BAB IV Analisis Hasil dan Pembahasan
A. Penyajian dan Analisis Data Pada bagian ini, penulis akan melakukan analisa atas perlakuan selisih kurs serta pengungkapannya menurut Pedoman Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (PAKBI) yang merupakan pedoman akuntansi yang digunakan sebagai dasar atau acuan untuk pencatatan transaksi dan penyusunan laporan keuangan Bank Indonesia. Oleh karena itu, penulis terlabih dahulu menjelaskan mengenai akuntansi pada Bank Indonesia serta karakteristik khusus akuntansinya. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang merupakan lembaga independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal – hal yang di atur dalam undang – undang No. 23/1999 mengenai Bank Indonesia. Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, salah satunya kestabilan nilai rupiah terhadap perkembangan niali tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasikan agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan niali rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. Uraian mengenai tujuan, tugas dan kegiatan Bank Indonesia tersebut diatas menggambarkan dengan jelas bahwa Bank Indonesia berbeda dengan badan hukum yang lainnya, baik milik negara seperti Perum, Perjan atau Persero, maupun milik swasta yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Oleh karena itu, kinerja Bank Indonesia seyogyanya dikaitkan dengan pencapaian tujuan Bank Indonesia. Dengan
33
34
demikian, maka tidak tepat apabila kinerja Bank Indonesia diukur tingkat keuntungan yang diperoleh (rentabilitas), likuiditas dan solvabilitas, sebagaimana yang digunakan untuk bidang usaha lainnya. Penilaian kinerja yang unik sebagaimana tersebut diatas memberikan corak khusus pada laporan keuangan Bank Indonesia bersumber pada sistem akuntansi keuangan Bank Indonesia. Dengan demikian, penulis akan menganalisa Laporan Keuangan Bank Indonesia untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntansi selisih kurs yang diterapkan oleh Bank Indonesia dan pengungkapannya dalam laporan keuangan.
B. Pembahasan 1. Analisis Laporan Keuangan Bank Indonesia Dalam rangka menyajikan laporan keuangan yang dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang berkepentingan, tidak hanya diperlukan dukungan sistem informasi dan akuntansi yang efektif dan terintegrasi, namun juga tersedianya pedoman yang merupakan acuan dalam penerapan Standar Akuntansi Keuangan yang disebut Pedoman Akuntansi Keuangan Bank Indonesia (PAKBI). Laporan keuangan Bank Indonesia meliputi neraca, laporan surplus defisit, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan penjelasan atas laporan keuangan. a) Neraca. Neraca
disusun
dengan
format
yang
lebih
informatif
yang
mencerminkan kedudukan Bank Indonesia sebagai Bank Sentral. 1) Dengan neraca BI dan neraca ringkas yang disebut neraca singkat BI. 2) Pengklasifikasian pos – pos dalam neraca didasarkan pada sifat dan tugas Bank Indonesia, tingkat materialitas, tingkat likuiditas dan kelaziman neraca bank sentral. 3) Dengan memperhatikan sifat organisasi dan tugas yang spesifik sebagai bank sentral, neraca BI memberikan gambaran mengenai:
35
uang beredar, pengelolaan cadangan devisa, pelaksanaan fungsi Lender of the last Resort dan fungsi sebagai kasir pemerintah. 4) Unsur neraca yang merupakan karakteristik khusus BI sebagai bank sentral meliputi pos – pos emas, uang asing, dan hak tarik khusus disisi aktiva dan uang ekuitas.
b) Laporan Surplus Defisit Laporan surplus defisit berubah nama dari nama semula yaitu laporan laba rugi, untuk memberikan gambaran bahwa BI bukan lembaga yang bersifat komersial dan lebih mencerminkan kegiatan Bank Indonesia. Laporan
surplus
defisit
menyajikan
seluruh
penerimaan
dan
pengeluaran BI selama 1 tahun anggaran, yaitu mulai dari 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Pengelompokkan unsur – unsur dalam penerimaan dan pengeluaran menggambarkan fungsi dan tugas yang spesifik sebagai bank sentral dan tidak disajikan berdasarkan jenis penerimaan dan jenis biasa. Jumlah surplus defisit yang dihasilkan dalam suatu periode merupakan konsekuensi dari pelaksanaan tugas BI. Besarnya surplus defisit tergantung pada kondisi umum dan kebijakan yang ditempuh. Secara moneter setiap defisit merupakan suatu unsur ekspansif (menambah jumlah uang primer). Dengan demikian, defisit yang dialami akan melemahkan kemampuan BI dalam pengendalian moneter, sehingga defisit yang bersifat struktural harus dihindari. Disamping itu, perlu diingat pula bahwa meskipun surplus bersifat kontraktif, namun pembagian atau transfer surplus kepada pemerintah secara moneter bersifat ekspansif. Unsur – unsur laporan surplus defisit yang merupakan karakteristik khusus BI sebagai bank sentral adalah sebagai berikut: penerimaan terdiri dari pengelolaan moneter, penyelenggaraan sistem pembayaran dan pengaturan perbankan. Sedangkan pengeluaran terdiri dari beban pengendalian moneter, beban sistem pembayaran dan beban pengaturan dan pengawasan bank.
