42
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Dalam upaya mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Langkah pertama yang dilakukan manajemen PT Estika Daya Mandiri adalah mengadakan survey lapangan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap berkaitan dengan rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Data hasil survey lapangan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1. Resume hasil survey lapangan dan perhitungan yang dilakukan berkaitan dengan data hasil survey tersebut seperti disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut : Tabel 3 Hasil Survey Lapangan per 31 Mei 2008 (dalam Rupiah) No
Uraian
1
Kebutuhan BBM per hari (Liter)
2
Penebusan BBM per Tahun
3
Kebutuhan Modal Kerja
4
Penjualan BBM per Tahun
Bio Solar
Premium
Jumlah
26.168,75
18.673,53
44.842,28
50,762,141,250
39,640,169,484
90,402,310,734
554,777,500
433,225,896
988,003,396
52,677,693,750
41,007,071,880
93,684,765,630
Berdasarkan data hasil survey tersebut (tabel 1) diperoleh gambaran kondisi awal sebagai berikut : 1) Proyeksi rata-rata kebutuhan BBM per hari adalah 26.168,75 liter untuk bio solar dan 18.673,53 liter untuk premium.
48
43
2) Proyeksi dana yang dibutuhkan untuk penebusan atau pembelian BBM per tahun adalah Rp 90.402.310.734,-. 3) Proyeksi kebutuhan modal kerja per hari adalah Rp 988.003.396,-. 4) Proyeksi penjualan BBM per tahun adalah Rp 93.684.765.630,-. Setelah melakukan survey lapangan, langkah selanjutnya adalah menyusun perencanaan anggaran biaya modal investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang meliputi biaya modal investasi pembanguan SPBU dan biaya usaha
(operasional).
Perencanaan
anggaran
biaya
modal
investasi
pembangunan SPBU dan biaya usaha selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2 dan 3. Resume hasil perencanaan biaya modal investasi seperti disajikan dalam tabel 4 sebagai berikut: Tabel 4 Perencanaan Anggaran Biaya Investasi Pendirian SPBU di KIIC Karawang (dalam Rupiah) No
Uraian
Jumlah
A
Biaya investasi
1
Investasi pembangunan SPBU
2
Investasi non bangunan
408,900,000
3
Uang jaminan waralaba kelas C
300,000,000
4
Modal kerja
988,003,396
5,016,806,896
Total Investasi
6,977,550,637
Dibulatkan
7,000,000,000
B
Biaya usaha (operasional)
Per Tahun
1
Beban usaha penjualan
2
Beban pengelolaan
137,820,001
3
Sewa tanah
150,000,000
4
Biaya personil
442,089,218
5
Beban administrasi dan umum
6
Beban biaya lainnya
1,800,000
7
Pendapatan lainnya
7,560,000
41,580,000
87,504,000
44
Berdasarkan data hasil perencanaan anggaran biaya investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang (tabel 4) diperoleh total nilai biaya modal investasi adalah Rp 7 Milyar. Manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan batas maksimal jangka waktu pengembalian biaya modal investasi tersebut dalam lima tahun (umur investasi aktiva tetap adalah 5 tahun). Sumber pendanaan biaya modal investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang berasal dari pinjaman bank. Hal ini dilakukan karena kondisi keuangan PT Estika Daya Mandiri per Desember 2007 tidak mampu menutup biaya modal investasi tersebut. Sumber pendanaan biaya modal investasi melalui pinjaman bank tersebut diklasifikasikan menjadi dua katagori sebagai berikut : 1) Pinjaman untuk investasi pembangunan SPBU adalah Rp 6 Milyar dengan tingkat suku bunga sebesar 13,50%. 2) Pinjaman untuk modal kerja adalah Rp 1 Milyar dengan tingkat suku bunga sebesar 14,00%.
