III-1 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA III. 1 Pengumpulan Data Pada bagian pengumpulan data, akan dilakukan pengumpulan data mengenai : 1. Riwayat singkat PT. Philip Morris Indonesia 2. Struktur Organisasi Departemen Produksi Bekasi Manufacturing Centre PT. Philip Morris Indonesia 3. Job Description Bekasi Manufacturing Centre 4. Kegiatan Operasi di Bekasi Manufacturing Centre PT. Philip Morris Indonesia 5. Pemilihan system 6. Flow Proses Kerja Mesin Protos 80 7. Pembentukan tim peninjau perbaikan
III.1.1
Riwayat Singkat PT. Philip Morris Indonesia
PT. Philip Morris Indonesia merupakan perusahaan afiliasi dari Philip Morris Internasional yang bergerak dalam bisnis pembuatan rokok putih dengan merek dagang Marlboro. Produk utamanya terdiri dari Marlboro full flavour, Marlboro Lights dan Marlboro Menthol. PT. Phillip Morris Indonesia memulai bisnisnya di Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-2 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Indonesia pada bulan april 1984 dengan mendirikan pabrik rokok Marlboro di daerah Malang Jawa Timur, dan memasarkan produknya di Indonesia dibawah lisensi Philip Morris Internasional. Pada Bulan Mei 2006, PT. Philip Morris Indonesia membuka pabrik di daerah Bekasi, Jawa Barat dengan sebutan Bekasi Manufacturing Centre (BMC) yang masih beroprasi hingga kini untuk memenuhi pasar di Indonesia dan Timor Leste. Di BMC diproduksi rokok Marlboro Full Flavor, Marlboro Lights, Marlboro Menthol serta Marlboro Black Menthol yang khusus dijual di pasar dalam negeri. Pada bulan Mei 2005, PT. Philip Morris Indonesia sukses melakukan akusisi sebagian besar saham PT. HM. Sampoerna Tbk. Hingga saat ini PT. Philip Morris Indonesia memiliki 98,18% saham PT. HM. Sampoerna Tbk.
III.1.2 Struktur Organisasi Departemen Produksi Bekasi Manufacturing Centre PT. Philip Morris Indonesia Functional group produksi berada dibawah departemen operasi yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memproduksi produk yang sangat baik dengan perbaikan terus menerus dalam hal proses, sumber daya manusia, kepatuhan terhadap proses manufaktur yang benar serta menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat. Selain functional group produksi, dibawah departemen operasi terdapat juga factory finance, procurement, planning and logistic, environmental health and safety, quality assurance, engineering, dan technical training. Berikut adalah struktur organisasi produksi factory bekasi (Bekasi Manufacturing Centre) PT. Philip Morris Indonesia yang khusus menangani produksi rokok Marlboro
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-3 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Manager Factory
Shift Manager Secondary
Manager Maintenance Secondary
Admin Production
Asset Engineer
Production Technician Secondary
Maintenance Planner
Process Engineer Secondary
Admin Tax Stamp
Maintenance Supervisor Secondary
Mechanic Secondary
Electrician Secondary
Workshop secondary
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. Phillip Morris Indonesia
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-4 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
III.1.3 Job Description Bekasi Manufacturing Centre PT. Philip Morris Indonesia Berikut adalah job description dari Bekasi Manufacturing Centre : 1. Manager Factory Bertugas untuk merencanakan dan mengontrol strategi pemenuhan target produksi agar sesuai dengan yang diharapkan, serta mengontrol kerja bagianbagian lain di bawahnya. 2. Shift Manager Secondary Bertugas untuk melakukan kontrol dan memastikan seluruh kegiatan produksi dalam satu shift berjalan dengan baik untuk memenuhi target produksi ynag telah ditetapkan, serta melakukan penjadwalan kerja production technician. 