99
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Responden 4.1.1 Profil PT. Rembaka La Tulipes Cosmetiques didirikan pada tahun 1980 setelah melalui penelitian laboratories dan klinis yang cukup lama. Ide dari pendirian waktu itu ialah membuat produk kosmetika yang “hypoallergenic” (berdaya alergi rendah) dan sesuai dengan iklim tropis. Untuk hal ini telah dilakukan penelitian oleh Dokter konsultan medis La Tulipe Cosmetiques dengan melakukan uji klinis dan “Patch Test” (uji temple kulit) dan telah dipublikasikan pada majalah kedokteran Indonesia dan farmasi di Indonesia pada tahun 1995. Adapun gagasan memakai nama La Tulipe Cosmetiques bagi kosmetika yang akan diproduksi diambil dari kata : “La” : diambil dari bahasa Perancis , dimana Paris merupakan barometer mode dan kecantikan dunia. Sedangkan “Tulipe” ; nama bunga tulip yang tidak mudah layu (kisut, keriput) dan berdiri tegak (kencang, tidak mudah kendur). Pada Gambar 4.1 disajikan logo dari La Tulipe Cosmetiques.
100
Gambar 4.1 Logo PT. Rembaka Sumber : Google Disamping itu merek La Tulipe diharapkan agar dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat internasional. La Tulipe Cosmetiques memiliki visi dan misi sebagai berikut : •
Visi Utama pendiri adalah “untuk menjadi pemimpin dalam pasar kosmetik Indonesia, unggul dalam R&D, serta menjadi pelopor dalam barisan produk perawatan kecantikan”.
•
Misi Utama pendiri adalah untuk menyediakan produk berkualitas tinggi pada pelanggan dengan mengedepankan faktor hypoallergenic dan kemanjuran produk kami yang dikombinasi dengan komitmen tinggi pada pelayanan pelanggan untuk mencapai kepuasan pelanggan.
101
4.1.2
Perkembangan La Tulipe Cosmetiques Pada Tahun 1983, dimulai dengan home industry dan pada awalnya hanya
memproduksi kosmetika pembersih dan penyegar kemudian disusul pelembab dan lain – lain. Pada Tahun 1985, pindah ke jalan Prapen Surabaya dan La Tulipe Cosmetiques menambah produk – produk barunya guna melengkapi perawatan kulit (Skin care), baik dengan maupun tanpa kelainan untuk keperluan ujian Negara tingkat dasar dan tingkat terampil. Pada waktu itu La Tulipe Cosmetiques hanya dipasarkan di daerah Jawa Timur saja dan belum dipromosikan secara besar – besaran namun sudah menunjukkan hasil yang cukup nyata dan diterima masyarakat. Hal ini terbukti dengan dipakainya produk – produk La Tulipe Cosmetiques oleh para ahli kecantikan dan dokter- dokter ahli di bidang kosmetika. Pada Tahun 1986, pindah lagi ke Jalan Jemur Sari Surabaya (mendekati pasar industri). Pada Tahun 1987, Mulai pindah dari home industry dan menempati tempat di jalan Rungkut Industri VIII No. 26 – 28 Surabaya (kontrak) dengan nama PT. Rembaka (yang diambil dari bahasa jawa yang berarti “berkembang bersama”). Disamping produk perawatan seperti tersebut diatas, La Tulipe Cosmetiques juga melengkapi produk – produk : Skin care , tata rias panggung , tata rias wajah, tat arias fantasi, untuk melengkapi ujian negara tingkat mahir dan keperluan salon – salon
102
kecantikan. Sebagai penampilan pertama dari produk – produk Tata Rias La Tulipe Cosmetiques, diawali dengan dipakainya produk La Tulipe Cosmetiques oleh ahli kecantikan dalam lomba – lomba Tata Rias, baik dalam taraf Nasional maupun Internasional. Pada kesempatan itu La Tulipe Cosmetiques keluar sebagai Juara Umum dalam lomba tingkat Nasional 1987 dan juara Tingkat ASEAN 1987. Pada Tahun 1995, mulai pembangunan pabrik di Jalan Brebek Industri VII no. 4 Waru – Sidoarjo, yang dirancang untuk memenuhi syarat CPKB (Cara Pemakaian Kosmetika yang Baik) yang rencan dioperasionalkan pada tahun 1997. Namun karena situasi yang belum memungkinkan maka baru pada awal millennium ke III ini bisa ditempati dan diresmikan. Bersamaan dengan kemajuan – kemajuan yang dicapai dalam bidang produksi, maka La Tulipe Cosmetiques juga meningkatkan promosinya ke seluruh wilayah Indonesia mulai dari Medan hingga Jayapura untuk menguasai pangsa pasar khususnya pasar kosmetika Skin Care, Decorative, dan Hair Care. 4.1.3 Lokasi Perusahaan PT. Rembaka terletak di jalan Brebek Industri VII no.4 , Waru – Sidoarjo. Dengan luas tanah 7.000 m2. Alasan perusahaan memilih lokasi tersebut adalah : 1. Karena daerah tersebut adalah daerah perindustrian dimana limbah – limbah sudah diolah langsung oleh pihak industrial estate, sehingga PT. Rembaka tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk mengolah limbahnya.
103
2. Tenaga kerja, karena di Surabaya tersedia banyak tenaga kerja. 3. Sumber tenaga listrik Pengadaan tenaga listrik yang memadai merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan. Sedangkan untuk kantor cabang La Tulipe Cosmetiques terletak di Jalan Raden Saleh No.48 Cikini, Jakarta Pusat 10330, Indonesia. 4.1.4 Struktur Organisasi Di dalam setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi, dimana struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Di dalam struktur organisasi harus ada hubungan dan kerja sama yang baik antar setiap personil agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Selain itu struktur organisasi ini akan menjelaskan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap personil. Struktur organisasi dibawah ini merupakan gambaran secara skematis tentang hubungan kerjasama di dalam perusahaan PT. Rembaka :
104
Gambar 4.2 4 Struktur Organisasi Sumber : Inttern Perusahhaan
K Keterangan : R & D Manaajer
: Riset R & Devvelopment Manajer M
SPV
: Supervisor
A ASM
: Area A Sales Manager M
105
APM
: Are Promotion Manager
BA
: Beauty Advisor
BC
: Beauty Consultan
Tugas dan Wewenang : •
Direktur : 1. Sebagai pemimpin tertinggi dalam perusahaan sekaligus pemilik. 2. Bertugas
memimpin,
mengkoordinir,
mengawasi,
dan
menerima
pertanggungjawaban dari kepala bagian personalia manajer, marketing manajer, plan manajer, quality control, dan manajer keuangan. 3. Menerima , meneliti serta mengesahkan rencana anggaran pendapatan belanja perusahaan untuk satu tahun buku berjalan.
•
Sekretaris : Membantu direktur dalam melakukan tugasnya seperti menyusun jadwal kegiatan direktur, membuat surat – surat dan lain – lain.
•
Quality Control : 1. Memeriksa setiap bahan baku yang telah dibeli, apakah sudah sesuai dengan kualitas yang diinginkan oleh perusahaan.
106
2. Memeriksa setiap campuran dari masing – nasing bahan baku sehingga hasil produksi sesuai dengan resep yang telah ditentukan sehingga baik warna maupun bau tidak berubah – rubah. 3. Memeriksa setiap hasil produksi yang dihasilkan sebelum dipasarkan. 4. Memberikan persetujuan atas layak tidaknya suatu hasil produksi untuk dipasarkan.
•
Manajer Keuangan : 1. Melakukan pengawasan terhadap sumber pemasukan dana dan penyimpanan di kas/ bank untuk selanjutnya ditransfer ke rekening PT. Rembaka di Waru – Sidoarjo. 2. Memberikan persetujuan terhadap pengeluaran dana sesuai dengan anggaran biaya yang telah disusun dan disetujui oleh PT. Rembaka di Waru – Sidoarjo. 3. Menjamin keselamatan saldo kas dan bank terhadap kebocoran – kebocoran atau kehilangan yang mungkin terjadi. 4. Melakukan pengawasan terhadap ketepatan pembayaran oleh para pelanggan. 5. Menyusun laporan keuangan dan mendistribusikan kepada direktur. 6. Melakukan pengawasan terhadap seluruh personalia perusahaan meliputi recruitmen, training, penggajian, disiplin, absensi, kendaraan, inventaris kantor, dan masalah – masalah umum lainnya.
107
•
Plan manajer : Merencanakan dan menetapkan jenis dan kuantitas produk yang akan dibuat untuk tahun kedepan.
•
Kepala gudang : 1. Memberikan laporan secara rutin (mingguan) kepada atasan langsung khususnya mengenai jumlah persediaan barang pada saat ini. 2. Menjamin keselamatan barang dalam gudang dari kehilangan, kebakaran, dsb. 3. Mengontrol masuk keluarnya barang persediaan dari pabrik.
•
R & D Manajer : Mengadakan penelitian dan pengembangan produk baru.
•
Manajer Logistik : 1. Menjamin persediaan barang pada suatu titik yang aman untuk memenuhi permintaan pasar. 2. Menyusun kebutuhan stok yang efisien untuk penjualan.
•
Supervisor : 1. Memberikan pengawasan, motivasi, dan pembinaan kepada para pekerja. 2. Melakukan evaluasi secara periodik pada para pekerja.
108
•
Manajer Decorative : Melakukan pengawasan terhadap pembuatan produk decorative apakah sudah memenuhi syarat untuk dipasarkan.
•
Manajer Skin Care : Melakukan pengawasan terhadap pembuatan produk skin care apakah sudah memenuhi syarat untuk dipasarkan.
•
Manajer Pembelian : 1. Mengatur rencana pembelian baik pembelian bahan baku maupun barang lainnya dari masing – masing kepala bagian yang telah mendapat persetujuan dari plan manajer. 2. Melakukan pembelian bahan baku atau barang lainnya.
•
Marketing Manajer : 1. Memantau hasil produksi di pasaran. 2. Berdasarkan hasil pantauan dari pasar membuat rencana tentang jenis produk apa yang diminati oleh pelanggan. 3. Mempromosikan hasil produksi kepada pelanggan. 4. Mencari distributor atau agen – agen baru. 5. Membuat rencana target pemasukan dari perusahaan.
109
•
Area Sales Manajer : Menetapkan pencapaian target penjualan, bertanggung jawab atas kelancaran kerja sales force , penerimaan dan pemberhentiaan sales force, memberikan informasi pasar kepada atasan.
•
Sales Supervisor : 1. Melakukan order dan tagihan ke toko – toko. 2. Membantu promosi dan kegiatan lain yang bisa menguntungkan serta meningkatkan nilai penjualan. 3. Memperhatikan situasi pasar dan perkembangan pasar termasuk selera dari pelanggannya.
•
Koordinator Sales Mengkoordinasi segala sesuatu yang berkaitan dengan agen pembelian.
•
Area Promotion Manajer 1. Menyusun dan membuat rencana promosi untuk masing – masing daerah yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Melakukan pengontrolan terhadap hasil kerja Beauty Consultan.
110
•
Promotion Sales Melakukan kegiatan promosi seperti periklanan di majalah, tabloid, surat kabar
•
Koordinator Promotion Menentukan jadwal pemasangan iklan beserta media yang akan digunakan.
•
Personalia Manajer 1. Mengatur tenaga kerja. 2. Mengatur penempatan tenaga kerja pada masing – masing bagian. 3. Mengawasi kedisiplinan seluruh karyawan perusahaan. 4. Mengatur kesejahteraan karyawan. 5. Menyeleksi keluar dan masuknya karyawan lama maupun karyawan baru. 6. Mebuat peraturan tata tertib kepegawaian. 7. Menerima dan mepertimbangkan keluhan dan persoalan para karyawan.
4.1.5
Tujuan Perusahaan Tujuan perusahaan untuk jangka pendek adalah : 1) Mengembangkan produk – produk yang sudah ada dan menciptakan produk – produk baru. 2) Meningkatkan kualitas produk.
1 111
Tuju uan perusahaaan untuk janngka panjangg adalah : 1) Menjadi M tuann rumah induustri kosmetiika di negerii sendiri. 2) Menjadi M tam mu kehormataan di pasar innternasional.