B. Rencana Investasi SPBU di KIIC Karawang Menggunakan Prinsipprinsip Metode Investasi 1.
Proyeksi Cash Flow Berdasarkan hasil perencanaan anggaran biaya investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang diperoleh total biaya investasi adalah Rp 7 Milyar dengan umur investasi aktiva tetap (ekonomis) selama lima tahun. Sumber pendanaan biaya modal investasi tersebut direncanakan sepenuhnya berasal dari pinjaman bank. Kebijakan
45
manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang berarti perusahaan melakukan investasi dalam aktiva tetap sehingga modal yang tertanam untuk investasi akan diterima kembali oleh perusahaan dalam waktu beberapa tahun (umur ekonomis aktiva), dan kembalinya secara berangsur-angsur melalui depresiasi. Penganggaran biaya modal investasi harus dilakukan secara hati-hati, tepat, dan teliti sehingga investasi yang dilakukan memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan. Biaya modal (cost capital) merupakan biaya yang harus dikeluarkan PT Estika Daya Mandiri untuk mendapatkan modal investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Dalam praktiknya, seringkali biaya modal dianggap sebagai pembahas (cut off rate) terhadap investasi sehingga jika usulan investasi dapat menghasilkan keuntungan lebih besar daripada biaya modal investasinya, maka investasi layak dilakukan. Hasil perhitungan penggunaan biaya modal investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4. Berdasarkan hasil perhitungan cut off rate diperoleh biaya penggunaan modal investasi adalah 9,50%. Hal ini berarti tingkat pengembalian wajib diperoleh dari beberapa tipe pendanaan investasi sebesar 9,50%. Pengeluaran biaya modal investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang tersebut diklasifikasikan dalam beberapa kelompok (katagori) dengan umur investasi aktiva tetap (umur ekonomis) dan
46
nilai
sisa
(residu)
yang
direncanakan
berbeda-beda
sehingga
perhitungan depresiasi terhadap investasi dilakukan pada masingmasing katagori investasi. Hasil perhitungan depresiasi dari masingmasing katagori investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5. berdasarkan hasil perhitungan depresiasi aktiva tetap diperoleh total nilai depresiasi adalah Rp 380.364.071,-. Nilai depresiasi aktiva tetap tersebut merupakan beban biaya yang harus dikeluarkan oleh PT Estika Daya Mandiri setiap tahunnya selama umur ekonomis yang diharapkan (lima tahun). Pengeluaran biaya modal investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang dilakukan PT Estika Daya Mandiri harus mampu memberikan keuntungan secara finansial (profit) bagi perusahaan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini dapat diketahui melalui proyeksi cash flow dalam bentuk analisis laba (rugi). Berdasarkan data hasil survey, data perencanaan anggaran biaya investasi, data perhitungan depresiasi (lampiran 1 s.d. 5) dapat disusun proyeksi cash flow selama lima tahun pertama. Perhitungan proyeksi cash flow dilakukan dengan beberapa asumsi dasar sebagai berikut : 1) Kenaikan penjualan BBM adalah 5% dari tahun sebelumnya. 2) Kenaikan harga pokok penebusan BBM adalah 5% dari tahun sebelumnya.
