BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Dulalowo 1. Geografi, Batas Wilayah Dan Iklim Kelurahan Dulalowo berada di Kecamatan Kota Tengah merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Gorontalo. Luas wilayah kelurahan Dulalowo 135,96 km2, terdiri atas, 4 RW, 21 RT, dengan jarak dari ibukota Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah 3.319 Jiwa dengan jumlah KK adalah 658 KK. Letak geografis Kecamatan Kota Tengah Terletak pada 00º 28' 17" 00º 35' 56" Lintang Utara dan 122º 59' 44" - 123º 05' 59" Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Kelurahan Liluwo Kecamatan Kota Tengah b. Sebelah Timur : Kelurahan Dulalowo Timur Kecamatan Kota Tengah c. Sebelah Selatan : Kelurahan Wumialo Kecamatan Kota Tengah d. Sebelah Barat
: Kecamatan
Dungingi
4.2 Hasil Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey dimana akan diperoleh gambaran tentag penerapan prinsip 3R (reduce reuse dan recycle) dalam pengelolaan sampah di Kelurahan Dulalowo Tahun 2012. Adapun teknik pengambilan sampel dilakukan secara random sampling dimana sampel
diambil secara acak pada semua populasi sehingga jumlah sampel dalam penelitian adalah 249 responden. Alat observasi yang digunakan adalah kuesioner. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, maka dapat disusun hasil yang telah dicapai sebagai berikut : 1.
Identitas Responden a. Umur Tabel 4.1 Distribusi Responden Menurut Umur Di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 Jumlah Umur (Tahun) n
%
20 – 29
83
33,3
30 – 39
84
33,8
40 – 49
59
23,7
50 – 59
18
7,2
>59
5
2,0
Jumlah
249
100
Sumber : Data Primer Tabel 4.1 memperlihatkan bahwa pada umumnya responden dalam penelitian ini adalah umur 30–39 tahun sebanyak 33,8% dan yang terkecil adalah umur >59 tahun sebanyak 2,0%.
b. Jenis kelamin Untuk melihat identitas responden berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Di Jenis kelamin
Jumlah
str n
%
Laki-laki
125
50,2
Perempuan
124
49,8
ib us i R es po nden Menurut Jenis Kelamin di Keluraha Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012
Jumlah
249
100
Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa pada umumnya responden dalam penelitian ini adalah laki-laki sebanyak 50,2% dan perempuan sebanyak 49,8%. c. Pekerjaan Untuk melihat distribusi jenis pekerjaan di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 Jumlah Jenis Pekerjaan n
%
Buruh
18
7,2
Pedagang
54
21,7
Ibu Rumah Tangga
31
12,5
Swasta
28
11,2
Pensiunan
14
5,6
PNS
53
21,3
Wiraswasta
51
20,5
Jumlah
249
100
Sumber : Data Primer Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa responden terbanyak dalam penelitian ini adalah pekerjaan pedagang sebanyak 21,7% dan yang terkecil adalah pekerjaan pensiunan sebanyak 5,6%. d. Pendidikan Untuk melihat distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan terakhir di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012
Pendidikan
Jumlah
terakhir
n
%
SD
24
9,6
SMP
74
29,7
SMA
86
34,6
AKADEMIK
52
20,9
SARJANA
13
5,2
Jumlah
249
100
Tabel 4.4 memperlihatkan bahwa pendidikan terakhir responden terbanyak dalam penelitian ini adalah SLTA sebanyak 34,6%, dan paling sedikit adalah Sarjana sebanyak 5,2%. 2. Pengelolaan Sampah Untuk melihat distribusi responden berdasarkan pengelolaan sampah di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Pengelolaan Sampah di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 Pengelolaan Sampah
Baik
Jumlah n
%
122
45
137
55
249
100
(melakukan)
Kurang Baik (tidak melakukan ) Jumlah
Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dengan adalah baik sebanyak 45% karena melakukan pengolahan sampah basah dan sampah kering ,dan kurang baik sebanyak 55 % karena tidak melakukan melakukan pengolahan sampah basah dan sampah kering ,dan kurang baik. a. Reduce
