BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran ObjekPenelitian PT Ace Hardware Indonesia Tbk (Perusahaan) didirikan awalnya
bernama PT Kawan Lama Home Center berdasarkan akta No. 17 tanggal 3 Pebruari 1995 dari Benny Kristianto, S.H, notaris di Jakarta. Pada tanggal 28 Oktober 1997, nama Perusahaan diubah menjadi PT Ace Indoritel Perkakas, dan kemudianberdasarkan akta No. 40 tanggal 28 Agustus 2001 dari Fathiah Helmi, S.H, notaris di Jakarta nama Perusahaa selanjutnya diubah menjadi PT Ace Hardware Indonesia. Perubahan anggaran dasar Perusahaan tersebut telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-08339.HT.0 1.04 TH 2001 tanggal 14 September 2001 dan
diumumkan
dalam
Berita
Negara
No.
77,
Tambahan
No.11366,tanggal 24 September 2002. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Notaris Gde Kertayasa, S.H., No. 21 tanggal 22 Februari 1989.Akta Pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-7158.HT.01.01.Th.89 tanggal 7 Agustus 1989 dan telah didaftarkan pada Buku Register Pengadilan
Negeri
Jakarta
Utara
No.
11/LEG/1999,
serta
telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 59 tanggal 23 Juli 1999, Tambahan No. 4414. PT Catur Sentosa Adiprana (“Perusahaan”) didirikan berdasarkan akta notaris Hendra Karyadi, S.H., No. 93 tanggal 31 Desember 1983. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-5216.HT.0101.TH.1984 tanggal 18 September 1984 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 1155 tanggal 27 November 1984, Tambahan No. 95. Pada tahun 2000, status hukum Perusahaan berubah menjadi Penanaman Modal Asing dan telah memperoleh persetujuan dari Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam Surat Keputusan No. 208/V/PMA/2000 tanggal 21 Desember 2000 dan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C1701 HT.01.04-TH.2001 tanggal 7 Maret 2001. PT Kokoh Inti Arebama ("Perusahaan") didirikan berdasarkan Akta Notaris Fitricia Arisusanti, S.H., C.N., No. 27 tanggal 6 Juli 2001 sebagai notaris pengganti Dr. Irawan Soerodjo, S.H., Msi. Akta tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.C-03717 HT.01.01.Th.2001 tanggal 25 Juli 2001 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 86 tanggal 26 Oktober 2001, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No. 6683.
PT. Mitra Adiperkasa Tbk (Perusahaan), didirikan dengan akta No. 105 tanggal 23 Januari 1995 dari Julia Mensana, S.H., notaris di Jakarta. Akta
pendirian
tersebut
telah
mendapat
pengesahan
dari
MenteriKehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusannya No. C2-9243.HT.01.01.TH.95 tanggal 31 Juli 1995 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 80 tanggal 6 Oktober 1995, Tambahan No. 8287. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami perubahan, terakhirdengan akta notaris No. 23 tanggal 25 Juli 2008 dari Isyana Wisnuwardhani Sadjarwo,S.H., notaris di Jakarta, dalam rangka penyesuaian dengan Undang-undang No. 40 tahun 2007 mengenai PerseroanTerbatas. PT Matahari Putra Prima Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 11 Maret 1986 berdasarkan akta notaris Budiarti Karnadi, S.H. No. 30 tanggal 11 Maret 1986. Akta pendirian Perusahaan diumumkan dalam Berita Negara No. 73 tanggal 10 September 1991, Tambahan No. 2954. Anggaran dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 39 tanggal 8 Agustus 2008, dibuat di hadapan Ny. Poerbaningsih Adi Warsito, S.H. Notaris di Jakarta dalam rangka penyesuaian Anggaran Dasar dengan Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (“Perusahaan”) didirikan di Indonesia pada tanggal 14 Desember 1983 berdasarkan Akta Notaris R.
