BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Identifikasi Awal Dalam bab ini akan dibahas data dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan kegiatan observasi lapangan yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi. Setelah dilakukannya observasi tersebut, barulah langkah-langkah penelitian tindakan kelas seperti perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi dapat dilaksanakan. 1.
Wawancara dan Observasi Observasi untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada pembelajaran
bahasa Jerman di SMA Kartika Siliwangi 2 Bandung berlangsung selama penulis melaksanakan kegiatan Program Latihan Profesi (PLP). Sebelum melaksanakan penerapan pembelajaran kooperatif metode scramble diperoleh data dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa Jerman. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh informasi sebagai berikut : a.
Bahasa Jerman diajarkan di SMA Kartika Siliwangi 2, dua jam setiap minggu di kelas X, XI/XII IPA dan XI/XII IPS
b.
Dalam proses belajar, banyak kendala yang dialami guru, di antaranya waktu yang terbatas, siswa yang tidak memiliki kamus dan buku panduan yang
Siti Amanah, 2011 Penerapan Pembelajaran Kooperatif .... Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
40
memadai, serta jumlah siswa yang terlalu banyak sehingga proses belajar kurang kondusif. Observasi terhadap siswa yang akan dijadikan objek penelitian pun dilakukan oleh peneliti pada saat pelaksanaan PLP. Hasil observasi adalah sebagai berikut a.
Hampir delapan puluh persen siswa yang berjumlah 39 orang merespons secara positif terhadap pelajaran bahasa Jerman.
b.
Sebagian besar siswa kurang terbiasa dalam membaca sehingga banyak kesalahan yang terjadi saat mengerjakan soal membaca pemahaman.
c.
Masih minimnya penguasaan kosakata siswa, sehingga banyak siswa yang kurang memahami isi dan maksud dari teks yang diberikan dalam pelajaran membaca pemahaman.
2.
Tes Awal ( Pretest ) Sebelum melaksanakan tindakan pembelajaran dengan metode scramble,
siswa diberikan tes berupa teks dengan tema Beruf, dalam hal ini siswa diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan berdasarkan teks tersebut. Pada pelaksanaan tes awal ini, siswa tidak dikelompokkan, hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Tes awal (pretest) ini merupakan alat ukur untuk mengetahui gambaran awal kemampuan membaca pemahaman siswa dan juga untuk mengidentifikasi kesalahan siswa yang menjadi kesulitan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman. Tes ini diberikan tanggal 5 Februari 2011 siswa yang mengikuti tes awal ini sebanyak 38 dari 39 siswa, nilai rata-rata siswa pada tes awal
41
keterampilan membaca adalah 21,57 merupakan kategori kurang dan di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 60. Hasil tes awal siswa adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Hasil Tes Awal (pretest) Nilai
Jumlah Siswa
Persentase (%)
10
10
26,30
20
13
34,19
30
14
36,82
40
1
2,63
B. Deskripsi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Scramble Penerapan model pembelajaran kooperatif metode scramble dalam keterampilan membaca pemahaman ini dilaksanakan sebanyak dua siklus, masing-masing siklus terdiri atas tiga kali tindakan atau tiga kali pertemuan. Pertemuan pada siklus pertama secara umum bertujuan untuk melatih dan meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bahasa Jerman siswa. Sedangkan siklus kedua merupakan tindakan pemantapan. 1.
Deskripsi Pelaksanaan Siklus I Pada siklus 1, pembelajaran dilakukan dalam tiga kali pertemuan tatap
muka dengan topik-topik yang telah dipelajari sebelumnya di kelas X dan XI semester 1, seperti Beruf, dan Essen und Trinken. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, setiap pertemuan tatap muka atau tindakan, terdiri atas perencanaan,
42
pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi, dan berikut merupakan penjelasan lengkapnya: a.
