32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana wilayahnya meliputi 8 Kelurahan masing – masing adalah Desa Marisa Selatan, Desa Marisa Utara, Desa Botubilotahu, Desa Teratai, Desa Palopo, Desa Pohuwato, Bulangita dan Desa Pohuwato Timur. Batas Wilayah kerja Puskesmas Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato adalah sebagai berikut : 1) Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan buntulia. 2) Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan paguat. 3) Sebelah Selatan berbatasan dengan teluk tomini. 4) Sebelah Barat berbatasan dengan kecamatan duhiadaa. 4.1.2 Demografi Jumlah penduduk wilayah kerja puskesmas marisa 16.673 jiwa dengan dengan perincian penduduk laki-laki sebanyak 8.349 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 8.324 jiwa dan jumlah KK 4.725.
33
4.2 Hasil Analisis Univariat Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 tentang kejadian ISPA pada Balita. Pengambilan data primer dilakukan dengan cara wawancara langsung menggunakan kuesioner serta melakukan observasi langsung terhadap tempat tinggal dari sampel penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi terhadap sampel penelitian, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 No 1 2 3 4 5
Umur (Tahun) <1 1 2 3 4 Total Sumber : Data Primer
n 32 75 94 33 22 256
% 12.5 29.2 36.8 12.9 8.6 100
Berdasarkan distribusi tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa sampel penelitian paling banyak pada umur 2 tahun yaitu sebanyak 94 balita (36.8%), dan yang paling sedikit pada umur 4 Tahun yaitu sebanyak 22 balita (8.6%).
34
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Sumber : Data Primer
n 130 126 256
% 50.8 49.2 100
Berdasarkan distribusi tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa sampel jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 130 balita (50.8%), dan pada jenis kelamin perempuan sebanyak 126 anak (49.2%). Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan Orang Tua Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 No 1 2 3
Pekerjaan Orang Tua Balita URT Pedagang Wirawasta Total Sumber : Data Primer
n 234 11 11 256
% 91.4 4.3 4.3 100
Berdasarkan distribusi tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa pekerjaan dari orang tua sebagai responden terhadap balita yaitu URT sebanyak 234 orang (91.4%), pedagang sebanyak 11 orang (4.3%), Pekerjaan wiraswasta sebanyak 11 orang (4.3%). Diketahui pekerjaan sebagai ibu rumah tangga paling banyak karena sebagian besar yang menjadi responden adalah seorang ibu yang sedang menjaga anaknya.
35
Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Tempat Tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Nama Desa Marisa Selaatan Marisa Utara Botubilotahu Teratai Palopo Pohuwato Bulangita Pohuwato Timur Total Sumber : Data Primer
n 87 42 25 18 34 19 22 9 256
% 34 16.4 9.8 7.1 13.2 7.4 8.6 3.5 100
Berdasarkan distribusi tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa yang menjadi sampel berasal dari 8 desa di Kecamatan Marisa, sampel paling banyak terdapat di desa Marisa Selatan yaitu sebanyak 87 sampel (34%), dan paling sedikit berasal dari desa Pohuwato Timur yaitu sebanyak 9 orang (3.5%). 4.2.1 Ventilasi Rumah Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi responden menurut ventilasi rumah, yang dapat dilihat pada tabel 4.5
36
Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Ventilasi Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 No 1 2
Ventilasi Rumah Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Total Sumber : Data Primer
n 115 141 256
% 44.9 55.1 100
