BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian dan Analisis Data Seperti yang disebutkan dalam bab 3, Opini audit Going Concern diprediksi melalui variabel pertumbuhan perusahaan (Growth), audit report lag (Audit_Report_Lag), dan reputasi KAP (R_KAP). Untuk menginterpretasikan output pada SPSS, hal yang paling penting pertama dilakukan adalah pengujian model fit untuk memastikan apakah hipotesa yang dikembangkan fit dengan data setelah itu dilakukan pengestimasian paramater dan interpretasinya. Berikut ini adalah hasil olahan menggunakan aplikasi software SPSS 20 untuk memprediksi variabel independen terhadap variabel opini audit going concern : Tabel 4.1 berikut ini adalah merupakan tabel yang memperlihatkan presentase jumlah yang siap diuji dan kelengkapannya datanya. Pada tabel tersebut terlihat jumlah sampel yang diuji sebanyak 105 dan tidak ada sampel yang tidak lengkap sehingga semua data dan sampel dapat diikutsertakan dalam analisa data.
35
Tabel 4.1 Output case processing summary model prediksi opini audit going concern Cas e Proces s ing Sum m ary a
Unw eighted Cases Selected Cas es
N Included in A naly sis Mis sing Cases Total
Unselected Cases Total
105 0 105 0 105
Percent 100,0 ,0 100,0 ,0 100,0
a. If w eight is in ef f ect, s ee c las sif ication table f or the total number of cases .
Tabel 4.2 menunjukkan variabel dependen dengan menggunakan variabel dummy yang menunjukkan opini Non Going Concern (0) dan yang menunjukkan opini Going Concern (1).
Tabel 4.2 Dependent Variable Encoding Original Value Non Going Concern Going Concern
Internal Value 0 1
1. Menilai Model Fit Penilaian model fit pada regresi logistik dapat dilakukan dengan menilai overall fit model terhadap data. Hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit adalah : Ho : Model yang dihipotesiskan fit dengan data Ha : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data
36
Data yang digunakan adalah penilaian berdasarkan fungsi likelihood, agar likelihood dapat memprediksi apakah hipotesa yang dikembangkan fit dengan data terlebih dahulu dibandingkan nilai likelihood masing – masing model. Adanya pengurangan nilai antara -2LL awal (initial -2LL function) dengan nilai -2LL pada langkah berikutnya menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit dengan data. Log likelihood pada regresi logistik mirip dengan “sum of square error” pada model regresi, sehingga penurunan log likelihood menunjukkan model regresi semakin baik. Berikut adalah hasil perbandingan -2LL awal (number 0) dengan -2LL pada langkah berikutnya (number 1 methode: Enter).
Tabel 4.3 Output table -2 LogLikelihood Block Number 0 model prediksi opini audit going concern a,b,c Iteration History
Iteration Step 1 0 2 3 4
-2 Log likelihood 84,658 82,492 82,462 82,462
Coef f icients Cons tant -1,467 -1,822 -1,871 -1,872
a. Cons tant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 82,462 c. Es timation terminated at iteration number 4 bec aus e parameter es timates c hanged by less than ,001.
37
Tabel 4.4 Output table -2 Log Likelihood Number 1 Methode : Enter Model prediksi opini audit going concern a,b,c,d Iteration History
Iteration Step 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
-2 Log likelihood 69,286 57,882 53,889 52,530 52,068 51,901 51,839 51,817 51,809 51,806 51,805 51,804 51,804 51,804 51,804 51,804 51,804 51,804 51,804 51,804
Cons tant -1,497 -2,638 -3,861 -4,599 -4,791 -4,807 -4,808 -4,808 -4,808 -4,808 -4,808 -4,808 -4,808 -4,808 -4,808 -4,808 -4,808 -4,808 -4,808 -4,808
Coef f icients A udit_Report_ Grow th Lag -,048 ,010 -,074 ,025 -,086 ,041 -,089 ,050 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053 -,089 ,053
R_KAP -1,249 -2,324 -3,371 -4,402 -5,415 -6,418 -7,419 -8,420 -9,420 -10,420 -11,420 -12,420 -13,420 -14,420 -15,420 -16,420 -17,420 -18,420 -19,420 -20,420
a. Method: Enter b. Cons tant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 82,462 d. Es timation terminated at iteration number 20 bec aus e maximum iterations has been reached. Final solution cannot be f ound.
