraan. Masa dalam satu siklus produksi relatif singkat antara 30-35 hari dan rata-rata bobot hidup 1,7 kg per ekor, serta masa istirahat kandang 12-14 hari. Dengan demikian, masa dari satu siklus ke siklus
produksi
berikutnya
membutuhkan waktu 42 hari sampai 49 hari dan para peternak plasma dapat berproduksi sebanyak tujuh kali siklus produksi per tahun. Jangka waktu pengembalian modal relatif singkat yakni empat tahun, juga berpengaruh positif terhadap keberhasilan kemitraan. Jangka waktu kemitraan berpengaruh negatif karena koefisien estimasi bertanda negatif (-0,28) terhadap keberhasilan kemitraan. Hal ini disebabkan karena adanya kecenderungan peternak plasma untuk menghentikan kemitraan seiring dengan peningkatan kemampuan finansialnya. Faktor yang paling dominan
mempengaruhi
keberhasilan
kemitraan
adalah
pertumbuhan
produktivitas (estimasi 1,41; dan R2=1,00), yaitu dengan adanya penambahan populasi ayam yang dipelihara peternak dalam satu siklus dari siklus produksi sebelumnya. Kemampuan finansial untuk menambah jumlah produksi tersebut, diperoleh dari akumulasi sisa hasil usaha pada siklus-siklus produksi sebelumnya maupun investasi baru. Semakin lama jangka waktu bermitra, terdapat
147
kecenderungan semakin berkurang tingkat kepuasannya.
Untuk menghindari
pemutusan kemitraan oleh pihak plasma, sebaiknya perusahaan inti menciptakan sistem insentif atau program bonus yang menarik dan selalu menjaga kepercayaan kedua pihak selama kemitraan berlangsung. Jangka waktu yang tepat adalah setiap satu tahun sekali peternak membuat perjanjian kerjasama dengan perusahaan inti. Keterbukaan dalam membuat perubahan jaminan harga sapronak dan hasil produksi dalam perjanjian kerjasama oleh perusahaan inti diperlukan, dengan tujuan untuk menjaga suasana saling memahami hak dan kewajiban masing-masing pihak (inti-plasma). Penentuan harga-harga pembelian sapronak dan daging ayam hidup oleh perusahaan inti selama ini, umumnya tidak melibatkan peternak. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan adanya kecenderungan peternak untuk keluar dari keanggotaan kemitraan dan memilih untuk beternak dengan pola mandiri, seiring dengan peningkatan kemampuan keterampilan dan permodalan yang dimilikinya. Kinerja finansial, kinerja operasional, dan kinerja kerjasama adalah peubahpeubah yang berpengaruh langsung terhadap keberhasilan kemitraan budidaya ayam ras pedaging. Kinerja finansial ditentukan oleh perolehan keuntungan kotor dan merupakan faktor paling dominan pengaruhnya di antara faktor lain dengan estimasi 1,40 dan R2=0,97) (Tabel 22). Dengan demikian peubah keuntungan kotor harus menjadi pertimbangan utama untuk mencapai kinerja finansial yang tinggi. Pada penelitian ini ditemukan rata-rata keuntungan kotor adalah Rp. 971,19 per ekor ayam atau adalah Rp. 33.991.776,00 per tahun dengan persentase rata-rata rata adalah 22,9 % per tahun dari kapasitas pemeliharaan 5.000 ekor.
148
Pembahasan lebih lanjut materi bahasan ini dapat dilihat pada sub-bab analisis finansial. Faktor lain yang berpengaruh nyata terhadap kinerja finansial adalah rasio modal kerja terhadap aset total, dengan pengaruh negatif (estimasi adalah -0,38; nilai-t -3,03; dan R2 0,071). Pengaruh faktor tersebut nyata, namun dengan proporsi yang relatif kecil (7,1%). Semakin besar rasio modal kerja terhadap aset total mengakibatkan menurunnya kinerja finansial. Kenaikan modal kerja pada usaha plasma umumnya disebabkan besarnya biaya operasional, sehingga mengurangi perolehan keuntungan kotor yang diperoleh peternak. Hasil analisis SEM menunjukkan bahwa kinerja finansial berpengaruh positif dan nyata terhadap keberhasilan kemitraan, dengan nilai estimasi dan nilai-t adalah 0,25 dan 2,39 (Tabel 23). Pengaruh dan hubungan struktural antara peubah-peubah laten khususnya oleh komponen technoware diperlihatkan pada Gambar 16. Nilai hasil survei lapangan, khususnya tentang jangka waktu peneriTabel 23. Hubungan Struktural Antara Peubah Endogen dan Komponen Technoware Kandang
Pemeliharaan
PHP
Estimasi Nilai-t Estimasi Nilai-t Estimasi
Nilai-t
R2
Keberhasilan kemitraan
R2
Estimasi Nilai-t
Kinerja 0,49 1,65 1,13 2,36 -0,24 -1,57 0,58 0,25 2,39 Finansial Kinerja 0,69 -0,61 -3,30 0,83 3,35 0,30 Operasional Kinerja 0,18 1,62 0,031 -0,12 -1,27 Kerjasama Keterangan : Hasil analisis dengan LISREL 8.2. (2009); Nilai yang dicetak tebal adalah pengaruh signifikan dengan nilai-t > 1,96
maan hasil penjualan bagi peternak plasma berjangka waktu sama di antara peternak plasma yaitu 12 hari kerja sejak pelaporan peternak kepada perusahaan
149
inti secara tertulis seluruh hasil panen satu siklus produksi terakhir (kandang kosong). Elemen technoware yang berpengaruh positif dan nyata terhadap kinerja finansial adalah faktor pemeliharaan ayam, dengan estimasi adalah 1,13; nilai-t 2,36; dan R2=0,58 (Tabel 23), yang ditentukan oleh tingkat kematian ayam (estimasi 0,54; nilai-t 4,65; dan R2=0,15), dan efisiensi makanan (estimasi 0,71; nilai-t 6,24; dan R2=0,25) (Tabel 22). Efisiensi makanan merupakan indikator paling kuat terhadap keragaan pemeliharaan ayam, diukur berdasarkan feed conversion ratio/ FCR (perbandingan antara ransum yang dikonsumsi dibagi dengan bobot hidup ayam) dengan nilai berkisar antara 1,5 sampai dengan 1,6 pada rata-rata bobot hidup ayam 1,6-1,7 kg per ekor dan rata-rata umur panen 30 hari. Salah satu pertimbangan dalam membuat program bonus oleh perusahaan inti adalah berdasarkan capaian FCR. Nilai FCR yang rendah berarti efisiensi penggunaan makanan tinggi, dalam pemeliharaan ayam broiler. Jika FCR dapat dicapai lebih rendah dari pada standar FCR yang ditetapkan oleh perusahaan inti, maka peternak plasma akan mendapatkan bonus. Pemeliharaan akan mencapai hasil yang optimal adalah umur ayam 30-32 hari. Konsumsi ransum pada umur ayam lebih dari 32 hari akan semakin berkurang tingkat efisiensinya. Hal ini disebabkan antara lain karena tingkat pertumbuhan ayam sudah mulai menurun dan tingkat kematian ayam bertambah seiring dengan bertambahnya umur ayam di atas umur 32 hari.
150
Y1
0.05
Y2
1.95 0.74
Y5
1.86
Y6
1.86
Y8
1.64
Y9
1.43
Y10
1.43
Y11
1.25
0.11
Y12
1.99
0.35 -0.61 0.38 KKEM 0.25 0.96
Y13
1.88
Y14
1.83
Y16
1.07
Y20
1.93
Y21
1.88
Y23
1.92
Y24
0.00
1.40 -0.22 -0.38 -0.33 0.00 1.76 1.71 1.49
X21 X23
1.41 0.49
KANDANG
X26 X30
1.95
X32
1.86
X33
1.91
X34
0.00
X36
KF
0.49
0.75 0.75
1.13 0.54 0.71 0.23 0.38 0.31
PLIHARA
1.00
KO
0.83 -0.24 0.18
0.87 KKER
PHP
0.57
-0.12
0.26 0.35 -0.28 1.41
Chi-Square=692.80, df=243, P-value=0.00000, RMSEA=0.107
Gambar 16. Diagram Lintas Hubungan Struktural Faktor-faktor Kunci Technoware dan Kontribusi Pengaruhnya terhadap Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler
151
0.41
Hasil analisis tingkat kematian ayam menunjukkan nilai estimasi dengan koefisien positif adalah 0,54 dan nilai-t adalah 4,65, serta R2 adalah 0,15. Dari nilai-nilai tersebut berarti faktor tingkat kematian ayam berpengaruh nyata terhadap keragaan pemeliharaan ayam secara keseluruhan adalah 15 persen. Koefisien positif tingkat kematian ayam dari hasil analisis ini merupakan perbandingan terbalik terhadap jumlah kematian ayam secara nyata, semakin baik keragaan pemeliharaan ayam adalah semakin kecil jumlah kematian ayam. Kondisi tersebut berkaitan dengan penetapan nilai skala untuk analisis tingkat kematian ayam. Penetapan skala 1 sampai dengan 5 terhadap keragaan tingkat kematian ayam, semakin rendah tingkat kematian ayam ditetapkan skala semakin tinggi dengan nilai dari satu sampai dengan lima. Dengan demikian, koefisien positif pada tingkat kematian dengan nilai estimasi adalah 0,54 dan R2=0,15, berarti keragaan pemeliharaan ayam yang semakin baik adalah sebagai akibat dari tingkat kematian ayam yang rendah dan dapat dijelaskan tingkat pengaruhnya adalah 15 persen. Kondisi yang sebaliknya adalah semakin rendah tingkat kematian ayam (nilai skala semakin rendah dari 1 sampai dengan 5), persentase kematian ayam semakin tinggi, keragaan pemeliharaan ayam berkategori semakin buruk. Keragaan pemeliharaan ayam yang baik adalah pemeliharaan dengan persentase kematiannya yang lebih rendah dari pada standar yang ditentukan oleh perusahaan inti. Standar persentase kematian ayam disesuaikan dengan umur ayamnya, umumnya ditentukan berdasarkan hasil penelitian dan kajian mendalam yang dilakukan perusahaan inti. Standar persentase kematian ayam yang digunakan STA pada kemitraan saat ini, mulai dari anak ayam umur tujuh hari adalah adalah 1,5 persen dan semakin tinggi
152
seiring dengan meningkatnya umur anak ayam. Ayam umur empat puluh lima hari standar persentase kematiannya adalah 5,93 persen. Sistem insentif berdasarkan prestasi tingkat kematian ayam dalam hal ini persentase kematian ayam juga ditawarkan dan dilaksanakan oleh perusahaan inti, semakin kecil persentase kematian ayam dalam satu siklus produksi dan lebih rendah dari pada standar yang ditetapkan perusahaan inti, peternak plasma diberikan bonus tambahan. Persentase kematian pada akhir pemeliharaan (umur ayam 30-32 hari) dengan kategori baik adalah yang memiliki persentase kematian berkisar antara 2 – 3 persen. Kondisi suhu ruangan kandang ayam yang diteliti berkisar antara 28 – 320C, lebih tinggi dari pada suhu ideal berdasarkan rekomendasi dari Cobb (2008) antara 21 – 230C.
Pada beberapa kandang peternak, di dalam ruangannya
dipasang kipas angin berdiameter 50 inci untuk membantu memperlancar sirkulasi udara dalam kandang untuk mengurangi tekanan suhu yang terlalu tinggi. Penerangan kandang umumnya menggunakan bola lampu listrik 20 watt per 24m2 atau setara dengan 0,21 foot candles (fc), lebih rendah dari pada rekomendasi Cobb (2008) yakni 0,5–1,0 fc (125 watt per 93m2). Tingkat kepadatan ayam yang digunakan rata-rata 10 ekor per m2. Hasil produksi akan lebih baik jika tingkat kepadatan dikurangi menjadi 8 ekor per m2, sesuai hasil penelitian Sahroni (2001), bahwa pemeliharaan ayam pedaging dengan lingkungan yang bersuhu 23,2-33,20C dan kelembaban 69,2-90,3% (daerah tropis) pada tingkat kepadatan 8 ekor per m2 lebih baik jika dibandingkan pada tingkat kepadatan 10 dan 13 ekor per m2.
153
Untuk kebutuhan tempat pakan, CPIN merekomendasikan penggunaan jumlah tempat pakan (tabung berkapasitas 5 kg) untuk pemeliharaan ayam 5.000 ekor pada umur di atas 14 hari sebanyak 165 buah dan tempat minum otomatis sebanyak 84 buah. Kebutuhan tempat pakan, tempat minum, dan tingkat kepadatan disesuaikan dengan umur ayam (Tabel 24). Penggunaan tempat pakan dan minum di tingkat peternak plasma umumnya telah menyesuaikan rekomendasi tersebut dengan baik. Tabel 24. Kebutuhan Tempat Pakan dan Tempat Minum untuk Pemeliharaan Ayam sebanyak 5.000 ekor Umur
Kepadatan Ayam
Baki
Tempat pakan
Tempat minum
(ekor/m2 luas lantai kandang)
(buah)
(buah)
(buah)
1
60
100
-
55
3
40
100
94
55
6
30
55
105
65
9
20
25
165
80
12
15
-
165
80
>14
10
-
165
80
Sumber : CPIN (2007)
Disamping kinerja finansial dan kinerja kerjasama, terdapat pengaruh negatif yang nyata dari kinerja operasional terhadap keberhasilan kemitraan dari segi komponen technoware, dengan estimasi dan nilai-t adalah -0,61 dan -3,30, serta R2=0,30 (Tabel 23). Hal ini berarti semakin tinggi kinerja operasional menghasilkan tingkat keberhasilan kemitraan yang semakin rendah, disebabkan karena kinerja operasional ditentukan oleh indikator sumber daya manusia (estimasi 0,57; nilai-t 3,33, dan R2=0,17), inovasi teknologi (0,75; 3,69; dan 0,28),
154
serta litbang (0,75; 3,69; dan 0,28) (Tabel 22). Kinerja operasional yang semakin baik membutuhkan sumberdaya manusia yang lebih bermutu, inovasi teknologi yang lebih canggih, dan litbang dilaksanakan lebih intensif. Hal ini memerlukan permodalan yang semakin besar. Adanya penggunaan modal yang semakin besar tersebut menunjukkan kemampuan finansial yang semakin kuat dari peternak plasma yang bersangkutan. Terdapat kecenderungan bahwa seiring kenaikan tingkat kemampuan pelaksanaan ketiga faktor tersebut oleh peternak plasma (kemampuan finansial semakin tinggi), maka semakin kuat keinginan peternak yang bersangkutan untuk menjalankan usaha secara mandiri, sehingga tingkat keberhasilan kemitraannya menurun. Penggunaan sumber daya manusia yang semakin terampil dan terdidik dalam menjalankan usaha akan semakin meningkatkan kinerja operasional, namun cenderung menuntut upah kerja yang lebih besar. Tingkat pendidikan ratarata peternak adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) (Lampiran 4). Inovasi teknologi dilakukan pada tingkat yang masih sederhana yaitu penggunaan peralatan semi otomatis dan cara pemeliharaan yang berangsur-angsur diperbaiki berdasarkan pengalaman berproduksi dari waktu ke waktu dan pembinaan dari perusahaan inti. Disamping kinerja finansial dan kinerja operasional, tingkat keberhasilan kemitraan juga dipengaruhi oleh kinerja kerjasama (η3), namun pengaruhnya tidak nyata secara statistik berdasarkan hasil analisis LISREL 8.3 dengan estimasi dan nilai-t adalah -0,12 dan -1,27 (Tabel 23). Meskipun demikian terdapat indikator yang kuat untuk mengukur kinerja kerjasama yaitu fleksibilitas (y11), ketergantungan mitra (y13), turut memecahkan masalah (y15), dan transparansi
155
sikap (y16) dengan estimasi dan nilai-t adalah 0,87 dan 5,11; 0,35 dan 2,48; 0,38 dan 2,78; serta 0,96 dan 5,34 (Tabel 22). Fleksibilitas dari beberapa kegiatan dalam operasional produksi selama terjalin perjanjian kerjasama dijalankan dengan baik. Penjadwalan produksi, penggunaan jenis DOC, dan waktu panen dilaksanakan secara fleksibel. Jika terjadi perubahan jadwal masuknya DOC yang telah direncanakan dan disetujui kedua belah pihak antara perusahaan inti dan peternak plasma karena suatu hal, kedua belah pihak setuju untuk menetapkan jadwal baru. Perubahan jadwal maju atau mundur masuknya DOC di kandang dapat berasal dari peternak maupun perusahaan inti. Permintaan pengunduran jadwal dari pihak peternak dapat terjadi lebih disebabkan karena persiapan kandang belum sepenuhnya siap, misalnya peternak kesulitan menyediakan bahan litter (pada umumnya menggunakan sekam/kulit padi) dalam jumlah yang cukup sebagai akibat dari kelangkaan pasokan. Kelangkaan pasokan sekam untuk litter kandang umumnya terjadi pada waktu sebelum musim panen padi yaitu sekitar pertengahan bulan Januari. Kebutuhan sekam untuk pemeliharaan ayam 5.000 ekor, lebih kurang sebanyak empat ton (200 karung) per siklus produksi. Pengunduran jadwal masuknya DOC yang diajukan oleh perusahaan inti, umumnya disebabkan karena pasokan DOC yang kurang dari jumlah permintaan. Jadwal pemanenan ayam tidak terlalu ketat, namun fleksibel disesuaikan daya serap pasar dan ukuran rata-rata bobot ayam. Faktor lain yang mendukung kelancaran usaha plasma seperti saling memberi informasi tentang administrasi, teknologi, dan organisasi, dapat dilaksanakan dengan baik. Ketergantungan mitra juga menjadi peubah yang penting pengaruhnya terhadap kinerja kerjasama.
156
Perusahaan inti membutuhkan tempat pemeliharaan (kandang) dengan populasi pemeliharaan yang banyak dan produksi yang kontinyu, sedangkan peternak plasma membutuhkan pasokan sarana produksi, dan pemasaran hasil produksi dengan harga yang pasti (jaminan harga), serta pembinaan dari perusahaan inti. Kontrak kerjasama dengan jangka waktu yang semakin pendek akan lebih fleksibel dalam melakukan penyesuaian sesuai dengan perkembangan harga sarana produksi ternak dan hasil ternak di lingkungan bisnis. Komponen technoware terdiri dari tiga peubah eksogen yaitu kandang, pemeliharaan ayam dan pengendalian hama dan penyakit. Peubah kandang terdiri dari lima peubah indikator. Peubah lantai kandang, lebar kandang, dan panjang kandang bernilai sama dengan nilai berkategori tinggi. Oleh karena peubahpeubah tersebut bernilai sama, maka tidak dimasukkan dalam proses penghitungan LISREL, namun tetap merupakan peubah-peubah penting. Lantai kandang sistem panggung dengan ketinggian minimal 180 cm dari permukaan tanah. Tinggi kandang 400 cm dari lantai kandang. Lebar kandang 800 cm. panjang kandang menyesuaikan lahan dengan posisi membujur dari arah barat ke timur. Tinggi kandang berpengaruh sangat kuat terhadap kandang dengan estimasi dan nilai-t adalah 1,41 dan 17,90. Dinding kandang dibuat setinggi minimal 200 cm, berfungsi untuk memperlancar sirkulasi udara dari dalam kandang ke luar kandang maupun sebaliknya. Sirkulasi udara ke ruangan kandang dan dari dalam kandang yang baik akan mempengaruhi penampilan produksi yang baik. Pengaruh dinding kandang tersebut nyata terhadap peubah kandang dengan estimasi adalah 0,49 dan nilai-t 4,57 (Tabel 22).
