BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Subjek Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan-perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dan mengikuti program PROPER di Kementrian Lingkungan Hidup pada tahun 2009-2011 sebagai populasi penelitian. Prosedur penentuan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Dari 153 Perusahaan yang menjadi populasi terdapat 45 perusahaan yang memenuhi kriteria. Berikut ini adalah daftar perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dijadikan sample pada perusahaan ini :
Tabel 4.1 Daftar Sampel Penelitian No
Kode
Nama Perusahaan
1.
SMCB
PT Holcim Indonesia
2.
INTP
PT Indocement
3.
SMGR
PT Semen Gresik
4.
AMFG
PT Ashahimas Flat Glass
66
67
5.
TOTO
PT Surya Toto Indonesia
6.
CTBN
PT Citra Tubindo
7.
NIKL
PT Pelat Timah Nusantara
8.
SRSN
PT Indo Acidatama
9.
UNIC
PT Unggul Indah Cahaya
10.
FPNI
PT Titan Petro Kimia Nusantara
11.
FASW
PT Fajar Surya Wisesa
12.
INKP
PT Indah Kiat Pulp and Paper
13.
KBRI
PT Kertas Basuki Rahman Indonesia
14.
SPMA
PT Suparma
15
INRU
PT Toba Pulp Lestari
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan swekness (kemencengan distribusi). Hasil uji statistik deskriptif secara ringkas disajikan dalam tabel sebagai berikut:
68
Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
EP
45
1,00
5,00
3,3556
,82999
ED
45
,10
1,00
,2459
,22877
EcP
45
-,62
,24
,0555
,13132
Valid N (listwise)
45
Sumber : Data sekunder yang diolah 2014
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa : 1. Jumlah sampel (N) ada 45 yang terdiri dari perusahaan yang berturut-turut terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 3 tahun yang terdiri dari variable Environmental Performance (EP), Environmental Disclosure (ED) dan Economic Performance (EcP). 2. Environmental Performance (EP) diukur dengan peringkat warna perusahaan yang telah dikeluarkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup melalui PROPER. Berdasarkan analisis deskriptif diatas diperoleh nilai terendah (minimum) sebesar 1,0 yaitu pada PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk tahun 2009 dan pada PT Suparma Tbk tahun 2009. Sedangkan nilai terbesar (maximum) sebesar 5,0 yaitu pada PT Holcim Indonesia Tbk tahun 2010 dan 2011 dan PT Indocement Tbk tahun 2009. Nilai rata-rata (mean) sebesar 3,356 dan standar deviasi sebesar 0,8300. 3. Variabel perantara (intervening) Environmental Disclosure (ED) pada penelitian ini dilakukan dengan melihat indikator GRI sebanyak 30 item pada annual report. Berdasarkan analisis deskriptif diatas diperoleh nilai terendah
69
(minimum) sebesar 0,100000000 yaitu pada PT Ashahimas Flat Glass Tbk tahun 2009 sampai dengan 2011, PT Citra Tubindo Tbk tahun 2009 sampai dengan 2011, PT Pelat Timah Nusantara Tbk tahun 2009 sampai dengan 2011, PT Indo Acidatama Tbk tahun 2011, PT Unggul Indah Cahaya Tbk tahun 2009, dan PT Suparma Tbk tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengungkapan lingkungan yang dilakukan perusahaan masih sangat rendah dibandingkan yang disyaratkan GRI. Sedangkan nilai terbesar (maximum) sebesar 1,000000000 yaitu pada PT Semen Gresik Tbk tahun 2010. Nilai rata-rata (mean) sebesar 0,24592592589 dan standar deviasi sbesar 0,228774611092. 4. Economic Performance (EcP) pada penelitian ini diukur menggunakan ROA yang memiliki nilai terendah (minimum) sebesar -0,619343998 yaitu pada PT Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk tahun 2009. Sedangkan nilai terbesar (maximum) sebesar 0,235116259 yaitu pada PT Semen Gresik Tbk tahun 2009. Nilai rata-rata (mean) sebesar 0,05550391889 dan standar deviasi sebesar 0,131322785274.
