26
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Persiapan merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mendukung proses penelitian yang lancar sesuai dengan tujuan penelitian. Persiapan yang dilakukan diantaranya adalah: penyediaan alat perekam, kertas catatan, pena dan alat pendukung lain. Alat perekam yang digunakan adalah handphone yang memiliki kemampuan merekam panjang dan kualitasnya baik sehingga hasil rekaman jelas untuk menyusun transkrip wawancara secara baik, selain itu peneliti juga mempersiapkan garis besar pertanyaan wawancara agar wawancara dapat terarah pada informasi yang diperlukan bagi penelitian. Persiapan lain yang dilakukan oleh penulis adalah persiapan mental, persiapan ini dilakukan karena penulis merupakan instrument kunci dalam penelitian ini. Dalam penelitian kualitatif, penulis merupakan instrument penelitian/alat pengumpul data utama.
2. Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian diawali dengan menentukan calon-calon sujek penelitian.Kegiatan ini penulis lakukan dengan melakukan observasi di kampus dan melakukan wawancara informal dengan beberapa teman dekat
27
penulis. Hal ini dilakukan untuk menentukan subjek-subjek yang mengalami stres terutama pada calon subjek yang telah menulis skripsi dalam waktu yang panjang.Setelah menemukan beberapa orang, peneliti menyeleksi lagi menjadi 3 orang yang paling sesuai dengan karakteristik subjek penelitian yang telah ditentukan. Setelah terpilih 3 orang subjek, penulis menanyakan kesediaan calon subjek untuk melakukan wawancara dengan kondisi, bahwa semua hasil wawancara akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan identitas subjek dirahasiakan. Hal ini penting untuk diberitahukan pada subjek untuk menghindari terjadinya konflik antara dosen dengan mahasiswa maupun antara mahasiswa satu dengan mahasiswa lain sehubungan dengan informasi yang diungkapkan dalam wawancara. Penulis juga memberitahukan tujuan dari penelitian yang sedang dilakukan agar subjek dapat memberikan informasi yang ssuai dengan kebutuhan penulis. Salah satu faktor yang ditekankan dalam wawancara adalah keterbukaan dan kepercayaan subjek pada penulis sehingga perlu dipahami secara baik bahwa tujuan dari penelitian ini semata-mata adalah untuk kepentingan penelitian. Tempat dan waktu wawancara diatur sesuai dengan kesediaan subjek dan diatur sedemikian rupa agar tidak terjadi tekanan dalam wawancara. Hal ini bertujuan agar hal-hal yang berkaitan dengan sikap subjek dapat bersifat natural tanpa ada dibuatbuat. Penulis melakukan pengamatan sebelum wawancara untuk melihat kondisi calon subjek. Observasi ini dilakukan secara tidak langsung, terutama
28
melihat aktivitas subjek dalam melakukan penulisan skripsi, terutama, sebelum dan sesudah subjek bimbingan dengan dosen dan saat subjek di perpustakaan atau dilingkungan sekitar kampus. Hal ini dilakukan untuk memperoleh gambaran awal subjek dan tingkat stress yang dialami oleh subjek.
