BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan landasan teori yang telah dijelaskan pada bab II, maka dalam bab ini penulis akan membahas penerapan akuntansi untuk pembiayaan ijarah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. dan perbedaan leasing dengan ijarah dilihat dari psak 30 dan 107.
A. Penerapan Akuntansi Pembiayaan “Ijarah” pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Untuk memperoleh pembiayaan dari PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk maka beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh calon nasabah. Syarat-syarat tersebut antara lain : 1. Kriteria Nasabah a. Warga Negara lndonesia yang berdomisili di lndonesia b. Tidak cacat hukum c. Usia minimum 21 tahun dan pada saat pembiayaan jatuh tempo maksimum berumur 55 tahun (untuk pegawai) dan 60 tahun (untuk wiraswasta/profesional) d. Pegawai tetap dengan kriteria : 1) Minimum l tahun (termasuk masa kerja seberum diangkat menjadi pegawai tetap) di perusahaan saat ini.
39
40
2) Minimum l tahun diperusahaan saat ini dengan memiliki pengalaman 2 tahun sebagai pegawai tetap/kontrak di perusahaan terakhir sebelumnya. e. Pegawai Kontrak dengan kriteria: 1) Minimum
memiliki pengalaman
kerja
2
tahun
di
perusahaan saat ini 2) Minimum l tahun diperusahaan saat ini dengan memiliki pengalaman 2 tahun sebagai pegawai kontrak/tetap di perusahaan terakhir sebelumnya f. Wiraswasta/profesional dengan kriteria: 1) Memiliki pengalaman di bidang usahanya minimum 2 tahun berturut-turut (dibuktikan oleh izin usaha/praktek). 2) Memiliki
penghasilan
yang
dapat
diverifikasi
kebenarannya. 3) Telah beroperasi secara menguntungkan 4) Memiliki historical cash flow yang mampu memenuhi kewajiban sewa/angsuran g. Membuka rekening di Bank Muamalat Indonesia 2. Persyaratan Dokumen Administratif a. Asli formulir aplikasi diisi lengkap dan benar b. Fotocopy KTP Suami dan Istri c. Fotocopy Kartu Keluarga d. Fotocopy Surat Nikah
41
e. Fotocopy sertifikat tanah obyek agunan f. IMB/IPMB/ijin pendahuluan Mendirikan Bangunan atau Surat ijin sejenis g. PBB tahun terakhir h. Fotocopy Rekening Tabungan/Giro (R/K) pribadi 3 butan terakhir i.
Laporan Keuangan perusahaan (Neraca dan r,/R) dan/atau Fotocopy Bukti/catatan transaksi bisnis (untuk usaha)
j.
Asli slip gaji terakhir dan/atau Surat keterangan penghasilan
k. Fotocopy ijin-ijin praktek profesi (untuk usaha/profesi) l.
Fotocopy NPWP
m. Asli surat keterangan jabatan 1. Tahapan Prosedur Pembiayaan Pada Bank Muamalat Indonesia Tahapan prosedur pembiayaan pada Bank Muamalat diperlukan untuk mengantisipasi resiko bank dalam memberikan pembiayaannya kepada nasabah, menerapkan azas-azas pembiayaan yang sehat dan prinsip kehati-hatian, meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan pembiayaan dan mengoptimalkan pendapatan. Tabel 4.1 Tahapan Proses Pembiayaan LANGKAH Pengumpulan Data
Verifikasi Data
Pengajuan MUP
KEGIATAN Inisiasi Solisitasi Kunjungan setempat Informasi Bank (Bank checking) Informasi dari pembeli/pemasok/bowheer/pesaing Memorandum Usulan Pembiayaan (MUP): Analisa Pembiayaan (Analisa Kualitatif dan
42
Kuantitatif) Analisa Jaminan Analisa Resiko Evaluasi Kebutuhan Dana Penetapan Struktur Fasilitas Pengajuan MUP ke KPP Keputusan Pembiayaan oleh Komite melalui Keputusan Pembiayaan Rapat Komite dan Sirkulasi Pelaksanaan Keputusan KPP: Penyampaian SPP ke Nasabah Realisasi Keputusan Dokumentasi dan Administrasi Penandatangan Akad Pembiayaan dan Jaminan Pemantauan Pembiayaan: Pemantauan Usaha Nasabah Pemantauan Pemantauan Jaminan Pembinaan Nasabah Pemantauan Pembayaran Nasabah Pelunasan Pembiayaan: Pelunasan Bukti Pelunasan Pelepasan Jaminan Sumber: Bank Muamalat Indonesia 2. Evaluasi Pembiayaan Akad Ijarah Menurut data dari Bank Muamalat pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia mengalami peningkatan pada tahun 2011 mencapai Rp. 22.496,62 miliar dibandingkan dengan tahun 2010 yang tercatat Rp. 15.917,69 miliar ini disebabkan perkembangan kondisi ekonomi yang relatif stabil. Selain itu jika dilihat berdasarkan akad, portofolio pembiayaan ijarah pun mengalami peningkatan yang signifikan dari hanya 3,86% pada tahun 2009 menjadi 4,64% dari total pembiayaan pada tahun 2010. Dalam menentukkan tarif sewa kepada musta‟jir Bank Muamalat Indonesia akan menetapkan margin terlebih dahulu, yaitu selisih antara harga beli objek sewa dengan harga jual objek sewa. Metode marjin ijarah dan ijarah