Berdasarkan distribusi tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa ventilasi rumah responden lebih banyak tidak memenuhi syarat dengan standar bangunan yang tidak memenuhi syarat kesehatan yaitu < 1/10 dari luas lantai rumah sebanyak 141 buah (55,1%), dan dengan ventilasi yang memenuhi syarat dengan standar bangunan > 1/10 dari luas lantai rumah sebanyak 115 buah (44.9%). 4.2.2 Pencahayaan Dalam variabel pencahayaan, pencahayaan dikatakan memenuhi syarat apabila pencahayaan rumah 50-300 lux dan tidak memenuhi syarat apabila pencahayaan rumah < 50 lux atau > 300 Lux. Distribusi pencahayaan dapat dilihat pada tabel 4.6
37
Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Pencahayaan Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 No 1 2
Pencahayaan Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Total Sumber : Data Primer
n 186 70 256
% 72.7 27.3 100
Dari hasil analisis didapatkan bahwa pencahayaan yang memenuhi syarat sebanyak 186 (72.7%) dan sarana penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat sebanyak 70 (27.3%). 4.2.3
Suhu Udara Dalam variable suhu udara, suhu udara dikatakan memenuhi syarat jika suhu
udara dalam ruangan 18-30oC dan dikatakan tidak memenuhi syarat Jika suhu udara < 18 C0 atau > 300C. Distribusi suhu udara dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Suhu Udara Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 No 1 2
Suhu Udara Memenuhi Syarat Tidak Memenuhi Syarat Total Sumber : Data Primer
n 216 40 256
% 84.4 15.6 100
38
Dari hasil analisis didapatkan bahwa suhu udara yang memenuhi syarat sebanyak 216 (84.4%) dan sarana penyediaan air bersih yang tidak memenuhi syarat sebanyak 40 (15.6%). 4.2.4
Kepadatan Penghuni Rumah Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi
responden menurut kepadatan penghuni rumah, yang dapat dilihat pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Distribusi Sampel Berdasarkan Kepadatan Penghuni Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 No 1 2
Kepadatan Penghuni Rumah Padat Tidak Padat Total Sumber : Data Primer
n 116 140 256
% 45.3 54.7 100
Berdasarkan distribusi tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa peruntukan luas < 9 M2 per orang atau dengan kepadatan penghuni yang padat sebanyak 116 (45.3%), dan luas > 9 M2 per orang atau tidak padat sebanyak 140 (54.7%). 4.2.5 Pencemaran udara oleh asap rokok Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi responden menurut pencemaran udara oleh asap rokok dalam rumah, yang dapat dilihat pada tabel 4.9.
39
Tabel 4.9 Distribusi Sampel Berdasarkan Pencemaran udara Oleh Asap Rokok Dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 Pencemaran Udara Oleh Asap Rokok Dalam Rumah 1 Ada 2 Tidak Ada Total Sumber : Data Primer
No
n
%
120 136 256
46.9 53.1 100
Dari hasil analisis didapatkan bahwa adanya pencemaran udara oleh asap rokok dalam rumah sebanyak 120 (46.9%) dan tidak adanya pencemaran udara oleh asap rokok dalam rumah sebanyak 136 (53.1%). 4.2.6 Pencemaran udara oleh asap obat anti nyamuk Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi responden menurut adanya asap obat anti nyamuk dalam rumah, yang dapat dilihat pada tabel 4.10 Tabel 4.10 Distribusi Sampel Berdasarkan Pencemaran udara oleh asap obat anti nyamuk Dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 Pencemaran udara oleh asap obat anti nyamuk 1 Ada 2 Tidak Ada Total Sumber : Data Primer
No
n
%
125 131 256
48.9 51.1 100
40
Dari hasil analisis didapatkan bahwa adanya Pencemaran udara oleh asap obat anti nyamuk dalam rumah sebanyak 125 (48.9%) dan tidak adanya Pencemaran udara oleh asap obat anti nyamuk dalam rumah sebanyak 131 (51.1%). 4.2.7 Pencemaran udara oleh asap bahan bakar untuk memasak Berdasarkan jumlah sampel yang diteliti maka didapatkan distribusi responden menurut adanya asap bahan bakar untuk memasak dalam rumah, yang dapat dilihat pada tabel 4.11. Tabel 4.11 Distribusi Sampel Berdasarkan Pencemaran udara oleh asap bahan bakar untuk memasak Dalam Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 Pencemaran udara oleh asap bahan bakar untuk memasak Dalam Rumah 1 Ada 2 Tidak Ada Total Sumber : Data Primer No