Pada table 4.3 terdapat nilai -2Log Likelihood untuk model 0 atau model awal tanpa disertakan variabel independent sebesar 84.658, sedangkan pada table 4.4 terdapat nilai -2Log Likelihood untuk model 1 atau model uji dengan semua
38
variabel independen, yaitu pertumbuhan perusahaan (Growth), audit report lag (Audit_Report_Lag), dan reputasi KAP (R_KAP) yaitu sebesar 69.286. Penurunan nilai -2Log Likehood antara model 0 dan model 1 mengindikasikan model yang dihipotesiskan fit dengan data dan menunjukkan bahwa pada model yang diuji secara signifikan memperbaiki model fit. Dan penurunan nilai -2Log Likehood ini dapat diartikan bahwa penambahan variabel bebas kedalam model dapat memperbaiki model fit serta menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.
Tabel 4.5 Output Omnibus Test of Model Coefficients model opini audit going concern Om nibus Tes ts of Mode l Coe fficients Step 1
Step Bloc k Model
Chi-s quare 30,658 30,658 30,658
df 3 3 3
Sig. ,000 ,000 ,000
Omnibus test of model coefficients adalah tes untuk mengetahui kemampuan semua variabel independen dalam model uji untuk memprediksi pengaruhnya terhadap variabel dependen. Pada table 4.5 terlihat pada step, block, dan model tidak ada perbedaan nilai, ini disebabkan metode yang dipakai adalah metode enter, yaitu metode dimana semua variabel independen bersama-sama diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen.
39
Data tabel Omnibus test of Model Coefficients memberikan nilai chisquare goodness of fit test sebesar 30,658 dengan derajat kebebasan (df) = 3. P value (Sig) = 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Sehingga hasil uji ini signifikan. Chi-square goodness of fit test disini digunakan untuk menguji hipotesis : H0 : Memasukan variabel independen ke dalam model tidak akan menambah kemampuan prediksi model regresi logistik.
2. Menilai Koefisien Determinasi
Tabel 4.6 Output model summary model prediksi opini audit going concern Mode l Sum m ary Step 1
-2 Log Cox & Snell likelihood R Square 51,804 a ,253
Nagelkerke R Square ,465
a. Es timation terminated at iteration number 20 bec aus e maximum iterations has been reached. Final s olution c annot be f ound.
Koefisien Cox & Snell R Square pada tabel 4.6 yaitu model summary dapat diintepretasikan seperti koefisien determinasi R² pada regresi linier berganda, namun karena nilai maksimum Cox & Snell R Square lebih kecil dari satu maka sulit untuk diinterpretasikan seperti R² dan jarang digunakan. Koefisien Nagelkerke R Square pada tabel model summary merupakan modifikasi dari koefisien Cox & Snell R Square agar nilai maksimumnya mampu mencapai satu dan mempunyai kisaran nilai antara 0 dan 1, hal ini sama dengan R² pada regresi linier berganda. Nilai koefisien Nagelkerke R Square adalah 0,465
40
yang mengartikan sebesar 46,5% variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel independen dan sisanya 58,5% dijelaskan oleh variabel – variabel lain diluar model penelitian.
3. Menilai Kelayakan Model Regresi
Tabel 4.7 Output Hosmer and Lemeshow Test model opini audit going concern Hos me r and Lem e show Te st Step 1
Chi-square 4,668
df 8
Sig. ,792
Tabel 4.7 yang memperlihatkan Hosmer and Lemeshow Test diatas untuk menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok dengan model. Jika nilai Hosmer and Lemeshow signifikan atau lebih kecil dari 0,05 maka hipotesisnya nol ditolak dan model dikatakan tidak fit. Dan terlihat pada tabel Hosmer and Lemeshow Test diatas, nilai signifikan yang dihasilkan adalah 0,792 yang artinya H0 diterima dan tidak ada perbedaan nyata antara klasifikasi yang diamati dengan klasifikasi yang diprediksi, atau model regresi binary logistik cocok dipakai analisis selanjutnya.
