BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Tingkat Kesehatan Bank Dengan Metode CAMEL 1. Capital (Permodalan) Resiko yang digunakan dalam perhitungan permodalan adalah Capital Adequecy Ratio (CAR) yaitu merupakan perbandingan jumlah modal dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). Perhitungan ATMR dilakukan dengan cara mengalikan nilai nominal dari masingmasing pos pada aktiva neraca dengan bobot resiko yang ditentukan kecukupan perhitungan faktor permodalan
dapat
dilihat
pada
tabel
3.1
yang
berdasarkan
(SK.DIR.BI.NO.30/11/KEP/DIR,1997) Tabel 4.1 Hasil Perhitugan CAR Tahun
Bank Syariah
Penilaian
Bank Mega
Penilaian
Mandiri
Kesehatan
Syariah
Kesehatan
%
%
2006
12.56
Sehat
8,30
2007
12.43
Sehat
12,91
2008
12.66
Sehat
13,48
2009
12,39
2010
10,60
Nilai
Sehat Sehat
10,96 13,14
>8% = Sehat
Sumber : Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah
Sehat Sehat Sehat Sehat Sehat
pada
Gambar 4.1 Grafik CAR
Rasio
CAR Capita Adequancy Ratio 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Bank Mega Syariah Bank Syariah Mandiri 2006 2007 2008 2009 2010
(sumber : Data diolah)
CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kemungkinan resiko kerugian yang diakibatkan kegiatan operasional bank, yang berarti untuk setiap aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR) sejumlah Rp. 100 maka Bank membiayai dengan modalnya sebesar
rasio yang dihasilkan pada tahun
yang bersangkutan. Maka semakin besar rasio CAR (Capital Adequacy Ratio) yang dimiliki oleh bank maka akan semakin baik hal ini dikarenakan bank mampu menyediakan modal dalam jumlah besar. Dari hasil perhitungan dan grafik CAR diatas maka dapat dilihat bahwa kinerja keseluruhan CAR kedua bank berada dalam kondisi sehat. Namun jika dilihat pergerakan kinerja CAR pertahun, untuk Bank Syariah Mandiri awal tahun 2006 mempunyai kinerja CAR yang tinggi tetapi pada tahun-tahun berikutnya mengalami penurunan. Berbeda dengan Bank Mega Syariah meskipun awal tahun mempunyai CAR yang lebih rendah dibandingkan Bank Syariah Mandiri namun pada tahn-tahun berikutnya kinerja CAR Bank Mega Syariah mengalami
kenaikan, maka dapat dilihat bahwa kinerja CAR Bank Mega Syariah lebih baik dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri. 2. Asset
a. Rasio KAP Aktiva produktif adalah penanaman dana bank, baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat-surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, termasuk komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif. (SK.DIR.BI.NO.31/ 147/KEP/DIR,1998). Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Tahun
Bank Syariah
Penilaian
Bank Mega
Penilaian
Mandiri
Kesehatan
Syariah
Kesehatan
%
%
2006
0.73
Sehat
1,29
Sehat
2007
0.94
Sehat
0,77
Sehat
2008
1.20
Sehat
1,12
Sehat
2009
1,37
Sehat
1,70
Sehat
2010
1,36
Sehat
2,65
Sehat
Nilai
<10,35 = Sehat
Sumber : Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah
Gambar 4.2 Grafik KAP
rasio
KAP Kualitas Aktiva Produktif 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
Bank Syariah Mandiri Bank Mega Syariah 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber (data diolah)
Kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia untuk KAP sebesar <10,35%, maka semakin kecil rasio kualitas aktiva produktif (KAP) akan semakin baik karena aktiva produktif yang bermasalah semakin kecil. Dan dapat diartikan bahwa, jika terdapat perubahan aktiva produktif sebesar Rp. 100 maka akan menyebabkan perubahan aktiva produktif yang diklasifikasikan
sebesar
rasio
yang
diperoleh
dari
tahun
yang
