BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Getasan Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari sembilan belas kecamatan yang ada di Kabupaten Semarang. Kecamatan Getasan terdiri dari tiga belas desa dengan jumlah penduduk sekitar 28.936 jiwa. “Kecamatan Getasan 63.764,30274 Ha.”49
memiliki
wilayah
seluas
Secara administratif, batas wilayah Kecamatan Getasan adalah : “@ Sebelah Timur : Kota Salatiga, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Boyolali @ Sebelah Barat : Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung @ Sebelah Utara : Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Tuntang @ Sebelah Selatan : Kabupaten Boyolali”50 Kecamatan Getasan mempunyai topografi daerah pegunungan karena terletak pada ketinggian ±700 m di atas permukaan laut. Daerah ini memiliki suhu rata-rata harian 23‟C pada situasi normal, sehingga sangat cocok untuk pengembangan usaha sapi perah. “...suhu optimal untuk usaha sapi perah adalah 2127’C.”51 Penduduk
Kecamatan
Getasan
sebagian
besar
mempunyai
mata
pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Hampir semua penduduk yang bekerja 49
Kecamatan Getasan, op. cit., hal. 2. Kecamatan Getasan, ibid, hal. 1. 51 Mukson, T. Ekowati, M. Handayani dan D.W. Harjanti, op. cit., hal. 3. 50
43
sebagai petani dan buruh tani ini juga mempunyai usaha lain. Usaha tersebut adalah usaha peternakan sapi, baik sapi perah maupun sapi pedaging. Gambaran Kecamatan Getasan dilihat dari mata pencaharian penduduknya dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 4.1 Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Getasan Tahun 2011 *) DESA
MATA PENCAHARIAN 5 6 7 8 9 0 227 68 0 20 0 27 149 0 9 0 0 31 0 12 0 69 52 0 11 0 97 41 0 7 0 7 165 0 14 0 75 38 0 6 0 17 35 0 4 0 8 68 0 26 0 2 36 0 10 0 6 45 0 12 0 0 62 0 14 0 0 23 0 8 0 535 813 0 153
10 11 12 13 Σ Kopeng 77 12 6 35 98 1918 Batur 127 3 6 18 718 3340 Tajuk 209 0 3 28 745 3906 Jetak 24 6 7 9 11 3675 Samirono 87 9 6 12 174 857 Sumogawe 319 19 12 22 474 4116 Polobugo 442 4 14 14 356 2819 Manggihan 73 0 3 4 41 595 Getasan 61 17 16 85 347 1552 Wates 112 9 4 25 9 2048 Tolokan 89 6 4 4 17 1749 Ngkrawan 36 3 4 3 207 1017 Nogosaren 43 7 7 2 233 1344 JUMLAH 1699 95 92 261 3430 28936 Keterangan : Mata Pencaharian (1)Petani, (2)Buruh tani, (3)Buruh industri, (4)Buruh bangunan, (5)Nelayan, (6)Pengusaha, (7) Pegawai swasta, (8) Perikanan, (9) Pedagang, (10) Angkutan, (11)PNS/ABRI/POLRI, (12)Pensiunan, (13)Lainnya. 1 1219 1981 2309 3317 375 2356 655 327 336 1737 1496 655 934 17697
2 133 171 507 55 7 607 961 84 551 92 29 24 73 3294
3 23 131 62 114 42 121 254 7 37 12 41 9 14 867
4
*) Sumber : Kecamatan Getasan, 2011, Kecamatan Getasan Dalam Angka 2011, Badan Pusat Statistik Kabupaten Semarang, Semarang, hal. 33.
Besarnya jumlah penduduk yang menjadi petani dan buruh tani ini menandakan bahwa besar pula usaha peternakan sapi di Kecamatan Getasan. Peternakan dijalankan oleh petani di Kecamatan Getasan karena pertanian di wilayah ini masih bergantung pada musim sehingga petani tidak mempunyai pendapatan rutin yang dapat mereka gunakan untuk membiayai kehidupan rumah tangga mereka sehari-hari. Peternakan yang mereka kembangkan adalah peternakan sapi, baik sapi perah maupun sapi pedaging. Peternakan sapi perah lebih dominan dibanding peternakan sapi pedaging. Peternakan sapi pedaging baru beberapa tahun saja mulai berkembang di Kecamatan Getasan. Munculnya
44
peternakan sapi pedaging ditengarai sebagai dampak dari rendahnya harga susu sapi yang ada di Kecamatan Getasan yang menyebabkan peternak sapi mulai beralih pada usaha sapi pedaging, khususnya oleh peternak yang mempunyai modal yang cukup kuat. Berikut data populasi ternak yang ada di Kecamatan Getasan : Tabel 4.2 Populasi Ternak Sapi di Kecamatan Getasan Tahun 2011 *) DESA Kopeng Batur Tajuk Jetak Samirono Sumogawe Polobugo Manggihan Getasan Wates Tolokan Ngkrawan Nogosaren Jumlah
PEMILIK TERNAK 561 1035 719 701 389 1139 632 319 380 326 390 257 297 7145
SAPI POTONG 10 160 109 67 201 30 0 116 0 38 116 3 5 855
SAPI PERAH 1237 2614 2001 1987 1764 3665 1567 924 1388 703 741 777 1055 20423
*) Sumber : PSPK2011-L1, Rekapitulasi Rumah Tangga Pemelihara Ternak / Perusahaan / Pedagang / Lainnya, Ternak Sapi Potong, Ternak Sapi Perah, dan Ternak Kerbau Menurut Desa / Kelurahan, Tahun 2011.
Melihat data tersebut, tampak bahwa peternakan sapi yang lebih dominan adalah peternakan sapi perah. Saat ini, satu peternak di Kecamatan Getasan ratarata mempunyai dua sampai tiga ekor sapi perah. Kebanyakan dari mereka tidak hanya memelihara sapi perah saja, tetapi ada juga yang memelihara sapi pedaging. Sapi perah juga menghasilkan anak sapi hampir setiap dua tahun sekali. Anak sapi betina dijadikan sebagai calon sapi perah dan induk, sedangkan anak sapi jantan dijadikan sebagai sapi pedaging oleh peternak. Peternakan sapi perah di Kecamatan Getasan masih tergolong sebagai peternakan sapi perah konvensional. Pengelolaan ternak yang dilakukan oleh peternak masih menggunakan cara-cara yang belum banyak melibatkan produk-
45
produk hasil perkembangan teknologi. Hanya ada beberapa peternakan sapi perah yang sudah menggunakan peralatan berbasis teknologi dalam mengelola ternaknya seperti peralatan pemerahan dan pengolahan pakan sapi. Kegiatan peternakan sapi perah di Kecamatan Getasan yang masih konvensional ditandai dengan cara dan peralatan yang masih tradisional. Peternak menggunakan sabit untuk mencari rumput dan cara pemerahan yang masih secara manual dengan menggunakan tangan merupakan bukti dari masih tradisionalnya peternakan sapi di Kecamatan Getasan. Pengelolaan sapi perah oleh peternak dilakukan dengan cara-cara yang masih sangat sederhana. Peternak mencari rumput sebagai pakan ternak masih dengan alat-alat yang sederhana. Sabit adalah alat utamanya. Sebagian besar peternak di Kecamatan Getasan memberikan makan sapi dengan rumput gajah. Peternak menggunakan tali yang berasal dari karung bagor bekas sebagai alat pengikatnya ketika membawa rumput dari ladang sampai ke kandang sapi mereka. Jarak yang relatif jauh antara ladang dengan kandang sapi membuat peternak menggunakan beberapa alat angkutan untuk membawa rumput. Selain mobil dan sepeda motor yang sudah menggunakan unsur teknologi, peternak di Kecamatan Getasan juga menggunakan alat-alat tradisional seperti grobak atau yang lebih terkenal di daerah Kecamatan Getasan dengan sebutan “songkro”. Masih ada juga peternak yang membawa rumput dengan cara “sunggi” (membawa rumput di atas kepala) baik rumput yang diikat dengan tali maupun yang ditempatkan dalam keranjang. Kendala yang sering dihadapi peternak dalam hal pemberian pakan dalam bentuk rumput gajah adalah saat musim kemarau panjang. Saat musim
46
kemarau panjang, rumput gajah sulit untuk tumbuh, jadi peternak harus mencari pakan alternatif untuk sapi yang mereka pelihara. Mereka mengganti pakan rumput gajah dengan rumput-rumput liar. Bahkan, ada juga peternak yang rela mencari limbah sawah padi atau “damen” untuk diberikan kepada sapi-sapi mereka sebagai pakan pengganti rumput gajah. Selain rumput sebagai pakan ternak yang utama, peternak juga memberikan pakan tambahan kepada ternaknya. Jenis pakan ternak ini kebanyakan dicampurkan pada saat peternak memberikan minum air untuk sapi yang mereka pelihara. Pakan tambahan tersebut antara lain bekatul, konsentrat, growol, ampas tahu, garam, mineral, kulit kopi dan ketela pohon. Pakan ternak tersebut biasanya diperoleh peternak dari koperasi-koperasi peternakan dan pertanian. Ada juga peternak yang memanfaatkan jasa pengumpul susu sapi untuk mendapatkan pakan sapi, terlebih oleh peternak yang di daerahnya tidak ada penjual pakan sapi. Mereka membeli pakan ternak dari hasil penjualan susu sapi yang mereka produksi. Pemberian rumput gajah sebagai pakan sapi dilakukan tiga kali sehari dan untuk pemberian minum serta makanan tambahan biasanya hanya dilakukan dua kali sehari. Pemeliharaan di dalam kandang juga masih tergolong sederhana. Peternak membersihkan kandang dengan peralatan tradisional seperti sekop dan garbu. Pembersihan kandang rata-rata dilakukan dua kali dalam satu hari oleh peternak. Selain pembersihan terhadap kandang, sapi juga dibersihkan dari kotoran-kotoran yang menempel pada tubuhnya. Menjaga kebersihan kandang sapi beserta sapinya dimaksudkan untuk menjaga lingkungan sapi demi kesehatan sapi.
47
Pemerahan sapi perah masih dilakukan dengan cara manual. Artinya, peternak sapi perah Kecamatan Getasan sebagian besar belum menggunakan peralatan yang berbasis teknologi dalam memerah sapi. Pemerahan dilakukan dengan tangan manusia. Sebelum diperah, ambing sapi dibersihkan dahulu dengan air. Ada peternak yang menggunakan air dingin untuk membersihkan ambing sapi, tapi ada juga yang menggunakan air hangat untuk membersihkan ambing sapi. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peternak asal Desa Samirono, membersihkan ambing sapi dengan air hangat dapat mempercepat turunnya susu sapi sehingga lebih mudah diperah dan hasilnya relatif lebih banyak. Gambaran peternakan sapi di Kecamatan Getasan tidak hanya sekedar mencakup pada bagaimana cara pemeliharaan ternak yang dilakukan peternak. Lebih jauh dari itu, sistem pembibitan dan pembinaan peternak juga dilakukan dalam rangka mengembangkan peternakan sapi di Kecamatan Getasan. Pembibitan sapi dilakukan oleh manteri-manteri sapi dan dokter hewan yang ada di Kecamatan Getasan yang mendapat bibit melalui beberapa institusi yang bergerak dalam pembibitan sapi melalui inseminasi buatan. Pembinaan peternak banyak dilakukan oleh pemerintah melalui kerja sama dengan pengumpulpengumpul susu sapi, Koperasi Unit Desa dan kelompok tani. Pembinaan tersebut terkait dengan manajemen pemeliharaan sapi perah dan penanganan susu sapi pasca panen. Kesehatan sapi juga diperhatikan oleh peternak. Hal ini penting karena masa hidup sapi yang terbatas. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa peternak, manteri sapi dan pedagang sapi atau yang dikenal dengan
48
sebutan “blantik”, sapi perah betina akan mulai produktif setelah mereka beranak pertama kali pada usia dua sampai tiga tahun dan akan terus produktif sampai usia empat belas sampai enam belas tahun. Usia sapi perah yang tergolong paling produktif berkisar antara lima sampai sebelas tahun.