41
4. Matrik Klasifikasi Matrik klasifikasi akan menunjukkan kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada auditee. Hasil tabel klasifikasi disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 4.8 Output Classification Table Block Number 1 : Methode Enter Model Prediksi Opini Audit Going Concern Clas sification Tablea Predicted
Step 1
Obs erved Opini A uditor Overall Perc entage
Non Going Concern Going Concern
Opini A uditor Non Going Going Conc ern Conc ern 91 0 12 2
Percentage Correc t 100,0 14,3 88,6
a. The cut value is ,500
Tabel klasifikasi 2 x 2 menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Pada kolom merupakan dua nilai prediksi dari variabel dependen dan penerimaan opini auditor going concern dan non going concern, sedangkan pada baris menunjukkan nilai observasi sesungguhnya dari variabel depen den going concern dan non going concern. Pada model yang sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan tingkatan ketepatan peramalan 100%. Jika model logistic mempunyai homoskedastisitas, maka prosentase yang benar (correct) akan sama untuk kedua baris. Hasil SPSS menunjukkan bahwa pada kolom, prediksi perusahaan yang menerima opini auditor sebanyak 105 perusahaan. Sedangkan pada baris, hasil observasi sesungguhnya yang menerima
42
opini auditor sebanyak 93 perusahaan. Jadi ketepatan model ini adalah 93/105 atau 88,57%.
5. Interpretasi Data Interpretasi data dapat dilihat dari koefisien regresi logistik baik dari variabel dependen maupun independennya. Pada tabel 4.9 mentabulasikan koefisien dan odds setiap variabel koefisien tersebut dinilai untuk mengetahui arah pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependennya.
Tabel 4.9 Output Variabel in the Equation persamaan opini audit going concern V ariables in the Equation Step a 1
Grow th A udit_Report_Lag R_KAP Cons tant
B -,089 ,053 -20,420 -4,808
S.E. ,150 ,038 4988,237 3,023
Wald ,355 1,883 ,000 2,529
df 1 1 1 1
Sig. ,551 ,170 ,997 ,112
Ex p(B) ,915 1,054 ,000 ,008
a. V ariable(s) entered on step 1: Grow th, A udit_Report_Lag, R_KA P.
Hasil Perhitungan koefisien dari model regresi logistik biner ini terlihat pada tabel Ln
variabel in the equation sebagai berikut :
OPINI
= -4,808 – 0,089 Growth + 0,053 Audit_Report_Lag – 20,420 R_KAP
1 - OPINI
43
Dengan asumsi signifikan : Jika P-value (Sig) < 0,05, maka koefisien regresi logistiknya signifikan (Ha = diterima) Jika P-value (Sig) > 0,05, maka koefisien regresi logistiknya tidak signifikan (Ho = ditolak) Berikut ringkasan hasil hipotesis yang telah dilakukan dengan piranti lunak SPSS. Tabel 4.10 Ringkasan Pengujian Hipotesis No.
1
2
3
Hipotesis
H1
H2
H3
Hasil Uji
Keputusan
Signifikansi (Sig.)
H1 Ditolak. Pertumbuhan perusahaan
0,551, koefisien
tidak berpengaruh signifikan terhdap
regresi (B) -0,089
penerimaan opini audit going concern
Signifikansi (Sig.)
H2 Ditolak. Audit report lag tidak
0,170, koefisien
berpengaruh signifikan terhdap
regresi (B) 0,053
penerimaan opini audit going concern
Signifikansi (Sig.)
H3 Ditolak. Reputasi KAP tidak
0,997, koefisien
berpengaruh signifikan terhdap
regresi (B) -20,420
penerimaan opini audit going concern
44
B. Pembahasan Variabel Dependen
1. Opini Audit Going Concern Opini audit going concern adalah opini audit modifikasi yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya. Berdasarkan hasil analisis terhadap Laporan Auditor Independen yang diterima oleh auditee pada tahun 2010 hingga 2012, dapat diketahui jenis opini yang diterima masing – masing perusahaan. Jenis opini tersebut kemudian digolongkan menjadi dua jenis opini audit yaitu opini audit going concern yang dilambangkan dengan kode GCAO dan opini audit non going concern yang dilambangkan dengan kode NGCAO. Pada tabel 4.11, dapat dilihat dari tahun 2010 hingga tahun 2012 terjadi penurunan untuk perusahaan yang menerima opini going concern. Hal ini berarti perusahaan mampu meningkatkan kinerjanya sehingga tingkat keberlangsungan hidup perusahaan manufaktur dapat dipertahankan dan melanjutkan operasional bisnisnya dengan lebih baik. Dilihat dari segi internal perusahaan, peningkatan kinerja mungkin terjadi akibat adanya rencana manajemen yang telah efektif dilaksanakan, pemulihan kondisi keuangan, serta faktor eksternal lainnya. Karena adanya situasi yang kondusif serta upaya manajemen yang kuat untuk melanjutkan operasional perusahaan ditengah persaingan yang ketat, perusahaan mampu mempertahankan keberlangsungan hidupnya sehingga asumsi going concern yang sudah diterapkan dapat dilanjutkan kembali.