47
3) Kenaikan biaya usaha (operasional) adalah 10% dari tahun sebelumnya. 4) Beban depresiasi aktiva tetap sebagai komponen biaya operasional adalah tetap atau sama untuk setiap tahunnya. 5) Kenaikan pendapatan-biaya lainnya adalah 10% dari tahun sebelumnya. 6) PPH final BBM adalah 0,3% dari penjualan BBM. Hasil perhitungan proyeksi Laba Rugi, dari investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang selama periode lima tahun pertama seperti dapat dilihat pada lampiran 6. Resume Proyeksi Laba Rugi disajikan pada tabel 5 sebagai berikut : Tabel 5 Investasi Pendirian SPBU di KIIC Karawang Proyeksi Laba Rugi Periode Lima Tahun Pertama (dalam Rp Jutaan) Uraian
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Penjualan BBM
93,684.77
98,369.00
103,287.45
108,451.83
113,874.42
Harga Pokok Penebusan BBM
90,402.31
94,922.43
99,668.55
104,651.97
109,884.57
401.25
421.31
442.38
464.50
487.72
Laba Kotor
2,881.21
3,025.27
3,176.53
3,335.36
3,502.12
Biaya Usaha
1,239.36
1,310.26
1,388.25
1,474.03
1,568.40
Laba Usaha
1,641.85
1,715.01
1,788.28
1,861.32
1,933.72
Pendapatan - Biaya Lainnya
5.76
6.34
6.97
7.67
8.43
Laba (Rugi) Sebelum Pajak
1,647.61
1,721.35
1,795.25
1,868.99
1,942.16
281.05
295.11
309.86
325.36
341.62
1,366.55
1,426.24
1,485.39
1,543.63
1,600.53
Susut Penebusan BBM
Pajak Penghasilan Penjualan Laba (Rugi) Bersih Setelah Pajak
48
Berdasarkan data hasil perhitungan proyeksi Laba Rugi ( Tabel 5) selama periode lima tahun pertama dan hasil perhitungan biaya depresiasi aktiva tetap (lampiran 5) diperoleh proyeksi data arus kas bersih (proced) seperti disajikan pada tabel 6 sebagai berikut :
Tabel 6 Investasi Pendirian SPBU di KIIC Karawang Proyeksi Kas Bersih (Proceed) (dalam Rp Jutaan) Uraian
Tahun I
Tahun II
Tahun III
Tahun IV
Tahun V
Laba (rugi) bersih
1,366.55
1,426.24
1,485.39
1,543.63
1,600.53
Depresiasi
380.36
380.36
380.36
380.36
380.36
Kas Bersih (Proced)
1,746.92
1,806.60
1,865.75
1,924.00
1,980.90
Kas bersih (proced) = Laba (rugi) bersih + Depresiasi. Berdasarkan data hasil proyeksi cash flow (tabel 6) dan hasil analisis laba (rugi) dari investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang selama periode lima tahun pertama (lampiran 7) diperoleh gambaran kondisi keuangan sebagai berikut : 1) Laba kotor (usaha) yang diterima perusahaan pada tahun pertama sebesar Rp 2,88 Milyar dan untuk tahun berikutnya meningkat secara konstan sebesar 5,00%. Kondisi tersebut terjadi karena persentase peningkatan penjualan BBM, harga pokok penebusan BBM, dan susut penebusan BBM diasumsikan sama, yaitu sebesar 5,00% dari tahun sebelumnya.
49
2) Beban biaya usaha (operasional) pada tahun pertama sebesar Rp 1,24 Milyar dan untuk tahun berikutnya selalu meningkat dengan rata-rata peningkatan per tahunnya sebesar 6,06%. Kondisi tersebut terjadi karena komponen beban biaya operasional diasumsikan meningkat sebesar 10,00% dari tahun sebelumnya, tetapi komponen depresiasi aktiva tetap tidak diasumsikan mengalami peningkatan. 3) Laba (rugi) bersih setelah pajak yang diterima perusahaan pada tahun pertama sebesar Rp 1,37 Milyar dan untuk tahun berikutnya selalu meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar per tahun 4,03%. Hal ini terjadi karena peningkatan laba kotor (usaha) hasil penjualan BBM dan pendapatan lain-lain lebih besar dari pada peningkatan beban biaya operasional. Hasil perhitungan proyeksi cash flow selama periode lima tahun pertama tersebut dapat disimpulkan rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang mampu memberikan keuntungan secara finansial bagi PT Estika Daya Mandiri. Hal ini dapat dilihat dari laba (rugi) bersih setelah pajak yang diterima perusahaan per tahunnya selalu meningkat jika dibadingkan dengan tahun sebelumnya dengan rata-rata peningkatan per tahun sebesar 4,03%. Meskipun laba (rugi) bersih setelah pajak per tahunnya selalu meningkat, tetapi peningkatan yang terjadi menunjukkan trend (cenderungan) yang semakin menurun. Kondisi tersebut terjadi dikarenakan tingkat persentase kenaikan beban biaya operasional yang