4.1.2. Produk Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Getasan Besarnya peternakan sapi di Kecamatan Getasan dapat dilihat dari jumlah sapi yang dipelihara oleh penduduk. Melihat data populasi ternak di Kecamatan Getasan pada Tabel 4.2, setiap peternak mempunyai dua sampai tiga ekor sapi perah ditambah satu sampai dua ekor sapi pedaging. Besarnya peternakan sapi yang dikembangkan penduduk Kecamatan Getasan ini membuat produk dari peternakan sapi itu sendiri juga besar. Usaha ternak sapi pedaging di Kecamatan Getasan menghasilkan sapi siap potong yang selama ini menjadi barang dagangan yang diburu para pedagang sapi dan pedagang daging sapi. Peternak Kecamatan Getasan banyak menjual sapi pedaging mereka pada hari raya keagamaan. Pada hari-hari tersebut, permintaan daging sapi naik. Hal ini mulai dipelajari dengan lebih teliti dan cermat oleh peternak supaya usaha mereka dalam memelihara sapi pedaging dapat lebih baik, khususnya dalam menghitung waktu mulai pemeliharaan, waktu penggemukan dan waktu penjualan. Peternak juga mulai mempelajari berbagai strategi penggemukan sapi yang paling efektif dan efisien. Sapi pedaging biasanya dipelihara dengan pemberian pakan yang biasa-biasa saja pada usia nol sampai satu tahun. Setelah itu, proses penggemukan baru dilakukan dengan berbagai
49
macam cara, khususnya yang terkait dengan pemberian pakan ternak yang cepat menggemukan sapi. Selama satu sampai satu setengah tahun, barulah sapi siap dijual atau dipotong dijadikan sebagai daging sapi siap jual. Susu sapi adalah produk utama dari peternakan sapi perah. Setiap sapi perah menghasilkan susu segar yang berbeda baik kualitas maupun kuantitasnya. Satu sapi perah umumnya diperah dua kali dalam satu hari, yaitu pada pagi dan sore hari. Susu sapi yang dihasilkan pada dua kali pemerahan pun berbeda jumlahnya. Umumnya sapi menghasilkan susu sapi lebih banyak pada pemerahan pagi hari. Perbedaan-perbedaan ini umum terjadi pada setiap sapi perah dan peternakan sapi perah di Kecamatan Getasan. Sapi perah mulai produktif menghasilkan susu sapi setelah sapi beranak untuk pertama kalinya. Berdasarkan hasil wawancara, sapi perah mencapai produktifitas tertinggi setelah beranak empat sampai lima kali beranak. Peternakan sapi perah selain menghasilkan susu sapi juga menghasilkan produk yang lain. Anak sapi juga merupakan produk dari peternakan sapi perah. Anak sapi betina biasanya dijadikan peternak sebagai calon sapi perah produktif dan induk baru. Anak sapi perah jantan juga dimanfaatkan oleh peternak sapi. Jika mereka ingin memeliharanya, maka mereka akan menjadikan anak sapi tersebut menjadi sapi pedaging. Sapi pedaging dapat dijual saat sapi siap potong, biasanya usia sapi siap potong berkisar antara dua sampai tiga tahun. Namun, jika mereka tidak berniat untuk memeliharanya, peternak dapat menjual sapi jantan tersebut. Produk dari peternakan sapi perah maupun sapi pedaging yang terakhir adalah kotoran sapi. Beberapa pihak menganggap kotoran sapi sebagai limbah
50
yang dianggap tidak berguna. Namun, untuk beberapa pihak lain, kotoran sapi merupakan produk yang bernilai ekonomi. Bagi para peternak, kotoran sapi dapat dijual atau dimanfaatkan sebagai pupuk kandang yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan pertanian dan perkebunan yang juga mereka jalankan. Oleh karena alasan inilah, kotoran sapi menjadi barang yang ramai diperdagangkan di lingkungan pertanian dan perkebunan.
4.1.3. Pemasaran Susu Sapi di Kecamatan Getasan Susu sapi sebagai produk dari peternakan sapi perah menjadi komoditas dagang yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat Kecamatan Getasan dalam memperoleh pendapatan. Selama ini, susu sapi hasil produksi sapi yang dipelihara oleh peternak di Kecamatan Getasan hanya diperjualbelikan tanpa merubah bentuknya. Belum banyak yang mengolah susu sapi untuk dijadikan produk yang lebih bernilai. Tercatat baru ada tiga usaha yang mengolah susu sapi di Kecamatan Getasan. Susu sapi belum mendapat perlakuan tambahan dan bentuknya pun masih susu mentah. Ada beberapa pihak di Kecamatan Getasan yang menjadikan susu sapi sebagai komoditas dagang dari usaha yang mereka tekuni sebagai mata pencaharian. Mereka antara lain peternak sapi perah, pengumpul susu sapi, pengecer susu sapi dan perusahaan pengolah susu sapi yang menggunakan susu sapi sebagai bahan dalam pembuatan produk mereka. Peternak sapi perah tentunya mengharapkan pendapatan dari hasil memelihara sapi perah. Untuk memperoleh pendapatan, peternak menjual susu sapi yang dihasilkan oleh sapi perah yang mereka pelihara. Penjualan susu sapi
51
digunakan oleh peternak untuk memenuhi kebutuhan mereka sekaligus membiayai pemeliharaan sapi perah yang mereka lakukan. Peternak di Kecamatan Getasan menjual susu tidak langsung kepada konsumen susu. Artinya ada pihak yang menjadi penyalur dari susu sapi yang mereka produksi. Penyalur-penyalur ini diantaranya adalah pengumpul susu sapi yang berhubungan langsung dengan peternak ataupun yang tidak berhubungan langsung dengan peternak dan pengecer susu sapi. Sebagian besar susu sapi yang berasal dari peternak sapi perah dijual kepada pengumpul susu sapi yang ada di wilayah mereka masing-masing. Ada juga peternak yang menjual susu sapi kepada pengumpul yang bukan berasal dari daerah mereka, namun kepada pengumpul dari daerah lain yang keliling untuk membeli susu sapi dari peternak. Peternak tidak melakukan hal apapun terhadap susu sapi yang mereka produksi. Peternak hanya menjual susu sapi mereka dalam keadaan panas. Selanjutnya pengumpul-pengumpul susu sapi ini akan menjual susu sapi yang mereka beli dari peternak sapi perah ini kepada pengumpul yang lebih besar atau kepada rumah tangga produksi. Pengumpul dalam hal ini juga tidak melakukan pengubahan bentuk produk susu segar. Pengumpul mengambil keuntungan dari selisih harga jual yang mereka dapat dari pembeli susu sapi yang mereka kumpulkan dengan harga yang mereka berlakukan dalam membeli susu sapi dari peternak sapi perah. Berdasarkan wawancara dengan salah satu narasumber yang merupakan anggota DPRD Kabupaten Semarang yang juga menjadi pembina Gabungan Koperasi Susu Sapi di Kebupaten Semarang, pengumpul susu sapi mampu menyerap lebih dari 97% susu sapi produksi
52
peternak sapi perah di Kecamatan Getasan. Hal ini membuktikan bahwa pengumpul susu sapi memberikan kontribusi yang besar terhadap pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan dalam bentuk jasa penyaluran susu sapi yang diproduksi oleh peternak sapi perah. Pengecer susu sapi juga merupakan pembeli susu sapi dari tangan peternak sapi perah. Mereka membeli susu sapi dari peternak layaknya pengumpul susu sapi yang lain. Bedanya adalah jika pengumpul susu sapi menjual susu sapi yang mereka kumpulkan kepada pengumpul susu sapi yang lebih besar atau perusahaan pengolah susu sapi, maka pengecer tidak melakukan hal tersebut. Pengecer susu sapi akan menjual susu sapi yang mereka beli dari peternak sapi perah langsung kepada konsumen akhir. Pengecer juga tidak merubah bentuk susu sapi. Mereka justru menjaga bentuk asli dari susu sapi demi memenuhi tuntutan dari konsumen susu sapi yang menuntut kemurnian susu sapi yang mereka beli. Pengecer susu sapi dari Kecamatan Getasan menjual susu sapi kepada masyarakat di luar Kecamatan Getasan. Kebanyakan dari mereka menjual susu sapi kepada konsumen di wilayah Kota Salatiga. Pengecer susu sapi tidak menjadikan Kecamatan Getasan sebagai pasar dari produk mereka karena mereka memandang bahwa masyarakat Kecamatan Getasan bisa dengan mudah mendapat susu sapi ketika Kecamatan Getasan sendiri menjadi sentra produksi susu sapi. Perusahaan pengolah susu sapi adalah pihak yang mengubah bentuk susu sapi menjadi produk tertentu untuk selanjutnya mereka perdagangkan. Mereka membeli susu sapi dari peternak dan pengumpul untuk mendapatkan susu sapi yang akan mereka gunakan dalam proses produksi. Perusahaan pengolah susu sapi
53
merupakan pihak yang dalam suatu pola saluran pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan mempunyai keuntungan dapat meningkatkan nilai dari susu sapi karena dapat merubah bentuk susu sapi. Beberapa perusahaan pengolah susu sapi yang saat ini ada di Kecamatan Getasan diantaranya Koperasi Andini dengan produknya “Andini Fresh Milk”, Sabun Susu “Puspita” dan CV Cita Nasional dengan produknya “Susu Segar Nasional.” Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis, pola saluran pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan dapat dibedakan menjadi tiga pola. Pola-pola saluran pemasaran susu sapi ini merupakan urutan perpindahan susu sapi dari satu pihak ke pihak lain, mulai dari peternak sapi perah sebagai produsen sampai masyarakat yang mengkonsumsi produk-produk susu sapi. Pihak-pihak yang masuk dalam pola-pola saluran pemasaran ini adalah mereka yang menjadikan susu sapi sebagai komoditas usaha mereka. Pola-pola tersebut diantaranya : Gambar 4.1 Peternak sapi perah
Peternak sapi perah
Pola-pola Saluran Pemasaran Susu Sapi di Kecamatan Getasan Pengumpul susu sapi
Pengumpul susu sapi tingkat bawah
Peternak sapi perah
Perusahaan pengolah susu sapi
Pengumpul susu sapi tingkat tengah
Pengumpul susu sapi tingkat atas
Pengecer susu sapi
Konsumen produk olahan
Perusahaan pengolah susu sapi
Konsumen produk olahan
Konsumen susu sapi eceran
Sumber : Data Primer Penelitian
Pola-pola saluran pemasaran susu sapi diatas menunjukkan alir kepemilikan susu sapi yang diproduksi oleh peternak sampai pada konsumen, baik
54
konsumen produk olahan maupun susu sapi mentah. Pola saluran pemasaran yang pertama menunjukkan bahwa hanya ada satu pengumpul yang ada sebagai penyalur susu sapi dari peternak kepada perusahaan pengolah susu sapi. Pola saluran pemasaran susu sapi yang kedua menunjukkan adanya beberapa pengumpul susu sapi. Pengumpul susu sapi pada level rendah merupakan pengumpul yang membeli susu sapi dari peternak dan menjualnya kepada pengumpul lain pada level tengah. Selanjutnya pengumpul pada level tengah menjual kepada pengumpul level tinggi yang akan menjual susu sapi kepada perusahaan pengolah susu sapi. Sementara itu, pola saluran pemasaran susu sapi yang ketiga menunjukkan pengecer sebagai satu-satunya saluran pemasaran susu sapi dari peternak kepada konsumen secara langsung dimana produk tidak berubah bentuk, masih berbentuk susu sapi mentah. Pihak-pihak yang yang terlibat dalam saluran pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan banyak jumlahnya, untuk lebih memperjelas besarnya jumlah pelaku usaha susu sapi di Kecamatan Getasan dapat melihat tabel berikut :
Tabel 4.3 No
Nama Desa
1
Kopeng
Jumlah Pengumpul, Pengecer dan Perusahaan Pengolahan Susu Sapi di Kecamatan Getasan Bulan Januari Tahun 2012 *) Pengumpul Kecil
2
Batur
Bapak Nugroho, Dukuh Bapak Ngadiman, Sleker Bapak Reban, Senden Bapak Muslikin, Cengklok Bapak Karyono, Krangkeng
Pengumpul Besar
Pengecer Susu Sapi
Perusahaan Pengolah
-
-
-
-
-
-
55
3
Tajuk
4
Jetak
5
Samirono
6
Sumogawe
7
Polobugo
8 9
Manggihan Getasan
Kel. Tani Ngudi Makmur, Tajuk Bapak Sinun, Tajuk Bapak Wanto, Krekesan Mas Hadiyanto, Kroto Koperasi Susu Andini, Jetak Bapak Sarjio, Jetak Bapak Agus, Jetak Bapak Jarot, Kendal Wetan Bapak Jumadi, Kendal Wetan Bapak Susilo, Kendal Wetan Mas Yudi Lurah, Setugur Sari Asih Amanullah, Pongangan Bapak Suparman, Pongangan Bapak Gunanto Guno, Pongangan Bapak Kusnanto, Sumogawe Bapak Heri, Piji Bapak Trimo, Magersari Bapak Sarno, Magersari Bapak Siswanto, Tambangan Bapak Jarwo, Polobugo Atas
Bapak Sugeng, Jampelan Bapak Wandi, Ngelo Bapak Darmadi,
-
-
-
Koperasi Susu Andini
Bapak Tresno, Kendal Wetan
Sari Asih Amanullah, Pongangan
Bapak Arista Wasidi, Pongangan Bapak Gatot, Samirono
KUD Getasan, Pendingan KPS Bumiharjo, Bumiharjo
Koperasi Andini, Susu sapi segar dalam kemasan “Andini‟s Fresh Milk”
CV Cita Nasional, Susu Segar Nasional Sabun Susu Puspita, Piji
-
Bapak Kardi, Wates
-
-
-
-
-
56
Bapak Juki, Getasan
-
Gading Bapak Petrus, Gading Bapak Wandi, Wates Bapak Ndalimin, Tolokan Bapak Ngadiono, Tolokan Mas Eko, Tolokan Mas Yoga, Ngkrawan Bapak Joko, Ngkrawan Bapak Tukimin, Saren 36 Pengumpul kecil
10
Wates
11
Tolokan
12
Ngkrawan
13
Nogosaren
JUMLAH
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
4 Pengumpul besar
5 Pengecer
3 Perusahaan
*) Sumber : Data Primer Penelitian
4.1.4. Pengumpul Susu Sapi di Kecamatan Getasan Pengumpul susu sapi di Kecamatan Getasan merupakan saluran pemasaran yang membeli susu sapi dari peternak dan menjualnya kepada saluran pemasaran lain tanpa mengubah bentuk susu sapi menjadi produk lain. Pengumpul susu sapi di Kecamatan Getasan ada beberapa jenis. Ada pengumpul susu sapi yang membeli susu sapi dari peternak saja, yang digolongkan sebagai pengumpul kecil. Ada pula pengumpul yang selain membeli susu sapi dari peternak dan juga membeli susu sapi dari pengumpul lain. Pengumpul jenis ini disebut dengan pengumpul besar. Jumlah pengumpul besar jauh lebih sedikit daripada pengumpul kecil. Tujuan menjadi pengumpul susu sapi antara lain untuk memperoleh pendapatan dan untuk membantu paternak dalam memasarkan susu sapi yang diproduksi oleh peternak sapi perah. Pengumpul susu sapi juga melakukan pembinaan-pembinaan terhadap peternak supaya kelak peternak mengalami
57
kemajuan baik secara finansial maupun startegi peternakan yang dapat memperbaiki sistem peternakan yang diterapkan oleh peternak. Pengumpul susu sapi membeli susu sapi dari peternak yang ada di daerah mereka masing-masing, namun mereka juga berusaha untuk membeli susu sapi dari daerah yang jaraknya relatif jauh. Hal ini dapat dilihat dari pengumpulpengumpul susu sapi yang memberikan layanan keliling bagi peternak yang akan menjual susu sapi kepada mereka namun jaraknya jauh dari tempat pengumpul susu sapi. Pengumpul susu sapi mempersiapkan berbagai alat dan sarana supaya mereka dapat menjangkau wilayah-wilayah yang jauh. Kendaraan bermotor menjadi alat penting bagi usaha mereka. Kendaraan yang umumnya dipakai antara lain sepeda motor dan mobil pick up. Setiap harinya, kebanyakan pengumpul mengumpulkan susu sapi dari peternak sebanyak dua kali, yaitu pada pagi dan sore hari. Mereka mengikuti pola pemerahan yang dilakukan oleh peternak dalam memerah sapi, yaitu sehari dua kali juga pada pagi dan sore hari. Pengumpul susu sapi selanjutnya menjual susu sapi yang mereka kumpulkan kepada perusahaan-perusahaan pengolah susu sapi atau kepada pengumpul susu sapi lain yang lebih besar tanpa merubah bentuk susu sapi. Hal yang biasanya dilakukan oleh pengumpul susu sapi terhadap susu sapi yang mereka kumpulkan adalah mencampurkan semua susu sapi yang mereka kumpulkan untuk menghasilkan mutu susu sapi rata-rata. Selama proses pengumpulan susu sapi, pengumpul melakukan beberapa hal terkait dengan usaha mereka dalam mengumpulkan susu sapi dari peternak. Kegiatan-kegiatan tersebut mencakup pengujian mutu susu sapi yang akan mereka
58
beli. Pengujian ini dilakukan dengan berbagai cara, ada yang dilakukan secara manual dengan mengandalkan panca indera dan ada pula yang menggunakan peralatan tertentu. Parameter mutu susu sapi yang diukur secara manual diantaranya warna, aroma, rasa dan kebersihan. Sementara itu paramater yang diukur menggunakan peralatan antara lain kadar air, kadar lemak, kadar protein, berat jenis dan SNF. Kegiatan pembukuan juga dilakukan oleh pengumpul susu sapi. Mereka mencatat setiap transaksi yang berhubungan dengan pembelian susu sapi dari peternak termasuk transaksi-transaksi dari usaha sampingan mereka di samping sebagai pengumpul susu sapi. Beberapa usaha sampingan yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi antara lain adalah usaha perdagangan pakan ternak, perdagangan sembako dan usaha simpan pinjam. Usaha-usaha ini dilakukan pengumpul susu sapi dalam rangka memperbesar pendapatan mereka. Usaha sampingan yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi dilakukan bersamaan dengan aktifitas mereka dalam mengumpulkan susu sapi. Kebanyakan dari usaha sampingan yang mereka lakukan adalah usaha yang berhubungan erat dengan usaha utama mereka sebagai pengumpul susu sapi. Usaha-usaha ini mempunyai efek yang baik bagi usaha seseorang sebagai pengumpul susu sapi. Oleh karena itu, hampir semua pengumpul susu sapi mempunyai usaha sampingan yang mereka hubungkan dengan peternak supaya usaha pengumpulan susu sapi mereka tetap berlangsung.
