BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini diuraikan hasil penelitian tentang bentuk-bentuk implikatur percakapan pada lingkungan keluarga dan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan implikatur percakapan di Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
4.1.1 Bentuk-Bentuk Implikatur Percakapan pada Lingkungan Keluarga di Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Untuk mengetahui bentuk-bentuk implikatur percakapan pada lingkungan keluarga di Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, peneliti telah melaksanakan perekaman, penyimakan, pencatatan tentang isi percakapan mereka. Selain itu peneliti juga telah melakukan observasi (pengamatan situasi dan tempat terjadinya percakapan mereka). Berdasarkan hasil analisis data. Ditemukan bahwa bentuk implikatur percakapan pada lingkungan keluarga di Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur terbagi atas dua bentuk, yaitu (1) implikatur percakapan umum, dan (2) bentuk implikatur percakapan khusus, kedua bentuk implikatur percakapan tersebut diuraikan berikut ini.
4.1.1.1 Bentuk Implikatur Percakapan Umum Bentuk implikatur percakapan umum adalah implikatur yang munculnya di dalam percakapan tidak memerlukan konteks khusus. Bentuk implikatur tersebut dapat dilihat pada (1) antara P1 (seorang pemuda) dengan P2 (mahasiswa). (1) P1: hay yo toonu powisudaonmu? (hey kapan kau wisuda?) P2: ban motoyong bulan valentine dega kay monia (nanti dekat bulan valentine, kata mereka) Kutipan percakapan (1) antara P1 (seorang pemuda) dan P2 (mahasiswa) di atas, merupakan bentuk implikatur percakapan umum yang tidak memerlukan konteks khusus. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban P2 “ban motoyong bulan valentine dega kay monia (nanti dekat bulan valentine, kata mereka)”. Jawaban tersebut merupakan implikatur percakapan umum, yakni, yang terdapat pada kata valentine, karena kalau seseorang menyebut kata valentine berarti bulan Februari, dan kalau seorang mahasiswa UNG menyebutkan bulan valentine, bulan itu adalah bulan pelaksanaan wisuda yang jatuh pada bulan Februari dan bertepatan perayaan valentine Pada kutipan percakapan (2) juga terdapat bentuk implikatur percakapan umum. Hal ini dapat diamati pada percakapan (2) antara P1 (Ibu rumah tangga/pembeli) dan P2 (pemilik warung/ penjual) (2) P1: lima belas noribu pa pobuyiyon, ka inangoyku itarap diya pa nobuka. (lima belas ribu lagi kembaliannya, tadi aku datang lihat tidak dibuka) P2: ka akuoy minea kon tolosi sin mineya pa nomia kon toya. (aku pergi ke sebelah karena aku membuat ikan)
Kalimat jawaban P2 “aku membuat ikan” merupakan bentuk implikatur percakapan umum. Hal ini ditunjukan oleh kalimat “akuoy minea pa nomia kon toya (aku pergi membuat ikan)” itu merupakan hal yang umum bagi masyarakat Bolaang Mongondow yang artinya aku pergi memasak ikan. Hal yang sama juga dapat dilihat pada kutipan percakapan lanjutan antara P1 (Ibu rumah tangga/pembeli) dan P2 (pemilik warung/ penjual), sebagai berikut: (3) P2: ka mojadi pomulaan pa kon sangkubi, ban bulan puasa oyuon pomia ma? (kalau sudah selesai akan ditanam ubi jalar, supaya bulan puasa nanti ada yang bisa dibuat kolak) P1: o,o kon mako kintal no kosong, oo pomia onkon kola. Singgay tua sangkubi pinomulamu nopira, mantega dega tua. pomia kon kola. Hay taginmu kon mako minea don pinupul? (di sana lahannya kosong, ooh buat kolak. Waktu itu ubi jalar yang kamu tanam bagus, mungkin mentega yang dibuat kolak. Hey hey pisang yang