Pertemuan 1 Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 5 Februari 2011 dengan
jumlah siswa yang hadir adalah 37 orang, dan dengan penjelasan sebagai berikut: 1). Perencanaan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah penyusunan skenario pembelajaran bersama dengan guru mata pelajaran, kemudian menyiapkan lembar observasi dan menyiapkan bahan ajar beserta bahan evaluasi. Teks bacaan yang diberikan pada siklus I pertemuan 1 bertemakan Beruf. Sebagai evaluasi pembelajaran, siswa diberikan latihan secara tertulis. 2) Pelaksanaan Tindakan Dalam pelaksanaan tindakan ini, terlebih dahulu dulu siswa diberikan penjelasan mengenai mekanisme pembelajaran dengan metode scramble, yaitu siswa dalam kelompok mengerjakan soal yang telah disediakan jawabannya, tetapi masih dalam kalimat acak. Siswa dalam kelompok bekerja sama menemukan jawaban, serta menyusun kalimat pertanyaan sehingga menjadi kalimat yang benar dan utuh. Kalimat pertanyaan yang disediakan adalah bentuk kalimat tanya W-Fragen, misalnya Woher kommt Andrick Razzandy? Setelah menjelaskan mekanisme pembelajaran dengan metode scramble, siswa dibagi menjadi tujuh kelompok, kemudian siswa secara berkelompok di persilakan mengerjakan soal yang telah disediakan. Ketika siswa sedang mengerjakan soal dalam kelompok masing-masing, peneliti berkeliling ke setiap
43
kelompok untuk mengawasi proses pembelajaran dengan metode scramble. Dalam pertemuan pertama ini, sebagian besar siswa masih kesulitan membedakan Wo arbeitet Frau Werner? dengan Was ist Frau Werner von Beruf? sehingga beberapa kesalahan siswa terdapat pada soal yang sama. Siswa masih sering lupa dengan beberapa arti dari W-Fragen. Ketika peneliti berkeliling kelas dan menemukan kesalahan siswa dalam kelompok, peneliti mulai menjelaskan secara keseluruhan, hal ini bertujuan agar siswa dapat mengoreksi kembali hasil kerja mereka dalam kelompok, apakah ada kesalahan atau tidak, tetapi karena jumlah siswa yang terlalu banyak, sehingga masih ada siswa yang tidak memperhatikan kembali hasil pekerjaan mereka masing-masing, sehingga masih ada siswa yang tetap melakukan kesalahan tersebut. 3) Refleksi Hasil penilaian berdasarkan lembar jawaban siswa menunjukkan, bahwa nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman siswa dalam pertemuan pertama adalah 80,27. Hasil tes siswa pada siklus I pertemuan 1 sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Tes Siklus I Pertemuan 1 Nilai
Jumlah Siswa
Persentase (%)
40
2
5,4
50
2
5,4
60
1
2,70
44
70
6
16,20
80
10
27
90
9
24,30
100
7
18,90
Hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil membaca pemahaman siswa dalam pertemuan pertama menunjukkan bahwa, kemampuan siswa mulai memperlihatkan
kenaikan,
walaupun
masih
ada
beberapa
siswa
yang
mendapatkan skor di bawah KKM. Pada umumnya siswa mengalami kesulitan dalam menemukan jawaban berdasarkan teks bacaan yang telah disediakan, oleh sebab itu dalam pertemuan selanjutnya yaitu tindakan pembelajaran kedua, siswa masih diberikan pembelajaran dan juga latihan agar kemampuan membaca pemahaman siswa bisa meningkat, serta akan diberikan banyak Wortschatz sehingga siswa tidak lagi mengalami kesulitan dalam memahami isi dari teks bacaan yang diberikan. b. Pertemuan 2 Pertemuan kedua ini dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2011, dengan jumlah siswa yang hadir 37 orang, dan dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Perencanaan Berdasarkan refleksi pertemuan pertama, maka skenario pembelajaran pertemuan kedua perlu diperbaiki, dengan menyiapkan segala keperluan seperti materi pembelajaran metode scramble, lembar observasi, catatan lapangan dan
45
bahan evaluasi. Teks bacaan yang diberikan pada pertemuan kedua ini, masih bertema Beruf. 2) Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pendahuluan, siswa diminta untuk duduk secara berkelompok yang sama dengan pertemuan sebelumnya. Sebagai pemanasan guru bertanya kepada siswa apa saja kesulitan yang mereka alami di pertemuan minggu lalu. Siswa dijelaskan langkah-langkah dan cara menjawab pertanyaan dalam keterampilan membaca pemahaman, bagaimana cara menjawab pertanyaan dengan struktur kalimat yang tepat dan sesuai dengan kaidah bahasa Jerman. Guru memberikan beberapa contoh pertanyaan, ditulis di papan tulis dan beberapa siswa diberikan kesempatan maju ke depan kelas, untuk menjawab pertanyaan tersebut. Apabila ada siswa yang melakukan kesalahan, guru langsung menjelaskan letak kesalahan siswa dan meminta siswa untuk menyampaikan pendapat kira-kira jawaban apa yang benar. Siswa dijelaskan penempatan posisi verba dalam bahasa Jerman, serta cara menentukan mana kata verba yang terdapat dalam soal serta jawaban yang telah disediakan. Karena minimnya penguasaan kosakata siswa sehingga masih banyak siswa yang belum bisa menentukan verba dalam sebuah kalimat. Setelah membahas kesalahan yang dilakukan di pertemuan lalu, siswa masuk ke kegiatan ini, yaitu belajar dengan metode scramble sedangkan peneliti berkeliling untuk mengawasi jalannya kegiatan siswa dalam kelompok masingmasing. Pada saat monitoring, siswa sangat antusias dan cepat tanggap, serta kembali mengingat kesalahan yang pernah dilakukan pada pertemuan lalu. Jika
46
guru memberikan penjelasan dalam kelompok terlihat siswa lebih memusatkan perhatian kepada guru. Hal ini terbukti dengan berkurangnya kesalahan pada WFragen, dan konjugasi verba. Untuk mengurangi kesalahan-kesalahan gramatika lainnya, seperti kesalahan penyusunan kalimat, guru memberikan penjelasan dan contoh
kalimat
yang
benar.
Kemudian
seluruh
siswa
diminta
untuk
mengumpulkan lembar jawabannya, agar hasil belajar siswa dapat diperiksa lebih lanjut. 3) Refleksi Berdasarkan identifikasi yang dilakukan pada pertemuan kedua siklus pertama ini diketahui, bahwa beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat, hal ini terlihat masih ada siswa yang menyontek pekerjaan teman yang lain, daripada bersama-sama mengerjakan soal yang diberikan, sehingga masih ada kesalahan yang sama terjadi dalam kelompok yang sama, misalnya Er arbeite als Automecahniker kesalahan terjadi dalam kelompok yang sama, seharusnya dalam kelompok mereka dapat saling mengoreksi hasil pekerjaan masing-masing dan apabila terdapat kesalahan mereka bisa saling mengingatkan. Dari hasil lembar jawaban siswa pada pertemuan kedua ini, diketahui naik sebanyak 5,94 dari nilai rata-rata pertemuan sebelumnya, nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman siswa pada pertemuan kedua adalah 86,21
47
Tabel 4.3 Hasil Tes Siklus I Pertemuan 2
c.