3. Wawancara Setelah mengamati kegiatan yang dilakukan semua subjek, langkah selanjutnya adalah melakukan proses wawancara pada subjek I, II, dan III. Sebelum melakukan wawancara penulis meminta ijin terlebih dahulu pada subjek untuk menggunakan alat perekam berupa handphone selama proses wawancara berlangsung untuk merekam informasi. Karena hasil wawancara merupakan dokumen rahasia penelitian, maka peneliti tidak mengekspos hasil rekaman maupun transkrip yang dibuat pada publik. Nama, tempat dan namanama yang disebutkan dalam wawancara dirahasiakan untuk kepentingan penelitian. Proses wawancara dilakukan pada hari yang berbeda-beda sesuai dengan kesepakatan penulis dengan subjek. Agar proses wawancara berjalan sesuai dengan harapan, maka penulis mempersiapkan pedoman wawancara yang digunakan untuk mengarahkan pertanyaan pada subjek, hal ini dapat membantu penulis tetap fokus pada pokok permasalahan yang akan digali. Subjek penelitian ini telah dikenal sebelumnya oleh peneliti sehingga
29
memudahkan subjek untuk berbicara secara terbuka pada peneliti tanpa merasa sungkan. Subjek I adalah teman satu angkatan dengan penulis, yaitu angkatan 2007.Subjek telah melakukan penulisan penelitian selama kurang lebih 8 bulan atau 2 sememster. Pada saat melakukan wawancara, subjek sedang menulis bab IV dan mengalami kendala pada pengolahan data. Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Agustus 2011. Observasi dilakukan setelah subjek melakukan bimbingan di kampus.Observasi sebelumnya telah dilakukan beberapa kali terutama saat subjek berada di perpustakaan. Subjek II adalah mahasiswa BK angkatan 2006 yang telah melakukan penulisan skripsi selama lebih dari 1 tahun.Subjek mengalami berbagai kendala yang menyebabkannya stres sehingga sempat meninggalkan skripsinya selama beberapa waktu sebelum mulai melakukan penulisan kembali.Wawancara dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2011 di lingkungan kampus. Subjek III adalah mahasiswa BK angkatan 2005 yang mengalami kendala melakukan penulisan skripsi dan sempat berhenti selama 1 semester. Subjek jarang terlihat di kampus sehingga penulis beberapa kali menemui subjek di tempat kos untuk melakukan observasi dan wawancara awal. Selain itu penulis juga melakukan observasi saat subjek berada di perpustakaan atau di lingkungan kampus. Wawancara dilakukan pada tanggal 10 September 2011.
30
B. Pengumpulan Data 1. Catatan lapangan Penulis membuat catatan lapangan dalam bentuk verbatim wawancara. Verbatim wawancara merupakan data mentah yang sudah diproses sebagiannya dalam bentuk transkripsi wawancara, atau dapat dikatakan memberi catatan pada orang yang diwawancarai dalam bentuk transkrip. (Poerwandari dalam Maria, 2009) 2. Reduksi Data Reduksi data merupakan proses meringkas data yang dilakukan dengan membuat abstraksi rangkuman inti, proses-proses dan pertanyaan dengan tetap menjaga taat asas. Penulis membuat transkrip data rekaman dari handphone tanpa mengubah kata serta merubah makna dari petanyaan tersebut. Hal ini menyebabkan banyak digunakannya kata-kata dalam bahasa Jawa karena wawancara dilakukan dalam kerangka yang informal. Hal ini tidak diubah oleh penulis dalam transkrip untuk menjaga agar tidak terjadi pergeseran makna dari informasi yang diungkapkan. Penulis kemudian mempelajari secara teliti dan cermat seluruh data yang sudah terkumpul untuk membuat deskripsi wawancara. 3. Kategorisasi Di dalam proses pengkategorisasian data yang berupa hasil wawancara, peneliti melakukan coding, yaitu usaha untuk memaknai data melalui simbol-simbol atau kode dalam rangka mempermudah proses kategorisasi, berupa angka-angka latin (1, 2, 3, dst...) yang menunjukkan baris.
31
Sedangkan kode berbentuk angka romawi (I, II, III, dst...) merupakan kode untuk menunjukkan subjek. Kode romawi yang menunjukkan subjek akan diikuti kode dalam angka latin yang akan menunjukkan baris disamping deskripsi wawancara.