43
muntahiya bittamlik yang digunakan oleh Bank Muamalat Indonesia sama dengan metode margin untuk pembiayaan murabahah. 3. Penerapan Akuntansi Pembiayaan Ijarah di PT. Bank Muamalat Indonesia PT. Bank Muamalat Indonesia,tbk Dalam menentukan tarif sewakepada musta’jir akan menetapkan margin terlebih dahulu, yaitu selisih antara harga beli objek sewa dengan harga jual objek sewa. Metode margin ijarah dan ijarah muntanhiyah bit tamlik yang digunakan oleh Bank Muamalat Indonesia sama dengan metode margin untuk pembiayaan murabahah yaitu metode margin keuntungan annuitas atau efektif. Perbedaaanya mungkin terletak pada grace period yang umumnya ada pada ijarah dan ijarah muntanhiyah bit tamlik, yang dimaksud dengan grace period adalah masa dimana bank membolehkan musta’jir untuk hanya membayar uang sewa sebesar porsi margin saja tidak dengan porsi pokoknya dalam waktu beberapa bulan. Penentuan waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan mustajir. Grace period biasa digunakan apabila ada musta’jir yang menggunakan pembiayaan dari bank untuk pembelian sebuah mesin, maka musta’jir membutuhkan waktu untuk beberapa bulan untuk menjalankan mesinnya sampai mesin tersebut bisa benar-benar digunakan secara optimal oleh musta’jir setelah grace period selesai. Perhitungan jumlah angsuran, porsi margin, porsi pokok yang ada di Bank Muamalat Indonesia telah terkomputerisasi dengan menggunakan software Excel. Namun, perhitungan manual juga bisa diperhitungkan dengan menggunakan
44
rumus annuitas. Dibawah ini rumus annuitas yang digunakan untuk menghitung jumlah angsuran, porsi margin dan porsi pokok, yaitu : a. Formula jumlah angsuran AT = P *
m 1–
1 (1 + m) n
Dimana:
AT : Jumlah angsuran (per bulan) P : pokok pembiayaan m : Persentase margin (per bulan) n : Jangka waktu pembiayaan
b. Formula porsi margin AMn = OSn * m Dimana:
AMn : Porsi margin yang ke-n, n = 1,2,3,…,12 OSn : Outstanding pembiayaan yang ke-n, n = 1,2,3,…,12 m : Persentase margin (per bulan)
c. Formulasi porsi pokok APn = ATn – AMn Dimana:
APn : Porsi pokok (dalam bulanan) ATn : Jumlah angsuran (dalam bulanan) AMn : Porsi margin (dalam bulanan)
45
Contoh Kasus PT. X yang bergerak dibidang rental peralatan berat mengajukan permohonan pembiayaan ijarah muntanhiyah bit tamlik ke Bank Muamalat Indonesia untuk pembelian dan instalasi GE Jenbacher Gas Engine yaitu sebuah mesin genset berbahan bakar gas dengan fasilitas pembiayaan sebesar US$ 1.323.251. Seperti yang dijelaskan pada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 27/DSN-MUI/III/2002 bahwa pihak-pihak yang melakukan ijarah muntanhiyah bit tamlik harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu, maka PT. X selaku pihak yang ingin menggunakan fasilitas ijarah muntanhiyah bit tamlik harus terlebih dahulu melaksanakan akad ijarah dengan bank. Setelah permohonan pembiayaan diterima, Bank Muamalat Indonesia melalui account officer-nya akan menganalisa permohonan pembiayaan yang diajukan oleh PT. X, selanjutnya account officer mempresentasikan hasil analisanya kepada komite pembiayaan untuk memperoleh persetujuan pembiayaan. Setelah permohonan pembiayaan PT. X disetujui, lebih lanjut Bank Muamalat Indonesia akan menentukan jumlah angsuran yang akan dibebankan kepada PT. X sebagai tariff sewa melalui margin yang telah ditetapkan oleh Bank Muamalat Indonesia, dengan rincian sebagai berikut : a. Harga beli barang dari supplier (PT. Showa) sebesar US$ 1.323.251 b.
Harga jual mesin genset tersebut sebesar US$ 1.657.261.
