40
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A.
Analisis Hasil 1.
Hasil Perhitungan Variabel Independen Model Altman (z-score)
Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa rumus (formula) Model Altman adalah sebagai berikut: Z-score = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5 Keterangan : Aktiva lancar-hutang lancar X1 = Working capital to total assets = -----------------------------------------Total Aktiva
Laba yang ditahan X2 = Retained earning to total assets = -------------------------Total aktiva X3 = Earning before interest and tax to total assets Laba sebelum bunga dan pajak = --------------------------------------------Total aktiva
41
Nilai buku ekuitas X4 = Book value of equity to book value of debt = --------------------------------------Nilai buku total hutang
Penjualan X5 = sales to total assets = ------------------------------Total aktiva Setelah nilai X1, X2, X3, X4 dan X5 hasilnya telah dihitung, maka nilai zscore bisa dihitung bersadarkan rumus di atas. Nilai z-score kemudian diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang mencerminkan kondisi keuangan perusahaan, yaitu : a)
Jika nilai z-score lebih besar dari 2,90 (z-score >2,90), maka kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan sehat.
b)
Jika nilai z-score diantara 1,20 sampai dengan 2,90 (1,20 < z-score < 2,90), maka kondisi keuangan perusahaan dianggap dalam keadaan rawan kebangkrutan (grey area).
c)
Jika nilai z-score lebih kecil dari 1,20 (z-score<1,20), maka kondisi keuangan perusahaan dalam keadaan bangkrut/memiliki resiko kebangkrutan yang tinggi di masa depan.
1)
Hasil Perhitungan X1 (working capital to total assets) Menurut Adnan dan Taufiq (dalam Liliana, 2009 ;46), rasio X1 yaitu
working capital/total assets merupakan rasio yang mendeteksi likuditas dari total
42
aktiva dan posisi modal kerja netto. Dalam hal ini, modal kerja (working capital) diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-indikator kebangkrutan dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator dalam internal perusahaan tersebut bisa berupa : ketidakcukupan kas, utang dagang yang membengkak, harta kekayaan menurun dan penambahan utang yang tidak terkendali. Tabel 4.1 Perhitungan X1 pada PT Matahari Putra Prima, Tbk dan PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk
Tahun
Matahari X1 0,2914 0,0561 0,1819 0,2052 0,0632 0,2880
Perubahan
2007 2008 -80,74% 2009 224,16% 2010 12,78% 2011 -69,21% 2012 355,79% Rata0,1810 88,56% rata Sumber : lampiran 5 dan 6
Ramayana X1 0,4194 0,3748 0,3530 0,3613 0,3599 0,3554
Perubahan
0,3706
-3,15%
-10,63% -5,83% 2,37% -0,40% -1,24%
Perubahan variabel X1 mulai dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 pada perusahaan perdagangan retail relatif berfluktuasi. Nilai varibel X1 PT Matahari Putra Prima, Tbk sangat fluktuatif, namun masih mengalami kenaikan rata-rata 88,56%. Sedangkan variabel X1 pada PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk
43
relatif menurun tetapi rata-ratanya masih lebih tinggi dari rata-rata nilai variabel X1 PT Matahari Putra Prima, Tbk yaitu sebesar 0,3706. Pada tahun 2008, PT Matahari Putra Prima, Tbk mengalami penurunan drastis
nilai variabel X1 sebesar 80,74%. Penurunan juga terjadi pada nilai