157
Kandang berpengaruh positif terhadap kinerja finansial, meskipun pengaruh tersebut tidak nyata secara statistik dengan estimasi dan nilai-t adalah 0,49 dan 1,65 (Tabel 22). Kandang dengan ukuran tinggi dan dinding yang sesuai standar dari perusahaan inti menghasilkan keragaan pemeliharaan yang semakin baik. Kandang dibangun dengan biaya yang serendah mungkin, sehingga dapat mengurangi beban keuangan usaha untuk mengembalikan permodalan investasi yang sudah dikeluarkan. Kandang yang dibangun dengan modal yang terbatas dapat menghambat realisasi inovasi teknologi, padahal inovasi teknologi merupakan indikator utama dalam mencapai kinerja operasional yang baik. Dalam konteks ini, hal yang perlu diprioritaskan oleh peternak adalah yang berkaitan dengan pencapaian kinerja financial. Dengan demikian, membangun kandang ayam berkapasitas tertentu dengan biaya rendah perlu diprioritaskan. Pengendalian hama dan penyakit tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja finansial dengan koefisien adalah -0,24 dan nilai-t -1,57 (Tabel 23). Indikator yang kuat untuk mengukur pengendalian hama dan penyakit adalah pemeliharaan kandang (Tabel 22). Hal ini sesuai dengan pernyataan Cobb (2008) bahwa satu faktor yang lebih penting dalam pemeliharaan kesehatan unggas adalah pemeliharaan kebersihan yang baik. Standar kebersihan yang baik akan mengurangi bahaya penyakit. Pemeliharaan kandang dilakukan setiap saat selama produksi berjalan, terutama setelah panen (kandang kosong), kandang dibersihkan dan diperbaiki jika terdapat kerusakan sebelum digunakan untuk siklus produksi berikutnya.
158
Periode pengistirahatan kandang, yaitu pengosongan kandang sampai diisi DOC kembali dilakukan 10 – 14 hari, dengan harapan dapat memutus siklus bibit penyakit yang diakibatkan oleh virus maupun bakteri. Penggunaan obat-obatan oleh peternak mengikuti program yang dianjurkan oleh Technical Service (TS) dari perusahaan inti. 2. Komponen Humanware Hasil analisis keberhasilan kemitraaan ditinjau dari komponen humanware menunjukkan bahwa kinerja finansial berpengaruh positif dan signifikan dengan estimasi
dan nilai-t adalah 0,37 dan 2,18, sedangkan kinerja operasional
berpengaruh
negatif
dengan estimasi adalah -0,59
dan -2,24 (Tabel 26 ).
Pengaruh kinerja finansial ditentukan oleh keuntungan kotor, dan rasio nilai jual terhadap aset total, dengan estimasi dan nilai-t adalah 1,40 dan 17,41; -0,26 dan 2,32 (Tabel 25). Tanda negatif pada estimasi pengaruh kinerja kerjasama terhadap keberhasilan kemitraan hasil analisis tersebut dapat diartikan bahwa kinerja kerjasama berpengaruh terbalik terhadap tingkat keberhasilan kemitraan. Pembahasan lebih mendalam dari pengaruh tersebut dapat dijelaskan dengan memperhatikan peubah yang menentukan kinerja kerjasama tersebut pada Tabel 26 yaitu kreativitas dan orientasi prestasi dengan estimasi -0,59 dan nilai-t -2,24. Peubah laten yang menentukan bagi kinerja kerjasama adalah kreativitas dan orientasi prestasi peternak plasma dalam menjalankan usahanya. Kreativitas ditentukan oleh indikator kemampuan teknis dengan estimasi dan nilai-t adalah
159
1,41 dan 17,90. Orientasi prestasi ditentukan oleh indikator suka tantangan dan bertanggung-jawab, serta penetapan tujuan prestasi dengan estimasi 1,02 dan nilai-t 8,94; 0,84 dan 7,38 (Tabel 26 ). Tabel 25. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci Humanware dalam Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler Peubah Laten dan Lambang Kinerja Finansial (η1) Kinerja Operasional (η2)
Kinerja Kerjasama (η3)
Indikator
Humanware Plasma: 1.KREATIVITAS (ξ6) 2. ORIENTASI PRESTASI (ξ7) 3. ORIENTASI BERAFILIASI (ξ8) 4. KEWIRAUSAHAAN (ξ9) 5. ORIENTASI
Estimasi
Nilai-t*
R2
y1
n
1,40
17,41
0,98
y5
n
-0,26
-2,32
0,034
y8
o
1,08
4,93
0,58
y9
o
0,57
3,76
0,16
3.Litbang
y10
o
0,55
3,67
0,15
1.Fleksibilitas
y11
o
1,00
6,53
0,50
2.Ketergantungan mitra
y13
o
0,38
2,81
0,072
4.Turut memecahkan masalah 5.Transparansi sikap
y14
o
0,32
2,38
0,051
y1 6
o
0,90
6,25
0,41
y20
o
0,.88
2,65
0,38
2.Jangka waktu penerimaan 3.Pertumbuhan produktivitas 1. Kemampuan teknis
y21
I
0,40
2,32
0,081
y24
n
0,45
2,47
0,099
x41
o
1,41
17,90
1,00
1. Suka tantangan dan bertanggungjawab 2. Penetapan tujuan prestasi
x44
o
1,02
8,94
0,52
x45
o
0,84
7,38
0,35
1. Bertanggungjawab
x49
o
1,00
-
1,00
1. Kesediaan menerima perubahan 1. Kedisiplinan bekerja
x53
o
1,00
-
1,00
x56
o
1,00
-
1,00
1.Keuntungan kotor 2.Nilai jual/aset total 1.Sumber daya manusia 2.Inovasi teknologi
1.Keuntungan bersih Keberhasilan Kemitraan (η4)
Lambang Peubah
INTEGRITAS WAKTU (ξ10) Keterangan : Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal. Nilai-t* adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan (> 1,96)
160
Tabel 26. Hubungan Struktural Antara Peubah Endogen dan Komponen Humanware Kreativitas
Orientasi Prestasi
Orientasi Afiliasi
Kewirausahaan
Orientasi Keberhasilan Integritas Waktu kemitraan
Esti- Nilai-t Esti- Nilai-t Esti- Nilai-t Esti- Nilai-t Estimasi masi masi masi masi
Nilai-t
Esti- Nilai-t masi
Kinerja - -0,14 -1,58 0,37 2,18 Finansial Kinerja -0,038 -0,34 0,15 1,85 -0,30 -1,67 Operasional Kinerja 0,061 0,61 -0,59 -2,24 0,43 2,77 -0,61 -2,07 0,082 0,61 Kerjasama Keterangan : Hasil analisis dengan LISREL 8.2. (2009); Nilai yang dicetak tebal adalah pengaruh signifikan dengan nilai-t > 1,96
Suka tantangan dan bertanggung-jawab yang dimiliki peternak plasma berdampak pada peningkatan kinerja kerjasama. Jiwa tersebut harus dimiliki setiap pengusaha termasuk peternak dalam menjalankan usahanya. Dengan demikian peluang semakin lebar bagi peternak untuk menjalin kerjasama dalam berusaha dan mencapai keberhasilan. Namun suka tantangan yang berlebihan, dapat mengakibatkan berkurangnya pertimbangan risiko kegagalan produksi dan berujung kepada penurunan kinerja kerjasama. Untuk menjalankan usaha budidaya ayam ras pedaging, peternak juga perlu berorientasi pada pencapaian target yang terukur. Sesuai hasil analisis keberhasilan kemitraan bahwa orientasi target yang terukur menjadi indikator penting yang berpengaruh kuat terhadap kinerja kerjasama. Target perlu dibuat oleh peternak sebelum menjalankan usahanya. Informasi yang berhasil dikumpulkan dari dua puluh responden menunjukkan adanya harapan yang besar untuk dapat mencapai keberhasilan berdasarkan target yang telah ditetapkan sebelum berproduksi. Namun target yang ditetapkan tersebut umumnya belum
161
dituangkan dalam dokumentasi tertulis, masih dalam bentuk pernyataan lisan. Target dibuat berdasarkan pengetahuan peternak tentang apa yang menjadi ukuran keragaan produksi yang baik. Ukuran keragaan produksi yang telah dipahami oleh peternak masih terbatas pada perihal yang berkaitan dengan faktor finansial, seperti tingkat kematian ayam yang rendah, FCR yang rendah, dan tingkat pertumbuhan ayam yang relatif cepat. Target lain seperti hasil daging yang bermutu belum menjadi tujuan dalam berproduksi, walaupun tuntutan konsumen masa kini dan masa depan masalah mutu daging sudah menjadi isu penting. Namun pengawasan konsumen terhadap mutu daging di pasaran selama ini juga masih lemah, sehingga bagi peternak dalam berproduksi belum menjadi prioritas. Target tingkat kematian dan FCR yang rendah berhubungan langsung dengan jumlah pendapatan sekaligus tingkat keuntungan yang lebih besar diperoleh peternak plasma. Hal ini dikarenakan adanya sistem bonus yang disediakan oleh pihak perusahaan inti apabila capaian tingkat kematian ayam dan FCR di bawah standar yang ditetapkan oleh perusahaan inti. Peubah afiliasi peternak plasma dalam kemitraan berpengaruh tidak nyata secara statistik terhadap kinerja kerjasama dengan estimasi 0,082 dan nilai-t 0,61 (Tabel 26). Meskipun demikian, keikutsertaan peternak dalam lembaga perunggasan penting untuk dilakukan. Lembaga-lembaga tersebut dapat dijadikan sarana untuk proses pembelajaran bagi peternak sehingga keterampilan dan pengetahuannya meningkat. Kedisiplinan dalam bekerja merupakan cara bekerja yang harus dilakukan oleh karyawan maupun peternak plasma dalam menjalankan usahanya. Budidaya
162
ternak ayam ras pedaging dengan masa produksi yang relatif singkat (30-35 hari) mempunyai risiko kegagalan yang tinggi, sehingga membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan kedisiplinan yang tinggi dalam berproduksi. Kelengahan, kelalaian, kecerobohan, kemalasan dalam menjalankan tugas akan berakibat fatal yaitu kegagalan produksi. Kegagalan produksi yang sering terjadi adalah adanya wabah penyakit yang menyerang ternak ayam dengan tingkat kematian tinggi dalam waktu singkat (mendadak). Sebagaimana telah terjadi wabah penyakit flu burung (AI) pada tahun 2004 yang melanda di berbagai daerah di Indonesia sebagai bukti adanya ancaman kegagalan tersebut. Permasalahan tersebut berangsur-angsur dapat diatasi dengan adanya kewajiban bagi peternak untuk melaksanakan vaksinasi AI maupun penyakit lainnya pada setiap berproduksi. Selain vaksinasi juga melaksanakan secara ketat kegiatan bio-sekur iti. Biosekuriti diartikan serangkaian tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah masuk dan menyebarnya penyakit ke sebuah peternakan, atau suatu tindakan untuk menjauhkan mikro-organisme dari unggas dan menjauhkan unggas dari mikro-organisme penyebab penyakit.
Terdapat tiga elemen
biosekur iti yaitu : 1) isolasi, dengan cara mengurangi kunjungan ke peternakan lain terutama yang sedang terserang wabah penyakit, lingkungan peternakan harus bebas dari pemeliharaan unggas lain; 2) pengendalian lalu lintas manusia, hewan, peralatan, dan kendaraan dari dalam dan keluar peternakan; 3) sanitasi, dengan cara mencuci kandang, peralatan, kendaraan, dan orang secara teratur dengan desinfektan.
163
Pelaksanaan biosekuriti pada peternakan plasma umumnya masih terbatas. Kegiatan yang sudah dilakukan umumnya seperti mengurangi kontak langsung dengan peternakan lain terutama peternakan yang sedang terserang wabah penyakit. Sanitasi secara teratur juga sudah dilaksanakan dengan baik sesuai pembinaan yang dilakukan oleh perusahaan inti. Karena keterbatasan kemampuan finansial peternak, sanitasi terhadap kendaraan maupun orang yang masuk ke peternakan umumnya belum dilaksanakan, seperti misalnya deeping masuknya kendaraan, penyemprotan desinfektan pada pintu masuknya orang ke areal peternakan, serta pagar keliling kawasan peternakan. Penyuluhan tentang pentingnya biosekuriti bagi peternakan untuk mencapai keberhasilan harus terus dilakukan oleh para pihak yang terkait seperti kedinasan pemerintah, lembaga swasta, maupun para ahli kesehatan. Kreativitas
ditentukan
oleh
indikator
kemampuan
teknis
dan
kewirausahaan ditentukan indikator keinginan untuk bereksperimen dan kesediaan untuk menerima perubahan (Tabel 25).
Kemampuan teknis yang
dimiliki karyawan dalam berproduksi umumnya cukup tinggi, karena tingkat teknologi keras yang digunakan adalah teknologi tepat guna bukan teknologi canggih. Dengan kondisi di atas para pekerja dapat dengan mudah untuk mengoperasikan semua peralatannya secara baik. Berbeda halnya dengan pengaruh kewirausahaan yang berkoefisien negatif, semakin tinggi keinginan untuk bereksperimen dan kesediaan untuk menerima perubahan akan berdampak menurunnya keberhasilan kemitraan. Dengan kondisi tersebut maka mengurangi keinginan dari kedua faktor tersebut bagi peternak plasma merupakan langkah yang tepat. Bereksperimen dan
164
melakukan perubahan yang terlalu sering pada tingkat peternak mengandung risiko yang terlalu besar. Peternak sebaiknya menjalankan kegiatan produksi berdasarkan pembinaan yang dilakukan oleh perusahaan intinya. Keterampilan bekerja dan kemampuan karyawan untuk menciptakan kreativitas cukup baik. Gagasan, metode dan pendekatan baru pada umumnya dikemukakan dengan baik kepada perusahaan inti melalui technical service (TS), terutama mengenai teknis pemeliharaan ayam meliputi panjang kandang, lebar kandang, jenis lampu yang digunakan, bahan alas lantai (litter) untuk DOC sampai umur 16 hari, tirai penutup kandang, brooder, bahan pemanas DOC, umur ayam untuk dipanen, dan lain-lain. Orientasi afiliasi oleh peternak ditentukan adanya sikap bertanggungjawabnya. Sikap bertanggungjawab yang dimiliki peternak lebih diprioritaskan untuk menangani usahanya sendiri dengan kedisiplinan yang tinggi dan target yang
terukur.
Orientasi karyawan untuk
berprestasi dipengaruhi oleh
tanggungjawab dalam bekerja dan harapan kenaikan penghasilan/imbalan. Umumnya prestasi dicapai melalui pemeliharaan ayam yang baik dengan standar FCR, tingkat kematian ayam yang rendah, dan jumlah pemeliharaan yang optimal. Standar FCR dan tingkat kematian ayam ditentukan oleh perusahaan inti (Lampiran 5). Rasa berguna dan bertanggungjawab yang kuat dalam menjalankan tugas dimiliki karyawan STA, CPIN, dan Peternak plasma. Namun dalam hal upaya menjaga persahabatan dan efektivitas bekerja masih pada tingkat sedang. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pengaruh perangkat keras (teknoware) yang digunakan adalah teknologi tepat guna (bukan teknologi tinggi). Tingkat
165
ketergantungan karyawan terhadap karyawan lain rendah yang disebabkan banyak pekerjaan yang dapat dikerjakan secara individual (bekerja secara paralel). Keinginan untuk bereksperiman, berani bertanggungjawab, kesanggupan menerima perubahan teknologi, serta kemampuan mengemukakan gagasan baru cukup tinggi. Hal ini ditunjang dengan kemudahan komunikasi antara pemilik perusahaan dengan karyawannya. Karyawan mengemukakan gagasan, metode, dan pendekatan baru yang kemudian diadakan percobaan pada umumnya meliputi cara pemberian makan dan minum, memasang brooder, dan mengendalikan tirai dinding kandang. Pemberian makan dan minum yang lazim dilakukan adalah secara adlibitum (pakan dan minum tersedia terus menerus pada tempatnya selama pemeliharaan ayam), kemudian dicoba untuk diubah dengan cara pemberian pakan/ransum setiap dua jam sekali berdasarkan standar kebutuhan pakan bagi ayam sesuai umurnya. Pemasangan brooder untuk pembesaran DOC dapat ditempatkan pada sisi pinggir atau tengah kandang untuk memudahkan pelebaran ruang setiap tiga hari, serta untuk mencapai hasil brooding (ayam sudah tidak membutuhkan penghangat lagi yaitu umur 10-12 hari tergantung cuaca) yang optimal. Hubungan struktural antar peubah-peubah laten dan pengaruhnya terhadap tingkat keberhasilan kemitraan ayam broiler, khususnya untuk komponen humanware, hasil analisis metode SEM dengan bantuan LISREL 8.3 diperlihatkan pada Gambar 17 .
166
0.00
X41 1.41
KRE
0.05 2.00
KF
-0.04
X43
1.40 -0.21 -0.26 0.20
Y1
0.05
Y2
1.96
Y5
1.93
Y6
1.96
Y8
0.84
Y9
1.68
Y10
1.70
Y11
1.00
Y13
1.86
Y14
1.90
Y16
1.19
Y20
1.26
Y21
1.84
Y24
1.81
-0.14 PRES 0.97
X44
1.02
0.43 KO
0.84 1.29
-0.61 AFILI
X45 1.00
0.00
X49
WIRA
0.15 0.08
KKER
0.06-0.59
1.00 0.00
KKEM
X53 WAKTU 1.00
0.00
X56
1.08 0.57 0.55
1.00 0.38 0.32 0.370.90 -0.30 0.88 0.40 0.45
Chi-Square=499.69, df=174, P-value=0.00000, RMSEA=0.108
Gambar 17. Diagram Lintas Hubungan Struktural Faktor-faktor Kunci Humanware dan Kontribusi Pengaruhnya terhadap Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler 3. Komponen Inforware Keberhasilan kemitraan ditinjau dari komponen inforware terdapat pengaruh yang kuat dari peubah kemampuan komunikasi peternak terhadap kinerja finansial dengan estimasi, nilai-t dan R2 adalah 0,60; 2,82 dan 0,36. Kinerja operasional dipengaruhi secara nyata oleh keterkaitan informasi yang berhasil dikumpulkan peternak dengan nilai estimasi 1,85 dan nilai-t 2,97 (Tabel 28).
