BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Uji Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti minimum, maksimum, mean dan standar deviasi dari masing-masing variabel yang terdapat dalam penelitian sebanyak 48 sampel.
Hasil analisis
deskriptif yang disajikan pada tabel di bawah ini merupakan hasil log10 dari data sebenarnya. Tabel 4.1 Descriptive Statistics Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
Pajak_Restoran
48
9,32
9,98
9,7044
,17677
Pajak_Reklame
48
7,63
9,30
8,7055
,31323
Pajak_Hiburan
48
8,20
9,85
8,8755
,30491
Retribusi
48
9,08
10,19
9,5530
,30949
PAD
48
9,80
11,03
10,4258
,35772
Valid N (listwise)
48
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Dari output statistic deskriptif pada tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa : a. N = 48 berarti jumlah data yang diolah dalam penelitian ini adalah 48 sampel yaitu terdiri dari 12 bulan yang dijadikan sampel selama 4 tahun, yang terdiri
1
dari data variabel Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hiburan, Retribusi, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD). b. Pajak Restoran mempunyai nilai minimum 9.32 dan nilai maksimum 9.98 dan mean atau rata-rata sebesar 9.7044 serta nilai standar deviasi sebesar 0.17677. Nilai minimum terjadi pada bulan januari tahun 2010, hal ini disebabkan karena masih sedikitnya pengusaha yang membuka usaha bidang restoran dan masih sedikitnya mall yang tersedia sebagai sarana pengusaha bidang restoran di Kota Tangerang Selatan. Nilai maksimum terjadi pada bulan September tahun 2013, hal ini terjadi karena banyaknya pengusaha baru yang membuka usahanya dibidang restoran di Kota Tangerang Selatan serta meningkatnya kebutuhan masyarakat dalam memenuhi keperluannya seusai hari raya. c. Pajak Reklame mempunyai nilai minimum 7.63 dan nilai maksimum 9.30 dan mean atau rata-rata sebesar 8.7055 serta nilai standar deviasi sebesar 0.31323. Nilai minimum terjadi pada bulan Januari tahun 2010, hal ini terjadi karena minimnya minat wajib pajak dalam memasang reklame dan masih sedikitnya pengusaha yang memasang iklan melalui reklame di Kota Tangerang Selatan. Nilai maksimum terjadi pada bulan September tahun 2013, hal ini terjadi karena banyaknya minat wajib pajak untuk memasang reklame dalam rangka mempromosikan hasil usahanya dan biasanya pada akhir tahun banyak yang mempromosikan diskon akhir tahun yang diberikan oleh pengusaha. d. Pajak Hiburan mempunyai nilai minimum 8.20 dan nilai maksimum 9.85 dan mean atau rata-rata sebesar 8.8755 serta nilai standar deviasi sebesar 0.30491. Nilai minimum terjadi pada bulan februari tahun 2010, hal ini terjadi karena
2
masih sedikitnya pengusaha yang bergerak dibidang hiburan, masih sedikitnya penduduk yang memiliki rumah di Kota Tangerang Selatan sehingga hiburan belum banyak dibutuhkan dan ada salah satu hiburan yang seharusnya tidak dikenakan pajak karena bukan merupakan usaha untuk menghibur diri. Nilai maksimum terjadi pada bulan September tahun 2013, hal ini terjadi karena sudah banyaknya pengusaha yang bergerak dalam bidang hiburan dan sudah banyaknya penduduk yang bertempat tinggal di Kota Tangerang Selatan. e. Retribusi mempunyai nilai minimum sebesar 9.08 dan nilai maksimum sebesar 10.19. Nilai mean atau rata-rata sebesar 9.5530 serta nilai standar deviasi sebesar 0.30949. Nilai minimum terjadi pada bulan Juli tahun 2011, hal ini terjadi karena penduduk Kota Tangerang Selatan masih menggunakan parkir-parkir liar saat berbelanja di pusat perbelanjaan maupun di pasar. Nilai maksimum terjadi pada bulan Juli tahun 2013, hal ini terjadi karena banyaknya penduduk yang berbelanja menjelang Ramadhan dan memenuhi pusat-pusat perbelanjaan termasuk pasar dan mall, sehingga jumlah retribusi dari kendaraan yang mereka parkir menjadi besar. f. Pendapatan Asli Daerah mempunyai nilai minimum 9.80 dan nilai maksimum 11.03 dan mean atau rata-rata sebesar 10.4258 serta nilai standar deviasi sebesar 0.35772. Nilai minimum terjadi pada bulan Januari tahun 2010, hal ini terjadi karena masih sedikitnya penduduk yang bertempat tinggal disana, masih sedikitnya sarana yang tersedia untuk memfasilitasi kegiatan penduduk yang bertempat tinggal di Kota Tangerang Selatan, masih sedikitnya
3
pengusaha yang mempunyai usaha di Kota Tangerang Selatan dan sudah wajib pajak yang belum membayar pajak pada bulan tersebut hal tersebut dikarenakan biasanya wajib pajak membayar pajaknya pada bulan maret. Nilai maksimum terjadi pada bulan Desember tahun 2013, hal ini terjadi karena sudah banyaknya penduduk yang bertempat tingggal di Kota Tangerang
Selatan,
sudah
banyaknya
sarana
yang
tersedia
untuk
memfasilitasi kegiatan penduduk di Kota Tangerang Selatan, sudah banyaknya pengusaha yang mendirikan usaha dan sudah banyaknya wajib pajak yang melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak.