4 4.1.6
Prod duk – Produ uk La Tulip pe Cosmetiq ques
G Gambar 4.3 Produk P Acnee Series La Tulipe T Cosmeetiques
1 112
Gambar 4.44 Produk Haiir Care Seriees La Tulipee Cosmetiquues
Gambar 4.55 Produk Skiin Care Seriees La Tulipee Cosmetiquees
1 113
Gambar 4.6 Produk Deccorative Seriies La Tulipee Cosmetiquues
C s Gambar 4..7 Produk Boody Paintingg La Tulipe Cosmetiques
1 114
4 4.1.7
Proffil Respondeen yang Menjadi Unit Analisis A Profi fil respondenn di dalam penelitian inni dibedakaan menurut jenis j kelamin,
u usia, tingkatt pendidikann, profesi, daan tingkat peendapatan peer bulan. Berikut disajikkan p penjelasan mengenai m karrakteristik-kkarakteristik responden teersebut. a Profil Reesponden Beerdasarkan Jenis a. J Kelamiin Dari 100 0 orang responden, selurruh respondeen berjenis kelamin k wannita (100%), di mana haal tersebut tam mpak lebih jelas j pada Gambar G 4.8 berikut b ini.
0% %
P Pria W Wanita 100%
Gambar 4..8 Jenis Kelaamin Responnden Sumber : Peneliti (20011)
1 115
bb. Profil Reesponden Beerdasarkan Usia U Dari 100 orang respoonden, terdappat 7 responnden (7%) yang y berusia di kurang dari atau samaa dengan 20 tahun, 40 reesponden (40%) yang beerusia 21 hinngga 25 tahuun, 24 respon nden (24%) yang berusiia 26 hinggaa 30 tahun , 11 1 respondenn yang berussia 31 hinggaa 35 tahun, 8 reponden (8%) ( yang berusia 36 hinngga 40 tahuun, 5 repondden (5%) yan ng berusia 411 hingga 45 tahun, 3 ressponden (3% %) yang beruusia 46 hinggga 50 tahun,, dan 2 respoonden (2%) yang y berusiaa diatas 50 taahun. Untukk lebih jelasnnya mengenai usia responnden dapat di d lihat pada Gambar 4.9 berikut ini.
5%
3% 2%
8%
< <20 atau = 20 t tahun 7%
2 25 21 ‐ 2 30 26 ‐
11%
40% % 24%
3 35 31 ‐ 3 40 36 ‐ 4 45 41 ‐ 4 50 46 ‐ > > 50
Gambbar 4.9 Usia Responden Sumber : Peneliti (20011)
1 116
cc. Profil Reesponden Beerdasarkan Tingkat T Penddidikan Dari 100 0 orang respponden, tidaak terdapat responden (0%) yang sudah meraaih tingkat pendidikan SD, S 3 responnden (3%) yang y sudah meraih m tingkkat pendidikkan 6 respondenn (61%) yaang sudah meraih m tingkkat pendidikkan SMP/sederajatnya, 61 derajatnya, 33 3 respondeen (33%) yaang sudah meraih m tingkkat pendidikkan SMA/sed D3, 2 ressponden (2% %) yang sudaah meraih tinngkat pendiddikan S1, daan 1 respondden (1%) yan ng memberikkan jawabann lainnya terrhadap tingkkat pendidikaan yang suddah diraih. Untuk U lebih jelasnya menngenai tingkkat pendidikaan yang suddah diraih olleh responden n dapat di lihhat pada Gam mbar 4.10 berikut ini.
2%
1%
0%
3% SD
33%
SMP / Sederajattnya SMA / Sederajatnya 61%
D D3 S1 Laainnya
G Gambar 4.10 Tingkat Penndidikan Ressponden Sumber : Peneliti (20011)
1 117
d. Profil Reesponden Beerdasarkan Profesi P Dari 100 0 orang respponden, terddapat 9 respponden (9%)) yang berpprofesi sebaggai pelajar attau mahasisw wa, 71 respoonden (71%) yang berproofesi sebagaai pegawai attau karyawan n, 8 respondden (8%) yaang berprofeesi sebagai wiraswasta, w 10 respondden (10%) yaang berprofeesi sebagai ibu rumah tangga, t dan 2 respondden (2%) yaang memberik kan jawabann profesi yanng lainnya. Untuk U lebih jelasnya j meengenai tingkkat pekerjaan n yang didudduki oleh reesponden dappat di lihat pada p Gambaar 4.11 berikkut ini.
2% 9%
10% 8%
Pelajar / Mahaasiswa Pegawai / karyyawan W Wiraswasta 7 71%
Ibu rumah tangga Lainnya
Gambarr 4. 11 Profeesi Respondeen Sumber : Peneliti (20011)
1 118
ee. Profil Reesponden Beerdasarkan Tingkat T Penddapatan Per Bulan B Dari 100 0 orang reesponden, terdapat t 20 respondenn (20%) deengan tingkkat pendapatan per bulann kurang darri atau samaa dengan Rpp 1.000.000; 57 respondden (57%) deengan tingkaat pendapataan per bulann Rp 1.000.0001 hingga Rp 3.000.0000; 18 respon nden (18%) dengan tinggkat pendapaatan per bulaan Rp 3.000..001hingga Rp R 5.000.000 0; 5 respoonden (5%)) dengan tingkat penndapatan per bulan Rp R 5.000.001 1hingga Rp 7.000.000; tidak terdaapat respondden (0%) dengan d tingkkat pendapatan per bulaan Rp 7.0000.001hinggaa Rp 9.0000.000; dan tidak terdappat n (0%) denngan tingkat pendapatann per bulan lebih dari Rp R 9.000.0000. responden Untuk leebih jelasnya mengennai tingkat pendapatann yang diddapatkan olleh responden n dapat di lihhat pada Gam mbar 4.12 berikut ini.
0%
0%
5%
20%
18%
<= Rp 1.000.000 Rp 1 jt ‐ 3Jt 3 Rp 3 jt ‐ 5jt 5 Rp 5Jt ‐ 7jjt
5 57%
Rp 7 jt ‐ 9jt 9 > Rp 9jt
Gambar 4. 12 Tingkaat Pendapataan Per Bulann Reponden Sumberr : Peneliti (22011)
1 119
ff. Profil Reesponden Beerdasarkan Lama L Pemakkaian Produkk Dari 100 0 orang respponden, terrdapat 31 reesponden (331%) yang menggunakkan produk La L Tulipe kurrang dari ataau sama denggan 1 tahun, 27 respondeen (27%) yaang menggun nakan produkk La Tulipee dari 1 hinggga 2 tahun,, 22 repondeen (22%) yaang menggun nakan produkk La Tulipee dari 2 hinggga 3 tahun, 20 respondeen (20%) yaang menggun nakan produkk La Tulipe diatas 3 taahun. Untukk lebih jelassnya mengennai lamanya pemakaian yang dilakuukan oleh reesponden daapat di lihat pada Gambbar 4.13 berik kut ini.
20%
31% <1 atau = 1 1tahun 1 ‐ 2 tahun n
22%
2 ‐ 3 tahun n 27%
> 3 tahun
Gaambar 4.13 Lama L Pemakkaian Produkk Respondenn Sumberr : Peneliti (22011)
120
4.2
Analisis Data
4.2.1
Transformasi Data Ordinal menjadi Data Interval Teknik transformasi data ordinal menjadi interval yang digunakan dalam
penelitian ini adalah MSI (Method of Successive Interval). Keterangan: Alternatif Jawaban 1= Sangat Tidak Setuju Alternatif Jawaban 2= Tidak Setuju Alternatif Jawaban 3= Netral Alternatif Jawaban 4= Setuju Alternatif Jawaban 5= Sangat Setuju •
Transformasi variabel Experiential Marketing (X1) ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini: Tabel 4.1 Transformasi variabel Experiential Marketing Skala Ordinal
Berubah
Skala Interval
Nilai Alternatif Jawaban 1
menjadi
1
Nilai Alternatif Jawaban 2
menjadi
1,85
Nilai Alternatif Jawaban 3
menjadi
2,73
Nilai Alternatif Jawaban 4
menjadi
3,61
Nilai Alternatif Jawaban 5
menjadi
4,64
Sumber : Peneliti (2011)
121
•
Transformasi variabel Perceived Quality (X2) ditunjukkan pada Tabel 4.2 berikut ini: Tabel 4.2 Transformasi variabel Perceived Quality Skala Ordinal
Berubah
Skala Interval
Nilai Alternatif Jawaban 1
menjadi
1
Nilai Alternatif Jawaban 2
menjadi
2,23
Nilai Alternatif Jawaban 3
menjadi
3,28
Nilai Alternatif Jawaban 4
menjadi
4,28
Nilai Alternatif Jawaban 5
menjadi
5,40
Sumber : Peneliti (2011) •
Transformasi variabel Brand Trust (Y) ditunjukkan pada Tabel 4.3 berikut ini: Tabel 4.3 Transformasi variabel Brand Trust Skala Ordinal
Berubah
Skala Interval
Nilai Alternatif Jawaban 1
menjadi
1
Nilai Alternatif Jawaban 2
menjadi
2,08
Nilai Alternatif Jawaban 3
menjadi
3,08
Nilai Alternatif Jawaban 4
menjadi
4,02
Nilai Alternatif Jawaban 5
menjadi
5,07
Sumber : Peneliti (2011)
122
•
Transformasi variabel Brand Loyalty (Z) ditunjukkan pada Tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Transformasi variabel Brand Loyalty Skala Ordinal
Berubah
Skala Interval
Nilai Alternatif Jawaban 1
menjadi
1
Nilai Alternatif Jawaban 2
menjadi
2,10
Nilai Alternatif Jawaban 3
menjadi
3,15
Nilai Alternatif Jawaban 4
menjadi
4,14
Nilai Alternatif Jawaban 5
menjadi
5,21
Sumber : Peneliti (2011)
4.2.2
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Uji validitas menggunakan tingkat kepercayaan 95%, dimana df = n-2. Nilai n
dalam penelitian ini yaitu 100, sehingga nilai df = 98. Dengan begitu, diperoleh nilai ttabel = 1,66. Selanjutnya dengan menggunakan rumus rtabel, maka diperoleh nilai rtabel = 0,165. Dasar pengambilan keputusan pada uji validitas ini adalah sebagai berikut: •
Jika rhitung > 0,165, maka butir pertanyaan tersebut valid
•
Jika rhitung < 0,165, maka butir pertanyaan tersebut tidak valid
Sedangkan, dasar pengambilan keputusan pada uji reliabilitas adalah sebagai berikut: •
Jika Cronbach Alpha > 0,165, maka data reliabel
•
Jika Cronbach Alpha < 0,165, maka data tidak reliabel
123
4.2.2.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variabel Experiential Marketing Variabel X1 diukur melalui butir pernyataan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel 4.5 Tabel 4.5 Uji validitas variabel Experiential Marketing Butir Pertanyaan
rhitung
Keterangan
1
0,269
Valid
2
0,411
Valid
3
0,572
Valid
4
0,495
Valid
5
0,251
Valid
6
0,299
Valid
7
0,580
Valid
8
0,389
Valid
9
0,254
Valid
10
0,251
Valid
Sumber : Peneliti (2011) Pada uji validitas diatas, semua butir telah dinyatakan valid, maka langkah berikutnya adalah uji reliabilitas. Pada uji reliabilitas dilakukan perbandingan antara nilai R tabel sebesar 0,165 dengan nilai di mana nilai Cronbach’s Alpha bisa diperoleh dari tabel Reliability Statistics pada output hasil uji validitas dan
124
reliabilitas, yaitu sebesar 0,715. Berikut adalah hasil uji reliabilitas untuk variabel Experiential Marketing (X1). •
Hipotesis : Ho : Ha :
•
Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya Skor butir tidak berkorelasi positif dengan komposit faktornya
Dasar Pengambilan Keputusan : Cronbach’s Alpha > rtabel, maka Ho diterima Cronbach’s Alpha < rtabel, maka Ho ditolak
•
Keputusan : 0,715 > 0,165 Æ maka Ho diterima
•
Kesimpulan : Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya. Karena skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya, maka variabel
Experiential marketing (X1) dinyatakan reliabel. Jadi untuk variabel X1, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses
analisa
selanjutnya
adalah
data
jawaban
atas
butir
pernyataan
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.