70
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data–data telah terdistribusi normal. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan cara uji statistik kolmogorov-smirnov dan dengan menggunakan grafik normal probability plot. Pengambilan keputusan untuk menentukan data variabel penelitian terdistribusi normal atau tidak adalah sebagai berikut : 1. Nilai Asym.sig. (2-tailed) > 0,05 maka data terdistribusi normal 2. Nilai Asym.sig. (2-tailed) < 0,05 maka data terdistribusi tidak normal Hasil uji normalitas data yang diperoleh sebagai berikut :
Sumber : Data sekunder yang diolah 2014
Gambar 4. 1 Grafik Normal Probability Plot
Dengan melihat grafik normal plot dapat disimpulkan bahwa pada grafik normal plot terlihat titik menyebar disekitar garis diagonal, serta penyebarannya
71
mengikuti dari garis diagonal. Grafik ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Kolmogrov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
45
Normal
Mean a,b
Parameters
Most Extreme Differences
Std. Deviation
,0000000 ,11410409
Absolute
,112
Positive
,069
Negative
-,112
Kolmogorov-Smirnov Z
,748
Asymp. Sig. (2-tailed)
,630
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Data Sekunder yang diolah 2014
Sedangkan, dasar dalam pengambilan keputusan uji kolmogorov-smirnov adalah jika nilai signifikansi (asymp.sig.2-tailed) lebih besar sama dengan alpha (0,05) maka data terdistribusi normal dan jika angka signifikansi (asymp.sig.2tailed) lebih kecil dari alpha (0,05) maka data tidak terdistribusi normal. Besarnya nilai
kolmogorov-smirnov adalah 0,748 dan signifikan pada 0,630. Besarnya
asymp sig 2-tailed lebih besar dari alpha (0,05), hal ini berarti data residual terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolonieritas Uji multikonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Untuk mendeteksi adanya
72
gejala multikolinieritas dalam model penelitian ini dilihat dari nilai Tolerance atau Variance Inflation Factor (VIF). Batas Tolerance > 0,10 dan batas VIF < 10,00. Berikut hasil uji multikolinieritas dalam penelitian ini :
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa Model
Collinearity Statistics Tolerance
VIF
(Constant) 1 EP
,825
1,213
ED ,825 a. Dependent Variable: EcP
1,213
Sumber : Data sekunder yang diolah 2014
Berdasarkan data tabel 4.3 diatas, angka yang didapat dalam kolom tolerance menunjukkan environmental Performance sebesar 0,825 dan environmental disclosure sebesar 0,825 yang artinya lebih besar dari 0,10. Sedangkan angka didapat dari kolom VIF untuk environmental performance sebesar 1,213 dan environmental disclosure sebesar 1,213 yang artinya lebih kecil dari 10. Maka dapat dinyatakan bahwa model ini terbebas dari multikolonieritas antar variabel independen.
73
c.
Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada peride t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Menurut Singgih Santoso (2001) kriteria autokorelasi ada 3, yaitu: 1) Nilai D-W dibawah -2 berarti diindikasikan ada autokorelasi positif. 2) Nilai D-W di antara -2 sampai 2 berarti diindikasikan tidak ada autokorelasi. 3) Nilai D-W di atas 2 berarti diindikasikan ada autokorelasi negatif. Hasil pengujian dengan Uji Durbin Watson dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-Watson Model Summaryb Model
Durbin-Watson
1 1,042 a. Predictors: (Constant), ED, EP b. Dependent Variable: EcP
Sumber : Data sekunder yang diolah 2014
Nilai DW pada tabel 4.4 menunjukkan angka sebesar 1,042. Menurut Singgih Santoso dapat dikatakan tidak terdapat autokorelasi jika -2 < dw < 2. Hasil penelitian menunjukkan -2 < 1,042 < 2, maka tidak terjadi autokorelasi.