2. Uji Normalitas Data
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Gambar 4.1 Pengujian Normalitas dengan Normal P-Plot
4
Pada gambar diatas dapat dilihat P plots titik titik mendekaati sumbu diagonal, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini normal. b. Analisis Statistik uji normalitas data dilakukan dengan analisa One-Sampel KolomogorovSmirnov. Pengambilan keputusan untuk menentukan data variabel penelitian terdistribusi normal atau tidak adalah sebagai berikut : 1) Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi normal. 2) Nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05 maka data terdistribusi tidak normal. Tabel 4.2 Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji KS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N a,b Normal Parameters Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
48 ,0000000 ,37313335 ,086 ,038 -,086 ,596 ,869
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tiled) sebesar 0.869 atau nilainya lebih besar dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi normal.
5
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Gambar 4.2 Hasil Pengujian Normalitas dengan Histogram 3. Uji Multikolinieritas Merupakan dimana antara variabel X (independentI) tidak boleh saling berkorelasi.Regresi yang baik adalah apabila tidak ada korelasi antara variabel independent. Semua model regresi bebas dari masalah multikolinieritas jika pada Variance inflasion Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan nilai Tolerance tidak kurang dari 0,1 maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas. Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics Tolerance
PJK_RES PJK_REK PJK_HIB RET
VIF ,291 ,484 ,281 ,473
a. Dependent Variable: PAD1
6
3,435 2,066 3,554 2,113
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Berdasaarkan data dari tabel 4.3 diatas ditunjukkan bahwa nilai Tolerance tidak ada yang kurang dari 0,1 dan VIF tidak ada yang lebih dari 10. Dengan demikian distribusi data tidak terkena multikolinieritas sehingga layak untuk dimasukkan kedalam uji regresi dalam penelitian ini. 4. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas, dalam penelitian ini menggunakan metpde grafik scater plot dimana jika titik titik data menyebar tidak membentuk suatu pola tertentu maka tidak terjadi problem heteroskedastisitas. Hasil uji scatter plot disajikan sebagai berikut :
7
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Gambar 4.3 Hasil Pengujian Heterokedastisitas Grafik scatterplot diatas menunjukkan titik titik data menyebar diatas dan dibawah titik angka nol dari sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda tidak terjadi heteroskedastisitas dan layak digunakan dalam penelitian. 5. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi kesalahan antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu dengan pengganggu pada periode pengganggu sebelumnya.Jika terjadi korelasi dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke
8
observasi lainnya.Untuk mendeteksi gejala autokorelasi kita menggunakan uji Durbin – Watson (DW). Tabel 4.4 Uji Autokorelasi
b
Model Summary Model 1
R R Square a ,892 ,795
Adjusted R Square ,776
Std. Error of the Estimate Durbin-Watson ,39010 1,614
a. Predictors: (Constant), RET, PJK_HIB, PJK_REK, PJK_RES b. Dependent Variable: PAD1
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Dengan menggunakan tabel uji DW dapat diperoleh nilai . nilai uji DW sebesar 1.614. 6. Uji Kesesuaian Model a. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur sabaik mana variabel terikat dijelaskan oleh total variabel bebas. Untuk regresi berganda sebaiknya menggunakan R Square yang disesuaikan. Nilai R Square dikatakan baik jika 0,5 karena nilai R Square berkisar antara 0 sampai 1. Tabel 4.5 Analisis Koefisien Regresi Model Summaryb Model 1
R ,892
R Square a
,795
Adjusted R Square ,776
a. Predictors: (Constant), RET, PJK_HIB, PJK_REK, PJK_RES b. Dependent Variable: PAD1
9
