BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data Statitistik Deskriptif Statistik Deskriptif berkaitan dengan pengumpulan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Uji statistik deskriptif yang digunakan antara lain: jumlah responden, rata-rata (mean), minimum, maximum, dan standard deviation. Hasil uji statistik deskriptif secara ringkas disajikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
EPS
52
,0672
1,630
2,9697
4,3559
ROE
52
,0065
,1365
,247557
,8400919
DER
52
,0594
1,647
2,0019
2,6072873
HargaSaham
52
1,047
9,393
4,59128
2,665126
Valid N (listwise)
52
Dari output Statistik Deskriptif tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa: 1. N= 52 berarti data yang dapat diolah dalam penelitin ini adalah 52 yang berdiri dari 13 perusahaan yang dijadikan sampel
45
46
selama 4 tahun yang terdiri dari variabel Earning Per Share, Return On Equity, Debt to Equity, dan Harga Saham. 2. Dari analisis
statistik deskriptif di atas
variabel EPS
menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0672 yaitu PT AKR Corporindo Tbk di tahun 2008. Nilai maksimum sebesar 1,630 yaitu PT Ace Hardware Indonesia Tbk di tahun 2011. Dengan nilai mean atau rata-rata sebesar 2,9697. Sedangkan standar deviasi menunjukkan nilai 4,3559. Nilai mean atau rata-rata EPS sebesar 2,9697 menunjukkan bahwa Perusahaan Wholesale and Rital Trade di BEI memberikan Laba per tiap lembar sahamnya sebesar 29,69. 3. Dari analisis statistik deskriptif di atas variabel ROE menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0065 yaitu PT Triwira Insan Lestari Tbk di tahun 2009. Nilai maksimum sebesar 0,1365 yaitu PT Kokoh inti Aerbama Tbk ditahun 2011. Dengan nilai mean atau rata-rata sebesar 0,247557 sedangkan standar deviasi menunjukkan nilai 0,8400919. Nilai mean atau rata-rata ROE sebesar 0,8400919 menunjukan bahwa perusahaan Wholesale and Ritail Trade di BEI untuk menghasilkan laba atas modal sendiri sebesar 84%. 4. Dari analisis statistik deskriptif di atas variabel DER menunjukkan nilai minimum sebesar 0,0594 yaitu PT Triwira Insan Lestari Tbk. Nilai maksimum sebesar 1,647 yaitu PT
47
Kokoh Inti Arebama Tbk ditahun 2011. Dengan nilai mean atau rata-rata sebesar 2,0019 sedangkan standar deviasi menunjukan 2,6072873. Nilai mean atau rata-rata DER sebesar 2,0019 menunjukkan bahwa perusahaan Wholesale and Ritail Trade di BEI memiliki perbandingan total hutang ekuitas sebesar 26,07%. 5. Dari analisis statistik deskriptif diatas variabel Harga saham menunujukkan nilai minimum sebesar 1,047 yaitu PT Triwira Lestari Tbk. Nilai maksimum sebesar 9,393 yaitu PT Millennium Pharmacon International Tbk ditahu 2011. Dengan nilai mean rata-rata sebesar 4,59128 sedangkan standar deviasi menunjukan 2,665126. B. Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Hasil Uji Normalitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel independen dan variabel depeden atau variabel moderasi telah memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistic menjadi tidak valid untuk jumlah kecil (Ghozali, 2006).