Nilai
Jumlah Siswa
Persentase (%)
50
1
2,70
60
1
2,70
70
6
16,20
80
6
16,20
90
12
32,40
100
11
29,70
Pertemuan 3 Pertemuan ketiga pada siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 12
Februari 2011 dengan jumlah siswa yang hadir 38 orang dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Perencanaan Perencanaan pertemuan ketiga ini disusun berdasarkan refleksi dari pertemuan kedua. Pada dua kali pertemuan sebelumnya siswa telah memahami tema Beruf yang diberikan, siswa sudah memahami cara menjawab pertanyaan dari teks dengan tema Beruf. Tema pada pertemuan ketiga ini adalah Essen und Trinken siswa diberikan latihan untuk menggunakan kata-kata Essen und Trinken dan dikonjugasi pada subjek yang tersedia.
48
2) Pelaksanaan Tindakan Seperti pertemuan sebelumnya, kegiatan pembelajaran diawali dengan meminta siswa untuk duduk bersama dengan kelompok yang sama sebelumnya dan membahas evaluasi pertemuan kedua. Guru kembali membahas kesalahan yang terjadi pada pertemuan kedua. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya dan mengungkapkan kesulitan yang mereka alami pada pertemuan kedua, ada beberapa siswa yang mengungkapkan masih bingung dalam menentukan kata kerja dan meletakkan kata kerja tersebut dalam sebuah kalimat. Banyak di antara mereka yang masih belum mengerti makna dari verba. Guru lalu menjelaskan dengan mengambil beberapa kata kerja yang terdapat dalam kalimat tanya di pertemuan lalu. Pada kegiatan inti, siswa kembali diberikan lembar teks bacaan, soal dan lembar jawaban yang telah diacak kata-katanya diberikan pada akhir setelah mereka selesai mengerjakan soal tanpa menggunakan lembar jawaban. Pada saat berlangsung kegiatan pembelajaran siswa bersama kelompok masing-masing berdiskusi untuk menentukan jawaban. Beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam mengonjugasikan kata Essen pada subjek er, sie sehingga guru menjelaskan kembali di depan kelas perbedaan perubahan yang terjadi pada kata Essen. Terdapat juga siswa yang belum terlalu mengerti arti beberapa kata yang terdapat pada soal maupun teks bacaan, misalnya antara lain mögen, Jugendlichen, Pommes, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan hanya beberapa orang siswa saja yang memiliki kamus bahasa Jerman, sehingga sangat terbatas pengetahuan kosakata siswa pada tema Essen und Trinken. Setelah siswa selesai
49
mengerjakan latihan dalam kelompoknya, dalam tiap kelompok dibagi atas dua bagian, yaitu ada siswa yang tetap diam di kelompok masing-masing, sedangkan dua sampai tiga orang siswa yang lainnya berkunjung ke kelompok lain untuk mencocokkan dan mengidentifikasi jawaban mereka dengan jawaban kelompok lain.
Siswa
yang
berkeliling
mencatat
perbedaan
yang
terjadi,
dan
mendiskusikannya kepada teman sekelompok, mengapa terjadi perbedaan jawaban tersebut. Setelah seluruh siswa selesai mengidentifikasi, maka perbedaan jawaban yang ada dibahas bersama-sama untuk menemukan jawaban yang benar, sebelumnya lembar jawaban siswa harus dikumpulkan. 3) Refleksi Berdasarkan observasi pada pembelajaran ketiga siklus I ini, terdapat beberapa siswa yang tidak melakukan identifikasi ke kelompok lain, sehingga mereka tidak mengetahui letak kesalahan beberapa kelompok lain yang seharusnya dapat menambah wawasan bagi siswa, karena belajar dari kesalahan yang terjadi diharapkan agar lebih gampang diingat kesalahan yang terjadi dan tidak mengulanginya lagi. Kesulitan yang dirasakan oleh siswa pada pertemuan ketiga ini adalah, kosakata yang bertema Essen und Trinken siswa yang sedikit, sehingga siswa masih kesulitan dalam mengartikan kalimat tanya dalam soal. Pada pertemuan ketiga ini, nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman siswa adalah 63,94. Berikut adalah perolehan nilai siswa:
50
Tabel 4.4 Hasil Tes Siklus I Pertemuan 3 Nilai
Jumlah Siswa
Persentase (%)
20
1
2,63
40
5
13,15
50
4
10,52
60
11
28,93
70
6
15,78
80
6
15,78
90
5
13,15
Nilai rata-rata keseluruhan siswa tiga kali pertemuan pada siklus pertama ini adalah 75,56, terjadi kenaikan sebesar 53,99 dari nilai pretest. 2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II Siklus II dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan tatap muka. Langkahlangkah pembelajaran hampir sama dengan langkah-langkah yang diambil pada siklus I. Perbedaannya, tindakan pada siklus II ini merupakan tindakan evaluasi dan pemantapan. a. Pertemuan 1 Pertemuan 1 siklus II dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2011 dengan jumlah siswa yang hadir 38 orang.
