BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1
Kerangka Konsep Penelitian ini menggunakan 4 variabel independen, yaitu kompetensi,
motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja dengan variabel dependen kinerja APIP.Kerangka konsep pada gambar 3.1 menggambarkan hubungan secara bersama-sama dan parsial antara variabel independen dan dependen. Variabel independen dalam penelitian ini ialah kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, pengalaman kerjadan variabel dependen ialah kinerja APIP. 3.1.1
Hubungan kompetensi dengan kinerja APIP Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan audit, yaitu pengetahuan dan
kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami objek pemeriksaan yang diaudit. Auditor juga harus memiliki kemampuan untuk bekerjasama
dalam
tim
serta
kemampuan
dalam
menganalisis
permasalahan.Penjelasan Pernyataan SPAP dalam SA Seleksi 210, PSA No.4 menjelaskan audit harus dilaksanakan oleh seorang auditor yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis serta pengalaman yang memadai dalam bidang audit.Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.Menurut Peraturan
Menteri
Pendayagunaan
(No./PER/05/M.PAN/03/2008).tentang
Standar
Aparatur Audit
APIP,auditor
Negara harus
mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lainnya yang diperlukan
Universitas Sumatera Utara
untuk melaksanakan tanggung jawabnya.Dengan memiliki kompetensi atau keahlian dalam jasa profesional, akan mempengaruhi kinerja APIP. Penelitian Mulyono(2009) menemukan bahwa kompetensi secara serempak berpengaruh positif terhadap kinerja Inspektorat Kabupaten Deli Serdang. Penelitian Erina (2012) menemukan bahwa kompetensi berpengaruh secara serempak maupun parsial terhadap kinerja APIP Kota Aceh. Berdasarkan uraian di atas, kompetensi diduga berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja APIP. 3.1.2
Hubungan motivasi dengan kinerja APIP Menurut Fred Luthans (2006:270), motivasi yang menggerakkan
perilaku atau dorongan yang ditujukan untuk tujuan atau insentif. Dengan kata lain, motivasi akan mendorong seseorang, termasuk APIP, untuk berprestasi, memiliki komitmen terhadap kelompok serta memiliki inisiatif dan optimisme yang tinggi. Gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan lingkungan kerja yang kurang baik juga dapat menurunkan motivasi aparat untuk menjaga kinerja APIP. Ada 2 jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan, yaitu faktor eksternal (karakteristik organisasi) dan faktor internal (karakteristik pribadi). Penelitian yang dilakukan oleh Rajagukguk (2011) dan Triyanti (2014) menemukan bukti empiris bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP. Semakin baik tingkat motivasi dari auditor,akan semakin baik kinerja yang dilakukannya. Berdasarkan uraian di atas, motivasi diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP.
Universitas Sumatera Utara
3.1.3
Hubungan latar belakang pendidikan dengan kinerja APIP Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemampuan
kerja pegawai/karyawan karena bisa dijadikan sebagai alat untuk menilai dan melihat kemampuan seseorang dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Begitu juga dengan APIP, agar tercipta kinerja audit yang baik, APIP harus memiliki kriteria tertentu dari setiap auditor yang diperlukan untuk merencanakan audit, mengidentifikasi teknik, dan metodologi audit. Untuk itu, auditor APIP harus memiliki latar belakang pendidikan formal minimal S-1 yang setara. Penelitian yang dilakukan Mulyono (2009) menemukan bukti empiris bahwa latar belakang pendidikan berpengaruh signifikan, secara bersama-sama maupun parsial, terhadap kinerja Inspektorat. Berdasarkan uraian di atas, latar belakang pendidikan diduga berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP 3.1.4
Hubungan pengalaman kerja dengan kinerja APIP Pengalaman dapat memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil
dalam setiap kinerja sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja yang dimiliki APIP, maka akan semakin baik pula kualitas kinerjanya. Penelitian yang dilakukan oleh Slamet (2009) menguji pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja aparat pengawas fungsional di Inspektorat Jenderal Pekerjaan Umum. Hasil penelitian menunjukkan pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja aparat pengawas fungsional di Inspektorat Jendral Pekerjaan Umum. Hubungan antarvariabel dapat dilihat pada kerangka konsep yang digambarkan pada Gambar 3.1.
Universitas Sumatera Utara
Variabel Independen
Variabel Dependen
Kompetensi (X1)
Motivasi (X2) Kinerja APIP (Y) Latar belakang pendidikan (X3)
Pengalaman kerja (X4)
Gambar 3.1 Kerangka Konsep 3.2
Hipotesis Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, peneliti mengemukakan hipotesis penelitian sebagai berikut. Kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan, baik secara bersama-sama maupun parsial.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausal karena penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat bahwa variabel independen (X) mempengaruhi variabel dependen (Y).Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah variabel independen (X), yaitu kompetensi (X1), motivasi (X2), latar belakangpendidikan (X3) dan pengalaman kerja (X4) berpengaruh terhadap kinerja APIP (Y) pada Inspektorat Kota Medan. 4.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lingkungan Pemerintah Kota Medan. Alasan
peneliti memilih lokasi ini karena Medan merupakan kota besar yang mempunyai pendapatan asli daerah (PAD) yang tinggi. Peneliti telah melakukan penelitian selama kurang lebih 3 bulan, yaitu pada Maret sampai dengan Mei 2016. Jadwal penelitian terlampir pada Lampiran 2. 4.3
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi penelitian ini adalah pegawai inspektorat yang mempunyai
jabatan sebagai auditor dan pengawas pemerintahan yang berjumlah 74 orang. Penelitian ini menggunakan metode sensus sehingga peneliti menggunakan seluruh elemen populasi menjadi data penelitian. Populasi dan sampel dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 No.