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Dari tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa adjusted R Square sebesar 0.795 atau 79.5%, dengan demikian variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah sangat dipengaruhi oleh variabel independen yaitu Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hiburan dan Retribusi. Sedangkan sisanya sebesar 20.5% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini. b. Uji F Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independent secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat dalam tabel ANOVA. Hasil F-test menunjukkan variabel independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependent jika : Ho = tidak terdapat pengaruh Ha = terdapat pengaruh Jika p–value > 0,05 maka Ha ditolak, Ho diterima artinya, tidak ada pengaruh Jika p-value < 0,05 maka Ha diterima, Ho ditolak, artinya ada pengaruh
10
Tabel 4.6 Uji F b
Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 25,343 6,544
ANOVA df
4 43
31,887
Mean Square 6,336 ,152
F 41,633
Sig. a ,000
47
a. Predictors: (Constant), RET, PJK_HIB, PJK_REK, PJK_RES b. Dependent Variable: PAD1
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Dari tabel 4.6 Diatas dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 41.633 dengan nilai p-value atau nilai signifikansi sebesar 0.000. dapat diartikan bahwa 0.000 < 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama Pajak Restoran, Pajak Reklame, Pajak Hiburan dan Retribusi mampu mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Tangerang Selatan. 7. Uji Hipotesis a. Uji t Uji t adalah bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Hasil uji ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel Coeficienta .hasil T-test menunjukkan variabel independent secara individu berpengaruh terhadap variabel dependent jika : Ho = Tidak terdapat pengaruh Ha = Terdapat pengaruh
11
Jika p–value > 0,05 maka Ho diterima, Ha ditolak artinya, tidak ada pengaruh Jika p-value < 0,05 maka Ho ditolak, Ha diterima, artinya ada pengaruh Tabel 4.7 Uji T Coefficientsa Unstandardized Coefficients B Std. Error
Model (Constant) PJK_RES PJK_REK PJK_HIB RET
-11,287 1,232 ,141 ,331 -,083
Standardized Coefficients Beta
3,549 ,259 ,113 ,153 ,116
,609 ,124 ,282 -,072
t
Sig.
-3,180 4,753 1,246 2,166 -,714
,003 ,000 ,220 ,036 ,479
a. Dependent Variable: PAD1
Sumber : Data hasil pengolahan SPSS Versi 20.0 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil uji t dari masing-masing variabel menunjukkan nilai signifikansi yang berbeda-beda.Uji t tersebut dapat di interpretasikan untuk membuktikan hipotesis penelitian. b. Uji Regresi Linear Berganda Regresi
Linear
Berganda
merupakan
alat
ukur
mengenai
ketergantungan variabel dependent dengan satu atau lebih variabel independent,
untuk
memprediksi
nilai
rata-rata
variabel
dependent
berdasarkan nilai variabel independent yang diketahui. Jika sebuah variabel
12
dependent dihubungkan dengan empat variabel independent maka persamaan regresi linear bergandanya ditulis sebagai berikut : Y
= βo + β1X1 +β2X2 +β3X3 +β4X4 +e
PAD
= -11.287 + 1.232 (PJK RES) + 0.141 (PJK REK) + 0.331 (PJK HIB) - 0.083 (RET)
Dari persamaan regresi berganda diatas, dapat dilihat dari masingmasing variabel independent mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan. Oleh karena itu kontribusi dari masing-masing variabel dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a. Nilai konstan sebesar -11.287 ini menunjukkan bahwa apabila variabel independent konstan atau nol, maka nilai PAD sebesar -11.287. b. Koefisien regresi Pajak Restoran sebesar 1.232, hal ini menyatakan bahwa pada setiap kenaikan satuan Pajak Restoran, maka pendapatan asli daerah akan meningkat sebesar 1.232. c. Koefisien regresi Pajak Reklame sebesar 0.141, hal ini menyatakan bahwa pada setiap kenaikan satuan Pajak Reklame, maka pendapatan asli daerah akan meningkat sebesar 0.141. d. Koefisien regresi Pajak Hiburan sebesar 0.331, hal ini menyatakan bahwa pada setiap kenaikan satuan Pajak Hiburan, maka pendapatan asli daerah akan meningkat sebesar 0.331.
