BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Mayora Indah Tbk. (Perseroan) didirikan pada tahun 1977 dengan pabrik pertama berlokasi di Tangerang. Menjadi perusahaan publik pada tahun 1990. Alamat kantor berlokasi di Gedung Mayora jl. Tomang Raya no. 2123, Jakarta Barat. 2. Kegiatan Usaha serta jenis produk yang dihasilkan Sesuai dengan Anggaran Dasarnya, kegiatan usaha Perseroan diantaranya adalah dalam bidang industri. Saat ini, PT. Mayora Indah Tbk. memproduksi dan menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi, Tabel 4.1 Merek Dagang Produk-Produk PT. Mayora Indah Tbk. Divisi
Merek Dagang
Biskuit
Roma, Danisa, Royal Choice, Better, Muuch Better, Slai O’Lai, Sari Gandum, Sari Gandum Sandwich, Coffeejoy, Chees’kress
Kembang Gula
Kopiko, Kopiko Milko, Kopiko Cappuccino, Kis, Tamarin, Juizy Milk
Wafer
Beng Beng, Beng Beng Maxx, Astor, Astor Skinny Roll, Roma Wafer Coklat, Roma Zuperrr Keju
Coklat
Choki-choki
Kopi
Torabika Duo, Torabika Duo Susu, Torabika Jahe Susu, Torabika Moka, Torabika 3 in One, Torabika Cappuccino, Kopiko Brown Coffee, Kopiko White Coffee, Kopiko White Mocca
Makanan Kesehatan
Energen Cereal, Energen Oatmilk, Energen Go Fruit
Air Minum Dalam Kemasan
Le Minerale, The Pucuk Harum
54 http://digilib.mercubuana.ac.id/z
55
Mi Instan
Migelas, Bakmi Mewah Rasa
Sumber : www.mayoraindah.co.id (2016) Di Indonesia, Perseroan tidak hanya dikenal sebagai perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman olahan, tetapi juga dikenal sebagai market leader yang sukses menghasilkan produk produk yang menjadi pelopor pada kategorinya masing masing. Produk-produk hasil inovasi Perseroan tersebut diantaranya: Tabel 4.2 Produk-Produk Hasil Inovasi PT. Mayora Indah Tbk. Permen Kopiko, pelopor permen kopi Astor, pelopor wafer stick Beng Beng, pelopor wafer caramel berlapis coklat Choki-choki, pelopor coklat pasta Energen, pelopor minuman cereal Kopi Torabika Duo dan Duo Susu, pelopor coffee mix Bakmi Meah Rasa, Pelopor mi instan premium
Sumber : www.mayoraindah.co.id (2016) Hingga saat ini, Perseroan tetap konsisten pada kegiatan utamanya, yaitu dibidang pengolahan makanan dan minuman. Sesuai dengan tujuannya, Perseroan bertekad akan terus menerus berupaya meningkatkan segala cara dan upaya untuk mencapai hasil yang terbaik bagi kepentingan seluruh pekerja, mitra usaha, pemegang saham, dan para konsumennya. 3. Struktur Organisasi Perseroan Perseroan dikelola oleh Dewan Direksi, dibawah pengawasan Dewan Komisaris yang anggotanya diangkat oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
56
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Mayora Indah Tbk. Sumber : www.mayoraindah.co.id (2016)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
57
4. Struktur Kepemilikan Saham Struktur kepemilikan saham per 31 Oktober 2015 Tabel 4.3 Struktur Kepemilikan Saham PT. Mayora Indah Tbk. No.
Status
L/A
Jumlah Saham
%
Jumlah Pemegang Saham
1
PERORANGAN ASING
PA
147.802
0,02
33
2
PERORANGAN INDONESIA
PI
5.786.522
0,65
778
3
LEMBAGA ASING
LA
548.302.780
61,31
186
4
LEMBAGA INDONESIA
LI
340.110.885
38,03
182
894.347.989
100,00
1.179
TOTAL
Sumber : www.mayoraindah.co.id (2016) 5. Informasi mengenai Pemegang Saham Utama Pemegang Saham Utama Perseroan sejak pertama kali menjadi Perusahaan Publik pada tahun 1990 adalah PT. Unita Branindo. Adapun pemegang saham dan komposisi kepemilikan saham PT. Unita Branindo adalah sebagai berikut : Jogi Hendra Atmadja
: 12.645 saham = Rp. 1.264.500.000,- (70,25 %)
Hendrawan Atmadja
:
2.182 saham = Rp. 218.200.000,- (12,12 %)
Gunawan Atmadja
:
1.714 saham = Rp. 171.400.000,- (9,52 %)
Dharmawan Atmadja
:
1.459 saham = Rp. 145.900.000,- (8,11 %) 18.000 saham = Rp. 1.800.000.000,- (100,00%)
6. Nama Entitas Anak 1) PT. Sinar Pangan Barat, bergerak dalam bidang penyewaan kantor dan gudang 2) PT. Sinar Pangan Timur, bergerak dalam bidang penyewaan kantor dan gudang 3) PT. Torabika Eka Semesta, bergerak dalam bidang pengolahan kopi dan cereal 4) PT. Kakao Mas Gemilang, bergerak dalam bidang pengolahan coklat 5) Mayora Nederland BV, bergerak dalam bidang keuangan\