48
Pada penelitian ini menggunakan uji normalitas data dengan menggunakan uji statistic kolomogrov-Smirnov (K-S) dilakukan dengan membuat hipotesis (Ghozali, 2006) : Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N
52
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Mean
,0000000
Std. Deviation 258,71906542 Absolute
,132
Positive
,132
Negative
-,091
Kolmogorov-Smirnov Z
,954
Asymp. Sig. (2-tailed)
,323
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Data sekunder yang diolah 2014
Berdasarkanuji normalitas dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov adalah 0,954 dan signifikan diatas 0,05 (0,323). hal inimenunjukan Ha ditolak dan Ho diterima, yang berarti data berdistribusi normal. 2. Hasil Uji Multikolinearitas Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya
korelasi
antara
variable
bebas
(variable
49
independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variable independen, (Iman Ghozali, 2009) multikolinearitas dilihat dari:
Nilai tolerance, dan lawannya
Variance Inflation Factor (VIF)
Suatu model regresi dikatakan tidak memiliki kecenderungan adanya gejala multikolinieritas adalah apabila memiliki hasl nilai tolerance tidak kurang dari 0,10 dan nilai VIF yang tidak lebih dari 10. Hasil pengujian model regresi diperoleh nilai-nilai tolerance dan VIF masing-masing variabel ini dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut : Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
Beta
Toleranc
VIF
e (Constant)
475,306
57,160
EPS
,935
,903
,153
,900
1,111
ROE
25,897
71,887
,082
,382
2,615
DER
-25,160
22,394
-,246
,409
2,445
1
a. Dependent Variable: HargaSaham
Sumber: Data sekunder yang diolah 2014 Dari hasil tabel 4.3 diatas hasil pengujian terhadap variabel dependen harga saham menunjukan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antara variabel indepeden. Hasil perhitungan
50
nilai Variance Inflation Faktor (VIF) juga menunjukan hal yang sama, tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antara variabel independen dalam model regresi untuk variabel dependen harga saham. 3. Hasil Uji Heterokedastistas Uji heterokendastistas bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu ke pengamatan lain dalam model
regresi.
Model
regresi
yang
baik
adalah
tidak
hereroskedastistas atau terjadi homoskedastistas. Untuk mendeteksi ada tidaknya hereroskedastisitas. Berikut hasil uji hereroskedastisitas menggunakan uji glejser: Tabel 4.4 Hasil Uji Heterokedastistas
a
Coefficients Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant) 1
Std. Error
242,285
26,202
EPS D
-,261
,414
ROE
-31,899
DER
-,647
T
Sig.
Beta 9,247
,000
-,092
-,630
,531
32,953
-,218
-,968
,338
10,265
-,014
-,063
,950
a. Dependent Variable: absut
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2014 Dari hasil uji Glejser seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.4 diatas, menunjukan bahwa tidak ada variabel bebas yang signifikan
51
secara statistic mempengaruhi nilai dari absolute residual. Hal ini terlihat dari profitablilitas signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5% (≥ 0,005). Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengadung adanya heteroskedastisitas. 4. Hasil Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk melihat apakah terjadi korelasi antar suatu periode t dengan periode t-1 (sebelumnya), jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi (Ghozali, 2007). Dalam penelitian ini, pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson (DW test). Menurut Singgih Santoso (2001) kriteria autokorelasi ada3, yaitu: 1. Angka DW dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif. 2. Angka DW diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. 3. Angka Dw diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif. Hasil Pengujian autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini: Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Model Summaryb Model
1
R
R Square
a
,369
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,072
,142
a. Predictors: (Constant), DER, EPS, ROE b. Dependent Variable: HargaSaham Sumber : Data sekunder yang telah diolah 2014
122,24760
Durbin-Watson
1,034
52
Dari Berdasarkan dasar pengambilan keputusan karena angka DW terletak diantara -2 sampai dengan
+2. Hasil pengujian
