BAB III PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Pengamatan GPS di lapangan Untuk memantau karakteristik sesar Cimandiri, digunakan 17 titik pengamatan yang diukur koordinatnya secara periodik. Pada tugas akhir ini, pengamatan baru dilakukan dalam dua kala dengan selang kala I - kala II selama 9 bulan. Pengamatan GPS kala I dilakukan Kala I dilakukan pada tanggal 1 - 4 Desember 2006 dengan lama pengamatan sekitar 10 jam dan pengamatan kala II dilakukan tanggal 21 - 25 Agustus 2007 dengan lama pengamatan lebih dari 15 jam. Sebaran 17 titik pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Sebaran 17 titik pengamatan sesar Cimandiri
Sedangkan foto masing – masing titik pada saat pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.2 sampai Gambar 3.18 dibawah. Pada foto terlihat gambaran keadaan titik – titik di lapangan beserta obstruksinya. Sebagian titik memiliki obstruksi yang bagus untuk pemantauan aktivitas sesar Cimandiri.
28
Gambar 3.2 Foto titik CBBR
Gambar 3.5 Foto titik 0263
Gambar 3.3 Foto titik 0262
Gambar 3.6 Foto titik CIBO
Gambar 3.4 Foto titik CSAT
Gambar 3.7 Foto titik GMAS
29
Gambar 3.8 Foto titik KDUA
Gambar 3.11 Foto titik 0266
Gambar 3.9 Foto titik PBRT
Gambar 3.12 Foto titik CBDK
Gambar 3.10 Foto titik SGTN
Gambar 3.13 Foto titik PRBY
30
Gambar 3.14 Foto titik SKNG
Gambar 3.17 Foto titik CICG
Gambar 3.15 Foto titik CUGE
Gambar 3.18 Foto titik CNJR
Gambar 3.16 Foto titik CDDP
31
Titik – titik pantau tersebut disebar sedemikian rupa disekitar sesar Cimandiri. Lokasi dan distribusi dari titik-titik GPS disebar dekat dengan sesar dan di beberapa tempat yang jauh dari sesar untuk melihat vektor pergeseran di titik yang jauh dari bidang sesar. Deskripsi titik-titik pengamatannya dapat dilihat pada Tabel 3.1 :
Tabel 3.1 Deskripsi titik-titik pengamatan sesar Cimandiri Nama titik 0263 CBBR CNJR CSAT SKNG 0262 0266 CBDK CICG CDDP KDUA PBRT SGTN CIBO CUGE GMAS PRBY
keterangan terreal terracota, jln Siliwangi no 2 , parung kuda, kab sukabumi stasiun kereta Cibeber , kab cianjur depan kantor BPN Cianjur, jln raya cianjur - bandung km 2 tugu ikan, Cisaat Sukanegara lapangan bola SD, sebelah utara Yonif 310, Cilembar, sukabumi Pasir maning desa neglasari kec. ngalindung jln siliwangi ,Cibadak, sukabumi Podium Upacara, depan mesjid Agung Al-Hurriyyah, kec cicurug, kab sukabumi Mesjid Al-Falahu lasakir, kec cempaka, cidadap kabupaten cianjur komplek LIPI jln cihaur no 2 desa kentajaya sukabumi. Pelabuhan ratu Sagaranten jln raya Cibodas cimacan-cipanas cugeneg, depan gerbang perumahan Kota Gordenia, cipanas, Jln raya cianjur ditengah taman, Kebun Gunung Mas disisi lapangan basket, Madrasah Aliyah Negri Parabaya Sukabumi km 37
Prosedur pengamatan titik – titik GPS dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Melakukan sentring antena. 2. Melakukan pengukuran tinggi antena dengan toleransi perbedaan tinggi dari sisi-sisi antena adalah 3mm.
32
3. Pastikan kabel terpasang dengan baik, ampelas kutub (+) dan (-) batrai sebelum dihubungkan dengan alat. 4. Nyalakan receiver, lakukan inputing semua informasi yang diperlukan seperti tinggi antena, ID, session, nama titik, nama file, sudut elevasi 15 °, nomor antena dan interval pengamatan 30 detik. 5. Periksa kapasitas Batrai sebelum memulai pengamatan. Jika diperlukan paralelkan batrai cadangan. 6. Setelah selesai pengamatan, lakukan kembali pengukuran tinggi antena.