disana sudah dipotong?) Kalimat jawaban P1 (ibu rumah tangga/pembeli pertama) pada kalimat jawaban di atas “mantega dega tua pomia kon kola (mentega yang di buat kola)” itu termasuk bentuk kalimat umum karena mantega warnanya kuning, dan ubi yang berwarna kuning enak rasanya dan sering disebut dengan ubi mantega. Selain itu pula pada percakapan lanjutan antara P1(ibu rumah tangga/pembeli pertama) dan P3 (ibu rumah tangga/pembeli kedua). Terdapat pula bentuk implikatur percakapan umum. Hal itu dapat diamati pada kutipan percakapan di bawah ini. (4) P1: jadi mea manado aka mea kota tanggal 7 iko? (jadi kau pergi ke Kota atau ke Manado tanggal 7?) P3: hay o,o mea Kota akuoy au, kamindai name wati ponikaan iadi I Husen. (iya, aku akan pergi ke Kota, aku dan Name Wati dipernikahan anaknya Husen)
Kalimat jawaban P3 (ibu rumah tangga/ pembeli satu), “mea Kota akuoy au (aku akan pergi ke Kota)” termasuk bentuk implikatur percakapan umum. Kata Kota pada masyarakat Bolaang Mongondow itu berarti Kotamobagu, sehingga dengan jawaban tersebut P3 “mea Kota akuoy au (aku pergi ke Kota), secara umum kata Kota berimplikasi Kotamobagu. Pada kutipan percakapan (5) juga terdapat implikatur percakapan umum. Hal itu ditunjukan oleh P2 (pemilik warung/penjual) dan P1 (ibu rumah tangga/pembeli). (5) P2: bo toonu kaganapan yi pipi? (kapan kegenapannya pipi?) P1: oh tanggal 7 Januari, ay mo mangoy yo, momangoy pa in tanggal kaganapan i pipi wo (oh, tanggal 7 januari datang yah. Datang saat kegenapannya pipi) Pada kutipan percakapan di atas, terdapat kalimat yang dituturkan oleh P1”toonu kegenapan yi pipi (kapan kegenapannya Pipi)”.
Penggunaan kalimat
tersebut pada masyarakat Bolaang Mongondow secara umum berimplikasi pada kegenapan 100 hari kematian seseorang. 4.1.1.2 Bentuk Implikatur Percakapan Khusus Bentuk Implikatur percakapan khusus adalah implikatur yang kemunculannya memerlukan konteks khusus. Dalam penelitian ini dideskripsikan bentuk implikatur percakapan khusus dalam konteks sebagai berikut: a. Bentuk Penolakan (1) P1: Oji, kamonia iko nonikadon ma (Oji, kata mereka kau sudah menikah?)
P2: ha ha ha pokaanon onu dega adi iintau (ha ha ha mau diberi makan apa anak orang) Kutipan percakapan di atas, merupakan percakapan yang terjadi antara P1 (seorang pemuda) dan P2 (mahasiswa). Kutipan percakapan yang menjadi jawaban P2 “hahaha pokaanon onu dega adi i intau (ha ha ha mau diberi makan apa anak orang)” kalimat jawaban tersebut tidak diharapkan oleh P1 meskipun kata-kata yang digunakan P2 cukup santun, tetapi P1 tentu tidak mengharapkan jawaban seperti itu. Jawaban yang diharapkan oleh P1 adalah “diya pa monika (kata belum menikah)”. Jawaban P2 seperti itu muncul karena pada saat terjadinya percakapan itu pada konteks P2 (mahasiswa) masih sementara kuliah dan belum mempunyai pekerjaan yang tetap. Selain itu pula pada percakapan lanjutan antara P1(seorang pemuda) dan P2 (mahasiswa). Terdapat pula bentuk implikatur percakapan khusus yang memerlukan konteks khusus. Hal itu dapat diamati pada kutipan percakapan di bawah ini. (2) P2: bo diya kon tampat akuoy au posiugan monimu (dan saya tidak memiliki tempat tinggal untuk kalian) P1: poko tenang bi sin mo anto ginalumku kon tua, tua kon dalan Bali mo anto ginalum papaku tua (pokoknya tenang saja, banyak saudaraku disana,, di jalan Bali saudara papaku juga ada) Pada kutipan percakapan di atas, merupakan kutipan percakapan yang terjadi antara P1 (seorang pemuda) dan P2 (mahasiswa). Hal ini merupakan sebuah implikatur percakapan khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus. Terbukti pada kalimat oleh P2 (mahasiswa) “bo diya kon tampat akuoy au posiugan monimu (dan saya tidak memiliki tempat tinggal untuk kalian)”. Kalimat ini muncul
