BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN MENTAL KEAGAMAAN SISWA SMP N 2 WARUNGASEM BATANG
A. Analisis Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Pembinaan mental keagamaan adalah proses pembentukan perilaku kepada individu atau kelompok agar mendapat pencerahan diri dan ketenangan hati guna memahami nilai-nilai kehidupan dalam beragama melalui kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pembinaan akhlak atau moral dan pembinaan ibadah Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dalam bab III, dapat dianalisis bahwa pembinaan mental keagamaan siswa di SMP N 2 Warungasem Batang mencakup 2 ruang lingkup, yaitu: 1. Pembinaan Akhlak (Moral) Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa membina Akhlak (moral) bagi remaja sangatlah penting, hal itu yang selalu menjadi prinsip Guru SMP N 2 Warungasem dalam mendidik siswa-siswinya. Menanamkan sopan santun, budi pekerti ataupun akhlaqul karimah terhadap siswa-siswi merupakan tugas utama SMP N 2 Warungasem Batang, ini bisa dilihat pada visi SMP N 2 Warungasem Batang: “Bermutu unggul, berprestasi tinggi, berbudi pekerti luhur yang berlandaskan iman dan taqwa”, hal ini dapat dilaksanakan dengan cara menanamkan nilai-nilai keagamaan, penanaman 57
58
nilai yang diselipkan dalam perkataan dan perbuatan guru, sampai pembentukan pada pembiasaan, seperti menanamkan nilai-nilai agama pada diri anak, misalnya memahami dan mengamalkan isi dari Al-Qur’an, menyuruh siswa meneladani akhlak Rasulullah, seperti bersikap sabar dan jujur. Menanamkan nilai moral dan budaya, misalnya dengan mengajari siswa-siswinya untuk berperilaku sopan santun dan menghargai orang lain, tidak berperasangka buruk, dengki dan tidak mencari kesalahan orang lain, menanamkan rasa cinta kasih terhadap sesama, misalnya mengajari siswasiswinya untuk saling tolong menolong, ramah terhadap semua orang, saling menyayangi, dan tidak sombong. Pembinaan akhlak dan budi pekerti bagi siswa usia remaja sangat penting diterapkan di sekolah, hal ini telah disadari oleh Guru PAI SMP N 2 Warungasem Batang. Upaya guru tidak hanya usaha-usaha dalam mentransfer ilmu akan tetapi guru juga mempunyai tugas yang lebih besar khususnya untuk guru PAI yaitu mendidik serta menjadi tauladan dalam membentuk kepribadian yang Islami. Pembinaan akhlak (moral) yang dilakukan SMP N 2 Warungasem Batang lebih menekankan pada pembiasaan, misalnya dalam melaksanakan kegiatan keagamaan seperti melaksanakan shalat dhuhur berjamaah, berdzikir serta berdo’a bersama, keteladanan, misalnya menjadi tauladan yang baik terutama bagi guru Agama Islam, sehingga menghasilkan perilaku yang Islami. Karena perbuatan baik yang dibiasakan itu akan mendarah daging, mempribadi, dan dengan mudah dapat dilakukan. Di samping itu cara yang
59
terbaik untuk mendidik siswa adalah dengan melalui asuhan dan latihanlatihan dalam melakukan perbuatan baik. Anak didik dibiasakan dan dilatih membantu teman ketika ada teman yang mengalami kesulitan atau pun musibah, mereka juga diajarkan untuk memiliki sikap sopan santun terhadap orang yang lebih tua, dan mampu menghargai teman. Dapat disimpulkan pula bahwa pembiasan tersebut dimaksudkan agar kepribadian anak dapat terbentuk dengan memberikan kecakapan berbuat dan berbicara. Tahap pembinaan ini menjadi dasar dan sebagai persiapan untuk kehidupan dan perkembangan kepribadian anak dimasa yang akan datang. Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan akhlak yang dilakukan di SMP N 2 Warungasem Batang termasuk dalam kategori yang baik karena menggunakan metode pembiasaan dan latihan yang merupakan pengalaman yang nyata bagi siswa. Sebagai contoh guru menyuruh siswanya untuk saling tolong menolong, seperti yang sudah di programkan di SMP N 2 Warungasem Batang ada dana kematian atau kunjungan kematian. Hal ini dimaksudkan agar siswa itu peduli dengan temannya yang mendapat musibah.