3. Manager Maintenance Secondary Bertugas untuk merencanakan dan mengontrol kegiata perawatan seluruh asset pabrik. 4. Process Engineer Secondary Melakukan analisa terhadap seluruh tahapan kegiatan produksi untuk menentukan bagian mana saja yang perlu dilakukan perbaikan, modifikasi atauoun pengurangan, dan menyusun strategi pelaksanaannya 5. Admin Production Bertugas untuk melakukan pencatatan penggunaan tax stamp, pengaturan jatah konsumsi karyawan per shift, membantu shift manager dalam tugas koordinasinya, serta melakukan pencatatan stock opname material produksi di akhir minggu. 6. Production Technician Secondary Bertugas untuk menghasilkan produk dengan sarana yang disediakan, menjaga kualitas produk, memperbaiki kerusakan kecil di mesin, serta melakukan pencatatan downtime report 7. Maintenance Supervisor Secondary Melakukan penjadwalan kerja mekanik dan elektrik serta mengkoordinasikan seluruh anggota tim dalam melaksanakan perbaikan dalam satu shift
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-5 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
8. Melakukan penjadwalan kerja mekanik dan elektrik serta mengkoordinasikan seluruh anggota tim dalam melaksanakan perbaikan dalam satu shift 9. Mechanic Secondary Melakukan perbaikan dan modifikasi proses mekanik di mesin 10. Electrician Secondary Melakukan perbaikan dan modifikasi proses elektrik di mesin 11. Workshop Secondary Membuat spare part diluar kebutuhan mesin, melakukan perawatan mesin feeder tembakau dan mesin ripper tembakau 12. Asset Engineer Melakukan analisa kebutuhan spare part serta mencari supplier/vendor untuk seluruh kebutuhan spare part produksi. 13. Maintenance Planner Melakukan penjadwalan seluruh legiatan perawatan mesin produksi beserta sarananya 14. Admin Tax Stamp Melakukan pencatatan serta keluar masuk tax stamp dari kantor bea dan cukai
III.1.4 Kegiatan Operasi di Bekasi Manufacturing Centre PT. Philip Morris Indonesia Proses pembuatan rokok dari bahan baku hingga siap untuk dijual dibagi menjadi dua macam proses. Proses yang pertama adalah proses pengolahan daun tembakau menjadi tembakau kering yang siap untuk digunakan pada pembuatan rokok. Proses ini disebut primary procsssing. Proses yang kedua adalah proses perangkaian tembakau kering dari primary processing beserta material non tembakau lainnya menjadi rokok disebut sebagai secondary processing. Bekasi Manufacturing Centre (BMC) merupakan secondary processing yang membuat rokok dengan merek dagang Marlboro Full Flavor, Marlboro Lights, Marlboro Menthol serta Marlboro Black Menthol.
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-6 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Kegiatan operasi pabrik BMC terbagi menjadi 6 bagian yaitu proses pembuatan filter rokok ( filter making ), proses pemisahan tembakau (tobacco feeder), proses pembuatan rokok ( cigarette making ), proses pembungkusan rokok ( cigarette packing ), serta penyimpanan bahan baku dan produk jadi ( warehouse ) yang siap untuk dijual. Kegiatan lainnya adalah kegiatan administrasi pabrik.
Gambar 3.2 Free Body Diagram Level 0 kegiatan pabrik BMC
Proses pembuatan filter rokok (filter making) merupakan pengolahan beberapa bahan baku filter rokok menggunakan mesin filter making dengan hasil berupa batangan-batangan filter yang kemudian disalurkan ke mesin-mesin pembuatan rokok melalui pipa-pipa penyalur menggunakan prinsip air shooter juga diangkut secara manual menggunakan trolley. Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-7 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Proses pemisahan tembakau (tobacco feeder) merupakan proses pemisahan tembakau yang menggumpal di dalam kardus penyimpanan, menggunakan mesin pemisah tembakau. Kemudian dari area tobacco feeder tembakau yang sudah terpisah dihisap menggunakan pipa-pipa ke mesin pembuatan rokok .