74
d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi kesamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali 2011). Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan grafik scatterplot. Berikut adalah hasil uji heteroskedastisitas dengan grafik scatterplot:
Sumber : Data Sekunder yang diolah 2014
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Dari gambar grafik scatter plot di atas dapat dilihat bahwa titik-titik data yang menyebar dan tidak membentuk pola. Terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
75
3. Uji Hipotesis a. Analisis Koefisien Determinasi (Adj R2) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam
menerangkan
variabel-variabel
dependen.
Nilai
koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen (Ghozali 2011). Hasil uji koefisien determinasi (adjusted R2) ditunjukkan di dalam tabel berikut :
Tabel 4.6 Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adj R2) Model Summaryb Model
1
R
R Square
a
,495
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,245
,209
,116789255691
a. Predictors: (Constant), ED, EP b. Dependent Variable: EcP
Sumber : Data sekunder yang diolah 2014
Dari tabel 4.7 diatas, dapat dilihat bahwa persamaan regresi cukup baik karena persamaan yang digunakan, diketahui nilai R sebesar 0,495 dapat diartikan bahwa tingkat korelasi antara variasi variabel independen dengan variabel dependen sebesar 49,5%, artinya economic performance mempunyai hubungan
76
yang tidak terlalu kuat dengan environmental performance dan environmental disclosure. Koefisien R Square (R2) sebesar 0,245 yang artinya bahwa kemampuan model dalam menjelaskan variasi-variasi variabel dependennya adalah 24,5%. Sedangkan sisanya 75,5% diterangkan variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Nilai adjusted R2 sebesar 0,209 menunjukkan bahwa 20,9 % economic performance dijelaskan oleh economic performance dan environmental disclosure sedangkan sisanya 79,1 diterangkan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model.
b. Analisis Uji Statistik F Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat yang telah ditentukan yaitu 5% (Imam Ghozali 2011). Apabila tingkat signifikansi uji F lebih kecil dari 5% maka terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila tingkat signifikansi uji F lebih besar dari α=0,05, maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil dari uji statistik F terdapat dalam tabel uji F di bawah ini :
77
Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik F ANOVAa Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
,186
2
,093
Residual
,573
42
,014
Total
,759
44
a.
Dependent Variable: EcP
b.
Predictors: (Constant), ED, EP
F 6,816
Sig. ,003b
Sumber: Data Sekunder yang diolah 2014
Dari uji ANOVA atau F test didapat nilai Fhitung sebesar 6,816 dengan probabilitas 0,003. Nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat disimpulkan bahwa Environmental Performance (EnP) dan Environmental Disclosure (EnD) secara serentak (simultan) berpengaruh terhadap Economic Performance (EcP).
C. Analisis Uji Statistik t Uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan menentukan tingkat signifikansi (α) yaitu sebesar 5%. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka H0 ditolak dan jika nilai probabilitas < 0,05 maka H0 diterima.
Secara umum hipotesisnya dituliskan sebagai berikut : H0 = Variabel bebas secara parsial tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat H1 = Variabel bebas secara parsial signifikan mempengaruhi variabel terikat
78
Hasil uji t dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 4.8 Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant) 1
Std. Error -,191
,074
EP
,068
,023
ED
,069
,085
Beta -2,575
,014
,433
2,931
,005
,120
,811
,422
a. Dependent Variable: EcP
Sumber : Data Sekunder yang diolah 2014
Berdasarkan hasil uji hipotesis diatas dapat diketahui nilai probabilitas variabel Environmental Performance (EP) yaitu sebesar 0,005 atau lebih kecil dari α= 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima yang artinya Environmental Performance (EP) berpengaruh signifikan terhadap Economic Performance (EcP). Berdasarkan hasil uji hipotesis diatas dapat diketahui nilai probabilitas variabel Environmental Disclosure (ED) yaitu sebesar 0,422 atau lebih besar dari α= 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H3 ditolak yang artinya Environmental Disclosure (ED) tidak berpengaruh signifikan terhadap Economic Performance (EcP).