c. Margin Bank Muamalat Indonesia setara 11% pa. d. Jangka waktu fasilitas 48 bulan dengan grace period 4 bulan. e. Biaya administrasi US$ 500
46
f. Nilai sisa aset Ijarah yang ditetapkan BMI sebesar 20% untuk jangka waktu 4 tahun g. Opsi perpindahan kepemilikan dengan penjualan sebesar harga sisa cicilan sewa h. Angsuran dibayar setiap tanggal 19 Sumber: Data Bank Muamalat Indonesia a. Perhitungan margin ijarah 1) Jumlah angsuran (lihat formula jumlah angsuran) AT = 1.323.251 *
0,0091
1 -
1 (1+0.0091) 44
= 36.680 Karena ada grace period selama 4 bulan, jadi n yang dipakai hanya 44 bulan yaitu setelah grace period selesai. Sehingga, jumlah angsuran / tariff sewa yang dibebankan kepada PT. X adalah $ 36.680. 2) Jumlah porsi margin (lihat formula porsi margin) AM1 = 1.323.351 * 0.11/12 = 12.130 Jadi jumlah porsi margin yang pertama kali harus dibayar oleh PT. X adalah $ 12.130. 3) Jumlah porsi pokok (lihat formula porsi pokok) AP5 = 36.680 – 12.130 = 24.550
47
Jadi jumlah porsi pokok yang ke-5 yang harus dibayar oleh PT. X adalalah $ 24.550. b. Pencatatan ayat jurnal transaksi ijarah Bank Muamalat Indonesia merupakan salah satu bank devisa yang diizinkan oleh pemerintah untuk bertransaksi dalam mata uang asing, sehingga pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia dapat langsung mencatat jurnalnya dalam mata uang asing. Keuntungan atau kerugian dari selisih kurs akan diakui pada saat penyajian dalam neraca ketika Bank Muamalat Indonesia mengkonversi mata uang asing ke dalam rupiah dengan menggunakan system. Berikut dibawah ini adalah pencatatan transaksi-transaksi yang terjadi selama masa akad ijarah berlangsung, yaitu : 1) Pada saat pembelian barang oleh bank dari supplier secara tunai Pada tanggal 14 September 2007 Bank Muamalat Indonesia membeli mesin genset dengan harga perolehan sebesar US$ 1,323,251 dari supplier (PT. Showa) dengan kurs Rupiah Rp. 9.123. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia untuk pembelian aktiva ijarah, ialah : Dr. aktiva
US$ 1.323.251 Cr. kas
US$ 1.323.251
(Kurs pada tanggal 14 sept 2007 sebesar Rp. 9.123)
48
Aktiva dan kas masuk pada Neraca pada Aktiva sebesar US$ 1.323.251. 2) Pada saat pelaksanaan akad ijarah (transaksi ijarah antara bank Muamalat Indonesia dengan PT. X) Pada saat akad Ijarah dilaksanakan yakni tanggal 18 september 2007, antara bank mualamat Indonesia dengan PT.X, maka sejak saat itu (18 september2007) PT.X sudah berkewajiban membayar sewa setiap tanggal 19. 3) Pada saat bank mengakui pendapatan dari biaya administrasi Pada saat akad ijarah dilaksanakan yaitu tanggal 18 September 2007, ada biaya administrasi yang harus dibayar oleh PT. X yaitu sebesar US$ 500 dengan kurs Rupiah pada saat itu (18 september 2007) sebesar Rp. 9.138 dan bank akan mencatatnya sebagai pendapatan fee ijarah, maka pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia, adalah : Dr. kas
US$ 500 Cr. Pendapatan administrasi
US$ 500
(kurs pada tanggal 18 September 2007 sebesar Rp. 9.138.) Kas masuk pada neraca sebesar US$ 500 dan pendapatan operasional masuk pada laba rugi sebesar US$ 500.
49
Pada tanggal 30 september 2007, terdapat margin yang sudai diakui, yaitu dari tanggal 18 september hinga 30 september, selama 13 hari. Pencatatan jurnalnya adalah : Dr. Pendapatan yang masih harus diterma
US$. 5.200
Cr. Pendapatan Margin
US$. 5.200
(13 : 30 x 12.130) (kura pada tanggal 30 September 2007 Rp. 9.235) Pencatatan jurnal untuk keuntungan selisih kurs: Pada saat dibukukan tanggal 30 September 2007: ($. 500 x 9.235)
Rp.4.617.500
Biaya administrasi yang diterima pada tanggal 18 september 2006 : ($. 500 x 9.138 )
Rp. 4.569.000
Selisih kurs - keuntungan
Rp.
48.500
Laporan Neraca Bank Muamalat Indonesia Per Tanggal 30 September 2007 Aktiva Kas
Rp. 4.617.500
($ 500 x Rp. 9.235) Aktiva yang dieroleh untuk Ijarah
Rp. 12.072.018.870
($ 1.323.251 x Rp. 9.123) Pendapatan yang harus masih diterima
Rp. 48.022.000
($ 5.200 x Rp. 9.235) Total aset
Rp. 12.124.658.370
50
Keterangan: a) Untuk akun Aktiva yang diperoleh untuk Ijarah sebesar US$.
1.323.251,
dilaporkan
dengan
kurs
tanggal
transaksi,yakni sebesar Rp. 9.123. karna aktiva yang diperoleh untuk Ijarah termasuk kedalam pos non moneter. b) Untuk pendapatan yang masih harus diterima yang sebagian marginya sudah diakui sebesar US$. 5.200 dilaporkan dengan kurs tanggal neraca,yakni sebesar Rp 9.235. sehingga muncul di neraca sebesar Rp. 48.022.000. c) Untuk akun Pendapatan administrasi sebesar US$.500 dilaporkan dengan kurs tanggal transaksi sebesar Rp. 9.235. sehingga muncul di laporan laba rugi sebesar Rp 4.617.500. Begitu juga pendapatan margin sebesar US$. 5.200 dilaporkan dengan kurs tanggal transaksi sebesar Rp. 9.235. sehingga angka yang muncul dalam laba rugi sebesar Rp. 48.022.000.