Proses pembuatan rokok (cigarette making) merupakan proses penyatuan beberpa komponen pembentuk rokok seperti filter, kertas rokok, kertas filter, lem dan tembakau menjadi satu kesatuan yang disebut rokok. Rokok-rokok yang dihasilkan selanjutnya disalurkan ke mesin-mesin pembungkusan rokok dan juga sebagian ditampung di reservoir rokok sebagai cadanan rokok.
Proses
pembungkusan
rokok
(cigarette
packer)
merupakan
proses
pembungkusan rokok yang dihasilkan dari mesin pembuat rokok. Pada proses pembungkusan ini dilakukan penyatuan komponen-komponen pembentuk bungkus rokok dan juga rokok itu sendiri manjadi satuan kecil yang disebut pack yang kemudian dibungkus dengan satuan sedang yang disebut slove, kemudian dibungkus dalam satuan besar yang disebut dengan case.
Kegiatan administrasi pabrik meliputi seluruh pencatatan administrasi dan pengaturan kebutuhan bagian produksi dan maintenance serta sebagai penghubung produksi dengan bagian-bagian di departemen lainnya.
III.1.5 Pemilihan Sistem Analisa akan dilakukan pada cigarette machine protos 70, dimana letak dari sistem tersebut digambarkan dalam bagan aset di bawah ini dengan tanda kotak berwarna abu:
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-8 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Secondary Processing BMC
Filter Making
Tobacco Feeder
Mesin Protos 80
Mesin Protos 70
VE
1. Tobacco feed 2. Tobacco distribution 3. Tobacco Matering 4. Stem Separator
Cigarette Making
Cigarette Packing
Mesin Protos 100
SE
MAX
1. Tobacco Rods Feed 2. Filter Suply 3. Filter Cigarettes Production 4. Tipping Material Feed 5. Filter Cigarette Inspection 6. Filter Cigarette Discharge
1. Paper Run and Printing 2. Endless Cigarette Rod Formation 3. Endless Cigarette Rod Cutting 4. Tobacco Rods Transfer
Gambar 3.3 Sistem Cigarette Machine Protos 80
Pengertian cigarette making adalah proses pengelintingan tembakau dengan menggunakan kertas dengan menggabungkannya dengan filter ataupun tidak. sehingga suatu produk yang siap konsumsi / siap di rokok oleh perokok dewasa, yang telah di desain khusus untuk perokok yang berumur 17 tahun ke atas. Di era abad 19, pengelintingan rokok
massal umumnya dilakukan dengan
menggunakan mesin otomasi yang memang dapat menghasilkan produk cigarette yang jauh lebih banyak dibandingkan pengelintingan dengan manual atau tangan, diiringi dengan hasil kualitas yang relatif sama untuk setiap produknya. Teknologi otomasi yang pada awalnya banyak diartikan sebagai pemakaian suatu sistem pengatur yang mampu menggerakan suatu kontruksi mekanik (manipulator) secara mandiri tanpa campur Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-9 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
tangan manusia, dewasa ini makin berkembang dengan dimasukkannya pengertian tentang kemampuan untuk mengatur pengolahan data secara mandiri. Mesin cigarette maker protos 80 merupakan mesin otomasi pengelinting rokok dengan design speed 8000 Cpm, Berikut adalah data teknis mesin Protos 80 yang didapatkan dari buku manual Protos 80 :
Tabel 3.1 Data teknis mesin Protos 80 SPESIFIKASI
KETERANGAN 500 PPM