2. Pembinaan Ibadah Berdasarkan pada pandangan bahwa setiap manusia memiliki fitrah keagamaan, yaitu sebuah kecenderungan untuk menerima adanya kekuatan diluar diri kita yang telah menciptakan semesta dan menjadi pengendali dari seluruh alam ini, maka SMP N 2 Warungasem Batang menyuruh siswanya
60
untuk menghayati nilai-nilai ketuhanan, sehubungan dengan hal tersebut SMP N 2 Warungasem Batang telah menerapkan beberapa kegiatan keagamaan, diantaranya: a. Do’a dan Dzikir Bersama Dalam mengawali setiap kegiatan yang baik, hendaknya selalu diawali dengan niat dan do’a yang baik pula. Do’a sangatlah penting dan besar manfaatnya bagi orang yang menuntut ilmu (siswa) yaitu supaya diberi kemudahan dalam memahami ilmu, mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan tercapai semua cita-cita yang diharapkan. Sehubungan dengan hal tersebut SMP N 2 Warungasem Batang mengaharuskan siswanya untuk selalu membiasakan berdo’a terutama sebelum melakukan proses pembelajaran dan setelah jam pelajaran selesai. Kegiatan ini dilakukan didalam kelas masing-masing yang dipimpin oleh ketua kelas. Dengan adanya pembiasaan ini akan terpatok dalam diri siswa bahwa apapun yang mereka kerjakan harus disertai dengan do’a. Sebagai seorang hamba tidak akan mungkin tanpa berdo’a, karena dengan do’a menunjukkan bahwa seorang hamba membutuhkan keberadaan Allah dan tidak dapat berdiri sendiri tanpa kekuasaan-Nya. Selain do’a bersama di dalam kelas, SMP N 2 Warungasem Batang juga mewajibkan siswanya mengikuti dzikir bersama setelah melaksanakan shalat dhuhur berjamaah. Hal ini dapat dijadikan sarana bagi guru dalam melakukan pelatihan serta pembiasaan anak dalam berdzikir. Dengan adanya
61
pembiasaan tersebut diharapkan siswa mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, karena dzikir merupakan amalan yang sangat istimewa dan besar manfaatnya. Dengan berdzikir dapat menjadikan seorang hamba dekat dengan Allah, menjadikan hati bersih, dan tenang sehingga akan terhindar dari perbuatan-perbuatan maksiat yang merugikan. Di SMP N 2 Warungasem Batang juga mengadakan program tahunan yaitu Istighosah Akbar, yang diselenggarakan ketika menjelang ujuan nasional yang dikhususkan untuk kelas IX, tujuan dari kegiatan ini adalah memberikan motivasi serta memberikan kekuatan mental kepada siswa dalam menghadapi ujian nasional. Pernyataan ini senada dengan yang dikatakan oleh Ibu Nurul Khasanah”.... yang terakhir kegiatan tahunan: shalat dhuha untuk kelas 9, do’a bersama (istighosah) untuk kelas 9...”. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan do’a dan dzikir bersama di SMP N 2 Warungasem Batang dapat dijadikan bagian dari upaya guru dalam mengajarkan pentingnya berdo’a dan berdzikir, dengan kata lain semakin banyak kita mengingat Allah maka semakin dekat pula kita dengan-Nya, dan Allah akan selalu melindungi hamba-hamba-Nya dari perbuatan maksiat, perbuatan yang dapat merusak dan merugikan bagi dirinya. b. Membaca Al-Qur’an Kegiatan membaca Al-Qur’an di SMP N 2 Warungasem Batang diprogramkan secara rutin, yaitu dilaksanakan setiap hari sebelum mata pelajaran dimulai selama sepuluh menit. Hal ini dimaksudkan supaya siswa terbiasa membaca Al-Qur’an dan dapat mengamalkannya ketika di rumah
62