36
2. Akuntansi Keuangan Bank Indonesia Ada beberapa praktek – praktek akuntansi keuangan Bank Indonesia yang berbeda dengan bank umum, antara lain: a) Emas dan uang asing, pada neraca BI disajikan dalam pos tersendiri karena jumlahnya yang cukup material dan kedudukan BI sebagai pengelola devisa negara. b) Kas, uang kertas dan uang logam rupiah yang berada dalam khasanah pada neraca BI tidak disajikan sebagai salah satu komponen aktiva tetapi sebagai faktor pengurang pos uang dalam peredaran karena kedudukan BI sebagai otoritas moneter. c) Selisih kurs yang timbul karena penilaian kembali aktiva dan kewajiban valuta asing belum diakui sebagai penerimaan atau pengeluaran sampai dengan terjadi transaksi atas aktiva dan kewajiban tersebut. Hal ini disebabkan penerimaan atau pengeluaran dari hasil penilaian tersebut belum terealisir dan dari waktu ke waktu dapat berbalik, terutama karena perubahan kurs antar mata uang asing. Hal ini sejalan dengan prinsip kehati – hatian (konservatisme). Selisih kurs ini ditampung dalam rekening cadangan selisih kurs. d) Cadangan tujuan merupakan sumber dana yang dapat digunakan untuk biaya penggantian dan atau pembaharuan harta tetap, pengadaan perlengkapan yang diperlukan, dan pengembangan organisasi, sumber daya manusia serta penyertaan. Dengan demikian, cadangan tujuan bukan sekedar plafon sebagaimana praktek pada badan usaha lainnya.
37
3. Transaksi Valuta Asing pada Bank Indonesia Transaksi valuta asing meliputi jual beli valas, pinjam meminjam dan transaksi lainnya, baik dengan pemerintah, bank – bank di dalam negeri dan luar negeri maupun pihak lainnya. Transaksi ini dilakukan dalam rangka pengaturan nilai tukar rupiah dalam rangka tugas BI sehingga pemeliharaan dan pengelolaan cadangan devisa Negara. BI juga melakukan transaksi keuangan
Internasional
atas
nama
pemerintah,
sehubungan
dengan
keanggotaan RI pada masing – masing lembaga tersebut. Transaksi valuta asing dibukukan dalam rupiah dengan menggunakan kurs neraca pada saat terjadinya transaksi. Pada setiap periode waktu tertentu, termasuk akhir tahun, aktiva dan pasiva dalam valuta asing dijabarkan dalam rupiah dengan menggunakan kurs neraca pada tanggal terjadinya transaksi tersebut.
3.1. Uang Asing Uang asing adalah uang kertas dan uang logam dalam valuta asing yang dinyatakan sebagai alat pembayaran yang sah dari suatu negara lain, yang dimiliki oleh Bank Indonesia. Hal ini di atur dalam PSAK No. 10 mengenai transaksi dalam mata uang asing, paragraph 26 yaitu “Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi”. Serta pada paragraph 27 yaitu “Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca”.
3.2. Penetapan Kurs Valuta Asing Menurut Selamet Riyadi (2006:90) dalam bukunya Banking Assets and Liability Management, Foreign Exchange Rate adalah tingkat harga dimana suatu currency dapat dibeli atau dijual terhadap currency lainnya.
