BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Analisis ini menjelaskan sampel terutama mencakup nilai rata-rata (mean), nilai ekstrim yaitu nilai minimum dan maksimum, serta standar deviasi. Berdasarkan data olahan SPSS 19 yang meliputi ukuran perusahaan (SIZE), net profit margin (NPM), leverage operasi (LO). Maka akan dapat diketahui nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi dari setiap variabel. Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Descriptive Statistics N
Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
SIZE
92
11.4994
17.7968
14.265363
1.5317428
NPM
92
.0019
.2730
.087054
.0674493
LO
92
.0943
.8940
.384371
.1759155
Valid N (listwise)
92
Sumber : Output SPSS 19
59
60
Berdasarkan hasil pengolahan data padatabel 4.1 diatas diketahui bahwa nilai rata-rata ukuran perusahaan (SIZE) sebesar 14,265363 dengan standar deviasinya sebesar 1,5317428. Standar deviasi sebesar 1,5317428 menunjukkan variasi yang cukup kecil karena nilainya kurang dari 20% dari mean (Singgih Santoso 2000). Hal ini berarti rata-rata nilai aktiva perusahaan sampel sebesar 14,265363 (log juta rupiah) dengan ukuran penyebaran yang homogeny (di bawah nilai rata-rata) yaitu sebesar 1,5317428 dari 92 sampel penelitian. Nilai minimum sebesar 11,4994 dimiliki oleh PT. Pyridam Farma Tbk (PYFA), yang menunjukkan perusahaan tersebut termasuk ke dalam perusahaan dengan ukuran terkecil karena memiliki total aset terkecil. Nilai maksimum yaitu sebesar 17,7968 dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), yang menunjukkan perusahaan tersebut termasuk ke dalam perusahaan dengan ukuran terbesar karena memiliki total aset terbesar. Hasil uji statistik deskriptif terhadap variabel net profit margin (NPM) menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,087054 yang berarti bahwa rata-rata laba yang diperoleh perusahaan dari total penjualan yang dilakukan adalah sebesar 8,7%. Standar deviasinya sebesar 0,0674493. Nilai minimum sebesar 0,0019 dimiliki oleh PT. Indofarma Tbk (INAF). Nilai maksimum yaitu sebesar 0,2730 dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). Hasil uji statistik terhadap variabel Leverage Operasi (LO) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,384371 yang berarti bahwa rata-rata bagian total asset yang dibiayai oleh hutang sebesar 38,4%. Standar deviasinya sebesar 0,1759155. Nilai minimum sebesar 0,0943 dimiliki oleh PT. Mandom Indonesia Tbk (TCID). Nilai
61
maksimum yaitu sebesar 0,8940 dimiliki oleh PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI). B. Analisis Regresi Logistik Penelitian ini menggunakan model regresi logistik dengan metode pada signifikan (α) 5%. Regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan (SIZE), net profit margin (NPM), dan leverage operasi (LO) terhadap tindakan praktik perataan laba yang dilakukan oleh perusahaan. 1. Menilai Kelayakan Model Regresi (goodnes of fit test) Hosmer and Lemeshow’s Goodnes Of Fit Test digunakan untuk menguji kelayakan model regresi logistik. Jika nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodnes Of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan observasinya. Berikut disajikan hasil pengujian atas kelayakan model regresi (goodness of fit test) pada uji Hosmer and Lemeshow’s Test: Tabel 4.2 Hasil Pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Step 1
Hosmer and Lemeshow’s Test Chi-square df Sig. 13.898
8
.084
Sumber : Output SPSS 19 Padatabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa nilai Chi-Square sebesar 13,898 dan nilai signifikansi sebesar 0,084 lebih besar dari pada α (0,05) sehingga HO diterima yang berarti tidak ada perbedaan antara klasifikasi
62
yang diprediksi dengan klasifikasi yang diamati. Itu berarti model regresi logistik dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. 2. Menilai Keseluruhan Model (overall model fit) Pengujian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block number= 0) dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block number = 1). Adanya penurunan nilai antara -2LL awal dengan -2LL akhir menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Hasil pengujian Likelihood adalah sebagai berikut : Tabel 4.3 -2 Log Likelihood Block – 0 (Awal) Iteration Historya,b,c Iteration
-2 Log likelihood
Coefficients Constant
Step 0 1
105.739
-.957
2
105.610
-1.040
3
105.609
-1.041
4
105.609
-1.041
Sumber : Output SPSS 19
63
Tabel 4.4 -2 Log Likelihood Block – 1 (Akhir) Iteration Historya,b,c,d Coefficients Iteration
-2 Log likelihood
Constant
SIZE
NPM
LO
Step 1 1
100.370
-1.339
.113
-3.031
-2.500
2
99.225
-1.724
.176
-5.215
-3.775
3
99.192
-1.795
.189
-5.778
-4.030
4
99.192
-1.798
.189
-5.800
-4.038
5
99.192
-1.798
.189
-5.800
-4.038
Sumber : Output SPSS 19 Pada tabel 4.3 diatas menunjukkan angka -2LL (-2 Log Likelihood) pada kondisi awal adalah sebesar 105,609 sedangkan pada tabel 4.4 menunjukkan angka -2LL (-2 Log Likelihood) pada blok 1 adalah sebesar 99,192 artinya terjadi penurunan sebesar 6,417 (105,609-99,192). Sehingga dapat disimpulkan bahwa selisih penurunan -2LL signifikan dengan adanya penurunan nilai dari log likelihood dan menunjukkan model regresi semakin baik. 3. Menguji Koefisien Regresi (Uji Wald) Tahap uji koefisien regresi dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen (ukuran perusahaan, net profit margin dan leverage operasi) berpengaruh terhadap variabel dependen (perataan laba) dengan menggunakan wald statistic dan nilai probabilitas.