59
4.1.5. Pengecer Susu Sapi di Kecamatan Getasan Pengecer susu sapi di Kecamatan Getasan merupakan saluran pemasaran yang membeli susu sapi dari peternak sapi perah dan menjual susu sapi tersebut langsung kepada konsumen. Pengecer tidak merubah bentuk dari susu sapi yang diproduksi oleh peternak. Jadi, produk yang diperdagangkan oleh pengecer masih berupa susu segar. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota DPRD Kabupaten Semarang yang juga menjadi anggota dewan pembina Gabungan Koperasi Susu Sapi Kabupaten Semarang, jumlah susu sapi yang mampu diserap oleh pengecer kurang dari 3% dari seluruh susu sapi yang diproduksi oleh peternak sapi perah di Kecamatan Getasan. Walaupun sedikit jumlahnya, tetap saja pengecer mempunyai peranan dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan karena 3% dari keseluruhan produksi susu sapi di Kecamatan Getasan adalah jumlah susu yang tidak sedikit. Pengecer yang sudah membeli susu sapi dari peternak biasanya hanya melakukan satu dari dua kemungkinan tindakan terhadap susu sapi. Tindakan pertama yang mungkin mereka lakukan adalah mencampurkan seluruh susu sapi yang mereka beli dari peternak untuk menghasilkan mutu susu sapi rata-rata. Tindakan kedua yang dapat dilakukan adalah memisahkan susu sapi yang bermutu tinggi dengan yang bermutu rendah. Kedua tindakan tersebut dilakukan untuk menentukan strategi penjualan mereka dalam menjual susu sapi kepada konsumen, termasuk strategi harga. Pengecer susu sapi biasanya melakukan kegiatan ini hanya sekali dalam sehari pada pagi hari. Oleh karena itu, pengecer dapat menimbulkan masalah bagi peternak. Selain omset mereka yang tidak
60
mampu menyerap produksi susu sapi dalam jumlah yang besar, kegiatan pengecer yang hanya dilakukan sekali dalam sehari juga membuat peternak harus melakukan suatu tindakan terhadap susu sapi yang mereka produksi pada sore hari. Hal ini disebabkan karena pengecer hanya membeli susu sapi dari peternak pada pagi hari saja. Ada peternak yang menjual susu kepada pengumpul susu sapi, tetapi ada pula peternak yang mengolah susu sapi sehingga dapat dijual pada pagi hari berikutnya. Jumlah susu sapi yang mampu diperjualbelikan oleh pengecer relatif kecil jika dibanding dengan jumlah susu sapi yang diperjualbelikan oleh pengumpulpengumpul susu sapi. Jika satu pengumpul susu sapi mampu memperjualbelikan ribuan liter susu sapi, pengecer tidak mampu memperjualbelikan lebih dari seratus liter susu sapi walaupun jika dilihat dari sisi harga, pengeceran susu sapi lebih terlihat mampu meningkatkan nilai susu sapi daripada pengumpul-pengumpul susu sapi yang selisih harga beli dan jualnya relatif lebih kecil. Pendapatan pengecer susu sapi diperoleh dari selisih harga beli yang diterapkan oleh pengecer dalam membeli susu sapi dari peternak dengan harga yang mereka terapkan dalam menjual susu sapi kepada konsumen. Pemilihan konsumen menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh pengecer susu sapi. Pemilihan konsumen dijadikan dasar pengecer dalam menentukan harga jual dan strategi penjualan yang mereka terapkan. Ada pengecer yang memilih wilayah tertentu karena ingin melakukan efisiensi biaya penjualan, ada pula pengecer yang menentukan wilayah dan sasarannya karena ingin mempermudah penjualan susu sapi yang mereka lakukan. Pengecer juga memilih wilayah
61
penjualan yang ditinggali oleh penduduk dengan penampilan tertentu untuk menentukan harga jual susu sapi. Berbeda dengan pengumpul susu sapi yang kerap kali mempunyai usaha sampingan yang berhubungan sangat erat dengan kegiatan pengumpulan susu mereka, usaha-usaha sampingan yang dilakukan oleh pengecer biasanya jauh dari kegiatan pengeceran susu sapi yang mereka lakukan. Namun, tidak menutup kemungkinan mereka mempunyai usaha yang juga berhubungan dengan pekerjaan mereka sebagai pengecer susu sapi. Usaha-usaha sampingan ini mereka lakukan juga untuk memperbesar pendapatan mereka. Ada pengecer yang memelihara sapi perah untuk menghasilkan susu sapi yang akhirnya dapat mereka jual. Ada pula pengecer yang mempunyai usaha peternakan sapi pedaging dan menjadi manteri sapi. Usaha-usaha sampingan ini banyak dilakukan pengecer susu sapi karena pengecer masih mempunyai waktu luang yang relatif lebih banyak dibanding pengumpul susu sapi walaupun mereka juga melaksanakan kegiatan-kegiatan pencatatan yang terkait dengan pekerjaan mereka sebagai pengecer seperti mencatat jumlah susu sapi dari peternak dan mengelola daftar hutang konsumen susu segar.
4.1.6. Standar Mutu Susu Sapi Susu Sapi di Kecamatan Getasan Standar mutu susu sapi digunakan sebagai acuan dalam menentukan seberapa tinggi mutu susu sapi. Standar mutu susu sapi diterapkan oleh seluruh pelaku pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Standar mutu yang diterapkan oleh satu pelaku dengan pelaku yang lain kebanyakan berbeda namun jika ditelaah
62
secara umum hampir sama. Berbeda ketika melihat besaran angka-angka dalam standar mutu tersebut namun indikator atau parameter yang dipakai sama antara satu standar mutu yang ditetapkan satu pihak dengan standar mutu yang ditetapkan pihak lain. Pihak pertama dan yang paling dibebani dengan adanya standar mutu adalah peternak sebagai produsen susu sapi. Peternak dituntut untuk menghasilkan susu sapi yang memenuhi standar mutu yang diterapkan oleh pembeli, baik pengumpul maupun pengecer susu sapi. Indikator-indikator yang ada dalam standar mutu susu sapi yang diterapkan dikalangan peternak antara lain berat jenis (BJ), kadar lemak dan protein, kadar air, warna, suhu, aroma, rasa dan kebersihan susu sapi. Besaran angka yang diterapkan antara satu pembeli dengan pembeli yang lain berbeda. Tidak hanya antara pengecer dan pengumpul susu sapi saja yang berbeda dalam menerapkan standar mutu susu sapi, tetapi antar sesama pengecer atau sesama pengumpul susu sapi di Kecamatn Getasan juga mempunyai standar yang berbeda-beda. Rata-rata, peternak dituntut oleh pengecer ataupun pengumpul susu sapi untuk dapat menghasilkan susu yang mempunyai berat jenis minimal 22‟, kadar lemak dan protein yang cukup, mempunyai suhu minimal 30‟ untuk pagi hari dan 29‟ untuk sore hari serta kadar air minimal adalah 20%. Selain standar mutu yang diukur dengan peralatan tersebut, ada pula standar mutu yang diukur dengan panca indera saja seperti kebersihan, aroma, rasa, warna dan umur susu sapi. Semua standar tersebut adalah dasar laku tidaknya susu sapi yang diproduksi oleh peternak.
63
Penulis mengumpulkan data terkait dengan penerapan standar mutu susu sapi oleh dua pengumpul susu sapi. Data ini berisi tentang jumlah susu sapi yang diterima dan ditolak oleh pengumpul susu sapi. Penerimaan dan penolakan susu sapi ini ditentukan dengan melihat hasil pengujian mutu yang didasarkan pada standar mutu susu sapi yang ditetapkan masing-masing pengumpul susu sapi. Tabel 4.4 Perolehan Susu Sapi Pengumpul Susu Sapi Sari Asih Amanullah Periode 1-10 Febuari 2012 *) No
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Feb 2012 2 Feb 2012 3 Feb 2012 4 Feb 2012 5 Feb 2012 6 Feb 2012 7 Feb 2012 8 Feb 2012 9 Feb 2012 10 Feb 2012 JUMLAH
Sumber :
Jumlah Susu Sapi yang Diterima 2.654 ltr 2.764 ltr 2.855 ltr 2.823 ltr 2.761 ltr 2.803 ltr 2.439 ltr 2.766 ltr 2.785 ltr 2.776 ltr 27.426 ltr
Jumlah Susu Sapi Ditolak Karena Tidak Lolos Uji Manual (Rasa, Aroma, Warna, Kebersihan) 17 ltr 26 ltr 24 ltr 32 ltr 21 ltr 29 ltr 21 ltr 0 ltr 16 ltr 19 ltr 205 ltr
Jumlah Susu Sapi Ditolak Karena Tidak Lolos Uji Peralatan (Lemak, Air, Berat jenis, Suhu) 46 ltr 71 ltr 63 ltr 43 ltr 52 ltr 12 ltr 24 ltr 29 ltr 19 ltr 21 ltr 380 ltr
Jumlah Susu Sapi yang Ditolak 63 ltr 97 ltr 87 ltr 75 ltr 73 ltr 41 ltr 45 ltr 29 ltr 35 ltr 40 ltr 585 ltr
Data Primer Penelitian
Penulis juga melakukan pencarian data terhadap pengumpul susu sapi milik Bapak Gunanto Guno dengan hasil sebagai berikut : Tabel 4.5 Perolehan Susu Sapi Pengumpul Susu Sapi Bapak Gunanto Guno Periode 1-10 Febuari 2012 *) No
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Feb 2012 2 Feb 2012 3 Feb 2012 4 Feb 2012 5 Feb 2012 6 Feb 2012 7 Feb 2012 8 Feb 2012 9 Feb 2012 10 Feb 2012 JUMLAH
Sumber :
Jumlah Susu Sapi yang Diterima 1.634 ltr 1.717 ltr 1.723 ltr 1.729 ltr 1.681 ltr 1.663 ltr 1.679 ltr 1.703 ltr 1.739 ltr 1.724 ltr 16.992 ltr
Jumlah Susu Sapi Ditolak Karena Tidak Lolos Uji Manual (Rasa, Aroma, Warna, Kebersihan) 12 ltr 21 ltr 0 ltr 0 ltr 15 ltr 24 ltr 9 ltr 21 ltr 27 ltr 0 ltr 129 ltr
Data Primer Penelitian
64
Jumlah Susu Sapi Ditolak Karena Tidak Lolos Uji Peralatan (Lemak, Air, Berat jenis, Suhu) 20 ltr 25 ltr 15 ltr 16 ltr 41 ltr 35 ltr 21 ltr 19 ltr 11 ltr 0 ltr 203 ltr
Jumlah Susu Sapi yang Ditolak 32 ltr 46 ltr 15 ltr 16 ltr 56 ltr 59 ltr 30 ltr 40 ltr 38 ltr 0 ltr 332 ltr
Berdasarkan Tabel 4.4 dan Tabel 4.5 tersebut, dapat diketahui jumlah susu sapi yang dibeli atau diterima dan ditolak oleh pengumpul susu sapi Sari Asih Amanullah dan pengumpul susu sapi milik Bapak Gunanto Guno. Susu sapi yang ditolak disebabkan karena tidak dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan, baik yang diuji secara manual maupun yang diuji dengan menggunakan peralatan. Standar mutu susu sapi yang diterapkan pengumpul mempunyai kompleksitas yang lebih tinggi dari pada standar mutu yang diterapkan oleh pengecer susu sapi. Berdasarkan hasil wawancara, standar mutu yang diterapkan oleh pengumpul didasarkan pada standar mutu yang diterapkan oleh pembeli susu sapi yang telah mereka kumpulkan seperti standar mutu susu dari perusahaan pengolah susu sapi dan pengumpul susu sapi lain yang lebih besar. Standar mutu susu sapi pengecer biasanya diterapkan berdasarkan atas strategi dari pengecer itu sendiri dan dari permintaan konsumen susu segar. Jika pengumpul susu sapi dalam membeli susu sapi dari peternak menggunakan banyak indikator seperti berat jenis minimal 22‟, kadar lemak dan protein yang cukup, mempunyai suhu minimal 30‟ untuk pagi hari dan 29‟ untuk sore hari serta kadar air minimal adalah 20% dan beberapa standar mutu yang diukur manual seperti kebersihan, aroma, warna dan rasa, maka pengecer kadang hanya menggunakan beberapa standar mutu yang sederhana saja seperti kadar air, aroma dan rasa. Namun, ada pula pengecer yang menggunakan standar mutu susu sapi yang tinggi dalam membeli susu dari peternak. Pengecer seperti ini merupakan pengecer yang sangat mengutamakan mutu produk yang mereka jual.