Kapasitas Mesin Emisi Kebisingan :
78,2 dB
Level tekanan suara pada 500 ppm
Instalasi elektrikal :
Koneksi utama
415 V
Frekuensi input
50 Hz
Beban Koneksi
22 KVA / 18kW
Vacuum : Tekanan
0,6 bar abs
Konsumsi udara
10 m3/h
Tabel 3.1 (terusan) Data teknis mesin Protos 80 SPESIFIKASI
KETERANGAN
Pneumatic :
Tekanan
ρ min 4,5 bar abs ρ min 6 bar abs
Konsumsi udara
Catatan : Rekomendasi kualitas ISO 8573−1 untuk udara bertekanan tanpa
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
2m3/ h
III-10 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
oli Material Solid : Quality class 5
Ukuran partikel maksimal 40 µm
Densitas partikel maksimal 10 mg/m3
Kandungan Air : Quality class 3
Tekanan maksimal titik embun -20oC
Kandungan Oli : Quality class 2
Konsentrasi oli maksimal 0,1 mg/m3
Dimensi : Panjang
4660 mm
Lebar
2360 mm
Tinggi
2450 mm
Berat : Total berat
11000 kg
Kemungkinan tambahan beban : Kabin
600 kg
Kotak dan asesoris
300kg
Inti proses dari mesin Protos 80 ada tiga. Pembentukan endless tobacco rod, kemudian endless tobacco rod ini akan di lanjutkan prosesnya di SE sehingga nantinya akan membentuk double length tobacco rods dan double length akan di transfer ke MAX untuk di gabung dengan tipping paper dan juga filter menjadi satu kesatuan sehingga membentuk batangan cigarette filter. Dan batangan cigarette filter ini selanjutnya akan di transfer oleh mesin uni flow dan juga RTS ke mesin packer untuk di pack menjadi bungkusan rokok malboro dan langsung juga di pack ke dalam box dimana satu box berisi 500 pack (bungkus) atau 10.000 pcs rokok malboro.
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-11 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
III.1.6. Flow Proses Kerja Mesin Protos 80 1. VE
33. Motor Vacum 34. Feed air lock 35. tobacco matering 36. Ari jet chamber 37. Steep angle conveyor 38. Talang getar 39. top paddle roller 40. magnetick rail
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Gambar 3.4. VE Protos 80 Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
Nedle roller Apron button paddle roller accelerator roller Pneumatic duck Recilling belt Piston Bulking Chute
III-12 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Flow proses VE protos 80 secara umum Tobacco Feed Predistributor
Tembakau dari tobacco feed masuk ke predistributor karena gravitasi atau di atur menggunakan feed air lock
Matering roller
Dari predistributor, tembakau di masukkan ke tobacco reservoir oleh matering roller
Tobacco reservoir
Dari tobacco reservoir, tembakau siap di proses menjadi tobacco rod
Steep angle conveyor
Steep angle conveyor mengambil tembakau dari tobacco reservoir secara kontinyu dan teratur sesuai kebutuhan
Magnetic rail
Benda-benda logam yang ada di tembakau di pisahkan oleh magnetic rail.
Bulking chute
Untuk mengatur dan memonitor jumlah tembakau yang masuk ke ketika produksi Smoothing rail
Meratakan tembakau yang di ambil oleh needle roller
Needle roller
Membawa tembakau dari bulking chute dengan jumlah tertentu
Picker roller
Mengambil tembakau pada needle roller
apron
Memisakan gagang-gagang tembakau dengan tembakau.