50
harus dikeluarkan perusahaan setiap tahunnya (naik 10,00%) lebih besar daripada persentase peningkatan penjualan BBM (naik 5,00%). Pertumbuhan laba (rugi) bersih setelah pajak yang diterima perusahaan per tahunnya menunjukkan trend semakin menurun tersebut, dalam jangka panjang dikawatirkan usaha bisnis SPBU di KIIC Karawang tidak menguntungkan lagi secara finansial bagi PT Estika Daya Mandiri. Oleh karena itu, implementasinya ke depan diperlukan efisiensi penggunaan sumber daya perusahaan sehingga beban biaya operasional yang harus dikeluarkan perusahaan setiap tahunnya dapat lebih ditekan. Meskipun secara finansial, hasil proyeksi cash flow diperoleh investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang mampu memberikan keuntungan secara finansial selama periode lima tahun pertama yaitu laba (rugi) bersih yang diterima perusahaan selalu meningkat, tetapi hal ini belum menunjukkan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang layak dilakukan. Dalam upaya mengetahui layak tidaknya investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang direncanakan oleh PT Estika Daya Mandiri dapat ditinjau dari aspek keuangan. Penilaian kelayakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang ditinjau dari aspek keuangan hendaknya menggunakan beberapa metode atau kriteria investasi sekaligus, artinya semakin banyak metode yang digunakan semakin memberikan gambaran lengkap sehingga diharapkan hasil analisis yang diperoleh menjadi lebih sempurna. Beberapa metode penilaian investasi atau metode untuk
51
menyusun ranking usulan investasi, yaitu payback period, net present value, internal rate of return, dan accounting rate ot return (Riyanto, 2001:124). Analisis kelayakan rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang dilakukan oleh PT Estika Daya Mandiri menggunakan beberapa metode atau prinsip-prinsip investasi selengkapnya diuraikan pada subbab berikutnya.
2. Metode Payback Period Penilaian kelayakan rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang menggunakan metode Payback Period (PP) adalah mencari lamanya waktu yang diperlukan agar dapat menutup kembali seluruh pengeluaran biaya modal investasi menggunakan arus kas masuk. Berdasarkan data hasil perhitungan proyeksi cash flow selama periode lima tahun pertama diperoleh proyeksi data arus kas bersih (proced) seperti disajikan pada tabel 4, sehingga nilai Payback Period (PP) dengan cara sebagai berikut : Investasi
= Rp. 7,000.00
Kas bersih (proced) tahun ke-1
= Rp. 1,746.92
Belum cukup
= Rp. 5,253.08
Kas bersih (proced) tahun ke-2
= Rp. 1,806.60
Belum cukup
= Rp. 3,446.48
Kas bersih (proced) tahun ke-3
= Rp. 1,865.75
Belum cukup
= Rp. 1,580.73
Kas bersih (proced) tahun ke-4
= Rp. 1,924.00
Kelebihan
= Rp. -343.27
dihitung
52
Hasil perhitungan Payback Period tersebut diperoleh modal investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang belum tertutup sesudah akhir tahun ke-3 adalah Rp 1.580,73 Juta sedangkan kas bersih (proced) tahun ke-4 sebesar Rp 1.924,00 Juta. Hal ini berarti bahwa waktu yang diperlukan untuk memperoleh biaya modal investasi sebesar Rp 1.580,73 Juta dalam tahun ke-3 adalah : PP tahun ke-3 =
1.580,73 x 12 bulan 1.924,00
= 9,86 atau 10 bulan. Nilai PP = 3 tahun + 10 bulan. Hasil proyeksi perhitungan PP diperoleh nilai PP adalah 3 tahun 10 bulan, artinya jangka waktu pengembalian biaya modal investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang selama 3 tahun 10 bulan. Data pada PT Estika Daya
Mandiri
diperoleh
bahwa
pihak
manajemen
perusahaan
merencanakan batas maksimal jangka waktu pengembalian biaya modal investasi adalah lima tahun. Hal ini menunjukkan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang dapat diterima dan layak dijalankan (nilai PP < 5 tahun).