bersangkutan. Dapat dilihat dari hasil perhitungan dan grafik diatas, bahwa secara keseluruhan kedua bank dikategorikan dalam kelompok sehat akan tetapi jika dilihat dari rasio KAP dari tahun ke tahun maka Bank Syariah Mandiri lebih baik kinerjanya dibandingkan Bank Mega Syariah ini dikarenakan Bank Syariah Mandiri memiliki angka Rasio yang lebih kecil dari pergerakan pertahun dibandingkan Bank Mega Syariah
b. Rasio PPAP Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
Tahun
Bank Syariah
Penilaian
Bank Mega
Penilaian
Mandiri
kesehatan
Syariah
kesehatan
%
%
2006
101,15
Sehat
100,00
Sehat
2007
100.11
Sehat
100,00
Sehat
2008
100.34
Sehat
103,10
Sehat
2009
108,16
Sehat
100,61
Sehat
2010
127,64
Sehat
100,22
Sehat
Nilai
>81% = Sehat
Sumber : Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah Gambar 4.3 Grafik PPAP PPAP Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif 140 120
rasio
100 Bank Syariah Mandiri
80 60
Bank Mega Syariah
40 20 0 2006 2007 2008 2009 2010 Sumber: (data diolah)
Kriteria
yang
ditetapkan
Bank
Indonesia
untuk
penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) adalahsebesar >81%, maka semakin besar rasio PPAP maka semakin baik kinerja yang telah dilakukan oleh bank untuk mengantisipasi penghapusan kredit macet dengan melakukan
penyisihan dana. Dan dapat diartikan bahwa setiap terjadi perubahan PPAP yang wajib dibentuk sebesar Rp. 100 maka PPAP yag telah dibentuk berubah sebesar rasio pada tahun yang bersangkutan. Dapat dilihat pada hasil perhitungan dan grafik diatas, bahwa secara keseluruhan kedua bank berada dalam kategori sehat. Namun jika dilihat kinerja berdasarkan tahun untuk kedua bank pada awal tahun 2006-2008 memiliki kecendrungan rasio yang hampi sama tetapi pada tahun berikutnya rasio Bank Syariah Mandiri lebih tinggi dibanding Bank Mega Syariah ini menunjukan bahwa kinerja Bank Syariah Mandiri lebih baik dibanding bank Mega Syariah. 3. Management
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. Tabel 4.4 berikut ini menunjukkan kinerja Bank Syariah Mandiri dengan Bank Mega Syariah periode 2006-2010 berdasarkan rasio NPM. Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Net Profit Margin (NPM) Bank Syariah Mandiri
Bank Mega Syariah
Tahun NPM
Perubahan
NPM
Perubahan
2006
10,79
20,53
2007
13,95
3,16
32,11
11,58
2008
13,30
(0,65)
6,41
(25,7)
2009
16,47
3,13
10,91
4,5
2010
16,12
(0,30)
9,39
(1,25)
Sumber : Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah
Gambar 4.4 Grafik NPM
35 30 25 20 15 10 5 0
Bank Syariah Mandiri Bank Mega Syariah 2006 2007 2008 2009 2010
rasio
NPM Net Profit Margin
Berdasarkan hasil perhitungan dan grafik diatas dapat dilihat bahwa kinerja NPM untuk Bank Syariah Mandiri relatif meningkat dari tahun ketahun sedangkan Bank mega Syariah pada tahun 2006 dan 2007 mamiliki rasio NPM yang lebih besar dibandingkan dengan Bank Mandiri Syariah tetapi pada tahun 2008 menurun drastis, hal ini dikarenakan pada tahun tersebut terjadi krisis ekonomi yang menyebabkab properti yang dimiliki bank mega anjlok namun pada tahun berikutnya Bank Mega kembali memperbaiki kinerjanya dapat dilihat pada kenaikan NPM 2009-2010. Semakin besar NPM yang dimiliki suatu Bank maka menunjukan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari kegiatan operasionalnya. 4. Earning (rentabilitas) Earning (Rentabilitas) adalah kemampuan bank dalam menghasilkan laba dibanding modal yang digunakan selama periode tertentu (Bambang Riyanto, 1997: 35). Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 khususnya pasal 10 yang mengatur tentang penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada dua rasio yaitu :