Populasi dan Sampel
Jabatan
Populasi
Sampel
1
Inspektur
1 orang
1 orang
2
Sekretaris
1 orang
1 orang
3
Inspektur Pembantu I
1 orang
1 orang
4
Inspektur Pembantu II
1 orang
1 orang
5
Inspektur Pembantu III
1 orang
1 orang
6
Inspektur Pembantu IV
1 orang
1 orang
7
Auditor Madya
6 orang
6 orang
8
Auditor Muda
5 orang
5 orang
9
Auditor Pertama
20 orang
20 orang
10
Auditor Pelaksana Lanjutan
1 orang
1 orang
11
Pengawas Pemerintahan Madya
22 orang
22 orang
12
Pengawas Pemerintahan Muda
9 orang
9 orang
13
Pengawas Pemerintahan Pertama
5 orang
5 orang
74 orang
74 orang
Total APIP Sumber : Lampiran 4 4.4
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian
karena data yang dikumpulkan akan digunakan untuk memecahkan masalah yang diteliti, yaitu dengan menguji hipotesis yang telah dirumuskan.Berdasarkan sumbernya, data dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu 1. Data primer: data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat berlangsungnya penelitian tersebut. Data primer pada penelitian ini berasal dari kuesioner yang diisi oleh pegawai inspektorat yang mempunyai jabatan auditor dan pengawas pemerintahan. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (1999), bahwa kuesioner
Universitas Sumatera Utara
adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. 2. Data sekunder: data yang dikumpulkan secara rutin oleh instansi tertentu yang digunakan oleh peneliti. Sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah disusun dalam arsip
(data
dokumenter)
yang
dipublikasikan
maupun
yang
tidak
dipublikasikan (Lubis, 2012: 107). Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Butir pertanyaan kuesioner merupakan adaptasi dari peneliti terdahulu yang dilakukan oleh Mulyono (2009) yang disesuaikan dengan kebutuhan penelitian ini. Kuesioner terdiri atas pertanyaan atau pernyataan tertutupagar
dijawab
berdasarkan
persepsi
tiap-tiap
responden.
Skala
pengukuran adalah Likert dengan skor 1 sampai dengan 5 sebagai berikut. a.
Skor 5: Sangat Sesuai/Sangat Sering/Sangat Setuju/Lama Sekali/Sangat Banyak/Sangat Baik/Sangat Berperan
b.
Skor 4: Sesuai/Sering/Setuju/Cukup Lama/Cukup Banyak/Baik/Berperan
c.
Skor 3: Kurang Sesuai/Pernah/Kurang Setuju /Lama/Banyak/Kurang Baik/ Kurang Berperan
d.
Skor 2: Tidak Sesuai/Minim Sekali/Tidak Setuju/Kurang Lama/Kurang
Universitas Sumatera Utara
Banyak/Tidak Baik/Tidak Berperan e.
Skor 1: Sangat Tidak Sesuai/Tidak Pernah/Sangat Tidak Setuju/Sebentar/ Sedikit/Sangat Tidak Baik/Sangat Tidak Berperan
4.5
DefinisiOperasional Variabel Definisi operasional variabel merupakan definisi setiap variabel yang
memberikan gambaran yang jelas sehingga terhindar dari kesalahpahaman. Definisi operasional variabel akan digunakan sebagai dasar menentukan indikator, instrumen, dan skala setiap variabel. Berikut adalah definisi operasional variabel yang akan diteliti sebagai dasar dalam menyusun kuesioner penelitian. 1.
Kompetensi (X1) adalah kemampuan teknis yang harus dimiliki oleh auditor, yaitu auditing, akuntansi, dan administrasi pemerintahan. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri atas 4 butir pertanyaan dengan menggunakan skala interval (1-5).
2.
Motivasi (X2) adalah suatu pernyataan sikap positifterhadap tugas yang diberikan dalam pencapaian tujuan. Pengukuran variabel ini menggunakan kuesioner yang terdiri atas 3 butir pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan skala interval (1-5).
3.
Latar belakang pendidikan (X3) adalah jenjang pendidikan dari tingkat S-1 dan S-2. Pengukuran variabel ini menggunakan instrumen variabel dummy (12).
4.
Pengalaman kerja (X4) adalah pengalaman APIP dalam melakukan audit yang dilihat dari segi lamanya bekerja sebagai APIP dan banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan. Pengukuran variabel ini menggunakan
Universitas Sumatera Utara
instrumen kuesioner yang terdiri atas 2 butir pertanyaan dengan menggunakan skala interval (1-5). Definisi operasional variabel juga disajikan pada Tabel 4.2 Tabel 4.2 Variabel A
Dependen
1 .
Kinerja APIP (Y)
B
Independen
1 .
Kompetensi (X1)
2 .
Motivasi (X2)
Definisi Operasional Hasil kerja dari APIP pada Inspektorat Kota Medan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan Pedoman Operasional Pemeriksaan .
Definisi Operasional Variabel Pengukuran
Instrumen
Skala
1.PKPT 2. PKP 3. P2T 4.SPT 5. KKP
Kuesioner
Interval
Kuesioner
Interval
Kuesioner
Interval
Kemampuan 1. 1.Pengetahuan teknis yang auditing, harus akuntansi, dimiliki oleh administrasi pemerintahan, auditor, yaitu dan auditing, komunikasi akuntansi, 2. 2.Pelatihan administrasi tentang auditing, pemerintaha n dan akuntansi, administrasi komunikasi. pemerintahan, dan komunikasi Motivasi 1.Budaya berupa suatu organisasi pernyataan 2.Gaya sikap positif kepemimpinan terhadap 3.Lingkungan tugas yang kerja
Universitas Sumatera Utara
diberikan dalam pencapaian tujuan. Independen 3 .
Latar belakang Pendidikan (X3)
4
Pengalaman kerja (X4)
4.6
1 1. Jenjang pendidi Kuesioner Jenjang kan pendidikan dari tingkat 2. Spesifikasi/ jurusan S-1, S-2. keilmuan Pengalaman 1. Lamanya Kuisioner auditor bekerja dalam sebagai melakukan auditor audit yang 2. Banyaknya dilihat dari tugas segi lamanya bekerja pemeriksaan sebagai yang auditor dan diberikan. banyaknya tugas pemeriksaan yang dilakukan.