menunjukan nilai DW sebesar 1.034 berarti tidak ada autokorelasi. C. Hasil Uji Hipotesis 1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R²) Nilai koefisien korelasi ( R ) menunujkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel dependen. Korfisien korelasi dikatakan kuat apabila nil R berada di atas 0,5 mendekati 1. Koefisien determinasi ( R square ) menunjukan seberapa besar variabel independen menjelaskan variabel dependennya. Nilai R square adalah nol sampai dengan satu. Apabila nilai R square mendekati
angka
satu,
maka
variabel-variabel
independen
memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel-variabel dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu nilai R square akan meningkat setiap penambahan satu variabel independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi (adjusted R²) ditunjukan dalam tabel berikut :
53
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adj R²) Model Summaryb Model
1
R
R Square
a
,369
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
,072
,142
1,2224760
a. Predictors: (Constant), DER, EPS, ROE b. Dependent Variable: HargaSaham Sumber : Data sekunder yang telah diolah 2014
Pada model summary sebelumnya, angka R sebesar 0,014. hal ini menunjukan variabel independen (EPS, ROE, dan DER) mampu menjelaskan bahwa 14,2% variasi variabel dependen (Harga Saham), sisanya
(100%-14,2%=85,8%)
perubahan
harga
saham
dapat
dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak dimasukan dalam model penelitian ini. 2. Hasil Uji signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji simultan (serentak)
dapat diketahui dengan melakukan uji
statistic F. uji statistic F digunakan untuk mengetahui apakah variabel indepen secara bersama-sama atau simultan dapat mempengaruhi variabel independen (Ghazali, 2007). Uji statistic F dapat sebagai berikut ini :
54
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F a
ANOVA Model
Sum of Squares Regression
1
Df
Mean Square
55910,016
3
18636,672
Residual
717334,829
48
14944,476
Total
773244,846
51
F 1,247
Sig. ,003b
a. Dependent Variable: HargaSaham b. Predictors: (Constant), DER, EPS, ROE Sumber : Data sekunder yang telah diolah 2014
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai F hitung sebesar 1,247 dengan probilitas 0,003, maka model regresi dapat disimpulkan bahwa Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Harga Saham. 3. Hasil Uji Statistik t Uji t digunakan untuk mengetahui apakah model regresi variabel independen (variabel bebas) secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen (variabel terikat). Dengan nilai signifikan uji t ≤ 0,05 maka H0 ditolak artinya variabel independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan uji t ≥ 0,05 maka H0 diterima artinya variabel independen tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat sebagai berikut:
55
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t Coefficientsa Model
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B (Constant)
Std. Error
475,306
57,160
EPS
,935
,903
ROE
25,897
DER
-25,160
t
Sig.
Beta 8,315
,000
,153
1,035
,006
71,887
,082
,360
,720
22,394
-,246
-1,124
,267
1
a. Dependent Variable: HargaSaham Sumber : Data sekunder yang telah diolah 2014
Dari tabel 4.10 diperoleh hasil : 1. Earning Per Share (EPS) Hasil uji t antara variabel EPS bernilai 1035. nilai P-Value (signifikansi)sebesar 0,006 berarti lebih kecil dari0,05 maka disimpulkan EPSberpengaruh signifikan terhadap harga saham. 2. Return On Equity (ROE) Hasil uji t antara variabel ROE bernilai 0,360.nilai P-Value (signifikansi) sebesar 0,720 berarti lebih besar dari0,05 maka disimpulkan ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 3. Debt to Equity (DER) Hasil uji t antara variabel DER bernilai -1,124. nilai P-Value (signifikansi) sebesar 0,267 berarti lebih besar dari 0,05 maka
56
disimpulkan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 4. Hasil Uji Regresi Berganda Dari nilai-nilai koefisien diatas, persamaan regresi pengaruh variabel Earning Per Share (EPS), Return On Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham. Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B (Constant) Earning Per Share
Std. Error
475,306
57,160
,935
,903
25,897
71,887
-25,160
22,394
1 Retrun On Equity Debt to Equity Ratio a. Dependent Variable: Harga Saham Sumber : Data sekunder yang telah diolah 2014
Dari tabel tersebut diperoleh nilai B pada kolom Unstandardized Coefficients sebagai koefisien regensi. Dengan demikian dapat dibuat persamaan regresi sebagai berikut: Harga Saham = 475,306 + 0,935 Earning Per Share + 25,897 Retrun On Equity + -25,160 Debt to Equity Ratio.