Membawa lapisan tembakau yang rata untuk di proses
Stem separator
Accelerator roller Mengangkat tembakau ke suction rod
Membentuk tembakau menjadi endless tobacco rod yang akan di teruskan ke SE
Suction rod formation
Endless tobacco rod formation
Gambar 3.5. Flow proses VE protos 80
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-13 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
2. SE
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Bobbin swifel plate Feed roller satu Printer unit Sensor splicing Bronzing unit Feed roller dua Roller bronzing Guide paper Tongue peace Glue gun Sealing cheamber
12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Seam sealer Guard seam sealer Garniture bed Rod deflector Gear Measuring tube Ledger stroke Gerinda Knife carrier Spider Taker over drum
Gambar 3.6. SE Protos 80 Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-14 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Flow Process SE 80 Secara Umum
Cigarette paper
Cigarette paper di gunakan untuk membungkus tobacco rod yang di hasilkan dari VE 80
Bobbin swifel plate
Di gunakan untuk menghandle bobbin core dan mengatur laju dari cigarette paper
Di gunakan pada saat penyambungan cigarette paper
Splicer
Di gunakan untuk mencetak logo tertentu pada cigarette paeper
Printer Unit
Di gunakan pada saat membungkus tobacco rod dengan cigarette paper
Gluing unit
Heaters/ seam sealer
Garniture Unit
Di gunakan untuk mengeringkan lem pada cigarette paper
Di gunakan untuk menyatukan cigarette paper dengan tobacco rod
Measuring tube
Di gunakan untuk memotong tobacco rod yang sudah di bungkus dengan cigarette paper menjadi double length tobaro rod
Di gunakan untuk mentransfer double length tobacco rods ke MAX 80 untuk di gabung dengan filter dan tipping
Di gunakan untuk mengatur dan mengatur berat dari cigarette
Knife carrier
Transfer unit
Gambar 3.7. Flow Process SE 80 Secara Umum
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-15 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Gambar 3.8 hasil akhir dari SE 80. Double rod
3. MAX
1. Take Over drum 2. Tobacco rod cutting drum 3. Circular knife 4. Gerinda 5. Separating drum 6. Feed drum 7. Roller bronzing 8. Swash drum 9. Guide swash drum 10. Rolling drum 11. Roller 12. Transfer drum 13. Gerinda 14. Circular knife 15. Final filter cutting drum 16. Transfer drum 2
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
17. Turning drum 18. Accelerating drum 19. Shifting drum 20. Cork drum 21. tipping knife 22. Grding drum 23. Circular knife dan gerinda 24. Filter cutting drum 25. Handling MAX 26. ??? 27. Gluing unit 28. Prssure roller 29. Tipping unit 30. Inspection drum 31. Ejection drum 32. Discharge drum
III-16 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Double length tobacco rods (dari SE 80)
Take over drum
Double length tobacco rods dari SE 80 yang di transfer oleh transfer unit di terima di take over drum Dari take over drum, double length tobacco rods di bagi 2 menjadi individual tobacco rods.
Cutting drum
Separating drum
Filter suplay
Dua batang tobacco rods kemudian di luruskan dan kemudian di pisahkan di separating drum
Filter dengan panjang ganda di tempatkan di antara dua batang tobacco rods yang terpisah
Filter feed drum
Tipping material feed
Swash plates pada swash plate drum mendorong tobacco rods dan double length filter plug bersama dan meluruskannya ke tengah drum kemudian di tempael dengan tipping dan ditransfer ke rolling drum
Swash Plate drum
Roller pada rolling drum menggulung tipping patches melingkari tobacco rods dan filter plug
Rolling drum
Transfer drum
Transfer drum mengangkut double length filter cigarette ke final cutting drum Double length cigarette dipotong di bagian tengah, sehingga sekarang ada dua filter cigarettes yang letaknya bersebelahan di tiap alur
Final cutting drum
Turning drum memutar bagian depan atau belakang baris cigarettes. Lit end dari semua cigarettes harus pada arah yang sama Digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran pada cigarettes
Dilakukan pengecekan: Kepadatan tembakau pada tob. End Bentuk (OTIS) Ada tidaknya filter (missing filter)
Turning drum
Inspection drum
Ejection drum
Discharge (final product)
Gambar 3.9 Flow process MAX 80 secara umum Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-17 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Flow process filter suplay Berfungsi untuk menampung filter yang akan dip roses.filter yang di gunakan bisa jenis 6-up (1 filter untuk 6 cigarette) atau 4-up (1 filter untuk 4 cigarette
Filter hopper