variabel X1 PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk tetapi hanya sebesar 10,63%. Pada tahun 2009, kinerja PT Matahari Putra Prima, Tbk kembali membaik dengan meningkatnya nilai variabel X1 sebesar 224,16%, sedangkan nilai variabel X1 pada PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk kembali menurun sebesar 5,83% dibandingkan tahun sebelumnya. PT Matahari Putra Prima, Tbk antara tahun 2007-2012 mengalami penurunan nilai variabel X1 secara signifikan pada tahun 2008 dan 2009, tetapi kemudian dapat memperbaiki kinerjanya dengan naiknya nilai variabel X1 pada tahun 2009 dan 2012 sebesar 224,16% dan 355,79%. Sedangkan PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk selama tahun 2007-2012 relatif mengalami penurunan nilai variabel X1, rata-rata sebesar 3,15%. Penurunan variabel X1 pada PT Matahari Putra Prima, Tbk di tahun 2008 sebesar 80,57% disebabkan oleh meningkatnya hutang lancar sebesar 130,62% ,kenaikan aktiva lancar hanya sebesar 14,80% dan kenaikan total aktiva sebesar 16,03%. Seperti telah kita ketahui, variabel X1 dibentuk dari selisih aktiva lancar dengan hutang lancar dibagi dengan total aktiva perusahaan, jika kenaikan hutang lancar lebih besar dari kenaikan aktiva lancar, maka working capital-nya semakin kecil dan kenaikan total aktiva akan semakin memperkecil nilai variabel X1 di
44
tahun 2008. Kenaikan hutang lancar pada PT Matahari Putra Prima, Tbk di tahun 2008
disebabkan
oleh
timbulnya
akun
hutang
notes-bersih
sebesar
Rp1.303.092.000.000, Hutang obligasi-bersih sebesar Rp441.640.000.000,- dan kewajiban kontrak swap sebesar Rp495.230.000.000,Sedangkan penurunan variabel X1 pada PT Matahari Putra Prima, Tbk di tahun 2011 sebesar 69,21% disebabkan oleh penurunan aktiva lancar sebesar 33,21%, tidak sebanding dengan penurunan hutang lancar yang hanya sebesar 3,38%, sehingga terjadi penurunan modal kerja sebesar 72,21%. Seperti penjelasan paragraf sebelumnya, variabel X1 dibentuk dari selisih aktiva lancar dengan hutang lancar dibagi dengan total aktiva perusahaan, jika penurunan aktiva lancar lebih besar dari penurunan hutang lancar, maka working capital-nya semakin kecil sehingga memperkecil nilai variabel X1 di tahun 2011. Penurunan nilai aktiva lancar pada PT Matahari Putra Prima, Tbk di tahun 2011 disebabkan oleh
turunnya
julah
investasi
jangka
pendek
menjadi
hanya
sebesar
Rp382.318.000.000, Piutang Pihak Ketiga menjadi sebesar Rp34.711.000.000,dan persediaan menjadi sebesar Rp1.266.120.000.000,Jika dicermati lagi, pada tahun 2012 terjadi kenaikan signifikan nilai variabel X1 pada PT Matahari Putra Prima, Tbk sebesar 355,79%. Hal ini disebabkan oleh peningkatan aktiva lancar sebesar 40,78%, sehigga meningkatkan modal kerja sebesar 263,69%. Di sisi lain total aktiva mengalami penurunan sebesar 20, 21%.
45
2)
Hasil Perhitungan X2 (Retained earning to total assets) Rasio X2 didapat dari laba ditahan dibagi dengan total aset perusahaan.
Rasio
ini
mengukur
kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh
laba
dibandingkan dengan tingkat perputaran operating assets. Para manajer sangat berkepentingan untuk mengetahuii nilai rasio ini untuk melihat tingkat efisiensi perusahaan. Tabel 4.2 Perhitungan X2 pada PT Matahari Putra Prima, Tbk dan PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk
Tahun
Matahari X2 Perubahan 0,0019 0,0018 -3,05% 0,0019 3,12% 0,0019 1,71% 0,0023 20,86% 0,0032 35,77%
2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata0,0022 11,68% rata Sumber : lampiran 5 dan 6
Ramayana X2 Perubahan 0,0139 0,0150 8,06% 0,0156 4,01% 0,0158 1,27% 0,0160 1,17% 0,0160 -0,03% 0,0154
2,90%
Perubahan nilai variabel X2 pada perusahaan perdagangan retail cenderung fluktuatif. Di tahun 2008, variabel X2 PT Matahari Putra Prima, Tbk mengalami penurunan sebesar 3,05% dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi yang berbeda terlihat dari nilai variabel X2 PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk yang mengalami kenaikan sebesar 8,06%.