a. Rasio ROA Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Return On Asset (ROA) Penilaian
Bank Mega
Penilaian
Kesehatan
Syariah
Kesehatan
Bank Syariah Tahun Mandiri (%) (%)
Cukup 2006
Sehat
1.10
3,98 Sehat
2007
1.53
2008
1.83
Sehat
5,36
Sehat
Sehat Kurang
0,98 Sehat
2009
2,23
Sehat
2,22
Sehat
2010
2,21
Sehat
1,90
Sehat
Nilai
>1,22% = Sehat
Sumber : Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah
Gambar 4.5 Grafik ROA
Rasio
ROA Return On Asset 6 4 2 0
Bank Syariah Mandiri
2006 2007 2008 2009 2010
Bank Mega Syariah
Sumber : data diolah
Kriteria return on asset (ROA) yang diberikan oleh Bank Indonesia adalah sebesar >1,22% hal ini menunjukan bahwa semakin besar ROA yang dimiliki kedua bank maka semakin baik kinerja bank tersebut. Dapat diartikan
bahwa setiap RP. 100 aktiva yang dimiliki menghasilkan laba sebesar rasio pada tahun yang bersangkutan. Dapat dilihat dari hasil perhitungan dan grafik diatas, untuk Bank Syariah mandiri banyaknya pembiayaan yang dilakukan sehingga aktiva mengalami kenaikan yang cukup besar pada tahun 2006 menyebabkan kinerja NPM berada dalam kondisi yang cukup sehat, namun pada tahun berikutnya Bank Syariah Mandiri memperbaiki tingkat kinerja bank menjadi pulih kembali dalam keadaan sehat. Untuk bank Mega Syariah pada tahun 20062007 berada dalam kondisi sehat namun pada tahun 2008 mengalami penurunan yang mengakibatkan kondisi bank menjadi kurang sehat diindikasikan bahwa penyebabnya adalah karena krisis ekonomi yang kurang diantisipasi. Jika dibandingkan maka Bank Syariah Mandiri yang lebih baik kondisi NPM dibandingkan dengan Bank Mega Syariah. b. Rasio BOPO Berikut ini adalah hasil analisis Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO) pada Bank Syariah Mandiri tahun 20062010 :
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Biaya Operasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO) Tahun
Bank Syariah
Penilaian
Bank Mega
Penilaian
Mandiri
Kesehatan
Syariah
kesehatan
%
%
2006
83,84
Sehat
79,44
Sehat
2007
81,34
Sehat
67,84
Sehat
2008
78,71
Sehat
89,03
Sehat
2009
73,76
Sehat
84,42
Sehat
2010
74,97
Sehat
88,86
Sehat
Nilai
<93% = Sehat
Sumber : Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah
Gambar 4.5 Grafik BOPO 100 80 60 40 20 0
Bank Syariah Mandiri Bank Mega Syariah
Sumber: (data diolah)
Kriteria penilaian biaya operasional dengan pendapatan operasional yang diberikan Bank Indonesia sebesar <93%, jadi semakin kecil BOPO maka kinerja bank akan semakin baik karena dengan biaya yang dikeluarkan sekecil mungkin dapat menhasilkan laba yang memadai. Dapat diartikan bahwa setiap kenaikan pendapatan operasional RP.100 maka biaya operasional yang dikeluarkan sebesar rasio pada tahun yang bersangkutan. Dapat dilihat dari hasil perhitungan dan grafik diatas secara keseluruhan kedua bank berada dalam kondisi sehat namun jika dibandingkan
secara seksama dapat dilihat kinerja yang lebih baik antara kedua bank. Bank Syariah mandiri memiliki kinerja yang lebih baik dibanding Bank Mega Syariah dilihat dari tahun ketahun Bank Syariah Mandiri selalu mengalami penurunan BOPO ini menandakan bahwa kinerja bank lebih baik dalam menghasilkan pendapatan dengan biaya yang setiap tahun menurun. Dibandingkan Bank Mega Syariah memiliki BOPO yang lebih besar diatas Bank Syariah Mandiri. 5. Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya yang ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi surat berharga, piutang dan persediaan.
Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Syariah
Penilaian
Penialain Bank Mega Syariah
Tahun
Mandiri
Kesehatan
Kesehatan %
%
2006
90.18
Sehat
99,54
Sehat
2007
92.98
Sehat
86,06
Sehat
2008
89.12
Sehat
79,58
Sehat
2009
83,07
Sehat
81,39
Sehat
2010
82,54
Sehat
78,17
Sehat
Nilai
<94,75% = Sehat
Sumber : Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah
Gambar 4.7 Grafik LDR LDR
Ratio
Loan to Deposit Ratio
120 100 80 60 40 20 0
Bank Syariah mandiri Bank Mega Syariah 2006 2007 2008 2009 2010
Sumber : (data diolah)
Kriteria penilaian LDR yang diberikan Bank Indonesia adalah sebesar <94,75%, jadi semakin kecil LDR kinerja bank semakin baik. Dapat diartikan bahwa setiap Rp.100 dari dana yang diterima dari pihak ketiga maka kredit yang diberikan sebesar rasio pada tahun yang bersangkutan. Dapat dilihat dari hasil perhitungan dan grafik bahwa kondisi kedua bank secara keselurahan berada dalam kondisi sehat. Namun jika dilihat berdasarkan tahun maka Bank Mega syariah yang lebih baik dikarenakan pada setiap tahun Bank Mega Syariah memiliki rasio LDR di bawah Bank Syariah Mandiri meskipun pada tahun 2006 Bank Mega Syariah memiliki LDR yang lebih tinggi.
B. Analisis Uji Statistik Kesehatan Bank Tabel 4.8 Group Statistics bank CAR
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
1
5
12.1280
.86085
.38499
2
5
11.7580
2.16777
.96946
1
5
1.1200
.27884
.12470
2
5
1.5060
.72175
.32278
PPAP 1
5
107.4800
11.75004
5.25478
2
5
100.7860
1.31734
.58913
1
5
14.1260
2.30827
1.03229
2
5
15.8700
10.50639
4.69860
1
5
1.7800
.47823
.21387
2
5
2.8880
1.75827
.78632
BOPO 1
5
78.5240
4.22939
1.89144
2
5
81.9180
8.79435
3.93295
1
5
87.5780
4.58348
2.04980
2
5
84.9480
8.68302
3.88316
KAP
NPM
ROA
LDR
(sumber : ouput SPSS ) Tabel 4.8 group statistis di atas memaparkan jumlah data atau sampel, nilai rata-rata dan standar deviasi. Untuk rata-rata kinerja CAR Bank Syariah Mandiri (12.1280) lebih tinggi dari Bank Mega Syariah (11.7580) dengan standar nilai deviasi Bank Syariah Mandiri (0.86085) lebih kecil dibanding Bank Mega Syariah (2.16777). Secara keseluruhan kedua bank dilihat dari rata-rata lebih besar dari kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 8% maka kedua bank dinyatakan SEHAT. Untuk kinerja rata-rata kinerja KAP Bank Syariah Mandiri (1.1200) lebih kecil dari Bank Mega Syariah (1.5060) dengan standar deviasi Bank Syariah Mandiri (0.27884) lebih kecil dibanding Bank Mega Syariah (0.72175). Secara keseluruhan
kedua bank dilihat dari rata-rata lebih kecil dari kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 10,35% maka kedua bank dinyatakan SEHAT. Untuk rata-rata PPAP Bank Syariah Mandiri (107.4800) lebih besar dari bank Mega Syariah (100.7860) dengan standar deviasi (11.75004) lebih besar dari Bank Mega Syariah (1.31734). Secara keseluruhan kedua bank dilihat dari rata-rata lebih besar dari kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 81% maka kedua bank dinyatakan SEHAT. Untuk rata-rata NPM Bank Syariah Mandiri (14.1260) lebih kecil dari Bank Mega Syariah (15.8700) dengan standar deviasi Bank Syariah Mandiri (2.30827) lebih kecil dari Bank Mega Syariah (10.50639). Untuk rata-rata ROA Bank Syariah Mandiri (1.7800) lebih kecil dari Bank Mega Syariah (2.8880) dengan stanar deviasi Bank Syariah Mandiri (0.47823) lebih kecil dari Bank Mega Syariah (1.75827). Secara keseluruhan kedua bank dilihat dari