karena pada saat, terjadinya percakapan itu pada konteks P2 adalah seorang mahasiswa yang hanya tinggal di tempat kos. Kalimat P2 mengimplikasikan sebuah bentuk penolakan saat terjadinya percakapan itu, Bentuk implikatur khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus juga dapat dilihat pada (3) antara P1 (ibu rumah tangga/pembeli) dan P2 (pemilik warung/penjual). (3) P1: oh, 1 kg 13 ribu, ey konmonag 1 kg 12 ribu. (oh 1 kg 13 ribu. Di pasar 1 kg 12 ribu) P2: soalnya, kon naa mo nondan pa kon bentor bo kaasi kartasnya minta, jadi tonga toribu untung. (soalnya disini biaya bentor kasian, kertas, jadi hanya seribu keuntungan) Kutipan percakapan di atas, merupakan percakapan yang terjadi antara P1 (ibu rumah tangga/pembeli) dan P2 (pemilik warung/penjual). Kutipan percakapan yang menjadi jawaban P2 “soalnya, kon naa mo nondan pa kon bentor bo kaasi kartasnya minta, jadi tonga toribu untung. (soalnya disini biaya bentor kasian, kertas, jadi hanya seribu keuntungan)”. Kalimat jawaban tersebut tidak diharapkan oleh P1 meskipun kata-kata yang digunakan P2 sudah cukup
santun, tetapi P1 tentu tidak
mengharapkan jawaban seperti itu. Jawaban yang diharapkan oleh P1 adalah “o,o gama don (iya ambil saja), Jawaban P2 seperti itu muncul karena pada saat terjadinya percakapan itu, pada konteks P2 (pemilik warung/penjual) sebagai ibu rumah tangga yang mata pencariannya hanya menjual di warung. Bentuk implikatur khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus juga dapat dilihat pada (4) antara P1 (ibu rumah tangga) dan P2 (penjahit).
(4) P1: lima don noribu ulea (lima ribu saja) P2: hay danaay ulea sin akuoy naa janda, no cacat, bo tong anion totayakku. Toonu agionmu gamaan? (jangan yah karena saya ini janda, cacat dan hanya itu pekerjaanku. Kapan diambil?) Kutipan percakapan di atas, merupakan percakapan yang terjadi antara P1 (ibu rumah tangga) dan P2 (penjahit). Kutipan percakapan yang menjadi jawaban P2 “hay danaay ulea sin akuoy naa janda, no cacat, bo tong anion totayakku. Toonu agionmu gamaan? (jangan karena saya ini janda, cacat dan hanya itu pekerjaanku. Kapan diambil?)”. Kalimat jawaban tersebut tidak diharapkan oleh P1 meskipun kata-kata yang digunakan P2 sudah cukup santun, tetapi P1 tentu tidak mengharapkan jawaban seperti itu. Jawaban yang diharapkan oleh P1 adalah “o,o lima noribu don(iya lima ribu saja)”, Jawaban P2 seperti itu muncul karena pada saat terjadinya percakapan itu, pada konteks P2 (penjahit) sebagai ibu rumah tangga yang mata pencariannya hanya mengharapkan uang hasil jahitan. Bentuk implikatur khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus juga dapat dilihat pada (5) antara P1 (pembeli) dan P2 (penjual). (5) P1 : opat no gakot lima noribu? (empat ikat lima ribu?) P2 : astaga, ginamaku lima noribu deewa nogakot jadi pinotaluiku lima noribu tolu nogakot nopas don tua (astaga, aku ambil lima ribu 2 ikat. Jadi aku jual kembali lima ribu tiga ikat) Kutipan percakapan di atas, merupakan percakapan yang terjadi antara P1 (pembeli) dan P2 (penjual). Kutipan percakapan yang menjadi jawaban P2 “astaga, ginamaku lima noribu deewa nogakot jadi pinotaluiku lima noribu tolu nogakot nopas don tua (astaga, aku ambil lima ribu 2 ikat. Jadi aku jual kembali lima ribu tiga ikat)”.