Filter cutting drum
Cutting drum mengambil batang-batang filter dari filter hopper. Pisau kemudian memotong batang-batang filter tersebut menjadi filter pangjang ganda
Grading drum berfungsi untuk mengurutkan filter panjang ganda yang sudah di potong
Grading drum
Shifting drum berfungsi untuk meluruskan filter-filter sehingga menjadi satu baris
Shifting drum
Accelerating drum
Transfer drum
Accelerating drum berfungsi untuk menerima filter yang sudah diluruskan oleh shifting drum dan mentransfernya ke feed drum
Filter panjang ganda akan di letakkan di antara dua tobacco rods yang terpisah
Gambar 3.10 Flow process filter suplay Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-18 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Flow process tipping material feed Tipping material terdapat pada tipping paper bobbin. Bobbin swifel plate mengatur putaran bobbin sesuai dengan yang di butuhkan
Tipping paper bobbin
Tipping paper di tarik melalui tepian yang tajam (tipping curler) sehingga akan dapat di gulung dengan mudah
Tipping curler
Feed roller
Feed roller berfungsi menarik tipping material keluar dari bobbin
Glue roller pada glue unit memberikan film perekat ke tipping paper
Glue roller
Knife roller memotong tipping material yang direkatkan ke dalam potongan tipping sesuai dengan yang diperlukan
Knife roller
Tipping roller
Swash plate
Potongan yang dirkatkan kemudian digulung ke sekeliling double single rod bersamaan dengan filter panjang ganda Swash plate pada swash plate drum mendorong rokok dan filter dengan panjang ganda secara bersamaan dan meluruskan dengan pusat swash plate drum
Gambar 3.11 Flow process tipping suplay Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-19 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Keluaran produk dari mesin ini adalah merupakan batangan rokok yang secara umum gabungan dari tembakau dan filter di bungkus menjadi satu kesatuan oleh cigarette paper dan tipping paper, di lem dan di print untuk memperindah ataupun sebagai logo produk. Untuk lebih jelasnya, komponen pembentuk rokok, dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 3.12 Komponen pembentuk rokok
Mesin protos 80 terdiri dari beberapa subassembly yang saling berkaitan untuk menunjang fungsi mesin. Sub-assembly mesin ini memiliki komponen dan sub komponen yang banyak sehingga tidak akan ditampilkan pada laporan ini. Akan tetapi untuk kebutuhan analisa akan langsung diambil dari buku manual perawatan serta buku katalog spare part. Mekanisme pergerakan seluruh komponen untuk memenuhi fungsinya masing masing bersumber dari putaran yang berasal dari motor listrik DC. Mesin protos 80 terdiri dari satu motor penggerak utama dan juga beberapa motor penggerak kecil untuk menggerakan komponen – komponen mesin. Motor – motor ini dibagi kedalam Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-20 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
beberapa jenis dan fungsinya masing masing. Penjelasan mendetail dari motor-motor tersebut beserta fungsinya masing-masing dapat dilihat pada buku manual protos 80 yang memang tidak dapat ditampilkan pada laporan ini. Selain itu informasi mengenai roda gigi penggerak dan rangkaiannya serta sistem pelumasan mesin ini juga dapat dilihat pada buku manual tersebut. III.1.7 Pembentukan Grup Peninjau perbaikan. Pada bab landasan teori, kita telah mengetahui mengenai tujuh pertanyaan dasar memgenai RCM. Dalam prakteknya, kita tidak dapat menjawab tujuh pertanyaan dasar ini sendirian. Ini sebabnya kita harus melibatkan bagian produksi atau bagian operasi, terutama untuk menjawab masalah fungsi, performa mesin, efek kegagalan fungsi serta konsekuensinya. Selain itu pelibatan tim peninjau RCM diharapkan akan membawa pengaruh terhadap kepedulian tim mengenai asset yang mereka tangani. Untuk alasan itulah maka dibentuk tim peninjauan perbaikan yang dilakukan oleh team maintenance.
Manager maintenance
Secondary Maintenance Supervisor
Shift Manager
Maintenanc ePlan
Mechanic & Electrick
Operator
Trainner
Gambar 3.13 Tim peninjau perbaikan
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-21 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Perbaikan berfokus kepada kegagalan fungsi dari suatu sistem dan komponen. Proses yang sistematik dibuat untuk menjelaskan fungsi dari suatu aset fisik, mode kegagalan, konsekuensi dari suatu kegagalan, juga arti mereka dalam suatu sistem. Failure Mode dan Effect Analysis akan dituangkan dalam suatu kertas informasi RCM untuk mempermudah dalam mendata dan mengartikan kegagalan fungsi dan efeknya terhadap suatu sistem.