Interval
Interval
Teknik Analisis Data Analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul kemudian
dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan.Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi linear berganda.Analisis regresi bermanfaat terutama untuk tujuan peramalan (estimation), yaitu bagaimana variabel independen digunakan untuk mengestimasi nilai variabel dependen.Analisis regresi juga dapat digunakan untuk
mengetahui
pengaruh
variabel
independen
terhadap
variabel
dependen.Regresi juga digunakan untuk membuktikan hipotesis yang dirumuskan 4.6.1 Uji kualitas data
Universitas Sumatera Utara
Data yang digunakan dalam suatu penelitian merupakan gambaran yang diteliti yang berfungsi sebagai pembuktian hipotesis. Kebenaran suatu data menentukan mutu suatu penelitian yang tergantung pada pengujian instrumen yang dilakukan dengan cara uji validitas dan reliabilitas. Oleh karena itu, untuk menguji mutu kuesioner yang digunakan, peneliti menyebarkan kuesioner kepada pihak-pihak yang berkompeten di bidang kinerja APIP, yaitu mahasiswa Program Beasiswa S-2 STAR-BPKP Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sumatera Utara yang bekerja di Inspektorat Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dengan jumlah 30 orang. 4.6.1.1 Uji validitas Uji validitas dimaksudkan untuk menilai sejauh mana suatu alat ukur diyakini dapat dipakai sebagai alat untuk mengukur butir-butirpertanyaan kuesioner dalam penelitian. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pertanyaan-pertanyaan kuesioner adalah dengan melihat nilai corrected item total correlation. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: a. Jika r hitung lebih besar dari r tabel, skor butir pertanyaan-pertanyaan kuesioner valid b. Jika r hitung lebih kecil dari r tabel, skor butir pertanyaan-pertanyaan kuesioner tidak valid. 4.6.1.2 Uji reliabilitas Ghozali (2013 : 47) menyatakan bahwa reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Reliabilitas suatu pengujian
Universitas Sumatera Utara
merujuk pada derajatstabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan akurasi. Pengukuran yang memiliki reliabilitas yang tinggi adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data yang reliabel. Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut. a. Jika nilai Cronbach Alpha> 0,70, variabel dikatakan reliabel b. Jika nilai Cronbach Alpha< 0,70, variabel dikatakan tidak reliabel 4.6.2 Ujiasumsi klasik Pengujian multikolonieritas,
asumsi dan
klasik
yang
meliputi
heteroskedastisitas
perlu
pengujian dilakukan
normalitas, sebelum
pengujianhipotesis dengan menggunakan analisis linear berganda. 4.6.2.1 Uji normalitas Ghozali (2013: 160) menyatakan bahwa uji normalitas bertujuan mengetahui apakah distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Dalam uji statistik t dan F diasumsikan bahwa residual memiliki distribusi normal yang diperoleh melalui analisis grafik dan uji statistik. a. Analisis grafik, dilakukan dengan grafik histogram. Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2013: 163) sebagai berikut. 1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Analisis statistik dilakukan dengan uji Kolmogrov-Smirnov.
Universitas Sumatera Utara
Dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2013: 163) sebagai berikut. a.
Jika nilai signifikan atau probabilitas < 0,05, distribusi data adalah tidak normal.
b.
Jika nilai signifikan atau probabilitas > 0,05, distribusi data adalah normal.
4.6.2.2 Uji multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan menguji model regresi memiliki korelasi yang kuat antarvariabel independen atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya tidak memiliki korelasi diantara variabel independen. Ghozali (2013: 105) menyatakan bahwa jika variabel independen saling berkorelasi, variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas dalam model regresi dapat dilihat dari kriteria berikut. a. Aanalisis matrik, korelasi variabel-variabel independen, umumnya diatas 0,90; b. Jika nilai Tolerance < 0,1 atau VIF > 10, terjadi multikolonieritas. Jika nilai Tolerance > 0,1 atau VIF < 10, tidak terjadi multikolonieritas. 4.6.2.3 Uji heteroskedastisitas Uji ini bertujuan melihat apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homokedastisitas dan jika berbeda, disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa cara mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas diantaranya sebagai berikut. a.
Analisis Grafik, melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen Dasar analisis sebagai berikut. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur
(bergelombang,
melebar
kemudian
menyempit),
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, tidak terjadi heteroskedastisitas. b.
Uji Glejserdilakukan dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen.
Jika
variabel
independen
signifikan
secara
statistik
mempengaruhi variabel dependen, ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. 4.6.3 Model analisis data Model dan teknik analisis data penelitian ini menggunakan pendekatan analisis regresi linear berganda. Untuk keabsahan hasil regresi berganda, terlebih dahulu dilakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut. 1.
Persamaan model estimasi Y = a + β1X1 + β2X2 + β3X3+ β4X4 +e
Keterangan: Y
= Kinerja APIP
a
= Konstanta
β1,, β4 = Koefisien regresi X1
= Kompetensi
Universitas Sumatera Utara
X2
= Motivasi
X3
= Latar belakang pendidikan
X4
= Pengalaman kerja
e
=Error
2.
Persamaan hipotesis model statistik
a.
H0 : β
=0
b.
H1 : β
≠0
3.
Persamaan hipotesis dalam urutan kalimat
a.
H0 : X1, X2, X3, dan X4 secara parsial dan bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap Y
b.