64
Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas: Jika ρ-value < α (0,05) maka HO ditolak Jika ρ-value > α (0,05) maka HO diterima
Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Regresi Logistik Variables in the Equation Step 1a
B
S.E.
Wald
df
Sig.
Exp(B)
SIZE
.189
.176
1.148
1
.284
1.208
NPM
-5.800
4.735
1.500
1
.221
.003
LO
-4.038
1.785
5.117
1
.024
.018
Constant
-1.798
2.271
.627
1
.428
.166
a. Variable (s) entered on step 1: SIZE, NPM, LO. Sumber : Output SPSS 19.0
Dari tabel diatas diketahui nilai wald test untuk ukuran perusahaan (size )sebesar 1,148 dengan nilai probabilitas ukuran perusahaan sebesar 0,284 dan berada diatas tingkat signifikansi 5% (0,05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa
ukuran
perusahaan
(size)
yang
menyatakan
berpengaruh terhadap tindakan praktik perataan laba diterima, artinya hipotesis pertama tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan peraktik perataan laba. Hasil perhitungan statistik untuk variabel net profit margin (NPM) menunjukkan nilai wald test sebesar 1,500 dengan nilai probabilitas net
65
profit margin sebesar 0,221 dan berada diatas tingkat signifikansi 5% (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa net profit margin
yang
menyatakan berpengaruh terhadap tindakan praktik perataan laba diterima, artinya hipotesis kedua tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan peraktik perataan laba. Untuk variabel leverage operasi (LO), hasil perhitungan statistik menunjukkan nilai wald test sebesar 5,117 dengan nilai probabilitas leverage operasi sebesar 0,24 dan berada dibawah tingkat signifikansi 5% (0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa leverage operasi
yang
menyatakan berpengaruh terhadap tindakan praktik perataan laba ditolak, artinya hipotesis ketiga berpengaruh signifikan terhadap tindakan peraktik perataanl aba. 4. Estimasi Parameter Estimasi maksimum likelihood parameter dari model dapat dilihat pada tampilan hasil regresi logit dengan melihat beta (β) dan e dari masing-masing variabel pada tabel 4.5 sehingga diperoleh hasil persamaan regresi logit sebagai berikut : Ln (
𝑃 (smoothing) 1−𝑃 (smoothing)
)= -1,798+0,189SIZE-5,800NPM-4,038LO
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan : a. Konstanta (α) sebesar -1,798 menjelaskan bahwa perataan laba dalam penelitian sebesar -1,798 jika variabel independen bernilai nol (0). Namun nilai jika signifikansi konstanta berada diatas 0,05 maka
66
variabel ukuran perusahaan, net profit margin tidak mempunyai pengaruh terhadap perataan labanya. b.
Koefisien regresi ukuran perusahaan (SIZE) adalah 0,189 yang berarti bahwa setiap peningkatan SIZE sebesar satu satuan akan meningkatkan praktik perataan laba sebesar 0,189 dengan asumsi variabel independen lainnya konstan.
c.
Koefisien regresi net profit margin (NPM) adalah -5,800 yang berarti bahwa setiap peningkatan NPM sebesar satu satuan akan menurunkan praktik perataan laba sebesar -5,800 dengan asumsi variabel independen lainnya konstan
d.
Koefisien regresi leverage operasi (LO) adalah -4,308 yang berarti bahwa setiap peningkatan LO sebesar satu satuan akan menurunkan praktik perataan laba sebesar -4,308 dengan asumsi variabel independen lainnya konstan Pengaruh dari masing – masing variabel SIZE, NPM, dan LO
terhadap perataan laba dapat dilihat dari nilai wald dan p-value. Berdasarkan hasil uji koefisien regresi pada tabel di atas, maka pengambilan keputusanny aadalah sebagai berikut : 1) Hipotesis 1 menyatakan variabel ukuran perusahaan (size) memiliki nilai wald sebesar 1,148 dengan p-value 0,284 lebih besar dari 0,05 dengan demikian H1 diterima artinya variabel ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan praktik perataan laba.