C. Interpretasi Data 1. Hasil Analisis Penelitian ini dilakukan pada 3 orang subjek penelitian yang diambil secara acak dari populasi penelitian.Subjek yang diwawancarai terdiri dari 2 orang laki-laki dan 1 orang perempuan.Subjek penelitian ini adalah mahasiwa yang menyusun skripsi dalam tahap penyelesaian. Masing-masing subjek penelitian diwawancarai dengan menggunakan panduan wawancara yang sama namun dikembangkan berdasarkan situasi dan interaksi antara peneliti dan subjek yang diwawancarai. Hasil wawancara masing-masing subjek dianalisis sebagai berikut: I. Subjek 1 a. Gambaran umum subjek Subjek berinisial AH dan berusia 22 tahun. AH berasal dari Kabupaten Semarang. Subjek merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Orang tua subjek bekerja sebagai pegawai negeri di Kab.Semarang. Saat ini subjek sedang menyelesaikan skripsinya yang sudah memasuki bagian analisa data.
32
Subjek mulai melakukan penulisan skripsi kurang lebih 10 bulan yang lalu, namun mengalami kendala dengan dosen pembimbng sehingga sampai saat ini subjek baru mulai melakukan pengambilan data. Proses yang panjang ini membuat subjek sering merasa tertekan dan merasa stres. Subjek biasanya mengerjakan skripsi di rumah dengan menggunakan komputer pribadi yang dimilikinya. Karena subyek tidak lagi mengikuti kelas perkuliahan, maka subjek lebih banyak berada di rumah dan hanya pergi ke kampus bila akan bimbingan atau pergi ke perpustakaan. Pada
saat
diwawancarai, subjek
mengeluhkan
sulitnya
menemui dosen pembimbing yang hanya memberi waktu seminggu satu kali. Selain itu, subjek juga mengemukakan kesulitan-kesulitan lain seperti susahnya mencari waktu untuk melakukan pengumpulan data di lokasi penelitian. Subjek menjelaskan bahwa saat subjek tertekan karena masalah skripsi, subjek pergi memancing untuk menenangkan diri. Setelah itu baru subjek kembali mengerjakan skripsinya. Selain itu, subjek juga berusaha mencari bantuan kepada teman-temannya, terutama dalam mencari buku acuan sebagai referensi. Subjek berusaha untuk selalu menemui dosen pembimbing seminggu
sekali
untuk
meminta
petunjuk
demi
kemajuan
perkembangan skripsinya. Namun demikian, subjek merasa arahan dan bimbingan yang diberikan oleh dosen kurang memadai karena
33
biasanya subjek hanya bertemu dengan pembimbing selama 5 sampai 10 menit. Waktu yang diberikan tersebut terasa kurang untuk memberi penjelasan, meskipun di lembar skripsi telah diberikan catatan-catatan khusus oleh pembimbing. Masalah lain yang dihadapai oleh subjek adalah prosedur yang harus dilaluinya untuk melakukan pengambilan data. Subjek harus mendatangi sebuah sekolah dan mengatur waktu pengambilan data. Dalam proses ini, sekolah hanya memberikan waktu yang terbatas, sedangkan data yang diperlukan oleh subjek cukup banyak. Hal ini menjadikan proses pengambilan data berjalan sangat lambat dan kurang memadai. Terlebih lagi, ketika subjek perlu menambah jumlah sampel tetapi sekolah tidak mengijinkannya. Subjek mengalami dilema karena arahan dosen pembimbing mengharuskannya mengambil sampel
lebih
banyak
sedangkan
lokasi
penelitian
tidak
mengijinkannya.Untuk mengatasi rasa stres yang dialaminya, subjek berusaha menjelaskan pada dosen pembimbingnya tentang kesulitan mendapatkan sampel yang lebih besar.
b. Observasi selama wawancara Pengambilan data atau wawancara di lakukan di luar rumah subjek, yaitu pada saat subjek sedang berada di kampus UKSW setelah selesai bimbingan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan alat perekam, panduan wawancara, catatan dan pensil untuk mencatat bila
34
diperlukan. Wawancara dilakukan sambil makan siang sehingga suasana wawancara menjadi tidak terlalu formal. Selain itu, peneliti telah mengenal subjek sebagai teman kuliah sehingga proses wawancara menjadi lebih mudah. Dari awal wawancara sampai akhir, subjek terlihat santai dan cukup
tenang
meskipun
banyak
mengeluhkan
kelangsungan
penyusunan skripsinya. Bahkan proses wawancara juga diselingi senda gurau karena subjek memang dikenal suka bergurau. Subjek terlihat agak sedih saat bercerita tentang harapan orangtuanya agar subjek segera menyelesaikan kuliah.
