BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Statistik Deskriptif Analisis Statistik Deksriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penlitian seperti nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standard deviasi dari masing-masing variabel yang terdapat dalam penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset, Net Profit Margin, Debt to Equity, Corporate Social Responsibility dan nilai perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 15 sampel selama 4 tahun sehingga total data yang diteliti sebanyak 60 sampel. Tabel 4.1 Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
ROA
60
0,002
46,038
12,54100
10,292769
NPM
60
0,002
42,541
13,06510
9,706243
DER
60
0,212
5,504
1,40637
1,206018
CSR
60
3,797
67,089
24,05063
15,550325
Nilai_Perusahaan
60
0,293
8,721
2,37379
2,085717
Valid N (listwise)
60
Sumber : Output SPSS versi 21, diolah 2012
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa : Return on Asset mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Hasil statistik deskriptif memperlihatkan ROA minimum sebesar 0.002% pada PT. Mitra Investindo, Tbk pada tahun 2008, begitu pula dengan nilai maksimum ROA sebesar 46.038% pada PT. Resource Alam Indonesia, Tbk pada
60
61 tahun 2011. ROA rata-rata sebesar 12.541% dengan standar deviasi 10,292769% menunjukkan ROA sektor pertambangan relatif sama. Net Profit Margin mencerminkan kemampuan perusahaan untuk mencetak laba bersih dari penjualannya. Hasil statistik deskriptif memperlihatkan NPM minimum sebesar 0.002% pada PT. Mitra Investindo, Tbk pada tahun 2008, begitu pula dengan nilai maksimum NPM sebesar 42.541% pada PT. Medco Energi International, Tbk. NPM rata – rata sebesar 13,06510% dengan standar deviasi 9,706243% menunjukkan NPM sektor pertambangan relatif sama. Debt to Equity Ratio mencerminkan kemampuan perusahaan untuk melunasi utang-utangnya dengan ekuitas yang dimilikinya. Hasil statistik deskriptif memperlihatkan DER minimum sebesar 0.212x pada PT. International Nickel Indonesia, Tbk pada tahun 2008, begitu pula dengan nilai maksimum DER sebesar 5.504x pada PT. Mitra Investindo, Tbk pada tahun 2008. DER rata-rata sebesar 1,40637x dengan standar deviasi sebesar 1,206018x menunjukkan DER sektor pertambangan relatif sama. Corporate Social Responsibility mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menunjukkan tanggung-jawab sosial yang mereka lakukan. Hasil statistik deskriptif memperlihatkan CSR minimum sebesar 3.797% (atau sebanyak 3 pengungkapan sosial) pada PT. Mitra Investindo, Tbk pada tahun 2010, begitu pula dengan nilai maksimum CSR sebesar 67.089% (atau sebanyak 53 pengungkapan sosial) pada PT. Tambang Batubara Bukit Asam, Tbk pada tahun 2008 dan 2009. CSR rata-rata sebesar 24,05063% ( atau sebanyak rata-rata 19 pengungkapan sosial ) dengan standar deviasi sebesar 15,550325% menunjukkan CSR sektor pertambangan relatif sama. Nilai perusahaan mencerminkan harga pasar perusahaan yang dapat dilihat dari nilai sahamnya. Nilai perusahaan minimum sebesar 0.293% pada PT. International
62 Nickel Indonesia, Tbk pada tahun 2008, begitu pula dengan nilai maksimum nilai perusahaan sebesar 8.721% pada PT. Resource Alam Indonesia pada tahun 2011. Nilai perusahaan rata-rata sebesar 2,37379% dengan standar deviasi 2,085717% menunjukkan nilai perusahaan sektor pertambangan relatif sama.
B. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov – Smirnov Uji data dilakukan dengan analisa One – Sampel Kolmogorov – Smirnov dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut : Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal Pengambilan
keputusan
untuk
menentukan
data
variabel
penelitian
terdistribusi normal atau tidak adalah sebagai berikut : -
Nilai Asym.sig ( 2-tailed ) > 0.05 maka data berdistribusi normal. - Nilai Asym.sig ( 2-tailed ) < 0.05 maka data tidak berdistribusi normal. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
63 Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
60 Mean Std. Deviation
0E-7 1,50112347
Absolute
,175
Positive
,175
Negative
-,109 1,355 ,051
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari tabel 4.2 di atas terlihat bahwa signifikansi (sig.) dari unstandardized residual tersebut adalah 0.051 >0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data penilaian ini berdistribusi dengan normal. Hal ini menunjukkan Ha ditolak dan Ho diterima, yang berarti data berdistribusi normal.