Receiver yang digunakan untuk pemantauan sesar cimandiri pada kala I terdiri dari tiga jenis receiver yaitu TRIMBLE 4000 SSI, LEICA SR9500, dan ASHTECH ZXII3. Sedangkan pada kala ke II menggunakan receiver yang sama untuk setiap titik pengamatan. Adapun jenis receiver dan lama pengamatan pada masing masing titik dapat dilihat pada Tabel 3.2 :
Tabel 3.2 Receiver yang digunakan dan lama pengamatan no
nama titik
kala I
kala II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
0263 CBBR CNJR CSAT SKNG 0262 0266 CBDK CICG CDDP KDUA PBRT SGTN CIBO CUGE GMAS PRBY
TRIMBLE 4000 SSI LEICA SR9500 ASHTECH Z-XII3 TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI LEICA SR9500 ASHTECH Z-XII3 TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI ASHTECH Z-XII3 LEICA SR9500 TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI ASHTECH Z-XII3 LEICA SR9500 TRIMBLE 4000 SSI
TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI TRIMBLE 4000 SSI
33
lama pengamatan kala I (jam) kala II (jam) 9 39 12 18 11 18 11 16 82 15.5 10 19 10 17 12 18 10 19.5 10 17 11 16 12 17 18 18 10 15 12 17 10 16 10 19
Titik–titik pemantauan ini nantinya diproses dengan mengikatkan beberapa titik IGS yang tersebar di sekitar wilayah Asia dan Australia sebagai titik-titik pengikatan global. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil koordinat yang teliti agar sedekat mungkin ke koordinat real (sebenarnya). Titik IGS yang digunakan dalam pengolahan data sesar cimandiri kala I dan kala II adalah ALIC ,BAHR, BAKO, CEDU, COCO, DARW, DGAR, GUAM, IISC, KARR, KIT3, KUNM, LHAZ, MATE, PIMO, TID2, TOW2, TSKB, WUHN, YAR2. Gambar 3.19 dibawah menunjukan titik – titik IGS yang digunakan dalam pengolahan data:
Gambar 3.19 Sebaran titik – titik IGS yang digunakan
3.2 Mekanisme pengolahan data Bernese 5.0 Secara garis besar, pengolahan data GPS untuk keperluan pemantauan karakteristik sesar Cimandiri terbagi dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Pengolahan data dengan metode diferensial. 2. Transformasi sistem koordinat hasil pengolahan bernese 5.0 ke dalam sistem koordinat toposentrik, kemudian didapatkan vektor pergeseran.
34
3. Plot vektor pergeseran. 4. Analisis karakteristik sesar cimandiri kaitannya dengan objek yang mempuyai potensi kegempaan.
Untuk mendapatkan ketelitian dalam fraksi milimeter (mm), digunakan perangkat lunak (software) ilmiah Bernese 5.0 yang dibuat oleh Astronomical Institute University of Bern. Software ilmiah ini mampu mereduksi kesalahan dan bias yang terjadi pada data GPS secara maksimal, sehingga ketelitian hasilnya pun akan semakin baik. Software ini umumnya digunakan untuk aplikasi berketelitian tinggi dan juga sering digunakan untuk kepentingan ilmiah.
