20
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir Landasan pemikiran bahwa diversitas dewan mempengaruhi kinerja perusahaan adalah Teori Ketergantungan Sumberdaya. Ada dua pandangan dalam teori ini yang menunjukan hubungan antara diversitas dengan kinerja perusahaan. Pandangan pertama adalah hubungan lingkungan (environmental linkage perspective). Dalam teori ini dewan merupakan bagian organisasi dan lingkungannya, dengan menyediakan informasi dan sumberdaya bagi organisasi, dewan akan melindungi organisasi dari ketidakpastian lingkungan. Berdasarkan pandangan ini, secara individual anggota dewan dengan latar belakang yang berbeda-beda akan menyediakan sumberdaya penting bagi organisasi. Pandangan kedua, sebagai tambahan terhadap pandangan pertama menyatakan bahwa anggota dewan akan melakukan fungsi kontrol, dan melalui usaha administratif dapat mempengaruhi efisiensi organisasi. Kedua pandangan ini menyatakan bahwa struktur dewan yang baik memiliki potensi untuk mempengaruhi hasil-hasil organisasi (Siciliano, 1996). Diversitas dewan telah menjadi sorotan dalam berbagai penelitian tata kelola perusahaan. Namun pengujian yang dilakukan hanya menguji indikator diversitas dewan seperti gender, ras, umur, dan tingkat pendidikan terhadap baik kinerja pasar, kinerja finansial ataupun dengan nilai perusahaan.
20
21
Di Indonesia, penelitian mengenai pengaruh diversitas dewan terhadap kinerja perusahaan masih sangat jarang. Kusumastuti et al. (2006) yang meneliti diversitas dewan yang diukur dengan 5 variabel yaitu keberadaan dewan direksi wanita, keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan (sebagai proksi dari minoritas), proporsi outside directors, usia anggota dewan direksi, dan latar belakang pendidikan anggota dewan, dengan ukuran dewan dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Hasilnya menunjukan bahwa secara parsial, keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan ditemukan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Sementara itu variabel lainnya yaitu keberadaan wanita dalam dewan, proporsi outside directors, usia anggota dewan, dan proporsi anggota dewan yang berlatar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis secara parsial ditemukan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kebanyakan BOD yang dimaksudkan dalam penelitian di luar negeri mengacu kepada one-tier system, dimana BOD memiliki fungsi pengawasan terhadap kinerja manajemen (Wardani, 2008). Sedangkan Indonesia menganut two-tier system, dimana terdapat pemisahan antara direksi sebagai pengelola dan komisaris sebagai pengawas. Meier, (2005) menyatakan untuk sistem two-tier, dewan didefinisikan sebagai kombinasi antara pengawas (supervisor) dan manajemen. Penelitian ini mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti et al. (2006), dengan mencoba melihat pengaruh diversitas dewan terhadap kinerja pasar perusahaan. Dalam penelitian ini dewan didefinisikan sebagai gabungan antara dewan
22
direksi dan dewan komisaris. Untuk mengukur diversitas dewan digunakan empat kriteria pengukuran yaitu: variasi gender, kebangsaan, umur, dan latar belakang pendidikan. Diversitas dewan dinyatakan tinggi apabila terdapat variasi gender, kebangsaan, umur, dan latar belakang pendidikan anggota dewan yang tinggi. Kerangka berpikir dan skema dalam penelitian ini ditampilkan pada Gambar 3.1 berikut ini.