64
Hal ini diperkuat dengan normal probability plot sebagai berikut : Gambar 4.1
Hal uji normalitas dengan probability plot menunjukkan distribusi normal karena terlihat garis titik-titik menyebar mendekati garis diagonal, sehingga model regresi layak untuk dipakai dalam penelitian ini.
2. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas dapat dideteksi pada model regresi apabila pada variabel terdapat pasangan variabel bebas yang saling berkorelasi atau sama lain. Variabel yang menyebutkan tidak adanya multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance >0.1 dan nilai VIF <10. Dari pengujian data dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :
65
Tabel 4.3 Variabel Return On Asset (ROA) Net Profit Margin (NPM) Debt to Equity (DER) Corporate Social Responsibility (CSR)
Tolerance
VIF
0,400
2,500
0,428
2,334
0,653
1,532
0,857
1,167
Tabel 4.4 Correlations Nilai_Perusahaan Pearson Correlation ROA
Sig. (2-tailed) N
NPM
60 .125
Sig. (2-tailed)
.343
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation CSR
.000
Pearson Correlation
N
DER
.520**
Sig. (2-tailed) N
60 -.246 .059 60 .338** .008 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel 4.3 nilai tolerance dan VIF, terlihat bahwa tidak terdapat masalah multikolonieritas antara variabel independen karena semua nilai tolerance >0.1 dan VIF <10. Berdasarkan tabel 4.4, terlihat nilai r <0.95. dan juga pada tabel 4.4 terlihat nilai korelasi pearson untuk masing-masing variabel adalah <0.95.
66 3. Uji Heteroskedasitas Uji Heteroskedasitas memiliki tujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedasitas atau yang tidak terjadi heteroskedasitas. Gambar 4.2
Berdasarkan gambar 4.2 dengan jelas menunjukkan data tersebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Data tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat heteroskedasitas dalam model regresi yang digunakan.
67 Hal ini diperkuat dengan Uji Glejser, sebagai berikut Tabel 4.5 Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B
1
Std. Error
Beta
(Constant)
.891
.388
2.297
.025
ROA
.038
.021
.382
1.827
.073
NPM
-.035
.021
-.330
-1.683
.098
DER
-.081
.138
-.094
-.587
.559
CSR
.012
.010
.175
1.216
.229
a. Dependent Variable: ABS_RES
Berdasarkan hasil uji Glejser pada tabel 4.5 diketahui bahwa Nilai ROA sebesar 0.073, NPM sebesar 0.098, DER sebesar 0.559, dan CSR sebesar 0.229. Nilai ROA, NPM, DER, dan CSR yang memiliki nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 atau tidak signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi yang akan digunakan tidak mengandung
gejala
heteroskedasitas
atau
dengan
kata
lain
asumsi
heteroskedasitas dalam model regresi telah terpenuhi.
4. Uji Autokorelasi Tabel 4.6 Model Summaryb Model
1
R
R Square
,694a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,482
a. Predictors: (Constant), CSR, DER, NPM, ROA b. Dependent Variable: Nilai_Perusahaan
,444
1,554752
Durbin-Watson
2,023
non
68 Dari tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa model regresi linear berganda terbebas dari gejala autokorelasi, karena angka yang dihasilkan dalam kolom Durbin-Watson menunjukkan angka 2.023 yang nilainya terletak di antara 1.73 dan 2.27.