rata-rata lebih besar dari kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 1,22% maka kedua bank dinyatakan SEHAT. Untuk rata-rata BOPO Bank syariah Mandiri (78.5240) lebih kecil dari Bank Mega Syariah (81.9180) dengan standar deviasi (4.22939) lebih kecil dari Bank Mega Syariah (8.79435). Secara keseluruhan kedua bank dilihat dari rata-rata lebih kecil dari kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 93,52% maka kedua bank dinyatakan SEHAT. Untuk rata-rata LDR Bank Mandiri Syariah (87.5780) lebih besar dari Bank Mega Syariah (84.9480) dengan standar deviasi Bank Syariah Mandiri (4.58348) lebih kecil dari Bank Mega Syariah (8.68302). Secara keseluruhan kedua bank dilihat
dari rata-rata lebih kecil dari kriteria yang ditetapkan Bank Indonesia sebesar 94,755% maka kedua bank dinyatakan SEHAT. Setelah pengujian pertama dilakukan maka tahap selanjutnya adalah menguji apakah kedua kelompok memiliki rata-rata ang sama atau kinerja yang sama dalam operasionalnya. Berikut hasil output undependent t-test yang disajikan pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F
Sig.
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. Mean (2- Differenc Std. Error tailed) e Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
CAR Equal variances assumed
4.408
.069
Equal variances not assumed KAP Equal variances assumed
2.686
5.294
.050
Equal variances not assumed NPM Equal variances assumed
8.925
.017
Equal variances not assumed ROA Equal variances assumed
9.147
2.043
.191
Equal variances not assumed LDR Equal variances assumed
1.051
Equal variances not assumed
.732
.37000
1.04310
-2.03539
2.77539
.355 5.231
.737
.37000
1.04310
-2.27615
3.01615
8
.297
-.38600
.34603
-1.18394
.41194
-1.116 5.168
.314
-.38600
.34603
-1.26687
.49487
1.266
8
.241 6.69400
5.28770
-5.49945
18.88745
1.266 4.101
.273 6.69400
5.28770
-7.84613
21.23413
-.363
8
.726 -1.74400
4.81066
-12.83741
9.34941
-.363 4.385
.734 -1.74400
4.81066
-14.65026
11.16226
8
.211 -1.10800
.81489
-2.98714
.77114
-1.360 4.589
.237 -1.10800
.81489
-3.26051
1.04451
8
.459 -3.39400
4.36413
-13.45771
6.66971
-.778 5.756
.467 -3.39400
4.36413
-14.18319
7.39519
8
.566 2.63000
4.39097
-7.49560
12.75560
.599 6.069
.571 2.63000
4.39097
-8.08497
13.34497
.016 -1.360
Equal variances not assumed BOP Equal O variances assumed
8
.140 -1.116
Equal variances not assumed PPA Equal P variances assumed
.355
.335
-.778
.599
( sumber : ouput SPSS)
Tabel 4.9 ini digunakan untuk menguji apakah kedua bank ini memiliki ratarata kinerja yang sama. Berikut penjelasan hasil uji statistik dari tabel 4.9 diatas: a) CAR Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai t hitung (0.355) < t tabel
(4; 0.025)
adalah
2.130, maka hipotesis diterima. Tidak adanya perbedaan CAR antara kedua bank ditunjukkan dari hasil uji t-test antara kedua bank tersebut yang tidak signifikan, di samping itu kedua bank tersebut memiliki angka rata-rata CAR memenuhi ketentuan Bank Indonesia yaitu bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang
sehat. Jadi kedua bank memiliki kinerja yang sama baiknya dalam mengantisipasi kebutuhan akan akan tersedianya dana sendiri guna pertumbuhan usaha serta memikul resiko kerugian yang timbul dalam menjalankan usahanya b) KAP Dari tabel diatas diketahui bahwa t hitung (-1.116) < t tabel
(4; 0.025)
adalah 2.130,