H1 : X1, X2, X3, X4 secara parsial dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Y
4.6.4 Pengujian hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda.Analisis regresi berganda bermanfaat terutama untuk tujuan peramalan, yaitu bagaimana variabel independen digunakan untuk mengestimasi nilai variabel dependen dan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.Selain itu, regresi juga digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan. 4.6.4.1 Koefisien determinasi Angka koefisien determinasi (R2) dapat mengukur seberapa dekat garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai R2 ini mencerminkan seberapa besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Bila nilai koefisien determinasi sama dengan 0 (R2 = 0), artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara itu,bila R2 = 1,
Universitas Sumatera Utara
artinya variasi dari Y secara keseluruhan dapat diterangkan oleh X. Dengan kata lain, bila R2 = 1, maka semua titik pengamatan berada tepatpada garis regresi. Dengan demikian, baik atau buruknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 yang mempunyai nilai antara 0 dan 1. Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pastimeningkattidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted R2 pada saat mengevaluasi model regresi. Tidak seperti R2, nilai adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2013 : 97) 4.6.4.2 Uji statistik F Uji statistik F digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh bersama-sama variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut. a. Jika probability value (p value) < 0,05, H1 diterima dan H0 ditolak; Artinya, variabel independen (X) secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). b.Jika probability value (p value) > 0,05, H1 ditolak dan H0 diterima; Artinya, variabel independen (X) secara bersama-sama berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen (Y). 4.6.4.3 Uji statistik t
Universitas Sumatera Utara
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen. Kriterian pengujian yang digunakan
sebagai berikut: a. Jika probability value (p value) < 0,05, H1 diterima dan H0 ditolak. Artinya, variabel independen (X) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Y). b. Jika probability value (p value) > 0,05, H1 ditolak dan H0 diterima. Artinya, variabel independen (X) secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel dependen (Y).
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1
Deskripsi Data Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan 74
kuesioner kepada APIP di Inspektorat Kota Medan, yaitu kepada auditor madya, auditor muda, auditor pertama, auditor pelaksana lanjutan, pengawas pemerintahan
madya,
pengawas
pemerintahan
muda,
dan
pengawas
pemerintahan pertama. Berdasarkan batas waktu yang telah ditentukan, kuesioner yang telah diisi akan dijemput kembali. Dari 74 kuesioner yang dibagikan, sebanyak 73 kuesioner yang kembali. Tingkat pengembalian kuesioner disajikan pada Tabel 5.1 Tabel 5.1
Data Hasil Kuesioner
Keterangan
Jumlah
Kuesioner yang dikirim
74
Kuesioner yang kembali
73
Kuesioner yang tidak kembali
1
Kuesioner
yang
digunakan
dalam
73
penelitian Tingkat pengembalian
99,03%
Sumber : Lampiran 3 5.1.1 Deskripsi Lokasi Lokasi penelitian adalah Kantor Inspektorat Kota Medan. Kota Medan ditetapkan secara resmi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tk.II Medan
Universitas Sumatera Utara
pada tanggal 1 Juli 1950 dengan luas wilayah 265,10 km2. Secara geografis, sebelah utara Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka, sedangkan selatan, timur, dan Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. 5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan data yang diperoleh dari responden, dapat dilihat karakteristik responden penelitian yang terdiri atas (1) pendidikan tertinggi, (2) bidang pendidikan, (3) pangkat/golongan, (4) jabatan, dan (5) lama bekerja pada Inspektorat Kota Medan. Berikut Tabel 5.2 sampai dengan Tabel 5.6 disajikan tentang ringkasan demografi responden. Tabel 5.2 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah S-1. Jumlah responden yang memiliki pendidikan S-1 sebanyak 45 orang (61,64%), sedangkan yang memiliki tingkat pendidikan S-2 sebanyak 28 orang (38,36%). Tabel 5.2
Tingkat Pendidikan Responden
No.
Tingkat Pendidikan
Frekuensi
Persentase
1
S-1
45
61,64
2
S-2
28
38,36
Total
73
100,00
Sumber : Lampiran 5 Tabel 5.3 menunjukkan bahwa bidang pendidikan responden yang berlatar belakang pendidikan akuntansi hanya 7 orang (9,59%). Hal ini menggambarkan rendahnya jumlah pegawai yang berlatar belakang pendidikan akuntansi, sedangkan jumlah responden yang berlatar belakang pendidikan nonakuntansi jauh lebih tinggi, yaitu 56 orang (76,71%). Sisanya sebanyak 10 orang
Universitas Sumatera Utara
(13,70%) tidak mengisi bidang pendidikan. Responden yang tidak mengisi bidang pendidikan diduga karena ketidaksediaan responden untuk mengisi.
Tabel 5.3
Bidang Pendidikan Responden
No.
Bidang Pendidikan
Frekuensi
Persentase
1
Akuntansi
7
9,59
2
Non-akuntansi
56
76,71
3
Tidak mengisi
10
13,70
Total
73
100 ,00
Sumber : Lampiran 5 Tabel 5.4
menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki
golongan yang relatif tinggi, yaitu III/a sebanyak 5 orang (6,85%), golongan III/b sebanyak 22 orang (30,14%), golongan III/c sebanyak 12 orang (16,44%), golongan III/d sebanyak 4 orang (5,48%), golongan IV/a sebanyak 19 orang (26,03%), golongan IV/b sebanyak 5 orang (6,85%), dan golongan IV/c sebanyak 6 orang (8,22 %). Tabel 5.4 No.
Golongan
1
Golongan Responden Frekuensi
Persentase
III/a
5
6,85
2
III/b
22
30,14
3
III/c
12
16,44
4
III/d
4
5,48
5
IV/a
19
26,03
6
IV/b
5
6,85
7
IV/c
6
8,22
Total
73
100,00
Sumber : Lampiran 5
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa jumlah sekretaris sebanyak 1 orang (1,36%), Inspektur pembantu I sebanyak 1 orang (1,36%), inspektur pembantu II sebanyak 1 orang (1,36%), inspektur pembantu III 1,36%), inspektur pembantu IV sebanyak 1 orang (1,36%), auditor madya sebanyak 6 orang (8,22%), auditor muda sebanyak 5 orang (6,85%), auditor pertama sebanyak 20 orang (27,40%), auditor pelaksana lanjutan sebanyak 1 orang (1,37%), pengawas pemerintahan madya sebanyak 22 orang (30,14%), pengawas pemerintahan pertama sebanyak 5 orang, (6,85%),pengawas pemerintahan muda sebanyak 9 orang (12,33%). Tabel 5.5 No
Jabatan Responden
Jabatan
Frekuensi
Persentase
1
Sekretaris
1
1,36
2
Inspektur Pembantu I
1
1,36
3
Inspektur Pembantu II
1
1,36
4
Inspektur Pembantu III
1
1,36
5
Inspektur Pembantu IV
1
1,36
6
Auditor Madya
6
8,22
7
Auditor Muda
5
6,85
8
Auditor Pertama
20
27,40
9
Auditor Pelaksana Lanjutan
1
1,37
10
Pengawas Pemerintahan Madya
22
30,14
11
Pengawas Pemerintahan Muda
9
12,33
12
Pengawas Pemerintahan Pertama
5
6,85
Total
73
100,00
Sumber : Lampiran 5 Tabel 5.6 menunjukkan tingkat pengalaman bekerja responden cukup bervariasi, yaitu 7 orang (9,59%) memiliki masa kerja 16–20 tahun, 15 orang (20,55%) memiliki masa kerja 11–15 tahun, 41 orang (56,16%) memiliki masa kerja 6–10 tahun, dan 10 orang yang memiliki masa kerja 1–5 tahun (13,70%).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.6 No.