79
D. Analisis Regresi Linear Berganda
Tabel 4.9 Uji Regresi Linear
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
T
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error -,191
,074
1 EP
,068
,023
ED
,069
,085
Beta -2,575
,014
,433
2,931
,005
,120
,811
,422
a. Dependent Variable: EcP
Sumber : Data sekunder yang diolah 2014
Dari hasil output yang disajikan pada tabel 4.9, maka dapat diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut : EcP = - 0, 191 + 0,068 EP + 0, 069 ED
e.
Uji Deteksi Pengaruh Variabel Intervening
a.
Persamaan (1) satu : ED = a + b1EP + e1
80
Tabel 4.10 Hasil Uji Intervening
Model Summary Model
1
R
R Square
a
,419
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,175
,156
,210152991196
a. Predictors: (Constant), EP
Sumber : Data Sekunder yang diolah 2014
Tabel 4.11 Hasil Uji Intervening Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error -,141
,132
,115
,038
Beta -1,072
,290
3,024
,004
1 EP a. Dependent Variable: ED
Sumber : Data sekunder yang diolah 2014
b. Persamaan (2) dua : EcP = a + b1 EP + b2 ED + e2
,419
81
Tabel 4.12 Hasil Uji Intervening
Model
R Square
,495a
1 a.
R
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,245
,209
,116789255691
Predictors: (Constant), ED, EP
Sumber : Data sekunder yang diolah 2014
Tabel 4.13 Hasil Uji Intervening Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
Std. Error -,191
,074
1 EP
,068
,023
ED
,069
,085
Beta -2,575
,014
,433
2,931
,005
,120
,811
,422
a. Dependent Variable: EcP
Sumber : Data sekunder yang diolah 2014
Hasil output SPSS memberikan nilai standardized beta Environmental Performance (EP) pada persamaan (1) satu, sebesar 0,419 dan signifikan pada 0,004 yang berarti bahwa Environmental Performance (EP) berpengaruh signifikan terhadap Environmental Disclosure (ED). Nilai koefisien standardized beta 0,419 merupakan nilai path atau jalur p2. Pada output SPSS persamaan regresi (2) dua, nilai standardized beta untuk Environmental performance (EP) 0,433 dan Environmental Disclosure (ED) 0,120 dengan masing-masing memiliki
82
signifikansi 0,005 dan 0,422. Dimana hanya Environmental Performance yang berpengaruh signifikan terhadap economic performance. Nilai standardized beta Environmental performance 0,433 merupakan nilai jalur path p1 dan nilai standardized beta Environmental Disclosure 0,120 merupakan nilai jalur path p3. Besarnya nilai e1 =
= 0,908 dan besarnya nilai e2 =
= 0,869. Dapat disimpulkan bahwa H1 yaitu environmental performance berpengaruh signifikan terhadap economic performance, diterima. H2 juga didapat hasil uji bahwa environmental performance berpengaruh secara signifikan terhadap environmental disclosure. Namun, environmental disclosure memiliki nilai signifikansi 0,422, maka H3 ditolak, environmental disclosure tidak berpengaruh signifikan terhadap economic performance.
0,908 e1
Environmental Sig. 0,004
Disclosure
Sig. 0,422
O,419 p2
p3 0,120 Economic
Environmental Performance
p1 0,433
Performance
Sig. 0,005
Gambar 4.3 Path Analysis
e2 0,869
83
Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa environmental performance dapat berpengaruh langsung ke economic performance dan dapat juga berpengaruh tidak langsung yaitu dari environmental performance ke environmental disclosure (sebagai intervening) lalu ke economic performance. Besarnya pengaruh langsung adalah 0,433, sedangkan pengaruh tidak langsung harus dihitung dengan mengalikan koefisien tidak langsungnya yaitu (0,419 x 0,120) = 0,01788 atau total pengaruh environmental performance ke economic performance = 0,433 + (0,365 x 0,120) = 0,45088. Karena koefisien hubungan langsung lebih kecil daripada koefisien hubungan tidak langsung, maka dapat dikatakan bahwa hubungan yang sebenarnya adalah tidak langsung (0,433 < 0,45088). Jadi environmental disclosure dapat berfungsi sebagai variabel intervening antara environmental performance dengan economic performance.