Dalam pengolahan data GPS di dalam Bernesse, data sudah dalam bentuk format RINEX (Receiver Indenpendent Exchange). Di dalam data format RINEX terdapat RINEX Observation files yang menyimpan data pengamatan fase dan data pseudorange dan RINEX navigation files yang menyimpan datadata orbit satelit, kedua jenis data pengamatan fase dan pseudorange inilah yang akan diolah dalam perangkat lunak Bernesse, data navigation files tidak digunakan, sebagai gantinya digunakan data GPS precise ephemeris. Parameter yang digunakan untuk pengolahan dalam Bernese 5.0. dapat dilihat pada Tabel 3.3 dibawah : Tabel 3.3 Parameter pengolahan data GPS Parameter Bernese 5.0 Sudut Elevasi 15 ° Interval data pengamatan 30 detik Gelombang yang digunakan L1 dan L2 Informasi orbit Precise Ephemeris Metode pemecahan Ambiguitas Quasi ionosfer Free QIF Penanganan Bias Troposfer saastamoinen
35
Untuk mengolah data GPS dengan software bernese, diperlukan beberapa data pendukung
yang
dapat
di-download
dari
beberapa
website
yang
telah
menyediakannya, antara lain :
1. Informasi orbit dan jam teliti Untuk mendapatkan data GPS precise ephemeris dengan format file IGS.PRE (perday), IGS.IEP (perweek) dan IGS.CLK (perday) dapat di-download dari http://igscb.jpl.nasa.gov/components/prods_cb.html 2. Informasi Diferensial Code Bias (DCB) Satelit Untuk mendapatkan parameter pengolahan data GPS dengan format file “P1P2.DCB” (permonth) dan “P1C1.DCB” (permonth) dapat di-download dari ftp://ftp.unibe.ch/aiub/CODE/200x/. 3. Parameter ionosfer berisi model ionosfer global yang digunakan untuk memecahkan ambiguitas fase menggunakan strategi Quasi Ionosfer Free (QIF). Parameter ionosfer dengan format file “COD.ION” (perweek) dapat didownload dari website ftp://ftp.unibe.ch/aiub/CODE/200x/.
Pada tugas akhir ini, program-program pengolahan data GPS pada software bernese dijalankan secara otomatis dengan menggunakan Bernese Processing Engine (BPE). Bernese Processing Engine (BPE) dikembangkan untuk automasi proses pengolahan data GPS, sehingga memudahkan pengguna untuk memproses data yang jumlahnya sangat banyak. Untuk menjalakan BPE, program – program yang akan dijalankan harus dibuat dalam bentuk script yang diproses secara berurutan. Scrip tersebut disebut Process Control File (PCF). PCF yang digunakan dalam pengolahan data GPS tugas akhir ini adalah BPEDIFOKE.PCF yang tersusun dari berbagai program. Tahapan dari program tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.4:
36
Tabel 3.4 Tahapan pengolahan double-differensial no Tahap pemprosesan 1 import data kedalam format bernese persiapan Earth orientation dan 2 informasi orbit 3 preprocessing data 4 5 6 7
make a first solution Resolve ambiguities create normal equation NEQ-based multisession solution
program pada bernese RXOBV3 POLUPD, PRETAB, ORBGEN CODSPP, SNGDIF, MAUPRP,GPSEST, RESRMS, SATMRK GPSEST GPSEST GPSEST ADDNEQ2
Secara umum tahapan pengolahan data yang dilakukan hingga diperoleh solusi baseline untuk mendapatkan hasil yang teliti adalah sebagai berikut:
1. Mendefinisikan campaign, yaitu membuat campaign dan mendefinisikan session yang akan diolah (set session)
2. Membuat folder – folder untuk keperluan file - file perhitungan. Tahap ini dijalankan dengan program R2S_COP. Dan mengcopy file-file yang dibutuhkan. File tersebut antara lain file COD.ION (kedalam folder ATM), ISG.CLK (kedalam folder OUT), file .STA, .ABB, .IGS_VEL, .IGS_CRD, dan .IGS_FIX (ke dalam folder STA), file RINEX (kedalam folder ORX), dan file IGS.PRE, IGS.IEP, IGS.CLK, P1P2.DCB, P1C1.DCB (kedalam folder ORB). Dalam file IGS_FIX terdapat titik – titik IGS yang digunakan untuk mengikatkan titik – titik pengamatan sesar. Titik IGS yang digunakan dalam pengolahan berjumlah 20 titik. Pengikatan ini dimaksudkan sebagai kontrol kualitas dari pengolahan data dan mengupayakan koordinat yang dihasilkan dari pengolahan data sedekat mungkin dengan koordinat real.
37
3. Membuat file koordinat pendekatan (file apriori). Dan penentuan titik ikat fix dan Mereferensikan epoch pengamatan ke epoch referensi IGS_00 dengan program COOVEL.
4. Mengkonversi format data pengamatan bentuk standar (RINEX) ke phase dan code dalam format bernese. Program yang digunakan adalah RXOBV3.