51
1) Perencanaan Berdasarkan nilai keterampilan membaca pemahaman siswa dan juga catatan lapangan pada siklus I, maka tindakan pembelajaran kali ini, tujuannya adalah memantapkan kemampuan membaca pemahaman siswa dan mengurangi kesalahan yang pernah terjadi, seperti kesalahan konjugasi verba, posisi verba dan lain sebagainya. Tema yang akan dibahas kali ini adalah Tagesablauf. 2) Pelaksanaan Tindakan Pada awal pembelajaran, selain siswa diminta untuk duduk bersama dengan kelompoknya, sebagai pemanasan guru bertanya terlebih dahulu kepada siswa
tentang
kegiatan
mereka
sehari-hari,
mereka
menyebutkannya
menggunakan bahasa Jerman. Banyak kosakata yang disebutkan oleh siswa, misalnya Essen, Schlafen dan sebagainya. Setelah selesai tanya jawab, siswa dibagikan teks bacaan untuk dibaca sejenak dan dipahami maksud dari isi teks tersebut. Setelah beberapa lama guru bertanya apa maksud dari teks tersebut, beberapa siswa menjawab dengan tepat. Setelah selesai membaca siswa dibagikan lembar soal saja, dan lembar jawaban yang di acak kata-katanya diberikan terakhir seperti pertemuan sebelumnya, hal ini bertujuan agar siswa bisa mengerjakan soal terlebih dahulu dan tidak harus selalu disediakan jawabannya, tetapi tugas guru harus terus memantau dan mengingatkan siswa untuk menemukan kata kunci agar siswa dapat dengan mudah menjawab pertanyaan tersebut. Setelah seluruh siswa selesai mengerjakan soal tanpa acak kata pada kalimat jawaban, guru membagikan lembar jawaban acak kata, dan meminta siswa untuk mencocokkan kata demi kata agar tidak terjadi kesalahan dalam
52
menentukan subjek pada kalimat jawaban, misalnya pada teks yang bercerita adalah orang pertama atau ich, jadi apabila menjawab pertanyaan dijawab menggunakan orang ketiga er / sie. Siswa bersama-sama mengoreksi pekerjaan mereka secara seksama, dan memperbaiki apabila ada kesalahan. 3) Refleksi Pengamatan yang dilakukan terhadap proses pembelajaran seperti yang ditunjukkan pada catatan lapangan bahwa, hal yang cukup berbeda dari pertemuan siklus sebelumnya, siswa cukup antusias dan mulai banyak kosakata baru yang mereka kuasai. Sebagian besar siswa sudah bisa mengerti cara mudah dalam menjawab pertanyaan dalam mata pelajaran membaca pemahaman, walaupun masih ada siswa yang memerlukan perhatian khusus yaitu beberapa orang siswa baru. Namun masih sering kali terdapat kesalahan seperti penempatan verba dalam kalimat contohnya Sie nach Haus geht um 13.10 Uhr. Nilai rata-rata keterampilan membaca pemahaman siswa pada pertemuan pertama adalah 83,68. Berikut adalah perolehan nilai siswa:
Tabel 4.5 Hasil Tes Siklus II Pertemuan 1 Nilai
Jumlah Siswa
Persentase (%)
70
5
13,15
80
17
44,71
90
13
34,19
100
3
7,89
53
b. Pertemuan 2 Pertemuan kedua pada siklus II dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2011 dengan jumlah siswa yang hadir adalah 38 orang. 1) Perencanaan Berdasarkan refleksi tindakan sebelumnya, kesulitan yang masih dihadapi siswa adalah dalam gramatika dan juga salah penempatan kata kerja (verba). Siswa masih ragu dan kurang percaya diri dalam mengisi jawaban, sehingga mereka banyak bertanya, padahal banyak dari mereka yang sudah menuliskan jawaban yang benar. Untuk itu dalam tindakan kedua ini, guru akan menjelaskan sedikit dan menanyakan kesulitan yang masih mereka alami. 2) Pelaksanaan Tindakan Peda pelaksanaan tindakan kedua siklus II ini tidak begitu jauh berbeda pada tindakan sebelumnya, hanya saja sedikit penambahan berupa penjelasan dan siswa membaca teks bacaan terlebih dulu yang bertujuan sebagai warming up sebelum melaksanakan belajar dan melatih Aussprache siswa. Siswa sangat antusias ingin membaca teks bacaan, dan menerjemahkan bersama-sama, hal ini bertujuan untuk menambah kosakata siswa agar tidak mengalami kesulitan dalam memahami teks tersebut. Setelah selesai, siswa diperintahkan untuk menjawab soal yang telah diberikan berdasarkan teks bacaan yang sebelumnya telah diterjemahkan bersamasama. Hal ini ternyata efektif, dengan ini siswa yang bertanya tentang arti beberapa kata jadi berkurang, mereka lebih sering bertanya kepada teman sesama kelompok, karena sebelumnya setiap siswa diperintahkan untuk menuliskan
54
terjemahan kalimat demi kalimat teks bacaan tersebut. Walaupun ada beberapa siswa yang malah melamun, tidak mencatat, dan ada pula yang agak sedikit terlambat dalam mencatat, tetapi mereka lebih mengandalkan teman sesama kelompok. Hal ini tidak membuat guru melepaskan tanggung jawabnya, guru tetap memantau dan berkeliling ke setiap kelompok, untuk menjelaskan apabila ada pertanyaan dari siswa, contohnya Um zwanzig nach eins bin ich wieder zu Hause, ada salah satu siswa yang bertanya mengapa menggunakan bin, lalu guru menjelaskan kembali di depan kelas perbedaannya dengan memberikan contoh kalimat lainnya. 3) Refleksi Pengamatan yang dilakukan pada pertemuan kedua siklus II ini, seperti yang ditunjukkan pada catatan lapangan dan lembar observasi bahwa, siswa lebih mandiri, mereka lebih mengandalkan teman sesama kelompoknya apabila ada kesulitan, tetapi apabila kesulitan itu sudah tidak bisa diatasi lagi barulah mereka bertanya kepada guru. Kejadian seperti ini sangat berdampak positif, siswa lebih memilih memecahkan masalah mereka dalam kelompok semampu mereka terlebih dahulu, sebelumnya harus bertanya kepada guru. Dari hasil lembar jawaban siswa, masih ada kesalahan yang dulu pernah terjadi terulang kembali, sebagian kecil siswa tidak mengganti Personalpronomen dalam menjawab pertanyaan, siswa masih menulis apa yang tertulis pada teks bacaan, misalnya Pertanyaan : Um wie viel Uhr fährt sie zur Schule?
