BAB IV ANALISIS PERAN GURU PAI DALAM PEMBINAAN MORAL PESERTA DIDIK DI SD NEGERI JETAKLENGKONG KECAMATAN WONOPRINGGO KABUPATEN PEKALONGAN Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan analisis data deskriptif, yaitu mengawasi gambaran Peran Guru PAI dalam Pembinaan Moral Peserta Didik di SD Negeri Jetaklengkong Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Sehubungan dengan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang mana data diperoleh dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh, maka data yang dianalisis tidak berupa angka-angka, tetapi dalam argumen yaitu data yang diperoleh dari subjek penelitian. Analisis data ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara suatu data dengan data lain untuk mengetahui kesuaian suatu data dengan teori yang ada. A. Analisis Moral Peserta Didik di SD Negeri Jetaklengkong Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan Moral merupakan pengetahuan atau wawasan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik, buruknya perbuatan dan kelakuan. Moralisasi yaitu uraian (pandangan dan ajaran) tentang perbuatan serta kelakuan yang baik. Peserta didik di SD Negeri Jetaklengkong Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan selain melaksanakan keagamaan di lingkungan sekolah 76
77
juga melaksanakan pola perilaku yang baik. Mereka melaksanakan kegiatan keagamaan dengan baik dan berperilaku dengan baik, diantaranya mampu berlaku sopan santun kapanpun dan dimanapun mereka berada, mampu bersikap ikhlas membantu orang tua dan orang lain. ketika ia sedang berbicara dengan guru bersikap sopan dengan guru, ketika di nasehatipun mereka senantiasa mendengarkan dan melakukannya dan ketika mereka mendapat giliran untuk shalat jama’ah dhuhur mereka antusias dan juga setiap hari jumat dilakukaan pembelajaran pembacaan Al-Qur’an agar peserta didik mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Sikap dan perilaku mereka juga baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga atau lingkungan rumah. Di lingkungan sekolah contohnya pada saat mereka masuk sekolah di pagi hari, mereka menghampiri para pendidik dan memberi salam, kemudian mengajak mereka berjabat tangan dengan mencium tangan dan menundukkan kepala di hadapan pendidik. Hal itu juga dilakukan mereka pada saat mereka pulang sekolah tanpa di suruh dan tanpa paksaan. Dalam berbicara, mereka juga selalu menggunakan bahasa yang baik kepada para pendidik. Dilingkungan keluarga atau rumah. Contoh mereka membantu orang tua dengan rasa tulus ikhlas dan mengikuti kegiatan yang guru PAI yang diadakan. Sikap dan perilaku peserta didik tergolong baik, hal itu terlihat dari tidak adanya laporan dari lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat tentang kenakalan yang dilakukan oleh para peserta didik.
78
Sikap baik yang ditujukkan oleh peserta didik seharusnya di dukung penuh oleh orang tua, tidak hanya dilakukan oleh pendidik. Walaupun sebagian orang tua peserta didik memperhatikan setiap kegiatan yang di lakukan anaknya dirumah, tetapi ada juga belum begitu memperhatikan. Tugas orang tua juga memberi motivasi dan dorongan yang baik kepada anaknya agar dapat menjalankan berbagai kegiatan dengan baik dan benar. B. Analisis Peran Guru PAI di SD Negeri Jetaklengkong Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan Menurut Roestiyah NK, tugas dan Peran Guru dalam Pendidikan Islam dapat disimpulkan menjadi tiga bagian: 1. Sebagai pengajar ( instruksional), yang bertugas merencanakan program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program dilakukan. 2. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan dan kepribadian kamil seiring dengan tujuan Allah SWT menciptakannya. 3. Sebagai pemimpin (manaerial), yang memimpin, mengendalikan kepada diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait, terhadap berbagai masalah
yang
menyangkut
upaya
pengarahan,
pengawasan,
pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program pendidikan yang dilakukan.1
1
86
Roestiyah NK, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, ( Jakarta: Bina Aksara, 1982), hlm.