3. Metode Net Present Value Penilaian kelayakan rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang menggunakan metode Net Present Value (NPV) digunakan untuk menghitung berapa nilai sekarang dari arus kas yang masuk.
53
Penilaian menggunakan metode NPV adalah dengan membandingkan besarnya jumlah arus kas masuk (cash in flow) tiap tahunnya dengan arus kas keluar (cash out flow). Berdasarkan data hasil proyeksi cash flow (tabel 4.3), proyeksi perhitungan NPV dengan beban biaya penggunaan modal investasi sebesar 9,50% (lampiran 4) atau dibulatkan menjadi 10,00% (DF 10%) sebagai berikut : Tabel 7 Investasi Pendirian SPBU di KIIC Karawang Proyeksi Net Present Value (NPV) (dalam Rp Jutaan) Tahun
EAT
Depresiasi
Kas Bersih
DF 10%
PV Kas Bersih
(1)
(2)
(3)
(4) = (2) + (3)
(5)
(6) = (4) x (5)
1
1,366.55
380.36
1,746.92
0.909
1,587.95
2
1,426.24
380.36
1,806.60
0.826
1,492.25
3
1,485.39
380.36
1,865.75
0.751
1,401.18
4
1,543.63
380.36
1,924.00
0.683
1,314.09
5
1,600.53
380.36
1,980.90
0.621
1,230.14
PV Kas Bersih
7,025.61
PV Investasi
7,000.00
NPV
25.61
Berdasarkan data pada tabel 7 diperoleh proyeksi perhitungan NPV sebagai berikut : t
∑ Kas bersih i
NPV
=
i =1
(1+ r )t
= 7.025,61 – 7.000,00 = 25,61
- Investasi
54
Hasil proyeksi perhitungan NPV diperoleh nilai NPV sebesar Rp 25,61 Juta (positif) artinya jumlah nilai tunai kas masuk bersih lebih besar daripada nilai investasi aktiva tetap dengan selisih nilai kas masuk bersih sebesar Rp 25,61 Juta. Hal ini menunjukkan rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang dilakukan PT Estika Daya Mandiri dapat diterima dan layak untuk dijalankan (nilai NPV positif). Hasil proyeksi perhitungan NPV tersebut dapat digunakan untuk menghitung profitability index (PI) dengan rumus sebagai berikut : PI
=
=
∑ PV kas bersih ∑ PV investasi
x 100%
7.025,61 x 100% 7.000,00
= 100,37% Hasil proyeksi perhitungan PI diperoleh nilai PI sebesar 100,37% artinya investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang memiliki indeks kemampulabaan sebesar 100,37% atau mampu menghasilkan laba (rugi) bersih lebih besar daripada periode sebelumnya. Hal ini menunjukkan rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang dilakukan PT Estika Daya Mandiri dapat diterima dan layak untuk dijalankan (nilai PI > 100%).