55
Jawaban : Um sieben fährt ich zur Schule, seharusnya Um sieben Uhr fährt sie zur Schule. Dari hasil pekerjaan siswa pada pertemuan kedua siklus II ini, diketahui nilai rata-rata siswa adalah 72,36, dengan penjelasan
Tabel 4.6 Hasil Tes Siklus II Pertemuan 2
c.
Nilai
Jumlah Siswa
Persentase (%)
50
4
10,52
60
6
15,78
70
11
28,93
80
11
28,93
90
6
15,78
Pertemuan 3 Pertemuan ketiga pada siklus II ini dilaksanakan pada tanggal 19 Februari
2011 dengan jumlah siswa yang hadir sebanyak 38 orang. 1) Perencanaan Berdasarkan refleksi tindakan sebelumnya, sebelum guru membagikan soal kepada siswa, guru kembali mengingatkan kembali beberapa kesalahan yang dilakukan siswa pada tindakan sebelumnya dan jalan keluarnya. Guru kembali bertanya apakah sekiranya masih ada kesulitan yang mereka alami, agar semua
56
bisa dibahas pada tindakan terakhir ini sebelum memasuki tes akhir atau posttest. Beberapa siswa hanya mengaku mereka sering terkecoh dan mudah lupa. 2) Pelaksanaan Pada pelaksanaan tindakan ketiga siklus II ini, guru merasakan siswa sudah memiliki banyak kemajuan dibandingkan pada saat tes awal dan tindakan sebelumnya. Setelah membagikan soal dan lembar jawaban, tanpa diperintahkan siswa langsung menjawab pertanyaan yang disediakan. Siswa yang bertanya tentang cara menjawab mulai berkurang, hanya saja beberapa siswa masih bertanya tentang arti beberapa kata yang asing menurut mereka, misalnya zum Schluss kata ini terdapat pada teks bacaan, akan tetapi guru tidak langsung memberikan jawaban, guru justru melempar pertanyaan kembali kepada siswa agar memacu keaktifan siswa untuk mencari tahu arti dengan membuka kamus. 3) Refleksi Pengamatan yang dilakukan pada pertemuan ketiga siklus II ini, berdasarkan bahwa siswa mulai mengurangi bertanya mengenai struktur kalimat, siswa bertanya lebih kepada kata-kata yang belum dimengerti dan kata yang dianggap asing. Dari hasil lembar jawaban kesalahan masih tetap ada, walaupun tidak dominan, sepeti kesalahan menjawab dan menentukan subjek pada kalimat jawaban. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada pertemuan ketiga siklus II, diketahui nilai rata-rata siswa adalah 75,52 dengan penjelasan sebagai berikut
57
Tabel 4.7 Hasil Tes Siklus II Pertemuan 3 Nilai
Jumlah Siswa
Persentase (%)
60
2
5,26
70
16
42,08
80
17
44,71
90
3
7,89
C. Deskripsi Pelaksanaan dan Perolehan Hasil Tes Akhir (Posttest) Siswa Setelah diberikannya tindakan-tindakan pembelajaran, siswa diberikan tes akhir (posttest) untuk mengetahui hasil dan gambaran akhir kemampuan siswa dan juga untuk mengetahui keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif metode scramble dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman siswa. Soal tes berupa teks bacaan pada teks akhir sama dengan teks bacaan pada tes awal. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan kemampuan atau nilai siswa sebelum dan sesudah diberikan tindakan. Begitu pula prosedur menjawab pertanyaan sama dengan yang telah dilakukan pada tes awal. Jumlah siswa yang mengikuti tes akhir berjumlah 38 dari 39 siswa, 1 orang siswa yang sama tidak mengikuti tes awal maupun tes akhir. Berdasarkan tes akhir, nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa adalah 78,68.