4.2.2.2 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variabel Perceived Quality Variabel X2 diukur melalui butir pernyataan 11,12,13,14,15,16,17. Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel 4.6
125
Tabel 4.6 Uji validitas variabel Perceived Quality Butir Pertanyaan
rhitung
Keterangan
11
0,468
Valid
12
0,473
Valid
13
0,519
Valid
14
0,467
Valid
15
0,557
Valid
16
0,533
Valid
17
0,380
Valid
Sumber : Peneliti (2011) Pada uji validitas diatas, semua butir telah dinyatakan valid, maka langkah berikutnya adalah uji reliabilitas. Pada uji reliabilitas dilakukan perbandingan antara nilai R tabel sebesar 0,165 dengan nilai di mana nilai Cronbach’s Alpha bisa diperoleh dari tabel Reliability Statistics pada output hasil uji validitas dan reliabilitas, yaitu sebesar 0,765. Berikut adalah hasil uji reliabilitas untuk variabel Perceived Quality (X2). •
•
Hipotesis : Ho :
Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya
Ha :
Skor butir tidak berkorelasi positif dengan komposit faktornya
Dasar Pengambilan Keputusan : Cronbach’s Alpha > rtabel, maka Ho diterima
126
Cronbach’s Alpha < rtabel, maka Ho ditolak •
Keputusan : 0,765 > 0,165 Æ maka Ho diterima
•
Kesimpulan : Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya. Karena skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya, maka
variabel Perceived Quality (X2) dinyatakan reliabel. Jadi untuk variabel X2, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses
analisa
selanjutnya
adalah
data
jawaban
atas
butir
pernyataan
11,12,13,14,15,16,17.
4.2.2.3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variabel Brand Trust Variabel Y diukur melalui butir pernyataan 18,19,20,21,22,23. Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel 4.7
Tabel 4.7 Uji validitas variabel Brand Trust Butir Pertanyaan
rhitung
Keterangan
18
0,249
Valid
19
0,455
Valid
20
0,340
Valid
21
0,401
Valid
127
22
0,377
Valid
23
0,398
Valid
Sumber : Peneliti (2011) Pada uji validitas diatas, semua butir telah dinyatakan valid, maka langkah berikutnya adalah uji reliabilitas. Pada uji reliabilitas dilakukan perbandingan antara nilai R tabel sebesar 0,165 dengan nilai di mana nilai Cronbach’s Alpha bisa diperoleh dari tabel Reliability Statistics pada output hasil uji validitas dan reliabilitas, yaitu sebesar 0,641. Berikut adalah hasil uji reliabilitas untuk variabel Brand Trust (Y). •
•
Hipotesis : Ho :
Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya
Ha :
Skor butir tidak berkorelasi positif dengan komposit faktornya
Dasar Pengambilan Keputusan : Cronbach’s Alpha > rtabel, maka Ho diterima Cronbach’s Alpha < rtabel, maka Ho ditolak
•
Keputusan : 0,641 > 0,165 Æ maka Ho diterima
•
Kesimpulan : Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya. Karena skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya, maka
variabel Brand Trust (Y) dinyatakan reliabel.
128
Jadi untuk variabel Y, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses
analisa
selanjutnya
adalah
data
jawaban
atas
butir
pernyataan
18,19,20,21,22,23.
4.2.2.4 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variabel Brand Loyalty Variabel Y diukur melalui butir pernyataan 24,25,26,27,28. Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel 4.8 Tabel 4.8 Uji validitas variabel Brand Loyalty Butir Pertanyaan
rhitung
Keterangan
24
0,454
Valid
25
0,600
Valid
26
0,542
Valid
27
0,511
Valid
28
0,445
Valid
Sumber : Peneliti (2011) Pada uji validitas diatas, semua butir telah dinyatakan valid, maka langkah berikutnya adalah uji reliabilitas. Pada uji reliabilitas dilakukan perbandingan antara nilai R tabel sebesar 0,165 dengan nilai di mana nilai Cronbach’s Alpha bisa diperoleh dari tabel Reliability Statistics pada output hasil uji validitas dan reliabilitas, yaitu sebesar 0,745. Berikut adalah hasil uji reliabilitas untuk variabel Brand Loyalty (Z).
129
•
•
Hipotesis : Ho :
Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya
Ha :
Skor butir tidak berkorelasi positif dengan komposit faktornya
Dasar Pengambilan Keputusan : Cronbach’s Alpha > rtabel, maka Ho diterima Cronbach’s Alpha < rtabel, maka Ho ditolak
•
Keputusan : 0,745 > 0,165 Æ maka Ho diterima
•
Kesimpulan : Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya. Karena skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya, maka
variabel Brand Loyalty (Z) dinyatakan reliabel. Jadi untuk variabel Z, data hasil kuesioner yang dapat dipergunakan untuk proses analisa selanjutnya adalah data jawaban atas butir pernyataan 24,25,26,27,28.
4.2.3
Uji Normalitas
4.2.3.1 Uji Normalitas Variabel Experiential marketing Uji normalitas dilakukan terhadap rata-rata dari nilai butir-butir yang dinyatakan valid dan reliabel. Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel 4.9 dan Gambar 4.14 :
130
Tabel 4.9 Test of Normality Variabel Experiential marketing Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic X1
.061
df
Shapiro-Wilk
Sig. 100
.200*
Statistic .979
df
Sig. 100
.114
a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance.
Gambar 4.14 Grafik Normalitas Variabel Experiential marketing
Berikut adalah hasil uji normalitas untuk variabel Experiential marketing. •
Hipotesis : Ho : Data variabel Experiential marketing berdistribusi normal
131
Ha : Data variabel Experiential marketing berdistribusi tidak normal •
Dasar Pengambilan Keputusan : Angka signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov (Sig) > 0,05, maka Ho diterima Angka signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov (Sig) < 0,05, maka Ho ditolak
•
Keputusan : Sig = 0,200 > 0,05 Æ maka Ho diterima
•
Kesimpulan : Data variabel Experiential marketing berdistribusi normal Berdasarkan pada hasil keputusan di atas, data variabel Experiential
marketing dinyatakan berdistribusi normal sehingga memenuhi asumsi untuk digunakan dalam analisis jalur berikutnya.
4.2.3.2 Uji Normalitas Variabel Perceived Quality Uji normalitas dilakukan terhadap rata-rata dari nilai butir-butir yang dinyatakan valid dan reliabel. Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel 4.10 dan Gambar 4. 15:
132
Tabel 4.10 Test of Normality Variabel Perceived Quality Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic X2
.077
df
Shapiro-Wilk
Sig. 100
.158
Statistic .987
df
Sig. 100
.454
a. Lilliefors Significance Correction
Gambar 4.15 Grafik Normalitas Variabel Perceived Quality Berikut adalah hasil uji normalitas untuk variabel Perceived Quality. •
Hipotesis : Ho : Data variabel Perceived Quality berdistribusi normal Ha : Data variabel Perceived Quality berdistribusi tidak normal
133
•
Dasar Pengambilan Keputusan : Angka signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov (Sig) > 0,05, maka Ho diterima Angka signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov (Sig) < 0,05, maka Ho ditolak
•
Keputusan : Sig = 0,158 > 0,05 Æ maka Ho diterima
•
Kesimpulan : Data variabel Perceived Quality berdistribusi normal Berdasarkan pada hasil keputusan di atas, data variabel Perceived
Quality dinyatakan berdistribusi normal sehingga memenuhi asumsi untuk digunakan dalam analisis jalur berikutnya.
4.2.3.3 Uji Normalitas Variabel Brand Trust Uji normalitas dilakukan terhadap rata-rata dari nilai butir-butir yang dinyatakan valid dan reliabel. Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel 4.11 dan Gambar 4.16 : \
134
Tabel 4.11 Test of Normality Variabel Brand Trust Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Y
.084
df
Shapiro-Wilk
Sig. 100
.079
Statistic .980
df
Sig. 100
a. Lilliefors Significance Correction
Gambar 4.16 Grafik Normalitas Variabel Brand Trust Berikut adalah hasil uji normalitas untuk variabel Brand Trust. •
Hipotesis : Ho : Data variabel Brand Trust berdistribusi normal Ha : Data variabel Brand Trust berdistribusi tidak normal
.140
135
•
Dasar Pengambilan Keputusan : Angka signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov (Sig) > 0,05, maka Ho diterima Angka signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov (Sig) < 0,05, maka Ho ditolak
•
Keputusan : Sig = 0,079 > 0,05 Æ maka Ho diterima
•
Kesimpulan : Data variabel Brand Trust berdistribusi normal Berdasarkan pada hasil keputusan di atas, data variabel Brand Trust
dinyatakan berdistribusi normal sehingga memenuhi asumsi untuk digunakan dalam analisis jalur berikutnya.
4.2.3.4 Uji Normalitas Variabel Brand Loyalty Uji normalitas dilakukan terhadap rata-rata dari nilai butir-butir yang dinyatakan valid dan reliabel. Dengan menggunakan bantuan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut dalam Tabel 4.12 dan Gambar 4.17 :
136
Tabel 4.12 Test of Normality Variabel Brand Loyalty Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Z
.076
df
Shapiro-Wilk
Sig. 100
.158
Statistic .987
df
Sig. 100
a. Lilliefors Significance Correction
Gambar 4.17 Grafik Normalitas Variabel Brand Loyalty Berikut adalah hasil uji normalitas untuk variabel Brand Loyalty. •
Hipotesis : Ho : Data variabel Brand Loyalty berdistribusi normal Ha : Data variabel Brand Loyalty berdistribusi tidak normal
.417
137
•
Dasar Pengambilan Keputusan : Angka signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov (Sig) > 0,05, maka Ho diterima Angka signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov (Sig) < 0,05, maka Ho ditolak
•
Keputusan : Sig = 0,158 > 0,05 Æ maka Ho diterima
•
Kesimpulan : Data variabel Brand Loyalty berdistribusi normal Berdasarkan pada hasil keputusan di atas, data variabel Brand Loyalty
dinyatakan berdistribusi normal sehingga memenuhi asumsi untuk digunakan dalam analisis jalur berikutnya.
4.3
Analisis Pengaruh Experiential Marketing dan Perceived Quality terhadap
Brand Trust Sebelum melakukan analisis, akan ditampilkan terlebih dahulu struktur hubungan kausal antara variabel Experiential Marketing (X1), Perceived Quality (X2), Brand Trust (Y), dan Brand Loyalty (Z) dalam Gambar 4.18 berikut ini:
138
X1 ρyX1
Y
ε
ε2
ρzx1 ρzy
Z
ρyX2 ρzx2 X2 Gambar 4.18 Struktur Hubungan X, Y, dan Z Untuk melakukan analisa jalur maka Struktur Hubungan pada Gambar 4.18 akan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu sub-struktur 1 dan sub-struktur 2, di mana substruktur 1 akan diuraikan dalam sub-bab ini, dan sub-struktur 2 akan diuraikan selanjutnya dalam sub-bab 4.4. Analisa pengaruh Experiential marketing (X1) dan Perceived Quality (X2) terhadap Brand Trust (Y) akan digambarkan dalam sebuah model yang selanjutnya akan disebut dengan sub-struktur 1. Adapun gambar dari sub-struktur 1 tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.19:
X1
ρyX1
ε1 Y
X2
ρyX2 Gambar 4.19 Sub-struktur 1
139
Selanjutnya, dengan menggunakan bantuan program SPSS, analisa data X1, X2 dan Y memperoleh hasil diolah dengan menggunakan program SPSS, sehingga menghasilkan output sebagai berikut (Tabel 4.13 – Tabel 4.17): Tabel 4.13 Deskriptif Data X1, X2 dan Y Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Brand_Trust
3.5241
.57163
100
Exp.Marketing
3.3227
.48670
100
Perceived_Quality
3.7773
.60678
100
Tabel 4.14 Korelasi Pearson X1, X2 dan Y Correlations Perceived_Qualit Brand_Trust Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Brand_Trust
Exp.Marketing
y
1.000
.526
.228
Exp.Marketing
.526
1.000
.111
Perceived_Quality
.228
.111
1.000
.