5. Menyiapkan file-file precise orbit file (SP3), earth rotation pole (IEP), dan koreksi jam satelit. Untuk mencegah ketidak konsistenan pergerakan kutup, maka terlebih dahulu harus didefinisikan terhadap sistem yang sama yaitu IERS2000 (subdaily model) dan IAU2000 (nutation model). Informasi kutub dalam IERS (.IEP) dirubah kedalam format bernese (.ERP) dengan menggunakan program POLUPD. Informasi kutub ini diperlukan untuk menjaga konsistensi kerangka koordinat. Precise Orbit File dari IGS (.PRE) dikonversi menjadi table bernese orbital file (.TAB) dengan program PRETAB. Pada program PRETAB ini koreksi jam satelit di ekstrak juga dari precise file dan disimpan dalam format bernese (.CLK) Selanjutnya Program ORGEN membuat standar orbit file (.STD) dari file TAB.
6. Karena jam yang digunakan satelit berbeda dengan jam yang ada pada receiver maka perlu dilakukan singkronisasi. Proses Singkronisasi Jam Satelit dengan jam Receiver dalam level sub microsecond menggunakan program CODSPP. Setelah
jam
disingkronisasi
didapatkan
koordinat
absolut
(koordinat
pendekatan) dengan zero difference. Tahap ini Juga mendeteksi Outlier yang terjadi. Model troposfer yang digunakan adalah Saastamoinen. Besarnya bas yang dihitung pada model ini adalah tekanan atmosfer, kandungan uap air, emperatur dan sudut zenit ke satelit yang diamati.
38
7. Kemudian pembuatan baseline dengan strategi OBS-MAX. Secara umum pilihan OBS-MAX menjamin kinerja terbaik untuk pemrosesan jaring. Strategi OBS-MAX membuat baseline antara titik referensi (fix) dengan titik pengamatan secara otomatis dengan mempertimbangkan jarak kedua titik dan jenis receiver yang digunakan kedua titik tersebut. Secara otomatis baseline yang terbentuk merupakan baseline yang terbaik. Pembuatan baseline
dilakukan pada program SNGDIF.
8. Tahap selanjutnya adalah preprocessing single – difference. Pada tahap ini cycle-slip data phase dideteksi dan dikoreksi dengan menjalankan program MAUPRP. Jika jumlah cycle-slip tidak dapat ditentukan, maka dibangun ambiguitas baru. Untuk mendeteksi cycle-slip digunakan kombinasi frekuensi L1 dan L2 (ionosphere-free linear combination) karena panjang baselinenya lebih dari 10 km. Kemudian dengan program GPSEST didapatkan koordinat single difference. Program RESRMS menyediakan informasi statistik residu baseline atau stasiun untuk menyaring outlier dari hasil program GPSEST. Residual ini selanjutnya ditandai, dan kemudian dimanipulasi dengan menggunakan program SATMRK. Setelah outlier ditandai maka dihitung koordinat single difference yang baru.
9. Kemudian penentuan posisi doble – difference dengan fase setelah menyaring outlier, solusi ionosphere-free (L3) didapatkan, namun ambiguitas belum terpecahkan. Pembuatan normal equation (.NQO) menggunakan program ADDNEQ2. Ambiguitas fase dipecahkan, namun masih float . Baseline dipilih untuk perataan jaring. Panjang baseline maksimum adalah 2000 km yang dipilih secara otomatis oleh program BASLST. Program BASLST baseline yang bagus akan diterima, sedangkan baseline yang tidak bagus akan di tolak.
39
10. Dengan program GPSEST ambiguitas fase L1 dan L2 dipecahkan secara simultan dengan menggunakan strategi QIF (Quasi-ionosphere-free) sehingga nilai ambiguitas menjadi integer.
11. Pada tahapan selanjutnya adalah penentuan posisi doble – difference. Pada tahap ini akan dihitung solusi dari nilai ambiguitas yang fix dan hasilnya disimpan di Bernese dan format SINEX (troposfer) dengan menggunakan program GPSEST. Parameter yang diestimasi meliputi koordinat titik ikat, zenith path delay dan gradient troposfer horizontal. Koordinat dari titik masih belum fix. Koordinat tersebut tidak akan terdapat pada NQO dan akan hilang pada tahapan manipulasi selanjutnya dengan ADDNEQ2.
12. Program ADDNEQ2 merupakan analisis final dari data pengamatan dimana semua korelasi antara baseline yang berbeda diperhitungkan dengan tepat. Oleh karena itu proses data dilakukan secara bersama. Pada tahap ini dilakukan perataan jaring. Solusi final dihitung berdasarkan NQO dari program GPSEST sebelumnya. Pendefinisian datum didapatkan dari 3 no-net-translation berdasarkan titik ikat IGS. Pada tahap ini troposfer sinex terdiri dari nilai zenit path delay dan informasi no troposphere gradient.