65
Penulis menemukan data perolehan susu sapi dari dua pengecer susu sapi yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengecer susu sapi menggunakan standar mutu susu sapi. Data tersebut diperoleh melalui pencatatan yang dilakukan oleh pengecer atas permohonan penulis. Berikut adalah data perolehan susu sapi oleh dua orang pengecer susu sapi di Kecamatan Getasan :
Tabel 4.6 Perolehan Susu Sapi Pengecer Susu Sapi Bapak Arista Wasidi Periode 1-10 Febuari 2012 *) No
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Feb 2012 2 Feb 2012 3 Feb 2012 4 Feb 2012 5 Feb 2012 6 Feb 2012 7 Feb 2012 8 Feb 2012 9 Feb 2012 10 Feb 2012 JUMLAH
Sumber :
Jumlah Susu Sapi yang Diterima 82 ltr 92 ltr 87 ltr 89 ltr 83 ltr 82 ltr 83 ltr 80 ltr 91 ltr 96 ltr 865 ltr
Jumlah Susu Sapi Ditolak Karena Tidak Lolos Uji Manual (Rasa, Aroma, Warna, Kebersihan) 4 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr 6 ltr 0 ltr 11 ltr 0 ltr 0 ltr 21 ltr
Jumlah Susu Sapi Ditolak Karena Tidak Lolos Uji Peralatan (Lemak, Air, Berat jenis, Suhu) 0 ltr 0 ltr 4 ltr 0 ltr 0 ltr 7 ltr 8 ltr 4 ltr 0 ltr 5 ltr 28 ltr
Jumlah Susu Sapi yang Ditolak 4 ltr 0 ltr 4 ltr 0 ltr 0 ltr 13 ltr 8 ltr 15 ltr 0 ltr 5 ltr 49 ltr
Data Primer Penelitian
Tabel 4.7 Perolehan Susu Sapi Pengecer Susu Sapi Bapak Kardi Periode 1-10 Febuari 2012 *) No
Tanggal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Feb 2012 2 Feb 2012 3 Feb 2012 4 Feb 2012 5 Feb 2012 6 Feb 2012 7 Feb 2012 8 Feb 2012 9 Feb 2012 10 Feb 2012 JUMLAH
Sumber :
Jumlah Susu Sapi yang Diterima 76 ltr 79 ltr 82 ltr 83 ltr 80 ltr 82 ltr 92 ltr 78 ltr 87 ltr 81 ltr 820 ltr
Jumlah Susu Sapi Ditolak Karena Tidak Lolos Uji Manual (Rasa, Aroma, Warna, Kebersihan) 16 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr 0 ltr 9 ltr 0 ltr 0 ltr 25 ltr
Data Primer Penelitian
66
Jumlah Susu Sapi Ditolak Karena Tidak Lolos Uji Peralatan (Lemak, Air, Berat jenis, Suhu) 4 ltr 12 ltr 0 ltr 2 ltr 6 ltr 4 ltr 0 ltr 6 ltr 4 ltr 9 ltr 47 ltr
Jumlah Susu Sapi yang Ditolak 20 ltr 12 ltr 0 ltr 2 ltr 6 ltr 4 ltr 0 ltr 15 ltr 4 ltr 9 ltr 72 ltr
Berdasarkan Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 tersebut, dapat diketahui jumlah susu sapi yang dibeli atau diterima dan ditolak oleh pengecer susu sapi Bapak Arista Wasidi dan Bapak Kardi. Susu sapi yang ditolak disebabkan karena tidak dapat memenuhi standar mutu yang ditetapkan, baik yang diuji secara manual maupun yang diuji dengan menggunakan peralatan. Standar mutu juga diterapkan oleh perusahaan-perusahaan pengolah susu sapi dalam membeli susu sapi dari pengumpul-pengumpul susu sapi. Standar mutu susu sapi yang diterapkan oleh perusahaan pengolah susu sapi didasarkan pada kebutuhan susu yang mempunyai mutu tertentu untuk dapat digunakan dalam proses produksi mereka. Mutu susu sapi pada level tertentu sangat penting untuk dapat diraih oleh perusahaan supaya proses produksi mereka sesuai dengan rancangan bahan dan produk sehingga biaya dan hasil yang telah direncanakan dapat diperoleh. Standar mutu susu sapi yang diterapkan oleh perusahaan umumnya relatif lebih rendah dibanding dengan standar yang diterapkan pengumpul susu sapi yang menjadi rekan usaha mereka.
4.1.7. Harga Susu Sapi di Kecamatan Getasan Harga menjadi salah satu faktor yang dominan dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Harga merupakan satu-satunya faktor yang akan menentukan pendapatan masing-masing pelaku usaha pada pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Harga susu sapi pada masing-masing level berbeda. Susu sapi akan mencapai harga tertinggi pada level pembelian yang dilakukan oleh konsumen produk susu sapi. Harga susu sapi akan terus turun sampai pada level
67
terendah pada level peternak sapi yang merupakan produsen susu sapi saat mereka menjual susu sapinya baik kepada pengumpul maupun pengecer susu sapi. Hal ini terjadi pada pola saluran pemasaran yang melibatkan peternak, pengumpul susu sapi baik besar maupun kecil dan perusahaan pengolah susu sapi sampai konsumen. Hal serupa juga terjadi pada pola saluran yang melibatkan pengecer susu sapi. Harga tertinggi akan terjadi ketika pengecer menjual susu sapi kepada konsumen akhir dan akan harga terendah terjadi ketika pengecer membeli susu sapi dari peternak. Harga yang terbentuk pada masing-masing pola saluran pemasaran berbeda-beda walaupun pada level yang sama. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan penulis, harga yang diterapkan pengecer dalam membeli susu sapi dari peternak sapi perah relatif lebih tinggi dibandingkan dengan harga yang diterapkan oleh pengumpul susu sapi dalam membeli susu sapi dari peternak. Harga yang dipatok oleh pengecer dalam membeli susu sapi dari peternak berkisar antara Rp 2.800 sampai dengan Rp 3.100 per liter susu sapi. Harga ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga yang diterapkan pengumpul susu sapi dalam membeli susu sapi dari peternak yang berkisar antara Rp 2.600 sampai dengan Rp 3.000 per liter susu sapi. Harga jual akhir susu sapi juga berbeda. Pengecer mampu menjual susu sapi kepada konsumen susu segar hingga harga Rp 5.500 per liter, namun perusahaan pengolah susu sapi hanya berani membeli susu sapi dari pengumpul susu sapi pada harga tertinggi Rp 3.900 per liter. Tentunya perbedaan harga ini membuat nilai tambah susu sapi pada masing-masing pola saluran pemasaran juga
68
berbeda. Hal ini akan menyebabkan jumlah pendapatan yang berbeda pula yang akan diperoleh masing-masing saluran pemasaran. Perbedaan harga tidak hanya ditemukan pada perbandingan masingmasing pola saluran pemasaran susu sapi, namun juga terjadi pada satu saluran pemasaran. Sesama pengumpul susu sapi yang membeli susu sapi dari peternak juga memperlihatkan adanya perbedaan harga. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, terbukti bahwa ada dua pengumpul susu sapi yang berasal dari desa yang sama dan sama-sama membeli susu dari peternak menerapkan harga yang berbeda. Satu pengumpul menerapkan harga yang berkisar antara Rp 2.700 sampai Rp 2.800 sedangkan pengumpul yang lain menerapkan harga yang berkisar antara Rp 2.600 sampai Rp 2.850. Tidak hanya pada level peternak saja harga berbeda, namun pada level pengumpul dan sesama perusahaan pengolah susu sapi juga terjadi perbedaan harga. Perbedaan harga ini terlihat dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis. Harga pada level pengumpul bisa saja setara dengan harga pada level perusahaan pengolah susu sapi pada pola saluran pemasaran susu sapi yang berbeda. Perbedaan harga juga tetap terjadi pada susu sapi yang mempunyai mutu yang sama, hanya saja hal perbedaan ini terjadi ketika memperhatikan pola saluran pemasaran yang berbeda. Ada pola saluran pemasaran yang mempunyai selisih harga tertinggi-terendah yang besar, tetapi ada juga yang mempunyai selisih harga tertinggi-terendah yang relatif kecil.
69
4.2. Pembahasan Pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan terkait dengan beberapa hal antara lain pengumpul, pengecer, standar mutu dan harga susu sapi. Hal-hal tersebut mempunyai peranan yang berbeda-beda dalam pemasaran susu sapi. Pengumpul dan pengecer merupakan saluran pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Sementara itu standar mutu dan harga susu sapi merupakan dua hal yang senantiasa menyertai perpindahan kepemilikan susu sapi dari satu pihak ke pihak lain. Penulis menemukan banyak informasi dari wawancara dan observasi yang telah dilakukan, untuk itu penulis akan membahas berbagai temuan untuk menjawab pertanyaan masalah dalam penelitian ini.