.000
.011
Exp.Marketing
.000
.
.136
Perceived_Quality
.011
.136
.
Brand_Trust
100
100
100
Exp.Marketing
100
100
100
Perceived_Quality
100
100
100
Brand_Trust
140
Tabel 4.15 Anova sub-struktur 1 ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
9.895
2
4.948
Residual
22.454
97
.231
Total
32.350
99
F
Sig. .000a
21.373
a. Predictors: (Constant), Perceived_Quality, Exp.Marketing b. Dependent Variable: Brand_Trust
Tabel 4.16 Coefficients sub-struktur 1 Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Coefficients
Std. Error
(Constant)
.933
.427
Exp.Marketing
.595
.100
Perceived_Quality
.162
.080
Beta
t 2.188
.031
.507
5.954
.000
.172
2.023
.046
a. Dependent Variable: Brand_Trust
Tabel 4.17 Model Summary sub-struktur 1 Model Summaryb
Model 1
R .553a
R Square .306
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .292
a. Predictors: (Constant), Perceived_Quality, Exp.Marketing b. Dependent Variable: Brand_Trust
Sig.
.48113
141
Pertama-tama akan diinterpretasikan terlebih dahulu hasil output pada Tabel 4.13. Untuk mengintepretasikan statistik deskriptif data, akan dibuat suatu kriteria mengenai arti nilai masing-masing variabel yang diteliti, yaitu variabel Experiential marketing (X1), Perceived Quality (X2), Brand Trust (Y), dan Brand Loyalty (Z). Untuk menentukan kriteria tersebut, digunakan rumus Sturges untuk menghitung jumlah kelas (k) dan lebar kelas (l), di mana jumlah kelas (k) telah ditentukan terlebih dahulu yaitu sebanyak 5 kelas, yaitu kelas pertama “sangat buruk”, kelas kedua “buruk”, kelas ketiga “cukup”, kelas keempat “baik”, kelas kelima “sangat baik”. Adapun rumus Sturges untuk lebar kelas (l) yaitu: l = (Xmax-Xmin)/k Untuk variabel x dan variabel y menggunakan nilai baru pada skala interval (bukan skala ordinal). Sehingga kriteria penilaian jawaban untuk variabel X1,, variabel X2, variabel Y, dan variabel Z adalah sebagai berikut dalam Tabel 4.18: Tabel 4.18 Intepretasi Nilai Variabel X1, X2, Y, dan Z Interval Variabel
Kriteria
Interval Variabel Y
Kriteria
1,00 – 1,73
Sangat Buruk
1,00 – 1,80
Sangat Buruk
1,74 – 2,46
Buruk
1,81 – 2,61
Buruk
2,47 – 3,19
Cukup
2,62 – 3,42
Cukup
3,20 – 3,92
Baik
3,43 – 4,23
Baik
3,93 – 4,65
Sangat Baik
4,24 – 5,07
Sangat Baik
Interval Variabel
Kriteria
Interval Variabel Z
Kriteria
Sangat Buruk
1,00 – 1,83
Sangat Buruk
X1
X2 1,00 – 1,87
142
1,88 – 2,75
Buruk
1,84 – 2,67
Buruk
2,76 – 3,63
Cukup
2,68 – 3,51
Cukup
3,64 – 4,51
Baik
3,52 – 4,35
Baik
4,52 – 5,40
Sangat Baik
4,36 – 5,21
Sangat Baik
Sumber : Peneliti (2011) Pada tabel 4.13 Descriptive Statistics, terlihat mean (rata-rata) dari variabel Experiential marketing
(X1) = 3,3227 yang dengan mengacu pada tabel 4.18
Intepretasi Nilai Variabel X1, X2, Y, dan Z, maka dapat dikatakan Experiential marketing pada La tulipe Cosmetiques adalah Baik. Sedangkan pada variabel Perceived Quality (X2) dengan mean = 3,7773 yang mengacu pada tabel 4.18 Intepretasi Nilai Variabel X1, X2, Y, dan Z, maka dapat dikatakan Perceived Quality pada La Tulipe Cosmetiques adalah baik .Untuk variabel Brand Trust (Y) dengan mean = 3,5241 juga dapat dinilai Baik. Selain itu, berdasarkan Tabel 4.13 Descriptive Statistics, dapat dilihat bahwa Standard Deviation untuk variabel x dan variabel y cenderung kecil yang menunjukkan Experiential marketing, Perceived Quality dan Brand Trust pada produk La Tulipe Cosmetiques juga cenderung seragam. Pada kolom terakhir di tabel tersebut berisikan nilai N sebesar 100 untuk masing-masing variabel, hal ini berarti bahwa untuk ketiga variabel tersebut, baik Experiential marketing, Perceived Quality maupun Brand Trust, jumlah responden yang ikut berpartisipasi memberikan tanggapannya, yaitu sebanyak 100 responden, di mana dalam penelitian yang penulis lakukan, keseratus responden yang memberikan tanggapan untuk Experiential marketing, Perceived Quality maupun Brand Trust
143
adalah sama. Jadi seorang responden selain diminta pendapatnya mengenai Experiential marketing, Perceived Quality, responden yang sama tersebut juga akan diminta pendapatnya mengenai variabel Brand Trust. Selanjutnya, akan dilihat hubungan bivariat antara variabel x1 dan variabel x2 dengan menggunakan korelasi Pearson yang melihat hubungan dua arah antara dua variabel saja tanpa memperhitungkan pengaruh dari faktor lain. Pada Tabel 4.14 Correlations dapat diketahui bagaimanakah sifat dan arah hubungan antara variabel Experiential marketing (X1) dengan variabel Perceived Quality (X2).
Cara
menganalisisnya adalah dengan kriteria pengujian sebagai berikut. •
Untuk menentukan arah dari hubungan yang terjadi, yaitu : -
Jika Pearson Correlation bernilai positif, maka hubungan yang terjadi searah.
-
Jika Pearson Correlation bernilai negatif, maka hubungan yang terjadi berlawanan arah.
•
Untuk menentukan sifat hubungan, yaitu : Tabel 4.19 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
0,60 – 0,799
Kuat
0,40 – 0,599
Cukup Kuat
0,20 – 0,399
Rendah
144
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
Sumber : Riduwan (2005 : 136) Berdasarkan tabel 4.14 Correlations, Korelasi Variabel Experiential marketing (X1) dan Perceived Quality (X2) = 0,111 (rx1x2), sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat sangat rendah dan searah. Hubungannya bersifat sangat rendah karena nilai korelasinya sebesar 0,111 berada dalam range 0,00 – 0,199. (Lihat Tabel 4.19 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r). Dengan nilai tersebut, kita dapat mengamati bahwa nilai pearson correlation adalah positif, maka hubungan yang terjadi searah, yakni dalam arti bahwa jika nilai variabel Experiential marketing (X1) naik, maka nilai variabel Perceived Quality (X2) juga akan naik. Begitu juga sebaliknya, jika nilai variabel Experiential marketing (X1) turun, maka nilai variabel Perceived Quality (X2) juga akan turun. Hipotesis Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel Experiential marketing dan Perceived Quality pada kosmetik La Tulipe. Ha: Ada hubungan yang signifikan antara variabel Experiential marketing dan Perceived Quality pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan (Tingkat Kepercayaan 95%) Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima Sig < 0,05 maka Ho ditolak
145
Keputusan Sig = 0,136 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak Kesimpulan Jadi melalui uji signifikansi di atas dapat diketahui bahwa tingkat Experiential marketing dan Perceived Quality kosmetik La Tulipe tidak memiliki hubungan secara nyata, di mana hubungan tersebut bersifat sangat rendah dan searah. Selanjutnya, akan dilihat hubungan bivariat antara variabel x1 dan variabel y dengan menggunakan korelasi Pearson yang melihat hubungan dua arah antara dua variabel saja tanpa memperhitungkan pengaruh dari faktor lain. Pada Tabel 4.14 Correlations dapat diketahui bagaimanakah sifat dan arah hubungan antara variabel Experiential marketing (X1) dengan variabel Brand Trust (Y). Berdasarkan tabel 4.14 Correlations, Korelasi Variabel Experiential marketing (X1) dan Brand Trust (Y) = 0,526 (rx1y), sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat cukup kuat dan searah. Hubungannya bersifat cukup kuat karena nilai korelasinya sebesar 0,526 berada dalam range 0,40 – 0,599. (Lihat Tabel 4.19 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r). Dengan nilai tersebut, kita dapat mengamati bahwa nilai pearson correlation adalah positif, maka hubungan yang terjadi searah, yakni dalam arti bahwa jika nilai variabel Experiential marketing (X1) naik, maka nilai variabel Brand Trust (Y) juga akan naik. Begitu juga sebaliknya, jika nilai variabel Experiential marketing (X1) turun, maka nilai variabel Brand Trust (Y) juga akan turun.
146
Hipotesis Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel Experiential marketing dan Brand Trust pada kosmetik La Tulipe. Ha: Ada hubungan yang signifikan antara variabel Experiential marketing dan Brand Trust pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan (Tingkat Kepercayaan 95%) Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima Sig < 0,05 maka Ho ditolak Keputusan Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan Jadi melalui uji signifikansi di atas dapat diketahui bahwa tingkat Experiential marketing dan Brand Trust kosmetik La Tulipe memiliki hubungan secara nyata, di mana hubungan tersebut bersifat cukup kuat dan searah. Selanjutnya, akan dilihat hubungan bivariat antara variabel x2 dan variabel y dengan menggunakan korelasi Pearson yang melihat hubungan dua arah antara dua variabel saja tanpa memperhitungkan pengaruh dari faktor lain. Pada Tabel 4.14 Correlations dapat diketahui bagaimanakah sifat dan arah hubungan antara variabel Perceived Quality (X1) dengan variabel Brand Trust (Y). Berdasarkan tabel 4.14 Correlations, Korelasi Variabel Perceived Quality (X2) dan Brand Trust (Y) = 0,228 (rx2y), sehingga hubungan kedua variabel
147
tersebut bersifat rendah dan searah. Hubungannya bersifat cukup kuat karena nilai korelasinya sebesar 0,228 berada dalam range 0,20 – 0,399. (Lihat Tabel 4.19 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r). Dengan nilai tersebut, kita dapat mengamati bahwa nilai pearson correlation adalah positif, maka hubungan yang terjadi searah, yakni dalam arti bahwa jika nilai variabel Perceived Quality (X2) naik, maka nilai variabel Brand Trust (Y) juga akan naik. Begitu juga sebaliknya, jika nilai variabel Perceived Quality (X1) turun, maka nilai variabel Brand Trust (Y) juga akan turun. Hipotesis Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel Perceived Quality dan Brand Trust pada kosmetik La Tulipe. Ha: Ada hubungan yang signifikan antara variabel Perceived Quality dan Brand Trust pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan (Tingkat Kepercayaan 95%) Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima Sig < 0,05 maka Ho ditolak Keputusan Sig = 0,011 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan Jadi melalui uji signifikansi di atas dapat diketahui bahwa tingkat Perceived Quality dan Brand Trust kosmetik La Tulipe memiliki hubungan secara nyata, di mana hubungan tersebut bersifat rendah dan searah.