C. Analisis Regresi Linear Berganda Tabel 4.7 Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error 1,233
,601
ROA
,182
,033
NPM
-,145
DER CSR
Beta 2,050
,045
,897
5,590
,000
,032
-,675
-4,473
,000
-,070
,213
-,040
-,327
,745
,035
,015
,264
2,385
,021
a. Dependent Variable: Nilai_Perusahaan
Nilai Perusahaan = 1.233 + 0.182 ROA – 0.145 NPM – 0.070 DER + 0.035 CSR. Persamaan ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Konstanta sebesar 1.233 artinya jika ROA, NPM, DER dan CSR nilainya 0, maka perubahan nilai perusahaan akan naik sebesar 1.233. b. Koefisien regresi variabel Return on Asset sebesar 0.182 menunjukkan bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap, sedangkan NPM, DER dan CSR mengalami kenaikan 1%, maka perubahan nilai perusahaan mengalami kenaikan sebesar 0.182. c. ROA mempengaruhi nilai perusahaan secara signifikan. Hal ini menunjukkan investor sangat tertarik pada perusahaan yang dapat memaksimal laba mereka dari aktivitas operasi. Investasi dalam asset diyakini investor sebagai sesuatu yang berguna bagi perusahaan, selain bisa meningkatkan produksi yang
69 akhirnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan, investasi asset juga memberikan keamanan jaminan bagi investor untuk mengukur kemampuan perusahaan melunasi utang dari asset perusahaan selain dari kas. d. Koefisien regresi variabel Net Profit Margin sebesar -0.145 menunjukkan bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap, sedangkan ROA, DER dan CSR mengalami kenaikan 1%, maka perubahan nilai perusahaan mengalami penurunan sebesar 0.145. NPM memberikan pengaruh negatif bagi nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian Ina Rinati yang menyatakan NPM berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Harga komoditas tambang memiliki acuan internasional, sehingga di saat harga komoditas tambang ini naik/turun, perusahaan tetap harus menjual karena mereka terikat kontrak dengan pembeli mereka. Terutama pada sektor pertambangan di mana tahun 2009-2010 terjadi penurunan penjualan yang signifikan yang menurunkan tingkat income perusahaan. e. Koefisien regresi variabel Debt to Equity sebesar 0.070 menunjukkan bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap, sedangkan ROA, NPM dan CSR mengalami kenaikan 1%, maka perubahan nilai perusahaan mengalami penurunan sebesar 0.070. DER memberikan pengaruh negatif yang tidak terlalu signifikan. Dalam sektor pertambangan, investor masih menerima tingkat utang yang ada karena bagaimanapun pembiayaan di sektor pertambangan sangat besar, sehingga tidak mungkin dibiayai hanya dari ekuitas perusahaan. f. Koefisien regresi variabel Corporate Social Responsibility sebesar 0.035 menunjukkan bahwa jika variabel independen lain nilainya tetap, sedangkan ROA, NPM dan DER mengalami penurunan 1%, maka perubahan nilai
70 perusahaan mengalami kenaikan sebesar 0.035. CSR memberikan pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Investor saat ini cenderung lebih menyukai perusahaan pertambangan yang memiliki tanggung-jawab sosial yang baik. Hal ini dipandang baik karena baik bagi perusahaan untuk jangka panjang.
1. Analisis Koefisien Determinasi Tabel 4.8 Model Summaryb Model
1
R
R Square
,694
a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
,482
,444
1,554752
Durbin-Watson
2,023
a. Predictors: (Constant), CSR, DER, NPM, ROA b. Dependent Variable: Nilai_Perusahaan
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa angka koefisien determinasi atau adjusted R Square adalah 0.482 atau (48.2%), artinya pengaruh Return on Asset, Net Profit Margin, Debt to Equity dan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan sebesar 48.2% atau variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 48.2% variasi variabel independen. Sedangkan sisanya (100% - 48.2% = 51.8%) dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Angka koefisien korelasi (R) pada tabel 4.7 sebesar 0.697 menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara nilai perusahaan (variabel dependen) dengan ROA, NPM, DER dan CSR (variabel independen) adalah kuat karena berada di atas angka 0.5 (=50%).
71 2. Uji F Statistik Uji ini dilakukan dengan menganalisis besarnya pengaruh Return on Asset, Net Profit Margin, Debt to Equity dan Corporate Social Responsibility secara serentak terhadap nilai perusahaan. Tabel 4.9 ANOVAa Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
123,714
4
30,928
Residual
132,949
55
2,417
Total
256,663
59
F 12,795
Sig. ,000b
a. Dependent Variable: Nilai_Perusahaan b. Predictors: (Constant), CSR, DER, NPM, ROA
Berdasarkan uji ANOVA pada tabel 4.8, diperoleh nilai F hitung sebesar 12.795 lebih besar daripada F tabel 2.540, dan juga nilai signifikansi 0.000 <0.05 sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Ha diterima, yang berarti bahwa secara serentak CSR, DER, NPM dan ROA memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.
3. Uji T Statistik ( Uji Parsial ) Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel – variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat. Apabila t hitung > t tabel, maka Ha diterima, dengan demikian variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat yang ada dalam model dengan kata lain ada pengaruh antara 4 variabel yang diuji. Dan sebaliknya jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, dengan demikian variabel bebas tidak dapat menjelaskan variabel terikat atau dengan kata lain tidak ada pengaruh antara dua variabel yang diuji.