n
%
193 63 256
75.4 24.6 100
Dari hasil analisis didapatkan bahwa adanya Pencemaran udara oleh asap bahan bakar untuk memasak dalam rumah sebanyak 193 (75.4%) dan tidak adanya asap rokok dalam rumah sebanyak 63 (24.6%). 4.2.8 Kejadian ISPA Dalam variabel kejadian ISPA sampel dikatakan penderita ISPA apabila balita yang yang berobat ke puskesmas dan dinyatakan ISPA oleh Dokter di Puskesmas Marisa. Dan dikatakan bukan penderita ISPA apabila balita yang berobat dan dinyatakan
41
oleh Dokter di Puskesmas Marisa tidak menderita ISPA. Distribusi kejadian ISPA dapat dilihat pada tabel 4.12
Tabel 4.12 Distribusi Sampel Berdasarkan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 No 1 2
Kejadian ISPA Menderita Tidak Menderita Total Sumber : Data Primer
n 118 138 256
% 46.1 53.9 100
Berdasarkan distribusi tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa sampel dalam penelitian yang dilakukan diketahui sampel yang menderita ISPA sebanyak 118 balita (46.1%), dan sampel tidak menderita ISPA sebanyak 138 balita (138%). 4.3 Analisis Bivariat Untuk mengetahui hubungan antara variabel Independen dan variabel Dependen, maka digunakan tabel crosstabulation (tabel silang).
42
4.3.1 Analisis hubungan Ventilasi Rumah terhadap kejadian ISPA Untuk mengetahui hubungan antara variabel Independen dan variabel Dependen, maka digunakan tabel crosstabulation (tabel silang).
Tabel 4.13 Hubungan Variabel Ventilasi Rumah Terhadap Kejadian ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 Kejadian ISPA Ventilasi Rumah
ISPA
Tidak ISPA
Jumlah
Tidak Memenuhi Syarat
n 82
% 58.2
n 59
% 41.8
n 141
% 100
Memenuhi Syarat
36
31.3
79
68.7
115
100
118 Total Sumber : Data Primer
46.1
138
53.9
256
100
Berdasarkan tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa kejadian ISPA lebih banyak pada ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat sebesar 58.2% dibandingkan dengan ventilasi rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 31.3%. 4.3.2 Pencahayaan Untuk mengetahui hubungan antara variabel Independen dan variabel Dependen, maka digunakan tabel crosstabulation (tabel silang).
43
Tabel 4.14 Hubungan Variabel Pencahayaan Terhadap Kejadian ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 Kejadian ISPA Pencahayaan
ISPA
Jumlah
Tidak ISPA
n
%
n
%
n
%
37
52.9
33
47.1
70
100
81
43.5
105
56.5
186 100
118 46.1 Total Sumber : Data Primer
138
53.9
256 100
Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa kejadian ISPA lebih banyak pada pencahayaan rumah yang tidak memenuhi syarat sebesar 52.9% dibandingkan dengan pencahayaan rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 43.5%. 4.3.3 Analisis hubungan Suhu Udara terhadap kejadian ISPA Untuk mengetahui hubungan antara variabel Independen dan variabel Dependen, maka digunakan tabel crosstabulation (tabel silang).
44
Tabel 4.15 Hubungan Variabel Suhu udara rumah Terhadap Kejadian ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 Kejadian ISPA ISPA
Suhu Udara
Jumlah
Tidak ISPA
n
%
n
%
n
%
17
42.5
23
57.5
40
100
101
46.8
115
53.2
216
100
118 Total Sumber : Data Primer
46.1
138
53.9
256
100
Tidak Memenuhi Syarat Memenuhi Syarat
Berdasarkan tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa kejadian ISPA lebih banyak pada suhu udara rumah yang memenuhi syarat sebesar 46.8% dibandingkan dengan suhu udara rumah yang tidak memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 42.5%. 4.3.4 Analisis hubungan Kepadatan Penghuni terhadap kejadian ISPA Untuk mengetahui hubungan antara variabel Independen dan variabel Dependen, maka digunakan tabel crosstabulation (tabel silang).