45
Jumlah keseluruhan penerima opini audit going concern selama 3 tahun adalah 14 perusahaan atau 13,3% sedangkan sisanya sebesar 91 perusahaan atau 86,7% menerima opini audit non going concern. Berikut ini adalah distribusi opini yang diberikan auditor kepada setiap perusahaan :
Tabel 4.11 Distribusi Opini Auditor
Opini Auditor No.
KODE
Nama Perusahaan 2010
2011
2012
1
AALI
Astra Agro Lestari
0
0
0
2
ANTM
Aneka Tambang
0
0
0
3
AUTO
Astra Otoparts
0
0
0
4
BRPT
Barito Pasific
0
0
0
5
BUDI
Budi Acid Jaya
0
0
0
6
CPIN
Charoen Pokphand Indonesia
0
0
0
7
DLTA
Delta Djakarta
0
0
0
8
DVLA
Darya-Varia Laboratoria
0
0
0
9
ESTI
Ever Shine Textile
0
0
0
10
FMII
Fortune Mate Indonesia
0
0
0
11
GJTL
Gajah Tunggal
0
0
0
12
INDF
Indofood Sukses Makmur
0
0
0
13
INDR
Indorama Synthetics
0
0
0
14
INTP
Indocement Tunggal Prakarsa
0
0
0
46
15
JKSW
Jakarta Kyoei Steel Works Ltd.
1
1
1
16
KARW
Karwell Indonesia
1
1
0
17
KICI
Kedaung Indah Can
0
0
0
18
KLBF
Kalbe Farma
0
0
0
19
LMPI
Langgeng Makmur Industr1
0
0
0
20
MERK
Merck
0
0
0
21
MRAT
Mustika Ratu
0
0
0
22
MYRX
Hanson International
1
1
1
23
POLY
Asia Pacific Fibers
1
1
1
24
PYFA
Pyridam Farma
0
0
0
25
RMBA
Bentoel International Investama
0
0
0
26
SAIP
Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas
1
1
1
27
SCPI
Schering Plough Indonesia
0
0
0
28
SMAR
SMART
0
0
0
29
SMCB
Holcim Indonesia
0
0
0
30
SMSM
Selamat Sempurna
0
0
0
31
TCID
Mandom Indonesia
0
0
0
32
TOTO
Surya Toto Indonesia
0
0
0
33
ULTJ
Ultra Jaya Milk Industry
0
0
0
34
UNVR
Unilever Indonesia
0
0
0
35
VOKS
Voksel Electric
0
0
0
Jumlah Opini Audit Going Concern (1)
5
5
4
Jumlah Opini Audit Non Going Concern (0)
30
30
31
Jumlah sampel
35
35
35
47
Dapat dilihat dari tabel diatas, hanya ada 12 perusahaan yang mendapat opini going concern. Menurut penelitian terdahulu yaitu Arga dan Linda (2007) menyatakan, jika suatu perusahaan diberikan opini going concern yang mengartikan bahwa auditor sangsi atau ragu akan keberlangsungan hidup entitasnya, kemudian dalam tahun berjalan perusahaan tidak menunjukkan peningkatan kinerja yang signifikan dan rencana manajemen atas upaya perbaikan tidak efektif dilaksanakan, maka opini yang sama akan diberikan kembali ditahun berikutnya. Sebaliknya, pada perusahaan yang selalu mendapatkan opini bersih atau opini non going concern, auditor tidak ragu akan keberlangsungan hidup perusahaan tersebut, sehingga tidak perlu untuk mengeluarkan opini going concern.
C. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
1. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
H1: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.