Charter et al (2002)
GCG
Randøy et al (2006) Eklund et al (2008) Kusumastuti dkk (2007)
Diversita s Dewan Menguji secara parsial
Independensi dan akuntabilitas Teori ketergantungan sumberdaya
Sistem board Di Indonesia Kinerja pasar perusahaan
Diversitas Dewan Gambar 3.1 Kerangka Berpikir
23
3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka pikir diatas, maka dapat disusun suatu konsep penelitian yang kemudian dapat diturunkan menjadi variabel dalam penelitian ini. Konsep penelitian merupakan hubungan logis dari landasan teoritis dan kajian empiris yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Konsep penelitian disajikan pada Gambar 3.2 berikut ini. Kajian Teoretis: a). Resource dependence theory b). Teori Signaling
Diversitas Dewan
Kinerja pasar Perusahaan
1. Kajian Empiris a) Carter et al. (2002) b) Trond Randoy et al. (2006) c) Sari Kusumastuti dkk. (2006) d) Roberson et al. (2007) e) Eklund et al. (2008)
Gambar 3.2 Konsep Penelitian Pada Gambar 3.2 menunjukan landasan teori dan kajian empiris yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis penelitian. Penelitian yang dilakukan Carter et al. (2002), Roberson dan Park, (2007), dan Kusumastuti et al. (2006), yang meneliti pengaruh diversitas dewan terhadap nilai perusahaan menunjukan hasil yang masih bervariasi. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Randoy et al. (2006) dan Eklund et al. (2008) menemukan hubungan negatif antara diversitas dewan dengan kinerja perusahaan. Kajian teoretis dalam penelitian ini menggunakan Teori Ketergantungan Sumberdaya, yang menjelaskan kenapa diversitas dewan menjadi
24
penting bagi proses pembuatan keputusan dan Teori Pensinyalan yang menjelaskan kenapa diversitas dewan direaksi pasar. Penelitian ini berusaha untuk mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti et al. (2006) dengan menggunakan satu ukuran untuk menilai diversitas dewan. Diversitas dewan dinilai berdasarkan skor, dengan nilai tertinggi 4 jika semua komponen penilaian dimiliki oleh perusahaan dan nilai terendah 0 jika komponen penilaian tidak dimiliki perusahaan. 3.3 Hipotesis Penelitian Carter et al. (2002) menyelidiki hubungan antara diversitas dewan dengan nilai perusahaan pada perusahaan Fortune 1000. Board diversity didefinisikan sebagai persentase wanita, Afrika-Amerika, Asia dan Hispanik. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara proporsi wanita, atau minoritas terhadap nilai perusahaan. Roberson dan Park (2007) yang meneliti pengaruh diversitas reputasi dan diversitas ras pemimpin terhadap hasil-hasil keuangan menunjukan adanya hubungan berbentuk U-shape antara diversitas ras pemimpin terhadap pendapatan, laba bersih dan book to market equity. Randoy et al. (2006) yang meneliti hubungan antara diversitas dewan yang diproksikan dengan gender, umur dan kebangsaan terhadap kinerja yang diproksikan dengan kinerja pasar dan ROA, tidak menemukan adanya hubungan antara gender, umur, dan kebangsaan terhadap kinerja pasar dan ROA. Penelitian yang dilakukaan Eklund et al. (2008) yang meneliti hubungan antara struktur kepemilikan, diversitas dewan dan nilai perusahaan yang diproksikan dengan kinerja investasi pada
25
perusahaan yang listing di Swedia menunjukan pengaruh kecil tapi negatif antara gender dengan kinerja investasi. Kusumatuti et al. (2006) yang meneliti diversitas dewan yang diukur dengan 5 variabel yaitu keberadaan dewan direksi wanita, keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan (sebagai proksi dari minoritas), proporsi outside directors, usia anggota dewan direksi, dan latar belakang pendidikan anggota dewan, dengan ukuran dewan dan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Hasilnya menunjukan bahwa secara parsial, keberadaan etnis Tionghoa dalam anggota dewan ditemukan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Sementara itu variabel lainnya yaitu keberadaan wanita dalam dewan, proporsi outside directors, usia anggota dewan, dan proporsi anggota dewan yang berlatar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis secara parsial ditemukan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Wardani, (2008) menyatakan kebanyakan BOD yang dimaksudkan dalam penelitian di luar negeri mengacu kepada one-tier system, dimana BOD memiliki fungsi pengawasan terhadap kinerja manajemen. Sedangkan Indonesia menganut two-tier system, dimana terdapat pemisahan antara direksi sebagai pengelola dan komisaris sebagai pengawas. Meier (2005), mengungkapkan untuk sistem two-tier, dewan
didefinisikan sebagai kombinasi antara
pengawas (supervisor) dan
manajemen. Penelitian ini mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Kusumastuti et al. (2006) dengan mencoba melihat pengaruh diversitas dewan terhadap kinerja pasar
26
perusahaan. Dalam penelitian ini dewan didefinisikan sebagai gabungan antara dewan direksi dan dewan komisaris. Untuk mengukur diversitas dewan digunakan empat kriteria pengukuran yaitu: variasi gender, kebangsaan, umur, dan latar belakang pendidikan. Diversitas dewan dinyatakan tinggi apabila terdapat variasi gender, kebangsaan, umur dan latar belakang pendidikan anggota dewan yang tinggi. Adanya diversitas dewan dalam perusahaan dianggap mewakili prinsip independensi dan akuntabilitas pembuatan keputusan, sehingga akan meningkatkan nilai pemegang saham. Dengan kata lain, keberadaan dewan yang tersebar dapat dianggap sebagai sinyal bahwa perusahaan telah melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik dan seharusnya meningkatkan nilai pasar perusahaan. Berdasarkan kajian empiris dan pemikiran tersebut, maka penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1:
Diversitas dewan berpengaruh pada kinerja pasar.
Hipotesis penelitian disajikan dalam Gambar 3.3 berikut ini.
Diversitas Dewan
Kinerja Pasar
Gambar 3.3 Model Penelitian