4. Pembahasan Hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Hipotesis
Keputusan
H1, Environmental Performance berpengaruh Diterima. terhadap Economic Performance. H2, Environmental Performance berpengaruh
Diterima.
84
terhadap environmental disclosure. H3, environmental disclosure berpengaruh Ditolak. terhadap economic performance.
Sumber : Data sekunder yang diolah pada 2014
1. Pengaruh Environmental Performance (EP) Terhadap Economic Performance Economic performance adalah kinerja ekonomi secara makro dari sekumpulan perusahaan dalam suatu industri. Perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang meningkat maka kinerja ekonomi pada perusahaan tersebut akan meningkat. Hal ini dikarenakan suatu pandangan masyarakat mengenai perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan
maka
akan
mempengaruhi
perusahaan
di
mata
para
stakeholders. Hal ini berkaitan dengan teori sinyal dimana adanya informasi mengenai environmental performance maka akan memberikan sinyal kepada para stakeholders, sehingga akan meningkatkan economic performance perusahaan. Signalling Theory menekankan bahwa perusahaan pelapor dapat meningkatkan nilai perusahaan melalui melalui pelaporannya. Jika perusahaan gagal dalam menyajikan informasi yang lebih, maka para stakeholder hanya akan menilai perusahaan sebagai perusahaan rata-rata
85
sama dengan perusahaan-perusahaan yang tidak mengungkapkan laporan tambahan (Drever et al. 2007, dalam Anniza 2013). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suratno dkk (2006) pada perusahaan manufaktur 2001-2004, dimana environmental performance berpengaruh signifikan terhadap economic performance dengan nilai signifikansi sebesar 0,007. Penelitian yang dilakukan Monica (2013) juga menghasilkan hasil uji bahwa environmental performance berpengaruh terhadap economic performance dengan nilai signifikansi 0,000. Hasil penelitian sebelumnya dan penelitian ini menghasilkan hasil uji yang sama. Dimana pada penelitian ini hasil uji pengaruh environmental performance terhadap economic performance sebesar 0,005. Nilai tersebut lebiih kecil daripada 0,05. Maka dapat disimpulkan Perusahaan yang memiliki environmental performance yang baik dan mengikuti program PROPER, maka akan meningkatkan
economic
performance
perusahaan
tersebut
karena
mendapatkan sinyal yang positif dari para stakeholders.
2. Pengaruh Environmental performance terhadap environmental disclosure Environmental
Performance
adalah
kinerja
perusahaan
dalam
menciptakan lingkungan yang baik (green). Environmental performance dapat diukur dengan melihat prestasi sebuah perusahaan yang terdaftar dalam Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) yang
86
dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Sedangkan Environmental disclosure adalah pengungkapan informasi yang berkaitan dengan lingkungan di dalam laporan tahunan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai aktivitas yang berkaitan lingkungan, maka perusahaan tersebut secara tidak langsung akan membuat perusahaan tersebut mengungkapkan aktivitas lingkungan tersebut pada laporan keuangan. Karena dengan memiliki aktivitas yang memperlihatkan kepeduliannya terhadap lingkungan maka akan menarik perhatian para calon investor dan masyarakat. Karena tidak hanya memikirkan laba semata, namun perusahaan tersebut memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hasil analisis hasil uji dapat diketahui nilai probabilitas variabel environmental performance yaitu sebesar 0,004 dimana lebih kecil daripada 0,05. Maka pada penelitian ini environmental performance berpengaruh signifikan terhadap environmental disclosure. Dalam teori stakeholder, setiap perusahaan yang memiliki aktivitas lingkungan maka aktivitas tersebut wajib diungkapkan karena merupakan informasi tambahan bagi stakeholder mengenai perusahaan tersebut. Dapat dilihat hasil penelitian ini, environmental performance perusahaan akan membuat perusahaan mengungkapkan aktivitas tersebut sebagai informasi tambahan bagi stakeholders. Semakin baik environmental performance yang dimiliki maka akan meningkatkan environmental disclosure dalam laporan tahunannya (Ari 2010).