167
Tabel 27. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci Inforware dalam Pola Usaha Kemitraan Peubah Laten dan Lambang Kinerja Finansial (η1) Kinerja Operasional (η2)
Kinerja Kerjasama (η3)
Indikator
Kemitraan (η4)
Inforware Plasma : 1.AKSES INFORMASI (ξ10) 2. KETERKAITAN INFORMASI (ξ12)
Nilait*
R2
n
0,76
2,93
0,29
y2
n
-0,35
-2,18
0,061
y8
o
0,74
3,43
0,28
2.Inovasi teknologi
y9
o
0,66
3,24
0.22
3.Litbang
y10
n
0,73
3,38
0,27
y11
o
1,41
16,26
1,00
y13
n
0,26
2,31
0,033
y14
o
0,22
2,00
0,024
y20
o
0,63
5,41
0,20
y21
I
0,35
3,13
0,062
y23
n
1,42
11,18
1,00
x61
o
0,65
2,67
0,21
2.Metode pengumpulan informasi
x62
o
0,55
2,56
0,15
1.Iinformasi internal
x65
o
0,62
4,78
0,19
2. Informasi eksternal
x66
o
0,54
4,28
0,15
x67
o
0,81
6,59
0,33
4.Kemudahan mendapat informasi 5.Biaya informasi
x68
o
0,63
5,06
0,20
x69
o
0,59
4,70
0,17
1.Saluran komunikasi
x70
o
0,49
4,34
0,12
x71
o
0,63
5,41
0,20
x72
o
0,36
3,32
0,066
x74
o
0,38
3,49
0,074
2.Ratio Modal kerja/aset total 1.Sumber daya manusia
1.Fleksibilitas
3.Turut memecahkan masalah 1.Keuntungan bersih 2.Jangka waktu penerimaan 3.Pertumbuhan produktivitas 1. Pemanfaatan informasi
3.Validitas Informasi
3. KEMAMPUAN KOMUNIKASI (ξ13)
Estimasi
y1
1.Keuntungan kotor
2.Ketergantungan mitra
Keberhasilan
Lambang Peubah
2.Kepercayaan terhadap sumber informasi 3. Nilai informasi terhadap perusahaan 4.Umpan balik
Keterangan : Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal. Nilai-t* adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan (> 1,96)
Indikator penentu keterkaitan informasi yang berhasil dikumpulkan peternak plasma adalah : 1) klasifikasi informasi dengan estimasi dan nilai-t
168
adalah 0,62 dan 4,78; 2) serta informasi internal dengan estimasi dan nilai-t adalah 0,54 dan 4,28; 3) kemudahan mendapatkan informasi dengan estimasi dan nilai-t adalah 0,63 dan 5,06; dan 4) biaya untuk memperoleh informasi dengan estimasi dan nilai-t adalah 0,59 dan 4,70 (Tabel 27). Kemampuan komunikasi ditentukan oleh peubah-peubah : 1) saluran komunikasi dengan estimasi dan nilai-t adalah 0,49 dan 4,34; 2) kepercayaan terhadap sumber informasi dengan estimasi dan nilai-t adalah 0,63 dan 5,41; 3) nilai informasi terhadap perusahaan dengan estimasi dan nilai-t adalah 0,36 dan 3,32; dan 4) umpan balik dengan estimasi dan nilai-t adalah 0,38 dan 3,49 (Tabel 27). Tabel 28. Hubungan Struktural Antara Peubah Endogen dan Komponen Inforware Akses Informasi Estimasi Nilai-t
Keterkaitan Informasi Estimasi
Nilai-t
Kemampuan Komunikasi Estimasi
Nilai-t
Keberhasilan kemitraan Estimasi
Kinerja 0,60 2,82 0,34 Finansial Kinerja -0,21 -0,49 -1,13 -1,56 1,85 2,97 -0,70 Operasional Kinerja -0,37 -1,74 0,34 1,80 -0,028 Kerjasama Keterangan : Hasil analisis dengan LISREL 8.2. (2009); Nilai yang dicetak tebal adalah signifikan dengan nilai-t > 1,96
Nilai-t
1,99 -2,78 -0,31 pengaruh
Informasi yang berhasil dikumpulkan dari luar maupun yang diperoleh dari sejawat peternak masih terbatas pada pengetahuan teknik produksi. Informasi dari luar tentang manajemen dan teknologi pemeliharaan ayam broiler didapatkan melalui buletin, para pembina, maupun peternak lain. Informasi internal yang dibuat sendiri oleh peternak plasma, masih terbatas berupa catatancatatan sederhana dari setiap siklus produksi. Sumber informasi tersebut didapatkan peternak umumnya sebanyak dua sampai tiga macam sumber dengan
169
interval satu minggu dari sesama peternak, meliputi waktu masuk DOC/ umur ayam, saat panen, dan kondisi kesehatan ayam. Pemanfaatan informasi yang diperoleh diterapkan dengan baik melalui bimbingan dari perusahaan inti. Penggunaan teknologi informasi pada umumnya masih terbatas yaitu berupa catatan sederhana dan telepon (telepon tetap maupun telepon seluler). Klasifikasi informasi dijalankan dengan baik meliputi laporan produksi (bobot per ekor dan jumlah DOC, perkembangan bobot hidup ayam, jumlah kematian, penggunaan ransum dan obat-obatan), stok ransum dan obat-obatan, serta catatan keuangan (pembelian sekam untuk litter, pembayaran listrik, upah kerja, biaya pemeliharaan kandang dan sumbangan-sumbangan). Informasi eksternal didapatkan dari sesama peternak maupun pembina (perusahaan inti) secara lisan/telepon maupun dalam bentuk buletin yang berisi informasi teknik pemeliharaan. Kecermatan dalam memperhatikan keabsahan dari informasi yang diperoleh cukup baik, hal ini karena ditunjang dengan pengalaman yang cukup (beternak selama lebih dari lima tahun). Penelusuran terhadap sumber informasi sering dilakukan peternak apabila merasa kurang percaya terhadap informasi yang diperolehnya. Tanggapan oleh peternak terhadap informasi yang diperolehnya, umumnya dilakukan secara langsung maupun melalui telepon. Hal ini dapat dilakukan karena umumnya informasi diperoleh dari peternak sesama anggota kemitraan dan pembinananya. Nilai informasi terhadap perusahaan sebagai indikator penentu kinerja operasional dengan estimasi 0,36 dan nilai-t adalah 3,32 menunjukkan adanya
170
pengaruh nyata, walaupun proporsi variasinya kecil (R2 adalah 0,066). Dengan bekal informasi yang lebih lengkap bagi peternak akan berpengaruh kepada pemanfaatan sumber daya manusia dan inovasi teknologi. Kedua faktor terakhir merupakan faktor penentu kinerja operasional. Pengaruh keterkaitan informasi terhadap kinerja operasional berkoefisien positif. Hal ini dapat diartikan pengumpulan informasi dari luar dan pembuatan informasi internal yang semakin banyak akan meningkatkan kinerja operasional. Dengan berbekal informasi yang lebih lengkap terutama informasi yang berhubungan dengan kegiatan produksi, kinerja operasional semakin baik. Namun, pengaruh kinerja operasional terhadap keberhasilan kemitraan khususnya dari komponen inforware berdampak negatif (estimasi bernilai negatif). Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa penurunan kinerja operasional berpengaruh terhadap kenaikan tingkat keberhasilan kemitraan. Hal ini terjadi karena keberhasilan kemitraan dipengaruhi pula oleh kinerja finansial. Semakin banyak informasi yang dibuat dan dikumpulkan akan semakin besar biaya yang harus dikeluarkan oleh peternak. Biaya tersebut akan menambah besarnya biaya produksi dan selanjutnya akan mengurangi keuntungan kotor usahanya. Faktor lain yang menyebabkan dampak negatif tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya peningkatan pengetahuan peternak dari internal yang dibuat peternak sendiri berakibat peternak semakin merasa lebih mampu untuk mandiri sehingga terdapat kecenderungan untuk lebih tertutup. Untuk mengatasi kecenderungan tersebut dapat melalui perluasan klasifikasi informasi, misalnya informasi tentang sosio-ekonomi dan tidak hanya terbatas pada informasi teknisteknologis semata sebagaimana kondisi saat ini. Dengan demikian, dalam jangka
171
panjang pengaruh positif dari kinerja operasional dapat diwujudkan untuk meningkatkan tingkat keberhasilan usaha peternak. Dengan berbagai kondisi tersebut maka kinerja finansial harus menjadi prioritas utama dalam kemitraan untuk meraih keberhasilan bisnisnya. Pengaruh dan hubungan struktural antar peubah-peubah laten dalam kemitraan ayam broiler hasil penghitungan LISREL 8.3 diperlihatkan pada Gambar 18. Pada gambar tersebut ditampilkan nama peubah-peubah laten dan besar koefisien estimasinya.
1.58
X61
1.70
X62
1.62
X65
1.71
X66
0.65 0.55
KF
0.76 -0.35 -0.19
AKSES
1.34
X67
0.10 1.60
X68
1.65 1.76
0.62 0.54 0.81 0.63 0.59
-0.21
KAIT
X70
1.59
X71
1.87
X72
1.85
X74
0.49 0.63 0.36 0.38
1.85 0.60 -0.37 -1.13
X69 KOM
KO
0.74 0.66 0.73
Y1
1.43
Y2
1.88 0.43
Y6
1.96
Y8
1.41
Y9
1.57
Y10
1.46
Y11
0.00
Y13
1.93
Y14
1.94
Y20
1.93
Y21
1.88
Y24
0.00
0.39 KKER
0.34 -0.03 KKEM
1.41 0.26 0.22 -0.70 0.34 0.26 0.35 1.42
Chi-Square=594.78, df=217, P-value=0.00000, RMSEA=0.104
Gambar 18. Diagram Lintas Hubungan Struktural Faktor-faktor Kunci Inforware dan Kontribusi Pengaruhnya terhadap Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler
172
4. Komponen Orgaware Perangkat organisasi dianalisis berdasarkan enam peubah eksogen (kepemimpinan, otonomi kerja, pengarahan, keterlibatan perusahaan, iklim inovasi, dan kepatuhan perusahaan) dengan dua puluh tujuh indikator (Tabel 14) menghasilkan delapan belas peubah indikator yang berpengaruh kuat (motivasi diri dan dorongan berprestasi, kecerdasan, inisiatif, pendelegasian tugas dan tanggungjawab, kemandirian bekerja, ketepatan waktu, perencanaan, pemikiran strategis,
pengawasan
kinerja,
kebanggaan
dalam
kemitraan,
peluang
pengembangan, orientasi teknologi, kepekaan terhadap perubahan lingkungan bisnis, kejujuran, kepercayaan,
komunikasi terbuka, keinginan bermitra,
keseimbangan insentif dan risiko) terhadap keberhasilan kemitraan ayam broiler pola PIR. Hasil pengukuran pengaruh peubah-peubah tersebut diperlihatkan pada Tabel 29 dan hubungan struktural antar peubah-peubah dalam kemitraan diperlihatkan pada Tabel 30. Pada Gambar 19 memperlihatkan hasil pengukuran pengaruh setiap peubah terhadap keberhasilan kemitraan ayam broiler dan estimasi hubungan struktural antar peubah-peubanya. Pelaksanaan tugas/kerja karyawan sesuai keinginan atasan dengan motivasi tingkat sedang untuk berprestasi, kecepatan memahami dan kepedulian terhadap situasi/kondisi yang timbul, serta keterampilan bersosialisasi. Hal ini terjadi karena pada umumnya organisasi plasma (peternak) masih sederhana dengan jumlah anggota dua sampai empat karyawan yang dipimpin langsung oleh pemilik, serta tingkat pendidikannya relatif rendah (rata-rata lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Karyawan dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah tersebut relevan dengan tingkat keterampilan yang dibutuhkan.
173
Tabel 29. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci dari Komponen Orgaware Plasma dalam Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler Peubah Laten dan Lambang Kinerja Finansial (η1)
Indikator
1.Keuntungan kotor 2.Modal kerja/aset total 3.Rasio utang terhadap ekuitas 4.Jangka waktu penerimaan penjualan 5.Nilai jual/ aset total 6.Pengembalian ekuitas Kinerja 1.Pertumbuhan efisiensi Operasional (η2) 2.Sumber daya manusia 3.Inovasi teknologi 4.Litbang Kinerja Kerjasama 1.Fleksibilitas (η3) 2.Ketergantungan mitra 3.Turut memecahkan masalah 4.Frekuensi interaksi 5.Transparansi sikap 6.Sikap oportunis 7.Kepercayaan terhadap mitra Kinerja Kemitraan 1.Keuntungan bersih (η4) 2.Jangka waktu penerimaan 3.Kepuasan 4. Pertumbuhan produktivitas 1.KEPEMIMPINAN 1..Motivasi diri dan dorongan (ξ14) untuk berprestasi 2.Kecerdasan 2. OTONOMI 1.Inisiatif KERJA (ξ15) 2. Pendelegasian tugas dan tanggungjawab 3. PENGARAHAN 1. Ketepatan waktu (ξ16) 2. Perencanaan 3. Pengawasan kinerja 4. KETERLIBATAN 1.Kebanggaan bermitra PERUSAHAAN (ξ17) 2.Peluang pengembangan 5.IKLIM INOVASI (ξ18)
6. KEPATUHAN PERUSAHAAN (ξ19)
1. Orientasi teknologi 2.Kepekaan terhadap perubahan lingkungan bisnis 1. Kejujuran 2. Kepercayaan 3. Komunikasi terbuka 4. Keinginan bermitra 5. Keseimbangan insentif dan risiko
Lambang Peubah y1 n y2 n
Nilai-t*
R2
1,40 0,46
16,39 4,42
0,97 0,11
Estimasi
y3
n
-0,33
-3,15
0,055
y4
n
-0,33
-3,09
0,053
y5 y6 y7 y8 y9 y10 y11 y13
n
-0,57 0,82 0,99 0,91 0,0025 -0,34 0,21 0,45
-5,49 4,91 4,35 4,45 0,019 -2,35 0,76 0,83
0,16 0,35 0,49 0,41 0,00 0,058 0,022 0.10
y14
o
0,84
0,84
0,36
n
-0,35 -0,32 0,42
-0,81 -0,81 0,82
0,060 0,051 0,086
y15 y16 y17
n n o o o o o
o o
y19
o
-0,65
-0,84
0,21
y20 y21 y22 y24 x76
n
0,23 0,95 1,05 -0,056 0,77
1,69 4,59 4,49 -0,44 6,71
0,025 0,45 0,55 0,0016 0,29
x77 o x80 o x81 o
0,86 0,67 0,88
7,75 5,41 7,16
0,37 0,22 0,39
x84 o x85 o x87 o x88 o x90 o
0,88 0,80 -0,54 1,41 0,31
6,72 6,15 -4,07 17,90 2,81
0,39 0,32 0,14 1,00 0,047
o o
0,40 -0,49
3,08 -3,37
0,081 0,12
x96 o x97 o x98 o x100 o x101 o
0,63 0,78 0,32 0,83 0,80
5,31 6,74 2,59 7,25 6,96
0,20 0,30 0,051 0,34 0,32
x94 x95
i o o o
Keterangan : Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal. Nilai-t > 1,96 adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan.
174
Pendelegasian tugas dan tanggungjawab dari pemilik kepada karyawan, keterikatan pada peraturan dan prosedur organisasi, serta kemandirian dalam melaksanakan tugas masih pada tingkat sedang. Karyawan bertanggungjawab hanya pada pekerjaan yang bersifat teknis operasional pemeliharaan ayam seperti memberi makan/minum, menjaga kenyamanan ayam (mengatur tingkat kepadatan ayam, tirai dinding kandang, menjalankan kipas, penerangan), menjaga kebersihan kandang dan peralatan, seleksi ayam (memisahkan ayam sakit, cacat, ataupun kerdil), mengubur ayam yang mati serta mencatat penggunaan pakan harian, hasil timbang ayam mingguan, dan jumlah kematian ayam harian. Tabel 30. Hubungan Struktural Antara Peubah Endogen dan Komponen Orgaware Ayam Broiler Gaya Kepemimpinan Estimasi
Otonomi Kerja
Pengarahan
Iklim Inovasi
Nilai-t Esti- Nilai-t Esti- Nilai-t Estimasi masi masi
Nilai-t
Patuh
Keberhasilan kemitraan
Esti- Nilai-t Esti- Nilai-t masi masi
Kinerja -0,079 -0,66 -0,27 -2,70 -0,028 -0,26 0,25 2,20 Finansial Kinerja 0,55 1,92 0,71 2,55 0,62 1,81 -0,088 -0,73 Operasional Kinerja 1,80 0,79 -1,28 -0,77 0,85 0,81 Kerjasama Keterangan : Hasil analisis dengan LISREL 8.2. (2009); Nilai yang dicetak tebal adalah pengaruh signifikan dengan nilai-t > 1,96
Operasional dalam pemeliharaan ayam belum konsisten berdasarkan perencanaannya. Sumbangan pemikiran strategis pada umumnya terbatas pada kapasitas pemeliharaan ayam per orang, dan masa istirahat kandang. Seorang karyawan yang telah terampil dan berpengalaman mampu memelihara 6.000 ekor ayam per periode pemeliharaan dengan sistem all in all out (ayam dalam satu
175
umur), sehingga dapat memperoleh penghasilan yang cukup layak adalah Rp.3.075.000,0 per siklus produksi (empat puluh lima hari).
0.05
1.41
X76
Y2
1.79
1.25
X77
Y3
1.89
1.56
X80
Y4
1.89
1.23
X81
Y5
1.67
1.98
X83
Y6
1.24
1.22
X84
Y7
1.03
X85
Y8
1.18
1.36
Y9
2.00
1.98
X86
Y10
1.88
1.71
X87
Y11
1.96
Y13
1.80
Y14
1.29
Y15
1.88
Y16
1.90
Y17
1.83
Y19
1.58
0.00
X88
1.90
X90
1.84 1.76 0.26
Y1
X94 X95
-0.63 1.40 0.46 -0.33 -0.33 -0.57 0.82
0.77 0.86 0.67 0.88 0.12 PIN 0.88 0.80 -0.15 -0.54 1.41 0.31
OTO ARAH LIBAT INOV
0.40 -0.49 0.63 0.78 0.32 0.83 0.80
PATUH
0.25 KF 0.55 0.71 -0.08 1.80 KO 0.62 -0.27 0.28 KKER
0.99 0.91 0.00 -0.34
0.21 0.45 -0.090.84 0.85 -1.28 -0.35 KKEM -0.03-0.32 0.42 -0.65 0.23 0.95 1.05 -0.06
0.03
1.60
X96
1.39
X97
1.90
X98
Y20
1.95
1.35
X100
Y21
1.10
1.36
X101
Y22
0.90
Y24
2.00
Chi-Square=1655.48, df=674, P-value=0.00000, RMSEA=0.095
Gambar 19. Diagram Lintas Hubungan Struktural Faktor-faktor Kunci Orgaware dan Kontribusi Pengaruhnya terhadap Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler
176
Sistem pengupahan pada umumnya dijalankan dengan cara borongan yang dihitung per ekor dari jumlah ayam yang dipelihara mulai dari persiapan kandang sampai panen. Karyawan mendapat tambahan pendapatan melalui kegiatan bongkar/muat ransum, pembersihan, pencucian/sanitasi kandang setelah panen, pengerukan kotoran ayam, penangkapan ayam saat panen, dan uang makan. Total pendapatan dalam satu periode produksi (40 hari) sekitar Rp. 2.750.000,per orang. Pengosongan kandang dari periode satu ke periode berikutnya (masa istirahat kandang) selama 12 – 14 hari cukup untuk memberi kesempatan kepada karyawan untuk beristirahat di rumah masing-masing. Pengawasan kinerja karyawan sering dilakukan (tidak setiap waktu) dan dievaluasi setiap minggu sekali. Kepatuhan karyawan terhadap peraturan perusahaan, dan kebanggaan keikut-sertaan dalam kemitraan berada pada tingkat sedang, serta komunikasi antara pemilik dengan karyawan cukup lancar (rata-rata bernilai skala 3 dari nilai skala 5). Peluang pengembangan perusahaan cukup besar. Setiap plasma diberi kesempatan untuk mengembangkan usahanya oleh perusahaan inti. Evaluasi kinerja perusahaan dilakukan secara rutin mingguan berdasarkan catatan meliputi rata-rata bobot badan ayam mingguan yang dicapai, jumlah konsumsi ransum, dan kematian ayam harian. Perhatian dan kepedulian terhadap penelitian dan pengembangan, serta perbaikan teknologi cukup tinggi. Seiring dengan informasi yang didapatkan, peternak cukup tanggap untuk segera menyesuaikannya. Peternak juga sering melakukan pengamatan terhadap perubahan lingkungan bisnis seperti misalnya adanya perternak baru dalam
177
lingkup perusahaan inti yang sama maupun perusahaan inti lainnya. Namun faktor ini berpengaruh lemah terhadap tingkat keberhasilan kemitraan. Tingkat kejujuran dan kepercayaan antara plasma dan perusahaan inti cukup tinggi (rata-rata bernilai skala 3 dari nilai skala 5). Kedua faktor tersebut berpengaruh kuat terhadap keberhasilan kemitraan. Kemudahan berkomunikasi antara plasma dengan perusahaan inti menjadi faktor pendukung perkuatan kepercayaan antara kedua pihak. Adanya keadilan dalam memperoleh keuntungan dan risiko kerugian yang mungkin timbul, memperkuat keinginan untuk bermitra. Pembahasan dari ke-empat komponen teknologi (THIO) hasil penelitian ini sebagaimana diuraikan di muka, merupakan satu kesatuan yang utuh dalam menjalankan pola kemitraan usaha ternak ayam broiler. Untuk mendapatkan kesimpulan yang utuh dan hasilnya dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kemitraan ayam broiler pola PIR, maka perlu dianalisis dalam satu kesatuan komponen meliputi komponen THIO. Hasil analisis tersebut diuraikan di bawah ini. F. Analisis Komponen Teknologi Usaha Plasma Dalam Satu Kesatuan Usaha ternak ayam ras pedaging melalui pola kemitraan membutuhkan seperangkat komponen teknologi, THIO. Satu kesatuan ke-empat komponen teknologi tersebut memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kemitraan, terbukti dari hasil analisis yang diperoleh, terdapat peubah-peubah kunci yang tidak nyata pengaruhnya.