c. Analisis Data Dari hasil wawancara dengan subjek dapat diketahui usaha coping stress yang dilakukan oleh subyek AH adalah sebagai berikut: 1) Activecoping Active coping yaitu mengambil tindakan secara aktif untuk mengatasi stres. Tindakan pengatasan masalah yang dilakukan oleh subjek merupakan usaha untuk mencoba
memperbaiki dampak
yang bisa ditimbulkan atau untuk menghindari tekanan yang ada. Tindakan-tindakan
tersebut
berupa
sikap
menanyakan
dan
memperjelas penyebab stressor atau meninggalkan stressor. Halini tampak dalam pernyataan subjek:
35
browsing-browsing internet cari referensi, ke perpus lihat-lihat judul yang lain. Gitu-gitu aja.Kadang konsultasi juga ke dosen yang ngasi judul.(47 – 49)
ya paling cari-cari referensi dari internet. Aku ke Unika cari materi referensi juga. (98 – 99)
“menanyakan
lagi
pada
pembimbing
maksudnya
harus
bagaimana, kadang kan tidak jelas memberi petunjuk, apalagi pembimbingnya kan ada 2 ya sering tidak klop.“mengkonfirmasi ke pembimbing,sudah benar atau belum konsep yang dipakai. Kalau pakai instrumen ini gimana, boleh ngga, atau buat sendiri, ya hal-hal seperti itu lah harus disetujui dosen dulu. Baru berani mencari data” (158 – 161) 2) Planning Planning
yaitu
memikirkan tentang cara
mengatasi
penyebab stress. Subjek memikirkan bagaimana mengatasi stres yang dialaminya, bagaimana menentukan tindakan yang diambil serta bagaimana cara penanganan yang terbaik untuk memecahkan masalah. Pernyataan subjek yang sesuai dengan hal-hal ini diantaranya: “….alternatif terakhir aku minta bantuan untuk olah datanya. Mending gitu lebih cepat daripada aku kangelan to.(173 – 175)
36
“… Paling tidak sedikit membantu aku ngga begitu memikirkan masalah olah datanya.Meskipun aku juga harus belajar. Sebelum bimbingan sudah aku siapin dulu yang aku tulis apa jadi ya nti kalo ditanya alasannya bisa jawab” (182 –185) 3) Restraint coping Restraint coping yaitu menunggu saat yang tepat untuk bertindak. Subjek cenderung menahan diri untuk mengatasi tekanan. Subjek juga mempertimbangkan situasi dan kondisi stressor terlebih dahulu saat akan melakukan sesuatu. Sehingga seringkali subjek hanya akan menunggu saat yang dirasa tepat untuk melakukan tindakan. Hal ini dinyatakan oleh subjek:
“apa ya..“Saat pusing ngerjake skripsi, ya aku tinggal dulu… ngademke pikir.Kalo sudah adem, baru dikerjain lagi. Pelan-pelan lah” (101 – 102) 4) Positive reframing Coping dengan positive reframing adalah mencoba menafsirkan suatu kondisi dengan lebih positif. Hal ini ditunjukkan oleh subyek dengan pernyataan: “skripsi sulit ya wajar, kalau gampang ya SMA aja. Dijalani aja, nek sudah waktunya kan y lulus. kalau pusing, ya banyak
37
temannya. Skripsi memang harus pusing, kalau ngga pusing, ngga afdol” (39 – 40) 5) Mental dissengagement Mental dissengagement adalah usaha untuk mengalihkan perhatiannya dari stressor. Usaha ini ditunjukkan oleh perilaku subjek yang melakukan kegiatan lain untuk menghindari penyebab stress yang dirasakannya. Hal ini dinyatakan subjek sebagai berikut: “…. Mancing menyelesaikan masalah.Daripada stres mending mancing.Aku ngilangin stres dengan mancing. Biasanya habis mancing jadi lebih fresh” (207 – 209)