46
Di tahun 2009, kinerja PT Matahari Putra Prima, Tbk terlihat membaik dengan meningkatnya nilai variabel X2 sebesar 3,12% sedangkan nilai variabel X2 PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk juga mengalami kenaikan 4,01%. Kenaikan variabel X2 PT Matahari Putra Prima, Tbk yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2011 dan 2012 yaitu masing-masing sebesar 20,86% dan 35,77%. Kenaikan ini disebabkan oleh penurunan nilai Total Aktiva dan kenaikan nilai laba ditahan. Secara keseluruhan, variabel X2 PT Matahari Putra Prima, Tbk mengalami kenaikan sebesar 11,68% dengan rata nilai variabel sebesar 0,0022. Sedangkan PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk, variabel X2-nya mengalami kenaikan sebesar 2,90% dengan nilai variabel sebesar 0,0154. Sedangkan untuk PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk, pada tahun 2008 nilai variabel X2 mengalami kenaikan yang disebabkan oleh kenaikan laba ditahan sebesar 12,50%, sedangkan total aktiva hanya mengalami kenaikan sebesar 4,11%. 3)
Hasil Perhitungan X3 (earning before interest and tax to total assets) Rasio X3 merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang saham dan obligasi. Beberapa indikator yang dapat digunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah piutang dagang yang meningkat, rugi terus-menerus dalam beberapa kuartal, persediaan meningkat, penjualan menurun, penagihan piutang terlambat, kredibilitas perusahaan berkurang, dan kesediaan
47
memberikan kredit pada konsumen yang tidak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan.
Tabel 4.3 Perhitungan X3 pada PT Matahari Putra Prima, Tbk dan PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk
Tahun
Matahari X3 Perubahan 0,0253 -0,0072 -128,46% 0,0354 391,77% 0,4882 1278,64% 0,0159 -96,73% 0,0326 104,68%
2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata0,0984 309,98% rata Sumber : lampiran 5 dan 6
Ramayana X3 Perubahan 0,1621 0,1735 7,05% 0,1259 -27,42% 0,1181 -6,18% 0,1155 -2,21% 0,1215 5,16% 0,1361
-4,72%
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, nilai variabel X3 selama kurun waktu 20072012 cenderung fluktuatif, namun demikian variabel X3 PT Matahari Putra Prima, Tbk masih meningkat 309,98% rata-rata setiap tahunnya. Kondisi yang berbeda terjadi pada nilai variabel X3 pada PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk menurun 4,72% rata-rata setiap tahunnya. Menurunnya nilai variabel X3 sebesar 128,46% pada PT Matahari Putra Prima, Tbk di tahun 2008 disebabkan oleh menurunnya EBIT sebesar 133,02% menjadi Rp70.570.000.000. Di sisi lain, total aktiva mengalami kenaikan sebesar 16,03%, sehingga semakin menurunkan nilai variabel X3. Jika diperhatikan lebih seksama, terjadi kenaikan signifikan nilai variabel X3 di tahun 2009 sebesar
48
391,77%. Ini terjadi akibat terjadi peningkatan EBIT sebesar 429,88% menjadi Rp373.934.000.000, total aktiva meningkat namun hanya sebesar 7,75%. Di tahun 2010 terjadi peningkatan nilai variabel X3 sebesar 1278,64%, hal ini disebabkan oleh peningkatan drastis nilai EBIT sebesar 1390%. Peningkatan signifikan nilai EBIT
disebabkan
oleh
adanya
laba
pelepasan
entitas
anak
sebesar
Rp5.518.619.000.000. 4)
Hasil Perhitungan X4 (book value equity to book value of debt) Rasio X4 yaitu book value of equity/book value of total debt yang
melambangkan solvabilitas (leverage) atau kemampuan finansial jangka panjang dari suatu perusahaan. Tabel 4.4 Perhitungan X4 pada PT Matahari Putra Prima, Tbk dan PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk
Tahun
Matahari X4 Perubahan 0,6239 0,4739 -24,04% 0,4888 3,14% 1,6689 241,43% 1,2049 -27,80% 0,8781 -27,12%
2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata0,8898 33,12% rata Sumber : lampiran 5 dan 6
Ramayana X4 Perubahan 2,9441 3,4401 16,85% 3,3568 -2,42% 3,3275 -0,87% 3,0964 -6,94% 2,9490 -4,76% 3,1857
0,37%