45
Tabel 4.16 Hubungan Variabel Kepadatan Penghuni Terhadap Kejadian ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 Kejadian ISPA Kepadatan Penghuni
ISPA
Jumlah
Tidak ISPA
n
%
n
%
n
%
Padat
62
53.4
54
46.6
116
100
Tidak Padat
56
40.0
84
60.0
140
100
118 46.1 Total Sumber : Data Primer
138
59.9
256
100
Berdasarkan tabel 4.16 diatas menunjukkan bahwa kejadian ISPA lebih banyak pada kepadatan penghuni rumah yang padat sebesar 53.4% dibandingkan dengan kepadatan penghuni rumah yang tidak padat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 40.0%. 4.3.5 Analisis hubungan pencemaran udara oleh asap rokok dalam rumah terhadap kejadian ISPA Untuk mengetahui hubungan antara variabel Independen dan variabel Dependen, maka digunakan tabel crosstabulation (tabel silang).
46
Tabel 4.17 Hubungan Variabel Pencemaran Udara Oleh Asap Rokok Dalam Rumah Terhadap Kejadian ISPA Di Wilayah Kerja PuskesmasMarisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 Kejadian ISPA
Pencemaran Udara Oleh Asap Rokok Dalam Rumah
n
%
n
%
n
%
Ada
66
55.0
54
45.0
120
100
Tidak Ada
52
38.2
84
61.8
136
100
118 46.1 Sumber : Data Primer
138
53.9
256
100
Total
Jumlah ISPA
Tidak ISPA
Berdasarkan tabel 4.17 diatas menunjukkan bahwa kejadian ISPA lebih banyak pada ada pencemaran udara oleh asap rokok dalam rumah sebesar 55.0% dibandingkan dengan pencemaran udara oleh asap rokok dalam rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 38.2%. 4.3.6 Analisis hubungan pencemaran udara oleh asap obat anti nyamuk dalam rumah terhadap kejadian ISPA Untuk mengetahui hubungan antara variabel Independen dan variabel Dependen, maka digunakan tabel crosstabulation (tabel silang).
47
Tabel 4.18 Hubungan Variabel Pencemaran Udara Oleh Asap Anti Nyamuk Bakar Dalam Rumah Terhadap Kejadian ISPA Di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 Pencemaran Udara Oleh Asap Anti Nyamuk Bakar Dalam Rumah
n
%
n
%
n
%
Ada
66
52.8
59
47.2
391
100
Tidak Ada
52
39.7
79
60.3
9
100
118 46.1 Total Sumber : Data Primer
138
53.9
256
100
Kejadian ISPA ISPA
Jumlah
Tidak ISPA
Berdasarkan tabel 4.18 diatas menunjukkan bahwa kejadian ISPA lebih banyak pada ada pencemaran udara oleh asap anti nyamuk bakar dalam rumah sebesar 52.8% dibandingkan dengan pencemaran udara oleh asap anti nyamuk bakar dalam rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 39.7%. 4.3.7 Analisis hubungan pencemaran udara oleh asap bahan bakar untuk memasak dalam rumah terhadap kejadian ISPA Untuk mengetahui hubungan antara variabel Independen dan variabel Dependen, maka digunakan tabel crosstabulation (tabel silang).
48
Tabel 4.19 Hubungan Variabel Pencemaran Udara Oleh Asap bahan bakar untuk memasak Dalam Rumah Terhadap Kejadian ISPA Di Wilayah Kerja PuskesmasMarisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 Pencemaran Udara Oleh Asap bahan bakar untuk memasak Dalam Rumah
n
%
n
%
n
%
Ada
96
49.7
97
50.3
193
100
Tidak ada
22
34.9
41
65.1
63
100
118 46.1 Total Sumber : Data Primer
138
53.9
256
100
Kejadian ISPA ISPA
Jumlah
Tidak ISPA
Berdasarkan tabel 4.19 diatas menunjukkan bahwa kejadian ISPA lebih banyak pada ada pencemaran udara oleh asap bahan bakar untuk memasak dalam rumah dalam rumah sebesar 49.7% dibandingkan dengan pencemaran udara oleh asap anti nyamuk bakar dalam rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 34.9%.