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
58
7. Struktur Group PT. Mayora Indah Tbk.
Gambar 4.2 Struktur Group PT. Mayora Indah Tbk. Sumber : www.mayoraindah.co.id (2016) 8. Hubungan Afiliasi Hubungan afiliasi antara Dewan Komisaris, Direksi dan Pemegang Saham Perseroan dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut : Tabel 4.4 Hubungan Afiliasi antara Dewan Komisaris, Direksi dan Pemengang Saham PT. Mayora Indah Tbk. Nama
MI
SPB
SPT
TES
KMG
MNBV
UB
Jogi Hendra Atmadja
KomUt
Kom
Kom
KomUt
KomUt
-
KomUt
Hermawan Lesmana
Kom
-
-
-
-
Dir
-
Gunawan Atmadja
Kom
DirUt
Dir
Kom
Kom
-
Kom
Suryanto Gunawan
KomInd
-
-
-
-
-
-
Ramli Setiawan
KomInd
-
-
-
-
-
-
DirUt
-
-
Dir
Dir
-
Dir
Dir
-
-
Dir
Dir
-
Dir
Andre Sukendra Atmadja Hendarta Atmadja
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
59
Wardhana Atmadja
Dir
-
-
Kom
Kom
-
Kom
Hendrik Polisar
Dir
-
-
-
-
-
-
Muljono Nurlimo
Dir
-
-
-
-
-
-
-
Dir
DirUt
DirUt
DirUt
Dir
DirUt
Hendrawan Atmadja
Sumber : www.mayoraindah.co.id (2016) Keterangan : MI SPB SPT TES KMG MN BV UB
: : : : : : :
PT. Mayora Indah Tbk. PT. Sinar Pangan Barat PT. Sinar Pangan Timur PT. Torabika Eka Semesta PT. Kakao Mas Gemilang Mayora Nederland BV PT. Unita Branindo
KomUt Kom KomInd DirUt Dir
: : : : :
Komisaris Utama Komisaris Komisaris Independen Direktur Utama Direktur
SPB, SPT, TES, KMG dan MN BV adalah anak perusahaan Perseroan. UB merupakan Pemegang Saham Utama dengan kepemilikan sebesar 32,93%. B. Statistik Deskriptif 1. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Mercu Buana Menteng Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang masih aktif pada tahun ajaran 2016/2017. Sampel yang dijadikan responden merupakan konsumen Bakmi Mewah dengan kriteria pernah mengkonsumsi produk ini dan mengetahui produk ini melalui iklan. Jumlah responden telah dihitung sebelumnya berdasarkan ketentuan sepuluh kali skala dengan jumlah terbesar dari indikator dan didapat hasil sampel sebesar 100 responden. Profil pengisi kuisioner dijelaskan berdasarkan karakteristik responden yaitu jenis kelamin, usia, pekerjaan,
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
60
pendapatan/uang saku tiap bulan, frekuensi mengkonsumsi mi instan, dan sejak kapan mengkonsumsi Bakmi Mewah. Data karakteristik responden lebih lengkapnya dijelaskan pada Tabel 4.5 berikut.
