BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN
A. Analisis Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlak Siswa-Siswi SD Negeri Salit Kajen Pekalongan. Dari hasil wawancara tersebut dapat dipahami bahwa untuk menanggulangi siswa melakukan hal-hal yang negatif serta untuk melakukan pembinaan akhlak kepada siswa di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan, maka dilakukan langkah-langkah pembinaan sebagai berikut: 1. Melakukan tindakan konseling apabila terdapat siswa yang melakukan pelanggaran di sekolah 2. Menggiatkan ekstrakurikuler di sekolah 3. Guru mengajak siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan Ibadah seperti shalat dhuhur berjama’ah, mengadakan PHBI, menjaga kebersihan dan lain sebagainya. 4. Guru melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan siswa 5. Mengundang ustadz dari luar daerah dalam acara PHBI guna memotivasi siswa untuk melakukan ibadah Itulah beberapa cara yang dilakukan oleh guru di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan dalam melakukan pembinaan akhlak kepada siswanya. Kelima hal ini saat ini dirasa sudah cukup efektif dalam membentuk karakter siswa yang berakhlak mulia.
73
74
Kelima tindakan di atas merupakan upaya maksimal guru dalam melakukan pembinaan akhlak terhadap peserta didik SD Negeri Salit Kajen Pekalongan. Untuk itu kelima upaya guru Pendidikan Agama Islam di atas harus terus digalakkan. Namun sebenarnya ada lagi usaha yang dapat dilakukan oleh guru dalam melakukan pembinaan akhlak bagi peserta didik di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan yakni dari keluarga. Keluarga merupakan lingkungan yang paling pertama ditemui seorang anak. Di dalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua kehendaknya dapat mengambil dua sikap atau cara yaitu: 1. Sikap/cara yang bersifat preventif yaitu perbuatan/tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Dalam hat sikap
yang
bersifat
preventif,
pihak
orang
tua
dapat
memberikan/mengadakan tindakan sebagai berikut : a. Menanamkan rasa disiplin terhadap anak. b. Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak. c. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak. d. Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga. Di samping keempat hal yang di atas maka hendaknya diadakan pula: a. Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna.
75
b. Penyaluran bakat si anak ke arah yang berguna dan produktif. c. Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak. d. Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya. 2. Sikap/cara yang bersifat represif yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk menanggulangi masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut: a. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya
sehingga
menyebabkan
anak
terjerumus
dalam
kenakalan. b. Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya. c. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari. Orang tua memang berkewajiban untuk mengatasi kenakalan pada anaknya dengan cara yang baik. Cara mendidik anak menurut Al-Qur'an yang harus dilakukan antara lain pendidikan ibadah, disebutkan dalam firman Allah Qs. Lukman: 17
76
Artinya: “Hai anakku, Dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Lukman: 17).1
Dengan adanya bekal ilmu agama diharapkan anak dapat membentengi dirinya sendiri dari segala hal yang negatif. Cara untuk memberikan pendidikan agama kepada anak yang baik adalah dengan metode pembiasaan. Metode
pembiasaan
digunakan
untuk
mendidik
anak
dengan
cara
menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku sehari-hari, seperti : membuang sampah pada tempatnya, mengucapkan bismillah sebelum memulai suatu pekerjaan, bersalaman ketika berjumpa dengan seseorang, mengerjakan shalat dan puasa. Dengan penggunaan metode pembiasaan ini, anak terbiasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik sehari-hari. Maka secara otomatis hal ini dapat membentuk pribadi anak yang santun dan berakhlakul karimah. Tujuan daripada pembiasan ini diharapkan anak dapat terbiasa untuk melakukan halhal yang baik, sehingga mereka lambat laun akan memiliki sikap dan perilaku yang baik pula. Metode pembiasaan membutuhkan orang yang benar-benar dapat dijadikan sebagai contoh tauladan dalam menanamkan sebuah nilai kepada anak, orang tua adalah sosok yang tepat untuk melakukan metode pembiasaan ini karena biasanya anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya. Jika kebiasaan orang tuanya itu baik maka anak akan meniru kebiasaan yang 1
Departemen Agama RI, Op.Cit., hlm. 659.
77
baik pula, sedangkan jika kebiasaan orang tuanya itu buruk maka anak akan meniru kebiasaan yang buru pula. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa upaya yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan yakni: melakukan tindakan konseling apabila terdapat peserta didik yang melakukan pelanggaran di sekolah, menggiatkan ekstrakurikuler di sekolah, guru mengajak peserta didik untuk melakukan kegiatan-kegiatan Ibadah seperti shalat dhuhur berjama’ah, mengadakan PHBI, menjaga kebersihan dan lain sebagainya, guru melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan peserta didik, dan mengundang ustadz dari luar daerah dalam acara PHBI guna memotivasi peserta didik untuk melakukan ibadah. Apa yang dilakukan oleh guru tersebut dapat dinilai suatu upaya yang baik, tetapi untuk melakukan pembinaan akhlak kepada peserta didik tidak cukup hanya dari guru semata melainkan diperlukan juga peran aktif dari orang tua untuk mengajarkan akhlak yang baik kepada anaknya karena keluarga merupakan faktor utama dan pertama dalam membentuk kepribadian anak. Perilaku orang tua yang baik akan menghasilkan kepribadian anak yang baik pula, sebaliknya perilaku orang tua yang buruk akan ditiru oleh anak yang akan menghasilkan kepribadian yang buruk pada anak.