Lama Bekerja Responden
Lama Bekerja
Frekuensi
Persentase
1
> 20 Tahun
-
-
2
16-20 Tahun
7
9,59
3
11-15 Tahun
15
20,55
4
6-10 Tahun
41
56,16
5
1-5 Tahun
10
13,70
Total
73
100,00
.
Sumber : Lampiran 5
5.2
Statistik Deskriptif Dari hasil data kuesioner yang telah dikumpulkan, diperoleh statistik
deskriptif yang dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 menunjukkan bahwanilai standar deviasi masing-masing variabel penelitian bervariasi. Nilai minimum variabel kinerja APIP adalah 2,00, sedangkan nilai maksimum adalah 5,00 sehingga nilai rata-rata variabel kinerja APIP sebesar 3,2270. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan cukup tinggi. Kinerja APIP dipersepsikan tinggi jika mempunyai nilai rata-rata 4. Nilai minimum variabel kompetensi adalah 2,25, sedangkan nilai maksimum 5 sehingga nilai rata-rata variabel kompetensi sebesar 3,8288. Hal itu menunjukkan bahwa kompetensi dalam rangka kinerja APIP cukup tinggi. Nilai minimum variabel motivasi adalah 2,00, sedangkan nilai maksimum adalah 5,00 sehingga rata-rata variabel motivasi sebesar 3,1461. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi dalam rangka kinerja APIP cukup tinggi. Pengalaman kerja memiliki niali minimum 2,00 dan nilai maksimum responden pengalaman kerja adalah 4,50 sehingga rata-rata jumlah skor jawaban
Universitas Sumatera Utara
pengalaman kerja adalah 3,500. Hal itu menunjukkan bahwa tingkat pengalaman kerja dalam rangka kinerja APIP cukup tinggi. Tabel 5.7
Statistik Deskriptif Rata-
Std.
Rata
Deviasi
5,00
3,2270
0,81852
2,25
5,00
3,8288
0,59201
73
2,00
5,00
3,1461
0,80505
Pengalaman kerja
73
2,00
4,50
3,5000
0,85391
Valid N (listwise)
73
Deskripsi
N
Min
Maks
Kinerja APIP
73
2,00
Kompetensi
73
Motivasi
Sumber : Lampiran 5 5.3
Uji Kualitas Data Sebelum dilakukan pengujian data, perlu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas data karena jenis data penelitian adalah data primer. 5.3.1 Uji validitas Pengujian validitas untuk setiap pertanyaan pada kuesioner dapat dilihatdari nilai validitas pada kolom Corrected Item-Total Correlation. Jika nilai korelasi yang diperoleh lebih besar dari pada nilai kritis (r hitung > r tabell), instrumen tersebut dikatakan valid (Ghozali, 2013). Dengan jumlah responden yang diteliti sebanyak 30 orang, nilai r tabel dengandf (degree of freedom) = n-2, = 28 dengan taraf signifikansi 5%.Hasil uji validitas menunjukkan nilai r hitung berkisar antara 0,470-0,924 dan semua lebih besar dari r tabel = 0,361. Berdasarkan hasil uji validitas, dapat disimpulkan semua butir pertanyaan kuesioner adalah valid. Hal itu dapat dilihat dari nilai r hitung lebih besar dari r tabel, seperti terlihat pada Tabel 5.8
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 5.8
Hasil Pengujian Validitas
Butir Variabel
r
hitung
tabel
Ket
Y1
0,573
0,361
Valid
Y2
0,924
0,361
Valid
Y3
0,470
0,361
Valid
Y4
0,753
0,361
Valid
Y5
0,685
0,361
Valid
Y6
0,851
0,361
Valid
Y7
0,838
0,361
Valid
X1.1
0,494
0,361
Valid
X1.2
0,695
0,361
Valid
X1.3
0,587
0,361
Valid
X1.4
0,809
0,361
Valid
X2.1
0,821
0,361
Valid
X2.2
0,507
0,361
Valid
X2.3
0,859
0,361
Valid
X4.1
0,627
0,361
Valid
X4.2
0,627
0,361
Valid
Instrumen
Kinerja APIP (Y)
Kompetensi (X1)
Motivasi (X2)
Pengalaman
r
kerja
(X4) Sumber : Lampiran 6 5.3.2 Uji reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas, tahap selanjutnya adalah melakukan uji reliabilitas data untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Uji reliabilitas dapat diketahui dengan melihat nilai cronbach’s alpha. Ghozali (2013:48) menyatakan apabila nilai cronbach’s alpha lebih besar dari
Universitas Sumatera Utara
0,7, kuesioner tersebut dinyatakan reliabel. Hasil pengujian seperti yang terlihat pada Tabel 5.9 menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha untuk semua variabel lebih besar dari 0,7. Hal itu menunjukkan kuesioner penelitian ini reliabel. Tabel 5.9
Hasil Pengujian Reliabilitas
Cronbach
Batas
Alpha
Reliabilitas
Kinerja APIP (Y)
0,907
0,7
Reliabel
Kompetensi (X1)
0,813
0,7
Reliabel
Motivasi (X2)
0,849
0,7
Reliabel
0,771
0,7
Reliabel
Variabel
Pengalaman
Keterangan
kerja
(X4) Sumber : Lampiran 6 5.4
Uji Asumsi Klasik Pengujian data penelitian dilakukan dengan analisis regresi linear
berganda. sehinggaperlu dilakukan uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah model regresi dapat diterima secara ekonometrik atau tidak. Uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolonearitas, dan uji heterokedastisitas, sedangkan uji autokorelasi tidak perlu dilakukan karena data yang digunakan dalam penelitian ini adalah datacross-section. 5.4.1 Uji normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak sehingga dapat dilihat normal tidaknya data yang akan dianalisis. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu analisis statistik dengan alat
Universitas Sumatera Utara
uji nonparametrik Kolmogorov-Smirnov dan analisis grafik dengan melihat grafik histogram dan grafik normal P-P Plot. 1. Uji Analisis statistik dengan menggunakan uji non-parametrik KolmogorovSmirnov Ghozali (165 : 2013), menyatakan bahwa jika nilai probabilitas asymp.sig (2-tailed) pada uji Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa data berdistribusi normal. Sebaliknya, jika probabilitas asymp.sig (2-tailed) lebih kecil dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak normal. Tabel 5.10 menunjukkan bahwa nilai KolmogorovSmirnov adalah sebesar 0,072 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,200. Karena nilai asymp.sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Tabel 5.10