4. Metode Internal Rate Of Return (IRR) Penilaian kelayakan rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang menggunakan metode Internal Rate Of Return (IRR) digunakan
55
untuk menghitung tingkat suku bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan penerimaan kas bersih di masa mendatang. Dalam menghitung nilai IRR dapat menggunakan metode trial and error dimana dua tingkat suku bunga yang berbeda menghasilkan nilai NPV berlawanan (NPV positif dan NPV negatif). Dalam hal ini, perbandingan tingkat suku bunga yang digunakan penulis adalah DF 10% (pembulatan dari biaya penggunaan modal investasi sebesar 9,50%) dan DF 15%. Berdasarkan data hasil proyeksi perhitungan NPV (tabel 7) dapat dilakukan proyeksi perhitungan IRR sebagai berikut :
Tabel 8 Investasi Pendirian SPBU di KIIC Karawang Proyeksi Internal Rate Of Return (IRR) (dalam Rp Jutaan) Tahun
Kas Bersih
DF 10%
PV Kas Bersih
DF 15%
PV Kas Bersih
(1)
(2)
(3)
(4) = (2) x (3)
(5)
(6) = (2) x (5)
1
1,747
0.909
1,587.95
0.870
1,381.52
2
1,807
0.826
1,492.25
0.756
1,128.14
3
1,866
0.751
1,401.18
0.658
921.98
4
1,924
0.683
1,314.09
0.572
751.66
5
1,981
0.621
1,230.14
0.497
611.38
PV Kas Bersih
7,025.61
4,794.67
PV Investasi
7,000.00
7,000.00
NPV-1
25.61
NPV-2
-2,205.33
Berdasarkan data pada tabel 8 tersebut, proyeksi perhitungan IRR sebagai berikut : IRR = P1 – C1 x
P 2 − P1 C 2 − C1
56
dimana : P1
= tingkat bunga 1 (10%)
P2
= tingkat bunga 2 (15%)
C1
= NPV-1 = 25,61
C2
= NPV-2 = - 2.205,33 IRR
= 10 – (25,61) x
15 − 10 − 2.205,33 − 25,61
= 10 – (25,61) x (– 0,0022412) = 10 – (– 0,06) = 10,06%. Hasil proyeksi perhitungan IRR diperoleh nilai IRR sebesar 10,06% artinya tingkat suku bunga untuk menutup kembali modal investasi awal dan menghasilkan kembalian (return) sebesar 10,06%. Hasil perhitungan biaya penggunaan modal investasi diperoleh cut off rate sebesar 9,50%. Hal ini menunjukkan rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang dilakukan PT Estika Daya Mandiri dapat diterima dan layak untuk dijalankan (nilai IRR > 9,50%).
5. Metode Average Rate of Return (ARR) Penilaian kelayakan rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang menggunakan metode Average Rate of Return (ARR) adalah mencari rasio atau perbandingan rata-rata kas masuk dengan investasi itu sendiri. Dalam melakukan perhitungan untuk dapat mengetahui ARR dari suatu investasi, terlebih dahulu harus dihitung rata-rata laba (rugi) bersih setelah pajak dari investasi tersebut, setelah itu dibandingkan dengan
57
investasi itu sendiri. Berdasarkan data hasil proyeksi cash flow (tabel 4.3) diperoleh rata-rata laba (rugi) bersih setelah pajak sebesar Rp 1.484,47 Juta dan rata-rata investasi adalah Rp 7 Milyar sehingga proyeksi perhitungan ARR sebagai berikut : ARR
=
=
Rata − rata EAT x 100% Investasi
1.484,47 x 100% 7.000,00
= 21,21% Hasil proyeksi perhitungan ARR diperoleh nilai ARR sebesar 21,21% artinya rasio atau perbandingan laba (rugi) bersih terhadap investasi sebesar 21,21%. Hasil perhitungan biaya penggunaan modal investasi diperoleh cut off rate sebesar 9,50%. Hal ini menunjukkan rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang dilakukan PT Estika Daya Mandiri dapat diterima dan layak untuk dijalankan (nilai IRR > 9,50%).
C.