No 1 2
3
4
5
6
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Karakteristik Jumlah (Orang) Jenis kelamin a. Laki-laki 60 b. Perempuan 40 Usia (tahun) a. <20 2 b. 20-30 85 c. 31-40 13 d. >41 0 Pekerjaan a. Mahasiswa/Pelajar 21 b. Pegawai Negeri 4 c. Pegawai Swasta 57 d. Wiraswasta 14 e. Lainnya 4 Pendapatan/Uang saku a. <2.000.000 8 tiap bulan (Rp) b. 2.000.000-4.000.000 41 c. 4.100.000-6.000.000 29 d. >6.000.000 22 Frekuensi a. <20 kali 94 mengkonsumsi mi b. 20-40 kali 6 instan dalam satu c. 41-60 kali 0 bulan d. >60 kali 0 Sejak kapan a. <1 bulan 53 mengkonsumsi Bakmi b. 1-6 bulan 26 Mewah c. 7-12 bulan 10 d. >12 bulan 11 Sumber : Hasil olah data (2017)
Persentase (%) 60 40 2 85 13 0 21 4 57 14 4 8 41 29 22 94 6 0 0 53 26 10 11
Dari Tabel 4.5 diatas diperoleh hasil bahwa konsumen Bakmi Mewah didominasi oleh konsumen laki-laki sebesar 60 orang, sedangkan wanita hanya 40 orang. Hal ini dikarenakan laki-laki lebih menyukai makanan instan, sedangkan wanita cenderung lebih hati-hati dalam memilih makanan dikarenakan wanita sensitif terhadap berat badan.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
61
Hasil
survey
selanjutnya
menunjukkan
karakteristik
konsumen
berdasarkan usia, dimana jumlah konsumen dengan rentang usia 20-30 tahun mendominasi dengan total 85 orang. Konsumen dibawah 20 tahun hanya 2 orang sedangkan konsumen dengan rentang usia 31-40 tahun sebesar 13 orang, sementara konsumen diatas 41 tahun berjumlah nol atau tidak ada. Dominasi konsumen pada rentang usia 20-30 tahun memang sejalan dengan segmentasi pasar Indomie Real Meat yang merupakan pesaing utama Bakmi Mewah dimana keduanya membidik segmentasi pasar yang sama (mix.co.id,2017). Hasil survey menunjukkan dominasi konsumen Bakmi Mewah adalah konsumen yang bekerja sebagai pegawai swasta dengan jumlah 57 orang. Selanjutnya mahasiswa/pelajar merupakan konsumen terbanyak kedua dalam penelitian ini dengan jumlah 21 orang, diikuti oleh responden yang bekerja sebagai wiraswasta dengan 14 orang. Sementara konsumen yang bekerja sebagai pegawai negeri atau lainnya berjumlah sama yaitu sebesar 4 orang. Jika dilihat dari populasinya, Universitas Mercu Buana Menteng memang dikhususkan untuk mahasiswa yang berpredikat sebagai karyawan/pekerja, oleh karenanya dominasi pegawai swasta sangat relevan dengan sampel yang diambil sebagai konsumen Bakmi Mewah. Berdasarkan tingkat pendapatan/uang saku tiap bulan, mayoritas konsumen mempunyai pendapatan antara Rp 2.000.000,- sampai Rp 4.000.000,dengan jumlah konsumen 41 orang. Konsumen dengan rentang pendapatan Rp 4.100.000,- sampai Rp 6.000.000,- berjumlah 29 orang dan 22 orang konsumen
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
62
mempunyai pendapatan diatas Rp 6.000.000,- sedangkan konsumen dengan pendapatan dibawah Rp 2.000.000,- sebesar 8 orang. Jika dibandingkan dengan Upah Minimum Regional (UMR) DKI Jakarta 2017 sebesar Rp 3.355.750,- , tingkat pendapatan sebagian besar konsumen dapat dikategorikan sebagai kelas menengah, dimana kategori ini ditandai dengan tingkat konsumsi yang tinggi dan lebih menyukai produk-produk kelas premium. Survey yang menunjukkan frekuensi mengkonsumsi mi instan dalam 1 bulan, sebagian besar konsumen dengan jumlah 94 orang mengkonsumsi mi instan dibawah 20 kali dalam 1 bulan, sedangkan sisanya yakni 6 orang mengkonsumsi mi instan dalam 1 bulan antara 20-40 kali. Angka tersebut relatif kecil, namun masih dalam angka wajar mengingat posisi mi instan hanya sebagai pengganti makanan pokok nasi. Untuk survey yang menunjukkan sejak kapan konsumen mengkonsumsi Bakmi Mewah, mayoritas konsumen baru mengkonsumsi Bakmi Mewah beberapa hari yang lalu atau dibawah 1 bulan dengan jumlah 53 konsumen. Selanjutnya 26 konsumen mencoba Bakmi Mewah sekitar 1-6 bulan yang lalu, 10 konsumen pada 7-12 bulan yang lalu sedangkan 11 orang mengkonsumsi Bakmi Mewah sejak lebih dari 1 tahun yang lalu. Kondisi ini cukup wajar, mengingat Bakmi Mewah baru diluncurkan sekitar 1 tahun yang lalu, dan mulai dikenal masyarakat luas sekitar pertengahan tahun 2016 sejalan dengan gencarnya promosi melalui iklan yang dilakukan Bakmi Mewah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