178
Kombinasi tertentu dari faktor-faktor kunci setiap komponen teknologi menentukan tingkat keberhasilan usaha. Penelitian ini berhasil menemukan faktor-faktor kunci penentu tersebut. Pada Gambar 18
menunjukkan hasil
program LISREL 8.3 berdasarkan estimasi pengaruh masing-masing peubah dan hubungan struktural antar peubah-peubah yang berkaitan dalam kemitraan ayam broiler pola PIR. Pembahasan pengaruh dari masing-masing komponen teknologi tersebut dikelompok menjadi dua kelompok bahasan yaitu pengaruh variabel endogen dan pengaruh variabel eksogen. Komponen THIO merupakan variabel eksogen. Pembahasan pengaruh variabel-variabel tersebut diuraikan di bawah ini. 1. Variabel Endogen Terdapat beberapa variabel yang tidak nyata pengaruhnya secara statistik terhadap tingkat keberhasilan dari hasil analisis LISREL 8.3 (Gambar 20). Tabel 31 menunjukkan hasil analisis LISREL meliputi variabel endogen. Variabel eksogen meliputi technoware, humanware, inforware, dan orgaware ditunjukkan pada Tabel 31, Tabel 32, Tabel 34, serta Tabel 35. Variabel endogen adalah variabel yang berpangaruh langsung terhadap tingkat keberhasilan kemitraan ayam broiler, terdiri dari kinerja finansial, kinerja operasional, dan kinerja kemitraan. Hasil analisis pada Gambar 20 menunjukkan nilai estimasi dari ketiga variabel tersebut. Tabel 32 dibuat berdasarkan hasil analisis SEM melalui program LISREL 8.3 yang berisi nilai estimasi pengaruh dari kinerja finansial, kinerja operasional, dan kinerja kerjasama terhadap tingkat keberhasilan kemitraan.
179
0.00
X21
1.64
X26
1.07
X30
0.00
X36
0.00
X41
2.00
X43
0.86
X44
1.30 0.25 0.00
X45
0.00
X53
1.00
X49
0.00
X56
1.08
X59
1.77
X61
0.60 0.97
KANDANG
1.00
PLIHARA
1.41 0.05
PHP
1.07 0.84
KRE
1.00
PRES
0.01 0.61 -0.01
1.00 1.40 -0.23 -0.32 0.02
1.00 1.55
0.29
X62
KF
WIRA 1.62 1.68
0.37
X65 X66
1.48
X67
1.42
X68
1.74
X69
1.58
X70
1.76 1.51 1.42
X71 X72
0.96 0.48 0.67
X76
1.18
X78
1.18
X81
1.60
X83
1.29
X85
1.60
X86
0.00
X88
2.00
X90
1.15 -0.07 1.93
X94
0.00
X100
1.89
X101
-0.26 -0.02 WAKTU -0.05
0.61 0.57 0.72 0.76 0.51 0.64 0.51 0.70 0.76 0.54 0.91
0.65 0.72 0.70
KO
-22.49 -0.05 AKSES
42.42
0.05
Y2 Y5
1.95 0.26 1.90
Y6
1.99 0.00
Y8
1.51
Y9
1.48
Y10
1.51
Y11
0.00
Y13
1.93
Y14
1.94
Y20
1.93
Y21
1.88
Y24
0.00
0.33
KKER
-0.12 -31.72 KAIT
X74
1.70
Y1 AFILI
0.01 -0.12 -0.01
KOM
-0.62 0.20
KKEM
-0.11 0.08
PIN
1.41 0.26 0.21
-0.06
0.26 0.35 1.40
OTO 0.91 0.63 ARAH 0.84 0.63 LIBAT 1.41 -0.05 INOV
X95
0.92 0.27 PATUH 1.41 0.33
Chi-Square=2049.75, df=930, P-value=0.00000, RMSEA=0.086
Gambar 20. Diagram Lintas Hubungan Struktural Faktor-faktor Kunci Technoware, Humanware, Inforware,Orgaware dan Estimasi Pengaruhnya pada Usaha Plasma dalam Pola Kemitraan Ayam Broiler
180
Tabel 31. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci Peubah Endogen dalam Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler Peubah Laten dan Lambang
Indikator
y1
n
1,40
12,76
0,97
y2
o
0,23
-2,05
0,026
y5
o
-0,32
-2,89
0,052
1.Sumber daya manusia
y8
o
0,65
0,42
0,22
2.Inovasi teknologi
y9
o
0,72
0,42
0,26
3.Penelitian dan pengembangan
y10
o
0,70
0,42
0,25
1.Fleksibilitas
y11
o
1,41
17,58
1,00
y13
o
0,26
2,32
0,033
y14
o
0,21
1,92
0,022
y20
o
0,26
2,31
0,033
2.Jangka waktu penerimaan
y21
I
0,35
3,14
0,060
3.Pertumbuhan produktivitas
y24
o
1,40
16,09
1,00
1.Keuntungan kotor Kinerja Finansial (η1)
Kinerja Operasional (η2)
Kinerja Kerjasama (η3)
2.Modal kerja dibanding aset total 3.Nilai jual dibanding aset total
2.Ketergantungan mitra 3.Turut memecahkan masalah 1.Keuntungan bersih
Keberhasilan Kemitraan (η4)
Lambang EstiNilai-t R2 Peubah masi
Keterangan : Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal.
Nilai-t* adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan (> 1,96).
Berdasarkan Tabel 31 hasil analisis SEM terhadap peubah endogen diuraikan sebagai berikut : a) Kinerja finansial Dari analisis terhadap enam peubah kunci yang berhubungan dengan kinerja finansial diperoleh dua peubah yang berpengaruh nyata secara statistik yaitu : 1) keuntungan kotor dengan koefisien 1,40, nilai-t 12,76, R2=0,97 dan 2) rasio modal kerja terhadap aset total (-0,23; -2,05; dan 0,026), 3) rasio nilai jual hasil produksi terhadap aset total (-0,32, nilai-t -2,89, dan R2=0,052), 4) pengembalian ekuitas (0,019; 0,11; dan 0,00018) (Tabel 31).
181
Hasil analisis tersebut konsisten jika dibandingkan pengukuran secara mandiri untuk komponen THIO. Kinerja finansial dapat dijelaskan 97 % dari keuntungan kotor, rasio modal kerja terhadap aset total adalah 2,6 %, dan rasio nilai jual hasil produksi terhadap aset total adalah 5,2 %, sedangkan faktor pengembalian
ekuitas
berpengaruh
tidak
signifikan.
Dengan
demikian
peningkatan keuntungan kotor dari hasil usaha menjadi faktor penentu utama untuk meningkatkan kinerja finansial. Penelitian ini menemukan rata-rata keuntungan kotor usaha ternak plasma adalah Rp. 971,19 per ekor ayam atau adalah Rp. 33.991.776,00 per tahun per 5.000 ekor pemeliharaan dengan persentase rata-rata adalah 22,9 % per tahun. Dalam analisis peubah-peubah kunci terdapat satu peubah yang tidak disertakan dalam jalannya program yaitu jangka waktu penerimaan hasil penjualan. Hal ini karena nilai hasil survei lapangan untuk peubah tersebut menunjukkan nilai yang seragam yaitu selama 12 hari kerja sejak pelaporan secara tertulis dari hasil panen terakhir (kandang kosong). Pengaruh negatif dari rasio nilai jual hasil produksi terhadap aset total (koefisien bertanda negatif) terhadap kinerja finansial dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) karena besarnya nilai jual diperoleh dari perkalian antara bobot hidup ayam hasil panen dengan harganya. Harga ayam hidup di pasaran dipengaruhi oleh rata-rata bobotnya. Semakin besar rata-rata bobot hidup ayam, semakin berkurang harganya. Namun nilai ayam per ekornya akan semakin besar. Bobot hidup ayam yang terlalu besar mengakibatkan tingkat efisiensi pakan semakin rendah dan ditandai adanya feed conversion ratio (FCR) yang semakin besar, sehingga tingkat keuntungan akan menurun. Rata-rata bobot hidup
182
ayam yang optimal untuk memperoleh tingkat efisiensi yang optimal berkisar antara 1,6 – 1,8 kg per ekor, 2) nilai aset total berhubungan langsung dengan luas kandang dan berkaitan dengan kapasitas produksi yang diukur dengan tingkat kepadatan ayam sebanyak 8-10 ekor per m2. Dengan kondisi tersebut akan diperoleh rasio nilai jual hasil panen terhadap aset total yang optimal berkisar antara 1,47 – 1,66 (perhitungan berdasarkan harga ayam hidup rata-rata Rp 15.000 per kg dan aset total Rp 16.250,-per ekor untuk tahun 2009). Dengan demikian rasio kurang atau melebihi 1,47-1,66 akan berpengaruh negatif terhadap kinerja finansial. b). Kinerja Operasional Hasil analisis menunjukkan terdapat tiga peubah yang berpengaruh positif terhadap kinerja operasional dari empat peubah yang dicobakan, meskipun secara statistik pengaruh tersebut tidak signifikan. Tiga peubah tersebut adalah : 1) sumber daya manusia (koefisien 0,65; nilai-t 0,42; dan R2 0,22), 2) inovasi teknologi (0,72; 0,42; dan 0,26), dan 3) penelitian dan pengembangan (0,70; 0,42; dan 0,25) (Tabel 31). Kinerja operasional usaha plasma dapat ditingkatkan melalui peningkatan pelatihan keterampilan pekerja. Pelatihan keterampilan yang dilakukan minimal sekali dalam setahun berdampak positif terhadap semangat pekerja, wawasan, pengetahuan, dan tanggungjawab pekerja. Penggunaan sumber daya manusia yang semakin terampil dan terdidik dalam menjalankan usaha akan semakin meningkatkan kinerja operasional. Tingkat pendidikan rata-rata peternak adalah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) (Lampiran 4).
183
Pembaharuan teknologi, penelitian dan pengembangan tekonologi yang dilakukan peternak plasma masih sederhana dan terbatas. Cara pemeliharaan, penggunaan peralatan semi otomatis dan pemakaian obat-obatan sering diperbarui secara berangsur-angsur berdasarkan pengalaman berproduksi dari waktu ke waktu dan pembinaan yang dilakukan oleh perusahaan inti. c) Kinerja Kerjasama Dalam analisis awal terdapat sembilan peubah kunci yang diduga berpengaruh terhadap kinerja kerjasama. Hasil analisis menunjukkan adanya tiga peubah kunci yang berpengaruh nyata secara statistik (nilai-t > 1,96) terhadap kinerja kerjasama yaitu : 1) fleksibilitas (koefisien 1,41; nilai-t 17,58; dan R2 1,00), 2) ketergantungan mitra (0,26; 2,32; dan 0,033), dan 3) turut memecahkan masalah (0,21; 1,92; dan 0,022) (Tabel 31). Fleksibilitas dijalankan dengan baik dalam operasional produksi selama terjalin kontrak kerjasama. Penjadwalan produksi, penggunaan jenis DOC, dan waktu panen dilaksanakan secara fleksibel. Jika terjadi perubahan jadwal masuknya DOC yang telah direncanakan dan disetujui kedua belah pihak antara perusahaan inti dan peternak plasma karena suatu hal, kedua belah pihak setuju untuk menetapkan jadwal baru. Perubahan jadwal maju atau mundur masuknya DOC di kandang ini dapat berasal dari peternak maupun perusahaan inti. Permintaan pengunduran jadwal dari pihak peternak dapat terjadi lebih disebabkan karena persiapan kandang belum sepenuhnya siap, misalnya peternak kesulitan menyediakan bahan litter (pada umumnya menggunakan sekam/kulit padi) dalam jumlah yang cukup sebagai akibat dari kelangkaan pasokan. Kondisi
184
demikian dapat terjadi pada waktu sebelum musim panen padi yaitu sekitar pertengahan bulan Januari. Kebutuhan sekam untuk pemeliharaan ayam 5.000 ekor, lebih kurang sebanyak empat ton (200 karung). Pengunduran jadwal masuknya DOC yang diajukan oleh perusahaan inti, pada umumnya disebabkan karena pasokan DOC yang kurang dari kebutuhan. Jadwal waktu panen ayam juga tidak terlalu ketat, namun fleksibel disesuaikan daya serap pasar dan ukuran rata-rata bobot ayam. Faktor lain seperti saling memberi informasi tentang administrasi, teknologi, organisasi, maupun lainnya terlaksana dengan baik. Ketergantungan mitra juga menjadi peubah yang penting pengaruhnya terhadap kinerja kerjasama. Perusahaan inti membutuhkan tempat pemeliharaan (kandang) yang banyak dengan populasi pemeliharaan yang banyak dan produksi yang kontinyu, sedangkan peternak plasma membutuhkan pasokan sarana produksi, dan pemasaran hasil produksi dengan harga yang pasti (jaminan harga), serta pembinaan dari perusahaan inti. Kontrak kerjasama dengan jangka waktu yang semakin pendek akan lebih fleksibel dalam melakukan penyesuaian sesuai dengan perkembangan harga sarana produksi ternak dan hasil ternak di lingkungan bisnis. Kemampuan peternak untuk turut membantu memecahkan masalah umumnya seiring dengan prestasi yang dicapainya. Semakin tinggi prestasi yang dapat dicapai akan semakin tinggi tingkat kemampuan peternak dalam keikutsertaannya memecahkan masalah yang timbul selama bermitra. Selain itu sikap keterbukaan dan fleksibilitas yang dimiliki peternak cukup membantu peningkatan kemampuan tersebut.
185
Bentuk bantuan yang umum dilakukan peternak adalah : 1) peternak saling memberi informasi tentang proses produksi terkini sesuai situasi dan kondisi alam, pasar, dan teknik pemeliharaan secara langsung maupun melalui technical service (TS) perusahaan inti, 2) rela meminjamkan peralatan terutama saprotan dan alat suntik melalui TS, 3) menyediakan pendampingan tenaga terampil bila diperlukan. d) Keberhasilan Kemitraan Tingkat keberhasilan kemitraan budidaya ayam ras pedaging diduga dipengaruhi oleh lima peubah penentu. Hasil analisis SEM menghasilkan hanya tiga peubah penentu yang berpengaruh signifikan secara statistik terhadap tingkat keberhasilan kemitraan yaitu : 1) keuntungan bersih (koefisien 0,26; nilai-t 2,31; dan R2=0,033), 2) jangka waktu penerimaan hasil usaha (0,35; 3,14; dan 0,060), 3) pertumbuhan produktivitas (1,40; 16,09; 1,00) (Tabel 31). Pertumbuhan produktivitas merupakan peubah paling kuat pengaruhnya terhadap tingkat keberhasilan kemitraan, diikuti peubah jangka waktu penerimaan hasil usaha dan keuntungan bersih. Penambahan kapasitas produksi dilakukan peternak sejalan dengan hasil keuntungan bersih dari usahanya. Semakin besar keuntungan bersih yang diperoleh peternak, berdampak semakin besar kesempatan peternak untuk menambah kapasitas produksinya. Dampak lain dari peningkatan perolehan keuntungan bersih oleh usaha peternak adalah peternak dapat mempersingkat jangka waktu pengembalian modal usahanya. Seperti telah dibahas di muka bahwa hasil perhitungan waktu pengembalian modal investasi pada budidaya kemitraan ayam ras pedaging adalah
186
selama empat tahun. Masa dalam satu siklus produksi relatif singkat antara 30-35 hari dengan rata-rata bobot hidup 1,7 kg per ekor, masa istirahat kandang 12-14 hari. Dengan demikian masa dari satu siklus ke siklus produksi berikutnya membutuhkan waktu 42 hari sampai 49 hari dan dapat berproduksi sebanyak tujuh kali siklus produksi per tahun. Jangka waktu pengembalian modal selama empat tahun, relatif singkat. Hal ini berpengaruh kepada tingkat kepuasan peternak plasma meskipun pengaruh peubah kepuasan tidak signifikan terhadap tingkat keberhasilan kemitraan. Sebagian besar (45 %) dari dua puluh tujuh peternak plasma responden menyatakan cukup puas atas hasil usahanya, sebagian yang lain menyatakan tidak puas (11 %), agak puas (19 %), puas (22 %), dan sangat puas (3%). Peubah-peubah eksogen selain peubah dalam komponen technoware, humanware, inforware, maupun komponen orgaware, juga terdapat peubah lainnya, yaitu : minat perusahaan inti, dan perusahaan inti pilihan. Minat perusahaan inti dipengaruhi oleh enam peubah indikator (Tabel 14). Hasil survei menunjukkan pertambahan produksi berpengaruh terhadap minat perusahaan inti. Produksi yang semakin bertambah akan semakin mempertinggi minat perusahaan inti untuk menjalin kemitraan. Peubah yang paling berpengaruh terhadap minat perusahaan inti adalah jumlah pesaing langsung dalam kemitraan. Semakin banyak jumlah perusahaan lain yang bergerak dalam bidang yang sama (pesaing langsung) akan semakin tinggi minat perusahaan inti untuk bermitra. Peluang untuk memasarkan sarana produksi juga menjadi peubah yang penting dalam pengaruhnya terhadap minat perusahaan inti. Peternak plasma dalam kemitraan merupakan pasar bagi perusahaan inti untuk menjual sarana produksi (DOC,
187
ransum, vitamin dan obat-obatan). Semakin banyak peternak plasma akan semakin banyak peluang perusahaan inti untuk menjual lebih banyak sarana produksi ternaknya. Kondisi tersebut akan mempertinggi minat perusahaan inti untuk bermitra. Sistem kemitraan dapat berjalan dengan baik tergantung kepada komitmen kedua belah pihak yang bermitra, dalam hal ini yaitu perusahaan inti dan peternak plasma. Faktor pemilihan perusahaan inti menjadi penting untuk mencapai hasil kemitraan yang optimal. Peubah pemilihan perusahaan inti ditentukan oleh 13 indikator (Tabel 14). Hasil survei kepada para responden bagi ketiga belas peubah tersebut secara konsisten dan seragam memberi nilai yang tinggi (berskala 4 dari skala 1 sampai 5). Ke-tiga belas peubah tersebut menjadi peubah yang penting pengaruhnya terhadap keberhasilan kemitraan. 2. Variabel Eksogen a. Komponen Technoware Perangkat keras (technoware) merupakan satu di antara empat perangkat penting yang menjadi satu kesatuan dalam sistem kemitraan ayam broiler. Analisis terhadap komponen technoware terdiri dari dua puluh peubah teramati (peubah indikator) dikelompokkan ke dalam tiga kelompok teknologi yaitu : 1) kandang, 2) pemeliharaan ayam, dan 3) pengendalian hama dan penyakit. Peubah kandang terdiri dari lima peubah indikator yaitu lantai kandang, tinggi kandang, lebar kandang, dinding kandang, dan panjang kandang. Hasil survei lantai kandang, lebar kandang, dan panjang kandang bernilai sama dengan nilai berkategori tinggi dan bernilai sama dari dua puluh tujuh peternak responden.
188
Oleh karena itu tidak dimasukkan dalam proses penghitungan LISREL, namun tetap merupakan peubah-peubah penting dalam pembuatan kandang ayam broiler. Lantai kandang sistem panggung dengan ketinggian 180 – 190 cm dari permukaan tanah, tinggi kandang 400 - 450 cm dari lantai kandang, serta lebar kandang 800 cm merupakan ukuran yang ideal. Dinding kandang dibuat setinggi minimal 200 cm, berfungsi untuk memperlancar sirkulasi udara dari dalam kandang ke luar kandang maupun sebaliknya. Sirkulasi udara ke ruangan kandang dan dari dalam kandang yang baik akan mempengaruhi penampilan produksi yang baik. Panjang kandang menyesuaikan lahan dengan posisi membujur dari arah barat ke timur untuk mengurangi suhu udara dalam kandang yang berlebihan akibat intensitas sinar matahari. Suhu udara maksimum dalam kandang pada siang hari umumnya sekitar 32 – 34 0C, dan minimum pada dini hari sekitar 26 – 28 0C. Analisis terhadap peubah indikator kandang menghasilkan satu peubah indikator yang berpengaruh nyata terhadap kandang yaitu tinggi kandang dengan estimasi, dan R2 adalah 1,00; dan 1,00 (Tabel 32). Tabel 32. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci Technoware Usaha Plasma dalam Pola Kemitraan Ayam Broiler Peubah Laten dan Lambang Technoware Plasma :
Indikator
Lambang Peubah
Estimasi
Nilai-t
R2
1.Tinggi kandang
x21
o
1,00
-
1,00
1. Tingkat kematian
x26
o
0,60
5,15
0,18
2.Efisiensi makanan
x30
o
0,97
8,62
0,47
x36
o
1,00
-
1,00
1. KANDANG (ξ3) 2. PELIHARA (ξ4) 3. PHP (ξ5)
1. Pemeliharaan kandang
Keterangan : Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal. Nilai-t* adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan (> 1,96).