4.2.1. Peternakan Sapi Perah di Kecamatan Getasan Peternakan sapi di Kecamatan Getasan dapat digolongkan menjadi peternakan sapi konvensional karena peternak masih menggunakan cara-cara yang sederhana dalam mengelola ternaknya. Manajemen peternakan meliputi beberapa hal, diantaranya adalah pemberian pakan, pengelolaan perkawinan, perkandangan dan pemeliharaan kesehatan ternak. Pemberian pakan belum menggunakan peralatan mesin seperti yang dilakukan di peternakan-peternakan sapi yang sudah modern. Peternak masih mengandalkan tenaga manusia dalam mencari, mempersiapkan dan memberikan pakan sapi untuk sapi-sapi yang mereka pelihara. Jumlah penduduk yang memelihara sapi perah di Kecamatan Getasan mencapai 7.145 dengan jumlah sapi perah mencapai 20.423 ekor dan sapi
70
pedaging 855 ekor. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa setiap peternak rata-rata mempunyai dua sampai tiga ekor sapi. Peternakan sapi di Kecamatan Getasan masih didominasi oleh peternakan sapi perah. Hal ini membuat Kecamatan Getasan menjadi salah satu wilayah yang produksi susu sapinya melimpah. Jumlah sapi dan peternak tersebut tidak serta merta menunjukkan bahwa kepemilikan sapi penduduk merata. Banyak penduduk yang memelihara sapi yang bukan milik mereka. Peternak memelihara sapi milik orang lain dengan sistem bagi hasil atau yang di kenal penduduk sekitar dengan sistem “gadoh.” Sistem ini akan membuat pemilik sapi tetap menerima laba dari kepemilikannya atas sapi yang berasal dari penjualan sapi atau penjualan anak sapi yang dilahirkan oleh induknya. Pembagian keuntungan dari pemeliharaan sapi dengan sistem ini dilakukan berdasarkan kesepakatan antar kedua pihak. Umumnya, jika sapi yang dipelihara peternak adalah sapi pedaging, 70% dari keuntungan penjualan sapi menjadi milik peternak yang memelihara dan sisanya menjadi hak pemilik. Sementara itu, jika sapi yang dipelihara peternak adalah sapi perah, maka peternak hanya akan menerima 60% dari penjualan sapi tersebut atau peranakannya. Perbedaan ini terjadi karena biaya pemberian pakan dan hasil dari sapi yang juga berbeda. Biaya pemberian pakan sapi pedaging relatif lebih tinggi dibanding sapi perah, ditambah lagi hasil pemerahan susu sapi menjadi milik peternak yang memelihara sapi sehingga peternak mempunyai pendapatan rutin per harinya yang tidak terjadi jika memelihara sapi pedaging. Penduduk yang tidak mempunyai modal untuk memelihara sapi tidak serta merta tidak dapat memelihara sapi perah. Banyak dari mereka yang memperoleh
71
modal untuk memelihara sapi dari lembaga-lembaga keuangan swasta dan nasional dalam bentuk pinjaman dengan bunga rendah. Pinjaman modal ini benarbenar khusus untuk digunakan sebagai modal dalam mengembangkan ternak sapi. Maka tidak jarang lagi bantuan seperti ini muncul dalam bentuk sapi secara langsung. Hal ini membuat jumlah peternak dan populasi ternak semakin tinggi. Sekilas memang jumlah tiga sampai empat ekor sapi yang dimiliki oleh peternak merupakan jumlah yang sedikit. Namun, jika melihat hampir semua penduduk Kecamatan Getasan mempunyai sapi, maka jumlah tersebut merupakan jumlah yang besar. Jumlah sapi yang besar ini membuat produksi susu sapi juga besar. Pakan utama bagi sapi adalah rumput gajah. Rumput yang diberikan untuk sapi diambil dari lahan yang dimiliki oleh peternak dengan alat sederhana seperti sabit. Apabila persediaan rumput yang dimiliki oleh peternak telah habis, peternak harus membeli rumput gajah dari orang lain atau mengalihkan pakan menjadi rumput liar, alang-alang atau “damen.” Rumput gajah dipilih sebagai pakan utama bagi sapi karena rumput gajah memiliki kandungan zat yang dapat meningkatkan produktifitas susu sapi. Selain rumput gajah sebagai pakan ternak yang utama, peternak juga memberikan pakan tambahan bagi sapi perah yang mereka pelihara. Pakan tambahan diberikan dengan dua cara, ada pakan ternak yang diberikan begitu saja untuk sapi dan ada pula pakan ternak yang diberikan untuk sapi bersamaan dengan pemberian minum untuk sapi. Pakan sapi yang biasanya diberikan langsung untuk sapi antara lain ketela pohon, konsentrat dan bekatul. Adapun pakan ternak yang pemberiannya biasa dicampur dengan air sekaligus dalam
72
pemberian minum antara lain growol, ampas tahu, mineral, kulit kopi dan kulit kedelai. Bekatul dan konsentrat juga dapat dicampurkan dengan air. Cara pemberian pakan tambahan ini tergantung pada tujuan dan strategi yang ditetapkan oleh peternak. Komposisi pemberian pakan juga dibedakan berdasarkan tujuan pemberian pakan. Pemberian pakan untuk sapi perah dan pedaging berbeda. Sapi perah cenderung lebih banyak diberikan bekatul dan konsentrat karena peternak menghendaki produksi susu sapi yang lebih banyak. Sementara itu, sapi pedaging lebih banyak diberikan pakan growol dan ampas tahu supaya berat badan sapi cepat naik. Pemberian pakan rumput umumnya diberikan tiga kali dalam sehari yaitu pada pagi setelah pemerahan, siang hari dan sore hari setelah pemerahan. Berbeda dengan pemberian pakan rumput yang dilakukan tiga kali dalam sehari, pemberian pakan tambahan hanya dilakukan satu sampai dua kali dalam sehari. Peternak yang memberikan pakan satu kali sehari umumnya diberikan pada siang hari, sementara peternak yang memberikan pakan tambahan sebanyak dua kali sehari melakukan pemberian pakan tambahan pada pagi dan sore hari sebelum melaksanakan pemerahan susu sapi. Pakan tambahan ini dibeli oleh peternak dari pengumpul-pengumpul susu sapi, koperasi tani dan kelompok-kelompok tani yang ada. Namun, tidak jarang ada juga peternak yang membeli pakan ternak dari agen pakan ternak dalam partai besar untuk mendapat harga yang lebih rendah. Persoalan harga menjadi pertimbangan bagi peternak dalam memberikan pakan sapi dengan jenis dan mutu tertentu supaya hasil yang mereka harapkan dapat tercapai. Pemberian pakan untuk sapi khususnya sapi perah ini jelas berhubungan dengan tujuan memelihara sapi perah yang terkait
73
dengan produksi susu sapi. Peternak ingin memproduksi susu sapi yang mutunya memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh pembeli susu sapi dengan tetap memperhatikan harga pakan dan harga susu sapi. Hal ini penting supaya mereka tidak mengalami kerugian dalam usahanya memelihara sapi perah. Besarnya keuntungan atau kerugian yang ditanggung oleh peternak ditentukan oleh produk yang dihasilkan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Produk yang dihasilkan oleh peternakan tergantung pada jenis ternak yang dikembangkan, baik peternakan sapi perah maupun sapi pedaging. Sementara itu, biaya yang harus dikeluarkan dalam peternakan antara lain biaya perkandangan, pemeliharaan kesehatan, peralatan peternakan serta biaya pakan yang merupakan biaya yang terbesar. Semua biaya itu harus dikeluarkan oleh peternak dalam upayanya memelihara sapi. Biaya perkandangan mencakup biaya pembangunan kandang dan perawatannya. Biaya ini biasanya berjumlah relatif cukup besar dan dikeluarkan pada awal pemeliharaan sapi. Pemeliharaan kandang dilakukan oleh peternak di Kecamatan Getasan hanya pada saat terjadi kerusakan kandang. Jadi, tidak ada biaya yang secara rutin harus dikeluarkan dalam rangka pemeliharaan kandang. Biaya perkandangan jika dilihat nilainya terasa besar, namun jika melihat usia kandang yang dapat mencapai puluhan tahun, maka biaya ini terasa tidak terlalu berat bagi peternak. “Manajemen mencakup pengelolaan perkawinan, pemberian pakan, perkandangan, dan kesehatan ternak.”52
52
Achmad Suryana, op. cit., hal. 28.
74
Setiap kandang harus disertai dengan peralatan yang digunakan dalam menjalankan usaha peternakan. Peralatan ini tidak semuanya harus dibeli oleh peternak, ada beberapa peralatan yang dibuat sendiri oleh peternak demi menghemat biaya. Peralatan yang dibutuhkan dalam peternakan sapi antara lain sabit dan caping untuk mencari rumput, sekop, garbu dan sorok untuk membersihkan kandang, ember dan bak air untuk memberikan minum dan makanan tambahan bagi sapi serta beberapa alat yang digunakan untuk membersihkan sapi seperti sikat bulu dan bambu apus. Peralatan kebersihan kandang merupakan peralatan yang sangat penting bagi kesehatan sapi karena kebersihan kandang merupakan salah satu faktor yang menentukan kesehahtan sapi. Peternak di Kecamatan Getasan belum banyak menggunakan peralatan canggih seperti mesin pemerah susu sapi dan penghalus makanan sapi. Oleh karena itu, biaya untuk penyediaan peralatan relatif cukup kecil dan tidak dikeluarkan secara rutin. Biaya yang paling diperhitungkan oleh peternak dalam peternakan sapi adalah biaya pakan. Biaya pakan menjadi satu perhatian penting bagi peternak karena biaya pakan harus dikeluarkan secara rutin supaya tujuan peternakan dapat tercapai. Peternak sapi perah harus memberikan pakan yang mempunyai mutu tertentu supaya sapi perah mereka dapat menghasilkan susu sapi dengan jumlah dan mutu tertentu. Begitu juga dengan peternak sapi pedaging yang harus memberikan sapi mereka dengan pakan tertentu supaya dapat mencapai berat badan sapi yang dikehendaki pada usia tertentu. Biaya pakan yang ditanggung peternak sapi perah di Kecamatan Getasan saat ini dapat dikatakan memberatkan
75
peternak. Peternak dihadapkan pada tuntutan untuk menghasilkan susu sapi yang bermutu tinggi, untuk itu dibutuhkan pakan sapi yang bermutu juga supaya jumlah dan mutu susu sapi dapat dicapai. Pakan sapi yang lebih tinggi mutunya juga lebih tinggi harganya. Saat ini, konsentrat yang baik mencapai harga Rp 2.100 per kilogram dan bekatul yang kandungan menirnya tinggi mencapai harga Rp 2.700 per kilogramnya. Belum lagi harga growol yang makin lama makin tinggi yang membuat peternak beralih pada ampas tahu. Ampas tahu yang jumlahnya terbatas juga semakin tinggi harganya karena produsen tahu mengetahui bahwa limbahnya tersebut mempunyai kegunaan yang bernilai rupiah tinggi. Sementara itu, harga susu sapi pada level peternak dinilai terlalu rendah karena tidak dapat digunakan untuk menutup biaya pakan yang besar sehingga keuntungan peternak menjadi sangat minim, bahkan tidak jarang peternak harus mengalami kerugian. Biaya kesehatan dan pembibitan sapi perah juga harus ditanggung para peternak walaupun biaya-biaya ini tidak dikeluarkan secara rutin. Biaya kesehatan dikeluarkan oleh peternak jika sapi perah yang mereka pelihara sakit. Biaya kesehatan juga kadang harus dikeluarkan saat sapi beranak dan mengalami masalah seperti tertinggalnya ari-ari di dalam induk atau kondisi induk sapi yang menurun pasca beranak. Kesehatan sapi dipercayakan peternak kepada dokter hewan dan manteri-manteri sapi yang ada di wilayah sekitar. Manteri dan dokter hewan ini tidak hanya dibutuhkan peternak saat sapi mereka sakit. Mantri dan dokter hewan dibutuhkan oleh peternak saat sapi yang mereka pelihara birahi dan membutuhkan inseminasi buatan. Biaya untuk sekali inseminasi buatan ini berkisar antara Rp 30.000 untuk bibit lokal sampai Rp 45.000 untuk bibit impor.
76
Pembibitan sapi terjadi sekitar satu setengah tahun sekali untuk satu sapi. Tidak semua pembibitan langsung berhasil. Ada risiko kegagalan dalam pembibitan yang disebabkan oleh faktor-faktor dari sapi dan bibitnya. Oleh karena itu, kadang biaya pembibitan ini menjadi biaya yang cukup besar bagi peternak sapi perah jika pembibitan mengalami beberapa kali kegagalan dalam satu periode kawin. Semua biaya yang dikeluarkan oleh peternak senantiasa diperhitungkan oleh peternak di Kecamatan Getasan walaupun perhitungannya dilakukan secara sederhana. Semua biaya ini akan dibandingkan dengan hasil dari peternakan mereka. Peternakan sapi perah mempunyai produk utama susu sapi. Susu sapi inilah yang menjadi sumber pendapatan bagi peternak. Pendapatan akan diperoleh setelah peternak memanen susu sapi dengan cara pemerahan. “Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara yang benar, yang kandungan alaminya tidak ditambah atau dikurangi sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun.”53 “...Manajemen juga mencakup penanganan hasil ternak, pemasaran...”54 Tindakan pasca panen merupakan faktor penentu seberapa besar pendapatan yang akan diterima oleh peternak. Peternak di Kecamatan Getasan lebih banyak menjual susu sapi yang mereka produksi dalam keadaan panas. Artinya, mereka menjual susu sapi yang mereka produksi secara langsung kepada pengumpul atau pengecer tanpa mengolah susu sapi menjadi produk lain. Namun, ada beberapa tindakan yang dilakukan yang sering kali dilakukan oleh peternak di
53 54
Indonesia, Standar Nasional Indonesia No. 01-3141-1998 Tentang Susu Segar, op. cit. Achmad Suryana, op. cit., hal. 28.
77
Kecamatan Getasan terhadap susu sapi yang mereka produksi. Ada peternak yang menambahkan air dalam susu sapi yang mengakibatkan kadar air dalam susu sapi tersebut bertambah. Hal ini membuat mutu susu sapi menurun. Tindakan lain yang dilakukan oleh peternak adalah merebus susu karena susu sapi tidak dapat langsung dijual. Hal ini sering terjadi pada peternak yang menjual susu sapi kepada pengecer. Pengecer hanya membeli susu sapi dari peternak pada pagi hari, padahal peternak memerah susu sapi pada sore hari juga. Akhirnya, peternak merebus susu sapi supaya susu sapi dapat bertahan sampai esok harinya untuk dijual kepada pengecer. Namun, masih banyak juga peternak yang tidak melakukan tindakan apapun terhadap susu sapi yang mereka produksi. Mereka langsung menjual susu sapi dalam keadaan murni. Penanganan dan tindakan pasca panen susu sapi akan turut menetukan pendapatan yang diperoleh peternak. Hal ini terjadi karena tindakan pasca panen akan menentukan mutu susu sapi yang nantinya akan digunakan sebagai salah satu dasar penetapan harga susu sapi yang akan menentukan besaran pendapatan peternak. Selain tindakan pasca panen yang akan menentukan mutu susu sapi, hal lain yang akan menentukan mutu susu sapi adalah mutu sapi perah. Satu sapi perah dengan sapi perah yang lain akan menghasilkan susu sapi yang relatif berbeda baik dilihat dari segi jumlah maupun mutu. Jenis sapi yang dijadikan sebagai sapi perah akan menentukan seberapa tinggi mutu susunya. “Hasil survei menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.”55
55
M. Wahiddudin, op. cit.
78
Sapi perah yang banyak dipelihara oleh peternak di Kecamatan Getasan adalah sapi yang gen aslinya berasal dari Australia, Belanda dan Kanada. Sapisapi seperti ini mampu menghasilkan susu sapi mulai dari enam sampai dua puluh liter per harinya. Usia dari sapi juga menentukan banyak produksi susu sapi. Sapi perah akan mulai produktif setelah mereka beranak pertama kali pada usia dua sampai tiga tahun dan akan terus produktif sampai usia empat belas sampai enam belas tahun. Usia sapi perah yang tergolong paling produktif berkisar antara lima sampai sebelas tahun. Mutu susu sapi menjadi salah satu faktor paling menentukan dalam kesuksesan seorang peternak. Mutu dapat didefinisikan sebagai : “derajat/tingkat kerakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi persyaratan atau keinginan”56 Oleh karena itu mutu susu sapi yang dihasilkan oleh sapi perah harus mendapat perhatian penting dari peternak. Perhatian tersebut diwujudkan dalam beberapa hal seperti pemilihan induk sapi perah, pemberian pakan, manajemen pemeliharaan, pembiayaan peternakan dan penanganan susu sapi pasca panen. Semua hal ini harus dilakukan secara efektif dan efisien supaya mutu susu sapi yang diharapkan dapat tercapai yang akan membuat susu sapi tersebut mendapat harga yang sesuai pula saat dijual. Hasil penjualan susu sapi inilah yang nantinya akan menjadi sumber pendapatan bagi peternak sapi perah. “Harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan satu satuan barang atau jasa dengan pengorbanan tertentu.”57
56 57
Rudi Suardi, op. cit., hal. 3. Basu Swasta dan Handoko, op. cit., hal. 211.
