BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1.
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Dalam pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dibutuhkan
beberapa kategori dan tiga aspek kinerja yang dapat dijadikan penilaian pada masing-masing perusahaan. Aspek kinerja tersebut meliputi kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, dan kinerja sosial. Kinerja sosial dibagi menjadi empat kategori, yaitu praktik kerja, hak manusia, sosial dan tanggung jawab terhadap produk. Terdapat 18 perusahaan sampel setiap tahunnya selama tiga tahun yang dapat dianalisis. Pada tahun 2009 diperoleh 77 pengungkapan, pada tahun 2010 diperoleh 92 pengungkapan, sedangkan pada tahun 2011 diperoleh 102 pengungkapan. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa telah terjadi kenaikan kinerja pada perusahaan sampel dari tahun 2009 ke tahun 2011. Tabel 4.1 Hasil Analisis Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Jumlah Pengungkapan per Kategori Tahun 2009 2010 2011
Kinerja Kinerja Ekonomi Lingkungan 18 18 18
14 15 15
Praktik Kinerja
Hak Manusia
Sosial
16 17 18
7 13 16
13 15 17
Tanggung Jawab Produk 9 14 18
Total 77 92 102
Sumber: data yang telah diolah Berdasarkan hasil analisis tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan tersebut di atas, dapat dilihat bahwa semua perusahaan sampel melakukan aktivitas tanggung jawab sosial di bidang ekonomi dengan prosentase sebesar
47
48
19,93%. Sedangkan kategori praktik kinerja sebesar 18,82%, kategori sosial sebesar 16,61%, kategori lingkungan sebesar 16,24%, kategori tanggung jawab produk sebesar 15,13% dan yang terendah adalah kategori hak manusia yaitu sebesar 13,28%. Aktivitas yang dilakukan di bidang ekonomi ini adalah pemberdayaan ekonomi masyarakat dengan pemberian bantuan modal usaha dan/ atau modal investasi. Dana bantuan yang berikan bersifat bergulir dan diperuntukkan bagi perputaran usaha berkesinambungan dengan mitra berbeda, dalam rangka mewujudkan kemandirian ekonomi masyarakat sesuai Peraturan Menteri BUMN Nomor 05/MBU/2007. Praktik kinerja merupakan kategori pilihan kedua yang banyak digunakan perusahaan sampel untuk melakukan tanggung jawab sosial lingkungan perusahaan. Aktivitas yang dilakukan adalah program pengembangan masyarakat melalui pelatihan serta pembinaan di bidang pendidikan maupun kesehatan. Selain itu, program kesejahteraan masyarakat dengan menjamin hak dan kewajiban pegawai, sehingga mereka dapat bekerja dengan lebih baik dan keberlanjutan perusahaan akan terus terjaga. Perusahaan masih beranggapan kinerja lingkungan tidak dapat bersaing dengan kinerja ekonomi dan kinerja sosial. Perusahaan lebih memilih melakukan aktivitas tanggung jawab sosial yang berkaitan langsung dengan masyarakat sekitar, bukan lingkungannya. Padahal banyak aktivitas lingkungan yang sangat berpengaruh dengan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini mungkin terjadi karena tuntutan sosial ekonomi masyarakat
49
dan daya saing yang tinggi, sehingga perusahaan harus menunjukkan perhatiannya lebih besar kepada masyarakat sekitar. Jika dilihat dari kecilnya prosentase yang diperoleh aspek hak asasi manusia, dapat diketahui bahwa sedikit perusahaan yang mengarah kepada prinsip nilai etika yang menjadi bagian dari kepatuhan pelaksanaan tata kelola perusahaan yang baik. Standar etika yang berlaku mengacu pada Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13/2008 serta berbagai konvensi International Labour Organization (ILO). Hak asasi manusia diperlukan perusahaan sebagai landasan dalam menyikapi setiap persoalan/perselisihan dengan masyarakat sebagai salah satu pemangku kepentingan, terutama dalam menyikapi masyarakat di sekitar lokasi perusahaan. 2.