78
B. Analisis Faktor yang menghambat dan mendukung upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa-siswi SD Negeri Salit Kajen Pekalongan. Dalam setiap tindakan pasti terdapat beberapa kendala tidak terkecuali dengan pembinaan akhlak bagi siswa di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan. Adapun beberapa faktor penghambat pembinaan akhlak bagi siswa di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan, antara lain yaitu : 1. Metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam 2. Kurangnya tenaga pengajar Pendidikan Agama Islam yang profesional 3. Minimnya waktu untuk belajar Pendidikan Agama Islam. 4. Pengaruh lingkungan dan pergaulan anak yang kurang baik Ada beberapa faktor yang dapat mendukung proses pembinaan akhlak bagi siswa di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1. Adanya dukungan dan komitmen yang tinggi dalam pelaksanaan pembinaan akhlaq bagi siswa di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan. Hal tersebut terlihat dari usaha sekolah yang terus berusaha melengkapi sarana dan prasarana pembelajaran Pendidikan Agama Islam, seperti: peralatan shalat sebagai media atau alat peraga pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Adanya kemauan dan kesadaran siswa untuk belajar dan sangat berminat terhadap pengembangannya serta peningkatan kualitas keagamaan. Tanpa
79
adanya kemauan dari siswa, implementasi pembinaan akhlaq bagi siswa mustahil dilaksanakan. 3. Adanya dukungan, bantuan dan masukan dari berbagi pihak (stake holder) yang kontributif dalam mewujudkan SD Negeri Salit Kajen Pekalongan sebagai lembaga pendidikan yang berbasis Iman dan Takwa serta Ilmu Pengetahuan. 4. Lingkungan sekolah yang Islami. Itulah gambaran faktor yang menghambat dan mendukung upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam pembinaan akhlak siswa-siswi SD Negeri Salit Kajen Pekalongan. Dalam sebuah proses tindakan apapun tidak lepas dari kelemahan dan kelebihan tidak terkecuali pada pembinaan akhlak bagi siswa di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan, yang terpenting adalah bagaimana menyikapi kelemahan dan meningkatkan proses pembelajaran dengan seluruh potensi yang dimiliki. Untuk mewujudkan pembinaan akhlak bagi siswa di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan yang efektif, SD Negeri Salit Kajen Pekalongan terus berupaya dengan berbagai cara agar pembinaan akhlaq ini bisa berjalan dengan baik serta dapat dimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas. Pihak sekolah selalu berusaha untuk mengembangkan proses pembelajaran dengan memberikan dukungan baik secara moril, maupun finansial terhadap pembinaan akhlak siswa dengan menyediakan berbagai perangkat sarana dan prasarana yang diperlukan dalam proses pembelajaran di kelas.
80
Pembinaan akhlak bagi peserta didik di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan memberikan banyak manfaat, antara lain: 1. Dapat membentengi perilaku atau perbuatan tercela serta meningkatkan Aqidah (Keimanan) bagi peserta didik di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan. 2. Meningkatkan ketekukan beribadah pada peserta didik di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan. 3. Membentuk akhlak mulia pada diri peserta didik di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan. Pembentukan pribadi yang islami, harus atas dasar kesadaran menyerah diri kepada Allah. Hal ini menyangkut akidah dengan cara beriman pada ke-esaan Allah, dan menyangkut akhlak, yang berarti seseorang harus berakhlak seperti yang diperintahkan Allah. Allah SWT menafsirkan makna menyerahkan diri kepada Allah, saat dia memberikan contoh ideal yang tercermin sosok Rosulullah SAW dalam QS. Al-An’am:
Artinya: ”Katakanlah, sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya. Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Al-An’am: 162 – 163)2
2
Ibid., hlm. 216
81
Dari penjelasan di atas maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa peserta didik di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan pada dasarnya merupakan anak dengan permasalahan sosial yang masih dapat diperbaiki. Kegiatan keagamaan merupakan bentuk pembinaan dan pengawasan terhadap peserta didik di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan sebagai ganti bimbingan dari orang tua. Pembinaan akhlak pada peserta didik di SD Negeri Salit Kajen Pekalongan akan membentuk jiwa dan pribadi yang baik, berbudi dan taat kepada perintah agama sehingga tidak akan keluar menjadi pribadi yang jahat bahkan menjadi penyakit masyarakat.