51
Laporan Laba Rugi Bank Muamalat Indonesia per Tanggal 30 September 2007 Rp. 4.569.000
Pendapatan Administrasi ($ 500 x Rp. 9.138) Selisih kurs-keuntungan
Rp. 48.500 Rp. 48.022.000
Pendapatan margin ($ 5.200 x Rp. 9.235) Total pendapatan
Rp. 52. 639.500
4) Pada saat bank menerima angsuran di grace period atau mengakui pendapatan sewa dari PT. X Pada tanggal 19 Oktober Bank Muamalat Indonesia sepakat dengan PT. X bahwa uang sewa yang didapatkan bank tiap bulannya ialah US$ 36.680 (lihat tabel angsuran), kecuali pada saat grace period untuk 4 bulan pertama PT. X hanya membayar sebesar porsi marginnya saja yaitu US$ 12.130. Pencatatan yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia padaa saat grace period, yaitu: Dr. kas
US$. 12.130 Cr. Pendapatan margin
US$. 6.930
Cr. Pend. yang masih harus diterima US$. 5.200 (kurs tanggal 19 Oktober 2007 Rp. 9.158)
52
Terdapat selisih kurs terhadap pendapatan yang masih harus diterima per September dengan penerimaan secara cash di bulan Oktober, dengan rincian sebagai berikut: Tanggal 30 September 2007 (sebagai pendapatan yang masih harus diterima) : US$. 5200 x Rp. 9.235 =
Rp. 48.022.000
Tanggal 19 oktober 2007 (diterima secara cash) : US$. 5200 x Rp. 9.158 =
Rp. 47.621.600
Selisih kurs – kerugian
Rp.
400.400
Maka pencatatannya jurnalnya adalah: Dr. selisih kurs – kerugian
Rp. 400.400
Cr. Pendapatan yang masih harus diterima
Rp. 400.400
Laporan Neraca Bank Muamalat Indonesia per Tanggal 31 Oktober 2007 Aktiva Kas
Rp. 111.086.40
($ 12.130 x Rp. 9.158) Aktiva yang diperoleh untuk Ijarah
Rp. 12.072.018.870
($ 1.323.251 x Rp. 9.123) Total Aktiva
Rp. 12.183.105.410
53
Laporan Laba Rugi Bank Muamalat Indonesia per Tanggal 31 Oktober 2007 Pendapatan margin
Rp. 63.464.940
($ 6.930 x Rp. 9.158) Selisih kurs-kerugian Total pendapatan
(Rp. 400.400 Rp. 63.064.540
Laporan Neraca per 30 November 2007
Aktiva Rp. 110.989.500 Kas ($ 12.130 x Rp. 9.150) Rp. 12.072.018.870 Aktiva yang diperoleh untuk Ijarah (US$ 1.323.251 x Rp. 9.123) Total aset Rp. 12.183.008.370
Laporan Laba Rugi per 30 November 2007 Pendapatan margin
Rp. 110.989.500
(US$ 12.130 x Rp. 9.150) Total pendapatan
Rp. 110.989.500
54
5) Pada saat PT. X membayar angsuran di bulan Desember yang telah jatuh tempo Bank Muamalat Indonesia mengakui pembayaran sewa yang telah jatuh tempo sebaga pendapatan yang masih harus diterima. Pada saat angsuran sewa yang ketiga yang jatuh tempo pada tanggal 19 Desember 2007 dengan kurs rupiah sebesar Rp. 9.156 yaitu sebesar US$ 12.130. PT. X belum melakukan pembayaran, sehingga Bank Muamalat Indonesia mengakui adanya pendapatan yang masih harus diterima pada tanggal 31 Desember 2007. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia untuk mengakui angsuran sewa ke-3 yang telah jatuh tempo, ialah: Dr. Pendapatan yang masih harus diterima
US$ 12.130
Cr. Pendapatan margin US$
12.130
Dikarenakan Bank Muamalat Indonesia pada saat tanggal 31 Desember 2007 harus membuat pelaporan, sehingga aka nada penyesuaian untuk seluruh pendapatan sewa yang telah diterima. 6) Pencatatan yang dlakukan oleh PT. Bank Muamalat Indonesia untuk mengakui pendapatan Ijarah pada saat grace period selesai Dr. kas
US$. 36.680 Cr. Pendapatan sewa ijarah
US$. 36.680
Jumlah pendapatan Ijarah sebesar US$ 36.680 merupakan penjumlahan dari porsi pokok dan porsi margin
55
7) Pada saat mengakui adanya biaya perbaikkan rutin dan biaya pemeliharaan Secara prinsip aktiva Ijarah adalah milik Bank Muamalat Indonesia, sehingga biaya perbaikkan rutin dan pemeliharaan atas aktiva Ijarah tersebut menjadi tanggung jawab Bank Muamalat Indonesia dan diakui pada saat terjadinya, tetapi bila biaya perbaikkan rutin dan pemeliharaan itu terjadi karena kelalaian atau kesalahan musta’jir. Bank Muamalat Indonesia akan melakukan penelitian terlebih dahulu terhadap biaya perbaikkan rutin dan pemeliharaan yang nantinya akan dibebankan kepada bank. Pada tanggal 12 Maret 2008, PT. X memberikan informasi kepada Bank Muamalat Indonesia bahwa ada biaya pemeliharaan aktiva Ijarah sebesar US$ 925 dengan kurs Rupiah pada saat itu sebesar Rp. 9.165. Maka pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia, adalah: Dr. Beban perbaikan aktiva ijarah Cr. Kas
US$ 925 US$ 925
(kurs pada tanggal 12 Maret 2008 sebesar Rp. 9.165) 8) Metode penyusutan aktiva Ijarah Penyusutan aktiva Ijarah yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia menggunakan metode straight line method. Aktiva disusutkan hanya 80% dari nilai aktiva sebesar US$ 1.323.251.