79
Berkaitan erat dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan, peternak mempunyai beberapa usaha. Selain dengan melakukan efisiensi biaya pemeliharaan, peternak juga mengupayakan untuk memperoleh laba maksimal melalui pemilihan pembeli susu sapi. Peternak sapi perah cenderung menjual susu sapi yang mereka produksi kepada pembeli baik pengecer maupun pengumpul susu sapi yang menerapkan harga beli lebih tinggi. Hal ini dilakukan peternak dalam upayanya memperoleh laba yang lebih besar. Peternak menghendaki adanya keuntungan yang lebih besar dalam usahanya. Banyak peternak yang berpindah menjual susu sapi dari satu pengumpul ke pengumpul yang lain karena perbedaan harga. Namun, tidak semua peternak dengan mudah berpindah dari satu pembeli ke pembeli yang lain, ada beberapa alasan yang diutarakan oleh peternak berhubungan dengan tidak mudahnya mereka berpindah pembeli. Ada peternak yang mengaku tidak berpindah ke pembeli susu sapi yang lain karena mereka mempunyai hubungan keluarga dengan si pembeli susu sapi walaupun harga dari pembeli lain tersebut lebih tinggi. Ada pula peternak yang menolak berpindah karena merasa bahwa pembeli susu sapi mereka telah berjasa membantu mereka dalam menjalankan usaha peternakan sapinya. Tidak sedikit pula yang terpaksa tidak berpindah pembeli karena masih terlilit hutang dengan pembeli susu sapi. Namun, pada dasarnya semua peternak menginginkan untuk menjual susu sapi yang mereka produksi kepada pembeli yang menerapkan harga beli lebih tinggi, hanya saja ada beberapa alasan yang membuat mereka mengurungkan niatnya seperti hubungan keluarga, sosial dan ikatan hutang.
80
4.2.2. Peran Pengumpul dalam Pemasaran Susu Sapi di Kecamatan Getasan Pengumpul susu sapi merupakan salah satu saluran pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. berdasarkan hasil penelitian, saat ini ada sekitar empat puluh pengumpul susu sapi, baik dalam skala besar maupun kecil. “Saluran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan yang terdiri atas agen, dealer, pedagang besar dan pengecer, melalui mana sebuah komoditi, produk atau jasa dipasarkan.”58 Pengumpul susu sapi di Kecamatan Getasan merupakan saluran pemasaran yang memperjualbelikan susu sapi. Ada pengumpul susu sapi yang membeli susu sapi dari peternak sebagai produsen susu sapi dan ada juga pengumpul susu sapi yang membeli susu sapi dari pengumpul susu sapi yang lain. Pengumpul susu sapi menjual susu sapi kepada beberapa pihak. Ada yang menjual kepada pengumpul susu sapi lain yang lebih besar dan ada juga yang menjual susu sapi kepada perusahaan yang menggunakan susu sapi dalam produksinya. Pengumpul dapat juga diartikan sebagai agen. “Agen adalah lembaga yang membeli atau menjual barang-barang kepada pihak lain.”59 Daya serap pengumpul susu sapi dalam menyerap susu sapi produksi peternak Kecamatan Getasan mencapai lebih dari 97%. Hal ini menunjukkan kontribusi yang diberikan oleh pengumpul-pengumpul susu sapi dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Pengumpul susu sapi mampu menyerap sebagian besar susu sapi yang membuat peternak menaruh ketergantungan yang besar pada keberadaan pengumpul susu sapi dalam memasarkan susu sapi produksinya. 58 59
Basu Swastha, op. cit., hal 4. Basu Swasta, ibid, hal. 27.
81
Pengumpul susu sapi melakukan banyak hal dalam aktivitas mereka sebagai salah satu saluran pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Berdasarkan temuan dilapangan, ada beberapa hal yang dikerjakan oleh pengumpul susu sapi. Selain memperjualbelikan susu sapi, pengumpul susu sapi juga melakukan aktivitas lain berkaitan dengan pekerjaan mereka sebagai pengumpul susu sapi. Pengumpul susu sapi melakukan pengujian mutu susu sapi yang akan mereka beli baik dari peternak maupun dari pengumpul susu sapi lainnya. Mereka juga melakukan kegiatan administrasi dan pencatatan terkait jual beli yang mereka lakukan. Kegiatan pengumpul susu sapi tidak hanya terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan jual beli susu sapi, tetapi pelayanan untuk peternak dan sesama pengumpul susu sapi juga mereka lakukan. Semua kegiatan ini mereka lakukan untuk menjaga eksistensi usaha mereka sebagai pengumpul susu sapi. Berkaitan dengan adanya pengumpul susu sapi beserta kegiatankegiatan yang mereka lakukan, pengumpul susu sapi mempunyai peranan dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Peranan yang mereka berikan dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan. Kegiatan utama yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi adalah membeli dan menjual susu sapi. Kegiatan jual beli ini dilakukan dengan peternak, sesama pengumpul yang lebih besar atau lebih kecil dan perusahaan pengolah susu sapi. Pembelian susu sapi dilakukan pengumpul dengan peternak atau pengumpul susu sapi yang lebih kecil. Sementara itu, penjualan susu sapi dapat dilakukan oleh pengumpul dengan pengumpul susu sapi yang lebih besar atau perusahaan
82
pengolah susu sapi. Kegiatan yang menyertai kegiatan jual beli ini salah satunya adalah kegiatan pengujian mutu susu sapi. Pengujian mutu susu sapi dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi mutu susu sapi yang diperjualbelikan. Pengujian mutu susu sapi dilakukan dengan beberapa cara. Secara garis besar, pengujian dilakukan dengan menggunakan panca indera untuk mengukur parameter mutu susu sapi seperti warna, rasa, aroma dan kebersihan. Sementara itu, pengujian terhadap parameter-parameter seperti kadar air, kadar lemak, berat jenis, suhu dan kandungan protein dilakukan dengan menggunakan alat pengukur seperti laktosgen dan beberapa alat lainnya. Pengujian mutu susu sapi didasarkan pada standar mutu susu sapi yang berlaku. Standar mutu yang berlaku berbeda antar satu pengumpul dengan pengumpul yang lain. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan strategi dan kebijakan yang diambil oleh masing-masing pengumpul susu sapi. Panjang pola saluran pemasaran juga mempengaruhi tinggi rendahnya standar mutu yang ditetapkan oleh pengumpul susu sapi. Standar mutu susu sapi yang terendah terletak pada saat pengumpul susu sapi menjual susu sapi kepada perusahaan pengolahan susu sapi. Hal ini terjadi karena perusahaan pengolah susu sapi membutuhkan susu sapi pada mutu tertentu untuk proses produksinya. Oleh karena itu, perusaan menuntut pengumpul yang menjual susu sapi kepada mereka untuk memperoleh susu sapi pada tingkatan mutu tersebut. Standar mutu yang diterapkan perusahaan pengolah susu sapi tersebut selanjutnya diikuti oleh pengumpul susu sapi pada tingkatan dibawahnya dan akan terus diikuti oleh pengumpul yang ada dibawahnya sampai pada lavel pengumpul yang membeli
83
susu sapi dari peternak. Standar mutu terendah terletak pada level perusahaan pengolah susu sapi, sementara yang tertinggi terletak pada level pengumpul susu sapi yang membeli susu sapi dari peternak. Hal ini terjadi karena setiap tingkatan pengumpul mengubah standar mutu susu dari standar mutu susu sapi yang dituntut oleh pembeli susu sapi yang mereka kumpulkan. Pengumpul susu sapi yang menjual susu sapi kepada perusahaan pengolah susu sapi menaikan standar yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menentukan susu sapi yang akan mereka beli dari pengumpul susu sapi yang lebih kecil. Hal seperti ini akan terus terjadi sampai pada level pengumpul susu sapi yang membeli susu sapi dari peternak. Pengumpul susu sapi menaikkan standar mutu susu sapi karena adanya risiko kerusakan susu sapi. Penetapan standar mutu susu sapi oleh pengumpul susu sapi ini menunjukkan adanya peranan pengumpul susu sapi dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Pengumpul susu sapi dalam membeli susu sapi dari peternak di Kecamatan Getasan harus memberikan kompensasi atas susu sapi dari peternak. Bentuk kompensasi yang dimaksud adalah uang. Kompensasi ini diberikan kepada peternak dalam uang melalui proses pembayaran atas susu sapi yang dibeli pengumpul susu sapi dari peternak sapi perah di Kecamatan Getasan. Pembayaran tidak hanya dilakukan oleh pengumpul kepada peternak saja, tetapi ada pula pengumpul yang melakukan pembayaran kepada pengumpul yang lebih kecil. Hal ini terjadi karena pengumpul yang melakukan pembayaran tersebut membeli susu sapi dari pengumpul susu sapi yang lebih kecil tersebut.
84
Pembayaran ini dilakukan melalui sistem pembayaran yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, penjual dan pembeli. Melalui deskripsi terhadap pembayaran atas pembelian susu sapi yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi ini, dapat diketahui bahwa pengumpul susu sapi berperan dalam menjalankan fungsi pembayaran saluran pemasaran. Melalui pembayaran yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi ini, pihak yang menjual susu sapi dapat memperoleh pendapatan. Sementara itu, penerapan standar mutu yang dinaikkan dari penetap standar mutu susu sapi yang dalam hal ini adalah perusahaan pengolah susu sapi, pengumpul susu sapi tampak menjalankan fungsi pemesanan saluran pemasaran. Pengumpul menerapkan standar mutu yang tidak lebih rendah dari standar mutu susu sapi yang diterapkan oleh perusahaan pengolah susu sapi supaya mereka mampu memenuhi tuntutan dari perusahaan pengolah susu sapi tersebut. Jika dilihat dari pola saluran pemasaran yang ada di Kecamatan Getasan, jelas tampak bahwa pengumpul susu sapi berperan dalam menyalurkan susu sapi dari peternak sebagai produsen kepada perusahaan pengolah susu sapi untuk selanjutnya diolah menjadi produk tertentu yang akan dipasarkan kepada konsumen. Jual beli yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi dengan peternak maupun antara pengumpul susu sapi dengan pengumpul susu sapi yang lebih besar membuat terjadinya perpindahan tangan. Setiap transaksi menyebabkan perpindahan kepemilikan. Pengumpul susu sapi juga mempunyai peranan dalam proses ini. Pengumpul susu sapi ikut menjalankan fungsi perpindahan kepemilikan karena mereka membeli susu sapi dari peternak dan pengumpul susu
85
sapi yang lebih kecil. Perpindahan kepemilikan ini juga menyebabkan hak dan tanggung jawab terhadap susu sapi yang diperdagangkan juga ikut berpindah. Pengumpul susu sapi sebagai salah satu pihak yang ada dalam pola saluran pemasaran juga mengalami hal tersebut. Ini membuktikan bahwa pengumpul susu sapi juga menjalankan fungsi pengambilan risiko dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Risiko-risiko yang dihadapi oleh pengumpul susu sapi baik yang membeli susu sapi dari peternak maupun pengumpul yang lebih kecil antara lain penurunan mutu susu dan kerusakan susu sapi. Risiko-risiko ini harus diatasi oleh pengumpul selama mereka memegang hak kepemilikan atas susu sapi yang selanjutnya akan mereka jual kembali. Beberapa peranan pengumpul susu sapi tersebut menunjukkan bahwa pengumpul susu sapi menjalankan fungsi suatu saluran pemasaran : “Fungsi saluran pemasaran diantaranya adalah fungsi informasi, fungsi promosi, fungsi negosiasi, fungsi pemesanan, fungsi pembiayaan, fungsi pengambilan risiko, fungsi kepemilikan fisik, fungsi pembayaran dan fungsi kepemilikan.”60
4.2.3. Peran Pengecer dalam Pemasaran Susu Sapi di Kecamatan Getasan Pengecer merupakan salah satu saluran pemasaran susu sapi yang ada di Kecamatan Getasan. Pengecer susu sapi membeli susu sapi langsung dari peternak dan menjualnya langsung kepada konsumen susu sapi. “Pengecer dapat didefinisikan sebagai seorang pedagang yang kegiatan pokoknya melakukan penjualan secara langsung kepada konsumen.”61
60 61
D. Saladin, op. cit., hal. 24. Basu Swasta, ibid, hal. 28.
86
Sebagian besar pengecer susu sapi dari Kecamatan Getasan menjual susu sapi di wilayah Kota Salatiga yang berdekatan dengan Kecamatan Getasan. Pengecer susu sapi mempunyai tujuan untuk memperoleh pendapatan dalam menjalankan usahanya. Sebagai salah satu saluran pemasaran yang ikut mengalirkan susu sapi dari peternak sebagai produsen kepada konsumen, pengecer susu sapi mempunyai peran dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Pengecer susu sapi melakukan beberapa kegiatan yang berkontribusi dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya pengujian mutu susu sapi, pembayaran atas susu sapi yang dibeli dari peternak, menjual susu sapi serta memberikan pelayanan kepada penduduk yang menjual susu sapi kepadanya dalam berbagai macam bentuk pelayanan. Kontribusi-kontribusi yang diberikan pengecer susu sapi ini menunjukkan adanya peranan mereka dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Peranan pengecer susu sapi ini dapat dilihat dari fungsi-fungsi yang mereka jalankan sebagai suatu saluran pemasaran : “Fungsi saluran pemasaran diantaranya adalah fungsi informasi, fungsi promosi, fungsi negosiasi, fungsi pemesanan, fungsi pembiayaan, fungsi pengambilan risiko, fungsi kepemilikan fisik, fungsi pembayaran dan fungsi kepemilikan.”62 Pengecer susu sapi hanya mampu menyerap kurang dari 3% susu sapi yang diproduksi oleh peternak di Kecamatan Getasan. Sedikitnya jumlah ini tidak mengurangi makna dari peran pengecer dalam pemasaran susu sapi hasil produksi