38
Berkaitan dengan tugas Bank Indonesia sebagai pengelola cadangan devisa negara dan sebagai satu – satunya lembaga yang mempunyai wewenang untuk menetapkan kurs valuta asing terhadap rupiah, maka pada setiap tanggal neraca yaitu 1, 7, 15, 23 dan akhir bulan ditetapkan kurs berbagai jenis valuta. Dalam sub sistem akuntansi devisa terdapat perhitungan yang menggunakan rumus tetap dan melakukan posting secara otomatis yaitu NCP (Net Currency Position). Dengan sistem perhitungan ini, maka dihasilkan 3 jenis kurs, yaitu: a) Kurs Neraca, yaitu kurs yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. b) Kurs Transaksi Uang Kertas Asing (UKA). c) Kurs transaksi Bank Indonesia, yaitu kurs yang digunakan dalam mencatat transaksi jual beli valas antara Bank Indonesia dengan pihak lain.
3.3. Penggunaan Kurs Penerapan NCP (Net Currency Position) dalam pencatatan valuta asing di Bank Indonesia meliputi pengaturan mengenai penggunaan kurs yang digunakan pada transaksi valuta asing dengan rupiah dan transaksi antara valuta asing. a) Transaksi Valuta Asing dengan Rupiah. Transaksi pembelian valuta asing dicatat dengan menggunakan kurs beli valuta asing yang bersangkutan terhadap rupiah sebagaimana terdapat pada daftar kurs transaksi, yang berlaku pada tanggal transaksi. Sedangkan transaksi penjualan valuta asing dicatat dengan menggunakan kurs jual valuta asing yang bersangkutan terhadap rupiah sebagaimana terdapat pada daftar kurs transaksi, yang berlaku pada tanggal transaksi. Pembukuan transaksi valuta asing ke dalam rekening yang bersangkutan dilakukan pada tanggal valuta atau tanggal efektif dengan
39
menggunakan transaksi valuta asing yang bersangkutan pada tanggal transaksi. b) Transaksi antar Valuta Asing Transaksi pembelian dan penjualan valuta asing dicatat dengan menggunakan kurs transaksi valuta asing yang terjadi pada saat transaksi. Sedangkan pembukuan transaksi valuta asing ke dalam rekening yang bersangkutan dilakukan pada tanggal valuta atau tanggal efektif dengan menggunakan kurs neraca masing – masing valuta asing yang besangkutan.
4. Perlakuan Akuntansi pada Selisih kurs Selisih penjabaran mata uang asing karena perbedaan kurs valuta asing terhadap rupiah dengan menggunakan kurs neraca pada saat terjadinya transaksi, ditampung dalam rekening cadangan selisih kurs dan disajikan di neraca pada pos revaluasi kurs dan surat berharga dalam kelompok ekuitas. Hal ini didasarkan peraturan pada lampiran SE No. 4/52/INTERN tanggal 16 Desember 2002, PAKBI.
4.1. Perhitungan Selisih Kurs Setiap akhir hari, sistem aplikasi BIANG (Bank Indonesia Aplikasi Kostro Gabungan) menghitung besarnya penyesuaian saldo cadangan selisih kurs (exchange rate adjustment) untuk masing – masing jenis mata uang. Penyesuaian saldo cadangan selisih kurs dihitung dari hasil perkalian antara nominal valuta asing (NCP) dengan kurs neraca masing – masing jenis valuta yang berlaku pada hari itu dikurangi dengan saldo rupiah value sebelum penyesuaian dilakukan atau sesuai dengan formula berikut ini: CSK= NCP (KN-HPR)
Dimana: CSK adalah Cadangan Salisih Kurs, yaitu akumulasi hasil penelitian kembali.
40
NCP adalah Net Currency Position, yaitu suatu metode penatausahaan dan pencatatan valuta asing. KN adalah Kurs Neraca, yaitu kurs tengah valuta asing pada tanggal neraca yang digunakan untuk pelaporan dan transaksi intern Bank Indonesia. HPR adalah Harga Pokok Rata – rata per unit valuta asing yang merupakan hasil bagi antara rupiah cost valuta asing tertentu dengan jumlah valuta asing yang bersangkutan. Hasil penyesuaian saldo selisih kurs ini dicetak pada laporan penyesuaian saldo rekening valuta asing dengan kurs neraca.