13
e. Koefisien regresi Retribusi sebesar -0.083, hal ini menyatakan bahwa pada setiap kenaikan satuan retribusi, maka pendapatan asli daerah akan menurun sebesar - 0.083. B. Pembahasan Secara keseluruhan hasil uji hipotesis adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Kode
Hipotesis
1
Pajak Restoran berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan
2
Pajak Reklame tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Seslatan Pajak Hiburan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan Retribusi tidak berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan
3 4
a. Pengaruh Variabel Pajak Restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan Dari tabel 4.7 Diatas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk variabel pajak restoran sebesar 4.753 dengan signifikasi sebesar 0.000 yang artinya nilai 0.000 < 0.05 bahwa variabel pajak restoran berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan. Hasil ini menunjukkan bahwa penerimaan pajak yang berasal dari restoran memiliki pengaruh yang positif terhadap penerimaan asli daerah (PAD) Kota Tangerang Selatan.
14
Karena setiap wajib pajak yang
menggunakan jasa restoran dikenakan pajak restoran sebesar 10% (sepuluh persen) dari harga makanan dan minuman yang harus dibayarkan. Dengan hasil ini maka Pemerintah kota Tangerang harus terus melakukan pelayanan dan optimalisasi pajak restoran karena nilainya sangat signifikan dan ini berhubungan dan berpengaruh langsung terhadap Pendapatan Asli Daerah. Perlu diinformasikan bahwa penyumbang terbesar pendapatan pajak berasal dari sektor restoran yakni sekitar 40 persen, tempat hiburan sebesar 35 persen, bioskop 15 persen dan sisanya sektor lainnya (Kabartangsel, 2012). b. Pengaruh Variabel Pajak Reklame terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan Dari tabel 4.7 Diatas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk variabel pajak reklame sebesar 1.246 dengan signifikasi sebesar 0.220 yang artinya
0.220 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pajak
reklame tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan.
Pajak Reklame ini adalah pajak yang
sebenarnya bersifat materil untuk dikenakan pajak, karena setiap wajib pajak yang menggunakan jasa reklame dikenakan pajak reklame sesuai dengan jenis reklame dan kelas jalan reklame itu dipasang. Apakah jalan kota, provinsi atau jalan lingkungan. Akan tetapi jumlah pajak reklame yang diperoleh Kota Tangerang Selatan ternyata tidak mampu mempengaruhi pendapatan asli daerah (PAD) secara signifikan. Hal ini dikarenakan masih banyak tempat-tempat reklame yang belum
15
dioptimalkan oleh pihak pemerintah kota Tangerang Selatan. Perlu pendataan kembali, pemeriksaan kembali dan sosialisasi kepada pengusaha mengenai pentingnya pembayaran pajak reklame dan tempat-tempat reklame yang strategis harus dioptimalkan oleh pihak pemerintah kota Tangerang Selatan. c. Pengaruh Variabel Pajak Hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan Dari tabel 4.7 Diatas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk variabel pajak hiburan sebesar 2.166 dengan signifikasi sebesar 0.036 yang artinya
0.036 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pajak
hiburan berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan. Analisis untuk uji hipotesis variabel Pajak Hiburan ini adalah pajak yang sebenarnya bersifat materil untuk dikenakan pajak, karena setiap wajib pajak yang menggunakan jasa hiburan dikenakan pajak hiburan sesuai dengan hiburan yang dimanfaatkan. Pajak Hiburan merupakan penyumbang pajak terbesar nomor dua setelah pajak restoran yaitu sebesar 35% (Kabartangsel, 2012).
Ini
dimaklumi mengingat jumlah hotel, fasilitas hiburan dewasa seperti spa, karaoke, live music juga hiburan keluarga di mal-mal yang ada di Tangerang Selatan meningkat pesat dari tahun ke tahun.