62
D. Saladin, op. cit., hal. 24.
87
peternak sapi perah Kecamatan Getasan. Walaupun pengecer hanya mampu memasarkan tidak lebih dari 3% susu sapi, namun mereka mampu meningkatkan nilai susu sapi. Meningkatnya nilai susu sapi ini dapat dilihat dari tingginya harga susu sapi eceran. Pengecer susu sapi mampu menjual susu sapi dengan harga yang tinggi. Hal ini membuat mereka memperoleh keuntungan yang lebih besar daripada pengumpul susu sapi untuk setiap liter susu. Selisih harga beli dengan harga jual yang dibentuk oleh pengecer susu sapi lebih tinggi daripada selisih harga yang dibentuk oleh pengumpul susu sapi. Hal ini membuktikan bahwa pengecer mampu memberikan kontribusi bagi pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Sebelum membeli susu sapi dari peternak, pengecer susu sapi juga melakukan pengujian mutu terhadap susu sapi yang akan mereka beli dari peternak sama seperti yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi. Perbedaan terletak pada standar mutu yang ditetapkan keduanya. Standar mutu susu sapi yang ditetapkan oleh pengecer susu sapi relatif lebih rendah dibanding dengan standar mutu yang ditetapkan oleh pengumpul susu sapi. Pengujian mutu oleh pengecer susu sapi hanya menitikberatkan pada hal-hal yang mudah untuk diuji saja. Pengujian dilakukan dengan mengukur parameter-perameter tertentu yang dirasa oleh pengecer mempengaruhi konsumen untuk membeli atau tidak membeli susu segar yang mereka akan jual. Standar mutu yang ditetapkan oleh pengecer susu sapi umumnya mencakup warna susu, aroma susu, rasa susu, kebersihan, kemurnian dan berat jenis susu sapi. Jumlah parameter ini relatif lebih sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah parameter yang digunakan oleh pengumpul
88
susu sapi dalam menguji mutu susu sapi. Perbedaan ini disebabkan karena pengecer tidak dituntut untuk menyediakan susu dengan mutu tertentu oleh pembeli yang dalam hal ini adalah konsumen susu segar. Konsumen susu segar hanya menuntut beberapa hal yang relatif sederhana kepada pengecer susu sapi. Kebanyakan dari mereka hanya menuntut untuk dapat memperoleh susu sapi yang bersih dan murni. Oleh karena itu pengecer susu sapi dapat lebih mudah menentukan standar mutu susu sapi dan pelaksanaan pengujian mutu susu sapi. Pengujian mutu susu sapi ini menunjukkan adanya beberapa maksud dari pengecer susu sapi. Pengecer susu sapi ingin mempermudah penjualan susu sapi dari peternak, dengan demikian kemungkinan susu sapi untuk dibuang semakin kecil. Jika hal tesebut dapat diwujudkan, maka peternak dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar karena risiko dari tidak lakunya susu sapi yang disebabkan oleh mutu susu sapi yang tidak mencapai standar mutu susu sapi yang diterapkan akan menjadi semakin kecil. Keuntungan juga dapat diperbesar oleh peternak yang menjual susu sapi kepada pengecer susu sapi karena pengecer susu sapi menerapkan harga beli yang relatif lebih tinggi dibanding harga yang diterapkan oleh pengumpul susu sapi. Kemampuan pengecer susu sapi untuk membeli susu sapi dari peternak dengan harga yang lebih tinggi juga tidak lepas dari tidak dituntutnya mereka dengan standar mutu susu sapi dari pembeli susu mereka. Harga yang ditetapkan oleh pengecer susu sapi dapat lebih tinggi dari harga yang diterapkan oleh pengumpul susu sapi karena pengecer dapat memperoleh selisih harga jual dengan harga beli yang lebih besar. Oleh karena itu, pengecer mempunyai kemampuan
89
yang lebih besar untuk meningkatkan harga susu sapi dibanding pengumpul susu sapi. Lebih tingginya harga yang diterapkan oleh pengecer dibanding pengumpul susu sapi juga menguntungkan peternak. Harga yang diterapkan oleh pengecer menjadi salah satu perhatian pengumpul susu sapi dalam menentukan harga. Pengecer susu sapi dianggap sebagai kompetitor atau pesaing dari pengumpul susu sapi dalam membeli susu sapi dari peternak. Oleh karena itu, pengumpul susu sapi juga memperhitungkan harga yang ditetapkan oleh pengecer susu sapi supaya mereka tetap dapat bersaing. Harga beli yang lebih tinggi dari pengecer dibanding dari pengumpul dapat membuat peternak yang mempunyai susu sapi yang bermutu tinggi berkeinginan menjual susu sapinya kepada pengecer. Hal ini akan membuat pengumpul juga akan memikirkan strategi supaya mereka tidak kalah bersaing dengan pengecer, salah satunya dengan startegi harga. Harga beli yang ditetapkan pengecer yang relatif lebih tinggi dibanding dengan pengumpul ini menjadi salah satu keunggulan pengecer susu sapi dilihat dari kacamata peternak. Namun, pengecer mempunyai kendala dalam hal kapasitas susu sapi yang diperdagangkan. Kapasitas susu sapi yang mampu diperjualbelikan oleh pengecer susu sapi jauh lebih kecil dibanding dengan kapasitas susu sapi yang diperjualbelikan oleh pengumpul susu sapi. Pengecer susu sapi tidak mampu menjual susu sapi secara eceran dalam jumlah yang besar. Jumlah susu sapi yang diperjualbelikan oleh pengecer dalam satu hari tidak lebih dari seratus lima puluh liter sehingga susu sapi produksi peternak Kecamatan Getasan hanya mampu diserap kurang dari 3% saja. Hal ini
90
disebabkan karena pengecer susu sapi di Kecamatan Getasan baru menggunakan sepeda motor dalam menjual susu sapi. Mereka juga baru berani menjual susu sapi ke wilayah-wilayah yang dekat dengan luas wilayah yang tidak luas pula. Ketidakberanian pengecer susu sapi dalam memperluas wilayah penjualan mereka disebabkan karena mereka tidak mempunyai sarana dan prasarana yang menunjang perluasan pasar tersebut. Tidak memilikinya peralatan pengelolaan susu sapi juga membuat pengecer tidak menaikkan jumlah susu sapi yang mereka perdagangkan karena mereka memandang risiko rusak susu sapi dan kerugian juga akan semakin besar apabila jumlah susu sapi yang besar tidak diimbangi dengan fasilitas pengelolaan susu sapi yang baik seperti mesin pendingin. Di samping itu, masih ada pula alasan-alasan lain seperti kesibukan diluar menjadi pengecer dan pekerjaan lain selepas menjual susu sapi. Hal inilah yang membuat kapasitas susu sapi yang mereka jual tidak besar. Ada beberapa hal lain yang diberikan pengecer susu sapi kepada peternak sapi perah. Pelayanan-pelayanan dalam berbagai bentuk juga merupakan kontribusi dari pengecer susu sapi bagi pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Pelayanan-pelayanan tersebut berbentuk penyediaan jasa simpan pinjam dan layanan-layanan khusus bagi masyarakat yang membutuhkan susu sapi dalam jumlah yang relatif besar walaupun tidak rutin. Pelayanan pesan antar juga diberikan oleh pengecer susu sapi kepada konsumen susu sapi. Uraian tersebut di atas menunjukkan bahwa pengecer susu sapi mempunyai beberapa peranan dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Pengecer susu sapi mempunyai kontribusi dalam meningkatkan pendapatan
91
peternak sapi perah melalui pembayaran atas susu sapi yang mereka beli dari peternak sapi perah. Peternak dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar apabila mereka menjual susu sapi yang mereka produksi kepada pengecer susu sapi dibanding dengan menjual kepada pengumpul susu sapi. Peternak sapi perah dapat menghemat biaya yang mereka keluarkan untuk memproduksi susu sapi yang bermutu tinggi karena pengecer menerapkan standar mutu susu sapi yang lebih rendah dibanding standar mutu yang diterapkan pengumpul susu sapi. Harga beli yang dipatok pengecer pun lebih tinggi. Peranan lain yang dimainkan oleh pengecer susu sapi adalah sebagai saluran pemasaran yang meningkatkan harga susu sapi terbesar. Ini berarti mereka mampu meningkatkan nilai tambah susu sapi. “Nilai tambah dalam artian produksi diartikan sebagai nilai yang muncul dari pengurangan nilai penjualan produk dikurangi dengan nilai masukan utama dan nilai barang tersebut ketika masih menjadi barang setengah jadi. Nilai tambah jika dikaji dari artian perdagangan dapat diartikan sebagai hasil pengurangan nilai penjualan dikurangi dengan nilai pembelian suatu barang.”63 Hal ini dapat dilihat dari selisih harga beli yang ditetapkan oleh pengecer dalam membeli susu dari peternak dengan harga jual yang ditetapkan dalam menjual susu sapi kepada konsumen susu segar. Selisih harga jual dan harga beli yang diperoleh oleh pengecer relatif lebih besar dibanding dengan selisih yang diperoleh pengumpul susu sapi dalam memperjualbelikan susu sapi. Perbedaan selisih harga jual dan beli ini disebabkan pula oleh perbedaan panjang saluran pemasaran. Saluran pemasaran pengecer susu sapi lebih pendek dibanding dengan 63
Rahayu, op. cit., hal. 27.
92
saluran pemasaran pengumpul susu sapi. Pengecer susu sapi menjadi satu-satunya saluran pemasaran susu sapi diantara peternak dengan konsumen. Sementara itu, saluran pemasaran yang melibatkan pengumpul susu sapi melibatkan tidak hanya satu pengumpul susu sapi, tetapi melibatkan beberapa pengumpul susu sapi sebelum masuk ke perusahaan pengolah susu sapi. Hal ini membuat pola saluran yang dibentuk oleh pengecer lebih pendek dibanding dengan pola yang dibentuk oleh para pengumpul susu sapi di Kecamatan Getasan.
4.2.4. Peran Standar Mutu dalam Pemasaran Susu Sapi di Kecamatan Getasan Standar mutu susu sapi merupakan patokan bagi para pelaku pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan dalam menentukan seberapa tinggi mutu susu sapi. Standar mutu susu sapi digunakan dalam jual beli susu sapi. Umumnya, standar mutu susu sapi digunakan saat satu pihak ingin mengukur mutu susu sapi yang akan mereka perjualbelikan. Standar mutu susu sapi ini digunakan oleh hampir seluruh pelaku pemasaran dalam menentukan mutu susu sapi sebagai suatu upaya untuk mengendalikan mutu susu sapi. “Kendali mutu adalah usaha untuk menjaga dan mengarahkan agar mutu produk dari suatu perusahaan dapat dipertahankan sebagaimana yang telah direncanakan.”64 Menentukan seberapa tinggi mutu susu sapi dapat diketahui melalui pengujian mutu susu sapi. Pengujian mutu susu sapi dilakukan dengan beberapa cara dan peralatan yang digunakan. Penentuan cara dan alat pengujian mutu susu 64
Rudi Suardi, op. cit., hal. 5.