63
2. Analisis Deskriptif Variabel Untuk melakukan analisis deskriptif varibel-variabel penelitian, dilakukan olah data menggunakan software SPSS 20. Output dari olah data tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut: Tabel 4.6 Deskriptif Variabel N
PMV1 PMV2 PMV3 PMV4 PMV5 PMV6 IKL1 IKL2 IKL3 IKL4 IKL5 IKL6 IKL7 IKL8 IKL9 IKL10 CIT1 CIT2 CIT3 CIT4 CIT5 CIT6 KPM1 KPM2 KPM3 KPM4 KPM5 KPM6
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
100
1
5
3.30
1.040
100
1
5
3.84
1.098
100
1
5
3.05
.978
100
1
5
3.25
1.048
100
1
5
3.16
1.022
100
1
5
3.31
1.012
100
1
5
3.88
.924
100
1
5
3.73
.920
100
1
5
3.32
1.072
100
1
5
3.15
.957
100
1
5
3.30
1.068
100
1
5
3.48
.969
100
1
5
3.59
1.026
100
1
5
3.36
1.168
100
1
5
3.63
1.031
100
1
5
3.45
1.009
100
1
5
3.56
.833
100
1
5
2.91
.954
100
1
5
3.41
.933
100
1
5
3.49
1.000
100
1
5
3.43
.913
100
1
5
3.58
.831
100
1
5
2.63
.928
100
1
5
3.39
1.072
100
1
5
2.77
.941
100
1
5
2.83
.911
100
1
5
2.52
.937
100
1
5
2.78
1.001
Sumber : Output SPSS (2017)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
64
Tabel 4.6 diatas merupakan hasil tanggapan dari responden terhadap instrumen (kuisioner) untuk mengukur variabel perilaku mencari variasi (PMV), iklan (IKL), citra merek (CIT) dan keputusan perpindahan merek (KPM) dimana angka 1 merupakan angka terendah (sangat tidak setuju) dan angka 5 merupakan angka tertinggi (sangat setuju). Angka tertinggi pada variabel perilaku mencari variasi dengan rata-rata 3,84 dan standar deviasi 1,098 terdapat pada instrumen PMV2 yang menyatakan “Saya suka mencari mi instan yang lebih enak” (lihat lampiran). Sedangkan angka terendah terdapat pada instrumen PMV3 yang menyatakan “Saya mengkonsumsi Bakmi Mewah karena diberitahu orang lain” dengan rata-rata 3,05 dan standar deviasi 0,978. Angka tertinggi pada variabel iklan terdapat pada instrumen IKL1 yang menyatakan bahwa “Saya mengenal Bakmi Mewah melalui iklan” dengan ratarata 3,88 dan standar deviasi 0,924. Sedangkan angka terendah terdapat pada instrumen IKL4 yang menyatakan bahwa “Secara tidak sadar, saat membeli mi instan saya memilih Bakmi Mewah karena pengaruh iklan yang pernah saya lihat” dengan angka 3,15 dan standar deviasi 0,957. Angka tertinggi pada variabel citra merek terdapat pada instrumen CIT6 yang menyatakan bahwa “Bakmi Mewah merupakan mi instan premium pertama dengan daging ayam asli” dengan rata-rata 3,58 dan standar deviasi 0,831. Sedangkan angka terendah terdapat pada instrumen CIT2 yang menyatakan bahwa “Rasa Bakmi Mewah lebih enak dari mi instan lain” dengan angka 2,91 dan standar deviasi 0,954.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
65
Angka tertinggi pada variabel keputusan perpindahan merek terdapat pada instrumen KPM2 yang menyatakan bahwa “Saya berpindah ke Bakmi Mewah karena ingin mencari variasi produk mi instan” dengan rata-rata 3,39 dan standar deviasi 1,072. Sedangkan angka terendah terdapat pada instrumen KPM5 yang menyatakan bahwa “Saya berpindah ke Bakmi Mewah karena rekomendasi dari keluarga” dengan angka 2,52 dan standar deviasi 0,937. C. Hasil Analisis PLS Hasil analisis diperoleh melalui dua tahap evaluasi terhadap variabelvariabel yang dipakai dalam penalitian. Evaluasi terdiri dari evaluasi model pengukuran (outer model) dan evaluasi model struktural (inner model). Outer model mengevaluasi nilai convergent validity suatu konstruk dengan melihat nilai loading factor dan nilai Average Variance Extracted (AVE). Selain itu, evaluasi ini juga untuk mengevaluasi nilai discriminant validity dengan melihat nilai cross loading. Terakhir dengan mengevaluasi unidimentionality dengan melihat nilai composite reliability dan cronbach’s alpha. Sedangkan inner model mengevaluasi nilai t-statistic dan R-square (R2) untuk melihat besar pengaruh dari variabel eksogen terhadap variabel endogen. Untuk menilai signifikansi model prediksi dalam pengujian model struktural, dapat dilihat pada nilai t-statistic antara variabel eksogen ke variabel endogen dan ukuran signifikansi keterdukungan hipotesis dapat digunakan perbandingan t-table dan t-statistic. Semua evaluasi ini diperoleh melalui dua