49
4.3.8 Analisis hubungan sanitasi rumah dengan kejadian ISPA Untuk mengetahui hubungan antara variabel Independen dan variabel Dependen, maka digunakan tabel crosstabulation (tabel silang).
Tabel 4.20 Hubungan Variabel Sanitasi Rumah Dengan Kejadian ISPA Di Wilayah Kerja PuskesmasMarisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012 Kejadian ISPA Sanitasi Rumah
ISPA n
%
Tidak ISPA n
%
Jumlah n
%
Tidak Memenuhi 110 48.4 117 Syarat
51.5
227 100
Memenuhi Syarat
21
72.4
29
118 46.1 138 Total Sumber : Data Primer
53.9
256 100
8
27.5
100
χ2 p value 4.508
0.034
Berdasarkan tabel 4.20 diatas menunjukkan bahwa kejadian ISPA lebih banyak pada sanitasi rumah yang tidak memenuhi syarat sebesar 48.4% dibandingkan dengan sanitasi rumah yang memenuhi syarat kejadian ISPA lebih sedikit sebesar 27.5%. Berdasarkan Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,034 (p < 0,05). Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan sanitasi rumah dengan kejadian ISPA pada balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa Kecamatan Marisa Kabupaten Pohuwato.
50
4.4 Pembahasan Berdasarkan
hasil
pengolahan
data
yang
telah
dilakukan
dengan
menggunakan analisis Chi-Square pada balita di wilayah kerja puskesmas Marisa Kabupaten Pohuwato Tahun 2012, maka pembahasan sesuai dengan variabel yang diteliti adalah sebagai berikut: 4.4.1 Ventilasi rumah Hasil penelitian menunjukkan bahwa ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat dan menderita ISPA sebanyak 36 balita (31.3%) sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 79 balita (68.7%). Ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat dan menderita ISPA sebanyak 82 balita (58.2%), sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 59 anak (69,2%). Pengaruh ventilasi rumah dengan kejadian ISPA yaitu dikarenakan pada ventilasi rumah yang tidak memenuhi syarat mengakibatkan terhalangngya proses pertukaran aliran udara yang masuk ke dalam rumah, sehingga bakteri dan virus penyebab penyakit ISPA yang ada di dalam rumah tidak dapat keluar dan ikut terhisap bersama udara melalui saluran pernafasan dan akan menyebabkan penyakit ISPA pada Balita di rumah tersebut. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang baik untuk tumbuh dan berkembang
biaknya
(Notoatmodjo, 2003).
bakteri-bakteri patogen termasuk kuman tuberkulosis
51
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Suhandayani (2006) tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan ISPA pada Balita di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati, dengan desain cross sectional Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan ventilasi rumah dengan kejadian ISPA dengan nilai p=0,03(p<0,05). Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian Oktaviani (2009) hubungan antara sanitasi fisik rumah dengan kejadian infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali yang menunjukkan bahwa ada hubungan ventilasi rumah dengan kejadian ISPA dengan nilai p=0,046(p<0,05). 4.4.2 Pencahayaan Hasil penelitian menunjukan bahwa pencahayaan yang memenuhi syarat dan menderita ISPA sebanyak 81 balita (43.5%) sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 105 balita (56.5%). Pencahayaan yang tidak memenuhi syarat dan menderita ISPA sebanyak 37 balita (52.9%), sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 33 anak (47.1%). Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah terutama cahaya matahari, disamping kurang nyaman juga merupakan penyebab rumah menjadi lembab sehingga menjadi media atau tempat yang baik untuk tumbuh dan berkembang kuman penyakit (Notoatmojo,2003).