58
Tabel 4.8 Hasil Tes Akhir (Postest) Nilai
Jumlah Siswa
Persentase (%)
60
5
13,15
70
9
23,67
80
12
31,56
90
10
26,30
100
2
5,26
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa nilai keterampilan membaca siswa berada di atas skor minimum yaitu skor 60. Jelas keterangan ini mengindikasikan adanya respons positif yang berupa peningkatan nilai kemampuan membaca pemahaman siswa. Hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil tes akhir menunjukkan, bahwa segi kemampuan membaca pemahaman siswa sudah cukup baik. Mereka mampu menjawab pertanyaan dengan struktur kalimat yang benar dan sudah tidak melenceng dari maksud pertanyaan. Kesalahan penulisan juga diobservasi pada tes akhir. Kesalahan-kesalahan yang dibuat siswa cenderung sedikit. Secara umum kesalahan yang terjadi seperti menjawab dengan kalimat yang kurang lengkap, misalnya beberapa kesalahan penempatan verba pada kalimat yang menggunakan Modalverben contohnya : Er muss nicht arbeiten am Sonntag
59
D. Deskripsi Angket Untuk menghimpun pendapat siswa mengenai pembelajaran kooperatif metode scramble, siswa diberikan dua jenis angket yaitu angket strategi membaca dan angket pendapat siswa mengenai penerapan pembelajaran kooperatif metode scramble. Angket yang berjumlah empat belas ini diberikan setelah posttest. Berikut ini tabulasi hasil angket. 1. Angket I Strategi Membaca Angket bagian pertama ini terdiri dari lima soal berbentuk pernyataan dengan alternatif jawaban ‘selalu’, ‘kadang-kadang’, ‘jarang’, ‘tidak pernah’. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel-tabel berikut ini:
Tabel 4.9 Cara membaca 1. Saya mencari arti atau makna pada saat membaca. Alternatif jawaban
F
%
a. Selalu
1
2,63%
b. Kadang-kadang
23
60,49%
c. Jarang
9
23,67%
d. Tidak pernah
5
13,15%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui cara membaca siswa dengan mencari arti atau makna pada saat membaca, lebih banyak yang menjawab
60
‘kadang-kadang’ yaitu sebesar 60,49%, sebanyak 2,63% menjawab ‘selalu’, 23,67% menjawab ‘jarang’, dan 13,15% menjawab ‘tidak pernah’.
Tabel 4.10 Tujuan membaca 2. Bagi saya membaca adalah menemukan ide bukan mengucapkan kata-kata Alternatif Jawaban
F
%
a. Selalu
2
5,26%
b. Kadang-kadang
19
49,97%
c. Jarang
13
34,19%
d. Tidak pernah
4
10,52%
Berdasarkan tabel di atas diketahui tujuan membaca siswa adalah menemukan ide bukan mengucapkan kata-kata, lebih banyak yang menjawab ‘kadang-kadang’ sebesar 49,97%, sebanyak 5,26% siswa menjawab ‘selalu’, 34,19% siswa menjawab ‘jarang’, dan 10,52% siswa menjawab ‘tidak pernah’.
Tabel 4.11 Cara memahami teks 3. Untuk memahami teks, saya mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya Alternatif jawaban
F
%
a. Selalu
4
10,53%
b. Kadang-kadang
21
55,23%
61
c. Jarang
11
28,93%
d. Tidak pernah
2
5,26%
Berdasarkan tabel 4.11 diketahui yang menjawab ‘kadang-kadang’ lebih dari setengahnya yaitu sebesar 55,23%, sedangkan yang menjawab ‘selalu’ sebanyak 10,53%. Sedangkan yang menjawab ‘jarang’ sebanyak 28,93% dan 5,26% siswa menjawab ‘tidak pernah’ mengajukan pertanyaan untuk memahami teks. Tabel 4.12 Kebiasaan membaca 4. Saya dimotivasi melalui bacaan kemudian saya membuat catatan, diagram, dan membicarakan tentang apa yang saya baca Alternatif Jawaban
F
%
a. Selalu
4
10,52%
b. Kadang-kadang
16
42,08%
c. Jarang
15
39,45%
d. Tidak pernah
3
7,89%
Untuk pertanyaan nomor 4 seperti yang terlihat pada tabel di atas, jawaban terbanyak adalah pada pilihan ‘kadang-kadang’ sebanyak 42,08%, sedangkan siswa yang menjawab ‘jarang’ sebanyak 39,45%. Sedangkan yang menawab ‘selalu’ sebanyak 10,52% siswa dan jawaban ‘tidak pernah’ sebanyak 7,89% siswa.
62
Tabel 4.13 Teknik membaca 5. Saya menghubungkan antara bacaan dengan pengetahuan yang saya miliki Alternatif Jawaban
F
%
a. Selalu
8
21,04%
b. Kadang-kadang
17
44,71%
c. Jarang
11
28,93%
d. Tidak pernah
2
5,26%
Tabel di atas menunjukkan bahwa, sebanyak 44,71% siswa menjawab ‘kadang-kadang’, 28,93% siswa menjawab ‘jarang’, 21,04% siswa menjawab ‘selalu’ dan 5,26% siswa menjawab ‘tidak pernah’ 2. Angket II Pendapat Siswa Tentang Penerapan Pembelajaran Kooperatif Metode Scramble Angket kedua ini terdiri dari sembilan soal berbentuk pernyataan dengan alternatif jawaban ‘sangat setuju’, ‘setuju’, ‘kurang setuju’, dan ‘tidak setuju’. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel-tabel berikut ini:
Tabel 4.14 Minat siswa dalam belajar bahasa Jerman 1. Penerapan metode scramble ini meningkatkan minat anda untuk mempelajari bahasa Jerman.