148
Hasil Uji Korelasi Pearson antara variabel X1, X2, dan Y diatas dapat diringkas sebagai berikut : Tabel 4.20 Hasil Uji Korelasi Pearson X1, X2, dan Y Hubungan antara
Korelasi
Sifat Hubungan
X1 dengan X2
0,111
Sangat Rendah, Searah dan Tidak signifikan
X1 dengan Y
0,526
Cukup Kuat, Searah, dan Signifikan
X2 dengan Y
0,228
Rendah, Searah, dan Signifikan
Sumber : Peneliti (2011) Kemudian, sebelum melakukan analisis jalur pada variabel X1, X2 dan variabel Y (sub-struktur 1), harus diuji linieritas hubungan antara ketiga variabel tersebut. Pengujian tersebut dilakukan berdasarkan pada Tabel 4.15 Anova Substruktur 1, seperti berikut: Hipotesis Ho: Hubungan antara variabel bebas X1 dan X2 terhadap variabel terikat Y bersifat tidak linier. Ha: Hubungan antara variabel bebas X1 dan X2 terhadap variabel terikat Y bersifat linier. Dasar Pengambilan Keputusan (Tingkat Kepercayaan 95%) Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima Sig < 0,05 maka Ho ditolak
149
Hasil Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan: Hubungan antara variabel bebas X1 dan X2 terhadap variabel terikat Y bersifat linier dengan tingkat kepercayaan 95%. Jadi, asumsi mengenai linieritas hubungan dalam analisa jalur terpenuhi. Kemudian dianalisa sub-struktur 1 dengan menggunakan analisis jalur, dengan persamaan struktural sebagai berikut: Y= ρyx1 X1 + ρyx2 X2 + ρy ε1 Pengujian Secara Simultan (Keseluruhan) antar Variabel Bebas X1 dan X2 dengan Variabel Terikat Y ditunjukkan oleh Tabel 4.16 Coefficients substruktur 1 . Hipotesis Ho: Variabel X1 dan X2 tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap variabel Y. Ha: Variabel X1 dan X2 berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap variabel Y. Dasar Pengambilan Keputusan (Tingkat Kepercayaan 95%) Sig ≥ 0,05 Ho diterima Sig < 0,05 Ho ditolak
150
Hasil Sig = 0,031 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan Variabel X1 dan X2 tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan terhadap variabel Y dan oleh sebab itu, pengujian secara individual dapat dilakukan atau dilanjutkan. Selanjutnya dilakukan Pengujian secara individual antara variabel Experiential marketing (X1) terhadap Brand Trust (Y) ditunjukkan oleh Tabel 4.16 Coefficients sub-struktur 1. Hipotesis Ho: Variabel Experiential marketing (X1) tidak berkontribusi yang signifikan terhadap variabel Brand Trust (Y) pada kosmetik La Tulipe. Ha: Variabel Experiential marketing (X1) memiliki kontribusi yang signifikan terhadap variabel Brand Trust (Y) pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan (Tingkat Kepercayaan 95%) Sig ≥ 0,05 Ho diterima Sig < 0,05 Ho ditolak Hasil Sig = 0,000 <0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
151
Kesimpulan Variabel Experiential marketing (X1) memiliki kontribusi yang signifikan terhadap variabel Brand Trust (Y) pada kosmetik La Tulipe. Selanjutnya dilakukan Pengujian secara individual antara variabel Perceived Quality (X1) terhadap Brand Trust (Y) ditunjukkan oleh Tabel 4.16 Coefficients sub-struktur 1. Hipotesis Ho: Variabel Perceived Quality (X1) tidak berkontribusi yang signifikan terhadap variabel Brand Trust (Y) pada kosmetik La Tulipe. Ha: Variabel Perceived Quality (X1) berkontribusi yang signifikan terhadap variabel Brand Trust (Y) pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan (Tingkat Kepercayaan 95%) Sig ≥ 0,05 Ho diterima Sig < 0,05 Ho ditolak Hasil Sig = 0,046 <0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan Variabel Perceived Quality (X1) berkontribusi yang signifikan terhadap variabel Brand Trust (Y) pada kosmetik La Tulipe.
152
Besarnya pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y dapat diketahui dengan melihat nilai Rsquare pada Tabel 4.17 Model Summary sub-struktur 1, dimana nilai R2 = 0,306 = 30,6%. Jadi, 30,6% nilai dari variabel Y dipengaruhi oleh variabel X1 dan X2, sedangkan sisanya sebesar 69,4% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini. Sementara itu, besarnya koefisien jalur bagi variabel lain di luar penelitian yang mempengaruhi nilai variabel Y (ρY) = 1 − R 2 =
1 − 0,306 =
0,8330. Masih mengacu pada Tabel 4.17 Model Summary sub-struktur 1, nilai R (koefisien korelasi) diketahui sebesar 0,553. Hal ini berarti hubungan antara variabel bebas X1 dan X2 dengan variabel terikat Y bersifat kuat (karena nilai R lebih besar dari 0,5) dan searah (karena nilai R positif). Kemudian rangkuman nilai koefisien jalur (beta) dapat dilihat dalam Tabel 4.21 berikut: Tabel 4.21 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur Sub-struktur 1 Pengaruh
Koefisien
Nilai
Hasil
Koefisien
Koefisien
Antar Variabel
Jalur
Sig
Pengujian
Determinasi
Variabel
(Beta)
Lain (ρyε1)
X1 terhadap Y
0,507
0,000
Ho ditolak
0,306 = 30,6%
0,8330
X2 terhadap Y
0,172
0,046
Ho ditolak
0,306 = 30,6%
0,8330
153
Dengan demikian didapat diagram jalur sub-struktur 1, namun disajikan dengan nilai koefisien jalur yang telah didapat melalui analisa data sehingga model substruktur 1 menjadi seperti terlihat pada Gambar 4.20 berikut:
X1
0,507
0,8330 Y
X2
0,172
Gambar 4.20 Sub-struktur 1 beserta Koefisien Jalur Jadi dapat diperoleh persamaan stuktural sub-struktur 1: Y = ρyX1 + ρyX2 + ρyε1 Y = 0,507 X1 + 0,172 X2 + 0,8330 ε1 di mana R2 = 0,306 Dari persamaan struktural sub-struktur 1 dapat diartikan bahwa: •
Nilai Brand Trust (Y) dipengaruhi oleh Experiential marketing (X1) dan Perceived Quality (X2) sebesar 30,6% dan sisanya sebesar 69,4% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar penelitian ini.
•
Setiap peningkatan nilai Experiential marketing (X1) sebesar satu, maka Brand Trust (Y) juga akan naik sebesar 0,507. Begitu juga sebaliknya, setiap penurunan Experiential marketing (X1) sebesar satu, maka Brand Trust (Y) juga akan turun sebesar 0,507.
154
•
Setiap peningkatan nilai Perceived Quality (X2) sebesar satu, maka Brand Trust (Y) juga akan naik sebesar 0,172. Begitu juga sebaliknya, setiap penurunan Perceived Quality (X2) sebesar satu, maka Brand Trust (Y) juga akan turun sebesar 0,172.
4.4
Analisis Pengaruh Experiential marketing, Perceived Quality dan Brand
Trust terhadap Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe
Selanjutnya, analisa pengaruh Experiential marketing (X1), Perceived Quality (X2) dan Brand Trust (Y) terhadap Brand Loyalty (Z) akan digambarkan dalam sebuah model yang selanjutnya akan disebut dengan sub-struktur 2. Adapun substruktur 2 tersebut digambarkan pada Gambar 4.21 sebagai berikut: X1
ρzx1 ε2 ρzy Y
X2
ρzx2
Gambar 4.21 Sub-struktur 2
Z
155
Kemudian untuk melihat hubungan serta pengaruh X1, X2 dan Y terhadap Z dapat dibantu dengan menggunakan program SPSS yang menghasilkan output sebagai berikut (Tabel 4.22 – Tabel 4.36): Tabel 4.22 Deskriptif Data X1, X2, Y, dan Z Descriptive Statistics Mean
Std. Deviation
N
Brand_Loyalty
3.6625
.66618
100
Exp.Marketing
3.3227
.48670
100
Perceived_Quality
3.7773
.60678
100
Brand_Trust
3.5241
.57163
100
Tabel 4.23 Korelasi Pearson X1, X2, Y, dan Z Correlations Brand_Loyalty Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Exp.Marketing Perceived_Quality
Brand_Trust
Brand_Loyalty
1.000
.195
.436
.064
Exp.Marketing
.195
1.000
.111
.526
Perceived_Quality
.436
.111
1.000
.228
Brand_Trust
.064
.526
.228
1.000
Brand_Loyalty
.
.026
.000
.263
Exp.Marketing
.026
.
.136
.000
Perceived_Quality
.000
.136
.
.011
Brand_Trust
.263
.000
.011
.
Brand_Loyalty
100
100
100
100
Exp.Marketing
100
100
100
100
Perceived_Quality
100
100
100
100
Brand_Trust
100
100
100
100
156
Tabel 4.24 Anova Sub-struktur 2 ANOVAb Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
10.065
3
3.355
Residual
33.870
96
.353
Total
43.936
99
F
Sig. .000a
9.509
a. Predictors: (Constant), Brand_Trust, Perceived_Quality, Exp.Marketing b. Dependent Variable: Brand_Loyalty
Tabel 4.25 Coefficients Sub-struktur 2
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error 1.420
.540
Exp.Marketing
.313
.144
Perceived_Quality
.490 -.184
Brand_Trust a. Dependent Variable: Brand_Loyalty
Coefficients Beta
t
Sig.
2.631
.010
.229
2.171
.032
.101
.447
4.851
.000
.125
-.158
-1.471
.145
157
Tabel 4.26 Model Summary Sub-struktur 2 Model Summaryb
Model
R
1
.479a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .229
.205
.59398
a. Predictors: (Constant), Brand_Trust, Perceived_Quality, Exp.Marketing b. Dependent Variable: Brand_Loyalty
Pada tabel 4.22 Deskriptif Data X1, X2, Y, dan Z, terlihat mean dari variabel Brand Loyalty (Z) = 3,6625 yang apabila mengacu pada tabel 4.18 Intepretasi Nilai Variabel X1, X2, Y, dan Z, maka dapat dikatakan bahwa Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe dinilai Baik. Selain itu, dari Tabel 4.22 Deskriptif Data X1, X2, Y, dan Z, terlihat bahwa Standard Deviation untuk variabel Z cenderung kecil sehingga dapat diketahui bahwa variasi jawaban responden cenderung seragam. Selanjutnya, akan dilihat hubungan bivariat antara variabel X1, X2, Y, dan Z dengan menggunakan korelasi Pearson yang melihat hubungan dua arah antara dua variabel saja tanpa memperhitungkan pengaruh dari faktor lain. Berdasarkan tabel 4.23 Korelasi Pearson X1, X2, Y, dan Z : a.
Korelasi Variabel Experiential marketing (X1) dan Variabel Brand Loyalty (Z) = 0,195, sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat sangat rendah dan searah.
158
Hipotesis Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel Experiential marketing dan Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe. Ha: Ada hubungan yang signifikan antara variabel Experiential marketing dan Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan (Tingkat Kepercayaan 95%) Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima Sig < 0,05 maka Ho ditolak Hasil Sig = 0,026 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan: Jadi melalui uji signifikansi di atas dapat diketahui bahwa Experiential marketing dan Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe memiliki hubungan secara nyata, di mana hubungan tersebut bersifat sangat rendah dan searah. Hubungannya bersifat sangat rendah karena nilai korelasinya sebesar 0,195 berada dalam range 0,00 – 0,199 (Lihat Tabel 4.19 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r). Dikatakan hubungannya searah karena korelasi bernilai positif, jadi jika nilai variabel Experiential marketing (X1) naik, maka nilai variabel Brand Loyalty (Z) juga akan naik. Begitu juga sebaliknya, jika nilai variabel Experiential marketing (X1) turun, maka nilai variabel Brand Loyalty (Z) juga akan turun.
159
b. Korelasi Variabel Perceived Quality (X2) dan Variabel Brand Loyalty (Z) = 0,436, sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat cukup kuat dan searah.
Hipotesis Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel Perceived Quality dan Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe. Ha: Ada hubungan yang signifikan antara variabel Perceived Quality dan Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima Sig < 0,05 maka Ho ditolak Hasil Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan: Jadi melalui uji signifikansi di atas dapat diketahui bahwa tingkat Perceived Quality dan Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe memiliki hubungan secara nyata, di mana hubungan tersebut bersifat cukup kuat dan searah. Hubungannya bersifat cukup kuat karena nilai korelasinya sebesar 0,436 berada dalam range 0,40 – 0,599 (Lihat Tabel 4.19 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r). Dikatakan hubungannya searah karena korelasi bernilai positif, jadi jika nilai variabel Perceived Quality (X2) naik, maka nilai variabel Brand Loyalty (Z) juga akan naik. Begitu juga sebaliknya jika
160
nilai variabel Perceived Quality (X2) turun, maka nilai variabel Brand Loyalty (Z) juga akan turun. c. Korelasi Variabel Brand Trust (Y) dan Variabel Brand Loyalty (Z) = 0,064, sehingga hubungan kedua variabel tersebut bersifat sangat rendah dan searah.