Analisis Data
a) Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu data dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum. Statistik deskriptif ini dianalisis dengan program SPSS 17.0, dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut: Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Tahun 2009-2011 N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
GS
54
.00
90.02
58.9824
23.75152
FS
54
.00
40.72
20.1030
11.34297
LSIZE
54
4.18
8.99
6.3620
.96955
CSRI
54
.50
1.00
.8365
.16577
Valid N (listwise)
54
Sumber: data yang telah diolah
50
Keterangan: CSRI
: Corporate Sosial Responsibility Indeks
GS
: Government Shareholder (kepemilikan saham pemerintah > 5%)
FS
: Foreign Shareholder (kepemilikan saham asing > 5%)
LSIZE
: Logaritma Corporate Size (ukuran perusahaan)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah sampel (N) dari penelitian ini adalah 54. Nilai minimum dari variabel kepemilikan saham pemerintah adalah 0% dan nilai maksimum dari variabel kepemilikan saham pemerintah adalah 90,02%, dengan nilai rata-rata sebesar 58,98. Nilai standar deviasi sebesar 23,75. Pada variabel kepemilikan saham asing, nilai minimum yang diperoleh sebesar 0% dan nilai maksimum yang diperoleh sebesar 40,72%, dengan nilai rata-rata sebesar 20,10. Nilai standar deviasi diperoleh sebesar 11,34. Variabel ukuran perusahaan (LSIZE) menunjukkan nilai minimum yang diperoleh yaitu sebesar 4,18 dan nilai maksimum yaitu sebesar 8,99 dengan nilai rata-rata sebesar 6,36. Nilai standar deviasi yaitu diperoleh sebesar 0,97. Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi lebih kecil dari nilai rataratanya, hal ini menunjukkan rendahnya variasi antara nilai maksimum dan minimum selama periode pengamatan, atau dengan kata lain tidak ada kesenjangan yang besar dari ukuran perusahaan terendah dan tertinggi. Pengungkapan tanggung jawab sosial lingkungan memiliki nilai minimum yaitu sebesar 0.50 dan nilai maksimum sebesar 1 dengan nilai rata-rata sebesar 0,84. Nilai standar deviasi yang diperoleh sebesar 0,17. Besarnya indeks
51
menunjukkan besarnya pengungkapan tanggung jawab sosial lingkungan oleh perusahaan. b) Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel-variabel memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas dalam penelitian ini dengan menggunakan one sample kolmogorov-smirnov test dan analisis grafik histogram serta normal probability plot (P-P plot). Dalam uji one sample kolmogorovsmirnov test variabel-variabel yang mempunyai asymp. Sig (2-tailed) di bawah tingkat signifikan sebesar 0,05 maka diartikan bahwa variabel-variabel tersebut memiliki distribusi tidak normal dan sebaliknya. Berikut tampilan analisis grafik histogram dan normal probability plot (P-P plot):
Gambar 4.1 Grafik Histogram
52
Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Sumber: data yang telah diolah
Berdasarkan hasil analisis uji normalitas pada gambar grafik histogram dan gambar normal probability plot (P-P Plot) di atas, dapat dilihat bahwa grafik histogram pada gambar 4.1 menunjukkan pola distribusi normal, karena data pada grafik tersebut menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Sedangkan pada gambar grafik normal probability plot (P-P Plot) terlihat titik-titik menyebar mendekati garis diagonal dan mengikuti arah garis. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua grafik tersebut memenuhi asumsi normalitas.
53
Tabel 4.3 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
54
Normal Parameters
a,,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .13516026
Absolute
.126
Positive
.077
Negative
-.126
Kolmogorov-Smirnov Z
.926
Asymp. Sig. (2-tailed)
.358
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: data yang telah diolah
Hasil uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 0,926 dan tidak signifikan pada 0,05 (karena p = 0,358 > 0,05), maka dapat diartikan bahwa data residual terdistribusi normal. 2) Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen, maka uji jenis ini hanya diperuntukan untuk penelitian yang memiliki variabel independen lebih dari satu. Multikolinearitas dapat dilihat dengan menganalisis nilai VIF (Variance Inflation Factor). Suatu model regresi menunjukkan adanya multikolinearitas jika: Nilai Tolerance < 0,10, atau Nilai VIF > 10.
54
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.986
.164
GS
.003
.001
FS
.005 -.065
LSIZE
a
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
6.001
.000
.412
3.031
.004
.720
1.390
.002
.331
2.459
.170
.734
1.362
.020
-.383
-3.270
.002
.970
1.031
a. Dependent Variable: CSRI
Sumber: data yang telah diolah Hasil perhitungan GS, FS, dan LSIZE pada tabel 4.4 menunjukkan nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa variabel independen yang digunakan dalam model regresi adalah terbebas dari multikolinearitas atau dapat dipercaya dan obyektif. 3) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah dalam model regresi linear terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi penelitian ini menggunakan metode uji Durbin-Watson (DW test).