63
Alternatif Jawaban
F
%
a. Sangat setuju
12
31,56%
b. Setuju
21
55,23%
c. Kurang setuju
3
7,89%
d. Tidak setuju
2
5,26%
Berdasarkan hasil angket di atas diketahui 55,23% siswa menjawab ‘setuju’ bahwa metode scramble ini dapat meningkatkan minat dalam mempelajari bahasa Jerman, 31,56% siswa menjawab ‘sangat setuju’, 7,89% siswa menjawab ‘kurang setuju’ dan 5,26% menjawab ‘tidak setuju’.
Tabel 4.15 Kesulitan siswa saat penerapan metode scramble 2. Anda merasa kesulitan mencari pertanyaan berikut jawabannya dengan menggunakan metode scramble ini. Alternatif Jawaban
F
%
a. Sangat setuju
1
2,63%
b. Setuju
7
18,41%
c. Kurang setuju
21
55,23%
d. Tidak setuju
9
23,67%
64
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa sekitar 55,23% siswa berpendapat ‘kurang setuju’ dengan arti, mereka tidak mengalami kesulitan pada saat penerapan metode scramble ini, sebanyak 23,67% siswa berpendapat ‘tidak setuju’, 18,41% siswa berpendapat ‘setuju’ dan 2,63% atau satu orang siswa berpendapat ‘sangat setuju’.
Tabel 4.16 Motivasi siswa dalam belajar bahasa Jerman 3. Penerapan metode seperti ini membuat anda merasa malas dalam mencari variasi bentuk-bentuk pertanyaan dan jawaban Alternatif Jawaban
F
%
a. Sangat setuju
2
5,26%
b. Setuju
10
26,30%
c. Kurang setuju
13
34,19%
d. Tidak setuju
13
34,19%
Dari pernyataan nomor 3, seperti yang terlihat pada tabel 34,19% siswa menjawab ‘kurang setuju’ dan ‘tidak setuju’ bahwa metode ini membuat mereka merasa malas dalam mencari bentuk pertanyaan dan jawaban. Sedangkan 26,30% siswa berpendapat ‘setuju’ dan 5,26% siswa berpendapat ‘sangat setuju’.
65
Tabel 4.17 Cara berkomunikasi siswa dalam kelompok 4. Penerapan metode seperti ini membuat anda mudah berkomunikasi dengan teman yang lain Alternatif Jawaban
F
%
a. Sangat setuju
12
31,56%
b. Setuju
21
55,23%
c. Kurang setuju
2
5,26%
d. Tidak setuju
3
7,89%
Tabel di atas menunjukkan bahwa 55,23% siswa berpendapat ‘setuju’ untuk pernyataan nomor 4, 31,56% siswa berpendapat ‘sangat setuju’, 7,89% siswa berpendapat ‘tidak setuju’ dan 5,26% berpendapat ‘kurang setuju’.
Tabel 4.18 Keaktifan siswa dalam belajar 5. Penerapan metode seperti ini membuat anda senang untuk bertanya Alternatif Jawaban
F
%
a. Sangat setuju
9
23,67%
b. Setuju
17
44,71%
c. Kurang setuju
12
31,56%
66
d. Tidak setuju
-
Tabel di atas menunjukkan bahwa 44,71% siswa berpendapat ‘setuju’ untuk pernyataan nomor 5, 31,56% siswa berpendapat ‘kurang setuju’, 23,67% siswa berpendapat ‘sangat setuju’ dan tidak ada siswa yang berpendapat ‘tidak setuju’.
Tabel 4.19 Pemahaman teks siswa 6. Pembelajaran dengan menggunakan metode scramble membantu anda dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bahasa Jerman. Alternatif Jawaban
F
%
a. Sangat setuju
15
39,45%
b. Setuju
12
31,56%
c. Kurang setuju
9
23,67%
d. Tidak setuju
2
5,26%
Berdasarkan tabel 4.19 diketahui 39,45% siswa berpendapat ‘sangat setuju’ bahwa pembelajaran dengan metode scramble membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bahasa Jerman. Sedangkan 31,56% siswa berpendapat ‘setuju’, 23,67% siswa berpendapat ‘kurang setuju’ dan 5,26% siswa lainnya berpendapat ‘tidak setuju’.
67
Tabel 4.20 Cara berkomunikasi siswa dalam kelompok 7. Dengan penerapan metode scramble ini, anda belajar untuk menganalisis hasil diskusi dalam kelompok Alternatif Jawaban
F
%
a. Sangat setuju
13
34,19%
b. Setuju
15
39,45%
c. Kurang setuju
4
10,52%
d. Tidak setuju
6
15,78%
Dari pernyataan nomor 7 diketahui 39,45% siswa berpendapat ‘setuju’ bahwa dengan penerapan metode scramble ini siswa belajar untuk menganalisis hasil diskusi dalam kelompok, sekitar 34,19% siswa berpendapat ‘sangat setuju’, 15,78% siswa berpendapat ‘tidak setuju’ dan 10,52% atau empat orang siswa berpendapat ‘kurang setuju’.