Untuk melihat distribusi responden berdasarkan upaya untuk mengurangi timbulan sampah di lingkungan sumber sebelum sampah dihasilkan, dengan cara mengubah pola hidup konsumtif di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.6
Table 4.6 Distribusi Responden Menurut Reduce di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012
Reduce
Baik
Jumlah n
%
103
41,4
146
58,6
249
100
(melakukan) Kurang baik (tidak melakukan) Jumlah
Tabel 4.6 memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat adalah baik sebanyak 41,4% karena membeli
produk bahan makanan pada umumnya bahan dalam kemasan dan kurang baik sebanyak sebanyak 58,6 %. karena tidak membeli produk bahan makanan yang bukan bahan dalam kemasan b. Reuse Untuk melihat distribusi responden berdasarkan menggunakan kembali bahan atau material agar tidak menjadi sampah tanpa melalui proses pengolahan (Reuse) di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.7
Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Reuse di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 Reuse
Baik
Jumlah n
%
116
46,6
133
53,4
(melakukan) Kurang baik (tidak melakukan)
Jumlah
249
100
Tabel 4.7 memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara menggunakan kembali bahan agar tidak menjadi sampah adalah baik sebanyak 46,6% karena menggunakan kembali bahan untuk kebutuhan lain serta kurang baik sebanyak 53,4 % kerena tidak menggunakan kembali bahan tetapi lansung di buang. c. Recycle Kegiatan recycle yang dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan daur ulang untuk menghasilkan produk baru di Kelurahan Dulalowo belum dilakukan secara langsung, tetapi kegiatan recycle yang dilakukan oleh masyarakat dilakukan secara tidak langsung (memilah barang yang bisa di daur ulang kemudian dijual). Untuk melihat distribusi responden berdasarkan Recycle di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.8
Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Recycle di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012
Recycle
Baik
Jumlah n
%
133
45,4
136
54,6
249
100
(melakukan) Kurang baik (tidak melakukan) Jumlah
Tabel 4.8 memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara recycle atau mendaur ulanng suatu bahan yang tidak berguna adalah baik
sebanyak 45,4%, dan kurang baik
sebanyak sebanyak 54,6 % karena tidak melakukan daur ulang bahan yang sudah tidak berguna. 3. Peran Serta Masyarakat Untuk melihat distribusi responden berdasarkan peran serta masyarakat pada pengolalaan sampah domestik di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Peran Serta Masyarakat di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012
Peran serta masyarakat
Baik
Jumlah n
%
108
43,4
141
56,6
249
100
(Mendukung)
Kurang Baik T (Tidak mendukung) ab Jumlah el
4.9 memperlihatkan bahwa peran serta masyarakat pada pengelolaan sampah di Kelurahan Dulalowo adalah baik sebanyak 43,4% karena mendukung dan melakukan kegiatan pengelolaan sampah di tempat tinggalnya dan kurang baik sebanyak 56,6 % karena tidak mealakukan pengelolaan sampah di tempat tinggalnya. 4. Cross Tabulation. a. Jenis kelamin dengan pengelolaan sampah
Untuk melihat Cross tabulation jenis kelamin dengan pengelolaan sampah oleh masyarakat di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.10
Tabel 4.10 Cross Tabulation Antara Jenis Kelamin Dengan Pengelolaan Sampah di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012
Pengelolaan Sampah Jenis Kelamin
Baik
Kurang Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Laki – Laki
54
48,2
71
51,8
125
50,2
Perempuan
58
51,8
66
48,2
124
49,8
Total
112
100
137
100
249
100
Sumber : Data Primer Pada tabel 4.10 terlihat bahwa pada umumnya perempuan melakukan pengelolaan sampah dengan baik yakni 58 responden (51,8%) dan laki-laki sebanyak 54 responden (48,2%).