52
Hasil penelitian ini tidak sejalan hasil penelitian Oktaviani (2009) di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali yang menunjukkan bahwa ada hubungan pencahayaan rumah dengan kejadian ISPA dengan nilai p=0,001(p<0,05). 4.4.3 Suhu Udara Hasil penelitian menunjukan bahwa suhu udara yang memenuhi syarat dan menderita ISPA sebanyak 101 balita (46.8%) sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 105 balita (53.2%). Suhu udara yang tidak memenuhi syarat dan menderita ISPA sebanyak 17 balita (42.5%), sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 23 balita (57.5%). Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhi oleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atau tidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpek dan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan. Hasil penelitian ini sejalan hasil penelitian Oktaviani (2009) di Desa Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan suhu udara rumah dengan kejadian ISPA dengan nilai p=0,883(p<0,05). 4.4.4 Kepadatan penghuni Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan penghuni rumah dengan luas per orang < 9 M2 atau padat dan menderita ISPA sebanyak 62 anak (53.4%) sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 54 anak (46.6%). Kepadatan penghuni rumah dengan luas per orang > 9 M2 atau tidak padat dan menderita ISPA
53
sebanyak 56 orang (40.0%) sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 84 anak (60.0%). Berdasarkan data tersebut diatas bahwa kepadatan penghuni didalam rumah mempunyai pengaruh yang besar terhadap kejadian ISPA pada balita. Kepadatan penghuni rumah berkaitan erat dengan percepatan penularan penyakit dan perkembangan kuman didalam rumah, karena jika didalam rumah mempunyai penghuni yang lebih maka kelembaban udara, suhu udara akan meningkat, sehingga mempengaruhi penyebaran dan perkembangan kuman dalam rumah. Sesuai dengan hasil Observasi dan penelitian bahwa jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah itu tidak menetap, karena biasanya sebagian dari anggota keluarga mereka ada yang bekerja di luar kota. Sehingga dalam satu rumah tidak terjadi kepadatan hunian yang berkepanjangan. Adapun kondisi dalam rumah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Marisa yang bangunannya kecil terdapat banyak barang-barang (perabot) di dalam rumah sehingga mengakibatkan kurangnya konsumsi Oksigen dan proses pernafasan terganggu. Selain itu, banyak bangunan/rumah masyarakat, dindingnya terbuat dari papan, bambu dan rotan yang mengakibatkan kelembaban dan menjadi tempat perkembangbiakkan bakteri dan jamur. Hasil analisis yang dilakukan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lilis (2005) di Desa Sidomulyo Kabupaten Siduarjo, hasil analisis dibaca pada continuity Chi - Square diperoleh nilai ρ = 0,005 (ρ < α), berarti ada hubungan antara kepadatan penghuni dengan kejadian ISPA pada balita.
54
4.4.5 Pencemaran udara oleh asap rokok dalam rumah Hasil yang diperoleh adanya pencemaran udara oleh asap rokok didalam rumah sampel yang diteliti dan menderita ISPA sebanyak 66 balita (55.0%) sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 54 balita (45.0%). Keadaan tidak adanya pencemaran udara oleh asap rokok didalam rumah sampel yang diteliti dan menderita ISPA sebanyak 52 anak (38,2%), sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 84 balita (61.8%). Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data tersebut bahwa adanya pencemaran udara oleh asap rokok dalam rumah lebih banyak yang menderita ISPA daripada tidak adanya pencemaran udara oleh asap rokok dalam rumah yang menderita ISPA. Hal ini menunjukkan bahwa sangat erat hubungan antara pencemaran udara oleh asap rokok didalam rumah terhadap kejadian ISPA pada balita. Kaitan ini bisa dijelaskan sebagai berikut. Dengan racun yang dibawa asap rokok dengan 4000 jenis senyawa kimianya yang berbahaya, merupakan pemicu asma yang utama. Asap tembakau menggangu saluran pernafasan di paru-paru, yang menyebabkan sel-selnya menghasilkan dahak dalam jumlah yang banyak. Gerakan paru-paru yang biasa dalam membersihkan diri juga akan terpengaruh sehingga dahak dan zat pengganggu (irritant) lainnya tidak dibuang. Hal ini berarti bahwa para perokok dan mereka yang terkena asap rokok lebih mudah mendapat infeksi dada dan tenggorokan (Bustan, 2005).