13. Dengan program HELMR estimasi koordinat dari semua titik ikat diuji berdasarkan rata-rata dari 3 parameter transformasi helmert. Jika tidak sesuai maka program ADDNEQ2 akan mereduksi beberapa titik ikat. Hasil dari program ini berisi ringkasan pengolahan data dan dapat membantu mengidentifikasi masalah yang meliputi titik ikat dan pendefinisian datum. NQO yang telah direduksi, dihasilkan dari praeliminasi parameter troposfer dan gradient horisontal dari sistem. Hanya parameter koordinat yang tersisa pada file hasil normal equation. Koordinat final dan troposfer dihitung dengan program ADDNEQ2. Titik ikat akan mengalami proses looping (ADDNEQ2,
40
GPSXTR, COMPAR dan HELMRT1) sampai setiap titik ikat diterima atau sampai tersisa hanya satu titik ikat. Didapatkan Solusi final yang dapat dilihat pada file F1.SNX pada folder SOL.
3.3 Hasil pengolahan data. Dari pengolahan data bernese 5.0 yang diikatkan ke titik IGS didapatkan koordinat geosentrik. Berikut hasil koordinat geosentrik dari pengolahan Bernese v 5.0 beserta standar deviasinya (lihat Tabel 3.5 dan 3.6):
Tabel 3.5 Hasil Koordinat geosentrik pengukuran kala I (dalam meter) titik
X
Y
Z
STD X
STD Y
STD Z
0263 -1826514.4715 6064328.9183 -754877.7251
0.0030
0.0065
0.0016
CBBR -1864133.1725 6051613.4760 -765350.9731
0.0023
0.0048
0.0014
CNJR -1868350.9708 6052056.2565 -751094.1118
0.0039
0.0085
0.0023
CSAT -1840017.6629 6059545.4836 -762154.7979
0.0035
0.0141
0.0021
SKNG -1864695.2904 6049604.6445 -782975.1166
0.0020
0.0037
0.0011
0262 -1829489.7157 6061671.5745 -768222.0298
0.0029
0.0057
0.0016
0266 -1847338.9474 6056287.9516 -769950.8309
0.0024
0.0049
0.0014
CBDK -1829420.2129 6062740.5033 -760601.5384
0.0031
0.0055
0.0014
CICG -1828887.5157 6064537.3678 -748322.2230
0.0025
0.0053
0.0014
CDDP -1866364.9890 6050626.7416 -772087.6063
0.0031
0.0061
0.0015
KDUA -1807548.5097 6066781.1582 -782909.8056
0.0035
0.0063
0.0016
PBRT -1802712.6370 6068995.9596 -770999.0870
0.0024
0.0059
0.0015
SGTN -1837910.8778 6055541.2516 -796147.8073
0.0018
0.0038
0.0012
CIBO -1854554.5363 6058220.5467 -742213.5531
0.0027
0.0055
0.0013
CUGE -1858796.8493 6055966.9121 -747822.6609
0.0021
0.0053
0.0011
GMAS -1849450.7240 6060010.2120 -739642.6751
0.0025
0.0057
0.0013
PRBY -1837848.6651 6057303.0833 -784155.8103
0.0021
0.0054
0.0012
Tabel 3.6 Hasil Koordinat geosentrik pengukuran kala II (dalam meter)
41
titik
X
Y
Z
STD X
STD Y
STD Z
0263 -1826514.5052 6064328.9543 -754877.7343
0.0014
0.0027
0.0008
CBBR -1864133.1735 6051613.4300 -765351.0329
0.0018
0.0035
0.0010
CNJR -1868350.9786 6052056.2301 -751094.0963
0.0026
0.0059
0.0016
CSAT -1840017.6946 6059545.5627 -762154.7958
0.0031
0.0096
0.0014
SKNG -1864695.3329 6049604.6761 -782975.1270
0.0018
0.0037
0.0010
0262 -1829489.7577 6061671.5816 -768222.0338
0.0017
0.0033
0.0010
0266 -1847339.0185 6056288.0476 -769950.8501
0.0017
0.0032
0.0010
CBDK -1829420.2616 6062740.5116 -760601.5422