Uji Kolmogorov Smirnov
Uraian
Unstandardized Residual
N
73
Normal Parametersa,b
Mean Std. Deviation
Most
0,0000000 0,18878211
Extreme Absolute
0,072
Positive
0,043
Negative
-0,072
Differences Test Statistic Asymp. Sig. (2-tailed)
0,072 0,200c,d
Sumber : lampiran 7 2. Analisis grafik dengan melihat grafik histogram dan grafik normal P-P.Plot Ghozali (2013: 160) menyatakan bahwa salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat normal grafik histogram yang
Universitas Sumatera Utara
membandingkan antara observasi dan distribusi normal dan dengan melihat normal
probability
plot
yang
membandingkan
distribusi
kumulatif
dengandistribusi normal. Hasil analisis grafik penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.1 dan Gambar 5.2
Gambar 5.1 Histogram
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2 Normal P-P Plot Dengan melihat Gambar 5.1 Histogram menunjukkan bahwa grafik histogram pola distribusi tidak menceng ke kiri atau ke kanan dan normal. Sementara itu, Gambar 5.2 menunjukkan bahwa titik-titik pada grafik Normal P Plot menyebar disekitar garis normal, serta penyebarannya tidak menjauh dari garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi tidak menyalahi asumsi normalitas. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji KolmogorovSmirnov dan uji grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa data mempunyai distribusi normal. 5.4.2 Uji multikoloniearitas Uji multikolonieritas bertujuan menguji apakah model ditemukan ada tidaknya korelasi antarvariabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regeasi penelitian ini, digunakan 2 cara, yaitu
Universitas Sumatera Utara
dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen dan dengan melihat nilai tolerance dan VIF. 1.
Analisis matriks korelasi variabel-variabel independen Tabel 5.11 Model
Korelasi Koefisien
KPTNS
MTVSI
PEND
PK
Kompetensi
1,000
0,059
-0,495
0,299
Motivasi
0,059
1,000
-0,089
0,228
-0,495
-0,089
1,000
-0,259
0,299
0,228
-0,259
1,000
Latarbelakang pendidikan Pengalaman kerja Sumber : Lampiran 7
Tabel 5.11 menunjukkan bahwa koefisien korelasi setiap variabel indepen den lebih kecil dari 0,9. Hal itu berarti bahwa tidak ada multikolinearitas. 2.
Nilai tolerance dan VIF Tabel 5.12
Uji Multikolinearitas
Collinearity Model
Statistics
Keterangan
Toleranc e
VIF Tidak
Kompetensi
0,723
1,383
terjadi
multikoliniearitas Tidak
Motivasi Latar
0,946
1,057
belakang
terjadi
multikoliniearitas Tidak
terjadi
pendidikan
0,740
1,351
multikoliniearitas
Pengalaman kerja
0,853
1,172
Tidak
terjadi
Universitas Sumatera Utara
multikoliniearitas Sumber: Lampiran 7 Tabel 5.12 menunjukkan bahwa variabel kompetensi memiliki nilai VIF sebesar 1,383 dan nilai tolerance sebesar 0,723, motivasi memiliki nilai VIF sebesar 1,057 dan nilai tolerance sebesar 0,946, variabel latarbelakang pendidikan memiliki nilai VIF sebesar 1,351 dan nilai tolerance sebesar 0,74, pengalaman kerja memiliki nilai VIF sebesar 1,172 dan nilai tolerance sebesar 0,853. Hal itumenunjukkan semua variabel independen memiliki nilai tolerance ≥ 0,10 dan VIF ≤ 10 sehingga data penelitian ini tidak mengalami masalah multikolonieritas. 5.4.3 Uji heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji heteroskedastisitas terhadap data menyimpulkan bahwa model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal itu dapat dilihat dari grafik scatterplotbahwa titik-titik yang menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y (Ghozali, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.3 Uji Heteroskedastisitas Pada penelitian ini digunakan juga uji Glejseruntuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas. Uji Glejser yaitu dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen. Nilai signifikan untuk seluruh variabel independen harus
lebih
besar
dari
0,05
agar data
tidak
mengalami
heteroskedastisitas.Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.13. Tabel 5.13 Variabel
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Koefisien
Sig
Keterangan Tidak terjadi
Kompetensi
-0,134
0,204
heteroskedastisitas Tidak terjadi
Motivasi Latar
0,015
0,781
belakang
pendidikan
heteroskedastisitas Tidak terjadi
-0,006
0,910
heteroskedastisitas Tidak terjadi
Pengalaman kerja
-0,064
0,252
heteroskedastisitas
Sumber: Lampiran 8 Pada Tabel 5.13 terlihat bahwa variabel kompetensi memiliki nilai signifikan sebesar 0,204, variabel motivasi memiliki nilai signifikansi sebesar 0,781, variabel latarbelakang pendidikan memiliki nilai signifikansi sebesar 0,910 dan variabel pengalaman kerja memiliki nilai signifikansi sebesar 0,252. Hal itumenunjukkan semua variabel independen memiliki nilai signifikansi≥ 0,05 sehingga penelitian ini tidak mengalami masalah heteroskedastisitas. 5.5
Pengujian Hipotesis Setelah diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat pelanggaran asumsi
klasik dan model sudah dapat digunakan untuk melakukan analisis regresi