Pada tabel 4.9 hasil uji regresi logistik memperlihatkan koefisien profit growth memiliki nilai sig = 0.551 yang lebih besar dari alfa = 0,05. nilai sig yang lebih besar ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan
48
pertumbuhan laba bersih perusahaan tidak berpengaruh
terhadap opini audit
going concern. Oleh karena itu hipotesis alternatif pertama ditolak dan hipotesis nol pertama diterima. Dengan demikian terbukti bahwa rasio pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Hasil uji hipotesis ini menyimpulkan bahwa perusahaan dengan opini audit going concern ataupun non going concern sama – sama mempunyai pertumbuhan laba bersih yang negatif (dapat dilihat dalam tabel 4.12). Hal ini terjadi karena laba yang didapat oleh sektor manufaktur didapat dari penjualan produk yang dilakukan dengan cara tunai maupun kredit, meskipun penjualan meningkat dan laba meningkat, tetapi perusahaan belum mampu melunasi hutang kepada pihak kreditur. Sehingga akhirnya akan menimbulkan kesulitan likuiditas yang mengakibatkan operasional perusahaan terganggu dan opini going concern akan diberikan oleh auditor. Temuan empiris pada penelitian ini konsisten pada penelitian Fanny dan Saputra (2005) yang menemukan bukti bahwa rasio pertumbuhan yang menggunakan asset growth tidak berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern. Hal ini terjadi karena pertumbuhan asset perusahaan tidak diikuti dengan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba serta meningkatkan saldo labanya. Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan distribusi pertumbuhan laba atau profit growth pada sampel penelitian yang merupakan perusahaan manufaktur:
49
Tabel 4.12 Distribusi Pertumbuhan Perusahaan
No.
KODE
1
AALI
2
Nama Perusahaan
2010
2011
2012
Astra Agro Lestari
0.21
0.24
0.01
ANTM
Aneka Tambang
1.79
0.15
0.55
3
AUTO
Astra Otoparts
0.49
-0.03
0.09
4
BRPT
Barito Pasific
-2
-0.34
-1
5
BUDI
Budi Acid Jaya
-0.68
0.36
-0.92
6
CPIN
Charoen Pokphand Indonesia
0.37
0.07
0.13
7
DLTA
Delta Djakarta
0.1
0.09
0.41
8
DVLA
Darya-Varia Laboratoria
0.53
0.09
0.23
9
ESTI
Ever Shine Textile
-0.81
1.2
-13.84
10
FMII
Fortune Mate Indonesia
-0.41
-0.9
-2.81
11
GJTL
Gajah Tunggal
-0.08
-0.18
0.66
12
INDF
Indofood Sukses Makmur
0.42
0.66
-0.02
13
INDR
Indorama Synthetics
1.28
-0.64
-0.51
14
INTP
Indocement Tunggal Prakarsa
0.17
0.12
0.32
15
JKSW
Jakarta Kyoei Steel Works Ltd.
0.01
-1.38
5.44
16
KARW
Karwell Indonesia
0.45
-5.53
0.51
17
KICI
Kedaung Indah Can
-1.63
-0.89
5.33
18
KLBF
Kalbe Farma
0.38
0.18
0.17
19
LMPI
Langgeng Makmur Industr1
-0.53
0.94
-0.57
20
MERK
Merck
-0.19
0.95
-0.53
21
MRAT
Mustika Ratu
0.16
0.14
0.1
22
MYRX
Hanson International
1.41
1.40
-0.84
50
23
POLY
Asia Pacific Fibers
-0.72
-1.16
4.30
24
PYFA
Pyridam Farma
0.11
0.23
0.03
25
RMBA
Bentoel International Investama
-2.48
0.4
0.06
26
SAIP
Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas
-1.24
-4.17
-1.64
27
SCPI
Schering Plough Indonesia
-1.75
2.16
-0.51
28
SMAR
SMART
0.68
0.42
0.22
29
SMCB
Holcim Indonesia
-0.08
0.28
0.27
30
SMSM
Selamat Sempurna
0.13
0.46
0.22
31
TCID
Mandom Indonesia
0.05
0.07
0.07
32
TOTO
Surya Toto Indonesia
0.06
0.13
0.08
33
ULTJ
Ultra Jaya Milk Industry
0.75
-0.05
2.49
34
UNVR
Unilever Indonesia
0.11
0.23
0.16
35
VOKS
Voksel Electric
-0.81
9.99
0.33
Jumlah Distribusi Pertumbuhan Perusahaan Positif
21
24
24
Jumlah Distribusi Pertumbuhan Perusahaan Negatif
14
11
11
Jumlah Sampel
35
35
35
Hasil penelitian yang sama juga dilakukan oleh Setyarno at. al (2006), Arga dan Linda (2007), serta Solikah (2007) yang menggunakan sales growth sebagai proksi dalam mengukur pertumbuhan perusahaan. Jika pertumbuhan penjualan lebih kecil dibandingkan kenaikan biayanya maka laba yang didapat tentunya akan negatif, hal ini yang mengakibatkan sales growth tidak dapat memprediksi kemungkinan penerima opini audit going concern.