93
sapi bergantung pada paramater mutu yang akan diuji. Pengujian mutu susu sapi dapat dilakukan dengan menggunakan panca indera. Parameter mutu susu sapi yang umumnya diuji dengan panca indera antara lain rasa susu sapi yang diuji dengan lidah, warna susu sapi yang diuji dengan mata, aroma susu sapi yang diuji dengan hidung dan kebersihan susu sapi yang diuji dengan mata. Sementara itu, parameter yang diuji dengan peralatan-peralatan tertentu adalah seperti uji kandungan lemak, uji kandungan protein, uji SNF, uji kadar air dan suhu susu sapi. Hasil pengujian mutu ini akan dibandingkan dengan standar mutu susu sapi yang diterapkan masing-masing penguji. Hasil pengujian tersebut akan menentukan susu sapi jadi dibeli oleh pengumpul atau tidak. Berdasarkan Tabel 4.4, dapat diketahui jumlah susu sapi yang tidak diterima oleh pengumpul susu sapi Sari Asih Amanullah. Melalui perhitungan sederhana, dapat diketahui bahwa pengumpul susu sapi Sari Asih Amanullah rata-rata menerima susu sapi sebanyak 2.742,6 liter susu sapi dan menolak sebanyak 58,5 liter atau 2,09% susu sapi dari total keseluruhan susu sapi yang yang dapat diperoleh yang rata-rata berjumlah 2.801,1 liter per harinya. Susu sapi yang ditolak terdiri dari susu sapi yang tidak lolos uji manual rata-rata sebanyak 20,5 liter atau 0,73% per hari dan susu sapi yang tidak lolos pengujian dengan alat sebanyak 38 liter atau 1,36% susu sapi per hari. Perhitungan juga dilakukan terhadap perolehan susu sapi di pengumpul susu sapi milik Bapak Gunanto Guno yang tampak pada Tabel 4.5. Melalui perhitungan sederhana, dapat diketahui bahwa pengumpul susu sapi milik Bapak
94
Gunanto Guno rata-rata menerima susu sapi sebanyak 1.699,2 liter susu sapi dan menolak sebanyak 33,2 liter atau 1,95% susu sapi dari total keseluruhan susu sapi yang yang dapat diperoleh yang rata-rata berjumlah 1.732,4 liter per harinya. Susu sapi yang ditolak terdiri dari susu sapi yang tidak lolos uji manual rata-rata sebanyak 12,9 liter atau 0,76% per hari dan susu sapi yang tidak lolos pengujian dengan alat sebanyak 20,3 liter atau 1,19% susu sapi per hari. Hal ini menunjukkan bahwa standar mutu susu sapi berperan dalam sebagai dasar penetapan laku tidaknya susu sapi di kalangan pengumpul susu sapi. Hal yang sama juga terjadi pada pengecer susu sapi. Pengecer susu sapi juga menggunakan standar mutu susu sapi untuk menetapkan laku tidaknya susu sapi dari peternak untuk dijual kepada mereka. Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa pengecer susu sapi milik Bapak Arista Wasidi rata-rata menerima susu sapi sebanyak 86,5 liter susu sapi dan menolak sebanyak 4,9 liter atau 5,36% susu sapi dari total keseluruhan susu sapi yang yang dapat diperoleh yang rata-rata berjumlah 91,4 liter per harinya. Susu sapi yang ditolak terdiri dari susu sapi yang tidak lolos uji manual rata-rata sebanyak 2,1 liter atau 2,3% per hari dan susu sapi yang tidak lolos pengujian dengan alat sebanyak 2,8 liter atau 3,06% susu sapi per hari. Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pengecer susu sapi milik Bapak Kardi rata-rata menerima susu sapi sebanyak 82 liter susu sapi dan menolak sebanyak 7,2 liter atau 8,07% susu sapi dari total keseluruhan susu sapi yang yang dapat diperoleh yang rata-rata berjumlah 89,2 liter per harinya. Susu sapi yang ditolak terdiri dari susu sapi yang tidak lolos uji manual rata-rata
95
sebanyak 2,5 liter atau 2,8% per hari dan susu sapi yang tidak lolos pengujian dengan alat sebanyak 4,7 liter atau 5,27% susu sapi per hari. Standar mutu susu sapi yang diterapkan satu saluran pemasaran dengan saluran pemasaran yang lain berbeda pada tingkat derajat dari paramaterparameter mutu susu sapi. Standar mutu yang ditetapkan oleh satu pengumpul susu sapi dengan pengumpul susu sapi lain berbeda. Perbedaan juga terjadi antara standar mutu yang diterapkan pengecer dengan pengumpul. Perbedaan ini terjadi karena beberapa sebab. Perbedaan standar antara ujung satu pola saluran pemasaran dengan pola saluran pemasaran yang lain juga akan membuat standar mutu susu sapi berbeda. Panjang pendeknya pola saluran pemasaran susu sapi juga membuat standar yang diterapkan satu pengumpul susu sapi dengan pengumpul susu sapi yang lain mempunyai standar mutu susu sapi yang berbeda pula. Hal ini terjadi karena standar susu sapi yang digunakan dalam penjualan akan dinaikkan kemudian digunakan dalam membeli susu sapi. Standar mutu pembelian lebih tinggi dari penjualan disebabkan karena adanya risiko penurunan mutu susu jika umur susu sapi bertambah. Makin lama, mutu susu sapi tidak akan bertambah, namun cenderung akan menurun jika tindakan yang dilakukan terhadap susu sapi tidak tepat dan sesuai dengan kondisi susu sapi. Maka dari itu, pengumpulpengumpul susu sapi menaikkan standar mutu susu sapi. Standar mutu susu sapi tidak hanya digunakan oleh pengumpul susu sapi. Pengecer susu sapi juga menggunakan standar mutu susu sapi dalam menentukan seberapa tinggi mutu susu sapi yang mereka beli dari peternak dan mereka jual
96
kepada konsumen susu segar. Pengecer susu sapi akan menggunakan standar mutu susu sapi sebagai dasar menentukan setinggi apa mutu susu sapi. Mutu susu sapi selanjutnya akan dijadikan pengecer dalam menentukan harga beli yang mereka terapkan dalam membeli susu sapi dari peternak. Berbeda dengan pengumpul susu sapi yang ditekan untuk mengumpulkan susu sapi yang mempunyai mutu tertentu, pengecer susu sapi bebas menentukan mutu susu sapi yang akan mereka beli dan mereka jual. Pengecer susu sapi hanya mendapat tuntutan dari konsumen susu segar yang hanya berupa harapan-harapan saja. Hal ini membuat pengecer lebih leluasa dalam menentukan standar mutu yang akan mereka berlakukan. Tinggi rendahnya standar mutu yang diterapkan oleh pengecer bergantung pada strategi dagang yang diterapkan oleh pengecer serta harapan-harapan pengecer dalam usahanya sebagai pengecer susu sapi. Standar mutu susu sapi sangat penting bagi pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan, terutama bagi perusahaan-perusahaan pengolah susu sapi. Perusahaan-perusahaan ini membutuhkan susu sapi pada tingkatan mutu tertentu untuk dapat memproduksi suatu produk. Maka dari itu mereka menggunakan standar mutu untuk mengendalikan mutu susu sapi yang akan mereka gunakan sebagai bahan baku produksi perusahaan tersebut. Secara umum, pengendalian mutu ini bertujuan untuk : “1. Tujuan kendali mutu adalah menghasilkan produk bermutu, meningkatkan produktivitas 2. Perbaikan hubungan manusia serta mutu barang atau jasa 3. Peningkatan moral, prakarsa, dan kerja sama karyawan 4. Pengembangankemampuan kerja karyawan
97
5. Peningkatan produktivitas dan profitabilitas usaha”65
Banyaknya tujuan dari pengendalian mutu menandakan bahwa standar mutu penting bagi perusahaan pengolah susu sapi. Pentingnya standar mutu susu sapi ini menandakan bahwa standar mutu susu sapi mempunyai peranan dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Standar mutu susu sapi digunakan dalam menentukan seberapa tinggi mutu susu sapi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar utama penetapan harga susu sapi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari beberapa pengumpul susu sapi, pengumpul susu sapi menggunkan mutu susu sapi sebagai dasar dalam menentukan harga yang mereka berlakukan dalam membeli susu sapi dari peternak. Hal ini juga terjadi pada pengecer susu sapi. Mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh pengumpul susu sapi. Semua pihak yang membeli susu sapi akan menghargai susu sapi yang mereka beli dengan harga yang tinggi jika susu sapi juga mempunyai derajat mutu yang tinggi pula. Selain sebagai dasar dalam penetapan harga susu sapi, standar mutu susu sapi juga berperan sebagai patokan bagi peternak dalam menentukan strategi pemeliharaan sapi perah. Peternak menganggap bahwa standar mutu susu sapi merupakan suatu bentuk tuntutan bagi mereka. Mereka menganggap bahwa mereka diharuskan untuk menghasilkan susu sapi yang mempunyai mutu tertentu. Adanya tuntutan tersebut membuat peternak sapi perah mengupayakan supaya susu sapi yang mereka produksi mempunyai mutu yang memenuhi tuntutan supaya susu sapi yang mereka produksi dapat mereka jual. Para peternak 65
Andi Setiadi, op. cit.
98
melakukan berbagai upaya untuk mencapai hal tersebut. Mereka melakukan upaya-upaya seperti pemberian pakan yang dapat mempengaruhi mutu susu sapi yang dihasilkan oleh sapi perah. Pemeliharaan terhadap sapi serta kebersihan sapi beserta kandangnya juga menjadi tindakan peternak supaya mereka mampu memenuhi tuntutan yang ada. Pandangan para pengumpul susu sapi menyebutkan bahwa standar mutu susu sapi ini sangat berguna dalam membina peternak sapi perah. Pembinaan peternak sangat penting bagi pemasaran susu sapi secara umum di Kecamatan Getasan karena peternak merupakan produsen susu sapi. Peternak dianggap mendapatkan pembinaan secara tidak langsung dari adanya standar mutu susu sapi yang ditetapkan oleh pembeli susu sapi yang mereka produksi. Pembinaan peternak akan membuat peternak mengerti cara penanganan ternak dan tindakan pasca panen susu sapi yang benar dan tepat. Hal ini penting mengingat banyak peternak
yang
melakukan
kecurangan.
Kecurangan-kecurangan
seperti
mencampurkan air dalam susu sapi, tidak memberikan sapi makanan yang bernutrisi atau bentuk-bentuk kecurangan yang lain. Pembinaan yang terjadi secara tidak langsung ini membuat peternak menjadi semakin baik dalam beternak sapi perah. Mereka juga melakukan tindakan-tindakan yang tidak membuat susu sapi menurun mutunya.
4.2.5. Peran Harga dalam Pemasaran Susu Sapi di Kecamatan Getasan Harga susu sapi menjadi salah satu hal yang paling penting dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Harga menjadi faktor yang akan
99
menentukan pendapatan dan biaya yang harus ditanggung masing-masing saluran pemasaran susu sapi dalam menjalankan usahanya, baik sebagai peternak, pengumpul, pengecer, perusahaan pengolah susu sapi dan konsumen susu segar. Harga mempunyai arti penting bagi setiap saluran pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. Pentingnya harga menunjukkan bahwa harga mempunyai peranan dalam pemasaran susu sapi di Kecamatan Getasan. “Harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan satu satuan barang atau jasa dengan pengorbanan tertentu.”66 Harga bagi peternak mempunyai arti penting karena dari hargalah mereka dapat memperoleh pendapatan. Harga merupakan satu-satunya bauran pemasaran yang menjadi sumber pendapatan bagi peterak sapi perah. Harga susu sapi juga akan
menjadi
dasar
pertimbangan
bagi
peternak
dalam
menentukan
keberlangsungan usahanya. Banyak peternak yang mengeluhkan rendahnya harga susu sapi saat ini. Mereka mengemukakan bahwa harga susu sapi tidak seimbang dengan harga pakan sapi. Keuntungan yang mampu diperoleh oleh peternak saat ini dinilai sangat minim, bahkan banyak peternak yang tidak memperoleh keuntungan dari usaha peternakan sapi perah yang dilakukan. Peternak akan terus memelihara sapi perah jika mereka memperoleh pandapatan yang mampu mencukupi kebutuhan mereka. Jika peternak tidak mampu memperoleh pendapatan yang dapat mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka, mereka bisa jadi mengalihkan usahanya. Beberapa peternak yang tidak puas
66
Basu Swasta dan Handoko, op. cit., hal. 211.
100
dengan pendapatan mereka dari usaha peternakan sapi perah banyak mengalihkan usahanya pada usaha peternakan sapi pedaging. Selain hal tersebut, harga bagi hampir semua peternak dijadikan sebagai dasar menentukan kepada siapa mereka akan menjual susu sapi yang mereka produksi. Peternak ingin menjual susu sapi yang mereka produksi kepada pembeli yang menawarkan harga lebih tinggi. Hal ini terjadi karena peternak mengharapkan pendapatan yang lebih besar supaya keuntungan mereka dari hasil peternakan sapi juga makin besar. Banyak juga ditemukan peternak berpindahpindah menjual susu sapi kepada pihak yang menawarkan harga lebih tinggi dalam membeli susu sapi dari mereka. Hal ini menunjukkan bahwa harga berperan penting dalam menentukan kepada siapa peternak menjual susu sapi yang mereka produksi. Pengumpul dan pengecer juga merasakan hal yang hampir sama dengan apa yang dirasakan oleh peternak sapi perah. Pengumpul dan pengecer juga menganggap harga sebagai faktor yang akan menentukan pendapatan mereka. Harga beli dan harga jual yang mereka terapkan akan mempengaruhi jumlah pendapatan mereka. Pendapatan pengumpul dan pengecer susu sapi berasal dari harga jual susu sapi. Sementara itu, keuntungan mereka peroleh dari selisih harga jual dan harga beli yang mereka terapkan. Sama halnya dengan peternak, pengumpul susu sapi juga menjadikan harga sebagai dasar dalam menentukan kepada siapa mereka menjual susu sapi yang telah mereka kumpulkan. Pengumpul susu sapi ingin menjual susu sapi yang telah mereka kumpulkan kepada pembeli yang menawarkan harga lebih tinggi.
101
Hal ini terjadi karena pengumpul mengharapkan pendapatan yang lebih besar supaya keuntungan mereka dari hasil usaha menjadi pengumpul susu sapi juga makin besar. Banyak juga ditemukan pengumpul susu sapi berpindah-pindah menjual susu sapi kepada pihak yang menawarkan harga lebih tinggi dalam membeli susu sapi dari mereka. Hal ini menunjukkan bahwa harga berperan penting dalam menentukan kepada siapa pengumpul susu sapi menjual susu sapi yang mereka kumpulkan baik dari peternak maupun dari pengumpul yang lebih kecil. Pengecer susu sapi yang lebih leluasa dalam menentukan harga beli dan jual terhadap susu sapi yang mereka perdagangkan juga menganggap harga sebagai salah satu faktor yang berperan dalam usaha mereka sebagai pengecer susu sapi. Selain sebagai sumber pendapatan, harga bagi pengecer susu sapi berperan sebagai dasar penentuan strategi dagang. Harga dijadikan pengecer sebagai salah satu senjata dalam memperoleh susu sapi yang bermutu tinggi. Mereka bersaing dengan pengumpul susu sapi dalam memperoleh susu sapi dari peternak. Harga yang mereka terapkan dalam membeli susu sapi dari peternak relatif lebih tinggi dari harga yang diterapkan oleh pengumpul susu sapi. Hal ini terjadi karena pengecer mempunyai keleluasaan yang lebih dalam menentukan harga jual. Pengecer lebih bebas dalam menentukan harga. Hal ini menunjukkan bahwa harga berperan penting dalam penentuan strategi usaha pengecer dalam menjalankan usahanya sebagai pengecer susu sapi.
102