Muh. Hendarmawan, S.H., No. 60 pada tanggal yang sama. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-5877.HT.01.01.TH.85 tanggal 17 September 1985 dan diumumkan dalam Berita Negara No. 9 Tambahan No. 589 tanggal 3 Oktober 1985. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta NotarisRianto S.H., No. 13 tanggal 20 Mei 2008 untuk memenuhi ketentuan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. PT Sona Topas Tourism Industry Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 25 Agustus 1978berdasarkan Akta No. 56 dari Djonny Imam Soedjono, notaris di Jakarta, sebagai pengganti dari notaris Edison Sianipar S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT Sona Topas Group. Pada tahun 1981 sesuai dengan Akta No. 25 tanggal 13 Januari 1981 dari Edison Sianipar S.H., notaris di Jakarta, nama Perusahaan diubah menjadi PT Sona Topas. Akta pendirian ini telah mendapatpengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia (sekarang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia) dalam Surat Keputusan No. Y.A.5/67/6 tanggal 2 Pebruari 1981. Pada tanggal 13 Oktober 1990, nama Perusahaan
diubah
menjadi
PT
Sona
Topas
Tourism
Industry
berdasarkan Akta No. 225 dari Ny. S.P. Henny Shidki S.H., notaris di Jakarta. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 25 tanggal 4 Nopember 2008 dari Buntario Tigris S.H., notaris di Jakarta, mengenai perubahan Anggaran
Dasar Perusahaan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. PT Nusantara Inti Corpora, Tbk (dahulu bernama PT United Capital Indonesia, Tbk) ("Perusahaan") didirikan berdasarkan akta notaris No. 166 tanggal 30 Mei 1988 dari Mohamad Said Tadjoedin, S.H, notaris di Jakarta dengan nama PT. Aneka Keloladana dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan surat keputusan No. C2-5501 HT.01.01.Th 1988 tertanggal 30 Juni 1988 dan serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 99 tanggal 11 Desember 1990, Tambahan No. 5045. 4.2.
Analisis Regresi
4.2.1. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang digunakan dalam penelitian.Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Penentuan Hipotesis Ho
:data variabel dependen (harga saham) berdisribusi normal
H1
:data
variabel
dependen
berdistribusi normal 2. Penentuan tingkat signifikansi
(harga
saham_tidak
Tingkat kepercayaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 95% atau dengan kata lain tingkat signfikansinya (alpha) sebesar 5% 3. Penentuan Statistik Uji Untuk melakukan pengujian asumsi normalitas data tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian metode Jarque Berra (JB) yang dirumuskan sebagai berikut : 2 n −k 2 1 JB = S + ( K − 3) 4 6
4. Penentuan Kriteria uji Jika nilai probabilitas dari statistik JB lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan maka H0 ditolak.Sebaliknya jika nilai probabilitas dari statistik JB lebih besar dari tingkat signifikansi yang digunakan maka H0 diterima. 5. Kesimpulan Hasil pengujian normalitas dengan menggunakan bantuan SPSS adalah sebagai berikut : Tabel. IV Series
Jarque-Bera
Probability
LABA_ACES
0.514
0.774
LABA_AMRT
0.457
0.796
LABA_CSAP
0.621
0.733
LABA_KOIN
0.911
0.634
LABA_MAPI
0.331
0.847
LABA_MPPA
0.448
0.799
LABA_RALS
0.648
0.723
LABA_SONA
0.534
0.766
LABA_UNIT
0.357
0.836
Berdasarkan hasil diatas terlihat bahwa nilai JB untuk variabel jumlah laba yang diperoleh sembilan perusahaan sektor perdagangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dan diamati dalam penelitian ini.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah laba perusahaan yang diamati tersebut selama tahun 2009-2012 telah berdistribusi normal.