II. Subjek II a. Gambaran umum subjek Subjek berinisial SP, saat ini berusia 23 tahun, berasal dari Kabupaten Temanggung. Subjek adalah anak tunggal, orang tuanya telah bercerai dan masing-masing telah menikah kembali. Subjek saat ini tinggal dengan ayahnya yang bekerja sebagai guru SD. Subjek telah melakukan penulisan skripsi selama kurang lebih 7 bulan dan telah memasuki bagian terakhir dari penulisan. Subjek tidak mengalami banyak kendala dalam penulisan skripsi yang membuatnya stres, kecuali dalam hal pengolahan data secara statistik. Selain itu, subjek mengalami hambatan di awal saat
38
menyusun proposal. Berkali-kali subjek harus mengganti topik dan judul penelitian sehingga membuat subjek hampir menyerah. Setelah berkonsultasi dengan dosen pembimbing, akhirnya subjek memilih salah satu topik penelitian yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Setelah seminar proposal, subjek ditetapkan memiliki dua pembimbing yang menurut subjek adalah dosen-dosen yang mudah ditemui dan baik. Subjek dapat melakukan bimbingan di rumah maupun di kampus. Hal ini memudahkan subjek untuk menyelesaikan skripsinya. Dalam satu minggu subjek kadang bimbingan lebih dari satu kali, sehingga proses penulisan menjadi lebih cepat. Subjek mengaku kesulitan mulai dirasakan setelah subjek melakukan pengambilan data. Subjek tidak paham statistik sehingga tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan data tersebut. Subjek sempat mundur beberapa minggu karena bingung. Sampai akhirnya subjek mendapatkan bantuan dari teman yang membantunya melakukan pengolahan data secara statistik.
b. Observasi selama wawancara Wawancara dengan subjek SP dilakukan dilingkungan kampus, yaitu di kafe Rindang pada sore hari setelah kegiatan perkuliahan sudah mulai sepi. Subjek adalah salah satu teman satu angkatan
39
peneliti di progdi BK. Karena telah mengenal subjek dengan baik, maka wawancara dilakukan secara non formal dan cenderung santai. Subjek dengan sukarela memberikan informasi secara jujur dan terbuka pada peneliti. Selama wawancara subjek tidak menunjukkan wajah yang tertekan, bahkan terkesan sudah lega karena penulisan skripsinya hampir selesai. Selama wawancara subjek banyak tertawa dan justru menyemangati peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi.
c. Analisa data 1) Active coping Active coping dilakukan subjek dengan menceritakan masalah pada orang lain. Dengan cara ini subjek juga mampu menenangkan emosi dalam diri sendiri dan berusaha tetap menjalani hidup seperti sebelum mengalami masalah dalam penyusunan skripsi. Hal ini dinyatakan subjek dalam wawancara sebagai berikut: “Tiap hari cari dosen Pak BB, tanya kira-kira topik apa yang mudah untuk skripsi.Sambil cari-cari sendiri di internet atau di perpus.”(63 – 64)
“Cari-cari judul sendiri dulu lalu dikonsultasikan pada dosen.” (66)
40
“Cerita ke teman, seperti sama pacar gitu. Kadang ya minta bantuan ngetik.”(69)
2) Supression of competing activities (penekanan pada aktivitas utama) Coping ini dilakukan dengan berusaha fokus pada masalah yang dialami, membatasi kegiatan yang bisa menimbulkan masalah baru, berusaha mendapatkan informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami. Subjek menggunakan coping supression of competing activities seperti diungkapkan dalam wawancara: “aku jarang main sama teman, ya ngga seperti dulu sebelum skripsi. Sekarang sih fokus dulu sama skripsinya. Kalau sudah selesai kan bisa jalan-jalan semaunya”(95 – 97)
