BAB III RERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1
Rerangka Berpikir Pengelolaan keuangan daerah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dari fungsi perbendaharaan. Peran bendahara menjadi hal yang cukup strategis dalam mewujudkan pengelolaan keuangan yang sesuai SAP. Bendahara memiliki kewajiban untuk menerima, menyimpan, menyetorkan/membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD, dengan membuat laporan realisasi anggaran SKPD sebagai bahan penyusunan LKPD. LKPD Kabupaten Tabanan pada tahun 2012 mendapat opini disclaimer, kondisi ini menunjukkan masih belum terlaksananya pengelolaan keuangan secara wajar dilihat dari aspek kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, Sistem Pengendalian Intern (SPI) dan SAP. Kinerja bendahara menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti, karena kinerja yang baik akan mampu meningkatkan kualitas laporan yang dihasilkan. Faktor yang berpengaruh terhadap kinerja adalah pendidikan hasil penelitian terdahulu tidak konsisten sehingga diduga ada variabel lain yang mampu memperkuat pengaruh tersebut, yakni pelatihan dan motivasi. Skema rerangka berpikir ini disajikan dalam Gambar 3.1.
23
24
Pengaruh Pendidikan pada Kinerja Bendahara SKPD Kabupaten Tabanan dengan Pelatihan dan Motivasi sebagai variabel Moderasi
Kajian Teoretis 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8)
Kajian Empiris 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Teori Pembelajaran Teori Kontinjensi Teori Motivasi Kinerja Bendahara Pendidikan Pelatihan Motivasi Kinerja Bendahara SKPD
Rumusan Masalah
Hipotesis
Uji Statistik
Hasil dan Pembahasan
Simpulan dan saran
Gambar 3.1. Rerangka Berpikir
Lubis (2008) Hameed and Waheed (2011) Sultana, et al (2012) Pelitawati dkk. (2012) Gohari, et al (2013) Widodo (2013) Ningrum dkk. (2013) Irdianto (2014) Suantara (2014)
25
3.2
Konsep Penelitian Penelitian ini menguji pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara SKPD
Kabupaten Tabanan dengan pelatihan dan motivasi sebagai variabel moderasi. Berdasarkan rerangka berpikir penelitian ini, dapat disusun konsep penelitian untuk melihat hubungan-hubungan antar variabel penelitian seperti ditunjukkan pada Gambar 3.2. Pelatihan (X2)
H2 Pendidikan (X1)
H1
Kinerja Bendahara (Y) H3 Motivasi (X3)
Gambar 3.2 Konsep Penelitian
3.3
Hipotesis Penelitian
3.3.1 Pengaruh Pendidikan pada Kinerja Bendahara Pembelajaran menurut Weiss (1990) dalam Robbins dan Judge (2008) adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Teori pembelajaran melalui pengondisian klasik merupakan pengondisian di mana seorang individu menanggapi stimulus tertentu sebagai respon terhadap sesuatu yang dikenali. Pendidikan formal dapat diperoleh melalui
26
pengondisian klasik. Pendidikan merupakan faktor yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Dengan menempuh tingkat pendidikan tertentu menyebabkan seorang pegawai memiliki pengetahuan tertentu sehingga mampu serta cakap untuk melaksanakan tugasnya dengan baik. Siagian (2011) menyatakan bahwa setiap orang ingin mengembangkan kemampuannya sehingga potensi yang dimilikinya berubah menjadi kemampuan efektif. Salah satu cara untuk mengubah potensi seseorang menjadi kemampuan nyata ialah melalui pendidikan. Pendidikan dapat meningkatkan kinerja pegawai, hal ini disebabkan bahwa semakin tinggi daya analisisnya maka akan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Pendidikan seorang pegawai juga dapat memperbaiki kualitasnya dalam menjalankan tugas. Pendidikan adalah suatu indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan Hasibuan (2003). Penelitian yang dilakukan Sudantra (2006), Nuhaa (2008), Pelitawati (2012), Ningrum dkk. (2013) dan Pakpahan (2014) secara empiris membuktikan bahwa pendidikan berpengaruh pada kinerja pegawai. Berdasarkan hal tersebut, diduga pendidikan berpengaruh positif pada kinerja bendahara, sehingga dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Pendidikan berpengaruh positif pada kinerja bendahara SKPD 3.3.2