189
Pada Tabel 32 ditunjukkan efisiensi makanan merupakan indikator yang berpengaruh kuat dalam komponen teknologi dengan estimasi, nilai-t, dan R2 adalah 0,97; 8,62; dan 0,47. Hal ini dapat diartikan efisiensi makanan dapat menjelaskan 47 % keberhasilan pemeliharaan ayam. Untuk mengukur efisiensi makanan adalah dengan membandingkan pakan yang dikonsumsi ayam terhadap bobot ayam yang dicapainya (feed convertion ratio/ FCR). Semakin kecil nilai FCR akan semakin baik keragaan pemeliharaannya. Nilai FCR berkisar antara 1,5 sampai dengan 1,6 pada rata-rata bobot hidup ayam 1,6-1,7 kg per ekor dengan rata-rata umur panen 30 hari. Program bonus dibuat salah satunya berdasarkan capaian FCR. Jika FCR dapat dicapai lebih rendah dari pada standar FCR yang ditetapkan oleh perusahaan inti, maka peternak plasma akan mendapatkan bonus. Pemeliharaan akan mencapai hasil yang optimal yaitu pada umur ayam 30-32 hari. Konsumsi ransum pada umur ayam lebih dari 32 hari akan semakin berkurang tingkat efisiensinya. Hal ini disebabkan antara lain karena tingkat pertumbuhan ayam sudah mulai menurun dan persentase kematian ayam bertambah. Tingkat kematian ayam merupakan indikator kuat setelah FCR terhadap keragaan pemeliharaan ayam dengan koefisien adalah 0,60, nilai-t 5,15, dan R2 adalah 0,18. Koefisien yang bertanda positif tersebut akibat dari penetapan skala (1 sampai dengan 5), semakin rendah persentase kematian ayam, semakin tinggi skalanya, hal ini berarti semakin rendah persentase kematian ayam akan semakin baik keragaan pemeliharaan ayam. Persentase kematian dalam pemeliharaan ayam yang baik harus lebih rendah dari pada standar yang ditentukan oleh perusahaan
190
inti. Standar tingkat kematian disesuaikan dengan umur ayam, umumnya ditentukan berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang mendalam yang dilakukan perusahaan inti. Anak ayam umur tujuh hari, standar persentase kematiannya adalah 1,5 persen dan semakin tinggi seiring dengan tambahnya umur ayam. Ayam umur empat puluh lima hari standar persentase kematiannya adalah 5,93 persen. Persentase kematian ayam pada akhir pemeliharaan (umumnya 30-32 hari) dengan kategori baik berkisar antara 2 – 3 persen. Sistem insentif juga diberikan oleh perusahaan inti atas prestasi dari persentase kematian ayam yang rendah. Bobot hidup saat panen, dan umur panen merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh peternak meskipun hasil analisis pengaruhnya lemah terhadap keragaan pemeliharaan ayam. Pengambilan data selama penelitian dilakukan berasal dari kandang dengan sistem kandang terbuka. Suhu ruangan kandang berkisar antara 28 – 320C, lebih tinggi jika dibandingkan dengan rekomendasi Cobb (2008) suhu ideal berkisar antara 21 – 230C. Sirkulasi udara dalam kandang dibantu dengan penggunaan kipas angin dengan ukuran 50”. Penerangan kandang menggunakan bola lampu listrik 20 watt per 24 m2 atau setara dengan 0,21 foot candles (fc), lebih rendah jika dibandingkan dengan rekomendasi menurut Cobb (2008) adalah 0,5 – 1,0 fc (125 watt untuk 93 m2). Bibit ayam yang digunakan adalah CP 707 produksi PT. Charoen Pokphand Indonesia, Tbk (CPIN) dengan tingkat kepadatan ayam yang digunakan rata-rata 10 ekor per m2.
191
Hasil produksi akan lebih baik jika tingkat kepadatan dikurangi menjadi 8 ekor per m2, sesuai hasil penelitian Sahroni (2001) bahwa pemeliharaan ayam pedaging dengan lingkungan yang bersuhu 23,2- 33,20C dan kelembaban 69,290,3% (daerah tropis) pada tingkat kepadatan 8 ekor per m2 lebih baik jika dibandingkan pada tingkat kepadatan 10 dan 13 ekor per m2. Untuk kebutuhan tempat pakan, CPIN merekomendasikan penggunaan jumlah tempat pakan (tabung berkapasitas 5 kg) untuk pemeliharaan ayam 5.000 ekor pada umur di atas 14 hari sebanyak 165 buah dan tempat minum otomatis sebanyak 84 buah (Tabel 33). Kebutuhan tempat pakan, tempat minum, dan tingkat kepadatan disesuaikan dengan umur ayam. Penggunaan tempat pakan dan minum di tingkat peternak plasma umumnya sudah menyesuaikan rekomendasi tersebut dengan baik. Tabel 33. Kebutuhan Tempat Pakan dan Tempat Minum untuk Pemeliharaan Ayam sebanyak 5.000 ekor (rekomendasi CPIN 2007) Umur
Kepadatan Ayam (ek/m2 luas lantai kandang)
Baki (buah)
Tempat pakan (buah)
Tempat minum (buah)
1 3 6 9 12 >14
60 40 30 20 15 10
100 100 55 25 -
94 105 165 165 165
55 55 65 80 80 80
Pemeliharaan kandang merupakan salah satu faktor paling penting dalam pengendalian hama dan penyakit. Kegiatan tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan bio-sikur iti. Pemeliharaan kandang bertujuan untuk memperpanjang fungsi kandang dalam berproduksi sehingga kesehatan ayam terjaga selama
192
dibesarkan. Pemeliharaan kandang terutama adalah untuk menjaga kebersihan kandang secara baik. Standar kebersihan yang baik akan mengurangi bahaya penyakit. Pemeliharaan kandang dilakukan setiap saat selama produksi berjalan, terutama setelah panen (kandang kosong), kandang dibersihkan dan diperbaiki jika terdapat kerusakan sebelum digunakan untuk siklus produksi berikutnya. Pengosongan kandang setelah panen sampai diisi DOC kembali dilakukan 10 – 14 hari, dengan harapan dapat memutus siklus bibit penyakit yang diakibatkan oleh virus maupun bakteri. Penggunaan obat-obatan oleh peternak mengikuti program yang dianjurkan oleh Technical Service (TS) dari perusahaan inti. b. Komponen Humanware Identifikasi awal terhadap komponen humanware diduga ditentukan oleh sembilan belas peubah indikator yang dikelompokkan dalam lima peubah eksogen yaitu : 1) kreativitas, 2) orientasi prestasi, 3) orientasi berafiliasi, 4) kewirausahaan, dan 5) orientasi integritas waktu.. Hasil pengukuran SEM terhadap pengaruh peubah-peubah tersebut menunjukkan terdapat tujuh peubah indikator yang berpengaruh nyata, yaitu : 1) kemampuan teknis dengan koefisien estimasi 1,41; nilai-t 17,90; dan R2=1,00, 2) motivasi (0,053; 0,47; dan 0,0014), 3) suka tantangan dan bertanggungjawab (1,07; 9,62; dan 0,57), 4) penetapan tujuan prestasi (0,84; 7,49; dan 0,35), 5) bertanggungjawab (1,00; dan 1,00), 6) kesediaan menerima perubahan (1,00; dan 1,00), 7) kedisiplinan bekerja (1,00; dan 1,00) (Tabel 34).
193
Tabel 34. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci Humanware dalam Pola Usaha Kemitraan Peubah Laten dan Lambang Humanware Plasma: 1.KREATIVITAS (ξ6) 2. ORIENTASI PRESTASI (ξ7)
Indikator
Lambang Estimasi Nilai-t Peubah
R2
1. Kemampuan teknis
x41
o
1,41
-
1,00
1. Suka tantangan dan bertanggungjawab 2. Penetapan tujuan prestasi 1. Bertanggungjawab
x44
o
1,07
9,62
0,57
x45
o
0,84
7,49
0,35
3. ORIENTASI x49 o 1,00 1,00 BERAFILIASI (ξ8) 4. 1. Kesediaan menerima x53 o 1,00 1,00 KEWIRAUSAHA perubahan AN (ξ9) 5. ORIENTASI 1. Kedisiplinan bekerja x56 o 1,00 1,00 INTEGRITAS WAKTU (ξ10) Keterangan : Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal. Nilai-t* adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan (> 1,96)
Indikator yang berpengaruh kuat di antara tujuh indikator lainnya adalah kemampuan teknis, suka tantangan dan bertanggung-jawab, kesediaan menerima perubahan, dan kedisiplinan bekerja. Kedisiplinan dalam bekerja merupakan cara bekerja yang harus dilakukan oleh karyawan maupun peternak plasma dalam menjalankan usahanya. Budidaya ternak ayam ras pedaging dengan masa produksi yang relatif singkat (30-35 hari) mempunyai risiko kegagalan yang tinggi, sehingga membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan kedisiplinan yang tinggi dalam berproduksi. Kelengahan, kelalaian, kecerobohan, kemalasan dalam menjalankan tugas akan berakibat fatal yaitu kegagalan produksi. Kegagalan produksi yang sering terjadi yaitu adanya wabah penyakit yang menyerang ternak ayam dengan tingkat kematian tinggi dalam waktu singkat (mendadak). Kondisi tersebut telah terjadi pada tahun 2004 yang melanda di
194
berbagai daerah di Indonesia yakni wabah penyakit flu burung (Afian Influennza/AI). Permasalahan tersebut berangsur-angsur dapat diatasi dengan adanya kewajiban bagi peternak untuk melaksanakan vaksinasi AI maupun penyakit lainnya pada setiap siklus produksi. Selain vaksinasi yang ketat, peternak wajib melaksanakan kegiatan biosekuriti secara ketat. Bio-sekuriti diartikan serangkaian tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah masuk dan menyebarnya penyakit ke sebuah peternakan, atau suatu tindakan untuk menjauhkan mikro-organisme penyebab penyakit dari unggas dan menjauhkan unggas dari mikro-organisme penyebab penyakit.
Terdapat tiga elemen biosekuriti yaitu : 1) isolasi, dengan cara
mengurangi kunjungan
ke peternakan lain terutama yang sedang terserang
wabah penyakit, lingkungan peternakan harus bebas dari pemeliharaan unggas lain; 2) pengendalian lalu lintas manusia, hewan, peralatan, dan kendaraan dari dalam dan ke luar peternakan; 3) sanitasi, dengan cara mencuci kandang, peralatan, kendaraan, dan orang secara teratur dengan desinfektan (Indartono dan Widodo 2005; dan Cobb 2008). Pelaksanaan biosekuriti pada peternakan plasma umumnya masih terbatas. Kegiatan yang sudah dilakukan umumnya seperti mengurangi kontak langsung dengan peternakan lain terutama peternakan yang sedang terserang wabah penyakit. Sanitasi secara teratur juga sudah dilaksanakan dengan baik sesuai pembinaan yang dilakukan oleh perusahaan inti. Karena keterbatasan kemampuan finansial peternak, sanitasi terhadap kendaraan maupun orang yang masuk ke peternakan umumnya belum dilaksanakan, seperti misalnya bak pencelup (deeping) masuknya kendaraan, penyemprotan desinfektan pada pintu
195
masuknya orang ke areal peternakan, serta pagar keliling kawasan peternakan. Pencerahan tentang pentingnya biosekuriti bagi peternakan untuk mencapai keberhasilan harus terus dilakukan oleh para pihak yang terkait seperti kedinasan pemerintah khususnya dinas peternakan, lembaga swasta, maupun para ahli kesehatan. Untuk menjalankan usaha budidaya ayam ras pedaging, peternak perlu memiliki motivasi yang tinggi berdasarkan penetapan tujuan prestasi. Evaluasi terhadap prestasi yang dicapai pada setiap siklus produksi perlu dilakukan. Tindak-lanjut perbaikan harus dilaksanakan bila terdapat kekurangan dalam setiap kegiatan produksi. Hal ini dapat terlaksana apabila peternak mempunyai sikap bersedia menerima perubahan. Sikap bersedia menerima perubahan pada sebagian peternak masih kurang memadai. Hal ini dipengaruhi antara lain adanya budaya pasrah terhadap nasib di kalangan peternak dan masyarakat umumnya masih kental. Bila diketahui terdapat peternak yang berprestasi tinggi, mereka menganggap lebih disebabkan karena nasibnya sedang baik. Mereka tidak berkeinginan untuk mengetahui dan mempelajari bagaimana cara berproduksi yang tepat sehingga dapat mencapai prestasi baik tersebut. Penetapan tujuan prestasi oleh peternak dibuat berdasarkan pengetahuan peternak tentang apa yang menjadi ukuran keragaan produksi yang baik. Ukuran keragaan produksi yang telah dipahami oleh peternak masih terbatas pada perihal yang berkaitan dengan faktor finansial, seperti tingkat kematian ayam yang rendah, FCR yang rendah, dan tingkat pertumbuhan ayam yang relatif cepat.
196
Faktor-faktor tersebut berhubungan langsung dengan upaya peningkatan jumlah pendapatan dan tingkat keuntungan yang dapat diperoleh peternak plasma, serta adanya sistem bonus yang disediakan oleh pihak perusahaan inti yang berkaitan dengan prestasi produksi, selama ini hanya berdasarkan tingkat kematian dan FCR yang rendah. Apabila hasil usaha mencapai tingkat kematian dan FCR di bawah standar yang ditetapkan oleh perusahaan inti, peternak memperoleh insentif yang dihitung dengan rumus tertentu sesuai ketentuan perusahaan inti. Target lain seperti hasil daging yang bermutu belum menjadi tujuan dalam berproduksi. Padahal tuntutan konsumen di masa kini maupun ke depan masalah mutu daging sudah menjadi isu penting. Namun pengawasan konsumen terhadap mutu daging di pasaran selama ini juga masih lemah, sehingga bagi peternak dalam berproduksi belum menjadi prioritas. Kemampuan teknis yang dimiliki karyawan dalam berproduksi umumnya cukup tinggi, karena tingkat teknologi keras yang digunakan adalah teknologi tepat guna bukan teknologi canggih. Dengan kondisi ini para pekerja dapat dengan mudah untuk mengoperasikan semua peralatannya secara baik. Keterampilan bekerja dan kemampuan karyawan untuk menciptakan kreativitas cukup baik. Gagasan, metode dan pendekatan baru pada umumnya dikemukakan dengan baik kepada perusahaan inti melalui technical service (TS), terutama mengenai teknis pemeliharaan ayam meliputi panjang kandang, lebar kandang, jenis lampu yang digunakan, bahan alas lantai (litter) untuk DOC sampai umur 16 hari, tirai penutup kandang, brooder, bahan pemanas DOC, umur ayam untuk dipanen, dan lain-lain.
197
Pemberian makan dan minum yang lazim dilakukan adalah secara adlibitum (pakan dan minum tersedia terus menerus pada tempatnya selama pemeliharaan ayam), kemudian dicoba untuk diubah dengan cara pemberian pakan/ransum setiap dua jam sekali berdasarkan standar kebutuhan pakan bagi ayam sesuai umurnya. Pemasangan brooder untuk pembesaran DOC dapat ditempatkan pada sisi pinggir atau tengah kandang untuk memudahkan pelebaran ruang setiap tiga hari, serta untuk mencapai hasil brooding (ayam sudah tidak membutuhkan penghangat lagi yaitu umur 10-12 hari tergantung cuaca) yang optimal. c. Komponen Inforware Identifikasi awal komponen inforware diduga dipengaruhi oleh enam belas indikator penentu yang dikelompokkan dalam tiga peubah eksogen yaitu : 1) akses informasi, 2) keterkaitan informasi, dan 3) kemampuan komunikasi. Hasil pengukuran pengaruh peubah-peubah kunci melalui SEM menunjukkan terdapat sepuluh indikator berpengaruh positif terhadap komponen inforware. Estimasi besarnya pengaruh peubah kunci pada masing-masing peubah eksogen dijelaskan sebagai berikut : 1. Akses informasi Hasil pengukuran peubah-peubah kunci pada akses informasi adalah : 1) Jenis sumber informasi dengan koefisien estimasi=0,96; nilai-t=8,19; dan R2= 0,46, 2) Pemanfaatan informasi (0,48; 3,99; dan 0,12), dan 3) Metode pengumpulan informasi (0,67; 5,63; dan 0,22) (Tabel 35).
198
Tabel 35. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci Inforware Usaha Plasma dalam Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler Peubah Laten dan Lambang 1.Akses Informasi (ξ10)
Indikator 1. Macam sumber informasi 1.Informasi internal 2. Informasi eksternal
2. Keterkaitan Informasi (ξ12)
3. Kemampuan Komunikasi (ξ13)
3.Validitas informasi dan data 4.Kemudahan mendapatkan informasi 1. Saluran informasi 2.Kepercayaan terhadap sumber informasi 3.Nilai informasi terhadap perusahaan 4.Umpan balik
Lambang Estimasi Nilai-t Peubah
R2
x59
o
0,36
2,85
0,063
x65
o
0,48
3,93
0,12
x66
o
0,40
3,21
0,079
x67
o
0,80
6,85
0,32
x68
o
0,83
7,22
0,35
x70
o
0,73
6,16
0,27
x71
o
0,43
3,47
0,093
x72
o
0,77
6,57
0,30
x74
o
0,67
5,63
0,23
Keterangan : Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal. Nilai-t* adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan (> 1,96)
Hasil survei terhadap komponen inforware yang diterapkan oleh peternak plasma umumnya masih terbatas pada kegiatan produksi setiap siklusnya, yaitu berupa catatan-catatan sederhana. Informasi yang berhasil dikumpulkan dari luar maupun yang dibuat sendiri oleh peternak masih terbatas pada pengetahuan teknik produksi. Sumber informasi yang didapatkan peternak pada umumnya sebanyak dua sampai tiga macam sumber dengan interval satu minggu dari sesama peternak meliputi waktu masuk DOC/ umur ayam, saat panen, dan kondisi kesehatan ayam. 2. Keterkaitan informasi Hasil pengukuran peubah-peubah kunci dalam keterkaitan informasi dengan kepentingan usaha plasma adalah : 1) informasi internal (koefisien 199
estimasi=0,61; nilai-t=5,30; dan R2=0,19), 2) informasi eksternal (0,57; 4,88; dan 0,16), 3) validitas informasi dan data (0,72; 6,35; dan 0,26), 4) kemudahan mendapatkan informasi (0,76; 6,81; dan 0,29), 5) biaya untuk memperoleh informasi (0,51; 4,35; dan 0,13) diperlihatkan pada Tabel 35. Informasi dari luar didapatkan melalui buletin, para pembina, maupun peternak lain. Informasi internal masih terbatas berupa catatan-catatan sederhana dari setiap siklus produksi. Pemanfaatan informasi yang diperoleh disesuaikan dengan tingkat kebutuhan pengetahuan peternak dan diterapkan secara baik melalui bimbingan dari perusahaan inti. 3. Kemampuan komunikasi Hasil pengukuran peubah-peubah kunci dalam kemampuan komunikasi adalah : 1) saluran komunikasi (koefisien estimasi = 0,64; nilai-t=5,74; dan R2= 0,21), 2) kepercayaan terhadap sumber informasi (0,51; 4,44; dan 0,13), 3) nilai informasi terhadap perusahaan (0,72; 6,29; dan 0,25), dan 4) umpan balik (0,76; 6,90; dan 0,29) (Tabel 35). Saluran komunikasi umumnya masih terbatas yaitu berupa komunikasi langsung dan telepon (telepon tetap maupun seluler) dengan biaya relatif rendah. Tingkat kepercayaan terhadap sumber informasi yang diperoleh dipengaruhi oleh kemampuan komunikasi peternak. Perhatian peternak relatif tinggi diberikan kepada pihak perusahaan inti dan sesama peternak dengan tingkat kepercayaan yang relatif tinggi. Kemampuan komunikasi peternak semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah saluran komunikasi, tingkat kepercayaan terhadap sumber informasi dan pemanfaatannya.