56
(US$ 1.323.251 x 80%) = Rp. 1.058.600 x Rp. 9.123 = Rp. 9.657.607.800 Jadi nilai buku (sisa buku) adalah sebesar Rp. 2.414.411.073 (US$. 1.323.251 x Rp. 9.123 = Rp. 12.072.018.870 – Rp. 9.657.607.800) c. Pencatatan ayat jurnal transaksi Ijarah Muntanhiyah Bit Tamlik 1) Pada saat diawal akad, permohonan fasilitas pembiayaan yang diajukan oleh PT. X adalah fasilitas pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik, sehingga ketentuan penyusutan yang berlaku pada Bank Muamalat Indonesia yaitu sesuai dengan masa sewanya, jadi besarnya penyusutan aktiva Ijarah tergantung berapa lama masa sewanya. Sesuai dengan contoh kasus diatas, nilai sisa dari aktiva Ijarah diperkirakan oleh Bank Muamalat Indonesia sebesar 20% dan masa sewa diketahui selama 4 tahun. Jadi penyusutan aktiva Ijarah perbulannya adalah: = Harga perolehan – (20% * Harga Perolehan) 4 = 1.323.251 – (20% * 1.323.251) 4 = $ 264.650 (penyusutan pertahun) Jadi, penyusutan tiap bulannya pada akhir pelaporan, ialah: = 1/12 * 264.650 = $ 22.054 (penyusutan per bulan)
57
2) Pada saat perpindahan hak milik objek sewa melalui penjualan objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan Pada saat diawal akad, PT. X mempunyai hak opsi perpindahan kepemilikkan melalui penjualan objek sewa dengan harga sebesar cicilan sebelum berakhirnya masa sewa dan Bank Muamalat Indonesia nantinya akan mengakui keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku bersih objek sewa. Sesuai dengan contoh kasus diatas bahwa masa Ijarah selesai pada tanggal 19 September 2011, maka dengan itu penulis menggunakan asumsi bahwa pada tanggal 19 Maret 2011, PT. X menggunakan hak opsinya untuk membeli objek sewa sebesar sisa sewa yaitu 5 bulan sewa sebesar US$ 183.400. karena angsuran sudah berjalan selama 43 bulan dan beban penyusutan aktiva sampai dengan bulan Desember 2010 sebesar US$ 860.106 (US$ 22.054 x 39). Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia untuk mengetahui nilai buku dari aktiva Ijarah: Dr. Akumulasi penyusutan
US$. 860.106
Cr. Aktiva Ijarah
US$. 860.106
Beban penyusutan aktiva sampai dengan bulan Desember tahun 2010 sudah dilakukan selama 39 bulan. (US$. 22.054 x 39) = US$ 860.106 (US$. 860.106 x Rp. 9.123) = Rp. 7.846.747.038
58
Aktiva Ijarah (US$ 1.323.251 x Rp. 9.123) = Rp. 12.072.018.870 Sehingga nilai buku dari aktiva Ijarah menjadi sebesar Rp. 4.225.271.832 (Rp. 12.072.018.870 – Rp. 7.846.747.038) Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat nasabah melakukan pelunasan dipercepat tanggal 19 Maret 2011: Dr. Kas (US$. 183.400 x Rp. 9.125) Rp. 1.673.525.000 Cr. Aktiva Ijarah
Rp. 1.673.525.000
Keterangan: Saldo aktiva ijarah
Rp. 4.225.271.832
Awal Maret 2011 Nasabah melakukan pelunasan
Rp. 1.673.525.000
Tanggal 19 Maret 2011 Nilai buku aktiva setelah adanya
Rp. 2.551.746.832
Pelunasan dipercepat oleh nasabah Karena pada mesin tersebut sudah menjadi hak milik nasabah. Jurnalnya adalah: Dr. Biaya kerugian aktiva ijarah Cr. Aktiva ijarah
Rp. 2.551.746.832 Rp. 2.551.746.832
Pendapatan sewa bulan Februari diterima di bulan Maret: Dr. Kas Cr. Pendapatan margin
US$. 2.270 US$. 2.270
59
Laporan Neraca Bank Muamalat Indonesia per Tanggal 31Maret 2011 Aktiva Kas
Rp. 1.694.238.750
($ 185.670 x Rp. 9.125) Aktiva Ijarah
0
Total Aktiva
Rp. 1.694.238.750
Keterangan: Kas sebesar US$. 249.901 (US$. 247.631 + 2.270) Menggunakan kurs tanggal transaksi sebesar Rp. 9.125. Untuk akun Aktiva yang diperoleh untuk Ijarah sebesar US$. 1.323.251, dilaporkan dengan kurs tanggal transaksi,yakni sebesar Rp. 9.123. karna aktiva yang diperoleh untuk Ijarah termasuk kedalam pos non moneter. Laporan Laba Rugi Bank Muamalat Indonesia per Tanggal 31Maret 2011
Pendapatan dan beban operasional Rp. 20.713.750 Pendapatan margin (19 Maret 2011) (US$ 2.270 x Rp. 9.125) (Rp. 2.551.746.832) Beban operasional lainnya Kerugian penjualan aktiva (Rp. 2.531.033.082)
60
d. Kesesuaian perlakuan akuntansi transaksi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik dengan PSAK No. 107 Setelah memperhartikan bagaimana perlakuan akuntansi mengenai transaksi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik yang ada di Bank Muamalat Indonesia melalui contoh di atas, penulis akan mencoba menganalisa apakah perlakuan akuntansi yang ada di PT. Bank Muamalat Indonesia tentang pembiayaan Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, yaitu PSAK 107 mengenai perlakuan akuntansi Ijarah. Analisa tersebut disesuaikan dengan contoh kasus yang ada, berikut dibawah ini analisa yang dapat diambil oleh penulis, yakni: Tabel 4.2 Perbandingan Perlakuan Akuntansi Transaksi Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik pada Bank Muamalat Indonesia dengan PSAK 107 Pencatatan (Pengakuan dan Pengukuran)
No 1.