0.0019
0.0039
0.0011
CICG -1828887.5504 6064537.4093 -748322.2302
0.0018
0.0032
0.0010
CDDP -1866364.9958 6050626.7008 -772087.6024
0.0019
0.0037
0.0010
KDUA -1807548.5650 6066781.1696 -782909.7942
0.0019
0.0036
0.0011
PBRT -1802712.6069 6068995.9962 -770999.0805
0.0019
0.0038
0.0010
SGTN -1837910.9002 6055541.2789 -796147.8188
0.0018
0.0034
0.0010
CIBO -1854554.5844 6058220.5445 -742213.5690
0.0019
0.0041
0.0011
CUGE -1858796.8565 6055966.8657 -747822.6539
0.0018
0.0039
0.0010
GMAS -1849450.6897 6060010.0188 -739642.6543
0.0018
0.0037
0.0010
PRBY -1837848.7455 6057303.2380 -784155.8405
0.0018
0.0040
0.0010
3.4 Menghitung vektor pergeseran Untuk mempermudah pemahaman fisis, maka koordinat geosentrik hasil pengolahan masing – masing titik pengamatan kala I dan kala II di transformasi ke koordinat toposentrik. Koordinat toposentrik (n, e, u) titik CSAT dianggap (0,0,0). Hasil transformasi titik – titik pengamatan kala I dan kala II dapat dilihat pada Tabel 3.7 dan 3.8. sedangkan grafik standar deviasi titik – titik pengamatan kala I dan kala II dapat dilihat pada Gambar 3.20 dan Gambar 3.21.
42
northing easting
PRBY
CUGE
SGTN
KDUA
CICG
0266
SKNG
up (height)
CNJR
0.016 0.014 0.012 0.010 0.008 0.006 0.004 0.002 0.000
0263
nilai (m)
standar deviasi komponen n, e, u kala I
titik
Gambar 3.20 standar deviasi pengukuran kala I
Tabel 3.7 Koordinat toposentrik kala II (dalam meter) TITIK
n
e
u
STD n
0263 CBBR CNJR CSAT SKNG 0262 0266 CBDK CICG CDDP KDUA PBRT SGTN CIBO CUGE GMAS PRBY BAKO
7302.860354 -3243.083352 11108.63677 0 -20950.82804 -6146.422063 -7858.481663 1539.339837 13917.69366 -9966.373819 -20906.29973 -8996.155591 -34280.69988 20152.0201 14472.52139 22731.83923 -22175.16757 46155.995706
-14310.49202 25379.81026 29286.99225 0 26501.3549 -10691.4991 7951.924792 -11068.58681 -12100.39169 27802.04333 -33170.73796 -38441.50495 -852.4416351 14294.69269 19008.7906 8891.071139 -1423.880701 -4681.110842
-226.4127391 -194.2292339 -271.8718229 0 179.5785062 -287.3669811 -44.84138063 -208.6401878 -132.421581 322.519803 4.108893157 -719.5684921 -322.5899601 535.9489275 293.5539411 454.5643283 -109.3804888 -632.426701
0.00176 0.00146 0.00250 0.00263 0.00118 0.00170 0.00151 0.00153 0.00155 0.00167 0.00174 0.00159 0.00130 0.00146 0.00128 0.00145 0.00137 0.000511
43
STD e
STD u
0.00344 0.00628 0.00263 0.00465 0.00447 0.00819 0.00530 0.01339 0.00220 0.00360 0.00326 0.00550 0.00270 0.00469 0.00333 0.00528 0.00284 0.00511 0.00342 0.00587 0.00378 0.00602 0.00286 0.00560 0.00207 0.00360 0.00300 0.00528 0.00255 0.00504 0.00289 0.00542 0.00256 0.00518 0.000805 0.001292
0,010 0,009 0,008 0,007 0,006 0,005 0,004 0,003 0,002 0,001 0,000
northing easthing up (height)
0263 CBB R CNJR CSA T SKNG 0262 0266 CBDK CICG CDDP KDUA PBRT SGTN CIBO CUGE GMAS PRB Y BAKO*
nilai (m)
standar deviasi komponen n, e, u kala II
titik
Gambar 3.21 standar deviasi pengukuran kala II