Peran pelatihan dalam memoderasi pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara SKPD Teori pembelajaran sosial merupakan pandangan dimana individu dapat
belajar melalui pengalaman tidak langsung ataupun pengalaman langsung yang dirasakan. Pelatihan merupakan proses membantu pegawai untuk memperoleh
27
efektivitas dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan, dan sikap yang layak. Pelatihan merupakan salah satu usaha organisasi yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan kinerja pegawai Dessler (2011). Simanjuntak
(1985)
menyatakan
pelatihan
dapat
meningkatkan
keterampilan pegawai baik secara horisontal maupun vertikal. Secara horisontal berarti memperluas keterampilan jenis pekerjaan yang diketahui, sedangkan secara vertikal memperdalam satu bidang tertentu. Pelatihan bagi pegawai harus diberikan secara berkala agar setiap pegawai terpelihara kompetensinya untuk peningkatan kinerja organisasi, sehingga program pelatihan harus mendapat perhatian melalui perencanaan kebutuhan pelatihan bagi setiap pegawai. Pelatihan merupakan salah satu usaha organisasi yang sengaja dilakukan untuk meningkatkan kinerja pegawai. Moekijat (1996) menyatakan bahwa pelatihan harus bisa membantu pegawai menambah pengetahuannya dalam menjalankan tugasnya serta mampu menimbulkan perubahan kebiasaan, sikap dan informasi yang diterapkan dalam tugas. Penelitian Lubis (2008), Farooq dan Aslam (2011), Anwar (2011), Ernawati (2012), Pelitawati (2012), Suryantari (2012), Agusta (2013) dan Suharnomo (2013) menemukan bahwa pelatihan memengaruhi kinerja pegawai. Sedangkan penelitian yang dilakukan Rahmawati (2010), Silvia (2013) dan Wulanda (2013) menyatakan bahwa pelatihan tidak berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Dalam penelitian ini diduga pelatihan sebagai variabel moderasi yang dapat memperkuat hubungan pendidikan dengan
28
kinerja bendahara SKPD. Berdasarkan penjelasan tersebut, diduga pelatihan merupakan variabel moderasi maka hipotesis dirumuskan sebagai berikut: H2 : Pelatihan memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara SKPD. 3.3.3
Peran motivasi dalam memoderasi pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara SKPD Pendekatan
kontinjensi
dalam
beberapa
penelitian
adalah
untuk
mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang memengaruhi perancangan dan penggunaan sistem pengendalian. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada ketidakkonsistenan antara satu peneliti dengan peneliti lainnya, sehingga disimpulkan bahwa terdapat variabel lain yang memengaruhinya. Perbedaan hasil temuan tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pendekatan kontinjensi (Govindarajan, 1988). Penelitian yang dilakukan Wirama (2010), Widodo (2013) dan Muttaqin dkk. (2013) menyatakan pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya faktor lain yang ikut memengaruhi kinerja pegawai, salah satunya adalah faktor motivasi yang terdapat dalam diri pegawai. Penelitian terdahulu mengenai motivasi kerja sebagai variabel moderasi dalam hubungannya dengan kinerja, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2004), Warsono dan Sarwono (2009), Pamutri (2010) dan Suantara (2014). Pamutri (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh komitmen terhadap kinerja auditor dengan motivasi sebagai variabel moderasi. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa motivasi memoderasi pengaruh komitmen organisasi dan komitmen profesional terhadap kinerja auditor.
29
Suantara (2014) meneliti pengaruh independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja auditor internal terhadap efektivitas sistem pengendalian internal dengan motivasi sebagai variabel moderasi. Hasil pengujian hipotesis adalah independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektivitas sistem pengendalian internal, dan motivasi mampu menjadi variabel moderasi pengaruh independensi, keahlian profesional dan pengalaman kerja auditor internal terhadap efektivitas sistem pengendalian
internal.
Berdasarkan
penjelasan
tersebut,
maka
hipotesis
dirumuskan sebagai berikut: H3 : Motivasi memperkuat pengaruh pendidikan pada kinerja bendahara SKPD