b. Pekerjaan dengan pengelolaan sampah Untuk melihat distribusi frekuensi pekerjaan dengan pengelolaan sampah oleh masyarakat di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.11
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Antara Pekerjaan Dengan Pengelolaan Sampah Di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012
Pengelolaan Sampah Pekerjaan
Baik
Kurang Baik
Jumlah
n
%
n
%
n
%
Buruh
6
5,4
12
8,8
18
7,2
Pedagang
27
24,1
27
19,7
54
21,7
Ibu Rumah Tangga
16
14,3
15
10,9
31
12,4
Swasta
7
6,3
21
15,3
28
11,2
PNS
22
19,6
31
22,7
53
21,4
Pensiunan
10
8,9
4
2,9
14
5,6
Wiraswasta
24
21,4
27
19,7
51
20,5
Total
112
100
137
100
249
100
Sumber : Data Primer Pada tabel 4.11 terlihat bahwa pada umumnya responden melakukan pengelolaan sampah dengan baik adalah dagang sebanyak 27 responden (24,1%) dan yang paling sedikit adalah buruh sebanyak 6 responden (5,4%). c. Tingkat pendidikan dengan pengelolaan sampah Untuk melihat distribusi frekuensi tingkat pendidikan dengan pengelolaan sampah oleh masyarakat di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 4.12 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Antara Tingkat Pendidikan Dengan Pengelolaan Sampah di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012
Pengelolaan Sampah Tingkat
Baik
Kurang Baik
Jumlah
Pendidikan
n
%
n
%
n
%
SD
10
8,9
14
10,2
24
9,6
SMP
33
29,5
41
29,9
74
29,7
SMA
42
37,4
44
32,1
86
34,6
Akademi
20
17,9
32
23,4
52
20,9
Sarjana
7
6,3
6
4,4
13
5,2
Total
112
100
137
100
249
100
Sum Sumber : Data Primer Pada tabel 4.12 terlihat bahwa pada umumnya responden yang mempunyai tingkat pendidikan
SMA melakukan pengelolaan sampah
dengan baik yakni 42 responden (37,4%) dan yang paling sedikit adalah tingkat pendidikan sarjana yakni 7 responden (6,3%). 4.3. Pembahasan Salah
satu
dampak
pertumbuhan/perkembangan
kota
adalah
pertambahan jumlah penduduk. Akibat dari bertambahnya penduduk maka bertambah pula tingkat konsumsi dan aktivitas penduduk, sehingga bertambah pula buangan/ limbah yang dihasilkan. Limbah yang ditimbulkan dari aktivitas dan konsumsi masyarakat dikenal sebagai sampah domestik, dan telah menjadi permasalahan lingkungan yang harus ditangani oleh pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Untuk saat ini dampak dan akibat sampah yang tidak tertangani tersebut memang belum begitu terasa, khususnya bagi masyarakat. Namun apabila tidak dikelola lebih baik, maka akan menimbulkan masalah dimasa yang akan datang,
ketika jumlah penduduk dan jumlah volume sampah semakin bertambah besar. Tentunya Pengelola sampah atau khususnya Instansi yang menangani pengelolaan persampahan perlu mencari alternatif–alternatif pengelolaan persampahan yang didasarkan pada keterbatasan kondisi-kondisi yang ada, dan didasarkan pada penjagaan kondisi lingkungan. Sehingga kota yang dikelola akan dapat diwariskan kepada generasi penerus dengan kemampuan kota yang senantiasa terjaga. 1. Identitas Responden Hasil Survei terhadap 249 responden di Kelurahan Dulalowo Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo Tahun 2012 diperoleh hasil bahwa pengelolaan sampah dengan baik pada umumnya dilakukan responden yang berumur 30–39 tahun yakni 51,5%, hal ini erat kaitannya dengan aktifitas keseharian di rumah baik dalam kegiatan di dapur maupun dalam membersihkan baik dalam rumah maupun dihalaman dan yang terkecil adalah umur >59 tahun sebesar 3 responden (2,7%). Pada tabel 4.3 terlihat bahwa pada umumnya perempuan melakukan pengelolaan sampah dengan baik yakni 58 responden (51,8%) dengan alasan bahwa aktifitas perempuan lebih dominan dari pada laki-laki di rumah baik aktifitas di dapur maupun dalam membersihkan rumah dan halaman sehingga proses pengelolaan sampah lebih banyak diperhatikan oleh perempuan terutama dalam pemisahan sampah organik dan anorganik 2. Pengelolaan sampah
Sampah adalah sisa-sisa, barang-barang buangan, bekas yang sudah tidak dipakai lagi sebagaimana fungsinya semula. Dalam kedudukan semula ia sudah tidak diperlukan, tidak ada gunanya, oleh karenanya ia dibuang. Pengelolaan Sampah Domestik adalah suatu upaya yang dilakukan oleh masyarakat melalui pemilahan sampah organik dan anorganik yang dilanjutkan dengan kegiatan reduce, reuse dan recycle. Pada tabel 4.5 memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat adalah baik