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
66
tahap pengolahan data, yakni analisis algorithm dan resampling dengan teknik bootstrap. 1. Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model) Melalui estimasi PLS Algorithm, menunjukkan nilai dari loading factor tiap-tiap indikator dari semua variabel laten, nilai R 2 yang tampak pada variabel Perilaku Mencari Variasi, variabel Citra Merek, dan variabel Keputusan Perpindahan Merek, dan path coefficient. Semua nilai tersebut dipakai kecuali nilai path coefficient (digunakan untuk analisis jalur). Terdapat nilai AVE, cross loading, composite reliability, dan cronbach’s alpha yang akan muncul pada report yang digunakan untuk melakukan evaluasi. Convergent validity dari model pengukuran dengan indikator reflektif dapat dilihat dari korelasi antara score item/indikator dengan score konstruknya. Indikator individu dianggap reliabel jika memiliki nilai korelasi diatas 0,70. Namun demikian pada riset tahap pengembangan skala, loading 0,50 sampai 0,60 masih dapat diterima (Ghozali, 2014:61). Dengan melihat hasil output korelasi antara indikator dengan konstruknya seperti terlihat pada Tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7 Outer Loadings Citra Merek CIT1 CIT2 CIT3 CIT4 CIT5 CIT6 IKL1
Iklan
Keputusan Perpindahan Merek
0.742 0.734 0.773 0.713 0.808 0.789 0.609
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Perilaku Mencari Variasi
67
IKL10 IKL2 IKL3 IKL4 IKL5 IKL6 IKL7 IKL8 IKL9 KPM1 KPM2 KPM3 KPM4 KPM5 KPM6 PMV1 PMV2 PMV3 PMV4 PMV6 PMV5
0.473 0.730 0.680 0.694 0.558 0.747 0.719 0.581 0.571 0.794 0.747 0.842 0.812 0.700 0.773
Sumber : Output PLS (2017)
0.562 0.706 0.658 0.731 0.695 0.643
Berdasarkan pada outer loading diatas, maka indikator IKL10 dikeluarkan dari model karena memiliki loading kurang dari 0,50. Begitu juga dengan indikator lain dari variabel Iklan dan variabel Perilaku Mencari Variasi yang mempengaruhi nilai AVE dibawah 0,50 pada hasil pengukuran construct reliability and validity seperti pada Tabel 4.8 berikut : Tabel 4.8 Construct Reliability And Validity Citra Merek Iklan Keputusan Perpindahan Merek Perilaku Mencari Variasi
Cronbach's Alpha 0.854 0.838 0.870 0.751
rho_A 0.860 0.848 0.871 0.758
Sumber : Output PLS (2017)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
Composite Reliability 0.891 0.873 0.902 0.828
AVE 0.578 0.412 0.607 0.446
68
Setelah beberapa indikator dikeluarkan dari model, hasil dari re-estimasi PLS Algorithm dengan membuang indikator IKL1, IKL3, IKL5, IKL8, IKL10, PMV1 dan PMV6, maka terlihat seperti gambar 4.3 berikut:
Gambar 4.3 Hasil Re-estimasi PLS Algorithm Sumber : Output PLS (2017) Hasil dari re-estimasi PLS Algorithm diatas telah memenuhi convergent validity karena semua factor loading berada diatas 0,50. Discriminant validity indikator reflektif dapat dilihat pada cross-loading antara indikator dengan konstruknya. Dari hasil re-estimasi PLS Algorithm diatas diperoleh cross-loading sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
69
Tabel 4.9 Cross Loading Indikator
Convergent Validity
CIT1 CIT2 CIT3 CIT4 CIT5 CIT6 IKL2 IKL4 IKL6 IKL7 IKL9 KPM1 KPM2 KPM3 KPM4 KPM5 KPM6 PMV2 PMV3 PMV4 PMV5
0.742 0.734 0.771 0.711 0.809 0.790 0.762 0.706 0.815 0.747 0.586 0.796 0.747 0.842 0.810 0.702 0.772 0.725 0.705 0.770 0.722
Citra Merek 0.742 0.734 0.771 0.711 0.809 0.790 0.552 0.356 0.503 0.516 0.285 0.506 0.474 0.498 0.414 0.460 0.487 0.432 0.385 0.479 0.454
Cross Loading Keputusan Iklan Perpindahan Merek 0.435 0.445 0.515 0.513 0.390 0.425 0.344 0.396 0.506 0.538 0.601 0.443 0.762 0.310 0.706 0.468 0.815 0.359 0.747 0.383 0.586 0.241 0.381 0.796 0.488 0.747 0.434 0.842 0.331 0.810 0.286 0.702 0.349 0.772 0.462 0.409 0.163 0.336 0.473 0.467 0.266 0.475
Sumber : Output PLS (2017)
Perilaku Mencari Variasi 0.398 0.519 0.534 0.400 0.483 0.415 0.336 0.423 0.398 0.334 0.223 0.391 0.462 0.489 0.403 0.488 0.490 0.725 0.705 0.770 0.722