200
Informasi internal yang dikumpulkan meliputi laporan produksi (bobot per ekor dan jumlah DOC, perkembangan bobot hidup ayam, jumlah kematian, penggunaan ransum dan obat-obatan), stok ransum dan obat-obatan, serta catatan keuangan (pembelian sekam untuk litter, pembayaran listrik, upah kerja, biaya pemeliharaan kandang dan sumbangan-sumbangan). Informasi berupa catatancatatan sederhana tentang kegiatan-kegiatan produksi tersebut digunakan untuk evaluasi prestasi produksi dan perencanaan dengan target terukur untuk siklus produksi berikutnya. Informasi eksternal didapatkan melalui saluran komunikasi dari sesama peternak maupun pembina (perusahaan inti) yaitu secara lisan, telepon maupun dalam bentuk buletin yang berisi informasi teknik pemeliharaan. Informasi teknik pemeliharaan dan prestasi produksi peternak lain yang berhasil dikumpulkan bermanfaat bagi peternak untuk perbandingan. Dengan demikian peternak dapat mengukur tingkat keberhasilan produksinya pada siklus produksi terkini. Perbandingan tingkat keberhasilan produksi kepada prestasi peternak lain perlu dilakukan, sebab banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan budidaya ayam broiler terutama pada sistem pemeliharaan kandang terbuka. Kecermatan dalam memperhatikan keabsahan dari informasi yang diperoleh cukup baik. Hal ini karena ditunjang dengan pengalaman yang cukup (beternak selama lebih dari lima tahun). Penelusuran terhadap sumber informasi sering dilakukan peternak apabila merasa kurang percaya terhadap informasi yang diperolehnya. Informasi yang
berhasil dikumpulkan peternak digunakan untuk
mengevaluasi tingkat keberhasilan produksi. Berhasil maupun gagal dalam
201
berproduksi dievaluasi untuk mengetahui faktor utama apa yang berpengaruh dominan pada suatu kasus siklus produksi tertentu. Faktor utama tersebut dapat berasal dari tingkat penerapan THIO maupun faktor alam. Penerapan THIO pada teknologi tingkat madya (teknologi tepat guna) relatif dapat dikendalian peternak, namun faktor alam tidak dapat dikendalikan peternak. Pemeliharaan dengan sistem terbuka sangat dipengaruhi oleh cuaca harian. Cuaca harian yang buruk dapat menurunkan daya tahan tubuh ayam yang dipelihara dan bahkan dapat mengakibatkan kegagalan produksi karena terserang penyakit. Pengaruh buruk tersebut dapat dikurangi dengan penerapan pemeliharaan yang tepat. Semakin
banyak
informasi
yang
dibuat
maupun
yang
berhasil
dikumpulkan membutuhkan biaya yang lebih besar dan berdampak positif terhadap penerapan komponen inforware. Dampak positif tersebut memberi peluang bagi peternak untuk lebih meningkatkan keberhasilan usahanya melalui peningkatan mutu informasi yang dibuat maupun yang dikumpulkan oleh peternak. d. Komponen Orgaware Perangkat organisasi dianalisis berdasarkan dua puluh tujuh indikator menghasilkan enam peubah indikator yang berpengaruh nyata terhadap komponen orgaware (gaya kepemimpinan, motivasi diri dan dorongan berprestasi, kedewasaan, pendelegasian tugas dan tanggungjawab, kemandirian bekerja, perencanaan, orientasi teknologi (Tabel 36).
202
Tabel 36. Kontribusi Pengaruh Faktor-faktor Kunci dari Komponen Orgaware Plasma dalam Pola Usaha Kemitraan Ayam Broiler Peubah Laten dan Lambang
Indikator
x75 x76
o
x78 x81
o
x83 x85 x86
o
1.Kebanggaan dalam kemitraan
x88
2.Peluang pengembangan 1. Orientasi teknologi 2.Kepekaan terhadap perubahan lingkungan bisnis 1. Keinginan bermitra 2. Keseimbangan insentif dan risiko
x90 x94 x95
1.KEPEMIMPINAN 1. Gaya kepemimpinan (ξ14) 2.Motivasi diri dan dorongan untuk berprestasi 3. Kedewasaan 2. OTONOMI 1. Pendelegasian tugas dan KERJA (ξ15) tanggungjawab 2. Kemandirian bekerja 3. PENGARAHAN 1. Perencanaan (ξ16) 2. Pemikiran strategis 4. KETERLIBATAN PERUSAHA-AN (ξ17) 5.IKLIM INOVASI (ξ18)
Lambang Estimasi Nilai-t Peubah
R2
0,54 0,91
4,51 6,64
0,15 0,41
0,91 0,91
6,64 7,02
0,41 0,41
0,63 0,84 0,63
5,27 6,42 5,13
0,20 0,36 0,20
o
1,41
17,90
1,00
o
-0,051 0,92 0,27
-0,45 4,24 2,20
0,0013 0,42 0,037
o
o
o o
o o
6. KEPATUHAN x100 o 1,41 17,91 1,00 PERUSAHAAN x101 o 0,33 3,00 0,054 (ξ19) Keterangan : Superskrip pada kolom 3 adalah skala pengukuran : i = interval; o = ordinal; dan n = nominal. Nilai-t > 1,96 adalah peubah dengan pengaruh yang signifikan.
Gaya kepemimpinan yang diterapkan peternak umumnya berdasarkan kemampuan teknis dan perilaku peternak yang bersangkutan. Pelaksanaan tugas/kerja karyawan sesuai keinginan atasan dengan motivasi sedang untuk berprestasi, kecepatan memahami dan kepedulian terhadap situasi/kondisi yang timbul, serta keterampilan bersosialisasi, kepedulian mengemukakan gagasan pada tingkat sedang. Hal ini terjadi karena pada umumnya organisasi plasma (peternak) masih sederhana dengan jumlah anggota dua sampai empat karyawan yang dipimpin langsung oleh pemilik, serta tingkat pendidikannya relatif rendah (rata-rata lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama). Karyawan dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah tersebut relevan dengan tingkat keterampilan
203
yang dibutuhkan (sesuai dengan tingkat teknologi yang digunakan yakni teknologi tepat guna). Pendelegasian tugas dan tanggungjawab dari pemilik kepada karyawan, keterikatan pada peraturan dan prosedur organisasi, serta kemandirian dalam melaksanakan tugas masih pada tingkat sedang. Karyawan bertanggungjawab hanya pada pekerjaan yang bersifat teknis operasional pemeliharaan ayam seperti memberi makan/minum, menjaga kenyamanan ayam (mengatur tingkat kepadatan ayam, tirai dinding kandang, menjalankan kipas, penerangan), menjaga kebersihan kandang dan peralatan, seleksi ayam (memisahkan ayam sakit, cacat, ataupun kerdil), dan mengubur ayam yang mati serta mencatat penggunaan pakan harian, hasil timbang ayam mingguan, dan jumlah kematian harian. Ketepatan waktu dalam menjalankan tugas dan partisipasi pemikiran strategis oleh karyawan pada tingkat sedang. Pelaksanaan kegiatan tidak selalu sesuai perencanaan. Sumbangan pemikiran strategis pada umumnya terbatas pada kapasitas pemeliharaan ayam per orang, dan masa istirahat kandang. Seorang karyawan yang telah terampil dan berpengalaman mampu memelihara 6.000 ekor per siklus pemeliharaan dengan sistem all in all out (ayam dalam satu umur), sehingga dapat memperoleh penghasilan yang cukup layak. Sistem pengupahan pada umumnya dijalankan dengan cara borongan yang dihitung per ekor dari jumlah ayam yang dipelihara mulai dari persiapan kandang sampai panen. Karyawan mendapat tambahan pendapatan melalui kegiatan bongkar/muat ransum, pembersihan, pencucian/sanitasi kandang setelah panen, pengerukan kotoran ayam, penangkapan ayam saat panen, dan uang makan.
204
Total pendapatan dalam satu periode produksi (40 hari) adalah sekitar Rp. 2.750.000,-per orang. Pengosongan kandang dari periode satu ke periode berikutnya (masa istirahat kandang) selama 12 – 14 hari cukup untuk memberi kesempatan kepada karyawan untuk beristirahat di rumah masing-masing. Pengawasan kinerja karyawan sering dilakukan (tidak setiap waktu) dan dievaluasi setiap minggu sekali. Kepatuhan karyawan terhadap peraturan perusahaan, dan kebanggaan keikut-sertaan dalam kemitraan berada pada tingkat sedang, serta komunikasi antara pemilik dengan karyawan cukup lancar (rata-rata bernilai skala 3 dari nilai skala 5). Peluang pengembangan perusahaan cukup besar. Setiap plasma diberi kesempatan untuk mengembangkan usahanya oleh perusahaan inti. Evaluasi kinerja perusahaan dilakukan secara rutin mingguan berdasarkan catatan meliputi rata-rata bobot badan ayam mingguan yang dicapai, jumlah konsumsi ransum, dan kematian ayam harian. Perhatian dan kepedulian terhadap penelitian dan pengembangan, serta perbaikan teknologi cukup tinggi. Seiring dengan informasi yang didapatkan, peternak cukup tanggap untuk segera menyesuaikannya. Peternak juga sering melakukan pengamatan terhadap perubahan lingkungan bisnis seperti misalnya adanya perternak baru dalam lingkup perusahaan inti yang sama maupun perusahaan inti lainnya. Namun faktor ini berpengaruh lemah terhadap tingkat keberhasilan kemitraan. Tingkat kejujuran dan kepercayaan antara plasma dan perusahaan inti cukup tinggi (rata-rata bernilai skala 3 dari nilai skala 5). Kedua faktor tersebut berpengaruh kuat terhadap keberhasilan kemitraan. Kemudahan berkomunikasi antar sesama plasma, antara plasma dengan perusahaan inti, dan tingkat keadilan
205
untuk menanggung kerugian atau keuntungan berjalan adil, sehingga keinginan untuk bermitra menjadi lebih kuat. 3. Hubungan Struktural Antara Peubah Laten Peubah
laten
dari komponen technoware
terdiri dari kandang,
pemeliharaan, dan pengendalian hama, serta penyakit. Hasil analisis menunjukkan peubah pemeliharaan berpengaruh nyata secara statistik terhadap kinerja finansial dengan koefisien estimasi adalah 0,61, nilai-t 3,24, dan koefisien determinasi (R2) adalah 0,48, sedangkan kedua peubah lainnya yaitu kandang dan pengendalian hama/penyakit tidak nyata pengaruhnya secara statistik terhadap kinerja finansial dengan koefisien estimasi adalah 0,015; -0,0084, dan nilai-t 0,19; -0,12 (Tabel 36). Kandang berpengaruh tidak nyata terhadap kinerja finansial dengan estimasi dan nilai-t adalah 0,015 dan 0,19. Pembuatan kandang oleh peternak sebelum kemitraan dijalankan umumnya mendapat bimbingan perusahaan inti agar sesuai dengan ukuran dan kapasitas yang diharapkan, serta biaya yang rendah. Kandang yang dibangun dengan biaya yang lebih rendah, beban keuangan akan semakin ringan untuk mengembalikan permodalan investasi yang sudah dikeluarkan. Dalam konteks ini, hal yang perlu diprioritaskan adalah yang berkaitan dengan pencapaian kinerja finansial, sehingga perlu diprioritaskan membangun kandang dengan biaya rendah dengan kapasitas tertentu. Peubah laten yang berpengaruh nyata terhadap kinerja finansial adalah sistem pemeliharaan ayam. Peubah indikator yang berpengaruh kuat terhadap sistem pemeliharaan ayam adalah tingkat kematian dan efisiensi makanan.
206
Semakin rendah tingkat kematian ayam dan FCR, semakin baik kinerja finansialnya. Pengaruh kinerja finansial terhadap tingkat keberhasilan kemitraan adalah nyata secara statistik dengan koefisien estimasi adalah 0,20, nilai-t 2,13 dan R2=0,30, sedangkan kinerja operasional dan kinerja kerjasama tidak nyata. Kerjasama kemitraan antara peternak plasma dan perusahaan inti melalui pola PIR dapat dipertahankan apabila seluruh ketentuan yang disyaratkan dalam perjanjian dapat dipenuhi kedua pihak yang bermitra. Persyaratan utama yang harus dipenuhi peternak plasma untuk menjaga keberlanjutan kemitraan adalah perolehan laba usaha dari setiap siklus produksi. Laba berupa keuntungan kotor yang tinggi dapat dicapai apabila tingkat kematian dan FCR dalam pemeliharaan ayam rendah. Kedua faktor tersebut dijadikan tolok ukur utama dari tingkat keberhasilan usaha plasma dan dijadikan dasar pertimbangan dalam sistem pemberian bonus bagi peternak plasma. Kondisi berbeda jika peternak mengalami kerugian usaha. Kerugian usaha yang terjadi secara berturut-turut sebanyak tiga kali siklus produksi, perusahaan inti berhak menghentikan kerjasama secara sepihak bagi peternak tersebut. Peternak dengan hasil produksi yang merugi secara terus-menerus tersebut dianggap tidak memiliki kemampuan beternak atau tidak serius dalam menjalankan usahanya. Dalam analisis pengaruh kinerja finansial terhadap tingkat keberhasilan pada awalnya diduga terdapat pengaruh dari komponen orgaware sebagai peubah eksogen. Namun, hasil analisis tersebut yang terdiri dari enam peubah laten yaitu : 1) kepemimpinan, 2) otonomi kerja, 3) pengarahan, 4) keterlibatan, 5) iklim
207
inovasi, dan 6) kepatuhan perusahaan, tidak nyata pengaruhnya terhadap kinerja finansial dengan nilai-t adalah -0,12; 0,058; -0,045; -0,82; dan 0,45. Pengaruh nyata kinerja finansial terhadap tingkat keberhasilan kemitraan hanya terjadi pada sistem pemeliharaan ayam seperti telah diuraikan di muka. Dugaan awal terhadap kinerja kerjasama dipengaruhi oleh komponen humanware yang terdiri dari lima peubah laten yaitu : 1) kreativitas, 2) orientasi prestasi, 3) orientasi afiliasi, 4) kewirausahaan, dan 5) orientasi integritas waktu. Namun, hasil analisis menunjukkan hanya satu peubah yang berpengaruh nyata adalah kreativitas dengan koefisien estimasi 0,29, nilai-t 2,97 dan R2=0,13. Kreativitas peternak plasma sangat ditentukan oleh kemampuan teknis pemeliharaan ayamnya dengan koefisien estimasi 1,41, dan R2=1,00 (Tabel 34). Semakin tinggi kemampuan teknis pemeliharaan ayam yang dimiliki peternak plasma berdampak semakin kreatif. Semakin tinggi kreativitas peternak plasma dalam menjalankan usahanya berdampak kepada penguatan kemandirian. Hal ini mengakibatkan adanya kecenderungan berkurangnya keinginan peternak plasma untuk mempertahankan kemitraan yang dijalankannya. Namun, secara statistik tidak nyata pengaruhnya. Kondisi tersebut ditunjukkan adanya hasil analisis pengaruh kinerja kerjasama terhadap keberhasilan kemitraan dengan koefisien estimasi bertanda negatif adalah -0,12 dan nilai-t adalah -1,70 (nilai-t <1,96) (Gambar 20 dan Lampiran 5). Kinerja operasional tidak nyata pengaruhnya terhadap keberhasilan kemitraan dengan koefisien estimasi adalah -0,62, nilai-t -0,42, dan R2=0,30 (Gambar 20 dan Lampiran 5). Koefisien estimasi dengan tanda negatif (-0,62) berarti terdapat kecenderungan pada peternak plasma, bahwa semakin tinggi
208
kinerja operasional peternak plasma dalam menjalankan usahanya akan berdampak kepada penurunan tingkat keberhasilan kemitraan. Hal ini disebabkan pengaruh nyata dari ke-tiga peubah penentu yaitu sumber daya manusia, inovasi teknologi, dan litbang (pembahasan pada sub-bab kinerja operasional dari Tabel 31). Sedangkan komponen inforware sebagai peubah eksogen yang terdiri dari tiga peubah laten yaitu : 1) akses informasi, 2) keterkaitan informasi, dan 3) kemampuan komunikasi, tidak nyata pengaruhnya terhadap kinerja operasional dengan koefisien estimasi, dan nilai-t secara berturut-turut adalah -22,49 dan
-
0,40; 42,42 dan 0,40; -31,72 dan -0,40 (Tabel 36). Tingkat keterampilan peternak plasma dalam menjalankan usahanya, seiring dengan
tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
terampil. Keterampilan yang semakin tinggi tersebut berpengaruh kepada peningkatan kemampuan untuk berinovasi, penelitian dan pengembangan dalam pengelolaan usahanya. Dengan demikian, ke-tiga faktor penentu tersebut mendorong peternak plasma kearah kemandirian dan cenderung berkurang minatnya untuk melanjutkan kemitraan dalam menjalankan usahanya. Pembahasan dari ke-empat komponen teknologi (THIO) hasil penelitian ini sebagaimana diuraikan di muka, merupakan satu kesatuan yang utuh dalam menjalankan pola kemitraan usaha ternak ayam broiler. Upaya peningkatan kinerja usaha pada pola kemitraan tersebut perlu memprioritaskan kegiatan berdasarkan faktor-faktor penentu pada THIO. Dengan demikian usaha pola kemitraan yang dibangun dapat lebih berhasil dan berdaya saing.
209
G. Kelayakan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Usaha ternak ayam ras pedaging masyarakat dapat dilakukan secara mandiri maupun melalui pola kemitraan. Perbandingan kelayakan usaha dari kedua pola tersebut dilakukan untuk mengetahui pola mana yang tepat bagi peternak yang umumnya memiliki modal terbatas dalam menjalankan usahanya. Analisis dari segi finansial untuk kedua pola tersebut menunjukkan hasil yang layak. Hasil perhitungannya dibahas di bawah ini. Perbandingan antara kedua cara tersebut dilakukan dan hasilnya menunjukkan bahwa usaha dengan pola kemitraan lebih layak dibandingkan dengan usaha secara mandiri. Beberapa kendala yang ditemui pada usaha mandiri, antara lain fluktuasi harga pasar yang tinggi dan cepat, meliputi harga sarana produksi ternak dan ayam hidup. Hal ini dapat mengakibatkan peternak mengalami kerugian. Segala risiko yang timbul akibat faktor luar tersebut harus ditanggung sendiri oleh peternak. Terdapat situasi yang berbeda pada usaha yang dijalankan dengan pola kemitraan, timbulnya risiko kerugian sebagai akibat faktor luar (fluktuasi harga pasar) ditanggung bersama secara adil melalui perjanjian kerjasama untuk menjamin harga sarana produksi ternak maupun ayam hidup sebelum usaha dijalankan. Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang kelayakan usaha pada pola mandiri dan pola kemitraan maka dilakukan perhitungan rugi-labanya. Perhitungan didasarkan pada rerata harga-harga sapronak dan ayam broiler hidup pada tahun 2004-2008 untuk pemeliharaan ayam 5.000 ekor per siklus produksi. Untuk analisis kebutuhan modal usaha dilakukan penghitungan meliputi
210
investasi,
dan
modal
kerja,
dengan
perincian
penggunaannya
seperti
diperlihatkan pada Tabel 37 dan Tabel 38. Terdapat perbedaan jumlah modal usaha yang dibutuhkan pada usaha pola mandiri dan pola kemitraan, yaitu kebutuhan modal kerja, sedangkan modal investasi dibutuhkan jumlah yang sama besarnya. Jumlah modal kerja yang dibutuhkan pada pola usaha kemitraan lebih sedikit daripada pola usaha mandiri. Uraian tentang kebutuhan modal usaha pada kedua pola usaha tersebut diterangkan berikut ini : 1.
Modal Investasi Kebutuhan modal investasi usaha ternak ayam broiler meliputi
penyediaan lahan dan persiapannya, infrastruktur, bangunan, peralatan, dan inventaris kantor. Untuk pemeliharaan ayam 5.000 ekor per siklus pada pola mandiri dan pola kemitraan membutuhkan modal investasi yang sama besar yaitu Rp.142.948.000,00, rincian penggunaannya seperti diperlihatkan pada Tabel 37. 2.
Modal Kerja Peruntukan modal kerja dalam usaha budidaya ternak broiler meliput i :
pembelian DOC, ransum/pakan, vitamin dan obat-obatan, vaksin, alas lantai, bahan pemanas, listrik, upah kerja, biaya penyusutan kandang, dan sumbangansumbangan sosial. Untuk pemeliharaan ayam 5.000 ekor secara all in-all out pada pola usaha mandiri membutuhkan modal kerja adalah Rp. 41.403.700,00, sedangkan pada pola kemitraan adalah Rp. 53.973.480.000,00 (Tabel 38).
211
Tabel 37. Kebutuhan Modal Investasi Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging (5.000 ekor per siklus produksi) (2008) No. 1. 2.
3.
4.