Universitas Sumatera Utara
berganda, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian hipotesis. Hipotesis yang diuji adalah kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap kinerja APIP, baik secara bersama-sama maupun parsial. Pengaruh secara bersama-samadilihat dengan menggunakan uji statistik F, sedangkan pengaruh secara parsial,dilihat dengan menggunakan uji statistik t. 5.5.1
Koefisien determinasi Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda dapat diketahui nilai
koefisien korelasi dan koefisien determinasi seperti disajikan pada Tabel 5.16. Nilai koefisien mencerminkan kekuatan hubungan antara variabel dependen (kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja) dengan variabel independen (kinerja APIP). Sementara itu, koefisien determinasi mencerminkan seberapa besar kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen. Tabel 5.14 Model 1
Besaran Statistik Koefisien Determinasi dan R Square
R 0,687a
R Square 0,472
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
0,441
0,19426
Sumber: Lampiran 8 Dari Tabel 5.14 diketahui nilai R adalah sebesar 0,678 dan nilai R2sebesar 2
0,472 (47,2%) dan nilai adjusted R 0,441 atau 44,1%. Dalam penelitian ini, untuk melihat kemampuan variabel memprediksi variabel dependen, nilai yang digunakan adalah nilai R Square. Nilai R Square sebesar 0,472 mempunyai arti bahwa variabel dependen mampu dijelaskan oleh variabel independen sebesar 47,2%. Dengan kata lain, 47,2% perubahan dalam kinerja APIP mampu
Universitas Sumatera Utara
dijelaskan variabel kompetensi, motivasi, latarbelakang pendidikan, dan pengalaman kerja,sedangkan sisanya 52,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diikutkan dalam penelitian. 5.5.2 Uji statistik F Hasil pengujian statistik F pada kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap kinerja APIP menunjukkan hasil sebagai berikut. Tabel 5.15
Hasil Uji F
ANOVAa Model
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
2,298
4
Residual
2,566
68
Total
4,864
72
F
0,574 15,222
Sig. 0,000b
0,038
Sumber: Lampiran 8 Berdasarkan Tabel 5.15 nilai F hitung 15,222 dengan nilai signifikansi 0,000, maka Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima. Hal itu berarti kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medantingkat kepercayaan 95%. 5.5.3 Uji statistik t Hasil pengujian statistik t (uji parsial) pada kompetensi, motivasi, latarbelakang pendidikan, dan pengalaman kerja terhadap kinerja APIP menunjukkan hasil sebagai berikut. Tabel 5.16
Hasil Regresi Besaran Statistik Variabel Independen
Universitas Sumatera Utara
Variabel
Koefisien
Sig
(Constant)
-0,607
0,044
Kompetensi
0,678
0,000
Motivasi
0,570
0,000
Latar belakang Pendidikan
-0,348
0,000
Pengalaman Kerja
0,250
0,006
Sumber : Lampiran 8 Hasil pengujian pada Tabel 5.16menunjukkan nilai t hitung variabel kompetensi sebesar 4,058 dan koefisien regresi bernilai positif dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α= 0,05.Artinya, Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima dan variabel kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja APIP. Nilai t hitung variabel motivasi sebesar 6,458,dan koefisien bernilai positif dengan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari α= 0,05. Artinya Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima dan variabel motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja APIP. Variabel latarbelakang pendidikan memiliki nilait signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α= 0,05 dengan nilai t sebesar -4,435 dan koefisien bernilai negatif.Artinya Ho diterima atau hipotesis yang diajukan ditolak dan variabel latarbelakang pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel kinerja APIP. Nilai t hitung variabel pengalaman kerja sebesar 2,823, dan koefisien bernilai positif dengan nilai signifikansi 0,006 lebih kecil dari α= 0,05.Artinya Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima dan variabel motivasi berpengaruh positif signifikan terhadap variabel kinerja APIP.
Universitas Sumatera Utara
Model regresi penelitian ini adalah sebagai berikut Y = -0,607 + 0,678KPTNS + 0,570MTVS- 0,348LP+ 0,250PK Keterangan: KPTNS
: Kompetensi
MTVS
: Motivasi
LP
: Latar belakang pendidikan
PK
: Pengalaman kerja Dari persamaan di atas, dapat disimpulkan bahwa koefisien dari variabel
kompetensi, motivasi, dan pengalaman kerja bernilai positif berarti bahwa hubungan antara variabel kompetensi, motivasi, pengalaman bekerja dengan kinerja APIP adalah positif yaitu, semakin baik kompetensi, semakin baik motivasi dan semakin lama pengalaman bekerja maka semakin baik kinerja APIP.Namun, koefisien latar belakang pendidikan bernilai negatif yang artinya walaupun latarbelakang pendidikan tinggi, tetapi menurunkan kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan 5.6
Pembahasan Hasil Penelitian Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kompetensi, motivasi,
pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan latarbelakang pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja APIP,baik secara parsial dan bersama-sama 5.6.1 Pengaruh kompetensi terhadap kinerja APIP Hasil penelitian menunjukkan secara parsial, kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja APIP.