4.2.2. Hasil Analisis Regresi Setelah persyaratan normalitas data dipenuhi maka selanjutnya dilakukan analisis regresi untuk mengetahu pengaruh dari penjualan kredit dan tingkat perputaran piutang terhadap jumlah laba yang berhasil diperoleh perusahaan sektor perdagangan yang diamati dan tercatat di Bursa Efek Indonesia. Karena data yang dianalisis berupa data pooled (gabungan antara data crosssection/perusahaan dengan data time series/tahun) maka analisis regresi yang digunakan adalah regresi data panel. Hasil analisis regresi data panel adalah sebagai berikut : Tabel. V Hasil analisis Regresi data Panel Y
=
7,7301
+
0,4913(Kredit) + 0,4731(PPIU)
T
(2.0908)
(2,4939)
(10,4585)
Sig
(0,0469)
(0,0196)
(0,0000)
R-Squared
0,9972
F
883,9532
Sig
(0,0000)
Interpretasi dari hasil analisis regresi diatas adalah sebagai berikut 1 Rata-rata pertumbuhan laba dari perusahaan sektor perdagangan yang diamati dan tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012 adalah sebesar 7,7301% per tahun. 2 Pertumbuhan jumlah penjualan kredit selama tahun 2009-2012 berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba perusahaan sektor perdagangan yang diamati. Setiap kenaikan jumlah penjualan kredit sebesar 1% akan mampu meningkatkan laba perusahaan sebesar 0,4913%. 3 Tingkat perputaran piutang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba perusahaan sektor perdagangan yang diamati. Setiap kenaikan tingkat perputaran piutang sebesar 1% maka akan meningkatkan laba perusahaan sebesar 0,4731%.
4.2.3. Pengujian Model Regresi Analisis regresi selain digunakan untuk melihat pengaruh juga digunakan untuk membuat model prediksi dari variabel-variabel yang diamati.Untuk itu sebelum digunakan dalam pengambilan keputusan,
model yang diperoleh terlebih dahulu harus diuji kebaikannya (goodness of fit). Tahapan pengujian kebaikan model regresi adalah sebagai berikut : 1. Penentuan Hipotesis Ho
: seluruh koefisien regresi tidak signifikan (model regresi tidak signfikan)
H1
: minimal satu koefisien regresi signifikan(model regresi signfikan)
2. Penentuan tingkat signifikansi Tingkat kepercayaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 95% atau dengan kata lain tingkat signfikansinya (alpha) sebesar 5% 3. Penentuan Statistik Uji Dalam melakukan uji kebaikan model digunakan uji F yang dirumuskan sebagai berikut : F=
JK Re gresi / ( N + k − 1) JK Re sidu / ( NT − N − k )
4. Penentuan Kriteria uji Penentuan kriteria uji didasarkan pada perbandingan antara nilai F-hitung yang diperoleh dengan F-tabel. Jika nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel maka Ho ditolak, dan jika nilai F-hitung lebih kecil dari nilai F-tabel maka Ho diterima 5. Kesimpulan
Dari hasil analisis sebelumnya didapat nilai F-hitung sebesar 883,9532 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000. Jika nilai signifikansi ini dibandingkan dengan nilai alpha (0,05) maka nilai signifikansi yang diperoleh jauh lebih kecil dari nilai alpah sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi yang dihasilkan sudah sesuai dengan data.