sebanyak 112 responden (45%),
dengan alasan bahwa dengan bahwa masyarakat memilah sampah organik dan anorganik serta melakukan kegiatan daur ulang dan menggunakan kembali bahan yang masih bisa difungsikan. Selain itu masyarakat juga mempunyai tempat sampah sendiri dan tertutup sebagai penampungan sementara selama melaksanakan aktifitas sehari dan setelah melaksanakan aktifitas baik didapur maupun membersihkan halaman dan rumah sampah tersebut diangkut ke tempat pembuangan sementara (TPS) yang tersedia di pinggir jalan dan kurang baik sebanyak sebanyak 137 responden (55 %) dengan alasan bahwa sampah hanya ditempatkan di tempat sampah tanpa ada pemilahan antara sampah basah (organik) dan sampah kering (anorganik), sehingga akan menyulitkan apabila ada keinginan untuk menggunakan kembali bahan yang sudah terbuang, selain itu tempat sampah yang mereka miliki dirumah tidak mempunyai penutup. a. Reduce
Reduce
(mengurangi),
adalah
sebuah
tindakan
pelestarian
lingkungan dengan mengurangi pemakaian barang-barang yang kurang perlu dengan cara mengubah pola hidup konsumtif (membeli produk yang bisa digunakan kembali seperti beli akua dalam botol dimana botol tersebut bisa digunakan kembali untuk tempat minyak kelapa). Pada tabel 4.6 memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara perubahan pola hidup komsumtif adalah baik
sebanyak 103 responden (41,4%), dengan alasan bahwa
setiap membeli produk atau bahan kebutuhan keluarga senantiasa membeli produk
yang kemasannya
bisa
digunakan
kembali,
dan
jarang
menggunakan produk atau kemasan yang hanya digunakan sekali pakai. Hasil penelitian ini bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan faizah di Kota Yogyakarta tahun 2008
bahwa 68.5% responden
mengatakan telah melakukan perubahan pola hidup komsumtif dengan cara merubah cara membeli bahan kebutuhan rumah tangga yang kemasannya tidak bisa didaur ulang atau digunakan kembali sehingga produksi sampah rumah tangga akan berkurang. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 bahwa salah satu prinsip yang dapat digunakan untuk menangangi masalah pengelolaan sampah rumah tangga adalah dengan melaksanakan program Reduce (mengurangi), dengan jalan mengurangi pemakaian barang-barang yang kurang perlu serta merubah perilaku pola komsumtif
dalam rumah tangga dalam upaya mengurangi produksi sampah rumah tangga dan kurang baik sebanyak 146 responden (58,6 %) dengan alasan bahwa sering belanjaan mempunyai bungkusan yang banyak sehingga menghasilkan sampah yang banyak setelah membeli kebutuhan keluarga. Sering anggota keluarga membeli produk yang hanya digunakan sekali pakai dan tidak bisa digunakan kembali untuk kebutuhan rumah tangga lainnya. b. Reuse Reuse (memakai kembali), adalah sebuah cara pelestarian lingkungan dengan menggunakan kembali sebuah barang, sebisa mungkin pilihlah barang-barang yang bisa dipakai kembali. Hindari pemakaian barang-barang yang disposable (sekali pakai, buang). Hal ini dapat memperpanjang waktu pemakaian barang sebelum ia menjadi sampah. Pada tabel 4.7 memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara menggunakan kembali bahan agar tidak menjadi sampah adalah baik sebanyak 116 responden (46,6%), dengan alasan bahwa produk yang dibeli bisa digunakan kembali seperti beli aqua yang kemasannya botol agar bisa digunakan kembali untuk kebutuhan lain, serta jarang sekali membeli produk yang tidak bisa dipergunakan kembali, adapun cara pemanfaatan bahan yang sudah tidak terpakai pernah mendengar dan melihat di televisi. Pengelolaan sampah dengan cara reuse adalah suatu metode yang mudah dan murah dalam
upaya mengurangi produksi sampah rumah tangga hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh syafruddin dalam artiningsih tahun 2008 mengemukakan bahwa salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah melakukan pengelolaan sampah berbasis masyarakat seperti mengurangi produksi sampah rumah tangga dengan melaksanakan reuse (memakai kembali) dan kurang baik sebanyak sebanyak 133 responden (53,4 %) dengan alasan bahwa tidak pernah mendapat penyuluhan tentang cara penggunaan kembali bahan yang sudah tidak terpakai serta tidak pernah mengikuti pertemuan tentang cara penggunaan kembali bahan yang sudah tidak