2.
Perlakuan Akuntansi pada Bank Muamalat Indonesia Bank Muamalat Indonesia dalam mencatat pembelian aktiva yang diperoleh untuk ijarah dicatat sebesar harga perolehan dan diakui pada saat terjadinya pembelian aktiva ijarah. Pencatatan yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia pada saat jatuh tempo pembayaran sewa yaitu diakui sebesar jumlah
Perlakuan Akuntansi menurut PSAK No. 107 Objek sewa diakui sebesar harga biaya perolehan pada saat perolehan objek sewa. Piutang ijarah adalah tagihan yang timbul karena adanya pendapatan sewa
Keterangan Pencatatan yang dilakukan oleh BMI pada saat membeli aktiva ijarah telah sesuai dengan PSAK No.107. Pencatatan yang dilakukan oleh BMI pada saat mengakui piutang ijarah
61
3.
sewa yang belum diterima yang belum oleh Bank Muamalat diterima, piutang Indonesia ijarah diakui pada saat jatuh tempo sebesar sewa yang belum diterima. Pendapatan sewa ijarah Pendapatan Bank Muamalat Indonesia sewa ijarah dicatat sebesar nilai diakui selama bersihnya dan diakui selama masa akad masa akad, yang didalamnya secara terdapat nilai porsi pokok proposional dan serta nilai porsi margin. dicatat sebesar nilai bersihnya.
4.
Pada saat mengakui pendapatan dari biaya administrasi, Bank Muamalat Indonesia mencatat pendapatan operasional disebelah kredit dan uang cash yang diterima disebelah debit.
PSAK 107 dan PAPSI belum mengatur secara rinci mengenai pencatatan pada saat Bank Muamalat Indonesia mengakui penpadapatan dari biaya administrasi.
6.
Bank Muamalat Indonesia mengakui adanya penyusutan pada aktiva ijarah, metode penyusutan yang digunakn oleh Bank Muamalat
Objek sewa disusutkan sesuai dengan kebijakan penyusutan
yang telah jatuh tempo telah sesuai dengan PSAK No.107.
Pencatatan yang dilakukan oleh BMI pada saat mengakui adanya pendapatan sewa ijarah telah sesuai dengan PSAK No.107. Karena belum ada aturan khusus dalam PSAK No.107 mengenai pencatatan pada saat mengakui Pendapatan ijarah dari biaya administrasi, maka BMI membuat pencatatan sendiri untuk mengakui pendapatan ijarah dari biaya administrasi yang nantinya akan masuk kedalam pendapatan operasinal utama lainnya. Pencatatan yang dilakukan oleh BMI pada saat mengakui adanya
62
Indonesia ialah Straight line method untuk transaksi ijarah, sedangkan untuk transaksi ijarah muntanhiyah bit tamlik, aktiva ijarah disusutkan sesuai dengan masa sewanya.
7.
Bank Muamalat Indonesia mengakui perpindahan hak milik objek sewa melalui penjualan objek sewa sebesar harga cicilan dalam transaksi ijarah muntanhiyah bit tamlik diakui ketika musta’jir membeli objek sewa. Bank juga mengakui keuntungan atau kerugian sebesar selisih harga jual dengan nilai buku.
8.
Bank Muamalat Indonesia dalam menyusun laporan keuangannya menggunakan asumsi dasar accrual basis, yaitu mengakui pendapatan dan beban pada saat terjadinya transaksi, kecuali untuk pendapatan yang ditujukan untuk bagi hasil
pemilik objek sewa untuk aktiva sejenis jika merupakan transaksi ijarah dan masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntanhiyah bit tamlik. Perpindahan hak milik objek sewa dalam ijarah muntanhiyah bit tamlik melalui penjualan objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli objek sewa. Pemilik objek sewa mengakui keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih antar harga jual dengan nilai buku bersih objek sewa Asumsi dasar yang digunakan untuk membuat laporan keuangan adalah accrual basis, kecuali untuk pendapatan yang ditujukan untuk
penyusutan pada aktiva ijarah telah sesuai dengan PSAK No.107.
Pencatatan yang dilakukan oleh BMI pada saat mengakui adanya perpindahan kepemilikan hak milik objek sewa sebesar harga cicilan dalam transaksi ijarah muntanhiyah bit tamlik telah sesuai dengan PSAK No.107
Untuk asumsi dasar yang digunakan untuk membuat laporan keuangan yang digunakan oleh BMI telah sesuai dengan PSAK
63
menggunakan cash basis.
bagi hasil yaitu Menggunakan cash basis.
No. 107 dan yaitu accrual basis, kecuali pendapatan yang ditujukan untuk bagi hasil yaitu menggunakan cash basis.
Sumber : Data yang Diolah 2013 Tabel 4.3 Kesesuaian Penyajian Akuntansi Ijarah pada Bank Muamalat Indonesia dengan PSAK 107 Penyajian No.