4.2.4. Pengujian Hipotesis Setelah diketahui bahwa model regresi yang dibangun telah sesuai dengan data yang dimiliki, selanjutnya akan dilakukan pengujian untuk mengetahui signfikansi pengaruh jumlah penjualan kredit dan tingkat perputaran piutang terhadap laba yang diperoleh perusahaan sektor perdagangan. Untuk keperluan itu dilakukan pengujian koefisien regresi secara individual (Testing Individual Regression Coefficient) dengan menggunakan uji t. Jika nilai mutlak t-hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai t-tabel pada tingkat signifikansi tertentu dan derajat bebas (NT-N-k) maka Ho ditolak. Pengujian juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi yang diperoleh setiap variabel dengan nilai alpha yang digunakan (0,05). Berdasarkan analisis yang telah dilakukan sebelumnya maka hasil pengujian signifikansi setiap variabel terhadap laba usaha adalah sebagai berikut 1. Pengujian pengaruh penjualan kredit terhadap laba perusahaan
Ho :
β1 = 0
(jumlah
penjualan
kredit
tidak
berpengaruh
terhadap laba yang diperpeh perusahaan sektor perdagangan yang diamati) H1 :
β1 ≠ 0
(jumlah penjualan kredit berpengaruh terhadap laba
yang
diperpeh
perusahaan
sektor
perdagangan yang diamati)
α
: 5%
Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai t-hitung untuk variabel jumlah penjualan kredit adalah sebesar 2,4939 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0196. Jika dibandingkan antara nilai alpha yang digunakan (0,05) maka nilai signifikansi ini masih lebih kecil dari nilai alpha sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa
pada
tingkat
kepercayaan
95%
jumlah
penjualan kredit berpengaruh secara signifikan terhadap laba perusahaan sektor perdagangan yang diamati dan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012. 2. Pengujian pengaruh tingkat perputaran piutang terhadap laba perusahaan Ho : Β2 = 0
H1 : Β2 = 0
α
: 5%
(tingkat perputaran piutang tidak berpengaruh terhadap laba yang diperpeh perusahaan sektor perdagangan yang diamati) (tingkat perputaran piutang berpengaruh terhadap laba yang diperpeh perusahaan sektor perdagangan yang diamati)
Dari hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai t-hitung untuk variabel tingkat perputaran piutang adalah sebesar 10,4585 dengan nilai signifikansi sebesar 0,0000. Jika dibandingkan antara nilai alpha yang digunakan (0,05) maka nilai signifikansi ini masih lebih kecil dari nilai alpha sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% tingkat perputaran piutang berpengaruh secara signifikan terhadap laba perusahaan sektor perdagangan yang diamati dan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama periode 2009-2012.
4.2.5. Interpretasi Koefisien Determinasi Koefisien
determinasi
mencerminkan
besarnya
pengaruh
perubahan variabel bebas dalam menjalankan perubahan pada variabel tidak bebas secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan kebaikan hubungan antar variable dalam model yang digunakan.Besarnya nilai R2 berkisar antara 0< R2 <1.Jika nilai R2 semakin mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan baik karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan sebelumnya diketahui bahwa nilai koefisien determinasi untuk model regresi antara nilai jumlah penjualan kredit dan tingkat perputaran piutang terhadap laba perusahaan sektor perdagangan adalah sebesar 0,9972. Nilai ini berarti bahwa sebesar 99,72% perubahan laba perusahaan-perusahaan sektor
perdagangan yang diamati selama tahun 2009-2012 dipengaruhi oleh jumlah penjualan kredit dan tingkat perputaran piutang yang dimiliki perusahaan tersebut, sedangkan sisanya sebesar 0,28% dipengaruhi oleh variabel lain.
4.3.
Pengujian Asumsi Klasik
4.3.1. Uji Non-Autokorelasi Autokorelasi merupakan pelanggaran asumsi non-autokorelasi. Hal ini disebabkan karena adanya korelasi antar gangguan/error pada setiap pengamatan. Autokorelasi mengakibatkan OLS menghasilkan taksiran yang tak bias namun tidak efisien (underestimated) dan peramalan dengan OLS akan menghasilkan taksiran yang keliru. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, maka dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Makridakis dkk, 1983) : Jika nilai : 1.65 < DW < 2.35 maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi. Jika nilai : 1.21 < DW < 1.65 atau 2.35 < DW < 2.79, tidak dapat diambil kesimpulan. Jika tidak dapat diambil kesimpulan, maka perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan Run Test untuk melihat apakah terjadi autkorelasi atau tidak. Jika nilai : DW < 1.21 atau DW > 2.79, maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi
Hasil pengujian dengan SPSS adalah sebagai barikut : Tabel. VI R-squared
0.997180
Mean dependent var
23.53897
Adjusted R-squared
0.996052
S.D. dependent var
15.81178
S.E. of regression
0.993543
Sum squared resid
24.67820
F-statistic
883.9532
Durbin-Watson stat
2.349780
Prob(F-statistic)
0.000000
Nilai Durbin Watson yang diperoleh dalam analisis diatas adalah sebesar 2,34. Nilai DW ini terletak pada interval 1.65 < DW < 2.35.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pelanggaran asumsi non-autokorelasi dalam model yang dianalisis.