Hipotesis Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel Brand Trust dan Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe. Ha: Ada hubungan yang signifikan antara variabel Brand Trust dan Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima Sig < 0,05 maka Ho ditolak Hasil Sig = 0,263 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak Kesimpulan: Jadi melalui uji signifikansi di atas dapat diketahui bahwa tingkat Brand Trust dan Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe tidak memiliki hubungan secara nyata, di mana hubungan tersebut bersifat sangat rendah dan searah. Hubungannya bersifat sangat rendah karena nilai korelasinya sebesar 0,064 berada dalam range 0,00 –
161
0,199 (Lihat Tabel 4.19 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r). Dikatakan hubungannya searah karena korelasi bernilai positif, jadi jika nilai variabel Brand Trust (Y) naik, maka nilai variabel Brand Loyalty (Z) juga akan naik. Begitu juga sebaliknya jika nilai variabel Brand Trust (Y) turun, maka nilai variabel Brand Loyalty (Z) juga akan turun. Hasil uji korelasi Pearson antara variabel X1, X2, Y, dan Z di atas dapat diringkas sebagai berikut dalam Tabel 4.27 : Tabel 4.27 Sifat Hubungan Bivariat X1, X2, Y, dan Z Hubungan antara
Korelasi
Sifat Hubungan
X1 dengan Z
0,195
Sangat Rendah, Searah, dan Signifikan
X2 dengan Z
0,436
Cukup Kuat, Searah, dan Signifikan
Y dengan Z
0,064
Sangat Rendah, Searah dan Tidak Signifikan
Sumber : Peneliti (2011) Kemudian, sebelum melakukan analisis jalur pada variabel X1, X2, Y, dan Z (sub-struktur 2), harus diuji linieritas hubungan antara keempat variabel tersebut. Pengujian tersebut dilakukan berdasarkan pada Tabel 4.24 Anova Sub-struktur 2 seperti berikut: Hipotesis Ho: Hubungan antara variabel bebas X1, X2 dan Y terhadap variabel terikat Z bersifat tidak linier.
162
Ha: Hubungan antara variabel bebas X1, X2 dan Y terhadap variabel terikat Z bersifat linier. Dasar Pengambilan Keputusan (Tingkat Kepercayaan 95%) Sig ≥ 0,05 maka Ho diterima Sig < 0,05 maka Ho ditolak Hasil Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan: Hubungan antara variabel bebas X1, X2 dan Y terhadap variabel terikat Z bersifat linier dengan tingkat kepercayaan 95%. Jadi, asumsi mengenai linieritas hubungan dalam analisa jalur terpenuhi. Kemudian dianalisa sub-struktur 2 dengan menggunakan analisis jalur, dengan persamaan struktural sebagai berikut: Z = ρzx1 X1 + ρzx2 X2 + ρzy Y + ρz ε2
4.4.1
Pengujian secara Simultan (Keseluruhan) antar Variabel Bebas X1, X2
dan Variabel Y dengan Variabel terikat Z
Uji secara keseluruhan ditunjukkan oleh Tabel 4.24 Anova Sub-struktur 2. Hipotesis
163
Ho: Variabel Experiential marketing (X1), Perceived Quality (X2) dan Brand Trust (Y) tidak memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Ha: Variabel Experiential marketing (X1), Perceived Quality (X2) dan Brand Trust (Y) memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan Sig ≥ 0,05 Ho diterima Sig < 0,05 Ho ditolak Hasil Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan Variabel Experiential marketing (X1), Perceived Quality (X2) dan Brand Trust (Y) memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Maka itu, pengujian secara individual dapat dilakukan atau dilanjutkan.
164
4.4.2 Pengujian secara Individual antara Variabel X1, X2 dan Variabel Y terhadap Variabel Z
Setelah dilakukan uji pengaruh secara simultan, maka dilakukan uji individual, di mana dicari pengaruh masing-masing variabel X1, X2 dan variabel Y terhadap variabel Z secara individual. a. Pengujian secara Individual antara Variabel X1 terhadap Variabel Z
Pengujian secara individual dapat dilihat pada Tabel 4.25 Coefficients Substruktur 2. Hipotesis Ho: Variabel Experiential marketing (X1) tidak berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Ha: Variabel Experiential marketing (X1) berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan Sig ≥ 0,05 Ho diterima Sig < 0,05 Ho ditolak Hasil Sig = 0,032 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima
165
Kesimpulan Variabel Experiential marketing (X1) berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. b. Pengujian secara Individual antara Variabel X2 terhadap Variabel Z
Pengujian secara individual dapat dilihat pada Tabel 4.25 Coefficients Substruktur 2. Hipotesis Ho: Variabel Perceived Quality (X2) tidak berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Ha: Variabel Perceived Quality (X2) berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan Sig ≥ 0,05 Ho diterima Sig < 0,05 Ho ditolak Hasil Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan Variabel Perceived Quality (X2) berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe.
166
c. Pengujian secara Individual antara Variabel Y terhadap Variabel Z
Pengujian secara individual dapat dilihat pada Tabel 4.25 Coefficients Substruktur 2. Hipotesis Ho: Variabel Brand Trust (Y) tidak berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Ha: Variabel Brand Trust (Y) berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan Sig ≥ 0,05 Ho diterima Sig < 0,05 Ho ditolak Hasil Sig = 0,145 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak Kesimpulan Variabel Brand Trust (Y) tidak berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Kemudian rangkuman nilai koefisien jalur (beta) dapat dilihat dalam Tabel 4.28 berikut:
167
Tabel 4.28 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur Sub-struktur 2 Pengaruh
Koefisien Jalur
Nilai
Hasil
Antar Variabel
(Beta)
Sig
Pengujian
X1 terhadap Z
0,229
0,032
Ho ditolak
X2 terhadap Z
0,447
0,000
Ho ditolak
Y terhadap Z
- 0,158
0,145
Ho diterima
Sumber : Peneliti (2011) Dari hasil analisis membuktikan bahwa ada koefisien jalur yang tidak signifikan yaitu variabel Brand Trust (Y), maka Model 2 perlu diperbaiki melalui metode trimming, yaitu mengeluarkan variabel Brand Trust (Y) yang dianggap hasil dari koefisien jalur tidak signifikan dari analisisnya. Kemudian diulang atau diuji lagi yang mana variabel eksogen Brand Trust (Y) tidak diikutsertakan. Hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel Berikut : Tabel 4.29 Anova setelah di Trimming
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
9.302
2
4.651
Residual
34.633
97
.357
Total
43.936
99
a. Predictors: (Constant), Perceived_Quality, Exp.Marketing b. Dependent Variable: Brand_Loyalty
F 13.027
Sig. .000a
168
Tabel 4.30 Coefficients
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Coefficients
Std. Error 1.248
.530
Exp.Marketing
.203
.124
Perceived_Quality
.460
.100
Beta
t
Sig.
2.355
.021
.149
1.638
.105
.419
4.622
.000
a. Dependent Variable: Brand_Loyalty
Tabel 4.31 Model Summary Model Summaryb
Model 1
R .460a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square .212
.195
.59753
a. Predictors: (Constant), Perceived_Quality, Exp.Marketing b. Dependent Variable: Brand_Loyalty
4.4.3
Pengujian secara Simultan (Keseluruhan) antar Variabel Bebas X1 dan
X2 dengan Variabel terikat Z (Trimming ke -1)
Uji secara keseluruhan ditunjukkan oleh Tabel 4.29 Anova setelah di Trimming.
169
Hipotesis Ho: Variabel Experiential marketing (X1) dan Perceived Quality (X2) tidak memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Ha: Variabel Experiential marketing (X1) dan Perceived Quality (X2) memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan Sig ≥ 0,05 Ho diterima Sig < 0,05 Ho ditolak Hasil Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan Variabel Experiential marketing (X1) dan Perceived Quality (X2) memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Maka itu, pengujian secara individual dapat dilakukan atau dilanjutkan.
170
4.4.4
Pengujian secara Individual antara Variabel X1 dan X2 terhadap
Variabel Z
Setelah dilakukan uji pengaruh secara simultan, maka dilakukan uji individual, di mana dicari pengaruh masing-masing variabel X1 dan X2 terhadap variabel Z secara individual. a. Pengujian secara Individual antara Variabel X1 terhadap Variabel Z
Pengujian secara individual dapat dilihat pada Tabel 4.29 Anova setelah di Trimming. Hipotesis Ho: Variabel Experiential marketing (X1) tidak berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Ha: Variabel Experiential marketing (X1) berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan Sig ≥ 0,05 Ho diterima Sig < 0,05 Ho ditolak Hasil Sig = 0,105 > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak Kesimpulan Variabel Experiential marketing (X1) tidak berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe.
171
b. Pengujian secara Individual antara Variabel X2 terhadap Variabel Z
Pengujian secara individual dapat dilihat pada Tabel 4.29 Anova setelah di Trimming. Hipotesis Ho: Variabel Perceived Quality (X2) tidak berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Ha: Variabel Perceived Quality (X2) berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan Sig ≥ 0,05 Ho diterima Sig < 0,05 Ho ditolak Hasil Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan Variabel Perceived Quality (X2) berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Dari hasil analisis membuktikan bahwa ada koefisien jalur yang tidak signifikan yaitu variabel Experiential marketing (X1), maka Model 3 perlu diperbaiki melalui metode trimming, yaitu mengeluarkan variabel Experiential marketing (X1), yang dianggap hasil dari koefisien jalur tidak signifikan dari analisisnya. Kemudian diulang atau
172
diuji lagi yang mana variabel eksogen Experiential marketing (X1), tidak diikutsertakan. Hasil perhitungan ditunjukkan pada Tabel Berikut : Tabel 4.32 Anova setelah di Trimming ke-2
ANOVAb Model 1
Sum of Squares Regression
df
Mean Square
8.344
1
8.344
Residual
35.592
98
.363
Total
43.936
99
F
Sig. .000a
22.974
a. Predictors: (Constant), Perceived_Quality b. Dependent Variable: Brand_Loyalty
Tabel 4.33 Coefficients
Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Perceived_Quality
a. Dependent Variable: Brand_Loyalty
Std. Error 1.855
.382
.478
.100
Coefficients Beta
t
.436
Sig.
4.859
.000
4.793
.000
173
Tabel 4.34 Model Summary Model Summaryb
Model
R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
.436a
1
Adjusted R
.190
.182
.60265
a. Predictors: (Constant), Perceived_Quality b. Dependent Variable: Brand_Loyalty
Tabel 4.35 Rangkuman Trimming ke -1
Pengaruh
Koefisien Jalur
Nilai
Hasil
Antar
(Beta)
Sig
Pengujian
X1 terhadap Z
0,149
0,105
Ho diterima
X2 terhadap Z
0,419
0,000
Ho ditolak
Variabel
4.4.5
Pengujian secara Simultan (Keseluruhan) antar Variabel Bebas X2
dengan Variabel terikat Z (Trimming ke-2)
Uji secara keseluruhan ditunjukkan oleh Tabel 4.32 Anova setelah di Trimming ke-2. Hipotesis Ho: Variabel Perceived Quality (X2) tidak memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe.
174
Ha: Variabel Perceived Quality (X2) memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Dasar Pengambilan Keputusan Sig ≥ 0,05 Ho diterima Sig < 0,05 Ho ditolak Hasil Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan Variabel Perceived Quality (X2) memiliki kontribusi yang signifikan secara simultan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Maka itu, pengujian secara individual dapat dilakukan atau dilanjutkan. 4.4.6 Pengujian secara Individual antara Variabel X2 terhadap Variabel Z
Setelah dilakukan uji pengaruh secara simultan, maka dilakukan uji individual, di mana dicari pengaruh masing-masing variabel X2 terhadap variabel Z secara individual. Hipotesis Ho: Variabel Perceived Quality (X2) tidak berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Ha: Variabel Perceived Quality (X2) berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe.