Variabel X4 pada kedua perusahaan sangat fluktuatif seperti variabel terdahulu. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai variabel X4 tahun 2008
49
PT Matahari Putra Prima, Tbk turun sebesar 24,04% menjadi 0,4739. Sedangkan untuk varabel X4 PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk menunjukkan kondisi yang berbeda dengan adanya kenaikan sebesar 16,85% menjadi 3,4401. Kondisi tahun 2009 kembali menunjukkan kondisi yang sebaliknya, variabel X4 PT Matahari Putra Prima, Tbk naik sebesar 3,14% sedanglah variabel X4 PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk turun sebesar 2,42%. Secara rata-rata variabel X4 PT Matahari Putra Prima, Tbk naik sebesar 33,12% seedangkan variabel X4 PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk masih positif 0,37%. Penurunan variabel X4 pada PT Matahari Putra Prima, Tbk di tahun 2008 disebabkan oleh menurunnya ekuitas yang dimiliki perusahaan sebesar 2,90% dan kenaikan total hutang perusahaan sebesar 27,84%. Sedangkan di tahun 2009, kenaikan variabel X4 disebabkan oleh kenaikan ekuitas perusahaan 10,02% tetapi kenaikan total hutang perusahaan hanya sebesar 6,67%. Kenaikan variabel X4 PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk di tahun 2008 disebabkan kenaikan ekuitas perusahaan sebesar 8,06% dan penurunan total hutang perusahaan sebesar 7,52%. Sedangkan di tahun 2009, penurunan variabel X4 disebabkan oleh kenaikan total hutang perusahaan sebesar 8.87%. Yang menarik adalah kenaikan signifikan nilai X4 pada PT Matahari Putra Prima, Tbk di tahun 2010 sebesar 241,43% yang disebabkan oleh kenaikan ekuitas perusahaan sebesar 105,98% dan penurunan total hutang perusahaan sebesar 39,67%.
50
5)
Hasil Perhitungan X5 (sales to total assets) Rasio X5 adalah sales/total assets merupakan rasio-rasio yang mengukur
aktivitas perusahaan. Dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan revenue. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah aktivitas perusahaan yang kemudian akan berpengaruh pada rasio-rasio lainnya (rasio X1-X4) adalah pangsa pasar produk menurun, berpindahnya penguasaan pangsa pasar pada pesaing, modal kerja menurun secara drastis, perputaran persediaan menurun, kepercayaan konsumen berkurang dan faktor lain yang mungkin. Tabel 4.5 Perhitungan X5 pada PT Matahari Putra Prima, Tbk dan PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk
Tahun
Matahari X5 Perubahan 1,1565 0,9211 -20,35% 0,9735 5,69% 0,7482 -23,15% 0,8642 15,51% 1,3213 52,89%
2007 2008 2009 2010 2011 2012 Rata0,9975 6,12% rata Sumber : lampiran 5 dan 6
Ramayana X5 Perubahan 1,6955 1,4672 -13,47% 1,3431 -8,46% 1,3698 1,99% 1,3530 -1,22% 1,3993 3,42% 1,4380
-3,55%
51
Di tahun 2008, variabel X5 pada kedua perusahaan cenderung menurun sebesar 20,35% pada PT Matahari Putra Prima, Tbk dan penurunan sebesar 13.47% pada PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk. Penurunan variabel X5 pada PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk di tahun 2008
disebabkan
oleh
penurunan
penjualan
sebesar
9,91%
menjadi
Rp4.407.554.000.000,- dan peningkatan total aktiva perusahaan sebesar 4,11%. Sedangkan di tahun 2009, terjadi penurunan
yang disebabkan oleh turunnya
penjualan sebesar 2.20% menjadi Rp4.310.395.000.000 dan peningkatan aktiva sebesar 6.83%. Penurunan variabel X5 pada PT Matahari Putra Prima, Tbk di tahun 2008 disebabkan
oleh
Penurunan
penjualan
sebesar
7,58%
menjadi
Rp9.027.618.000.000,- dan peningkatan total aktiva perusahaan sebesar 16,03%. Sedangkan di tahun 2009, terjadi peningkatan yang disebabkan oleh naiknya penjualan sebesar 13,88% menjadi Rp10.280.457.000.000,- dan peningkatan aktiva sebesar 7,75%. Sedangkan di tahun 2011 dan 2012, variabel X5 pada PT Matahari Putra Prima, Tbk mengalami peningkatan masing-masing sebesar 15,51% dan 52, 89%. Hal ini disebabkan oleh kenaikan penjualan sebesar 4,26% di tahun 2011 dan 22,00% di tahun 2012. Selain itu total aktiva perusahaan megalami penurunan sebesar 9,74% di tahun 2011 dan 20,21% di tahun 2012.