Universitas Sumatera Utara
Pengaruh positif menunjukkan pengaruh kompetensi adalah searah dengan kinerja APIP atau dengan kata lain, jika koefisien tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja APIP, demikian sebaliknya jika kompetensi rendah/buruk, maka kinerja APIP akan rendah/buruk. Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa kompetensi mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja APIP. Hasil penelitian ini sejalan dengan dilakukan Komang et al. bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP di Kota Denpasar. Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan APIP adalah pengetahuan dan kemampuan. Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2009) bahwa kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kinerja Inspektorat atau dengan kata lain, jika kompetensi baik/tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja Inspektorat. Demikian juga sebaliknya, bila kompetensi rendah/buruk, kinerja Inspektorat akan rendah/buruk. Kompetensi yang dimiliki APIP di Pemerintah Kota Medan pada dasarnya telah memadai. Hal ini didukung dengan upaya Pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan kompetensi yaitu seringnya dilaksanakan bimbingan teknis/diklat di bidang Auditing, Akuntansi dan bidang Administrasi Pemeritahan. Hal itu terlihat dari hasil jawaban responden yang menunjukkan rata-rata telah mengikuti pelatihan lebih dari 10 kali dalam setahun. Hal itu juga sejalan dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Apa
Universitas Sumatera Utara
ratur Negara No. PER/05/M.PAN/03/2008 tentang Standar Audit APIP bahwasanya pemeriksa harus memiliki pengetahuan dan pelatihan auditing, memiliki kemampuan pengetahuan dan pelatihan akuntansi, dan pemeriksa harus memiliki pengetahuan dan pelatihan administrasi pemerintahan. Auditor juga mempunyai jenjang pendidikan formal minimal S-1. 5.6.2 Pengaruh motivasi terhadap kinerja APIP Hasil penelitian menunjukkan secara parsial motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja APIP. Pengaruh positif menunjukkan pengaruh motivasi adalah searah dengan kinerja APIP atau dengan kata lain, motivasi yang baik akan berpengaruh terhadap kinerja APIP. Demikian sebaliknya, bila motivasi rendah, kinerja APIP akan buruk. Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa motivasi mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja APIP. Penelitian itu juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sujana (2012) yang menemukan bahwa motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP. Hal itu sejalan juga dengan Wirawan (2007) yang menyatakan bahwa ada banyak faktor yang mempengaruhi motivasi kerja dalam organisasi, diantaranya lingkungan kerja, budaya organisasi, dan gaya kepemimpinan. Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat untuk mencapai kerja maksimal.
Universitas Sumatera Utara
5.6.3 Pengaruh latar belakang pendidikan terhadap kinerja APIP Hasil penelitian menunjukkan secara parsial, latar belakang pendidikan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja APIP. Pengaruh negatif menunjukkan bahwa pengaruh latar belakang pendidikan tidak searah dengan kinerja Inspektorat atau dengan kata lain, latar belakang pendidikan yang baik akan menurunkan kinerja APIP. Hal itu disebabkan oleh walaupun tinggi jenjang pendidikan yang dimiliki seseorang APIP,tetapi tidak menjamin kualitas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki untuk mendukung dalam melakukan pekerjaan yang dilakukannya. Hal itu tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyono (2009) yang menunjukkan bahwa latar belakang pendidikan berpengaruh positif dan signifikan. Penyebab tidak sejalannya hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan peneliti sebelumnya dikarenakan banyaknya APIP yang memiliki pendidikan yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan untuk menduduki jabatan sebagai APIP, mungkin tidak dibarengi dengan upaya peningkatan yang dibutuhkan. 5.6.4 Pengaruh pengalaman kerja terhadap kinerja APIP Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja APIP. Pengaruh positif menunjukkan pengaruh pengalaman kerja searah dengan kinerja APIP atau dengan kata lain pengalaman kerja yang baik/tinggi akan berpengaruh terhadap kinerja APIP. Demikian sebaliknya, bila pengalaman kerja rendah, kinerja APIP
Universitas Sumatera Utara
akan rendah. Pengaruh signifikan menunjukkan bahwa pengalaman kerja mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kinerja APIP. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah (2009) yang menyatakan bahwa pengalaman kerja dan kepatuhan etika auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini juga sejalan dengan Christiawan (2002) yang menyatakan bahwa pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas pengetahuannya di bidang Akuntansi dan Audit.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, kesimpulan penelitian ini adalah
kompetensi, motivasi, dan pengalaman kerja secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan. Secara parsial, kompetensi, motivasi, dan pengalaman kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan, sedangkan latar belakang pendidikan berpengaruh negatif signifikan terhadap kinerja APIP pada Inspektorat Kota Medan..
6.2
Keterbatasan Penelitian Keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Penelitian ini menggunakan metode survei berupa kuesioner dan tidak melakukan wawancara secara langsung. Hal itu menyebabkan data yang diperoleh hanya melalui instrumen tertulis sehingga salah persepsi terhadap pertanyaan dapat terjadi.
2.
Penelitian ini hanya menggunakan variabel kompetensi, motivasi, latar belakang pendidikan, dan pengalaman kerja yang memiliki nilai R square rendah sebesar 47,2%.
6.3.
Saran Berdasarkan keterbatasan dan temuan penelitian yang dikemukakan, ada
beberapa saran sebagai berikut.
Universitas Sumatera Utara
1.
Peneliti selanjutnya menerapkan metode survei melalui penyebaran kuesionerdengan menambah kolom tersendiri agar responden dapat memberikan masukan dan tanggapan untuk informasi tambahan.
2. Peneliti selanjutnya sebaiknya menambah variabel independen seperti reward maupun variabel independen yang memiliki kemungkinan untuk dapat mengidentifikasi faktor lain yang benar-benar dapat menjadi unsur determinan kinerja APIP. 3. Disarankan kepada Pemerintah Kota Medan untuk meningkatkan jumlah dan kualitas untuk menentukan orang yang tepat untuk menduduki jabatan APIP dengan memperhatikan kompetensi, dan latar belakang pendidikan agar memperoleh kinerja yang baik.
Universitas Sumatera Utara