51
2. Pengaruh Audit Report Lag Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
H2: audit report lag berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern Pada tabel 4.9 hasil uji regresi logistik memperlihatkan koefisien Audit Report Lag memiliki nilai sig = 0,170 yang lebih besar dari alfa = 0,05. nilai sig yang lebih besar ini menunjukkan bahwa Audit Report Lag tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Oleh karena itu hipotesis alternatif kedua ditolak dan hipotesis nol kedua diterima. Audit report lag merupakan salah satu kendala yang sering dihadapi perusahaan maupun auditor independen agar laporan keuangan tetap berkualitas. Seperti yang dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan Spica Almilia dan Lucas Setiady (2006), ketepatan waktu penyajian laporan keuangan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan. Apabila penyelesaian penyajian laporan keuangan terlambat atau tidak diperoleh saat dibutuhkan, maka relevansi dan manfaat laporan keuangan untuk pengambilan keputusan akan berkurang. Mayoritas perusahaan go public menyampaikan laporan keuangan auditnya kurang dari 90 hari. Perusahaan bersama dengan auditor independen berusaha mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh BAPEPAM (KEP36/PM/2003) bahwa laporan keuangan maksimal diterbitkan dalam kurun waktu 90 hari.Perusahaan juga berusaha menerbitkan laporan keuangan tepat pada
52
waktunya untuk meyakinkan investor bahwa tidak ada indikasi permasalahan didalam perusahaan. Berikut adalah tabel yang memperlihatkan audit report lag pada perusahaan manufaktur:
Tabel 4.13 Distribusi Audit Report Lag
Audit Report Lag (dalam hari) No.
KODE
Nama Perusahaan 2010
2011
2012
1
AALI
Astra Agro Lestari
49
51
51
2
ANTM
Aneka Tambang
80
74
72
3
AUTO
Astra Otoparts
49
51
51
4
BRPT
Barito Pasific
82
81
86
5
BUDI
Budi Acid Jaya
82
82
81
6
CPIN
Charoen Pokphand Indonesia
70
81
86
7
DLTA
Delta Djakarta
82
87
86
8
DVLA
Darya-Varia Laboratoria
59
46
58
9
ESTI
Ever Shine Textile
75
80
79
10
FMII
Fortune Mate Indonesia
87
86
84
11
GJTL
Gajah Tunggal
81
87
86
12
INDF
Indofood Sukses Makmur
70
75
70
13
INDR
Indorama Synthetics
70
87
86
14
INTP
Indocement Tunggal Prakarsa
59
72
66
15
JKSW
Jakarta Kyoei Steel Works Ltd.
83
90
79
53
16
KARW
Karwell Indonesia
70
90
84
17
KICI
Kedaung Indah Can
66
67
73
18
KLBF
Kalbe Farma
67
69
67
19
LMPI
Langgeng Makmur Industr1
74
79
79
20
MERK
Merck
54
54
46
21
MRAT
Mustika Ratu
80
79
81
22
MYRX
Hanson International
89
55
84
23
POLY
Asia Pacific Fibers
82
81
77
24
PYFA
Pyridam Farma
73
59
59
25
RMBA
Bentoel International Investama
87
82
85
26
SAIP
Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas
73
79
79
27
SCPI
Schering Plough Indonesia
90
102
74
28
SMAR
SMART
39
39
56
29
SMCB
Holcim Indonesia
31
45
46
30
SMSM
Selamat Sempurna
80
67
67
31
TCID
Mandom Indonesia
61
62
64
32
TOTO
Surya Toto Indonesia
87
87
86
33
ULTJ
Ultra Jaya Milk Industry
83
86
84
34
UNVR
Unilever Indonesia
82
90
84
35
VOKS
Voksel Electric
77
76
79
54
3. Pengaruh Reputasi KAP Terhadap Opini Going Concern