Perlakuan Akuntansi Pada Bank Muamalat Indonesia
1.
Pada Bank Muamalat Indonesia, objek sewa yang dibeli sebesar harga perolehan dengan tujuan untuk disewakan kembali disajikan dalam neraca pada pos aktiva yang diperoleh untuk ijarah.
2.
Sedangkan untuk akumulasi penyusutan aktiva ijarah, BMI menyajikannya sebagai pos lawan dari aktiva yang diperoleh untuk ijarah.
Sumber : Data yang Diolah 2013
Perlakuan Akuntansi Menurut PSAK 107 Objek sewa yang dibeli bank untuk disewakan kembali disajikan dalam neraca pada pos aktiva ijarah.
Akumulasi penyusutan aktiva ijarah disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari aktiva ijarah.
Keterangan
Penyajian yang dilakukan oleh BMI untuk aktiva Ijarah yang diperoleh telah sesuai dengan PSAK 107.
Penyajian yang dilakukan oleh BMI untuk akumulasi penyusutan aktiva ijarah telah sesuai dengan PSAK 107.
64
Tabel 4.4 Kesesuaian Pengungkapan Akuntansi Ijarah Pada Bank Muamalat Indonesia dengan PSAK 107 Pengungkapan No.
Perlakuan Akuntansi Pada Bank Muamalat Indonesia
1.
Kebijakkan akuntansi yang ada di BMI juga diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, yaiut kebijakkan bank dalam menggunakan metode penyusutan pada transaksi Ijarah dan Ijarah Muntanhiyah Bit Tamlik. Untuk transaksi ijarah, metode penyusutan yang dipakai adalah straight line method, sedangkan untuk transaksi Ijarah Muntanhiyah Bit Tamlik disusutkan sesuai dengan masa sewa. Sumber: Data yang Diolah 2013
Perlakuan Akuntansi Menurut PSAK 107 Hal-hal yang harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan yaitu kebijakkan akuntansi yang digunakan oleh pihak-pihak atas transaksi Ijarah dan Ijarah Muntanhiyah Bit Tamlik.
Keterangan
Pengungkapan yang dilakukan oleh BMI dalam hal pengungkapan kebijakan akuntansi yang ada di bank telah sesuai dengan PSAK 107.
B. Perhitungan Leasing Sesuai dengan PSAK 30 Perhitungan leasing menggunakan contoh kasus yang hampir mirip dengan kasus dari Bank Muamalat hanya ada beberapa tambahan jenis nominalnya, ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara leasing dengan ijarah sesuai dengan PSAK 30 dan PSAK 107. Contoh Kasus PT. X yang bergerak di bidang rental membuat perjanjian lease dengan Bank Konvensional untuk mesin genset. Periode Lease 24 bulan (2 tahun) dimulai 17 Mei 2012, jatuh tempo pada tanggal 17 setiap bulannya.
65
Harga pembelian
Rp. 100.000.000
Simpanan jaminan
Rp. 40.000.000
Jumlah pembiayaan
Rp. 60.000.000
Tingkat bunga flat : 18,90 % per tahun Biaya administrasi Rp. 500.000 Biaya transportasi Rp. 1.000.000 Pendapatan bunga yang ditanguhkan = Rp. 60.000.000 x 18,90 % x 2 = Rp. 22.752.000 Jumlah piutang
= Rp. 60.000.000 + Rp. 22.752.000 = Rp. 82.752.000
Anguran per bulan
= Rp. 82.752.000 / 24 = Rp. 3.448.000
Jurnal yang dicatat: 1. Jurnal pada awal periode lease Aktiva tetap lease
Rp.100.000.000
Hutang pada lease
Rp. 60.000.000
Simpanan jaminan
Rp. 40.000.000
Hutang pada lesee
Rp. 60.000.000
Pendapatan jasa administrasi
Rp. 500.000
Hutang lain-lain
Rp. 1.000.000
Bank rekonsiliasi dislokasi kredit
Rp. 58.500.000
2. Jurnal penerimaan angsuran jatuh tempo (penerimaan lease) Kas
Rp. 3.448.000 Piutang lease
Rp. 3.448.000
66
Pendapatan bunga yang ditangguhkan
Rp. 1.650.000
Pendapatan bunga yang sudah direalisasikan
Rp. 1.650.000
3. Jurnal pelunasan (lessee melunasi secara normal 17 April 2014) Kas
Rp. 3.448.000 Piutang
Rp. 3.448.000
Pendapatan bunga yang belum direalisasi
Rp. 88.460
Pendapatan bunga yang sudah direalisasi
Rp. 88.460
4. Apabila lessee melakukan kelalaian sesuai dengan perjanjian maka lessor akan menarik mesin genset Piutang barang tarikan Piutang lease
Rp. xxx Rp. xxx
(jumlahnya sesuai dengan sisa hutang lease) 5. Jurnal mengakui pendapatan bunga Piutang lease
Rp. 82.752.000
Nilai residu
Rp. 40.000.000
Aktiva tetap lease
Rp. 100.000.000
Pendapatan bunga yang ditangguhkan
Rp. 22.752.000
6. Jurnal mengakui pendapatan denda Misal PT X membayar angsuran leasing tanggal 22 Juli 2012, maka tanggal 22 Juli 2012 bank akan mengenakan denda pada PT X sebesar = 0,2 % x 5 x Rp. 3.448.00 = Rp. 379.280
67
Kas
Rp. 3.827.280 Pendapatan denda
Rp. 379. 280
Piutang lease
Rp. 3.448.000
7. Jurnal mengakui pendapatan penalti Misal PT X melunasi seluruh hutang leasenya pada tanggal 28 Juli 2013. Sisa pokok pembiayaan Rp. 27.165.310. Besarnya penalti yang dikenakan pada PT x adalah = 0.5% x Rp. 27.165.310 = Rp. 135.827 Kas
Rp. 135.827 Pendapatan penalti
Rp. 135.827
8. Jurnal mengakui pendapatan administrasi Kas