maka hipotesis diterima. Jadi kedua bank memiliki kinerja yang sama baiknya. Tidak adanya perbedaan KAP antara kedua bank ditunjukkan dari hasil uji t-test antara kedua bank tersebut yang tidak signifikan, di samping itu kedua bank tersebut memiliki angka rata-rata KAP memenuhi ketentuan Bank Indonesia yaitu bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat. Jadi kinerja kedua bank dalam aktiva produktif yang bermasalah relatif sangat kecil. c) PPAP Dari tabel diatas diketahui bahwa t hitung (1.266) < t tabel
(4; 0.025)
adalah 2.130,
maka hipotesis diterima. Jadi kedua bank memiliki kinerja yang sama baiknya. Tidak adanya perbedaan PPAP antara kedua bank ditunjukkan dari hasil uji t-test antara kedua bank tersebut yang tidak signifikan, di samping itu kedua bank tersebut memiliki angka rata-rata PPAP memenuhi ketentuan Bank Indonesia yaitu bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang sehat. Jadi kedua bank memiliki kinerja yang sama dalam mengantisipasi penghapusan kredit macet. d) NPM Dari tabel diatas diketahui bahwa t hitung (-0.363) < t tabel
(4; 0.025)
adalah 2.130,
maka hipotesis diterima. Tidak adanya perbedaan NPM antara kedua bank ditunjukkan dari hasil uji t-test antara kedua bank tersebut yang tidak signifikan, di samping itu kedua bank tersebut memiliki angka rata-rata NPM memenuhi ketentuan Bank Indonesia yaitu bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang
sehat. Jadi kedua bank memiliki kinerja yang sama baiknya dalam memperoleh laba bersih (earning after tax, EAT) dari kegiatan operasionalnya. NPM yang dicapai oleh bank mengacu pada pendapatan operasional bank yang terutama berasal dari kegiatan pemberian kredit yang dalam prakteknya memiliki berbagai resiko seperti resiko kredit (kredit bermasalah dan kredit macet), bunga (negative spread), kurs valas (jika kredit diberikan dalam valas) dan sebagainya. e) ROA Dari tabel diatas diketahui bahwa t hitung (-1.360) < t tabel
(4; 0.025)
adalah 2.130,
maka hipotesis diterima. Tidak adanya perbedaan ROA antara kedua bank ditunjukkan dari hasil uji t-test antara kedua bank tersebut yang tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua bank mempunyai kemampuan yang kurang lebih sama baiknya dalam memperoleh laba bersih (earning after tax, EAT) dengan penggunaan seluruh aktiva yang dimiliki bank tersebut. f) BOPO Dari tabel diatas diketahui bahwa t hitung (-0,778) < t tabel
(4; 0.025)
adalah 2.130,
maka hipotesis diterima. Tidak adanya perbedaan BOPO antara kedua bank ditunjukkan dari hasil uji t-test antara kedua bank tersebut yang tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa kedua bank mempunyai kemampuan yang kurang lebih sama baiknya dalam usaha yang dijalankan oleh bank tersebut semakin efisien karena dengan biaya yang dikeluarkan mampu mendapatkan penghasilan yang memadai. g) LDR Dari tabel diatas diketahui bahwa t hitung (0,599) < t tabel
(4; 0.025)
adalah 2.130,
maka hipotesis diterima. Tidak adanya perbedaan LDR antara kedua bank ditunjukkan dari hasil uji t-test antara kedua bank tersebut yang tidak signifikan.
Hal ini menunjukkan bahwa kedua bank mempunyai kemampuan yang kurang lebih sama baiknya dalam usaha yang dijalankan oleh bank tersebut semakin efisien karena dengan biaya yang dikeluarkan mampu mendapatkan penghasilan yang memadai. Jadi kinerja kedua bank kurang lebih sama baiknya dalam kemampuan likuiditasnya dalam membiayai kredit semakin kecil.