5
Keterangan
Jumlah
Satuan
Persiapan dan pematangan tanah
2.000
m2
Harga (ribu Rp) 50.000
Sub Total Infrasruktur Jalan dan jembatan Telepon Penerangan Sub Total Bangunan Kandang dan gudang Sumur Sub Total Peralatan Tempat pakan tabung 7 kg Tempat minum Plason Alat pemanas (gasolec) Instalasi air bersih Mesin cuci kandang (steam) Timbangan Sekop, cangkul dan lainnya Pompa air Baki Sub Total Inventaris kantor Kendaraan motor Sub Total Total Investasi
2.000
Unit
1.000
600 1 1
m2 Unit
145.000 1.200
87.000,00 1.200,00 88.200,00
125 70 6 1 1 1
Buah Buah Buah Unit Unit Unit
30.000 75.000 808 1.500 1.750 1.000
1 100
Unit Buah
900 18
3.750,00 5.250,00 4.848,00 1.500,00 1.750,00 1.000,00 150,00 900,00 1.800,00 19.198,00
1
Unit
14.000
1 -
Jumlah (ribu Rp) 100.000,00 100.000,00 5.000,00 1.000,00 2.000,00 8.000,00
14.000,00 14.000,00 142.948,00
Perbedaan yang cukup besar dari jumlah kebutuhan modal kerja antara kedua pola usaha tersebut disebabkan oleh perbedaan harga : 1) DOC, 2) pakan, 3) vitamin dan obat-obatan, 4) jual ayam dengan rata-rata bobot badan, dan 5) umur panen ayam. Harga DOC per ekor dan pakan per kg lebih rendah ratarata adalah 2,7 % dan 1,0 %, serta harga vitamin dan obat- obatan per unit lebih tinggi rata-rata adalah 1,7 % untuk pola usaha mandiri dari pada pola kemitraan (perhitungan didasarkan data pada Tabel 18). Namun demikian, harga dan jumlah pasokan DOC untuk pola usaha kemitraan lebih terjaga karena telah
212
dijamin oleh perusahaan inti berdasarkan perjanjian kerjasama sebelum usaha dilaksanakan. Pengadaan sarana produksi ternak (sapronak) untuk pola usaha mandiri oleh peternak umumnya diperoleh dari Poultry Shop (PS) terdekat. Harga jual ayam hidup per kg hasil panen dari pola usaha kemitraan lebih tinggi rata-rata adalah 3,9 % dari pada pola usaha mandiri. Rata-rata harga jual ayam yang lebih rendah tersebut disebabkan karena fluktuasi harga pasar terhadap daging ayam sering terjadi, sementara daya tawar harga bagi peternak sebagai produsen lemah, sehingga keputusan harga ditentukan oleh mekanisme pasar. Kenaikan harga ayam terjadi jika permintaan konsumen terhadap daging ayam tinggi, yaitu menjelang hari raya Idhul Fitri atau Idhul Adha. Kenaikan harga ayam di pasaran yang berlangsung cepat, tidak secara otomatis diikuti kenaikan harga yang diterima peternak pola mandiri, tetapi butuh waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan harga di pasaran. Namun, jika terjadi penurunan harga ayam di pasaran, pengaruhnya berlangsung cepat di tingkat peternak. Pihak yang paling diuntungkan pada situasi ini adalah pedagang pengumpul. Mereka dapat menentukan harga jual secara cepat sesuai kenaikan permintaan konsumen. Bagi peternak pola mandiri, situasi demikian mengakibatkan peluang untuk memperoleh kenaikan margin usaha menjadi berkurang. Permasalahan tersebut terjadi akibat daya tawar peternak untuk menjual hasil panennya lemah. Situasi berbeda pada lingkungan bisnis pola kemitraan. Fluktuasi harga sapronak maupun daging ayam di pasaran tidak mempengaruhi proses produksi peternak plasma selama perjanjian kerjasama dilaksanakan.
213
Tabel 38. Kebutuhan Modal Kerja Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging (5.000 ekor per siklus produksi) (2008)
No.
Keterangan
Jumlah
Satuan
Harga
Jumlah
(Rp)
(ribu Rp)
Pola Mandiri
Pola Kemitraan
Pola Mandiri
Pola Kemitraan
1.
Day Old Chick (DOC)
5.000
ekor
1.548,00
2.640,00
7.740,00
13.200,00
2.
Ransum BR1
1.510
kg
2.818,00
2.880,00
4.255,18
14.486,40
3.
Ransum BR2
6.710
kg
2.774,00
2.820,00
18.363,88
19.317,00
4.
Vitamin dan Obat-obatan
4
unit
143.500,00
104.500,00
574,00
836,00
5.
Vaksinasi
5000
ekor
150,00
150,00
755,00
750,00
6.
Sekam
150
karung
2.300,00
2.500,00
345,000
375,00
7.
Kapur
20
kg
2.500,00
2.500,00
50,00
50,00
8.
Gas (tabung 3 kg)
72
tabung
13.500,0
402.000,00
221,10
1.206,00
9.
Listrik
175,00
175,00
1.15 0.00
1.850,00
250,00
500,00
1.087,50
1.087,50
75,00
100,00
41.403,70
53.932,90
-
48.589,40
41.403,70
5.343,50
10.
Upah kerja pemeliharaan
11.
Keamanan
12.
Biaya penyusutan kandang
13.
Sumbangan-sumbangan, dll
14.
Total Modal Kerja
15.
Kredit dari Perusahaan Inti
16.
Realisasi Modal Kerja
5000
ekor
230,00
250,00
214
Harga-harga yang stabil meliputi harga beli sapronak dan harga jual ayam hidup melalui penjaminan yang dituangkan dalam perjanjian kerjasama dengan perusahaan inti. Kebutuhan modal kerja usaha pola kemitraan adalah Rp. 53.932.900,0 yang harus direalisasikan adalah Rp. 5.343.500,0 karena sebagian dari kebutuhan modal kerja adalah Rp. 48.589.400,0 dipenuhi melalui kredit dari perusahaan inti yang menjadi tanggung-jawabnya sesuai perjanjian kerjasama (kemitraan) berupa pasokan DOC, pakan, dan vitamin, serta obat-obatan selama produksi berlangsung sampai dengan panen. Jika dibandingkan dengan realisasi kebutuhan modal kerja pada pola usaha mandiri adalah Rp. 41.403.700,0, maka jumlahnya jauh lebih sedikit (Tabel 37). 3.
Perhitungan Laba/Rugi Tujuan utama suatu usaha dijalankan adalah untuk memperoleh
keuntungan dan manfaat yang optimal. Kekuatan yang dimiliki peternak dan peluang yang timbul di lingkungan bisnis perlu dimanfaatkan secara maksimal, bersamaan dengan upaya meminimalkan dan mengatasi. Hambatan dan tantangan yang ada dalam menjalankan bisnisnya. Risiko kerugian dan kegagalan produksi dalam budidaya ternak ayam broiler cukup besar. Kerugian usaha dapat terjadi umumnya disebabkan oleh fluktuasi harga pasar yang tinggi terhadap sarana produksi dan hasil ternak. Usaha ternak rakyat sering dihadapkan pada situasi kelangkaan pasokan DOC dan harga pakan yang relatif mahal, serta harga jual yang relatif rendah terhadap hasil produksi berupa ayam hidup.
215
Kemampuan peternak untuk mengatasi berbagai situasi dari pengaruh eksternal tersebut umumnya rendah, disebabkan peternak masih menerapkan sistem kandang terbuka dan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan alam. Kegiatan
yang
memungkinkan
dapat
dikendalikannya
adalah
teknik
pemeliharaan. Oleh karena itu sebaiknya peternak lebih memfokuskan pada kegiatan-kegiatan pemeliharaan ayam secara tepat dan teliti agar kerugian yang mungkin timbul dapat dihindari. Kendala lain seperti wabah penyakit dapat berakibat gagal produksi. Wabah penyakit sering terjadi pada musim peralihan dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya dari musim hujan ke musim kemarau. Perhitungan laba/rugi pada laporan penelitian ini menggunakan asumsi tidak terjadi wabah penyakit selama usaha dijalankan dengan tingkat kematian ayam normal yaitu sekitar 2 – 3 %. Pada Tabel 39 diperlihatkan rincian perhitungan laba/rugi meliputi : 1) biaya pengeluaran, yang terdiri dari biaya tetap, dan biaya variabel; 2) pendapatan, yang berasal dari penjualan ayam hasil panen, dan kotoran ayam untuk pupuk. Total biaya tetap per siklus produksi pada pola usaha mandiri adalah Rp. 4.910.480,0, dan Rp. 4.913.360,0 untuk pola kemitraan. Biaya variabel
adalah
Rp.
35.041.660,00
untuk
usaha
pola
mandiri
dan
Rp. 53.973.480,0 untuk pola kemitraan. Dengan demikian total pengeluaran adalah Rp. 39.952.140,00 untuk usaha pola mandiri dan Rp. 58.886.790,0 untuk pola kemitraan (Tabel 39 ).
216
Tabel 39. Perhitungan Laba/rugi Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging (5.000 ekor per siklus produksi) (2008) PERHITUNGAN LABA/RUGI No. Uraian
A. 1
Banyaknya
Satuan
Harga/Unit (Rp)
Nilai (ribu Rp)
Usaha pola Mandiri Total dana yang dibutuhkan a. Investasi b. Modal kerja Modal yang dibutuhkan adalah
141.198,00 41.403,70 182.601,70
Pengeluaran: Total Biaya Tetap Total Biaya Variabel Total Pengeluaran
4.910,48 35.041,66 39.952,14
Pendapatan : Penjualan ayam hidup 4.865,0 ekr/1.1 kg Pupuk kandang 250 karung TOTAL PENDAPATAN Selisih Pendapatan dan Pengeluaran Laba per tahun (10 siklus produksi) 10 siklus B.
7.900,0 2.500,0
42.276,85 625,00 42.901,85 2.949,70
2.949,708
29,497,08
Usaha pola Kemitraan Total Dana yang dibutuhkan a. Investasi b. Modal kerja Modal yang dibutuhkan adalah
142.948,00 5.343,50 148.291,50
Pengeluaran : Total Modal Tetap Total Biaya Variabel Total Pengeluaran Pendapatan : Penjualan ayam hidup Feed Convertion Ratio (FCR) Pupuk kandang Total Pendapatan Selisih Pendapatan dan Pengeluaran Laba per tahun (7 siklus produksi)
4.913,36 53.973,48 58.886,79 4.861.0 ekr/1.676 kg 250
7
7.596,20
karung
2.500,00
siklus
4.855,97
61.886,51 1.210,60 625,00 63.722,12 4.855,96 33.991,78
217
Total pengeluaran yang lebih sedikit pada pola mandiri tersebut lebih disebabkan oleh rata-rata umur panen lebih singkat yakni umur 25 hari dengan bobot badan 1,1 kg per ekor. Tingkat kematian ayam selama pemeliharaan ratarata adalah 3 %, dengan masa istirahat kandang selama empat belas hari, sehingga dalam satu tahun dapat berproduksi sepuluh kali siklus. Hasil penjualan ayam dari satu siklus produksi senilai Rp. 42.276.850,0 (Tabel 39), umumnya dijual ke pedagang pengumpul. Pendapatan lain adalah dari penjualan kotoran ayam (untuk dibuat pupuk kandang) sebanyak 250 karung, senilai Rp. 625.000,0. Dengan demikian total pendapatan per siklus produksi adalah Rp.42.901.350,0. Jadi laba yang diperoleh pada pola mandiri Rp. 2.949.708,00 per siklus atau adalah Rp. 29.497.080,00 per tahun (16,0 % realisasi modal keseluruhan), dari perhitungan selisih antara total pendapatan adalah Rp. 42.901.350,00 dan total pengeluaran adalah Rp. 39.952.140,00 (Tabel 39). Dengan cara penghitungan yang sama, pada pola kemitraan memperoleh laba adalah Rp. 4.855.960,0 per siklus produksi atau adalah Rp. 33.991.780,0 per tahun dengan tujuh kali siklus produksi (22,9 %). 4.
Payback Period Berdasarkan laba yang diperoleh dan total dana yang dibutuhkan selama
berproduksi, maka dapat dihitung masa pengembalian modal sebagai berikut : a. Pola Usaha Mandiri Total dana yang dibutuhkan x 1 tahun = Rp 184.351.700,00 laba netto Rp 29.497.076,48 Dengan demikian Payback Period untuk pola mandiri adalah 6,2 tahun.
218
b. Pola Usaha Kemitraan Total dana yang dibutuhkan x 1 tahun = Rp 148.291.500,00 laba netto Rp 33.991.780,00 Dengan demikian Payback Period untuk pola kemitraan adalah 4,4 tahun. 2.
Analisis Risiko Analisis risiko dilakukan untuk mengetahui simpangan pengembalian
modal investasi berdasarkan pendapat Ichsan et al. (2000), yakni dengan menggunakan keuntungan rata-rata sebagai indikator profitabilitas investasi dan variansi sebagai indikator risikonya. Besarnya risiko berinvestasi diukur dengan koefisien variasi (CV). Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan semakin besar risiko yang harus ditanggung investor dibandingkan dengan keuntungannya. Terdapat hubungan antara risiko dan keuntungan yang dapat diukur dengan koefisien variasi (CV) dan batas bawah keuntungan (L). Untuk mendapatkan koefisien variasi perlu dihitung : 1) keuntungan rata-rata, 2) ragam dan simpangan baku, serta 3) batas bawah keuntungan. Hasil perhitungan sebagai berikut : a. Nilai Harapan Keuntungan Nilai harapan diukur berdasarkan nilai keuntungan rata-rata (mean) dari setiap siklus produksi.
Tabel 40
memperlihatkan hasil perhitungan nilai
keuntungan rata-rata selama lima tahun (tahun 2004-2008) pada pola usaha mandiri dan kemitraan. Perhitungan laba setiap siklus produksi tahun tersebut seperti pada Lampiran 2. Keuntungan rata-rata (E) dihitung berdasarkan Tabel 40
219
untuk pola usaha mandiri adalah Rp 29.577.620,0 dan untuk pola kemitraan adalah Rp 33.991.776,60. Tabel 40. Nilai Keuntungan Rata-rata Usaha Ternak Ayam Broiler Pola Mandiri dan Kemitraan Tahun 2004-2008 Tahun Produksi Pola Usaha
2004 (ribu Rp)
2005 (ribu Rp)
2006 (ribu Rp)
2007 (ribu Rp)
2008 (ribu Rp)
per 1.417,71 3.191,92 4.811,39 2.791,74 2.576,04 siklus Mandiri* per 14.177,15 31.919,22 48.113,91 27.917,44 25.760,38 tahun per 4.449,07 5.066,82 3.897,57 5.258,34 5.608,03 Kemitraan** siklus per 31.143,48 35.467,78 27.282,98 36.808,39 39.256,24 tahun Keterangan : * diolah dari hasil survei (2008) ** diolah dari data sekunder STA (2008)
b. Ragam Keuntungan Rata-rata Ragam keuntungan rata-rata dihitung berdasarkan rata-rata dari nilai total selisih antara keuntungan rata-rata setiap tahun terhadap keuntungan rata-rata total, untuk pola usaha mandiri adalah Rp 8.351.156,0 dan pola kemitraan adalah Rp 3.822.833,28. Simpangan baku ( V ) diperoleh dari akar nilai ragam, didapat simpangan baku keuntungan rata-rata pada pola usaha mandiri adalah : Rp 2.889.830,0 dan pola kemitraan adalah Rp 1.955.200,0. c. Koefisien Variasi Koefisien variasi ( CV ) merupakan perbandingan antara risiko dengan nilai keuntungan yang akan diperoleh sebagai hasil dari sejumlah modal yang diinvestasikan dalam bisnis. Hasil perhitungan koefisien variasi pada pola usaha
220
mandiri adalah 0,000098 dan untuk pola kemitraan adalah 0,000058. Dengan demikian risiko berinvestasi pada pola usaha mandiri lebih besar dari pada pola kemitraan. d. Batas Bawah Keuntungan Hasil perhitungan batas bawah keuntungan (L) pada pola usaha mandiri adalah Rp 29.571.840,15 dan pada pola kemitraan adalah Rp 33.987.866,20. Dengan hasil tersebut menunjukkan kedua pola usaha mengalami keuntungan (L ≥ 0), dan pola usaha kemitraan lebih menguntungkan dari pada pola mandiri. Secara ringkas dari hasil perhitungan tingkat kelayakan usaha ternak ayam mandiri dan pola kemitraan yang didasarkan pada jumlah pemeliharaan ayam sebanyak 5.000 ekor, meliputi enam kriteria yakni : 1) keuntungan rata-rata ( E ), 2) koefisien variasi ( CV ), 3) batas bawah keuntungan ( L ), 4) NPV, 5) IRR, dan 6) PBP seperti pada Tabel 41. Informasi pada Tabel 41 memperlihatkan hasil analisis finansial yang lebih layak pada pola kemitraan yakni E, L, dan NPV lebih besar, PBP lebih singkat, dan risikonya lebih kecil dibandingkan pola usaha mandiri. Masa pengembalian modal pada pola usaha kemitraan adalah empat tahun dan usaha mandiri selama enam tahun, berarti pengembalian modal pada pola kemitraan lebih cepat dua tahun jika dibandingkan dengan usaha ternak mandiri. Dengan kondisi demikian maka pola usaha kemitraan lebih menguntungkan dan lebih menarik bagi investor, karena perolehan laba bersih rata-rata per tahun pada pola kemitraan lebih besar dibandingkan pada pola mandiri.
221
Tabel 41. Kelayakan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging dari Aspek Finansial Kriteria
Pola Usaha Mandiri
Pola Usaha Kemitraan
Keterangan
E
Rp 29.577.620
Rp 33.991.776,6
Untung
CV
9,8E-05
5,8E-05
Risiko kecil
L
Rp 29.571.840
Rp 33.987.866,20
Layak
NPV
Rp 151.459.552
Rp 211.239.574
Layak
IRR
34,20%
34,20 %
Layak
PBP
6 tahun
4 tahun
Layak
Keterangan : E = keuntungan rata-rata CV = koefisien variasi L = batas bawah keuntungan NPV = Net Present Value IRR = Internal Rate Return PBP = Pay Back Period
Keunggulan lain bagi pola kemitraan adalah kebutuhan modal yang harus disediakan oleh peternak lebih kecil. Hal ini dikarenakan sebagian besar kebutuhan modal kerja ditanggung perusahaan inti (mitra) melalui pemberian pinjaman berupa sarana produksi ternak seperti DOC, ransum, dan vitamin serta obat-obatan, dan dibayar melalui pemotongan hasil penjualan ayam. Kemampuan permodalan bagi peternak umumnya terbatas, kondisi tersebut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi umur panen ayam. Semakin meningkat umur ayam (masa pemeliharaan ayam semakin lama) yang berdampak pada kebutuhan modal yang besar. Persediaan seluruh modal untuk usaha mandiri harus dipenuhi oleh peternak sendiri. Oleh karena keterbatasan permodalan tersebut maka selalu diupayakan mempersingkat masa pemeliharaan ayamnya, rata-rata selama dua puluh lima hari dengan bobot ayam hidup 1,1 kg per ekor.