“lebih banyak di perpus sekarang mencari materi, baca-baca referensi.” (91) 3) Planning (perencanaan) Subjek menggunakan coping planning dengan membuat rencana penanganan masalah penyusunan skripsi dan berusaha mempersiapkan dengan baik penulisan skripsinya. Hal ini diungkapkan subjek dalam wawancara sebagai berikut: “Aku sudah buat rencana penulisannya, pokoknya setiap minggu harus ada kemajuan. Bab I sampai III kan sudah tinggal revisi
41
dikit setelah seminar. Pengambilan data sebulan harus selesai trus buat analisa kira-kira ya 2 minggu.”(100 – 103)
“pokoknya setiap selesai menulis aku langsung bimbingan, telpon dulu bisa ketemu dimana, apa dikampus, apa di rumah. Setiap bimbingan aku catet apa yang disuruh nambahin biar ngga bolakbalik salah terus. Yang penting rajin bimbingan” (131 – 134)
4) Use of emotional support Subjek juga mengatasi stres dengan mencari dukungan moral, simpati, emosional. Hal ini diungkapkan subjek sebagai berikut: “ya biasane kalau sudah agak malas, diingatkan sama pacar. Terutama nek ada kesulitan ya aku curhat sama pacarku” (111 – 112)
42
III. Subjek III a. Gambaran umum subjek Subjek berinisial MD adalah mahasiswa perempuan berusia 24 tahun. Saat ini subyek kos di daerah sekitar kampus UKSW karena subjek berasal dari luar Jawa. Subjek sedang dalam menyusun analisa dan pembahasan untuk skripsinya. Subjek berasal dari angkatan yang lebih tinggi dari subjek dan sudah lebih dari 4 tahun kuliah di UKSW. Subjek berasal dari keluarga besar, dia adalah anak ke-3 dari lima bersaudara. Selain subjek, ada pula saudaranya yang saat ini kuliah di UKSW di program studi yang berbeda. Orang tua subjek adalah pengusaha yang tinggal di luar Jawa.Untuk kepentingan penulisan skripsinya, orang tua subjek membelikan laptop yang saat ini selalu dibawa oleh subjek kemanapun dia pergi. Meskipun sudah tidak ada kegiatan kuliah, subjek masih sering berada di kampus untuk mengerjakan skripsi sekaligus memanafatkan fasilitas wifi yang ada di lingkungan kampus. Menurut subjek, subjek mengalami banyak kendala dalam penulisan skripsinya sejak awal. Subjek menjelaskan bahwa dia sudah lebih dari 1 tahun mengerjakan skripsi, tetapi prosesnya sangat lambat sehingga sampai sekarang belum selesai. Di awal penulisan, subjek sering berganti judul karena materi yang diperoleh kurang mendukung. Alasan lain subjek berganti judul adalah karena tidak sesuai dengan keinginan dosen pembimbing. Subjek memiliki dua orang pembimbing
43
yang sulit ditemui karena sering bepergian ke luar kota. Selain itu, subyek juga sulit untuk menentukan teori yang harus digunakan. Proses penyusunan instrumen penelitian juga sangat sulit menurut subyek hingga subjek menyerah dan tidak mengerjakan skripsinya selama beberapa bulan. Subjek kembali mengerjakan skripsinya setelah mendapatkan dukungan moral dari orang tua untuk berusaha lebih keras. Akhirnya, dengan bantuan dari saudara dan teman-teman dekatnya, subjek termotivasi
lagi
untuk
menyelesaikan
penyusunan
instrumen
penelitian. Saat ini subjek telah selesai melakukan pengambilan data dan sedang dalam proses pembuatan analisa dan pembahasan penelitian. Subjek sudah merasa lebih bersemangat sekarang karena penyusunan skripsi sudah mulai berjalan lancar lagi.
b. Observasi selama wawancara Peneliti melakukan wawancara dengan subjek di tempat kos subjek karena subjek malu jika bertemu di kampus. Pada awal wawancara subjek menunjukkan agak sedikit tertekan karena diingatkan kembali pada proses penyusunan skripsi yang cukup sulit. Subjek bercerita dengan agak sedih karena banyak kesulitan yang dihadapinya di awal penyusunan skripsi yang telah berjalan lebih dari satu tahun.