Kalimat jawaban tersebut merupakan kalimat yang tidak diharapkan oleh P1 meskipun kata-kata yang diucapkan oleh P2 cukup santun, tetapi P1 tentu tidak mengharapkan jawaban seperti itu. Jawaban yang diharapkan oleh P1 adalah “diya mo taau au (tidak bisa)”, Jawaban P2 seperti itu muncul karena pada saat terjadinya percakapan itu, pada konteks P2 (penjual) hanya mengharapkan penghasilan sayur dagangannya. Bentuk implikatur khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus juga dapat dilihat pada (6) antara P1 (penjual kepala) dan P2 (seorang bapak/kakak). (6) P1: Tete Sintia igay mea goba ikolom (tete Sintia ayo ke kebun besok) P2: akuoy mea Tutuyan ikolom sin oyuon kon wisuda ompuku nongkon taman pengajian Mo tudun me iko? (aku akan pergi ke Tutuyan karena ada acara wisuda dari taman pengajian cucuku. Jadi pergi kamu?) Kutipan percakapan di atas, merupakan percakapan yang terjadi antara P1 (penjual kelapa) dan P2 (kakak dari penjual kelapa). Pada percakapan tersebut terdapat jawaban P2 “akuoy mea Tutuyan ikolom sin oyuon kon wisuda ompuku nongkon taman pengajian Mo tudun me iko? (aku akan pergi ke Tutuyan karena ada acara wisuda dari taman pengajian cucuku. jadi pergi kamu?)”. Kalimat jawaban tersebut merupakan kalimat yang tidak diharapkan oleh P1 meskipun kata-kata yang diucapkan oleh P2 cukup santun, tetapi P1 tentu tidak mengharapkan jawaban seperti itu. Jawaban yang diharapkan oleh P1 adalah “akuoy diya pa mea (tidak bisa mea)”, Jawaban P2 seperti itu muncul karena pada saat terjadinya percakapan itu, pada konteks P2 (kakak dari penjual kelapa) memiliki cucu dan merupakan seorang kakek untuk menjadi wali pada acara wisuda cucunya nanti.
b. Bektuk Ajakan Pada percakapan (1) terdapat bentuk implikatur percakapan khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus, yakni. (1) P2: yo,o,o dang o, bea don po inggu adzan don tua (ya iya, pergi mandi saja, itu sudah adzan) P1: moyotakin mea masigi (sama-sama pergi ke mesjid) Pada kutipan percakapan di atas, terjadi antara P1 (seorang pemuda) dan P2 (mahasiswa). Pada percakapan ini mengandung implikatur percakapan khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus. Hal demikian ditunjukan pada jawaban P1 “moyotakin mea masigi (sama-sama pergi ke mesjid)” kalimat jawaban oleh P1 ini merupakan kalimat jawaban yang mengimplikasikan sebuah bentuk ajakan, kalimat jawaban seperti itu muncul karena percakapan itu terjadi pada konteks P1 akan sholat di masjid. Pada percakapan (2), juga terdapat bentuk implikatur percakapan khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus, yakni. (2) P1: ban oyuon don kon doit agiku gamaan.(nanti sudah ada uang saya datang ambil) P2: hay agimu gamaan ambea sin tonga bin naa harapan (kau cepat ambil karena hanya itu harapan saya) Kutipan percakapan di atas, yang terjadi antara P1 (ibu rumah tangga) dan P2 (penjahit). Pada kalimat yang dikatakan oleh P2 “hay agimu gamaan ambea sin tonga bin naa harapanku (kau cepat ambil karena hanya itu harapan saya)”. Adalah kalimat yang merupakan bentuk ajakan karena kemunculannya terjadi pada konteks P2