Rp. xxx
Pendapatan administrasi
Rp. xxx
(Jumlahnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku) 9. Jurnal pada saat lessee membeli aktiva lease Misal PT X sebelum akhir periode ingin membeli mesin genset tersebut. Kas Aktiva tetap
Rp. xxx Rp. xxx
(jumlahnya sesuai dengan harga sebesar cicilan sebelum berakhirnya masa sewa)
68
C. Analisis Perbedaan Antara Pembiayaan Konvensional (Leasing) PSAK 30 dan Pembiayaan Syariah (Ijarah) PSAK 107 Dari pengertian di BAB II tentang leasing dan ijarah, sudah jelas bahwa leasing tidak sama dengan ijarah. Menurut PSAK 30 pengertian Leasing adalah suatu perjanjian dimana
lessor memberikan kepada lessee hak untuk
menggunakan suatu asset selama periode waktu yang disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan pembayaran atau serangkaian pembayaran kepada lessor. Sedangkan menurut PSAK 107 pengertian dari Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu asset dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah) tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikkan aset itu sendiri.
Jelaslah leasing tidak sama dengan pembiayaan ijarah. Leasing tunduk pada Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan no.KEP122/MK, no.32/M/SK, no. 30/Kpb semuanya tahun 1974. Yang dirinci dalam KMK no.649, Pengumuman Dirjen Moneter no.Peng307; untuk aspek perpajakan diatur dalam KMK no.650, semuanya tahun 1974. Setelah berbagai aturan yang dikeluarkan di tahun 1974, ada beberapa peraturan lagi yang mengatur tentang leasing, termasuk untuk aspek perpajakan yang diatur dalam UU no.18/2000 dan PP 143 & PP 144 tahun 2000.Sedangkan pembiayaan ijarah tunduk pada UU no.10/1998, SK Dir BI no.32/34/1999, dan berbagai ketentuan perbankan lainnya.
69
Dari contoh kasus dari masing-masing juga terdapat perbedaan antara Ijarah dengan Leasing. Dalam Leasing mengakui adanya pendapatan bunga, pendapatan administrasi, pendapatan denda, pendapatan penalty. Sedangkan dalam Ijarah hanya ada pendapatan administrasi. Selain itu, perbedaannya terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.5 Perbedaan antara Pembiayan Leasing dengan Ijarah No.
Item
1.
Objek
2.
Metode Pembayaran
3.
Alih Kepemilikkan
4.
Sewa Beli
5.
Sale and Lease Back
Ijarah
Leasing
Manfaat barang dan jasa
Manfaat barang saja. Tergantung dan tidak Tidak tergantung tergantung pada kinerja pada kondisi barang objek sewa. yang disewa Sangat jelas: Tidak semuanya Ijarah – tidak ada jelas: IMBT – ada Operating lease – tidak ada Financial lease – ada pilihan untuk membeli atau tidak pada akhir periode. Tidak boleh karena ada Boleh unsure gharar ( tidak jelas) antara sewa dan beli Boleh Boleh
Sumber: Data yang Diolah 2013 a. Objek Objek yang disewakan dalam leasing hanya berlaku untuk sewa menyewa barang saja, terbatas pada manfaat barang saja, tidak berlaku untuk manfaat tenaga kerja. Sedangkan objek yang disewakan dalam ijarah bisa berupa barang dan jasa/tenaga kerja. Ijarah bila diterapkan untuk
70
mendapatkan manfaat barang disebut sewa menyewa dan untuk mendapatkan manfaat tenaga kerja/jasa disebut upah mengupah. Objek yang disewakan dalam ijarah adalah manfaat barang dan manfaat tenaga kerja. Dengan demikian, bila dilihat dari segi objeknya, ijarah mempunyai cakupan yang lebih puas dari pada leasing. b. Metode Pembayaran Dari segi metode pembayaran, leasing hanya memiliki satu metode pembayaran yaitu yang bersifat not contingent to finance artinya pembayaran tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa. Pembayaran ijarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang di sewa (contingent to formance) dan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disewa (not contingent to formance). Ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja objek yang disewa disebut ijarah, gaji dan sewa. Sedangkan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja objek yang disebut jualan atau success fee. c. Pemindahan Kepemilikkan (Transfer of aTitle) Dari aspek perpindahan kepemilikkan dalam leasing dikenal dua jenis yaitu operating lease dimana tidak terjadi pemindahan kepemilikkan baik di awal maupun di akhir periode sewa dan financial lease sebaliknya. Ijarah sama seperti operating lease yakni tidak ada transfer of title baik di awal maupun di akhir periode, namun pada akhir sewa dapat dijual barang yang disewakan kepada nasabah yang dalam perbankan syariah dikenal
71
dengan ijarah muntanhiyah bit tamlik. Harga sewa dan harga jual disepakati paa awal perjanjian.