52
2.
Hasil Perhitungan Z-score Berdasarkan titik cut off metode Altman (Z-score) maka skor 2,90
merupakan ambang batas untuk perusahaan sehat. Dengan demikian, perusahaan yang mempunyai skor di atas 2,90 dapat dikatakan sebagai perusahaan sehat. Sedangkan perusahaan yang mempunyai skor di bawah 1,20 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang berpotensi bangkrut. Kemudian jika skor antara 1,20 sampai 2,90 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang berada pada daerah abu-abu (grey area) atau rawan bangkrut. Tabel berikut ini menyajikan perhitungan Z-score masing-masing perusahaan, yang didasarkan pada laporan keuangan yang tersedia di Bursa Efek Indonesia. Agar lebih mudah dianalisis, disajikan rangkuman hasil perhitungan zscore masing-masing perusahaan antara tahun 2007-2012. Tabel 4.6 Rangkuman Hasil Perhitungan Z-score pada Perusahaan Perdagangan Retail yang Go Public di BEI Nama Perusahaan Tahun
PT Matahari Putra Prima, Tbk
2007 1,7054 2008 1,1377 2009 1,4189 2010 3,1131 2011 1,4654 2012 1,9981 Sumber : lampiran 5 dan 6
RB RB RB S RB RB
PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk 3,7447 3,7296 3,4078 3,4041 3,2813 3,2809
S S S S S S
53
Keterangan : B
: Bangkrut (Z-score < 1,20)
RB
: Rawan Bangkrut/Grey Area (1,20 < Z-score < 2,90)
S
: Sehat (Z-score > 2,90) Gambar 4.1 Rangkuman Hasil Perhitungan Z-score pada Perusahaan Perdagangan Retail yang Go Public di BEI
4,0000 3,5000 3,0000 2,5000 2,0000
PT. Matahari Putra Prima, Tbk
1,5000
PT. Ramayana Lestari Sentosa, Tbk
1,0000 0,5000 0,0000 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa selama tahun penelitian 2007-2012, hanya PT Matahari Putra Prima, Tbk yang mempunyai nilai z-score antara 1,20 sampai 2,90, kecuali di tahun 2010 nilai z-score nya lebih dari 2,90. Sehingga dapat dikatakan perusahaan berada dalam keadaan grey area atau rawan
54
bangkrut. Hal yang berlainan terjadi pada PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk yang berada pada kategori sehat karena Z-score berada di atas 2,90. PT Matahari Putra Prima, Tbk selalu berada pada grey area selama lima tahun karena rendahnya nilai variabel X3 yang memiliki koefisien besar dalam perhitungan nilai z-score. Berdasarkan tabel 4.1- tabel 4.5 , PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk selalu unggul dalam semua variabel dari PT Matahari Putra Prima, Tbk sehingga menghasilkan z-score yang lebih besar dan berada pada posisi sehat. Pada tahun 2007-2012 PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk berada pada posisi sehat walaupun nilai z-score nya terus mengalami penurunan sedangkan PT Matahari Putra Prima, Tbk masih berada pada daerah rawan bangkrut. a) PT Matahari Putra Prima, Tbk Perubahan Nilai Variabel Independen dan Z-score PT Matahari Putra Prima, Tbk relatif fluktuatif. Pada tahun 2008, semua variabel mengalami penurunan. Akibatnya nilai z-score mengalami penurunan sebesar 33,29%.