4.2. Pencatatan Selisih Kurs Hasil perhitungan selisih kurs tersebut akan diposting secara otomatis oleh aplikasi BIANG (Bank Indonesia Aplikasi Kostro Gabungan) dengan jurnal sebagai berikut: 1) Apabila terjadi kenaikan kurs valuta asing terhadap rupiah (rupiah melemah), jurnalnya adalah: Debet “Rekening aktiva valuta asing (xxx)” Kredit “Cadangan selisih kurs valuta (xxx)”
Debet “Cadangan selisih kurs valuta (xxx)” Kredit “Rekening pasiva valuta asing (xxx)” 2) Apabila terjadi penurunan kurs valuta asing terhadap rupiah (rupiah menguat), jurnalnya adalah: Debet “Cadangan selisih kurs valuta (xxx)” Kredit “Rekening aktiva valuta asing (xxx)”
Debet “Rekening pasiva valuta asing (xxx)” Kredit “Cadangan selisih kurs valuta (xxx)”
41
3) Untuk valuta asing yang mempunyai saldo NCP negatif, maka hasil revaluasi (selisih kurs) langsung diakui sebagai keuntungan atau kerugian selisih kurs, jurnalnya adalah: a) Diakui sebagai keuntungan. Debet “Cadangan selisih kurs valuta (xxx)” Kredit “Keuntungan transaksi valas (xxx)” b) Diakui sebagai kerugian Debet “Keuntungan transaksi valas (xxx)” Kredit “Cadangan selisih kurs valuta (xxx)”
4.3. Pengakuan Laba / Rugi Selisih Kurs Setiap akhir hari, laba atau rugi selisih kurs transaksi valuta asing dihitung oleh program otomatisasi NCP yaitu dengan mengurangi hasil penjualan valuta asing dengan harga prolehan valuta asing berdasarkan harga pokok rata – rata. Perhitungan harga pokok rata – rata yang digunakan dalam perhitungan laba atau rugi selisih kurs tersebut adalah sebagai berikut: Apabila jumlah nominal valuta asing yang dijual lebih kecil dari jumlah nominal valuta asing yang dibeli pada hari itu, maka harga pokok valuta asing yang dijual menggunakan harga pokok rata – rata pembelian hari itu. Dalam hal jumlah nominal valuta asing yang dijual melebihi jumlah nominal pembelian valuta asing pada hari itu, maka harga pokok valuta asing yang dijual menggunakan harga pokok rata – rata pembelian pada hari itu untuk penjualan sebesar jumlah nominal pembelian valuta asing pada hari itu.
42
5. Hasil Revaluasi Kurs PAKBI mendefinisikan Hasil Revaluasi Kurs sebagai “Akumulasi hasil penjabaran aktiva dalam valuta asing dan pasiva dalam valuta asing ke dalam rupiah karena perubahan kurs valuta asing”. Jadi seluruh hasil akumulasi dari jurnal terhadap selisih kurs yang sudah dijelaskan sebelumnya, disajikan di neraca dalam pos hasil revaluasi kurs dan surat berharga dalam kelompok ekuitas. Hasil penjabaran tersebut belum diakui sebagai penerimaan atau pengeluaran dalam laporan surplus defisit tahun berjalan karena hasil penjabaran tersebut dicatat dalam kelompok ekuitas dan baru akan diakui sebagai penerimaan atau pengeluaran pada saat terjadi transaksi atas aktiva dan pasiva dalam valuta asing yang bersangkutan.
6. Pengungkapan Selisih Kurs dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Berikut ini adalah transaksi yang berkaitan dengan valuta asing dan selisih kurs yang diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan Bank Indonesia. Transaksi valuta asing dibukukan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs pada saat transaksi. Guna penyusunan Laporan Keuangan, aktiva dan pasiva dalam valuta asing dijabarkan dalam Rupiah dengan menggunakan kurs neraca yang berlaku pada tanggal yang bersangkutan. Selisih penjabaran tersebut dicatat dalam rekening Cadangan Selisih Kurs dan disajikan di neraca pada pos Keuntungan atau Kerugian Yang Belum Direalisasi dalam kelompok Ekuitas sampai dengan valuta asing yang bersangkutan berkurang. Bank Indonesia menggunakan metode Net Currency Position (NCP) dalam menatausahakan dan mencatat valuta asing. Dalam metode tersebut, hasil revaluasi aktiva dan pasiva valuta asing dihitung dari perkalian antara posisi netto valuta asing dengan selisih antara kurs neraca dengan harga pokok rata-rata valuta asing. Selisih kurs valuta asing pada periode 31 Desember 2008 sebesar Rp. 23.121.427, sedangkan selisih kurs
43
pada periode 31 Desember 2009 sebesar (Rp. 24.548.358). Terjadi rugi selisih kurs sebesar (Rp. 1.426.931). Informasi pengungkapan selisih kurs tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1.