72 Tabel 4.10 Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients B (Constant)
1
Std. Error 1,233
,601
ROA
,182
,033
NPM
-,145
DER CSR
Beta 2,050
,045
,897
5,590
,000
,032
-,675
-4,473
,000
-,070
,213
-,040
-,327
,745
,035
,015
,264
2,385
,021
a. Dependent Variable: Nilai_Perusahaan
Berdasarkan output SPSS pada tabel 4.9 dapat disimpulkan sebagai berikut : Return on Asset memiliki t hitung sebesar 5.590 dengan nilai signifikansi 0.000. Dari hasil tersebut dapat diketahui nilai signifikansi (p-value) lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05. Dan juga nilai t hitung 5.590 lebih besar daripada nilai t tabel 2.004. Maka Ha diterima yang berarti Return on Asset (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan ( nilai pasar ). Net Profit Margin memiliki t hitung sebesar -4.473 dengan nilai signifikansi 0.000. Dari hasil tersebut dapat diketahui nilai signifikansi (p-value) lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05. Dan juga nilai t hitung |-4.473| lebih besar daripada nilai t tabel 2.004. Maka Ha diterima yang berarti Net Profit Margin (NPM) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (nilai pasar). Debt to Equity memiliki t hitung sebesar -0.327 dengan nilai signifikansi 0.745. Dari hasil tersebut dapat diketahui nilai signifikansi (p-value) lebih besar dari tingkat signifikansi 0.05. Dan juga nilai t hitung |-0.182| lebih kecil daripada nilai t tabel 2.004. Maka Ho diterima yang berarti Debt to Equity (DER) secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (nilai pasar).
73 Corporate Social Responsibility memiliki t hitung sebesar 2.385 dengan nilai signifikansi 0.021. Dari hasil tersebut dapat diketahui nilai signifikansi (p-value) lebih kecil dari tingkat signifikansi 0.05. Dan juga nilai t hitung 2.385 lebih besar daripada nilai t tabel 2.004. Maka Ha diterima yang berarti Corporate Social Responsibility (CSR) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (nilai pasar).
D. Pembahasan 1. Pengaruh ROA terhadap nilai perusahaan Dari hasil pengujian di atas dapat dilihat bahwa ROA berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ulupui (2007), Ni Wayan Yuniasih, dan Gede Wirakusuma yang menyatakan ROA berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Dari sini dapat dilihat jika investor masi sangat tertarik pada perusahaan yang dapat memaksimalkan laba perusahaan dari aktivitas operasinya. Investasi dalam aset serta efisiensi dalam penggunaan aset untuk memperoleh laba yang besar dianggap sebagai sesuatu yang baik oleh investor. Masuknya investor-investor potensial ke dalam suatu perusahaan akan berdampak baik bagi perusahaan itu sendiri yang tentunya disertai dengan naiknya nilai dari perusahaan itu. 2. Pengaruh NPM terhadap nilai perusahaan Dari hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa NPM berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dika Kuswantari (2010) yang menyatakan NPM berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Perbedaan ini mungkin dikarenakan karena sektor perusahaan yang diteliti. Pada perusahaan pertambangan, penjualan yang tinggi tidak selalu mendatangkan income yang tinggi. Karena bahan tambang
74 dipengaruhi oleh banyak hal, seperti harga internasional, harga kontrak antar perusahaan, dan lain-lain. Jika harga internasional meningkat tajam, tapi saat bersamaan perusahaan telah terikat kontrak dengan harga yang lebih murah, tentunya ini menjadi kerugian tersendiri bagi perusahaan. 3. Pengaruh DER terhadap nilai perusahaan Dari hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa DER tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfredo Mahendra DJ (2011) yang menyatakan secara parsial variabel leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini mengindikasikan semakin tinggi ataupun rendah hutang yang dimiliki sebuah perusahaan tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Besar kecilnya hutang suatu perusahaan tidak terlalu diperhatikan oleh investor, karena investor lebih melihat bagaimana pihak manajemen perusahaan menggunakan dana tersebut dengan efektif dan efisien untuk mencapai nilai tambah bagi nilai perusahaan. Hal ini juga bisa kita lihat dalam pendanaan untuk beban perusahaan terutama di sektor pertambangan itu terbilang cukup besar, sehingga hutang yang lumayan besar pada sektor pertambangan masih tergolong wajar karena besarnya pembiayaan dan eksplorasi pada pertambangan. 4. Pengaruh CSR terhadap nilai perusahaan. Dari hasil pengujian di atas dapat dilihat bahwa CSR berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008) yang menyatakan CSR tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008 masih terjadi transisi pengungkapan CSR pada perusahaan manufaktur. Sedangkan pada sektor pertambangan, CSR adalah syarat mutlak agar suatu perusahaan pertambangan
75 bisa beroperasi. Perusahaan pertambangan wajib memperhatikan dampak kerusakan lingkungan yang mereka lakukan dengan melakukan CSR secara berkelanjutan. Hal ini sesuai dengan teori stakeholder yang menyatakan perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus memberi manfaat bagi stakeholdernya.