55
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary
Model 1
R .579
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.335
.295
.13916
Durbin-Watson 1.369
a. Predictors: (Constant), LSIZE, FS, GS b. Dependent Variable: CSRI
Sumber: data yang telah diolah Berdasarkan hasil uji autokorelasi di atas, dapat diketahui pada tabel 4.5 nilai DW (d) sebesar 1,369 dibandingkan dengan nilai tabel DurbinWatson dengan nilai signifikasi 5%, jumlah sampel (n) 54 dan jumlah variabel independen (k-1) = 3, maka pada tabel Durbin-Watson telah didapat nilai batas bawah (dl) sebesar 1,452 dan nilai batas atas (du) sebesar 1,681. Hasil perbandingan menunjukkan nilai DW 1,369 lebih kecil dari 2,319 (4 du) dan lebih kecil dari 2,548 (4 - dl) sehingga memenuhi syarat 0 < d < dl. Hal ini berarti tidak ada autokorelasi positif dan keputusan yang diambil terhadap H0 ditolak. 4) Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dilihat melalui hasil uji statistik. Uji statistik yang dilakukan adalah dengan menggunakan Uji Park. Uji Park dilakukan dengan meregresikan logaritma dari kuadrat residual (Ln i) sebagai variabel dependen sedangkan variabel independen tetap.
56
Tabel 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas-Uji Park Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Std. Error -6.557
2.871
GS
.005
.017
FS
-.015 .156
LSIZE
Coefficients Beta
t
Sig.
-2.284
.027
.047
.283
.778
.034
-.074
-.450
.655
.350
.064
.447
.657
a. Dependent Variable: Lne2
Sumber: data yang telah diolah Heteroskedastisitas terjadi apabila koefisien parameter beta dari persamaan regresi Logaritma dari kuadrat residual (Lne2) signifikan secara statistik dan sebaliknya jika parameter beta tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisitas pada data model tidak dapat ditolak. Berdasarkan tabel 4.6, koefisien parameter beta keduanya untuk variabel independen tidak ada yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa pada model regresi tidak terdapat heteroskedastisitas. c)
Uji Hipotesis Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, peneliti
akan melakukan serangkaian tahap untuk menghitung dan mengolah data tersebut, agar dapat mendukung hipotesis yang telah diajukan.
57
Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Regresi Coefficients
Model 1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.986
.164
GS
.003
.001
FS
.005 -.065
LSIZE
a
Beta
t
Sig.
6.001
.000
.412
3.031
.004
.002
.331
2.459
.170
.020
-.383
-3.270
.002
a. Dependent Variable: CSRI
Sumber: data yang telah diolah Berdasarkan hasil uji hipotesis regresi pada tabel 4.7 di atas dapat diperoleh persamaan matematis sebagai berikut:
CSRI = CSR = 0,986 + 0,005 ( FS ) + 0,003 (GS ) − 0,065 ( LSIZE )
d) Uji Koefisien Determinasi (R2) Nilai R2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas
58
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi b
Model Summary
Model 1
R .579
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square a
.335
.295
Durbin-Watson
.13916
1.369
a. Predictors: (Constant), LSIZE, FS, GS b. Dependent Variable: CSRI
Berdasarkan uji koefisien determinasi pada tabel 4.8, dapat dilihat bahwa nilai adjusted R square sebesar 0,295, hal ini berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen sebesar 29,50%. Hal ini berarti 29,50% pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dipengaruhi variabel kepemilikan saham pemerintah, kepemilikan saham asing, dan ukuran perusahaan. Sisanya 70,50% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Standar Error of Estimate (SEE) menunjukkan nilai 0,13916, hal ini menunjukkan nilai yang kecil sehingga dapat disimpulkan model regresi layak digunakan untuk memprediksi variabel dependen. Sementara itu, nilai R sebesar 0,579 menunjukkan hubungan antara variabel dependen yaitu pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan variabel independen yaitu kepemilikan saham pemerintah, kepemilikan saham asing, dan ukuran perusahaan.