4.3.2. Uji Non-Multikolinearitas Multikolinearitas merupakan salah satu pelanggaran kondisi ideal yang
disebabkan
adanya
hubungan
linear
diantara
variabel
regresor.Multikolinearitas bisa dideteksi dengan melihat nilai R2, dimana nilai R2 tinggi sedangkan tidak ada satupun koefisien regresi (secara parsial) yang signifikan. Selain itu, multikolinearitas dapat juga dideteksi dengan menggunakan indikator Variance Inflation Factor (VIF) yang dirumuskan sebagai berikut :
VIF =
1 1 − Ri 2
Dasar penentuan ada tidaknya multikolinearitas mengacu pada ketentuan sebagai berikut : •
0 < VIF ≤ 10 , tidak terdapat multikolinearitas
•
10 < VIF ≤ 30 , multikolinearitas rendah
•
VIF > 30 , multikolinearitas tinggi
Selain dengan menggunakan indikator VIF (Variance Inflation Factor), teknik untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas dalam data yang dianalisis dapat juga mengamati jumlah variabel yang signifikan dan dibandingkan dengan nilai R-Square yang dihasilkan oleh model.Jika nilai R-square yang dihasilkan relatif tinggi sedangkan jumlah variabel bebas yang signifikan relatif sedikit atau bahkan tidak ada yang signifikan maka dalam model yang dianalisis diindikasikan terdapat gejala multikolinearitas. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai RSquared sebesar 0,9972. Nilai koefisien determinasi ini sangat tinggi bahkan mendekati 1. Disisi lain dari dua variabel bebas yang dianalisis (penjualan kredit dan perputaran piutang) semuanya menunjukkan hasil yang signifikan secara parsial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien determinasi yang tinggi tersebut benar-benar berasal dari pengaruh kedua variabel bebas tersbeut. Dengan kata lain dalam model yang dianalisis tidak terdapat gejala multikolinearitas.
4.4.
Pembahasan
Salah satu tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah memperoleh laba.Oleh karena itu, setiap keputusan atau kebijakan yang diambil oleh perusahaan pada dasarnya selalu dilandasi oleh tujuan untuk memperoleh laba tersebut. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin melakukan berbagai upaya
dan
strategi
untuk
memaksimalkan
laba
yang
diperoleh
perusahaan. Strategi tersebut antara lain berupa kebijakan dalam proses produksi (penggunaan mesin-mesin yang lebih canggih, efisiensi modal, dll), kebijakan dalam hal pemasaran (diskon, promosi, dll) ataupun berupa kebijakan lain yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Pemilihan strategi dalam upaya memaksimalkan laba harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi perusahaan.Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain ukuran perusahaan, pangsa pasar yang dimiliki, tingkat persaingan dengan perusahaan sejenis, jenis barang yang diproduksi, serta sifat bisnis utama dari perusahaan. Sifat bisnis utama (core business) dari setiap perusahaan tidak selalu sama. Bagi perusahaan perdagangan misalnya, core businessnya lebih bersifat sebagai perantara antara produsen dan konsumen.Dengan demikian pendapatan perusahaan juga sangat tergantung kepada berapa banyak barang yang berhasil dijual kepada konsumen.Setiap penjualan barang kepada konsumen, perusahaan memperoleh dua manfaat sekaligus yakni keuntungan dari selisih harga yang ditetapkan oleh perusahaan produsen dengan harga yang diberikan kepada konsumen serta keuntungan dari