79
Dalam pembinaan moral tentu dilakukan dengan beberapa metode, karena metode menjadi alat dalam mempermudah suatu pelaksanaan pembinaan moral. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab terdahulu, bahwa di
SD Negeri Jetaklengkong ini guru melakukan
pembinaan moral pada peserta didik yang dalam hal ini dikhususkan kepada peserta didik dengan menggunakan beberapa metode, yang meliputi: a. Metode Doktrin (Syariat) Metode doktrin yang dilakukan oleh guru
di SD Negeri
Jetaklengkong dengan memberikan ajaran-ajaran agama dan yang bermoral baik yang harus dilakukan oleh peserta didik, yaitu Sebagai Guru PAI tentunya melakukan pembinaan moral kepada peserta didik agar peserta didik memiliki moral yang mencerminkan perilaku yang baik. Dengan metode doktrin ini maka yang lakukan memberikan kegiatan dan pengetahuan-pengetahuan kepada murid untuk berbuat baik, yang dilakukan dengan melaksanakan shalat dhuhur berjama’ah, membaca Asmaul Husna, berjabat tangan dengan guru dan membaca tartil Qur’an. b. Metode Qudwah (Keteladanan) pembinaan moral yang dilakukan dengan menggunakan metode keteladanan ini
dilakukan oleh guru dengan memberikan
teladan yang mendidik atau memberi contoh secara nyata kepada
80
peserta didik. Dalam pembinaan moral peserta didik, Guru PAI mengajarkan kepada siswa hal yang mendidik, dengan memberi contoh secara nyata kepada peserta didik, dengan di beri contoh nyata peserta didik akan meniru hal yang baik yang dilakukan oleh guru. Karena guru merupakan figur yang mereka panuti. Memberi teladan yang baik juga harus dilakukan oleh semua pihak di lingkungan sekolah. Tidak hanya mengajar dan menasehati dengan kata-kata, tetapi juga dengan memahami jika dalam pembinaan moral peserta didik dilakukan dengan memberi teladan yang baik atau teladan yang mendidik. c. Metode Pembiasaan Pembiasaan yang dilakukan oleh guru di SD Negeri Jetaklengkong sebagai pembinaan moral ini yaitu sebelum masuk ke kelas dilakukan membaca Asmaul Husna setiap pagi sebelum belajar mengajar berlangsung di pimpin oleh guru. juga melakukan pembiasaan pada saat pelajaran saya selesai jam pelajaran siang itu masuknya di Mushola dulu, shalat dhuhur dilakukan berjama’ah secara bergilir. Pribadi selalu mengajarkan hal yang sudah menjadi kewajiban peserta didik kepada sesama manusia untuk selalu memberikan senyum, salam dan sapa setiap kali bertemu dengan guru maupun orang lain entah didalam sekolah maupun diluar sekolah.
81
d. Metode Nasehat Nasehat yang diberikan guru pada peserta didik Di dalam kelas saya selalu memberikan motivasi kepada mereka agar mereka itu berperilaku baik. Yang saya lakukan ya saya selalu menyampaikan contoh-contoh perilaku yang buruk beserta akibatnya, sehingga mereka tau kalau perilaku saya buruk akibatnya juga buruk, seperti itu. Intinya pembinaan moral yang saya lakukan melalui pemberian nasehat ini dalam bentuk motivasi-motivasi. Jadi mereka lebih mengena pada pemberian motivasi-motivasi. setiap kali pelajaran pasti tentunya menyisipkan nasehat-nasehat kepada anak didik. Secara umum agama tidak hanya mengajarkan tentang kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan manusia terhadap Tuhan (ibadah), akan tetapi juga kewajiban-kewajiban untuk berbuat baik terhadap sesama manusia dan lingkungannya. Selain dari itu, nasehat-nasehat yang diberikan oleh guru terhadap peserta didik disampaikan melalui motivasi-motivasi, serta penyampaian kasus-kasus diluar mengenai moral atau perilaku yang buruk beserta akibatnya. Nasehat-nasehat seperti itu dapat diterima dengan baik oleh peserta didik, serta mampu menggugah kesadaran peserta didik untuk mewujudkan moral yang baik. Hal ini sejalan dengan teori dalam bab terdahulu bahwa dalam proses membangun pembiasaan moral, perlu dibarengi pemberian nasehat-nasehat yang menyenangkan dan menyegarkan, sehingga
82
perilaku
bermoral
benar-benar
didasarkan
pada
pemahaman,