III.2
Identifikasi Mode Kegagalan ( Failure Mode ) Identifikasi mode kegagalan merupakan segala sesuatu kejadian yang
menyebabkan kegagalan fungsi terjadi. Kategori kegagalan fungsi dibagi menjadi 3 macam yaitu menurunnya kemampuan, peningkatan kapasitas kerja, serta awal dari ketidak mampuan. Menurunnya kemampuan suatu sistem dapat terjadi karena kemerosotan kemampuan komponen, kegagalan pelumasan, kotoran, pemasangan komponen yang tidak kencang, serta kesalahan manusia. Peningkatan kapasitas kerja maksudnya adalah peningkatan kapasitas kerja mesin diluar standar yang telah ditetapkan ( overloading ). Selain itu juga kesalahan proses karena material yang tidak standar baik dari fisiknya maupun dari sifat kimianya. Untuk sistem penyaluran dan aplikasi lem pada mesin HLP model 550 kategori mode kegagalannya adalah menurunnya kemampuan. Identifikasi mode kegagalan selengkapnya akan disajikan pada bagian sistem pencatatan FMEA.
III.2.1 Identifikasi Efek Dari Kegagalan ( Failure Effect ) Identifikasi efek dari kegagalan akan menjelaskan apa yang akan terjadi apabila kegagalan fungsi dari suatu sistem terjadi. Ketika mencatan efek dari suatu kegagalan, maka kita harus mencatat hal dibawah ini : 1.
Apa bukti (jika ada) yang menunjukan terjadinya kegagalan
2.
Bagaimana pola terjadinya dampak kegagalan terhadap keamanan lingkungan
3.
Bagaimana kegagalan itu berpengaruh terhadap produksi dan operasi
4.
Apakan kerusakan fisik yang terjadi atas kegagalan tersebut
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-22 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.
Apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kegagalan
Efek kegagalan terhaadap waktu juga harus tercatat. Jika suatu kegagalan terjadi, maka lama waktu untuk memperbaikinya juga dapat dikatakan sebagai efek terhadap produktifitas mesin, Sebagai gambarannya dapat dilihat pada gambar ilustrasi berikut ini : DOWNTIME
Mesin Berhenti
Mencari orang untuk memperbaiki
Diagnosa Kegagalan
Mencari komponen pengganti
Proses Perbaikan
Pengetesan mesin
Mesin kembali beroprasi
WAKTU PERBAIKAN
Gambar 3.14 Downtime vs waktu perbaikan
Untuk sistem efek kegagalan akan berpengaruh terhadap produksi dan operasi mesin. Identifikasi efek kegagalan selengkapnya akan disajikan pada bagian sistem pencatatan FMEA.