44
Subjek menunjukkan perasaan bersalah saat bercerita tentang kemundurannya dalam menyusun skripsi yaitu selama kurang lebih 2 bulan
subyek
tidak
melakukan apapun
untuk
menyelesaikan
skripsinya.Subjek juga terlihat murung ketika bercerita tentang harapan orangtuanya yang menginginkan subjek cepat lulus. Semangat subjek mulai muncul saat bercerita tentang kemajuan penulisan skripsinya saat ini yang telah memasuki analisa dan pembahasan.
c. Analisa data 1) Active coping Active coping yang menenangkan
emosi
digunakan
dalam
diri
oleh
sendiri,
subjek berusaha
adalah tetap
menyelesaikan skripsi meskipun banyak mengalami masalah dan tetap menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Hal ini muncul dari pernyataan subjek dalam wawancara:
“meskipun sulit, tapi tetap saya jalani. Mau tidak mau harus dikerjakan.Kasihan orang tua yang membayar kuliah.” (60 – 61)
“skripsi itu kan hanya sebagian kecil dari kegiatan sehari-hari, kalau tidak mengerjakan skripsi biasanya saya main dengan teman atau mencari hiburan di Semarang” (85 – 86)
45
2) Supression of competing activities (penekanan pada aktivitas utama) Subjek berusaha fokus pada masalah yang dialami dengan cara mengesampingkan masalah lain yang dapat membuat konsentrasinya buyar. Selain itu subjek juga berbagi dengan orang tua serta saudaranya untuk mengurangi stres yang dirasakan. Hal ini diungkapkan subjek dalam pernyataan: “saya sering ditelpon orang tua, ditanya, perkembangan skripsi saya. Saya curhat pada mama biasanya diberi nasehat.”(54 – 55)
“akhir-akhir ini saya sering ke perpus untuk menyusun pembahasan. Jarang pergi sekarang, soalnya mau ngejar ujian secepatnya”(67 – 68)
“ada adik juga yang sering bantu cari materi. Kadang menemani di kampus” (76)
3) Planning (perencanaan) Jenis coping planning menekankan pada pembuatan rencana dan persiapan untuk menyelesaikan skripsi. Subjek melakukan merencanakan apa yang akan dilakukannya untuk mengurangi stres yang dia alami dengan cara:
46
“rencananya saya akan bimbingan seminggu 2 kali, kalau tidak nanti tidak bisa mengejar ujian”(63 – 64)
“saya sudah mempersiapkan semua materinya, buku-buku saya fotocopy, bahan” (73 – 74)
4) Use of religion Sikap individu untuk menyelesaikan masalah dengan keagamaan. Hal ini diungkapkan subjek dalam wawancara sebagai berikut: “saya hanya bisa banyak berdoa, pasrah, Tuhan mau buat apa dalam hidup saya” (50 – 51) “kalau Tuhan ijinkan, pasti saya segera lulus, tidak ada yang mustahil”(71) D. Pembahasan Hasil
penelitian
ini
menunjukkan
bahwa
masing-masing
subjek
menggunakan jenis coping yang berbeda-beda untuk mengatasi stres yang dirasakan saat menyusun skripsi. Secara sederhana dapat disusun tabel coping stres subjek sebagai berikut: Tabel 4.2 Subjek I
Coping Stress Subjek Penelitian
Problem focused coping Active coping
Emotional focused coping use of emotional support
47
Planning
mental disengagement
Supression of competing activities Active coping II
use of emotional support
Planning Supression of competing activities Active coping
III
use of religion
Planning Supression of competing activities
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa subjek melakukan problem focused coping dan emotional focused coping. Jenis problem focused coping yang digunakan oleh ketiga subjek adalah sama yaitu active coping, planning dan suppression of competing activities, sedangkan emotional focused coping yang digunakan oleh subjek berbeda yaitu use of emotional support, use of religion and mental disengagement. Ini berarti bahwa ketika subjek mengalami kesulitan dalam menyusun skripsi, sebagian besar mengatasinya
menggunakan jenis
problem focused coping yaitu sesuatu yang digunakan untuk mengurangi stressor dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan baru yang dkiyakini akan dapat mengubah situasi. Stres muncul ketika merasakan ketidakcocokan antara tuntutan situasi dalam penyusunan skripsi dengan kemampuan biologis, psikologis dan sistem sosial subjek.