Tabel 4.21 Keaktifan siswa dalam belajar 8. Dengan metode scramble ini, anda diberikan kesempatan untuk ikut aktif dalam pembelajaran Alternatif Jawaban a. Sangat setuju
F
%
17
44,71%
68
b. Setuju
12
31,56%
c. Kurang setuju
7
18,41%
d. Tidak setuju
2
5,26%
Dari hasil tabel 4.21 dapat diketahui 44,71% siswa ‘sangat setuju’ bahwa dengan metode scramble ini, siswa diberikan kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran, sebanyak 31,56% siswa berpendapat ‘setuju’, 18,41% berpendapat ‘kurang setuju’ dan 5,26% siswa berpendapat ‘tidak setuju’.
Tabel 4.22 Motivasi siswa dalam belajar bahasa Jerman 9. Setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan metode scramble ini, anda terpacu untuk terus melatih kemampuan membaca pemahaman Alternatif Jawaban
F
%
a. Sangat setuju
19
49,97%
b. Setuju
18
47,34%
c. Kurang setuju
1
2,63%
d. Tidak setuju
-
Tabel di atas menunjukkan bahwa sebanyak 49,97% siswa berpendapat ‘sangat setuju’ setelah pelaksanaan pembelajaran metode scramble ini, mereka terpacu untuk terus melatih kemampuan membaca pemahaman, 47,34% siswa
69
berpendapat ‘setuju’ dan 2,63% atau satu orang siswa yang berpendapat ‘kurang setuju’.
E. Pembahasan Apabila hasil penelitian yang telah diungkapkan di atas dicermati secara seksama maka dapat diketahui, bahwa siswa memberikan respons positif terhadap proses pembelajaran dan berdasarkan tabel 4.19 hampir sebagian besar siswa berpendapat bahwa, setelah belajar dengan pembelajaran kooperatif metode scramble kemampuan membaca pemahaman mereka meningkat. Hal ini juga diperkuat dengan hasil perolehan nilai siswa yang terus meningkat dari siklus pertama dan siklus kedua. Berdasarkan nilai hasil tes siswa, terlihat adanya peningkatan yang baik mulai dari tes awal (pretest) sampai akhir (posttest). Dalam tes awal, nilai ratarata siswa adalah 21,57 yang berada pada kategori kurang. Dari nilai ini tidak satu pun siswa mendapatkan skor lebih besar atau sama dengan 6. Pada siklus I nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa adalah 75,56 naik sebesar 53,99 dari nilai rata-rata tes awal. Dari nilai tersebut diketahui bahwa, 34 (87.80%) siswa mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar dari 60. Pada siklus II nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa meningkat menjadi 76,97. Berdasarkan nilai tersebut diketahui bahwa, hampir keseluruhan siswa mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar dari 60. Pada tes akhir,nilai rata-rata siswa adalah 78,68 dan juga hampir keseluruhan siswa mendapatkan nilai sama dengan atau lebih besar dari 60 atau bisa juga disebut sudah memenuhi
70
KKM. Gambaran visual perbandingan keempat hasil penelitian disajikan pada Gambar 4.1 berikut.
Nilai Rata-Rata Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa 76,97
75,56
80
78,68
70 60 50 40 30
21,57
20 10 0
Pretest
Siklus 1
Siklus 2
Postest
Gambar 4.1 Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, siswa memberikan respons yang positif terhadap pembelajaran kooperatif metode scramble pada keterampilan membaca pemahaman. Hal ini didasari atas pengamatan yang dilakukan terhadap prilaku siswa selama proses belajar mengajar dan juga hasil angket. Selama proses belajar dengan metode scramble, siswa terlihat sangat antusias. Mereka mengerjakan soal dalam kelompok dengan bersemangat, apabila ada kalimat yang mereka tidak mengerti siswa secara aktif bertanya kepada guru.
71
Berdasarkan hasil angket yang diberikan setelah tes akhir menunjukkan, bahwa 44,71% siswa (Tabel 4.18) setuju bahwa penerapan metode scramble ini membuat siswa senang untuk bertanya, sehingga banyaknya siswa yang aktif di dalam kelas dan proses belajar pun terasa menyenangkan. Siswa mengakui bahwa, selama proses pembelajaran dengan metode scramble, mereka merasa senang karena di dalam pembelajaran terdapat sedikit unsur permainan dan menuntut mereka untuk selalu aktif dalam kelompoknya masing-masing. Selain menyenangkan dan mereka bisa aktif dalam kelompok, merek juga termotivasi untuk menyelesaikan soal yang diberikan. Hal ini ditunjukkan dengan pendapat siswa yang diungkapkan dalam angket (Tabel 4.20) 39,45% siswa berpendapat ‘setuju’ bahwa dengan penerapan metode scramble ini siswa belajar untuk menganalisis hasil diskusi dalam kelompok. Sebanyak 44,71% siswa ‘sangat setuju’ bahwa dengan metode scramble ini, siswa diberikan kesempatan untuk aktif dalam pembelajaran (tabel 4.21). Berdasarkan tabel 4.19 diketahui 39,45% siswa berpendapat ‘sangat setuju’ bahwa pembelajaran dengan metode scramble membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman bahasa Jerman. Beberapa siswa sangat berharap model pembelajaran ini terus diterapkan setiap kegiatan belajar mengajar terutama pada pelajaran bahasa Jerman. Dengan
demikian,
dapat
juga
diketahui
bahwa
belajar
dengan
pembelajaran kooperatif metode scramble membantu siswa untuk mencapai kompetensi-kompetensi dasar dalam KTSP dan juga mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).