57
Persamaan regresi tersebut mempunyai makna sebagai berikut: 1. Nilai konstanta sebesar 475,306 memiliki arti bahwa variabel Harga Saham mempunyai nilai sebesar 457,306 tanpa adanya pengaruh variabel independen (EPS, ROE, dan DER) 2. Koefisien regresi b¹ = 0,935 yang berarti bahwa setiap terjadi kenaikan EPS sebesar satu-satuan maka HS akan naik sebesar 0,935 tanpa dipengaruhi faktor lainya. 3. Koefisien regresi b² = 25,897 yang berarti bahwa setiap terjadi kenaikan ROE sebesar satu-satuan maka HS akan naik sebesar 25,897 tanpa dipengaruhi faktor lainya. 4. Koefisien regresi b³ = -25,160 yang berarti bahwa setiap terjadi kenaikan DER sebesar satu-satuan maka HS akan turun sebesar -25,160 tanpa dipengaruhi faktor lainya. D. Pembahasan Hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Kode Hipotesis
H1
H2
Kesimpulan
Earning Per Share Berpengaruh Signifikan Diterima Terhadap Harga Saham Return On Equity Tidak Berpengaruh Ditolak Signifikan Terhadap Harga Saham
58
Debt to Equity Ratio Tidak Berpengaruh Ditolak
H3
Signifikan Terhadap Harga Saham
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Earning Per Share, Return On Equity, Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham. Penjelasan dari masing-masing variabel ini sebagai berikut : Berdasarkan penelitian secara individual variabel Earning Per Share
berpengaruh
terhadap
Harga
saham.
Hasil
penelitian
inisependapat dengan penelitian Dwi Multiningsih (2010) yang berjudul “Dwi Murtiningsih (2010) tentang “ Pengaruh ROA, ROE, NPM, EPS, dan DER terhadap Harga Saham pada Perusahaan Food and Baverages di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.Menunjukan bahwa semakin tinggi EPS berarti semakin baik kinerja perusahaan sehingga saham yang dimiliki perusahaan tersebut banyak diminati investor yang mengakibatkan semakin tinggi pula harga saham perusahaan tersebut. Dari hasil penelitian variabel Return On Equity diperoleh bahwa variabel Return On Equity tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Harga saham. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian Rizky Agustine Putri Perdana (2011) yang berjudul “Pengaruh ROE, EPS dan DER Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Go Public di BEI”
59
menunjukan bahwa turunya ROE belum tentu akan menurunkan Harga Saham justru akan meningkat. Hal ini disebabkan karena ratarata ROE menunjukan nilai yang rendah karena jika tingkat keuntungan modal sendiri yang digunakan dalam operasi perusahaan semakin
rendah
sehingga
kemampuan
perusahaan
dalam
mengahsilkan laba bersih juga semakin kecil. Yang berarti dari total modal yang ada pada manajemen keuntungan dengan kemampuan modal sendiri. Bisa juga dikarenakan modal pinjaman lebih besar dari pada modal sendiri sehingga perusahaan menjadi tidak sehat dan mudah bangkrut. Dari hasil penelitian variabel Debt to Equity Ratio diperoleh bahwa variabel Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian I Wayan Adi Suarjaya (2012) tentang “Pengaruh Faktor Fundamental terdahap Harga Saham Perusahan Makanan dan Minuman di BEI“ menunjukan bahwa Debt to Equity Ratio tidak pengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Berdasarkan hasil terseebut dapat dikatakan bahwa semakin tinggi DER
maka
ketergantungan perusahaan terhadap hutang semakin tinggi pula sehingga daya tarik saham akan menurun dimata investor karena porsi hutang perusahaan semakin besar yang dapat mengganmbarkan beban perusahaan yang besar pula. Sebaliknya apabila DER semakin kecil menunjukan semakin kecil pula aktivitas perusahaan yang dibiayai
60
oleh hutang sehingga kinerja perusahaan semakin baik karena tingkat pengembalain tinggi akan berdampak pada peningkatan harga saham.