terpakai, sehingga sering membeli produk atau bahan untuk
keperluan rumah tangga tanpa melihat apa bahan tersebut bisa digunakan kembali atau tidak. c. Recycle Recycle (mendaur ulang), adalah sebuah cara pelestarian lingkungan dengan cara mendaur ulang kembali sebuah barang, contohnya kita dapat mendaur ulang sampah-sampah organik yang ada di rumah kita menjadi kompos, dan lain-lain. Pada tabel 4.8 memperlihatkan bahwa pengelolaan sampah yang dilakukan oleh masyarakat dengan cara mendaur ulang kembali bahan agar tidak menjadi sampah (recycle) adalah baik sebanyak 113 responden (45,4%), dengan alasan bahwa mereka memisahkan sampah yang terbuat dari besi atau alminium dan botol-botol dijual ke pengumpul sehingga
menambah penghasilan sekaligus mengurangi produksi sampah rumah tangga, memanfaatkan kaleng-kaleng cat dan gelong aqua utuk di jadikan pot bunga selain itu masyarakat juga membuat lubang untuk sampah seperti daun-daun kemudian ditimbun ulang agar pada waktu tertentu sampah tersebut bisa jadi kompos. Hasil penelitian ini bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan faizah di Kota Yogyakarta tahun 2008 bahwa 59% responden melakukan daur ulang dengan membuat kompos, dan kerajinan tangan seperti membuat tas. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 bahwa salah satu prinsip yang dapat digunakan untuk menangangi masalah pengelolaan sampah rumah tangga adalah dengan melaksanakan program recycle (mendaur ulang), adalah sebuah cara pelestarian lingkungan dengan cara mendaur ulang kembali sebuah barang namun demikian apabila tekhnik mau diterapkan diperlukan keahlian tertentu dalam mendaur ulang barang bekas tersebut sehingga alternatif yang bisa digunakan adalah dengan memisahkan sampah dari besi, alminium, plastik, botol-botol untuk dijual ke pengumpul dan kurang baik sebanyak sebanyak 136 responden (54,6 %) dengan alasan bahwa mereka tidak mengetahui cara membuat kompos atau mendaur ulang barang tersebut. 3. Peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah merupakan kesediaan masyarakat untuk membantu berhasilnya program pengembangan
pengelolaan sampah sesuai dengan kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan kepentingan diri sendiri Pada tabel 4.9 memperlihatkan bahwa peran serta masyarakat pada pengelolaan sampah di Kelurahan Dulalowo adalah baik
sebanyak 108
responden (43,4%), dengan alasan bahwa mereka melakukan kerja bakti dilingkungannya masing-masing serta mendukung program pengelolaan sampah, Selain itu mereka juga mengatakan bahwa mereka telah melaksanakan program 3 R yakni reduce, reuse dan recycle serta telah melakukan pemisahan sampah organik dan sampah anorganik di rumah tangganya masing-masing, hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Sunarti tahun 2002 yang melakukan penelitian di Denpasar bahwa peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah di Kelurahan hanya 50% sedangkan pengelolaan sampah di Desa peran serta masyarakat mencapai 65%. Artiningsih tahun 2008 bahwa salah satu pendekatan masyarakat untuk dapat
membantu
program
pemerintah
dalam
keberhasilan
adalah
membiasakan masyarakat pada tingkah laku yang sesuai dengan program persampahan yaitu merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar dan merata, merubah kebiasaan masyarakat dalam pengelolaan sampah yang kurang baik dan faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat karena tanpa adanya peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program pengolahan sampah maka program tersebut tidak akan berhasil dan kurang baik sebanyak sebanyak 141 responden (56,6 %) dengan
alasan bahwa mereka tidak dilibatkan dalam penyusun dan pengambilan keputusan dalam program pengolahan sampah di lingkungannya sehingga tidak
tahu
apa
dilingkungannya.
kegiatan
program
pengolahan
sampah
yang
ada