67
2) Hipotesis 2 menyatakan variabel net profit margin (NPM) memiliki nilai wald sebesar 1,500 dengan p-value 0,221 lebih besar dari 0,05 dengan demikian H2 diterima artinya variabel net profit margin tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tindakan praktik perataan laba. 3) Hipotesis 3 menyatakan variabel leverage operasi (LO) memiliki nilai wald sebesar 5,117 dengan p-value 0,024 lebih kecil dari 0,05 dengan demikian H3 ditolak artinya variabel leverage operasi mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap tindakan praktik perataan laba. C. Intepretasi Hasil 1. Ukuran Perusahaan (SIZE) Berdasarkan hasil pengujian parsial variabel ukuran perusahaan terhadap praktik perataan laba, variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai probabilitas sebesar 0,284 dengan signifikan α = 0,05 dan memiliki koefisien regresi yang bernilai positif sebesar 0,189 dengan begitu nilai ukuran perusahaan yang diukur dengan total aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan praktik perataan laba (p-value = 0,284 dengan α > 0,05). Dan koefisien regresi yang bernilai positif sebesar 0,189 menunjukkan bahwa setiap kenaikan ukuran perusahaan sebanyak 1% akan mengakibatkan tindakan praktik perataan laba meningkat sebesar 0,284%. Artinya, semakin besar total aktiva perusahaan maka semakin besar pula kemungkinan dilakukannya tindakan praktik perataan laba. Karena
68
perusahaan-perusahaan yang lebih besar memiliki dorongan yang lebih besar untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil, perusahaan yang besar biasanya menerima lebih banyak perhatian dari analisa dan investor dibandingkan dengan perusahaan yang berukuran kecil. Alasan yang mungkin mendasari mengapa perusahaan melakukan tindakan praktik perataan laba adalah perusahaan yang besar diperkirakan akan menghindari fluktuasi laba yang terlalu drastis, karena kenaikan laba yang drastic akan menyebabkan bertambahnya pajak. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu Juniarti dan Corolina (2005), Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005), Olivia M. Sumtaky (2007), Sucipto dan Purwaningsih (2007), Syafriont By (2008). Tidak sejalan dengan hasil penelitian Fongnawati Budhijono (2006), Herni danYulius Kurnia Susanto (2008). 2.
Net Profit Margin (NPM) Marjin penghasilan bersih ini diduga mempengaruhi terjadinya
tindakan praktik perataan laba karena secara logis marjin ini terkait langsung dengan objek perataan laba. Namun, berdasarkan hasil pengujian variabel net profit margin tidak berhasil membuktikan adanya pengaruh signifikan NPM terhadap tindakan perataan laba (p-value 0,221 > 0,05) dan memiliki koefisien regresi yang bernilai negatif sebesar -5,800. Koefisien regresi yang bernilai negatif dapat diartikan bahwa net profit margin diambil sebagai salah satu faktor pendorong dilakukannya tindakan praktik perataan laba karena merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan
69
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih, sehingga perolehan laba bersih yang dihasilkan diharapkan akan mampu memperbaiki nilai perusahaan dimata investor dan memperoleh kesempatan untuk memperoleh modal untuk pengembangan perusahaan, sebaliknya semakin tinggi tingkat penjualan perusahaan maka akan cenderung tidak melakukan praktik perataan laba. Hal ini
mungkin
disebabkan
karena
rata-rata
perusahaan
manufaktur
menggunakan pendanaan utang yang cukup besar, sehingga struktur modalnya optimal dan menghasilkan laba yang relatif rendah. Marjin laba yang relatif rendah menunjukkan bahwa tidak ada masalah dalam operasi perusahaan sehingga perusahaan memiliki tingkat pengembalian yang tinggi bagi para investor. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu Yusuf dan Soraya (2004), Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005), Juniarti dan Corolina (2005), Olivia M. Sumtaky (2007), Herni dan Yulius Kurnia Susanto (2008). Tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Fongnawati Budhijono (2006), Sucipto dan Purwaningsih (2007), Syafriont By (2008), Yosika Tri Santoso (2010). 3. Leverage Operasi Leverage operasi diduga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya tindakan praktik perataan laba. Dan berdasarkan hasil pengujian variabel leverage operasi berhasil membuktikan bahwa LO berpengaruh terhadap tindakan praktik perataan laba (p-value = 0,024<0.05). Koefisien regresi yang bernilai negatif sebesar -4,038 menunjukkan bahwa
70
perusahaanyang cenderung memiliki leverage operasi yang kecil akan menghasilkan penjualan yang rendah serta profit yang rendah dan mendorong perusahaan untuk melakukan praktik perataan laba. Dan semakin besar leverage operasi semakin terindikasi perusahaan melakukan perataan laba. Levarage operasi disebabkan karena sebagian biaya usaha bersifat tetap sedangkan peningkatan volume operasi yang terjadi cukup besar, akibatnya laba akan naik atau turun lebih tajam dibandingkan dengan perubahan volume operasi. Di samping itu, perusahaan yang leverage operasinya rendah berarti memiliki proporsi biaya tetap yang rendah dan proporsi biaya variabel yang tinggi. Hasil tersebut konsisten dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu Olivia M. Sumtaky (2007), tidak sejalan dengan penelitian dari Yusuf dan Soraya (2004), Edy Suwito dan Arleen Herawaty (2005), Fongnawati Budhijono (2006), Sucipto dan Purwaningsih (2007), Syafriont By (2008).