Tabel 3.8 Koordinat toposentrik kala II (dalam meter) No Nama titik 1 0263 2 CBBR 3 CNJR 4 CSAT 5 SKNG 6 0262 7 0266 8 CBDK 9 CICG 10 CDDP 11 KDUA 12 PBRT 13 SGTN 14 CIBO 15 CUGE 16 GMAS 17 PRBY 18 BAKO
n 7302.8565 -3243.148 11108.649 0.0122951 -20950.833 -6146.4238 -7858.4872 1539.3387 13917.693 -9966.3744 -20906.285 -8996.146 -34280.707 20152.006 14472.523 22731.836 -22175.177 46155.9908
e -14310.47 25379.825 29287.007 0.0074472 26501.386 -10691.46 7951.9649 -11068.54 -12100.37 27802.062 -33170.69 -38441.54 -852.4281 14294.739 19008.811 8891.0945 -1423.849 -4681.0856
u -226.3677 -194.2655 -271.8965 0.084017 179.622 -287.3476 -44.72735 -208.6179 -132.3713 322.4826 4.134349 -719.5432 -322.5562 535.9626 293.5111 454.3684 -109.2068 -632.4830
44
STD n 0.00082 0.00105 0.00170 0.00175 0.00108 0.00106 0.00104 0.00116 0.00104 0.00109 0.00113 0.00109 0.00109 0.00117 0.00108 0.00108 0.00111 0.000637
STD e 0.00158 0.00196 0.00300 0.00406 0.00200 0.00189 0.00189 0.00213 0.00193 0.00212 0.00209 0.00212 0.00198 0.00217 0.00205 0.00200 0.00210 0.001380
STD u 0.00264 0.00336 0.00566 0.00915 0.00358 0.00321 0.00311 0.00371 0.00308 0.00355 0.00350 0.00362 0.00325 0.00389 0.00370 0.00354 0.00384 0.002088
Vektor pergeseran horizontal titik – titik pengamatan didapatkan dengan mengurangkan koordinat toposentrik kala II dengan kala I.
Delta n = n kala II – n kala I
(5)
Delta e = e kala II – e kala I
(6)
Delta u = u kala II – u kala I
(7)
Hasil pergeseran horizontal (R) didapatkan dengan menghitung resultan dari vektor easting dan vektor northing
R = e2 + n2
(8)
Hasil pergeseran sesar cimandiri dalam arah horizontal dapat dilihat pada Tabel 3.9 dibawah : Tabel 3.9 Nilai pergeseran horizontal (dalam meter) No Nama titik 1 0263 2 CBBR 3 CNJR 4 CSAT 5 SKNG 6 0262 7 0266 8 CBDK 9 CICG 10 CDDP 11 KDUA 12 PBRT 13 SGTN 14 CIBO 15 CUGE 16 GMAS 17 PRBY 18 BAKO
Delta n Delta e 0.00018 0.00857 -0.05290 0.00672 0.01551 0.01827 0.01733 0.00125 -0.00169 0.03011 -0.00176 0.03817 -0.00552 0.04015 -0.00117 0.04424 -0.00112 0.02115 -0.00062 0.01835 0.01463 0.04961 0.00962 -0.03947 -0.00746 0.01350 -0.01442 0.04668 0.00188 0.02034 -0.00285 0.02337 -0.00936 0.03202 -0.00488 0.02528
45
std n 0.00211 0.00188 0.00311 0.00313 0.00168 0.00200 0.00184 0.00192 0.00187 0.00199 0.00207 0.00193 0.00169 0.00187 0.00167 0.00181 0.00177 0.00082
std e 0.00386 0.00317 0.00571 0.00656 0.00290 0.00377 0.00330 0.00396 0.00344 0.00402 0.00431 0.00356 0.00287 0.00370 0.00327 0.00352 0.00331 0.00160
Pergeseran 0.00857 0.05332 0.02396 0.01737 0.03016 0.03821 0.04053 0.04425 0.02118 0.01836 0.05172 0.04063 0.01542 0.04886 0.02043 0.02354 0.03336 0.02575
Sedangkan besarnya vektor pergeseran vertikal titik –titik pengamatan adalah (Tabel 3.10 dan Gambar 3.22). Dari grafik standar deviasi kompnen vertikal (lihat Gambar 3.23) terlihat tingkat kepresisian pengolahan kala II lebih baik dari kala I.