Dari tabel diatas terlihat bahwa korelasi konstruk Citra Merek dengan indikatornya lebih tinggi dibandingkan korelasi indikator Citra Merek dengan konstruk lainnya. Hal ini juga berlaku pada konstruk lainnya dengan masingmasing indikatornya. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi indikator pada blok mereka lebih baik dibandingkan dengan indikator di blok lainnya (Ghozali, 2014:63).
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
70
Metode lain untuk menilai discriminant validity adalah dengan membandingkan akar kuadrat dari Average Variance Extracted (√
) untuk
setiap konstruk dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam model. Model mempunyai discriminant validity yang cukup jika akar AVE untuk setiap konstruk lebih besar daripada korelasi antara konstruk dan konstruk lainnya. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 berikut: Tabel 4.10 Fornell-Lacker Criterion Citra Merek Citra Merek Iklan Keputusan Perpindahan Merek Perilaku Mencari Variasi
0.760 0.624 0.610 0.603
Iklan
0.727 0.489 0.475
Sumber : Output PLS (2017)
Keputusan Perpindahan Merek
Perilaku Mencari Variasi
0.779 0.586
0.731
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa akar AVE konstruk Citra Merek sebesar 0,760 (√
) lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk
Citra Merek dengan Iklan yang hanya sebesar 0,624, atau korelasi antara konstruk Citra Merek dengan Keputusan Perpindahan Merek sebesar 0,610, atau juga dengan korelasi antara konstruk Citra Merek dengan Perilaku Mencari Variasi yang hanya sebesar 0,603. Begitu juga dengan akar AVE konstruk Iklan sebesar 0,727 (√
) lebih tinggi daripada korelasi antara Iklan dan Citra Merek, Iklan
dan Keputusan Perpindahan Merek maupun Iklan dan Perilaku Mencari Variasi. Akar AVE dari konstruk Keputusan Perpindahan Merek sebesar 0,779 (√
)
juga lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk Keputusan Perpindahan Merek dan lainnya. Begitu juga dengan akar AVE dari konstruk Perilaku Mencari Variasi
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
71
sebesar 0,731 (√
) lebih tinggi daripada korelasi antara konstruk Perilaku
Mencari Variasi dan lainnya. Uji lainnya adalah menilai validitas dari konstruk dengan melihat nilai AVE, dipersyaratkan model yang baik kalau AVE masing-masing konstruk nilainya lebih
besar dari 0,50 (Ghozali, 2014:65). Hasil dari output AVE
menunjukkan nilai AVE masing-masing konstruk lebih besar dari 0,50, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut: Tabel 4.11 Construct Reliability and Validity Setelah Re-estimasi Citra Merek Iklan Keputusan Perpindahan Merek Perilaku Mencari Variasi
Cronbach's Alpha 0.854 0.776 0.870 0.711
rho_A 0.859 0.791 0.871 0.717
Sumber : Output PLS (2017)
Composite Reliability 0.892 0.847 0.902 0.821
AVE 0.579 0.529 0.607 0.535
Disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan dua kriteria yaitu composite reliability dan cronbach’s alpha diatas 0,70. Hasil output composite reliability maupun cronbach’s alpha pada Tabel 4.11 semua konstruk diatas 0,70. Jadi dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
72
2. Pengujian Model Struktural (Inner Model) a. Goodness of Fit 1) R-square Tabel 4.12 R-square R Square Citra Merek Keputusan Perpindahan Merek
R Square Adjusted 0.389 0.456
Sumber : Output PLS (2017)
0.383 0.439
Pengujian terhadap model struktural dilakukan dengan melihat nilai Rsquare yang merupakan uji goodness of fit model. Model pengaruh Perilaku Mencari Variasi, Iklan dan Citra Merek terhadap Keputusan Perpindahan Merek memberikan nilai R-square sebesar 0,456 yang dapat diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk Keputusan Perpindahan Merek dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk Perilaku Mencari Variasi, Iklan dan Citra Merek sebesar 45,6% sedangkan 54,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar yang diteliti. Sedangkan nilai R-square dari Citra Merek 0,389 dipengaruhi oleh Iklan diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk Citra Merek dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk Iklan sebesar 38,3% dan 61,7% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian tersebut. 2) Q-square Q-square pada model structural digunakan untuk mengukur seberapa baik nilai observasi yang dihasilkan oleh model dan juga estimasi parameternya. Nilai Q-square > 0 menunjukkan model memiliki predictive relevance, sebaliknya jika