175
Dasar Pengambilan Keputusan Sig ≥ 0,05 Ho diterima Sig < 0,05 Ho ditolak Hasil Sig = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima Kesimpulan Variabel Perceived Quality (X2) berkontribusi secara signifikan terhadap variabel Brand Loyalty (Z) pada kosmetik La Tulipe. Berikut adalah Rangkuman hasil Uji Substruktur 2 : Tabel 4.36 Rangkuman Anova Model 1 – Model 2 – Model 3 – Substruktur 2 ANOVAb Model 1
2
3
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
10.065
3
3.355
Residual
33.870
96
.353
Total
43.936
99
9.302
2
4.651
Residual
34.633
97
.357
Total
43.936
99
8.344
1
8.344
Residual
35.592
98
.363
Total
43.936
99
Regression
Regression
F
Sig.
9.509
.000a
13.027
.000a
22.974
.000a
176
Tabel 4.37 Rangkuman Coefficients Model 1 – Model 2 – Model 3 – Substruktur 2 Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
2
3
B (Constant)
Coefficients
Std. Error 1.420
.540
Exp.Marketing
.313
.144
Perceived_Quality
.490
Brand_Trust (Constant)
Beta
t
Sig.
2.631
.010
.229
2.171
.032
.101
.447
4.851
.000
-.184
.125
-.158
-1.471
.145
1.248
.530
2.355
.021
Exp.Marketing
.203
.124
.149
1.638
.105
Perceived_Quality
.460
.100
.419
4.622
.000
1.855
.382
4.859
.000
.478
.100
4.793
.000
(Constant) Perceived_Quality
.436
Tabel 4.38 Rangkuman Summary Model 1 – Model 2 – Model 3 – Substruktur 2
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
1
.479a
.229
.205
.59398
2
.460a
.212
.195
.59753
3
.436a
.190
.182
.60265
Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas diperoleh nilai koefisien jalur X2 terhadap Z sebesar ρzx2 X2 = 0,436 dengan melihat nilai Rsquare pada Tabel Model Summary , dimana nilai R2 = 0,190 = 19,0%. Jadi Variabel X2 mempengaruhi
177
Variabel Z sebesar 19,0% dan sisanya yaitu 81% dipengaruhi oleh variabel – variabel lain diluar penelitian ini. Sementara itu besarnya koefisien jalur bagi variabel lain diluar penelitian yang mempengaruhi nilai variabel Z (ρz ) =
1− R2 =
1− 0,190 =
0,9. Dengan demikian didapat diagram jalur sub-struktur 2, namun disajikan dengan nilai koefisien jalur yang telah didapat melalui analisa data sehingga model sub-struktur 2 menjadi : 0,9 X2
Z
0,436 Gambar 4.22 Sub-struktur 2 beserta koefisien Jalur
Kemudian nilai koefisien jalur (beta) dapat dilihat dalam Tabel berikut : Tabel 4.39 Rangkuman Hasil Koefisien Jalur Sub-struktur 2 Pengaruh
Koefisien
Nilai
Hasil
Koefisien
Koefisien
Antar Variabel
Jalur
Sig
Pengujian
Determinasi
Variabel
(Beta)
X2 terhadap Z
0,436
Lain (ρzε2)
0,000
Ho ditolak
0,190 = 19,0%
0,9
178
Jadi dapat diperoleh persamaan struktural sub-struktur 2 : Z = ρzx2 X2 + ρz ε2 Z = 0,436 X2 + 0,9 ε2 dimana R2 = 0,190 Dari persamaan struktural sub-struktur 2 dapat diartikan bahwa : •
Brand Loyalty (Z) dipengaruhi oleh Perceived Quality (X2) secara simultan sebesar 19% dan sisanya sebesar 81% dipengaruhi oleh variabel – variabel lain diluar penelitian ini.
•
Setiap peningkatan nilai Perceived Quality (X2) sebesar satu, maka Brand Loyalty (Z) juga akan naik sebesar 0,436. Begitu juga sebaliknya, setiap penurunan Perceived Quality (X2) sebesar satu, maka Brand Loyalty (Z) juga akan turun sebesar 0,436. Jadi keseluruhan pengaruh kausal variabel Experiential marketing (X1) dan
Perceived Quality (X2) terhadap Brand Trust (Y) dan dampaknya terhadap Brand Loyalty (Z) dapat digambarkan dalam model struktur lengkap sebagai berikut : X1
0,507
0,8330 0,9 Y
0,111
Z
0,172 X2
0,436
Gambar 4.23 Hubungan Kausal Empiris Variabel X1, X2 dan Variabel Y terhadap Z
179
Kemudian seluruh koefisien jalur dari hubungan kausal dapat diketahui pengaruh kausal langsung (PKL), pengaruh kausal tidak langsung (PKTL), serta pengaruh kausal total (PKT) dari tiap-tiap variabel. Hasilnya dirangkum dalam Tabel 4.39 berikut ini: Tabel 4.40 Rangkuman Dekomposisi Koefisien Jalur Variabel
X1 terhadap Y
Pengaruh Kausal Langsung Tidak Langsung 0,507 -
Total
Pengaruh Bersama
0,507
-
X2 terhadap Y
0,172
-
0,172
X2 terhadap Z
0,436
-
0,436
ε1
0,83302 = 0,694
-
-
-
ε2
0,92 = 0,81
-
-
-
Berdasarkan Tabel 4.40, maka dapat ditarik kesimpulan sehingga memberikan informasi secara objektif sebagai berikut: 1. Tujuan pertama (T – 1) yang berbunyi “Variabel experiential marketing dan perceived quality berkontribusi positif dan signifikan terhadap brand trust dari kosmetik La Tulipe baik secara parsial maupun secara simultan”. Bahwa secara keseluruhan menyatakan signifikan. Secara individu semua sub-variabel diterima, karena berdasarkan pengujian koefisien jalur sub-struktur 1, koefisien jalur variabel X1 dan X2 terhadap Y secara statitik adalah signifikan. Dengan demikian, dapat diperoleh informasi bahwa experiential marketing dan perceived
180
quality berkontribusi dan signifikan terhadap perilaku brand trust. Besarnya kontribusi experiential marketing berpengaruh langsung terhadap brand trust sebesar 0,5072 x 100% = 25,7% dan sisanya 74,3% dipengaruhi faktor-faktor lain di luar penelitian ini. Sedangkan besarnya kontribusi perceived quality berpengaruh langsung terhadap brand trust sebesar 0,1722 x 100% = 17,2% dan sisanya 82,8% dipengaruhi faktor – faktor lain di luar penelitian ini. 2. Tujuan kedua (T – 2) yang berbunyi “Variabel experiential marketing, perceived quality, dan brand trust berkontribusi positif dan signifikan terhadap brand loyalty dari kosmetik La Tulipe baik secara parsial maupun secara simultan. Bahwa secara keseluruhan menyatakan signifikan. Secara individu tidak semua sub-variabel diterima, karena berdasarkan pengujian koefisien jalur sub-struktur 2 , jalur Experiential Marketing (X1) dan Brand Trust (Y) terhadap Brand Loyalty (Z) yang secara statistik tidak signifikan, sedangkan koefisien jalur X2 terhadap Z (Perceived Quality terhadap Brand Trust) adalah signifikan. 3. Beberapa pengaruh langsung dan pengaruh total diuraikan sebagai berikut : a. Pengaruh langsung variabel X1 terhadap Y = 0,507 b. Pengaruh langsung variabel X2 terhadap Y = 0,172 c. Pengaruh langsung variabel X1 dan X2 terhadap Y = 0,306 = pengaruh total d. Pengaruh langsung variabel X2 terhadap Z = 0,436 e. Pengaruh langsung variabel X2 terhadap Z = 0,190 = pengaruh total
181
4.5
Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi hasil penelitian ini yaitu setelah semua data telah dikumpulkan dan hasil analisis selesai dilakukan pertama-tama didapatkan bahwa penilaian La Tulipe Cosmetiques terhadap langkah – langkah Experiential Marketing cenderung baik dan memiliki jawaban yang seragam, sedangkan penilaian La Tulipe Cosmetiques terhadap kualitas produk juga baik dan jawaban responden cenderung seragam. Brand Trust yang didapatkan oleh La Tulipe Cosmetiques juga baik dan jawaban responden cenderung seragam, dan Brand Loyalty yang ditunjukkan oleh La Tulipe Cosmetiques juga baik dan jawaban responden juga cenderung seragam. Selanjutnya, setelah hasil kuesioner selesai dianalisa dengan analisis jalur, didapatkan bahwa: a. Experiential Marketing (X1) berkontribusi secara positif dan signifikan terhadap Brand Trust (Y)
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Experiential Marketing memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap tingkat Brand Trust pada kosmetik La Tulipe. Besarnya kontribusi Experiential Marketing terhadap Brand Trust adalah sebesar 0,5072 x 100%= 32,49%. Hal ini menunjukkan bahwa Experiential Marketing memiliki hubungan yang cukup kuat dengan Brand Trust, yang berarti semakin efektif Experiential Marketing yang diterapkan, maka tingkat Brand Trust kosmetik La Tulipe akan lebih tinggi. Timbulnya pengaruh langsung yang positif dari hasil impelementasi experiential marketing terhadap
182
brand trust kosmetik La Tulipe disebabkan oleh pengalaman – pengalaman yang diperoleh pelanggan ketika pelanggan menggunakan kosmetik La Tulipe secara langsung. Sehingga responden dapat secara langsung merasakan kualitas dan manfaat dari kosmetik La Tulipe yang membuat mereka lebih percaya pada merek La Tulipe Cosmetiques. Hal ini dibuktikan dari Lampiran 2 bahwa subvariabel yang memiliki skor jumlah paling tinggi adalah hal yang berkaitan dengan pemakaian kosmetik La Tulipe yang membuat pelanggan menjadi lebih percaya diri. Oleh karena itu untuk mengoptimalkan experiential marketing yang didapat oleh pelanggan, La Tulipe Cosmetiques perlu lebih mempertahankan program yang sudah ada sekaligus meningkatkan program tersebut agar lebih menarik dan meningkatkan image kosmetik tersebut. Selain itu, dapat dilihat pula pada Lampiran 2 bahwa sub-variabel yang memiliki skor jumlah paling tinggi selanjutnya adalah suasana di konter penjualan La Tulipe cosmetiques. Ini menunjukkan bahwa suasana di konter penjualan La Tulipe seperti etalase kosmetik dan tata letak produk
yang ditata dengan menarik dan rapi dapat
membuat pelanggan untuk lebih tertarik dan berminat untuk menelusuri lebih dalam jenis – jenis kosmetik La Tulipe lainnya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Schmitt (dalam Utami, 2009), pemasaran feel merupakan strategi pendekatan perasaan (afeksi) dan implementasi terhadap perusahaan dan merek melalui experiences providers, dengan tujuan untuk mempengaruhi
mood
(suasana hati), perasaan dan emosi yang ditimbulkan oleh events (peristiwa-
183
peristiwa yang terjadi), agent (orang yang melakukan peristiwa, perusahaan dan situasi), dan object (suatu hal yang telah dilihat).
b. Perceived Quality (X2) berkontribusi positif dan signifikan terhadap Brand Trust (Y)
Temuan penelitian menunjukkan bahwa Perceived Quality memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap tinggi rendahnya Brand Trust yang didapat oleh pelanggan La Tulipe. Besarnya kontribusi Perceived Quality terhadap Brand Trust adalah sebesar 0,1722 x 100%= 2,95%. Ini menunjukkan bahwa persepsi kualitas yang tercipta dalam pikiran pelanggan dapat membentuk kepercayaan terhadap kosmetik merek La Tulipe. Dengan adanya persepsi kualitas yang baik terhadap merek tersebut , maka akan dapat membentuk kepercayaan terhadap merek tersebut. Hal ini dapat dilihat dari Lampiran 2 bahwa sub-variabel yang memiliki skor paling tinggi adalah persepsi kualitas pelanggan yang baik terhadap pelayanan yang diberikan
Beauty Advisor di konter La
Tulipe, dimana pelanggan memiliki persepsi bahwa kualitas pelayanan yang diberikan pihak La Tulipe baik dan penuh perhatian terhadap kepentingan pelanggan. Oleh karena itu, perceived quality memiliki nilai positif yang dapat mempengaruhi terbentuknya Brand Trust. Selain itu, dapat dilihat pula pada Lampiran 2 bahwa sub- variabel yang memiliki skor tinggi selanjutnya adalah persepsi kualitas oleh pelanggan yang menunjukkan bahwa La Tulipe
184
Cosmetiques akan terus menghasilkan produk – produk yang aman bagi kulit pemakainya. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi kualitas pelanggan terhadap La Tulipe bernilai positif dan baik. Oleh karena itu, La Tulipe Cosmetiques perlu lebih mempertahankan persepsi kualitas
yang sudah tercipta dengan baik
sebelumnya sekaligus meningkatkan lagi persepsi kualitas tersebut agar dengan persepsi kualitas yang semakin tinggi dapat lebih menarik kepercayaan konsumen dan dapat meningkatkan image kosmetik La Tulipe.
c. Experiential Marketing (X1) berkorelasi secara positif tetapi tidak signifikan terhadap Brand Loyalty (Z)
Temuan penelitian menunjukkan bahwa Experiential Marketing memiliki hubungan Sangat Rendah, Searah, dan Signifikan terhadap Brand Loyalty. Besarnya hubungan Experiential Marketing terhadap Brand Loyalty adalah sebesar 0,195.