87
Penelitian yang dilakukan oleh Suratno dkk (2006) pada perusahaan manufaktur tahun 2011-2004, mendapatkan hasil bahwa environmental performance berpengaruh signifikan terhadap environmental disclosure dengan nilai signifikansi 0,035. Pada penelitian Lindrianasari (2007) juga memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara environmental performance dengn environmental disclosure dengan nilai signifikansi 0,000. Pada penelitian ini memiliki nilai signifikansi sebesar 0,004. Maka dapat
disimpulkan
bahwa pada penelitian sebelumnya
menghasilkan hasil uji yang sama dengan penelitian ini. Setiap perusahaan yang memiliki kinerja lingkungan yang bagus, maka akan mengikuti program yang berkaitan dengan lingkungan seperti program yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup, PROPER dan akan mengungkapkan hal tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa environmental performance yang baik maka akan melakukan environmental disclosure pada laporan tahunannya
3. Pengaruh Environmental disclosure terhadap economic performance Setiap
perusahaan
mempunyai
caranya
masing-masing
dalam
menungkapkan kinerja perusahaannya. Ada yang bersedia mengungkapkan semuanya ke publik dan ada yang tidak bersedia. Pada teori sinyal, perusahaan
yang
mengungkapkan
informasi
tambahan
seperti
environmental disclosure yang baik akan mendapatkan sinyal yang positif dari para stakeholders. Namun jika perusahaan tidak mengungkapkan
88
informasi tersebut dengan baik maka tidak akan menerima sinyal positif. Sinyal tersebut tergantung atas preferensi masing-masing stakeholders. Dalam penelitian ini menghasilkan environmental disclosure tidak berpengaruh terhadap economic performance dengan nilai signifikansi 0,422. Hal ini dapat terjadi jika sinyal yang diberikan perusahaan tidak memberikan respon yang baik kepada para stakeholders. Environmental disclosure yang sedikit merupakan salah satu penyebab informasi tersebut tidak di respon oleh para investor. Jika perusahaan melakukan environmental
disclosure
yang
baik
dan
memiliki
serangkaian
environmental performance yang banyak maka akan meningkatkan economic performance perusahaan karena menjadi daya tarik sendiri bagi para stakholders. Penelitian yang dilakukan Eiffelena (2010) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2006-2009 juga menghasilkan hasil environmental
disclosure
tidak
berpengaruh
terhadap
economic
performance dengan nilai signifikansi 0,348. Dalam penjelasan Eiffeliena (2010), kemungkinan hal ini terjadi karena masalah terhadap lingkungan hidup di Indonesia belum menjadi suatu permasalahan yang benar-benar diperhatikan investor. Masih terdapat berbagai hal lain yang menjadi sorotan investor dalam merespon informasi baru. Menurut Verrecchia (1983) dalam Suratno dkk (2006), bahwa pelaku lingkungan yang baik percaya bahwa mengungkapkan performance mereka menggambarkan good news bagi pelaku pasar. Kemungkinan
89
karena adanya asumsi dimana perusahaan yang memiliki tingkat environmental disclosure yang rendah secara tidak langsung memiliki environmental performance yang kurang baik. Sehingga para investor tidak ingin mengambil resiko dengan hal tersebut. Pada penelitian ini memiliki nilai signifikansi sebesar 0,422, dimana environmental
disclosure
tidak
berpengaruh
terhadap
economic
performance. Hal ini dapat disebabkan environmental disclosure yang rendah tidak akan memberikan sinyal yang positif kepada para stakeholders, karena stakeholder tidak ingin mengambil resiko atas hal tersebut atau pengungkapan tersebut tidak memilki daya tarik terhadap stakeholders.