Tabel 3.10 Nilai pergeseran vertikal (dalam meter) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Nama titik 0263 CBBR CNJR CSAT SKNG 0262 0266 CBDK CICG CDDP KDUA PBRT SGTN CIBO CUGE GMAS PRBY
DELTA U 0.04504 -0.03623 -0.02468 0.08402 0.04351 0.01936 0.11403 0.02231 0.05032 -0.03724 0.02546 0.02530 0.03375 0.01367 -0.04280 -0.19593 0.17371
std u 0.00681 0.00573 0.00996 0.01621 0.00508 0.00637 0.00563 0.00645 0.00597 0.00686 0.00697 0.00667 0.00486 0.00656 0.00625 0.00647 0.00644
pergeseran vertikal kala I dan kala II 0.2
-0.2 -0.3 titik
Gambar 3.22 Grafik Pergeseran vetrikal
46
BAKO*
PRBY
GMAS
CUGE
CIBO
SGTN
PBRT
KDUA
CDDP
CICG
CBDK
266
262
SKNG
CSAT
CNJR
-0.1
CBBR
0 263
nilai (m)
0.1
nilai (m)
0.016 0.014 0.012 0.010 0.008 0.006 0.004 0.002 0.000
kala I
BAKO*
PRBY
GMAS
CUGE
CIBO
SGTN
PBRT
KDUA
CDDP
CICG
CBDK
266
262
SKNG
CSAT
CNJR
CBBR
kala II
263
nilai (m)
standar deviasi komponen vertikal kala I dan kala II
titik
Gambar 3.23 Grafik standar deviasi komponen vetrikal
Dari pengolaha data GPS static differensial, didapatkan koordinat titik pengamatan kala I dan kala II. Dari koordinat ini kita dapatkan vektor pergeseran vertikal dan horizontal dari selisih koordinat kala I – kala II. Vektor pergeseran yang didapat dari pengolahan data ini masih dipengaruhi oleh pergerakan sunda blok. Sesar Cimandiri sendiri merupakan bagian dari sunda blok. Selanjutnya untuk mendapatkan nilai pergeseran titik yang menggambarkan aktifitas sesar, maka efek dari pergerakan blok sunda (sunda block motion) harus dihilangkan. Prinsipnya adalah vektor pergeseran masing – masing titik dikurangkan dengan vektor pergerakan sunda blok pada titik tersebut.
Dengan menggunakan program eulerpole dari model [Bock, 2003] vektor pergeseran blok sunda dapat dihitung. Besarnya vektor pergerakan blok sunda pada masingmasing titik pengamatan GPS dengan selang waktu pengamatan 9 (sembilan) bulan dapat dilihat pada Table 3.11 berikut:
47
Tabel 3.11 Nilai pergeseran horizontal setelah sunda blok motion dihilangkan (dalam meter) Nama
vektor e
vektor n
vektor e
vektor n
titik
sunda blok
sunda blok
sesar
sesar
1
0263
0.0155
-0.0017
-0.0069
0.0018
2
CBBR
0.0155
-0.0017
-0.0088
-0.0512
3
CNJR
0.0155
-0.0017
0.0027
0.0172
4
CSAT
0.0155
-0.0017
-0.0142
0.0190
5
SKNG
0.0155
-0.0017
0.0146
0.0000
6
0262
0.0155
-0.0017
0.0227
-0.0001
7
0266
0.0155
-0.0017
0.0247
-0.0038
8
CBDK
0.0155
-0.0017
0.0288
0.0005
9
CICG
0.0155
-0.0017
0.0057
0.0005
10
CDDP
0.0155
-0.0017
0.0028
0.0011
11
KDUA
0.0154
-0.0017
0.0342
0.0163
12
PBRT
0.0154
-0.0017
-0.0549
0.0113
13
SGTN
0.0155
-0.0017
-0.0020
-0.0057
14
CIBO
0.0155
-0.0017
0.0312
-0.0128
15
CUGE
0.0155
-0.0017
0.0048
0.0035
16
GMAS
0.0155
-0.0016
0.0079
-0.0012
17
PRBY
0.0155
-0.0017
0.0165
-0.0077
18
BAKO
0.0155
-0.0016
0.0098
-0.0033
No
48