Dari hasil analisis yang
menggunakan korelasi dan regresi linear berganda dengan Pajak Hiburan memberikan hubungan hubungan yang postif terhadap pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan. Oleh karena itu maka pemerintah kota harus terus meningkatkan kualitas penerimaan pajak,
16
meningkatkan sosialisasi kepada para pengusaha, peningkatan target pajak khususnya pajak hiburan dari tahun ke tahun. d. Pengaruh Variabel Retribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan Dari tabel 4.7 Diatas dapat dilihat bahwa nilai t hitung untuk variabel retribusi sebesar -0.714 dengan signifikasi sebesar 0.479 yang artinya 0.479 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel retribusi tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Tangerang Selatan. Salah satu pemasukan potensial dari sektor ini adalah pemasukan dari sektor IMB tetap bersumber dari pengembang perumahan. Saat ini pembangunan rumah oleh pengembang di tujuh kecamatan di wilayah Tangerang Selatan terus menggeliat.
Begitu pula untuk rumah-
rumah di perkampungan, pemerintah kota harus terus melakukan pendataan, karena banyak rumah di perkampungan yang belum memiliki IMB. Retribusi terlihat tidak signifikan terhadap PAD Kota Tangerang Selatan karena rendah kontribusi kesadaran masyarakat di perkampungan untuk membuat IMB. Oleh sebab itu pihak pemerintah kota harus melakukan upaya jemput bola untuk memaksimalkan PAD dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat.
Upaya jemput bola ini dapat dilakukan dengan
menggunakan mobil pelayanan perizinan keliling. Setiap hari, mobil akan berkeliling ke sejumlah wilayah untuk melayani masyarakat dalam pengurusan perizinan.
17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pajak restoran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang Selatan. 2. Pajak reklame tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang Selatan. 3. Pajak hiburan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang Selatan. 4. Pajak Retribusi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang Selatan. B. Saran 1. Pemerintah sebaiknya terus meningkatkan pelayanan para wajib pajak dan memberikan sosialisasi tentang penting pajak bagi pembangunan. 2. Pajak restoran dan hiburan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang Selatan.
Oleh karena itu
pemerintah harus terus meningkatkan pelayanan wajib pajak di bidang ini agar pemasukan semakin meningkat
18
3. Pajak reklame dan retribusi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang Selatan. 4. Pajak Retribusi terlihat tidak signifikan terhadap PAD Kota Tangerang Selatan karena rendah kontribusi kesadaran masyarakat di perkampungan untuk membuat IMB. Sebaiknya pemerintah kota harus melakukan upaya jemput bola kepada masyarakat untuk memaksimalkan PAD dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat.
Upaya jemput bola ini
dapat dilakukan dengan menggunakan mobil pelayanan perizinan keliling.
19
DAFTAR PUSTAKA Acep Sani Saepurrahman. 2011. Pengaruh Pajak Hotel dan Restoran Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Darwin. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. EdisiPertama. Mitra Wacana Media, Jakarta. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang Halim, Abdul. 2007.Akuntansi Sektor Publik.“AkuntansiKeuangan Daerah” Edisi 3.Salemba 4 : Jakarta. Irianti Kusuma Dewi. 2011. Pengaruh Pajak Reklame dan Pajak Hiburan Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabartangsel, 2012. Penerimaan pajak Kota Tangsel capai 87 persen dari target. Sumber : http://kabartangsel.com/2012/10/ Mardiasmo. 2009. Perpajakan, Edisi Revisi 2009. Penerbit Andi. Yogyakarta. Marihot P, Siahaan. 2008. Pajak dan Retribusi Daerah. Penerbit Rajawali Pers. Mustaqiem.2008. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Yogyakarta. Nurmayasari, Dini. 2010. Pengaruh Pajak Reklame Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Peraturan Daerah Kota Tangerang Selatan nomor 7 tahun 2010 tentang Pajak Daerah Republik Indonesia, Undang-undangNomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Republik
Indonesia, PeraturanPemerintah, tentangPerubahanPajak Daerah
Nomor
65
Tahun
2001
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah, Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Republik Indonesia,Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten. Santoso, Singgih. 2010. Aplikasi SPSS pada Statistik Multivariat. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta.
20
Sentosa dan Rahayu. 2005. Faktor-faktor Total Pengeluaran Pembangunan, Penduduk dan PDRB berpengaruh Signifikan terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Kediri Jawa Timur. Septian Dwi Kurniawan. 2010. Pengaruh penerimaan Pajak dan Retribusi terhadap PAD. Jawa Tengah.
21