BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pretest (x) dan postest (y). Pretest dan postest diselenggarakan dengan menggunakan perangkat tes yang sama serta skala nilai yang sama pula, yaitu 0-100. Hasil yang diperoleh dari pretest (tes awal siswa sebelum mendapatkan perlakuan dengan menggunakan teknik tutorial sebaya) menunjukkan skor tertinggi sebesar 70 dan skor terendah sebesar 30 dengan nilai rata-rata sebesar 46,67. Hasil yang diperoleh siswa pada postest menunjukkan skor tertinggi sebesar 90 dan skor terendah 50 dengan nilai rata-rata sebesar 72,16. (penghitungan rinci pada lampiran 3).
1.
Uji Persyaratan Analisis Uji persyaratan analisis dilakukan sebelum melakukan analisis data. Uji
persyaratan ini meliputi; uji normalitas data pretest (x) dan postest (y) serta uji homogenitas. a.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk memeriksa keabsahan sampel yang diambil
dari populasi dengan menggunakan uji liliefors. Sampel dikatakan berdistribusi normal jika skor yang diperoleh berasal dari suatu populasi yang berdistribusi normal.
37
38
Berdasarkan uji Liliefors yang dilakukan terhadap pretest (x) diperoleh Lhitung sebesar 0,112, sedangkan untuk Ltabel dengan taraf nyata (α) = 0,05 dan n = 30 diperoleh nilai 0,161. Hasil uji Liliefors terhadap pretest ini menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel. Hal ini dapat diartikan bahwa data x berdistribusi normal. Sementara itu, uji Liliefors yang dilakukan terhadap postest (y) menghasilkan Lhitung = 0,024, sedangkan untuk Ltabel dengan taraf nyata (α) = 0,05 dan n = 30 diperoleh nilai 0,161. Hasil uji Liliefors terhadap postest (y) pun menunjukkan bahwa Lhitung < Ltabel. Hal ini berarti bahwa data y juga berdistribusi normal (perhitungan rinci pada lampiran 3).
b.
Uji Homogenitas Variansi Data x dan y. Uji homogenitas digunakan untuk menguji homogen atau tidaknya sampel
yang diambil dari populasi yang sama dan dapat dilakukan apabila datanya telah terbukti berdistribusi normal melalui uji normalitas. Suatu variansi data dapat dikatakan homogen jika Fh < Ft (Fhitung lebih kecil daripada Ftabel). Dari hasil penghitungan uji homogenitas variansi data x dan y, diperoleh Fhitung = 0,02 dan Ftabel = 4,15 (dengan dk pembilang = 1 dan dk penyebut = n-1 = 30-1= 29). Hasil tersebut menunjukkan bahwa, variansi data x dan y terbukti homogen. (perhitungan rinci pada lampiran 5).
39
2. Pengujian Hipotesis Seperti telah dikemukakan pada Bab 1, hipotesis pada penelitian ini berbunyi “Penggunaan Teknik Tutorial Sebaya dalam Pembelajaran Grammatik dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mendeklinasikan kata sifat”. Uji hipotesis dilakukan melalui uji signifikansi perbedaan rata-rata atau uji-t, dengan kriteria pengujian: •
jika Thitung < Ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.
•
jika Thitung > Ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh harga Thitung =
39,8, sedangkan dari daftar distribusi Ttabel dengan taraf nyata α = 0,05 dan dk = 30 diperoleh Ttabel = 1,70. Hasil pengolahan data menunjukkan nilai: Thitung > Ttabel (39,8 > 1,70). (penghitungan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 4) Maka dapat disimpulkan bahwa Hi diterima dan Ho ditolak. Hasil di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil
pretest
dengan
hasil
posttest.
Setelah
mengikuti
pembelajaran
Adjektivdeklination melalui penggunaan teknik tutorial sebaya, siswa dapat memperoleh nilai yang lebih besar daripada sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknik tutorial sebaya efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran Adjektivdeklination.
40
B. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data secara olah statistik, telah terbukti bahwa penggunaan teknik pembelajaran tutorial sebaya dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran Adjektivdeklination. Pembuktian hipotesis ini dianggap ligis
karena
dengan
menggunakan
teknik
tutorial
sebaya,
pembelajaran
Adjektivdeklination dapat dilakukan dengan lebih fleksibel, karena siswa dapat berdiskusi, bertanya, dan berkomunikasi dengan teman sebayanya dengan cara dan bahasa yang lebih komunikatif tanpa perasaan canggung atau malu seperti halnya siswa bertanya kepada guru. Hal tersebut senada dengan pendapat Suherman (2003)s yang mengungkapkan bahwa bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. Dengan metode ini, siswa dengan kemampuan kurang lebih berani bertanya mengenai materi yang diberikan guru kepada tutornya (dalam kelompok). Menurut Suryo dan Amin (1984), bantuan yang diberikan teman-teman sebaya pada umumnya dapat memberikan hasil yang cukup baik. Peran teman sebaya dapat menumbuhkan dan membangkitkan persaingan hasil belajar secara sehat, karena siswa yang dijadikan tutor, eksistensinya diakui oleh teman sebaya.
41
Sementara itu, bagi tutor sendiri yang memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa lainnya, pembelajaran dengan metode ini memberikan manfaat bagi pengembangan karakter dan pengalaman. Tugas sebagai tutor merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman dan sebenarnya merupakan kebutuhan anak itu sendiri. Dalam model pembelajaran tutorial ini, mereka (para tutor) harus berusaha mendapatkan hubungan dan pergaulan baru yang mantap dengan teman sebaya, mencari perannya sendiri, mengembangkan kecakapan intelektual dan sosial. Dengan demikian, beban yang diberikan kepada mereka akan memberi kesempatan untuk mendapatkan perannya, bergaul dengan orang–orang lain, dan bahkan mendapatkan pengetahuan serta pengalaman. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode tutorial sangat sesuai digunakan dalam pembelajaran bahasa terutama dalam upaya pemerolehan bahasa (kosa kata) maupun pemahaman grammatik. Dengan model pembelajaran teman sebaya, maka tidak ada batasan bagi tiap siswa untuk lebih terbuka dan saling berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya sehingga diharapkan dapat melatih kecakapan komunikasi siswa.