diskon atau insenstif potongan harga dari produsen jika barang yang dijual semakin banyak. Untuk itu semakin banyak jumlah barang yang berhasil dijual maka pendapatan yang diperoleh perusahaan juga akan semakin besar. Dengan memperhatikan sifat bisnis tersebut, maka perusahaan perdagangan akan sangat bergantung kepada banyaknya barang yang berhasil dijual. Untuk itu, dalam rangka peningkatan jumlah barang yang berhasil dijual maka diperlukan berbagai strategi.Salah satu strategi yang umumnya digunakan oleh perusahaan perdagangan untuk meningkatkan omzet penjualan adalah dengan menggunakan sistem penjualan kredit. Dengan menggunakan sistem penjualan kredit maka perusahaan akan memperoleh beberapa keuntungan diantaranya dari selisih harga penjualan kredit karena pada umumnya harga kredit lebih mahal dibandingkan dengan harga pembelian tunai. Selain itu dari sisi konsumen, penjualan kredit dipandang akan mampu meringankan konsumen terutama bagi mereka yang mempunyai daya beli yang relatif rendah. Meskipun penjualan kredit mendatangkan banyak manfaat bagi perusahaan, namun disisi lain mengandung resiko yang cukup tinggi. Resiko tersebut antara lain kegagalan konsumen (debitur) dalam membayar kewajiban kepada perusahaan yang jika ini terjadi maka perusahaan akan menderita kerugian. Untuk itu dalam menerapkan sistem penjualan kredit perusahaan perlu melakukan upaya yang lebih ekstra
dalam mengatur dan memantau rasio kredit tersebut.Salah satu indikator yang digunakan dalam memantau perkembangan pengelolaan kredit adalah rasio perputaran piutang.Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan mampu mengelola piutang yang dimilikinya.Semakin tinggi rasio ini berarti perusahaan semakin baik mengelola kredit yang ada. Hasil analisis terhadap sembilanperusahaan perdagangan yang ada di Bursa Efek Indonesias menunjukkan hasil yang sesuai. Dengan menggunakan data yang beasal dari laporan keuangan dan dengan menggunakan analisis regresi data panel diketahui bahwa secara keseluruhan baik penjualan kredit maupun perputaran piutang secara bersama-sama berpengaruh terhadap laba yang diperoleh perusahaan. Kesimpulan ini diperoleh melalui pengujian model regresi dengan menggunkan uji F yang menunjukkan hasil yang signifikan pada tingkat kepercayaan 95%. Demikian pula untuk pengujian secara parsial menunjukkan kedua variabel baik jumlah penjualan kredit maupun perputaran piutang berpengaruh secara signifikan terhadap laba usaha perusahaan pada tingkat kepercayaan 95%. Koefisien regresi untuk variabel penjualan kredit yang sebesar 0,4913 menunjukkan bahwa setiap kenaikan jumlah penjualan kredit sebesar 1% akan mampu meningkatkan laba perusahaan sebesar 0,4913%. Sedangkan untuk perputaran piutang, koefisien regresi sebesar 0,4731 menunjukkan bahwa untuk etiap kenaikan tingkat
perputaran
piutang
sebesar
1%
maka
akan
meningkatkan
laba
perusahaan sebesar 0,4731%. Adapun besar pengaruh dari jumlah penjualan kredit dan perputaran piutang terhadap laba perusahaan ditunjukkan dengan nilai koefisien determinasi sebesar 0,9972. Nilai ini berarti bahwa sebesar 99,72% perubahan laba perusahaan-perusahaan sektor perdagangan yang diamati selama tahun 2009-2012 dipengaruhi oleh jumlah penjualan kredit dan tingkat perputaran piutang yang dimiliki perusahaan tersebut, sedangkan sisanya sebesar 0,28% dipengaruhi oleh variabel lain. Dari hasil ini terlihat bahwa pengaruh dari penjualan kredit dan perputaran piutang sangat besar terhadap perubahan laba perusahaan.