Analisis Kelayakan Investasi atas Rencana Pendirian SPBU di KIIC Karawang Dalam mengembangkan usaha bisnisnya, manajemen PT Estika Daya Mandiri melakukan perencanaan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang. Berdasarkan hasil perencanaan anggaran biaya investasi diperoleh nilai total biaya modal investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang sebesar Rp 7 Milyar dengan perincian biaya modal investasi pembangunan SPBU di KIIC Karawang sebesar Rp 6 Milyar dan biaya modal kerja sebesar Rp 1 Milyar. Sumber pendanaan biaya
58
modal investasi tersebut diperoleh dari pinjaman bank dengan batas waktu maksimal pengembalian yang direncanakan manajemen PT Estika Daya Mandiri adalah selama lima tahun (umur investasi aktiva tetap adalah 5 tahun). Pengeluaran biaya modal investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan secara finansial bagi PT Estika Daya Mandiri baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Di sisi lain, pengeluaran biaya modal investasi tersebut menimbulkan beban biaya penyusutan (depresiasi) dalam setiap tahunnya sebesar Rp 380,36 juta selama periode umur investasi aktiva tetap yang direncanakan (5 tahun). Oleh karena itu, penting bagi manajemen PT Estika Daya Mandiri untuk melakukan analisis kelayakan investasi agar kebijakan investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang dapat memberikan keuntungan secara finansial yang sangat berguna untuk tetap menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan usaha. Jika hal ini tidak dilakukan ada kemungkinan investasi yang dilakukan justru akan menjadi beban pada kemampuan keuangan perusahaan dalam pembiayaan kegiatan operasional usaha yang akhirnya dapat mengakibatkan kebangkrutan. Analisis kelayakan investasi melalui proyeksi perhitungan cash flow selama periode lima tahun pertama diperoleh investasi investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang mampu memberikan keuntungan laba (rugi) bersih setelah pajak yang diterima perusahaan selalu meningkat dengan rata-rata peningkatan per tahun sebesar 4,03%. Meskipun laba (rugi) bersih setelah pajak per tahunnya selalu meningkat tetapi hal tersebut belum menunjukkan bahwa investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang dan diterima dan layak dijalankan. Oleh
59
karena itu, manajemen PT Estika Daya Mandiri perlu melakukan analisis kelayakan investasi ditinjau dari aspek keuangan menggunakan prinsip-prinsip investasi. Hasil analisis rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang dengan menggunakan metode atau prinsip-prinsip investasi diperoleh resume hasil analisis seperti disajikan pada tabel 7 sebagai berikut :
Tabel 9 Resume Hasil Analisis Kelayakan Investasi Pendirian SPBU di KIIC Karawang No
Metode
Hasil
Kriteria
Keterangan
3 tahun 10 bulan
5 tahun
Layak
1
Payback Period (PP)
2
Net Present Value (NPV)
25,61 Juta
Positif
Layak
3
Profitability Indeks (PI)
100,37%
100,00%
Layak
4
Internal Rate Of Return (IRR)
10,06%
9,50%
Layak
5
Average Rate of Return (ARR)
21,21%
9,50%
Layak
Berdasarkan hasil analisis kelayakan investasi (tabel 4.7) menunjukkan rencana investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang dilakukan PT Estika Daya Mandiri dapat diterima dan layak untuk dijalankan, terlihat dari semua metode penilaian investasi diperoleh hasil bahwa investasi layak untuk dilanjutkan. Hal ini berarti investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang dilakukan PT Estika Daya Mandiri akan memberikan keuntungan secara finasial (profit) bagi perusahaan. Secara lebih terinci hasil analisis investasi dari masingmasing metode penilaian kelayakan investasi diperoleh sebagai berikut : 1) Metode Payback Period (PP) Hasil analisis diperoleh nilai PP adalah 3 tahun 10 bulan berarti jangka waktu pengembalian biaya modal investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang
60