222
Masa pemeliharaan ayam yang relatif singkat tersebut memperbanyak produksi tahunan (rata-rata 10 kali berproduksi dalam setahun) (Lampiran 3). Oleh karena bobot ayam hidup hasil panen relatif kecil (rata-rata 1,1 kg per ekor), maka laba bersih yang diperoleh juga relatif kecil. Kendala lain bagi pola usaha mandiri adalah seluruh risiko kegagalan produksi yang timbul harus ditanggung oleh peternak yang bersangkutan. Keterbatasan modal dan akses terhadap lembaga keuangan bagi peternak dapat diatasi melalui pola kemitraan, sebagai peternak plasma, peternak hanya menyiapkan sebagian dari keseluruhan modal, terhadap : 1) seluruh modal tetap yaitu modal yang digunakan untuk penyediaan lahan, mendirikan kandang, gudang, kendaraan, listrik, air, peralatan komunikasi, pakan dan minum, serta peralatan lainnya, 2) modal operasional yaitu modal yang digunakan untuk pembiayaan seperti biaya listrik, transportasi, komunikasi, konsumsi, upah kerja, alas lantai kandang/litter, dan sumbangan-sumbangan. Modal lain seperti pembelian DOC, pakan, dan vitamin serta obat-obatan ditanggung oleh perusahaan inti, dan nilai dari modal ini memberi kontribusi rata-rata adalah 90 persen dari modal tidak tetap atau 20 persen dari keseluruhan modal usaha budidaya ternak ayam ras pedaging. Kondisi demikian berdampak positif pada perkuatan permodalan bagi peternak plasma, yaitu semakin besar kontribusi permodalan dari pihak perusahaan inti dalam usaha pola kemitraan semakin memperkuat permodalan bagi peternak plasma. Dalam menganalisis kelayakan usaha, perhitungan menggunakan jumlah ayam 5.000 ekor setiap siklus, karena disesuaikan dengan skala usaha minimal
223
yang umum dipraktekkan oleh petani untuk mempermudah menganalisis finansialnya. Alasan lainnya adalah didasarkan pada persyaratan menjadi peternak plasma oleh perusahaan inti adalah memiliki kandang untuk pemeliharaan ayam dengan sistem all in all out minimal berkapasitas 5.000 ekor. Keunggulan lain adalah jika terjadi kegagalan produksi dan terjadi kerugian usaha, dimana pembayaran atas biaya-biaya
yang timbul akibat
pasokan ransum, DOC, dan vitamin serta obat-obatan dari hasil panen tidak mencukupi, sisa biaya yang belum terbayarkan tersebut tidak dibebankan kepada peternak plasma. Kompensasi biaya atas terjadinya kerugian diberikan kepada peternak yang bersangkutan untuk mengurangi kerugian akibat pengeluaran biaya operasional oleh peternak sendiri dengan syarat kerugian atau kegagalan tersebut bukan akibat dari kelalaian peternak atau akibat faktor di luar kemampuan peternak seperti misalnya akibat bencana alam, wabah penyakit, dan gangguan keamanan. Hasil perbandingan antara pola usaha mandiri dengan pola usaha kemitraan membuktikan bahwa pola usaha kemitraan lebih unggul dibandingkan dengan pola usaha mandiri. Beberapa keunggulan tersebut antara lain adalah : 1) Perputaran uang dan laba lebih besar, sementara modal yang harus disediakan peternak lebih kecil, karena sebagian modal kerja didapat dari kredit perusahaan inti, berupa sarana produksi ternak (sapronak) yakni DOC, pakan, dan obat-obatan), 2) Lebih terjamin keberlangsungan dan keberlanjutan usahanya, sesuai perjanjian kerjasama kemitraan dengan perusahaan-inti yang berperan dan bertanggung-
224
jawab untuk membina, memberi pelayanan dan bimbingan teknis, memasok sapronak sesuai jenis, jumlah, dan jadual yang telah disepakati bersama, 3) Adanya kepastian pasar dan harga jual hasil produksi, perusahaan-inti bertanggungjawab memasarkan hasil panen ayam peternak dengan harga sesuai perjanian kerjasama kemitraan yang telah dipersiapkan sebelum kegiatan produksi dilaksanakan. Hal ini penting bagi peternak plasma, sehubungan dengan fluktuasi harga sapronak dan harga jual ayam hidup di pasaran sering terjadi, dan kemampuan penawaran peternak lemah. Kondisi tersebut menciptakan ketidak-pastian bagi peternak dalam menjalankan usaha ternaknya. 4) Adanya pembagian risiko yang adil, terdapat sistem bonus yang ditawarkan oleh perusahaan-inti terhadap keragaan produksi peternak plasma. Risiko kerugian atau kegagalan produksi dipertimbangkan berdasarkan penyebab terjadinya kerugian atau kegagalan tersebut. Jika kerugian atau kegagalan produksi bukan berasal dari kelalaian atau kesengajaan peternak melainkan faktor alam, peternak tidak dibebani kekurangan bayar atas seluruh nilai sapronak yang digunakan dalam berproduksi. Hal-hal tersebut sesuai pendapat Hafsah (2000), dan Gumbira-Sa’id (2001) bahwa potensi keberhasilan dalam kemitraan dapat mewujudkan kemitraan yang saling menguntungkan, saling membesarkan dan dapat bertahan lama. Dalam rangka membuat pedoman pelaksanaan budidaya ayam ras pedaging pola kemitraan yang baik, perlu mengetahui lebih mendalam perihal faktor-faktor kunci pada pola
225
usaha kemitraan yang terbagi ke dalam kelompok technoware, humanware, inforware, dan orgaware yang disingkat THIO. H. Sintesis Model Teknologi pada Sistem Kemitraan Pola PIR Ayam Broiler Berdasarkan uraian di atas disusun model teknologi pada sistem kemitraan pola PIR Ayam Broiler. Model teknologi tersebut disusun didasarkan dari studi kasus peternak-peternak plasma yang berhasil dalam menjalankan usahanya di lingkungan usaha STA. Dengan demikian diharapkan dapat memberikan solusi optimal bagi para pihak yang menjalankan usahanya melalui kemitraan pola PIR. Permodelan sistem kemitraan agroindustri ayam broiler berdasarkan hasil analisis SEM terhadap faktor-faktor kunci dari setiap komponen THIO dari dua puluh tiga variabel laten yang terdiri dari empat variabel endogen dan sembilan belas variabel eksogen dengan seratus enam indikator sesuai dugaan awal sebelum perhitungan dilakukan adalah tiga faktor berpengaruh terhadap keberhasilan kemitraan, sedangkan technoware, humanware, inforware, dan orgaware berturut-turut sebanyak lima, tujuh, sembilan, dan tiga belas faktor. Kemampuan teknologi dan potensi kemitraan pola PIR ayam broiler pada STA dan CPIN adalah berkategori baik. Hal ini menjadi jaminan untuk tercapainya keberhasilan kemitraan yang dijalankannya. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat dirumuskan model teknologi pada sistem kemitraan pola PIR ayam broiler sebagai berikut : Keberhasilan Kemitraan = f (Kemampuan teknologi perusahaan inti, potensi kemitraan, technoware plasma, humanware plasma, inforware plasma, orgaware plasma)
226
Keterangan : Indikator-indikator penentu pada setiap variabel adalah sebagai berikut : 1. Keberhasilan kemitraan adalah keuntungan penerimaan, dan pertumbuhan produktivitas.
bersih,
jangka
waktu
2. Kemampuan teknologi perusahaan inti adalah lingkungan teknologi; kategorisasi teknologi; pasar dan pesaing; inovasi proses; fungsi nilai tambah; akuisisi dan eksploitasi teknologi. 3. Potensi kemitraan adalah memilih mitra; keinginan bermitra; kepercayaan; karakter dan etika; impian strategis; kecocokan budaya; arah yang konsisten; informasi bersama; tujuan dan minat bersama; keadilan tanggungan risiko; keuntungan dinikmati bersama secara adil; kesesuaian sumber daya; waktu kerjasama cukup panjang; disponsori oleh manajemen puncak; keterikatan pada ketentuan; pengertian dasar yang sama tentang nilai dalam kemitraan; aturan; kebijaksanaan dan pengukuran kinerja pendukung kemitraan. 4. Komponen technoware adalah tinggi kandang, dinding kandang, tingkat kematian, efisiensi makanan, dan pemeliharaan kandang. 5. Komponen humanware adalah kemampuan teknis, motivasi, suka tantangan dan bertanggungjawab, penetapan tujuan prestasi, bertanggung-jawab, kesediaan menerima perubahan, dan kedisiplinan bekerja. 6. Komponen inforware adalah jenis sumber informasi, informasi internal, informasi eksternal, validitas informasi dan data, kemudahan mendapatkan informasi, saluran komunikasi, kepercayaan terhadap sumber informasi, nilai informasi terhadap perusahaan, dan umpan balik. 7. Komponen orgaware adalah gaya kepemimpinan, motivasi diri dan dorongan untuk berprestasi, kedewasaan, pendelegasian tugas dan tanggungjawab, kemandirian bekerja, perencanaan, pemikiran strategis, kebanggaan dalam kemitraan, peluang pengembangan, orientasi teknologi, kepekaan terhadap perubahan lingkungan bisnis, keinginan bermitra, dan keseimbangan insentif serta risiko. Gambar 21 memperlihatkan struktur model teknologi kemitraan (MTK) yang mencakup enam komponen penting yang harus dipertimbangkan dalam menjalankan usaha melalui kemitraan pola PIR khususnya ayam broiler. Indikator-indikator dari setiap komponen teknologi dalam MTK diuraikan seperti terlihat pada Tabel 42.
227
1.0 Kemampuan tinggi Teknologi milik perusahaan inti 1.1 Lingkungan Teknologi - Pimpinan eksekutif - Strategi teknologi - Struktur organisasi - Budaya teknologi - Tenaga kerja
1.2 Kategorisasi Teknologi - Teknologi produk - Teknologi proses - Teknologi pemasaran
1.3 Pesaing dan Pasar - Kebutuhan pasar - Kesiapan pesaing
1.4 Proses Inovasi - Gerakan Ide - Penggerak Teknologi - Konsep pasar
1.5 Fungsi Nilai Tambah - Litbang - Operasional - Teknologi peduli lingkungan
1.6 Akuisisi dan eksploitasi Teknologi -
Akuisisi Transfer teknologi Eksploitasi untuk laba Proteksi teknologi
2.0 Potensi Kemitraan baik -Memilih mitra -Keinginan untuk menjadi mitra -Kepercayaan -Karakter dan etika -Impian strategis -Kecocokan budaya -Arah yang konsisten -Informasi bersama -Tujuan dan minat bersama -Risiko ditanggung bersama secara adil -Keuntungan dinikmati bersama secara adil -Sumber daya cukup sesuai -Waktu kerjasama disepakati dan cukup panjang -Disponsori oleh manajemen puncak -Keterikatan pada ketentuan -Pengertian dasar yang sama tentang nilai yang dibawa oleh mitra ke dalam kemitraan Aturan, kebijaksanaan dan pengukuran kinerja yang mendukung kemitraan
3.0 Technoware plasma 3.1 Kandang - Tinggi kandang
3.2 Pemeliharaan Ayam - Tingkat kematian - Efisiensi makanan - Pemeliharaan kandang
3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit - Pemeliharaan kandang
4.0 Humanware plasma
5.0 Inforware plasma
6.0 Orgaware plasma
4.1 Kreativitas
5.1 Akses Informasi
6.1 Kepemimpinan
- Kemampuan Teknis
- Macam Sumber Informasi
- Gaya Kepemimpinan - Motivasi diri dan dorongan untuk berprestasi - Kedewasaan
4.2 Orientasi Prestasi - Suka Tantangan dan Bertanggungjawab - Penetapan Tujuan Prestasi
4.3 Orientasi Berafiliasi
5.2 Keterkaitan Informasi - Informasi Internal - Informasi Eksternal - Validitas Informasi dan Data - Kemudahan dapat Informasi
5.3 Kemampuan Komunikasi
- Bertanggungjawab - Saluran Informasi - Kepercayaan terhadap 4.4 Kewirausahaan Sumber Informasi - Nilai Informasi terhadap perusahaan - Kesediaan menerima - Umpan Balik perubahan
4.4 Orientasi Integritas Waktu - Kedisiplinan bekerja
Gambar 21. Struktur Model Teknologi Kemitraan/MTK Pola PIR Ayam Broiler
6.2 Otonomi Kerja - Pendelegasian tugas dan tanggungjawab - Kemandirian bekerja
6.3 Pengarahan - Perencanaan - Pemikiran strategis
6.4 Keterlibatan Perusahaan - Kebanggaan dalam kemitraan - Peluang pengembangan
6.5 Iklim Inovasi - Orientasi Teknologi - Kepekaan terhadap Perubahan Lingkungan Bisnis
6.6 Kepatuhan Perusahaan - Keinginan Bermitra - Keseimbangan insentif dan risiko
228
Tabel 42. Uraian Model Teknologi dari Setiap Komponen pada Sistem Kemitraan Pola PIR Ayam Broiler No. Komponen 1 2 1
Kemampuan Teknologi yang dimiliki Perusahaan Inti
Faktor-faktor Kunci 3
Uraian 4
1.1 Lingkungan Teknologi
Audit teknologi didasarkan TAM (Khalil 2000) yang mencakup enam bidang penilaian. - Kantor sebagai pusat seluruh kegiatan - Tugas dan kewenangan dijabarkan secara tegas dan dibuat bagan organisasi perusahaan - Gaya manajemen disesuaikan dengan kompleksitas struktur organisasi - Komunikasi antar atasan dan bawahan berjalan baik
1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.4 1.1.5
Pimpinan Eksekutif Strategi Teknologi Struktur Organisasi Budaya Teknologi Tenaga Kerja
1.2 Kategorisasi Teknologi 1.2.1 Teknologi jasa/produk 1.2.2 Teknologi proses 1.2.3 Teknologi dalam pemasaran 1.3 Pasar dan Pesaing 1.3.1 Keperluan pasar 1.3.2 Status pesaing
1.4 Inovasi Proses 1.4.1 Generasi Ide 1.4.2 Penggerak teknologi 1.4.3 Konsep untuk pasar
- Bisnis dijalankan sesuai kemampuannya secara mandiri dengan efisiensi biaya menjadi faktor penting - Pemasaran menyesuaikan mekanisme pasar - Pemasaran harus berjalan baik didasarkan penaksiran kebutuhan pasar secara baik - Pesaing bisnis sebagai factor penting untuk menyusun strategi perusahaan - Keterlibatan seluruh tingkat organisasi dalam pembuatan perencanaan dan evaluasi kegiatan - Informasi tersalurkan dengan baik
1.5 Fungsi Nilai Tambah 1.5.1 Litbang 1.5.2 Operasional 1.5.3 Teknologi peduli lingkungan
- Pengalaman proses produksi peternak plasma adalah penting untuk pembinaan. Pembinaan dilakukan secara periodik minimal seminggu sekali - Evaluasi setiap siklus produksi harus dilakukan.
1.6 Akuisisi dan Eksploitasi Teknologi 1.6.1 Akuisisi teknologi 1.6.2 Transfer teknologi 1.6.3 Eksploitasi untuk keuntungan 1.6.4 Proteksi
- Toleransi terhadap keterbatasan akuisisi dan transfer teknologi sehubungan dengan produksi umumnya masih menggunakan teknologi tepat guna
229
Tabel 42. Uraian Model Teknologi dari Setiap Komponen pada Sistem Kemitraan Pola PIR Ayam Broiler (lanjutan) 1 2
2 Potensi Kemitraan
3
Technoware
4
Humanware
3 2.1 Memilih mitra 2.2 Keinginan untuk menjadi mitra 2.3 Kepercayaan 2.4 Karakter dan etika 2.5 Impian strategis 2.6 Kecocokan budaya 2.7 Arah yang konsisten 2.8 Informasi bersama 2.9 Tujuan dan minat bersama 2.10 Risiko ditanggung bersama secara adil 2.11 Keuntungan dinikmati bersama secara adil 2.12 Sumber daya cukup sesuai 2.13 Waktu kerjasama disepakati dan cukup panjang 2.14 Disponsori manajemen puncak 2.15 Keterikatan ketentuan 2.16 Kesamaan pengertian dasar nilai dalam kemitraan 2.17 Aturan, kebijaksanaan dan pengukuran kinerja yang mendukung kemitraan 3.1 Kandang 3.1.1 Tinggi Kandang
4 Jumlah nilai seluruh faktor (17 faktor) adalah sekurang-kurangnya 70 atau berkategori baik.
- Lantai kandang sistem panggung dengan ketinggian 180-190 cm dari permukaan tanah, tinggi kandang 400450 cm dari lantai kandang.
3.2 Pemeliharaan Ayam 3.2.1 Tingkat kematian 3.2.2 Efisiensi makanan
- Persentase kematian ayam dan FCR rendah yaitu lebih rendah dari pada standar kematian ayam dan FCR yang ditetapkan perusahaan inti.
3.3 Pengendalian Hama dan Penyakit 3.3.1 Pemeliharaan kandang
- Pemeliharaan kandang dilakukan setiap saat selama produksi dan masa pengistirahatan kandang dengan senantiasa menjaga kebersihan kandang. Masa pengistirahatan kandang minimal 12 hari sejak panen selesai. Kemudahan operasional dari teknologi tepat guna yang digunakan dengan keterampilan dan kreativitas karyawan baik.
4.1 Kreativitas 4.1.1 Kemampuan teknis
230
Tabel 42. Uraian Model Teknologi dari Setiap Komponen pada Sistem Kemitraan Pola PIR Ayam Broiler (lanjutan) 1
2
3
4
4.2 Orientasi prestasi - Bekerja dengan semangat tinggi, 4.2.1 Suka tantangan dan target produksi optimal (7 siklus bertanggungjawab produksi per tahun). - Hasil produksi dengan tingkat pertumbuhan ayam relatif cepat, umur 4.2.2 Penetapan tujuan panen 30-32 hari dengan bobot hidup prestasi ayam 1,6-1,7 kg per ekor, FCR 1,5-1,6 dan persentase kematian ayam 2-3%.
4.3 Orientasi berafiliasi 4.3.1 Bertanggungjawab
4.4 Kewirausahaan 4.4.1 Bersedia menerima perubahan
5
Inforware
4.5 Orientasi Integritas Waktu 4.5.1 Kedisiplinan bekerja 5.1 Akses Informasi 5.1.1 Macam sumber informasi 5.2 Keterkaitan Informasi 5.2.1 Informasi internal 5.2.2 Informasi eksternal 5.2.3 Validitas informasi dan data 5.2.4 Kemudahan mendapatkan informasi 5.3 Kemampuan Komunikasi 5.3.1 Saluran informasi 5.3.2 Kepercayaan terhadap sumber informasi 5.3.3 Nilai informasi terhadap perusahaan 5.3.4 Umpan balik
- Aktif dalam pertemuan yang diselenggarakan peternak sendiri maupun perusahaan inti - Evaluasi setiap siklus produksi dilakukan untuk perbaikan siklus produksi berikutnya - Bekerja sesuai dengan standar produksi yang telah ditetapkan
- Sumber informasi sebanyak 2-3 jenis sumber dengan interval satu minggu dapat berasal dari sesama peternak. - Catatan produksi dibuat dari setiap siklus produksi. - Informasi dapat diperoleh dari bulletin, para Pembina, dan peternak lain. - Mudah untuk mendapatkan informasi. - Komunikasi langsung dan telepon dengan biaya relative rendah. - Kepercayaan dibangun dalam komunikasi dengan perusahaan inti dan peternak lain. - Menganggap informasi yang diperoleh sangat bermanfaat bagi perusahaan. - Informasi yang dikumpulkan berdampak pada upaya peningkatan keberhasilan siklus produksi berikutnya.
231
Tabel 42. Uraian Model Teknologi dari Setiap Komponen pada Sistem Kemitraan Pola PIR Ayam Broiler (lanjutan) 1 6
2 Orgaware
3 6.1 Kepemimpinan 6.1.1 Gaya kepemimpinan 6.1.2 Motivasi diri untuk berprestasi 6.1.3 Kedewasaan 6.2 Otonomi Kerja 6.2.1 Pendelegasian tugas dan tanggungjawab 6.2.2 Kemandirian bekerja 6.3 Pengarahan 6.3.1 Perencanaan 6.3.2 Pemikiran strategis 6.4 Keterlibatan Perusahaan 6.4.1 Kebanggaan dalam kemitraan 6.4.2 Peluang pengembangan 6.5 Iklim Inovasi 6.5.1 Orientasi teknologi 6.5.2 Kepekaan terhadap perubahan lingkungan bisnis
4 - Sesuai kemampuan teknis dan perilaku peternak yang bersangkutan. - motivasi yang cukup untuk berprestasi - Cepat memahami dan peduli terhadap situasi yang timbul. - Karyawan mampu diberi tanggungjawab teknis operasional pemeliharaan ayam - Rencana produksi dibuat setiap siklus produksi - Pemikiran strategis cukup terbatas pada kapasitas pemeliharaan ayam per orang dan masa istirahat kandang - Peternak merasa bangga tergabung dalam kemitraan - Berkeinginan untuk mengembangkan usahanya. - Selalu berkeinginan untuk menerapkan tata cara produksi terbaik - Peka terhadap perubahan jumlah mitra maupun lingkungan kemitraan lainnya - Keinginan kuat untuk bermitra - Merasa mendapatkan insentif dan risiko yang adil
6.6 Kepatuhan Perusahaan 6.6.1 Keinginan bermitra 6.6.2 Keseimbangan insentif dan risiko
232