penerimaan dan ketulusan yang tinggi. e. Metode Pengawasan Pengawasan yang dilakukan oleh guru di SD Negeri Jetaklengkong ini dilakukan secara berkesinambungan baik di dalam maupun di luar kelas. Hal ini sejalan dengan teori yang terungkap dalam bab terdahulu bahwa guru hendaknya berusaha mampu mengamati dan mengawasi perilaku seseorang secara berkesinambungan, sehingga seorang anak atau siswa senantiasa berada dalam lensa pemantauan. f. Metode Hukuman Berkaitan dengan memberikan hukuman peserta didik diantaranya memberikan pandangan yang sinis apabila peserta didik melakukan kesalahan, memberikan ancaman yang positif seperti peserta didik disuruh hafalan surat-surat pendek al-qur’an, dikasih tugas menyangkut pelajaran, dan juga menjewernya sebagai alternatif terakhir. Dengan metode hukuman ini, biasanya malah membuat peserta didik menjadi dendam padahal metode hukuman ini bertujuan melatih peserta didik untuk bertanggung jawab. Hukuman yang diberikan tidak berupa hukuman fisik akan tetapi hukuman yang bersifat mendidik. Hal ini sejalan dengan teori dalam bab terdahulu bahwa hukuman secara fisik atau setiap hukuman yang menyebabkan anak trauma mental harus dihindari dan dipilih
83
harus lebih educative metode ini digunakan untuk menggugah serta mendidik perasaan seseorang. C. Analisis faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pembinaan moral peserta didik di SD Negeri Jetaklengkong Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan. Dalam pembinaan moral setiap bentuk usaha pada perubahan yang lebih baik tentu akan ada faktor pendukung dan penghambat. Seperti halnya dalam pembinaan moral akan ditemukannya sebuah faktor yang mendukung dan menghambat. Di SD Negeri Jetaklengkong yang melakukan pembinaan moral peserta didi melalui kegiatan yang Guru PAI adakan banyak faktor yang mendukungnya yaitu bahwa semua peserta didik di sekolah tersebut muslim jadi kalau muslim lebih mudah untuk melaksanakan kegiatan yang diadakan Guru PAI, selain itu peserta didik di sekolah tersebut sudah mendapatkan pembinaan moral yang baik, karena
mereka hidup dalam
lingkungan yang Islami. Kemudian faktor yang menghambat yaitu pergaulan luar dari peserta didik disekolah tersebut. Dalam pembinaan moral peserta didik di SD Negeri Jetaklengkong Kecamatan Wonopringg Kabupaten Pekalongan terdapat faktor pendukung dan penghambat. 1. Faktor Pendukung a. Semangat tinggi dari peserta didik dalam mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Guru Pendidikan Agama Islam
84
Para peserta didik sangat antusias dalam mengikuti program yang di berikan oleh Guru Pendidikan Agama Islam, hal itu terlihat mereka selalu membaca Asmaul Husna setiap pagi sebelum belajar mengajar berlangsung, mampu berlaku sopan santun kapanpun dan dimanapun mereka berada, mampu bersikap ikhlas membantu orang tua dan orang lain, ketika di nasehatipun mereka senantiasa mendengarkan dan melakukannya dan ketika mereka mendapat giliran untuk shalat dhuhur berjama’ah mereka antusias dan juga setiap hari jumat dilakukaan pembelajaran pembacaan Al-Qur’an agar peserta didik mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar. b. Adanya keteladanan atau contoh yang di berikan oleh pendidik. Guru Pendidikan Agama Islam dan pendidik yang lain memberi teladan atau contoh kepada peserta didik secara nyata ataupun secara langsung. Para pendidik juga mengikuti apa yang dilakukan oleh Peserta didik agar peserta didik meniru apa yang dilakukan pendidik. seperti menghormati orang lain, berpakaian sopan, guru yang baik kepada peserta didik, baik ucapan maupun perbuatan, bertutur kata yang sopan dan santun dengan guru. apa yang dilakukan dan diperintahkan guru harus dilakukan. Keteladanan juga mereka perlihatkan pada saat mereka mengajar.
85
2. Faktor Penghambat a. kurangnya kerja sama antara pendidik dan orang tua peserta didik kerjasama antara pendidik dan orang tua siswa kurang baik. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama yang baik antara pendidik dan orang tua siswa agar maksimal dalam pembinaan moral yang sudah dimiliki atau sudah ada dalam diri anak-anak mereka. b. kurangnya perhatian dari orang tua. Perlu
adanya
kesadaran
dari
orang
tua
untuk
lebih
memperhatikan anak-anaknya baik dilingkungan keluarga maupun dilingkungan sekolah. c. Pengaruh teman sebaya Anak yang menjadi bagian dari kelompok teman sebaya tentu umumnya mengalami tekanan kuat
untuk menyesuaikan diri dengan
perilaku kelompok, mungkin pergaulan luar, karena teman-teman mereka yang dari sekolah lain kan mungkin ada perilakunya kurang baik dan juga nantinya mempengaruhi mereka sendiri. Sebagai akibatnya, akan terdapat tekanan kuat untuk terlibat dalam perilaku berisiko yang membahayakan nyawa.