masing-masing. c. Shalat Kegiatan Shalat yang sering dilaksankan adalah shalat dhuhur, biasanya shalat dhuhur dilaksanakan secara berjamaah di mushola SMP N 2 Warungasem Batang yang pelaksanaannya secara bergilir. Selain shalat dhuhur berjamaah Guru PAI juga menganjurkan kepada siswa kelas IX untuk melaksanakan shalat dhuha pada jam istirahat. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya guru dalam Mengajarkan serta membiasakan siswanya melaksanakan shalat berjamaah dan tepat pada waktunya. d. Pengajian Kegiatan pengajian di SMP N 2 Warungasem memang tidak dilakukan secara rutin misalnya seminggu sekali atau sebulan sekali, akan tetapi kegiatan pengajian ini dilaksanakan ketika memperingati hari besar Islam biasanya setiap peringatan isra’ mi’raj, maulid nabi dan pesantren kilat pada bulan puasa. Hal ini senada dengan yang dikatakan Ibu Nurul Khaanah: “....yang terakhir kegiatan tahunan: shalat dhuha untuk kelas 9, do’a bersama (istighosah) untuk kelas 9, pesantren kilat untuk kelas 7,8,9 setiap bulan ramadhan, peringatan maulid nabi muhammad SAW yang di isi dengan ceramah .....”. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang telah dilaksanakan di SMP N 2 Warungasem
Batang
bertujuan sebagai
sarana untuk
membimbing,
mengajarkan, serta menanamkan nilai-nilai keagamaan kepada siswa supaya siswa selalu melakukan kegiatan keagamaan dalam kehidupan sehari-harinya.
63
B. Analisis Upaya Guru PAI dalam Pembinaan Mental Keagamaan Siswa di SMP N 2 Warungasem Batang Upaya Guru PAI dalam pembinaan mental keagamaan siswa di SMP N 2 Warungasem Batang sangat sentral dan kompleks. Karena sosok guru PAI tidak hanya berupaya dalam mendidik dan membina mental keagamaannya saja tapi juga harus bisa menjadi teladan yang baik bagi muridnya. Menurut
Al-Ghazali
tugas
pendidik
yang
utama
adalah
menyempurnakan, membersihkan, menyucikan hati manusia untuk berta’aruf kepada
Allah.
Sejalan
dengan
ini
Abdur
Al-Rahman
Al-Nahlawi
menyebutkan tugas pendidik yang pertama adalah fungsi penyucian, yakni berfungsi sebagai pembersih, pemelihara, dan pengembang fitrah manusia. Kedua, fungsi pengajaran yakni menginternalisasikan dan menginformasikan pengetahuan dan nilai-nilai agama kepada manusia. Guru PAI disamping membina, membimbing, mengarahkan, dan membantu kedewasaan siswa juga untuk memberikan suri tauladan yang baik bagi siswa. Dari hasil wawancara dapat dianalisis bahwa upaya guru PAI dalam pembinaan mental keagamaan siswa sangatlah urgen dan vital hal ini karena guru PAI selalu berusaha memberikan bimbingan dan latihan dalam hal pembinaan mental keagamaan siswa serta memberikan teladan yang baik untuk anak-anak didik, sehingga siswa setelah mendapatkan bimbingan dan latihan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu Upaya guru PAI adalah memberi pengarahan dan pandangan kepada siswa
64
serta ikut mengimplementasikan nilai-nilai keislaman agar dapat diteladani oleh siswa. Upaya guru PAI yang lain adalah memotivasi siswa agar bergairah, semangat dan aktif belajar. Dalam upaya memberi motivasi, guru dapat menganalisa motif-motif yang melatarbelakangi anak. Sehingga anak didik merasa semangat dalam mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan di SMP N 2 Warungasem Batang. Upaya guru yang tidak kalah pentingnya dari berbagai upaya yang telah disebutkan di atas, adalah memberikan bimbingan. Upaya ini harus lebih dipentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing peserta didik menjadi manusia susila yang cakap, tanpa bimbingan peserta didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangann dirinya. Dalam hal ini guru PAI SMP N 2 Warungasem selalu memberi bimbingan keagamaan kepada anak didik supaya mental keagamaan siswa di SMP N 2 Warungasem Batang semakin hari semakin baik. Dari pernyataan diatas dapat dianalisis bahwa guru PAI SMP N 2 Warungasem sudah melaksanakan upaya sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Guru PAI harus bisa menjadi model dan inspirator bagi siswanya supaya para siswa meneladani sikap-sikap dari guru PAI tersebut.