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
73
nilai Q-square ≤ 0 menunjukkan model kurang memiliki predictive relevance. Perhitungan Q-square dilakukan dengan rumus : Q2 = 1-(1-R12)( (1-R22)…(1-Rp2) Dimana R12, R22…Rp2 adalah R-square variabel endogen dalam model persamaan. Besarnya nilai Q2 memiliki nilai dengan rentang 0 < Q2 < 1, dimana semakin mendekati 1 berarti model semakin baik. Besaran Q 2 ini setara dengan koefisien determinasi total pada analisis path jalur ( path analysis ). Dengan melihat nilai R-square dari citra merek sebesar 0,389 dan keputusan perpindahan merek sebesar 0,456, setelah dimasukkan ke dalam rumus di atas diperoleh angka Q-square sebesar 0,327 lebih besar dari 0 yang menunjukkan bahwa model memiliki predictive relevance. b. Uji Hipotesis Melalui proses bootstrapping akan diperoleh nilai t-statistic dari kedua model pengukuran (outer dan inner) untuk memprediksi adanya hubungan kausalitas antar variabel laten. Tabel 4.13 Path Coefficients
CIT -> KPM IKL -> CIT IKL -> KPM PMV -> KPM
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
0.338 0.624 0.124 0.322
0.331 0.629 0.128 0.337
Standard Deviation (STDEV) 0.113 0.066 0.107 0.088
Sumber : Output PLS (2017)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
T Statistics (|O/STDEV|)
P Values
2.993 9.467 1.164 3.676
0.003 0.000 0.245 0.000
74
Tabel 4.14 Indirect Effects
CIT -> KPM IKL -> CIT IKL -> KPM PMV -> KPM
Original Sample (O)
Sample Mean (M)
Standard Deviation (STDEV)
T Statistics (|O/STDEV|)
P Values
0.211
0.208
0.076
2.777
0.006
Sumber : Output PLS (2017)
1) Hubungan Perilaku Mencari Variasi dan Keputusan Perpindahan Merek Tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa hubungan antara Perilaku Mencari Variasi (PMV) dan Keputusan Perpindahan Merek (KPM) adalah positif dan signifikan. Dengan demikian Hipotesis H1 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “Perilaku Mencari Variasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Perpindahan Merek” diterima. Hasil pengujian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiadi (2015) yang menemukan bahwa perilaku pencari variasi mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek oleh wanita di Tangerang Selatan ke pembalut Charm. Hasil tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sofiana dan Budiadi (2016) yang menemukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan perilaku mencari variasi terhadap keputusan perpindahan merek produk Indomie pada mahasiswa pendidikan ekonomi angkatan 2011/2012-2014/2015 dengan sampel 100 responden. Pada penelitian ini sampel diambil dari mahasiswa regular 2 Universitas Mercu Buana Menteng yang sebagian besar merupakan mahasiswa yang sudah bekerja dan memiliki penghasilan. Karena sudah memiliki penghasilan, maka
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
75
mereka memiliki buying power dan ingin mencari variasi baru pada produk mi instan yang lebih premium dari pada mi instan biasa, oleh karenanya keputusan perpindahan merek ke Bakmi Mewah pada penelitian ini secara positif dan signifikan dipengaruhi oleh perilaku mencari variasi. 2) Hubungan Iklan dan Keputusan Perpindahan Merek Hubungan antara Iklan (IKL) dan Keputusan Perpindahan Merek (KPM) adalah positif dan tidak signifikan. Dengan demikian Hipotesis H2 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “Iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Perpindahan Merek” ditolak. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ishadi (2012) yang menyatakan bahwa Iklan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan merek Shampo Sunsilk. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraini (2010) yang menemukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan iklan terhadap keputusan perpindahan merek pada produk mi instan dengan responden mahasisa UNDIP yang indekos di kelurahan Pleburan. Bakmi Mewah langsung mendapat respon yang positif saat peluncuran perdananya sebagai pionir mi instan premium. Hal itu menandakan bahwa Bakmi Mewah mempunyai reputasi yang baik ditengah masyarakat, apalagi didukung oleh nama besar Mayora dibelakangnya. Sebelum menayangkan iklan, Bakmi Mewah sudah melakukan banyak kegiatan promosi dan testimoni dengan menggandeng beberapa artis terkenal, oleh karenanya fungsi dari iklan dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
76
mempengaruhi perpindahan merek menjadi tidak signifikan. Iklan merupakan faktor eksternal dari sisi konsumen, jika dilihat dari analisis deskriptif variabel rata-rata responden melakukan perpindahan merek karena mencari variasi baru yang merupakan faktor internal konsumen dalam memutuskan untuk berpindah merek. 3) Hubungan Iklan dan Citra Merek Hubungan antara Iklan (IKL) dan Citra Merek (CIT) adalah positif dan signifikan. Dengan demikian Hipotesis H3a dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “Iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Citra Merek” diterima. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad (2016) yang menemukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan iklan terhadap citra merek pada Rumah Sakit-Rumah Sakit Swasta di Arab Saudi. Meskipun Iklan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan perpindahan merek, namun disisi lain iklan berpengaruh secara signifikan terhadap citra merek. Artinya iklan lebih berdampak pada penguatan merek Bakmi Mewah ditengah pasar dibandingkan dengan mempengaruhi masyarakat untuk berpindah merek. 4) Hubungan Iklan dan Keputusan Perpindahan Merek melalui mediasi Citra Merek Untuk menguji Hipotesis H3b dapat dilihat pada tabel 4.14 yang menunjukkan pengaruh tidak langsung iklan (IKL) terhadap keputusan perpindahan merek (KPM) melalui mediasi citra merek (CIT). Hubungan tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
77
langsung iklan terhadap keputusan perpindahan merek melalui mediasi citra merek adalahpositif dan signifikan. Dengan demikian Hipotesis H3b dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “ Iklan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek melalui mediasi citra merek” diterima. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriana (2013) yang menemukan adanya pengaruh yang positif dan signifikan iklan terhadap keputusan perpindahan merek melalui mediasi citra merek. Hasil ini menunjukkan bahwa meskipun iklan tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan perpindahan merek, namun melalui mediasi citra merek ternyata iklan berpengaruh secara tidak langsung terhadap keputusan perpindahan merek. Artinya Bakmi Mewah tetap harus melakukan aktifitas beriklan untuk mempengaruhi masyarakat untuk berpindah merek. 5) Hubungan Citra Merek dan Keputusan Perpindahan Merek Hubungan antara Citra Merek (CIT) dan Keputusan Perpindahan Merek (KPM) adalah positif dan signifikan. Dengan demikian Hipotesis H4 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa “Citra Merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap Keputusan Perpindahan Merek” diterima. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanto dan Widyawati (2016) yang menemukan adanya pengaruh positif dan signifikan citra merek terhadap keputusan perpindahan merek Blackberry ke Smartphone. Begitu juga dengan Penelitian yang dilakukan oleh Khairani (2011)
http://digilib.mercubuana.ac.id/z
78
yang menemukan adanya pengaruh yang signifikan citra merek terhadap keputusan perpindahan merek pada sabun pembersih wajah. Seperti yang dibahas pada BAB I bahwa citra merek dari produk-produk yang dikeluarkan oleh Mayora sebagian besar positif direspon oleh masyarakat. Oleh karenanya, citra merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek ke Bakmi Mewah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/z