55
Hasil yang diperoleh ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suhandayani (2006) di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati menunjukkan bahwa jumlah anak balita yang tinggal dengan anggota keluarga yang merokok pada kasus (50%) lebih besar bila dibandingkan pada kontrol (17,7%), sedangkan anak balita yang tinggal di rumah dengan anggota keluarga yang tidak merokok pada kasus (50%) lebih sedikit dibandingkan pada kontrol (82,3%). Berdasarkan hasil analisis data diperoleh p value = 0,00 dan OR = 4,63 (95% CI = 2,04 – 10,52). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara keberadaan anggota keluarga yang merokok dengan kejadian ISPA balita yang orang tuanya merokok mempunyai risiko 4,63 kali lebih besar untuk terkena penyakit ISPA dibandingkan dengan balita yang orang tuanya tidak merokok. 4.4.6 Pencemaran udara oleh asap anti nyamuk bakar dalam rumah Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya pencemaran udara oleh asap obat anti nyamuk didalam rumah sampel yang diteliti dan menderita ISPA sebanyak 66 balita (52.8%) sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 59 balita (47.2%). Keadaan tidak adanya pencemaran udara oleh asap obat anti nyamuk didalam rumah sampel yang diteliti dan menderita ISPA sebanyak 52 anak (39,7%), sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 79 balita (60.3%). Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data tersebut bahwa adanya pencemaran udara oleh asap obat anti nyamuk dalam rumah lebih banyak yang menderita ISPA daripada tidak adanya asap rokok dalam rumah yang menderita
56
ISPA. Hal ini menunjukkan bahwa sangat erat hubungan antara adanya asap rokok didalam rumah terhadap kejadian ISPA pada balita. Hasil ini sejalan hasil penelitian Rakhmanda (2012), tentang Hubungan antara Penggunaan Obat Nyamuk Bakar dengan Kejadian ISPA pada Balita di Perumahan Lawu Indah Ngawi hasil analisis dibaca pada continuity Chi - Square diperoleh nilai ρ = 0,005 (ρ < α), berarti ada hubungan antara pencemaran udara oleh asap obat anti nyamuk didalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita. 4.4.7 Pencemaran udara oleh asap bahan bakar untuk memasak dalam rumah Adanya pencemaran udara oleh asap bahan bakar untuk memasak didalam rumah sampel yang diteliti dan menderita ISPA sebanyak 96 balita (49.7%) sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 97 balita (50.3%). Keadaan tidak adanya pencemaran udara oleh asap bahan bakar untum memasak didalam rumah sampel yang diteliti dan menderita ISPA sebanyak 22 anak (34.9%), sedangkan yang tidak menderita ISPA sebanyak 41 balita (65.1%). Berdasarkan hasil pengolahan dan analisa data tersebut bahwa sebagian besar masyarakat menggunakan bahan bakar kayu bakar untuk memasak dan sebagian besar rumah sampel yang menjadi obyek penelitian terdapat pencemaran udara oleh asap bahan bakar untuk memasak didalam rumah, dan didalam rumah tersebut sebagian besar menderita ISPA. Hal ini menunjukkan bahwa sangat erat hubungan antara adanya perokok didalam rumah terhadap kejadian ISPA pada balita. Asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak
57
mekanisme pertahan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA (Prabu, 2009). Hasil ini sejalan dengan penelitian Yuwono (2008) di Puskesmas Kawungaten Kecamatan Kalingaten Kabupaten Cilacap dengan menggunakan desain Case Control, hasil analisis statistik menunjukkan polusi asap dapur berhubungan secara bermakna dengan kejadian ISPA diperoleh nilai p = 0,011 dan OR 2,8 CI = 95% (1,25 – 6,08).