III.2.2 Sistem Pencatatan FMEA Pada bagan ini akan dilakukan analisa penyebab kegagalan dan analisa efek dari kegagalan yang terjadi pada bagian sistem penyaluran lem HLP model 550, yang dilakukan dengan mengisi tabel informasi RCM untuk mempermudah dalam pendataan fungsi, kegagalan fungsi, penyebab kegagalan serta efek dari kegagalan tersebut. Berikut adalah tabel informasi RCM untuk sistem penyaluran HLP model 550 :
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-23 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
III.2.3 Pemilihan Tindakan Pemilihan tindakan terhadap suatu kegagalan fungsi yng terjadi terbagi menjadi beberapa bagian yaitu proaktif task yang terdiri dari preventive maintenance dan predictive maintenance. default action yang terdiri dari failure finding task, no scheduled maintenance, redesign, serta walk around check. Untuk predictive maintenance atau perawatan pencegahan, waktu pelaksanaan perawatan dapat diambil dari P-F interval. kegiatan predictive maintenance harus dilaksanakan pada masa sebelum P-F interval, seperti pada gambar berikut ini ( berdasarkan RCM book john moubray, halaman : 146 ) :
condition
Gambar 3.15 P-F interval Untuk preventive maintenance, pelaksanaannya bergantung pada umur pakai dari suatu komponen. Berikut adalah contoh diagram umur pakai dari suatu komponen ( berdasarkan RCM book john moubray, halaman : 132 ) :
Gambar 3.16 Conditional probability of “failure and useful life” Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-24 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Untuk failure finding task, pelaksanaannya bergantung pada availability needed dan mean time between occurrences of the hidden failure (MTBF) . Berikut adalah tabel ilustrasi kaitan antara availabiliy dan MTBF ( berdasarkan RCM book john moubray, halaman : 178 ) :
Tabel 3.2 Failure finding interval, Availability and reliability Availability we require 99,99%
99,95%
99,9%
99,5%
99%
98%
95%
0,02%
0,1%
0,2%
1%
2%
4%
10%
for the hidden function Failure finding interval (as A % of the MTBF)
III.2.4 Diagram Pengambilan Keputusan FMEA Setelah kertas informasi FMEA mesin protos 80 terisi, langkah selanjutnya adalah menentukan kegiatan perawatan seperti apa yang harus dilakukan terhadap bagianbagian yang memiliki kegagalan fungsi. Proses ini akan menggunakan RCM decision diagram, dimana pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan pertanyaan standar yang harus dijawab guna menentukan jenis perawatan yang pas.
III.2.5 Pengambilan Tindakan Dari Hasil Analisa Pada bagian ini akan dilakukan pengelompokan waktu perawatan yang akan dilakukan pada protos 80, dimana rentang waktu perawatannya dibagi kedalam 6 macam yaitu shiftly maintenance yang merupakan perawatan setian awal shift (setiap 8 jam), weekly maintenance (setiap 1 minggu), monthly maintenance (setiap satu bulan), three month maintenance (setiap3 bulan), half year maintenance (setiap setengah tahun) serta yearly maintenance (setiap satu tahun). Kegiatan perawatan sendiri terbagi menjadi dua macam yaitu perawatan pencegahan (preventive maintenance) yang merupakan perawatan pencegahan sebelum kegagalan terjadi serta no scheduled maintenance atau run to failure yang diberlakukan bagi bagian yang memang belum diketahui umur pemakaiaanya secara pasti. Berikut adalah contoh data bagian mesin yang akan di kerjakan: Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-25 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Maintenance Task Tabel 3.3 Contoh daftar shiftly maintenance (25 menit) NO KEGIATAN
PELAKSANA
1
Bersihan area glue unit
Operator
2
Bersihkan drum-drum
Operator
3
Ganti garniture belt
Operator
4
Ganti suction tape
Operator
Tabel 3.4 Contoh daftar weekly maintenance (3 jam) NO KEGIATAN 1
PELAKSANA
Bongkar rolling drum dan final cutting
Mekanik
drum dan juga cork drum 2
Bersihkan drum-drum
Operator
3
Bersihkan bagian gluing unit
Operator
4
Lakukan perbaikan sesuai dengan
Mekanik
kerusakan sebelumnya
Tabel 3.5 Contoh daftar Preventive maintenance 1250 Jamoperasi NO KEGIATAN
PELAKSANA WAKTU
1
Regreasing knife carrier
Tim proaktif
20
2
Ganti bearing roller-roller dari
Tim proaktif
20
cigarettea paper 3
Ganti large fan VE
Tim proaktif
90
4
Check dan luruskan pin yang
Tim proaktif
40
OS
40
bengkok yang ada pada picker roller dan accelerator roller 5
Cleaning area yang dilewati tembakau dan gluing unit
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana
III-26 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
6
Check large fan MAX
Tim proaktif
70
7
Cleaning area printing
Operator
20
Program Studi Teknik Mesin Universitas Mercubuana