55
Tabel 4.7 Perubahan Nilai Variabel Independen dan Z-score PT Matahari Putra Prima, Tbk
Tahun
X1
2007
0,2914
2008
0,0561
-80,74%
0,0018
-3,05%
0,0072
-128,46%
0,4739
-24,04%
0,9211
-20,35%
1,1377
-33,29%
2009
0,1819
224,16%
0,0019
3,12%
0,0354
391,77%
0,4888
3,14%
0,9735
5,69%
1,4189
24,72%
2010
0,2052
12,78%
0,0019
1,71%
0,4882
1278,64%
1,6689
241,43%
0,7482
-23,15%
3,1131
119,40%
2011
0,0632
-69,21%
0,0023
20,86%
0,0159
-96,73%
1,2049
-27,80%
0,8642
15,51%
1,4654
-52,93%
2012
0,2880
355,79%
0,0032
35,77%
0,0326
104,68%
0,8781
-27,12%
1,3213
52,89%
1,9981
36,35%
Ratarata
0,1810
88,56%
0,0022
11,68%
0,0984
309,98%
0,8898
33,12%
0,9975
6,12%
1,8064
18,85%
Perubahan
X2
Perubahan
0,0019
X3
Perubahan
0,0253
X4
Perubahan
0,6239
X5
Perubahan
1,1565
Z
Perubahan
1,7054
Sumber : lampiran 5
Pada tahun 2009 dan 2012, nilai semua variabel independen relatif mengalami peningkatan.
b) PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk Perubahan nilai variabel independen pada PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk selama kurun waktu 2007-2012 relatif fluktuatif. Pada tahun 2008, variabel yang mengalami peningkatan yaitu X2, X3 dan X4, sedangkan variabel yang mengalami penurunan adalah X1 dan X5 Dengan kenaikan sebagian besar variabel tersebut mengakibatkan nilai z-score juga naik sebesar 0,40%.
56
Tabel 4.8 Perubahan Nilai Variabel Independen dan Z-score PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk Tabel 4.8 Perubahan Nilai Variabel Independen dan Z-score PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk
Tahun
X1
Perubahan
X2
Perubahan
0,0139
X3
Perubahan
0,1621
X4
X5
Perubahan
2,9441
Perubahan
1,6955
Z
Perubahan
2007
0,4194
3,7447
2008
0,3748
-10,63%
0,0150
8,06%
0,1735
7,05%
3,4401
16,85%
1,4672
-13,47%
3,7296
-0,40%
2009
0,3530
-5,83%
0,0156
4,01%
0,1259
-27,42%
3,3568
-2,42%
1,3431
-8,46%
3,4078
-8,63%
2010
0,3613
2,37%
0,0158
1,27%
0,1181
-6,18%
3,3275
-0,87%
1,3698
1,99%
3,4041
-0,11%
2011
0,3599
-0,40%
0,0160
1,17%
0,1155
-2,21%
3,0964
-6,94%
1,3530
-1,22%
3,2813
-3,61%
2012
0,3554
-1,24%
0,0160
-0,03%
0,1215
5,16%
2,9490
-4,76%
1,3993
3,42%
3,2809
-0,01%
Ratarata
0,3706
-3,15%
0,0154
2,90%
0,1361
-4,72%
3,1857
0,37%
1,4380
-3,55%
3,4747
-2,55%
Sumber : lampiran 6
Pada tahun 2011, semua variabel kecuali X2,
mengalami penurunan,
sehingga nilai z-score-nya juga ikut mengalami penurunan sebesar 3,61%. B. Pembahasan Sampel dalam penelitian sangat terbatas, hanya diambil 2 (dua) perusahaan sebagai sampel dan sumber data dalam pembahasan ini sehingga tidak begitu representatif dalam menjelaskan keadaan perusahaan perdagangan retail yang ada di Indonesia. Selain itu, metode yang digunakan hanya satu yaitu Metode Altman (z-score) sehingga kurang membuktikan posisi keuangan perusahaan dalam keadaan sehat, rawan bangkrut atau terancam bangkrut. Diharapkan ada metode lain yang dapat digunakan untuk memperkuat kesimpulan yang diperoleh dari perhitungan Metode Alman (z-score).