59
e)
Uji Regresi Simultan (Uji F) Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikansi sebesar 5 %. Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Simultan (Uji F) b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.488
3
.163
Residual
.968
50
.019
1.456
53
Total
F 8.404
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), LSIZE, FS, GS b. Dependent Variable: CSRI
Sumber: data yang telah diolah Hasil uji regresi simultan (uji F) atau uji Anova dapat dilihat dari tabel di atas, nilai F sebesar 8,404 dan sig sebesar 0,0. Dengan menggunakan tingkat α (alfa) 5% atau 0,05, maka H0 berhasil ditolak dan H1 gagal ditolak. Penolakan H0 dibuktikan dengan hasil perhitungan bahwa nilai sig (0,000) < dari α (alfa) = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemilikan saham pemerintah, kepemilikan saham asing, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. f)
Uji Regresi Parsial (Uji t) Pengujian ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Berdasarkan tabel 4.7 dari ketiga variabel independen yang ada didalam model dengan tingkat signifikansi 5% maka dapat disimpulkan
60
bahwa variabel kepemilikan saham pemerintah (GS) sebesar 0,004, dan ukuran perusahaan
(LSIZE)
sebesar
0,002
berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial. Sedangkan kepemilikan saham asing (FS) sebesar 0,170 tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. g) Pengujian Hipotesis 1) Pengujian Hipotesis Pertama (H1) Variabel kepemilikan saham asing (FS) pada tabel 4.7 memiliki nilai t sebesar 2,459 dan nilai sig sebesar 0,170. Karena nilai sig 0,170 > 0,05, maka variabel kepemilikan saham asing tidak signifikan pada level 5 % dan H1 ditolak. Kesimpulan yang diperoleh adalah variabel kepemilikan saham asing
secara
statistik
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
luas
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2) Pengujian Hipotesis Kedua (H2) Variabel kepemilikan saham pemerintah (GS) pada tabel 4.7 memiliki nilai t sebesar 3,031 dan nilai sig sebesar 0,004. Karena nilai sig 0,004 < 0,05, maka variabel kepemilikan saham pemerintah signifikan pada level 5 % dan H2 diterima. Kesimpulan yang diperoleh adalah variabel kepemilikan saham pemerintah secara statistik berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 3) Pengujian Hipotesis Ketiga (H3) Variabel ukuran perusahaan (LSIZE) pada tabel 4.7 memiliki nilai t sebesar -3,270 dan nilai sig sebesar 0,002. Karena nilai sig 0,002 < 0,05,
61
maka variabel ukuran perusahaan signifikan pada level 5 % dan H3 diterima. Kesimpulan yang diperoleh adalah variabel ukuran perusahaan secara statistik berpengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. B. Pembahasan 1.
Pengaruh
Kepemilikan
Saham
Asing
Terhadap
Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa kepemilikan saham asing tidak berpengaruh
signifikan
terhadap
pengungkapan
tanggung
jawab
sosial
perusahaan. Hasil yang diperoleh sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Amran dan Devi (2008) di Malaysia dan Machmud dan Djakman (2008) di Indonesia yaitu adanya kepemilikan saham asing yang tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Rakhmawati (2011) bahwa kepemilikan saham asing tidak berpengaruh positif terhadap luas pengungkapan tanggung jawab sosial. Hal ini terjadi karena perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh asing biasanya lebih sering menghadapi masalah asimetri informasi dikarenakan hambatan geografis dan bahasa. Aktivitas CSR juga lebih banyak pada aspek ekonomi dan sosial dibandingkan aspek lingkungan.
62
2.
Pengaruh Kepemilikan Saham Pemerintah Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Berdasarkan hasil dari pengujian variabel kepemilikan saham pemerintah
(GS) terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, dapat diketahui bahwa variabel kepemilikan saham pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa hipotesis kedua (H2) berhasil diterima. Hasil penelitian yang diperoleh sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Amran dan Devi (2008) bahwa government shareholding berpengaruh terhadap perkembangan tanggung jawab sosial perusahaan di Malaysia. Begitu juga dengan Sumedi (2010) yang memperoleh hasil bahwa kepemilikan saham pemerintah berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia. Adanya hubungan antara kepemilikan saham pemerintah dengan pengungkapan CSR mengandung arti bahwa semakin besar/tinggi persentase kepemilikan saham oleh pemerintah pada perusahaan, maka akan memperluas tingkat pengungkapan CSR. Perusahaan menggunakan laporan tahunan sebagai salah satu media pelaporan pertanggungjawaban manajemen sebagaimana diatur dalam UU PT No. 40 Tahun 2007. Pengungkapan yang lebih besar merupakan wujud akuntabilitas atas pengelolaan perusahaan. 3.
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) Berdasarkan hasil dari pengujian variabel ukuran perusahaan (LSIZE)
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, dapat diketahui bahwa
63
variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa hipotesis kedua (H3) berhasil diterima. Hampir semua peneliti melakukan penelitian mengenai pengungkapan tanggung jawab perusahaan dengan menggunakan variabel ukuran perusahaan. Seperti yang dilakukan Sembiring (2005), Mackmud dan Djakman (2008), Amran dan Devi (2008), Sumedi (2010) dan Rakhmawati (2011). Hasil yang diperoleh kebanyakan sama yaitu ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Adanya hubungan signifikan antara variabel ukuran perusahaan dan pengungkapan sosial mengandung arti bahwa semakin besar suatu perusahaan, maka akan cenderung melakukan pengungkapan CSR yang lebih luas. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap risiko bisnis menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap risiko bisnis. Dengan kata lain penelitian ini membuktikan bahwa size perusahaan berpengaruh terhadap risiko investasi yang berarti pula berpengaruh terhadap return investasi.