Adanya hubungan antara variabel Experiential Marketing
terhadap Brand Loyalty tersebut diperkuat dengan temuan sebelumnya yang dinyatakan menurut Schmitt (1999), Fransisca Andreani (2007), Amir Hamzah (2007), Munson (2001), Pullen (2001), Palupi (2001) Petkus(2004), Hannam (2004); Stenhouse (2003), mengatakan bahwa
experiential marketing sangat
efektif bagi pemasar untuk membangun brand loyalty melalui aspek aspek sense, feel, think, act dan relate.
185
Namun, hubungan yang terbentuk di dalam penelitian yaitu sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya jalur Brand Trust yang menjadi variabel perantara bagi Experiential Marketing terhadap Brand Loyalty. Alasan tersebut diperkuat dengan pernyataan bahwa “Kepercayaan merek terbentuk dari pengalaman konsumen (Costabile, 2002 dalam Ferrinadewi 2005). Pengalaman merupakan hasil dari psikologis konsumen dan tercipta apabila ada keterlibatan konsumen selama proses pra pembelian maupun pada saat pembelian baik dalam bentuk dorongan motivasi maupun bentuk dorongan motivasi maupun dalam bentuk multidimensional (Broderick & Foxall, 1999 dalam Ferrinadewi, 2005)”. Sehingga dalam penelitian ini didapatkan hubungan yang sangat rendah yang pada akhirnya variabel Experiential Marketing terhadap Brand Loyalty tidak dapat berpengaruh secara nyata. Selain itu, temuan penelitian menunjukkan bahwa Experiential Marketing memiliki kontribusi yang positif tetapi tidak signifikan terhadap tinggi rendahnya Brand Loyalty yang didapat oleh pelanggan La Tulipe. Besarnya kontribusi Experiential Marketing terhadap Brand Loyalty adalah sebesar 0,1492 x 100% = 2,2201%. Hal ini terjadi karena
Experiential Marketing tidak dapat secara
langsung berkontribusi terhadap brand loyalty tanpa adanya brand trust sebagai variabel mediator. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa Pengalamanpengalaman positif yang dialami konsumen terhadap suatu merek itulah yang nantinya akan menimbulkan efek emosional dan kepuasan di benak konsumen.
186
Dampak-dampak tersebutlah yang pada akhirnya akan membentuk suatu kepercayaan konsumen terhadap suatu merek, sehingga akan berujung pada peningkatan loyalitas merek (Inong, 2009 dalam Rini, 2010). Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan langkah experiential marketing yang dilakukan oleh kosmetik La Tulipe untuk dapat menciptakan kepercayaan merek pada kosmetik La Tulipe, dimana proses penciptaan kepercayaan akan merek La Tulipe perlu diperhatikan lebih lanjut agar dapat membentuk loyalitas pada merek La Tulipe.
d. Perceived Quality (X2) berkontribusi positif dan signifikan terhadap Brand Loyalty (Z)
Temuan
penelitian
menunjukkan
bahwa
Perceived
Quality
memiliki kontribusi yang positif dan signifikan terhadap tinggi rendahnya Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe. Besarnya kontribusi Perceived Quality terhadap Brand Loyalty adalah sebesar 0,4362 x 100% = 19%. Ini menunjukkan bahwa persepsi kualitas yang baik di dalam pikiran pelanggan terhadap kosmetik La Tulipe dapat meningkatkan secara langsung loyalitas pelanggan terhadap kosmetik La Tulipe. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa “Persepsi kualitas yang positif akan mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas terhadap produk tersebut. Hal itu karena konsumen akan lebih menyukai produk yang memiliki persepsi kualitas yang baik. Aeker (dalam Lindawati, 2005) mengatakan bahwa Perceived Quality (persepsi kualitas) akan mempengaruhi
187
keputusan pembelian dan Brand Loyalty secara langsung, terutama ketika pembeli tidak termotivasi atau dapat untuk mengadakan suatu analisis yang detail. Konsumen akan lebih memilih merek yang sudah mereka kenal karena persepsi konsumen bahwa merek tersebut dapat diandalkan. Selain itu, konsumen juga merasa yakin bahwa merek tersebut dapat menghindarkan mereka dari risiko pemakaian (Durianto, dkk 2004). Untuk itu, pihak La Tulipe sebaiknya terus melakukan
program –
program yang dapat membuat persepsi kualitas akan kosmetik La Tulipe semakin baik. Program – program yang dapat dijalankan seperti, mengiklankan keandalan kualitas kosmetik La Tulipe, memastikan bahwa kualitas yang diberikan adalah baik, memberikan tindak lanjut dengan segera atas komplain yang memberikan dukungan pasca pembelian. Program – program tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa “Perusahaan yang aktif dalam iklan atau promosi merek produknya, akan dapat meningkatkan asosiasi merek dalam pikiran konsumen dan dengan semakin kuat dan positifnya asosiasi – asosiasi merek tersebut akan membentuk kesan kualitas merek pada produk tersebut. Setelah kesan kualitas terbentuk maka konsumen akan mencoba membeli merek tersebut dan apabila setelah pembelian tersebut konsumen menjadi puas yang mana kemudian akan menjadi percaya pada produk tersebut. selanjutnya konsumen akan melakukan pembelian ulang dan akhirnya dapat menjadi konsumen yang loyal , dimana
188
dengan melakukan pembelian ulang secara berkelanjutan maka konsumen dianggap telah loyal pada merek tersebut.” e. Brand Trust (Y) berkorelasi negatif dan tidak signifikan terhadap Brand Loyalty (Z)
Temuan penelitian menunjukkan bahwa Brand Trust memiliki hubungan Sangat Rendah, Searah dan Tidak Signifikan terhadap Brand Loyalty. Besarnya hubungan Brand Trust terhadap Brand Loyalty adalah sebesar 0,064. Adanya hubungan antara variabel Brand Trust terhadap Brand Loyalty tersebut dengan teori yang menyatakan bahwa “Kepercayaan adalah variabel kunci dalam pengembangan keinginan untuk menjaga sebuah hubungan jangka panjang, contohnya terhadap sebuah merek (Morgan and Hunt, 1994 dalam Delgado, Elena et al, 2001)”. Namun, hubungan yang terbentuk di dalam penelitian yaitu sangat rendah. Hal ini akan dibahas selanjutnya, yaitu : Selain itu, Temuan penelitian menunjukkan bahwa Brand Trust memiliki kontribusi yang negatif dan tidak signifikan terhadap Brand Loyalty pada kosmetik La Tulipe. Besarnya kontribusi Brand Trust
terhadap Brand
Loyalty adalah sebesar - 0,1582 x 100% = - 2,4964%. Terlihat bahwa kontribusi Brand Trust terhadap Brand Loyalty berbanding terbalik, artinya setiap kenaikkan nilai Brand Trust maka Brand Loyalty akan menurun. Namun dikarenakan hubungan keduanya tidak signifikan maka hal ini dapat disebabkan karena komitmen yang telah dibuat oleh pihak La Tulipe bahwa akan terus berinovasi
189
untuk memenuhi tren baru (sesuai dengan visi La Tulipe yang berkomitmen untuk menjadi pelopor dalam produk kecantikan) tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal ini ditunjukkan dari Lampiran 2 bahwa sub- variabel yang memiliki skor terendah yaitu pada pertanyaan “Saya percaya La Tulipe Cosmetiques akan terus berinovasi untu memenuhi tren baru”. Hal ini menunjukkan bahwa pelanggan yang awalnya sudah memiliki kepercayaan terhadap merek tersebut merasa dikecewakan karena pelanggan tidak melihat adanya produk kosmetik baru yang ditawarkan oleh La Tulipe secara berkelanjutan. Di sisi lain, pihak La Tulipe pada kenyataannya telah menjalankan komitmennya tersebut dengan mengeluarkan produk – produk baru sesuai tren. Hal ini dibuktikan dari awal tahun 2011 yang lalu La Tulipe mengusung tren warna “spring summer”. Untuk eyeshadow La Tulipe Cosmetiques meluncurkan palet hijau muda, biru toska, oranye, dan kuning. Koleksi lainnya, eyeliner pencil biru dan hitam, maskara hitam, blush on oranye dan hitam, serta untuk lipstik adalah La Tulipe beige coral warna oranye muda. Ini menunjukkan bahwa kurangnya program – program La Tulipe untuk memberikan informasi mengenai produk – produk baru yang diluncurkan La Tulipe Cosmetiques yang pada akhirnya
menyebabkan tingkat resiko menghadapi kekecewaan karena informasi yang kurang tersebut menjadi tinggi. Oleh karena itu pelanggan menjadi tidak loyal kepada kosmetik La Tulipe. Hal ini diperkuat oleh pernyataan bahwa “Kepercayaan terbangun karena adanya harapan bahwa pihak lain akan bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika seseorang telah mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa harapan akan terpenuhi dan
190
tak akan ada lagi kekecewaan (Sanner, 1997 dalam Ferrinadewi, 2004)”. Dalam penelitian bisa ditemukan bahwa ada harapan pelanggan yang belum terpenuhi dengan baik sehingga menyebabkan tingkat kekecewaan di dalam diri pelanggan. Selanjutnya, ditunjukkan dari Lampiran 2 bahwa sub- variabel yang
memiliki skor terendah kedua yaitu pada pertanyaan “Saya percaya bahwa setiap keluhan pelanggan akan ditangani dengan baik oleh pihak La Tulipe”. Ini menunjukkan bahwa keluhan pelanggan belum ditangani dengan baik. Pada saat wawancara dengan pelanggan La Tulipe Cosmetiques ditemukan ada yang memberikan keluhan bahwa pelanggan tersebut sulit untuk menemukan produk La Tulipe Cosmetiques di daerahnya, sehingga ketika ingin membelinya kembali pelanggan tersebut harus membelinya ditempat yang cukup jauh dari tempat tinggalnya dan menunggu beberapa saat untuk memiliki waktu yang luang agar dapat membeli produk La Tulipe Cosmetiques. Selain itu, ada juga pelanggan yang mengeluhkan bahwa ketersediaan produk kosmetik La Tulipe belum ditangani dengan baik, dimana ketika pelanggan berulang kali datang ke konter tidak mendapatkan kosmetik sesuai yang biasa ia beli (stok kosong). Selanjutnya, ada pula yang mengeluhkan bahwa pelanggan tersebut pernah mendapati produk yang ketika ia pakai kualitasnya tidak sesuai dengan yang biasa ia beli. Keluhan – keluhan yang ada diatas menunjukkan bahwa pelanggan yang menaruh kepercayaannya pada La Tulipe Cosmetiques dengan menggunakannya berulang – ulang, terkadang merasa tidak puas karena keluhan – keluhan yang terjadi
191
seperti diatas, ini dapat menyebabkan loyalitas pelanggan akan merek la Tulipe menurun. Sehingga dalam penelitian ini didapatkan hubungan yang sangat rendah yang pada akhirnya variabel Brand Trust tidak dapat berpengaruh secara nyata terhadap Brand Loyalty.