Table 4.1 31 Desember 2009
31 Desember 2008
Rp juta
Rp juta
a. Revaluasi harga emas
23.514.218
21.510.222
b. Revaluasi SSB dalam valas
9.053.950
18.304.713
c. Revaluasi SSB dalam rupiah
1.255.538
(979.235)
(24.548.358)
23.121.427
9.275.348
61.957.127
d. Selisih kurs valuta asing
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2009
44
Table 4.2 Laporan Perubahan Ekuitas Bank Indonesia Periode 1 Januari s.d 31 Desember 2009 BANK INDONESIA LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2009 (Dalam jutaan Rupiah) 31
Penambahan
Pengurangan
31
Desember
Desember
2008
2009
I. Ekuitas 1. Modal
7.610.885
0
0
7.610.885
2. Cadangan Umum
49.663.865
13.194.924
0
62.858.789
3. Cadangan Tujuan
13.364.549
1.724.895
317.219
14.772.225
4. Keuntungan atau
61.957.127
0
52.681.779
9.275.348
17.248.955
(1.009.904)
17.248.955
(1.009.904)
149.845.381
13.909.915
70.247.953
93.507.343
Kerugian
yang
Belumm Direalisasi 5. Surplus (Defisit) Tahun Berjalan
II. KEWAJIBAN MONETER (Catatan C.41)
782.038.41 5
III. RASIO MODAL SEBELLUM DIKURANGI SISA SURPLUS
8,88%
YANG MENJADI BAGIAN PEMERINTAH (Catatan C.41) IV. SISA SURPLUS YANG MENJADI BAGIAN PEMERINTAH
0
V. RASIO MODAL SETELAH DIKURANGI SISA SURPLUS
8,88%
YANG MENJADI BAGIAN PEMERINTAH Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2009
45
Berdasarkan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), selisih kurs yang terjadi dilaporkan pada Laporan Laba / Rugi periode berjalan.
Table 4.3 Laporan Laba Rugi Bank Indonesia Periode 1 Januari s.d 31 Desember 2009 BANK INDONESIA LAPORAN LABA - RUGI Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2009 (Dalam jutaan Rupiah) Catatan
2009 (Rp)
2008 (Rp)
PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL Pendapatan Jumlah Pendapatan(lampiran ke-
29.656.516
45.331.150
Jumlah Beban
30.793.550
28.082.195
Pendapatan Bersih
(1.137.034)
17.248.955
Beban
Pendapatan Operasional lainnya Pendapatan Transaksi Mata Uang
(24.548.358) 23.121.427
Asing Jumlah
Pendapatan
Operasional
(25.685.392) 40.370.382
Lainnya LABA (RUGI) OPERASIONAL
(25.548.358) 40.370.382
Sumber: Data diolah penulis : 2011
Berdasarkan table 4.3 diatas, Bank Indonesia belum melaporkan selisih kurs sesuai dengan PAPI. Penulis menganalisis bahwa transaksi selisih kurs yang terjadi di Bank Indonesia, seharusnya dilaporkan atau disajikan pada Laporan Laba / Rugi pada
46
perkiraan Pendapatan Operasional Lainnya (lihat table 4.3). Begitu pula dengan PSAK, Selisih Kurs Mata Uang Asing disajikan atau dilaporkan dalam Pendapatan Komprehensif Lainnya (lihat table 4.4). Sedangkan pengungkapan Laba / Rugi Selisih Kurs diungkapkan dalam CALK (Catatan Atas Laporan Keuangan). Hal ini sudah sesuai dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan).
Table 4.4 Laporan Laba Rugi Bank Indonesia Periode 1 Januari s.d 31 Desember 2009 BANK INDONESIA LAPORAN LABA - RUGI Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2009 (Dalam jutaan Rupiah)
Pendapatan Beban Laba sebelum pajak Beban pajak penghasilan
2009 (Rp)
2008 (Rp)
29.656.516
45.331.150
(30.793.550)
(28.082.195)
(1.137.034)
17.248.955
127.130
Laba tahun berjalan dari operasi yang dilanjutkan LABA TAHUN BERJALAN
(1.009.904)
17.248.955
(1.009.904)
17.248.955
(24.548.358)
23.121.427
(25.558.262)
40.370.382
Pendapatan komprehensif lain: Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing TOTAL PENDAPATAN KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN Sumber: Data diolah penulis : 2011