hanyalah seorang penjahit dan tidak memiliki seorang suami dan hanya bergantung pada uang hasil jahitannya. Pada percakapan (3), juga terdapat bentuk implikatur percakapan khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus, yakni. (3) P2: topilik yang notalui kon nasi kuning sin pinakean in laksa kolabung (sedikit yang membeli nasi kuning karena hanya dipakai laksa, kemarin) P1: igay kitada mea motalui toya koi mama Rini kon tolosi sin mosia oyuon kon pajeko jadi mo pira dang bo ipar mu doman sia jadi molumayan aka kitada mea (ayo kita berdua beli saja ikan sama mama Rini, diakan punya kapal ikan besar jadi bisa lebih banyak yang akan dikasih terus dia jugakan iparmu jadi lebih bagus) Kutipan percakapan di atas, terjadi antara P1 (ibu rumah tangga) dan P2 (ibu rumah tangga lain). Kalimat yang dikatakan oleh P2 “igay kitada mea motalui toya koi mama Rini kon tolosi sin mosia oyuon kon pajeko jadi mo pira dang bo ipar mu doman sia jadi molumayan aka kitada mea (ayo kita berdua beli saja ikan sama mama Rini, diakan punya kapal ikan besar. Jadi bisa lebih banyak yang akan diberi terus dia juga iparmu jadi lebih bagus)”. Kalimat P2 ini Adalah kalimat yang merupakan bentuk ajakan karena kemunculannya terjadi pada konteks P2 adalah seorang penjual nasi kuning dan berniat ingin membeli ikan besar sehingga dia mengajak P1 untuk mencari tempat ikan yang lebih besar. Pada percakapan (4), juga terdapat bentuk implikatur percakapan khusus yang kemunculannya memerlukan konteks khusus, yakni. (4) P1: yo ki lin dega mea Manado (Lin mungkin ke Manado)
P3: ki Lin mea manado?, ki Lin dega, akuoy mea Kota e hu mopaket in oini kon Baygon, Kota bo Manado (Lin pergi ke Manado? Mungkin. aku pergi ke Kota, hu memang banyak yang mengundang dari Baygon, Kota dan Manado) Kutipan percakapan pada data di atas, merupakan kutipan percakapan yang terjadi antara P1 (ibu rumah tangga/pembeli pertama) dan P3 (ibu rumah tangga/ pembeli kedua). Pada jawaban P3 “ki Lin mea Manado?, ki Lin dega, akuoy mea Kota e hu mopaket in oini kon Baygon, Kota bo Manado (Lin pergi ke Manado? Mungkin. aku pergi ke Kota, hu memang banyak yang mengundang dari Baygon, Kota dan Manado)”. Kalimat jawaban P2 terdapat kata mengundang berarti adanya sebuah ajakan. Jawaban P2 muncul karena adanya konteks bahwa P2 adalah salah satu orang penting sehingga sudah lebih dari 2 undangan pada P2. Pada kutipan percakapan (5), juga terdapat implikatur percakapan khusus. Hal itu ditunjukan pada percakapan antara P1 (pemilik warung makan/penjual) dan P2 (ibu rumah tangga/pembeli). (5) P1: Mama Tari oyuon kon mie ? (mama Tari ada mie?) P2: oyuon nasi kuning naa (ada nasi kuning) Kutipan percakapan di atas, terjadi antara P1 (pemilik warung makan/penjual) dan P2 (ibu rumah tangga/pembeli). Pada kalimat yang dikatakan oleh P2 “oyuon nasi kuning naa (ada nasi kuning)”. Kalimat jawaban P2 yang merupakan Adalah kalimat yang merupakan bentuk ajakan karena kemunculannya terjadi pada konteks P2 adalah penjual nasi kuning yang sudah menjadi langganan P1.
4.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Implikatur Percakapan pada Lingkungan Keluarga di Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Hasil penelitian ini menunjukan bahwa implikatur percakapan pada lingkungan keluarga di Desa Bulawan kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur itu memiliki arah dan maksud tertentu. Dengan kata lain, implikatur percakapan yang terjadi di lingkungan keluarga memiliki sebab. Dalam penelitian ini, ditemukan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penggunaan implikatur percakapan pada lingkungan keluarga di Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, yaitu faktor peserta tutur (penutur dan lawan tutur), dan faktor situasi.