C. Analisis Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan Mental Keagamaan Siswa SMP N 2 Warungasem Batang Berdasarkan data-data terkait dengan upaya guru PAI dalam
65
pembinaan mental keagamaan siswa SMP N 2 Warungasem Batang terdapat faktor pendukung dan penghambat, yaitu: a. Faktor Pendukung Berdasarkan hasil wawancara bahwa faktor pendukung dalam pembinaan mental keagamaan siswa SMP N 2 Warungasem Batang dapat dianalisis melalui dua faktor pendukung yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal Faktor internal seperti di lingkungan sekolah SMP N 2 warungasem sendiri yang pertama adalah faktor guru, guru-guru lain selain guru PAI termasuk kepala sekolah semuanya adalah beragama Islam, kebijakan kepala sekolah yang mendukung program-program keagamaan di SMP N 2 Warungasem Batang, adanya dukungan dari guru-guru mata pelajaran yang lain, serta adanya keseriusan dan kesadaran siswa-siswi untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan yang sudah diselenggarakan oleh sekolah. Kemudian termasuk juga dari sarana prasarana cukup mendukung seperti mushola (meskipun perlu perbaikan dan perluasan) 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal seperti dari lingkungan sekitar masyarakat sekitar SMP N 2 warungasem yaitu berada di desa kalibeluk mayoritas masyarakatnya beragama Islam sehingga selalu mendukung kegiatankegiatan yang dilaksanakan oleh siswa-siswi SMP N 2 warungasem dan banyak hal yang terjadi suatu mitra kegiatan bersama, misalnya pada bulan
66
puasa itu terjadi penarikan atau pengumpulan zakat fitrah oleh siswa SMP 2 Warungasem kemudian nanti ditasarufkan kepada warga yang berada di sekitar sekolah yaitu desa kalibeluk, pada saat bulan Dzulhijjah atau bulan idul qurban siswa SMP 2 Warungasem sudah terbiasa senantiasa melaksanakan qurban, meskipun hanya sebagian kecil yang disalurkan kepada warga sekitar sekolah. Demikian juga pada saat-saat ada kegiatan sosial nanti bisa terjadi siswa dengan warga sekitar khususnya para tokoh agama untuk bersama-sama memelihara masjid di desa Kalibeluk atau mensyiarkan agama dalam rangka mengisi kegiatan Romadhon atau kegiatan pesantren kilat yang suatu saat pernah ditempatkan di masjid Kalibeluk. b. Faktor Penghambat Berdasarkan hasil wawancara bahwa faktor penghambat dalam pembinaan mental keagamaan siswa SMP N 2 Warungasem Batang dapat dianalisis melalui dua faktor penghambat yaitu faktor internal dan eksternal. 1. Faktor Internal Faktor penghambat dari internal seperti: Pertama adanya perbedaan tentang pemahaman Islam karena dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, kedua tidak terlaksananya program kegiatan keagamaan dikarenakan tidak adanya dana dari sekolah, ketiga kurangnya kesadaran dari beberapa siswa dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan yang disebabkan oleh lingkungan masing-masing siswa yang heterogen, dan yang terakhir dari sarana prasarana yaitu mushola yang ada tidak terlalu besar sehingga tidak semua siswa dapat ikut shalat Dhuhur berjamaah, dan saat musim kering air
67
menjadi kendala non teknis. 2. Faktor Eksternal Faktor penghambat dari eksternal misalnya, kadang-kadang kalau diajak untuk berpartisipasi yang aktif apalagi kalau sudah berkaitan dengan hal dana agak kurang merespon tetapi sekolah yang membagi bantuan ya terespon sekali untuk kegiatan yang dalam hal untuk kebersamaan atau amaliyah bersama atau kerja bakti sangat terespon, tetapi kalau kembali ke hal dana baik yang dari internal maupun eksternal kurang merespon. Hal ini menandakan bahwa pihak eksternal atau masyarakat sekitar sekolah maunya hanya menerima pemberian dari sekolah saja.