H3: Reputasi KAP berpengaruh terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern Pada model persamaan regresi yang mengukur opini audit going concern, diketahui bahwa koefisien Reputasi KAP memiliki nilai P-value atau sig = 0.997 dimana angka ini lebih besar dari signifikan alfa sebesar 0.05 maka koefisien regresi logistiknya tidak signifikan. Artinya reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Oleh karena itu hipotesis nol ketiga diterima dan hipotesis alternatif ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ramadhany (2004), Fany dan Saputra (2005), Setyarno at.al (2006), Arga dan Linda (2007), yang menyatakan bahwa variabel KAP yang diproksikan dengan skala auditor tidak memiliki pengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Ramadhany (2004) mengatakan dalam penelitiannya bahwa auditor yang berafiliasi dengan KAP big atau tidak sama – sama memiliki independensi dan kualitas audit yang baik, sehingga objektif dalam memberikan opini going concern. Penelitian lainnya yang menghasilkan uji hipotesis yang sama adalah penelitian Fany dan Saputra (2005) yang menyimpulkan bahwa reputasi KAP tidak berpengaruh karena setiap KAP tentunya tidak ingin merusak reputasi yang sudah dibangun dengan susah payah, dengan menghindarkan diri dari hal – hal
55
yang bisa merusak reputasinya, oleh karena itu mereka akan selalu bersikap profesional dalam menjalankan tugasnya. Menurut Arga dan Linda (2007) Kantor Akuntan Publik, baik yang berskala besar maupun berskala kecil, akan selalu bersikap objektif dalam memberikan pendapat. Jika suatu perusahaan mengalami keraguan dalam kelangsungan hidup usahanya maka akan diberikan opini going concern. Dapat dilihat dari tabel 4.14
bahwa perusahaan lebih banyak yang
memilih diaudit oleh KAP non big 4 daripada KAP big 4, tabel diatas juga menjelaskan bahwa perusahaan yakin tidak hanya KAP big 4 saja yang dapat memberikan opini yang objektif, melainkan KAP non big 4 pun mampu melakukannya.
Tabel 4.14 Distribusi Reputasi KAP
KAP BIG 4 dan NON BIG 4 No.
KODE
Nama Perusahaan 2010
2011
2012
1
AALI
Astra Agro Lestari
1
1
1
2
ANTM
Aneka Tambang
1
1
1
3
AUTO
Astra Otoparts
1
1
1
4
BRPT
Barito Pasific
1
1
1
5
BUDI
Budi Acid Jaya
0
0
0
6
CPIN
Charoen Pokphand Indonesia
1
1
1
7
DLTA
Delta Djakarta
1
1
1
56
8
DVLA
Darya-Varia Laboratoria
1
1
1
9
ESTI
Ever Shine Textile
1
1
1
10
FMII
Fortune Mate Indonesia
0
0
0
11
GJTL
Gajah Tunggal
1
1
1
12
INDF
Indofood Sukses Makmur
1
1
1
13
INDR
Indorama Synthetics
1
1
1
14
INTP
Indocement Tunggal Prakarsa
1
1
1
15
JKSW
Jakarta Kyoei Steel Works Ltd.
0
0
0
16
KARW
Karwell Indonesia
0
0
1
17
KICI
Kedaung Indah Can
0
0
0
18
KLBF
Kalbe Farma
1
1
1
19
LMPI
Langgeng Makmur Industr1
0
0
0
20
MERK
Merck
1
1
1
21
MRAT
Mustika Ratu
0
0
0
22
MYRX
Hanson International
0
0
0
23
POLY
Asia Pacific Fibers
0
0
0
24
PYFA
Pyridam Farma
0
0
0
25
RMBA
Bentoel International Investama
1
1
1
26
SAIP
Surabaya Agung Industri Pulp & Kertas
0
0
0
27
SCPI
Schering Plough Indonesia
1
1
1
28
SMAR
SMART
0
0
0
29
SMCB
Holcim Indonesia
1
1
1
30
SMSM
Selamat Sempurna
0
0
0
31
TCID
Mandom Indonesia
1
1
1
32
TOTO
Surya Toto Indonesia
1
1
1
33
ULTJ
Ultra Jaya Milk Industry
0
0
0
34
UNVR
Unilever Indonesia
1
1
1
57
35
VOKS
Voksel Electric
0
0
0
Jumlah KAP Big 4 (1)
20
20
21
Jumlah KAP Non Big 4 (0)
15
15
14
Jumlah sampel
35
35
35
58