4.1.2.1 Faktor Peserta Tutur Peserta tutur merupakan salah satu penanda yang terpenting dalam terjadinya implikatur percakapan, faktor peserta tutur yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah yakni faktor sosial peserta tutur itu sendiri yakni faktor kekerabatan dan faktor etnik, kedua faktor ini merupakan faktor yang sudah lazim berkaitan antara penutur dan lawan tutur sehingga terjadinya yang dinamakan percakapan, seperti percakapan yang terjadi pada lingkungan keluarga di Desa Bulawan kecamatan Kotabunan kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Hal ini mengakibatkan kepada peserta tutur yang tingkat keakrabannya rendah mengakibatkan implikatur percakapan kurang terjadi sehingga dalam penelitian ini faktor keakraban dan faktor etnik sangat diperlukan agar implikatur percakapan dapat terjadi.
4.1.2.2
Faktor Situasi Situasi yang menyebabkan terjadi penggunaan implikatur percakapan pada
lingkungan keluarga di Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dibagi atas situasi pada ranah keluarga, warung, dan pasar. 1)
Ranah keluarga. Situasi yang terjadi di ranah keluarga umumnya santai, dan pokok pembicaraan yang dibicarakan dalam keluarga umumnya santai ialah masalah sehari-hari. Pada situasi seperti, bentuk-bentuk implikatur terjadi dalam percakapan yakni adanya bentuk implikatur percakapan umum dan bentuk implikatur percakapan khusus, Interaksi itu juga lazim terjadi antara istri dan suami, ayah dan anak, ibu dan anak, mertua dan menantu dan lain sebagainya.
2)
Ranah warung. Ranah warung dalam lingkungan keluarga sangat berperan penting sebab pada kehidupan sehari-hari warung adalah tempat yang paling dekat, serta tempat tercepat untuk memenuhi kebutuhan keluarga di rumah seperti untuk membeli beras, gula, serta perlengkapan rumah tangga lainnya. Sehingga warung juga termasuk dalam sebuah ranah dimana lazim terjadinya percakapan baik antara penutur dan lawan tutur, dalam percakapan tersebut sering terjadi adanya implikatur dalam sebuah percakapan yakni baik pembeli atau penjual dapat mengimplikasikan apa yang menjadi maksud dari masingmasing pihak meskipun apa yang disebutkan berbeda dari maksud yang
diinginkan. Berdasarkan hal ini bahwa di dalam ranah warung implikatur percakapan sering terjadi. 3)
Ranah pasar. Ranah pasar dalam masyarakat mengacu pada lingkungan sosial di luar ranah keluarga dan ranah warung. Lingkungan sosial ini memiliki jangkauan yang sangat luar, untuk itu dalam penelitian ini ranah pasar dibatasi pada latar di dalam pasar. Peristiwa yang terjadi dalam percakapan antara penutur (penjual/rekan) dan lawan tutur (pembeli/pengunjung) adalah dalam situasi santai. Implikatur percakapan yang sering terjadi dalam percakapan di pasar yakni bentuk implikatur khusus yang memerlukan konteks khusus pula. Hal ini sudah lazim terjadi karena sebagian besar pembeli dan pedagang yang berada di pasar memiliki hubungan kekerabatan dan kekeluargaan sehingga terjadi implikatur percakapan.
4.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian di atas, bahwa bentuk- bentuk implikatur percakapan pada lingkungan keluarga di Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Terbagi atas dua bentuk yakni bentuk implikatur percakapan umum dan bentuk implikatur percakapan khusus, di dalam percakapan khusus terdapat konteks yang melihat bentuk khusus penolakan, dan bentuk ajakan.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Grice yang
membagi implikatur percakapan menjadi dua bentuk yakni bentuk implikatur percakapan umum dan bentuk implikatur percakapan khusus. Selain itu faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya penggunaan implikatur percakapan pada lingkungan keluarga di Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur sesuai hasil penelitian yang ditemukan adalah faktor penutur, faktor lawan tutur dan faktor situasi. Hal ini sesuai dengan yang ditemukan di lapangan bahwa faktor penutut, faktor lawan tutur dan faktor situasi mempengaruhi implikatur percakapan pada lingkungan keluarga di Desa Bulawan Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.