selama 3 tahun 10 bulan. Pihak manajemen PT Estika Daya Mandiri merencanakan batas maksimal jangka waktu pengembalian investasi (umur investasi aktiva tetap) adalah 5 tahun. Jika dilihat dari hasil analisis tersebut, investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang direncanakan PT Estika Daya Mandiri dapat diterima atau layak untuk dijalankan karena jangka waktu pengembalian biaya modal investasi lebih kecil dari batas maksimal jangka waktu pengembalian biaya modal investasi yang direncanakan (nilai PP < 5 tahun). 2) Metode Net Present Value (NPV) Hasil analisis diperoleh nilai NPV sebesar Rp 25,61 Juta berarti jumlah nilai tunai kas masuk bersih lebih besar daripada nilai investasi aktiva tetap dengan selisih nilai kas masuk bersih sebesar Rp 25,61 Juta. Jika dilihat dari hasil analisis tersebut, investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang direncanakan PT Estika Daya Mandiri dapat diterima atau layak untuk dijalankan karena akan menghasilkan nilai selisih kas masuk bersih positif (nilai NPV positif). Hasil analsis NPV dapat digunakan untuk menghitung profitability index (PI). Hasil analisis diperoleh nilai PI sebesar 100,37% berarti investasi memiliki indeks kemampulabaan sebesar 100,37% atau mampu menghasilkan laba (rugi) bersih lebih besar daripada periode sebelumnya. Jika dilihat dari hasil analisis tersebut, investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang direncanakan PT Estika Daya Mandiri dapat diterima atau layak untuk dijalankan karena meningkatkan laba (rugi) bersih (nilai PI > 100,00%). 3) Metode Internal Rate Of Return (IRR)
61
Hasil analisis diperoleh nilai IRR sebesar 10,06% berarti tingkat suku bunga untuk menutup kembali investasi awal dan menghasilkan kembalian (return) sebesar 10,06%. Hasil perhitungan biaya modal cost capital atau cut off rate diperoleh nilai 9,50% artinya biaya penggunaan modal investasi sebesar 9,50%. Jika dilihat dari hasil analisis tersebut, investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang direncanakan PT Estika Daya Mandiri dapat diterima atau layak untuk dijalankan karena tingkat pengembalian investasi lebih besar dari tingkat pengembalian yang ditetapkan PT Estika Daya Mandiri (nilai IRR > 9,50%). 4) Metode Average Rate of Return (ARR) Hasil analisis diperoleh nilai ARR adalah 21,21% berarti rasio laba (rugi) bersih terhadap investasi sebesar 21,21%. Hasil perhitungan biaya penggunaan modal investasi diperoleh sebesar 9,50%. Jika dilihat dari hasil analisis tersebut, investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang direncanakan PT Estika Daya Mandiri dapat diterima atau layak untuk dijalankan karena rasio laba (rugi) bersih terhadap investasi lebih besar dari tingkat biaya penggunaan modal investasi (nilai ARR > 9,50%). Hasil analisis kelayakan investasi menggunakan beberapa metode penilaian investasi tersebut dapat disimpulkan bahwa investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang yang direncanakan oleh PT Estika Daya Mandiri dapat diterima dan layak untuk dijalankan. Hal ini berarti kebijakan manajemen PT Estika Daya Mandiri untuk melakukan pengembangan usaha bisnisnya melalui investasi pendirian SPBU di KIIC Karawang akan memberikan keuntungan bagi
62
perusahaan berupa laba (rugi) setelah pajak yang selalu meningkat setiap tahunnya dengan proyeksi rata-rata peningkatan tersebut sebesar 4,03%. Dalam hal ini, perlu diperhatikan bahwa peningkatan laba (rugi) bersih setelah pajak tersebut menunjukkan kecenderungan semakin menurun sehingga dikawatirkan dalam jangka panjang justru akan menurunkan kemampuan keuangaan perusahaan dalam pembiayaan kegiatan operasional usahanya. Dalam mengantisipasi kondisi demikian, untuk implementasinya ke depannya manajemen PT Estika Daya Mandiri perlu melakukan upaya-upaya efisiensi penggunaan sumber daya perusahaan sehingga tingkat pengeluaran beban biaya operasional dapat ditekan seefisien mungkin agar laba (rugi) bersih setelah pajak semakin meningkat.