48
Coping stress merupakan bentuk tindakan atau usaha yang dilakukan individu sebagai reaksi dari situasi yang penuh tekanan baik berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Proses penyusunan skripsi yang panjang seringkali membuat mahasiswa mengalami tekanan. Oleh karena itu ketidakmampuan mengadaptasikan keinginan-keinginan dengan kenyataan yang ada, baik kenyataan yang ada di dalam maupun di luar diri, sehingga menimbulkan tekanan batin dan konflik.Active coping, planning dan suppression of competing activities digunakan sebagai alternatif mencari solusi mengatasi stres oleh semua subyek.Ini menunjukkan bahwa subyek menggunakan coping stress yang berfokus pada masalah yang dihadapi. Pada permasalahan yang ada dalam penyusunan skripsi, misalnya saat mengalami kendala dalam menyusun Tinjauan Pustaka (BAB II), mahasiswa memilih melakkan active coping dengan mencari referensi di perpustakaan dan meminjam buku acuan. Ini menunjukkan adanya usaha dari subjek untuk mengurangi stres dengan cara menghadapi masalah daripada meninggalkannya. Mahasiswa perpustakaan
mengatasi untuk
tekanan mencari
yang
dirasakan
referensi
yang
dengan dapat
berkunjung
digunakan
ke
dalam
penelitiannya.Selain itu mahasiswa juga meminjam buku-buku acuan yang dapat dipergunakan untuk menyusun dasar teori.Demikian pula saat subjek mengalami masalah penyusunan instrumen penelitian, para subjek berusaha menyelesaikan masalah dengan merencanakan tindakan selanjutnya sebelum melakukan bimbingan dengan dosen.
49
Subjek penelitian ini juga menggunakan suppression of competing activities atau menekan kegiatan lain yang dapat menimbulkan stres. Ini berarti bahwa subyek lebih banyak menggunakan waktunya untuk menghadapi masalah dalam menyusun skripsi. Ini dilakukan untuk mengurangi potensi timbulnya tekanan karena ada kegiatan lain yang juga membawa dampak stres pada subjek. Umumnya subjek memusatkan perhatiannya pada masalah skripsi karena ada tuntutan untuk segera lulus dari orang tua. Hal ini menjadi faktor pendorong yang memotivasi subjek untuk menghilangkan tekanan dalam penyusunan skripsi. Jenis emotional focused coping yang digunakan oleh dua subyek adalah use of emotional support. Ini menunjukkan bahwa subjek membutuhkan dukungan sosial dari orang-orang terdekat mereka seperti keluarga dan pacar.Dukungan sosial sangat penting artinya bagi subjek, karena dapat memberikan motivasi dan dukungan bagi subjek dalam mengurangi tekanan yang dialaminya.Ada pula subjek yang menggunakan use of religion sebagai alternatif mengurangi tekanan. Subjek yang religius menggunakan agama sebagai salah satu usaha untuk mengurangi stres yang dialaminya dengan cara berdoa dan menyerahkan bebannya kepada Tuhan. Use of religion pada penelitian ini hanya digunakan oleh subyek perempuan. Ini menunjukkan bahwa subyek laki-laki lebih cenderung pada penggunaan problem focused coping.