BAB III PENGOLAHAN DATA DAN HASIL Kualitas hasil sebuah pengolahan data sangat bergantung pada kualitas data ukuran yang terlibat di dalam proses pengolahan data dan strategi dari pengolahan data itu sendiri. Hal ini juga berlaku untuk penentuan konstanta pasut laut dengan menggunakan data altimetri. Oleh karenanya, diperlukan strategi yang tepat dalam menangani pengolahan data supaya hasil pengolahan data bisa memberikan kualitas yang optimal sesuai dengan kualitas data yang tersedia. Penentuan konstanta pasut laut lokal pada studi ini menggunakan data SLA (Sea Level Anomaly) dari satelit TOPEX/Poseidon, dimana koreksi pasut laut yang biasanya diperoleh dari model pasut laut global tidak dilibatkan. Dengan tidak dilibatkannya koreksi pasut laut global diharapkan sinyal-sinyal pasut laut yang ada bisa diamati sehingga analisis untuk penentuan konstanta pasut laut dapat dilakukan. Oleh karena nilai SLA permukaan laut yang dihasilkan TOPEX/Poseidon masih dipengaruhi oleh berbagai macam kesalahan yang bisa menyebabkan terjadinya data spike, maka dalam studi ini akan dicoba dilakukan smoothing data SLA di sepanjang groundtrack satelit yang digunakan pada setiap cycle. Metode yang digunakan untuk smoothing data SLA ini adalah metode moving average. Kemudian, karena terdapat variasi posisi pada pengukuran altimetri di setiap titik di setiap cyclenya, maka diperlukan penentuan titik normal dimana titik-titik pengamatan satelit yang akan diolah harus diinterpolasi terlebih dahulu sehingga terletak diatas titik normal tersebut. Setelah diperoleh nilai-nilai SLA tiap cycle di atas titik normal, barulah proses analisis harmonik dengan menggunakan metode kuadrat terkecil dapat dilakukan. Untuk mendapatkan hasil analisis harmonik yang optimal, maka perlu dilakukan pembobotan yang sesuai dengan kualitas setiap data. Setelah pembobotan dimasukkan dan pengolahan data dilakukan, maka konstanta pasut laut di atas perairan yang diamati bisa diperoleh. Sebagai kontrol, dilakukan analisis hasil pengolahan pasut laut di titik-titik crossover untuk membandingkan antara hasil pengolahan pasut laut pada pass ascending dengan hasil pengolahan pasut laut pada pass descending. Uji hipotesis chi-square juga dilakukan untuk melihat apakah hasil pengolahan data yang telah dilakukan secara statistik dapat diterima atau tidak secara statistik. Visualisasi pengolahan data pada tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.
31
Gambar 3.1 Diagram alir pengolahan data
3.1 Pengambilan Data Data TOPEX/Poseidon diambil dari RADS (Radar Altimeter Database System) yang dapat diakses melalui internet atau langsung dari server yang tersedia (dalam studi ini, data dari RADS diambil langsung dari server yang ada di laboratorium KK Geodesi, ITB). RADS itu sendiri adalah sebuah sistem basis data yang menyediakan data dari berbagai satelit altimetri seperti GEOSAT, ERS-1, ERS-2, TOPEX/Poseidon dan Jason-1 yang dapat dimanfaatkan untuk mencari dan memanipulasi data dari berbagai misi satelit tersebut. Dengan memasukkan posisi titik pengamatan, rentang waktu pengamatan, beserta koreksikoreksi yang akan digunakan, RADS dapat langsung memberikan data satelit altimetri yang kita inginkan.
3.1.1 Pemilihan Lokasi dan Waktu Pengamatan Seperti apa yang telah dikemukakan pada ruang lingkup pembahasan tugas akhir ini, penentuan komponen pasut laut di dalam studi ini meliputi perairan dangkal, perairan dalam, perairan terbuka dan perairan sempit di wilayah perairan Indonesia. Tabel 3.1 dan gambar 3.2 menunjukkan titik-titik pengamatan satelit TOPEX/Poseidon yang dijadikan objek studi dalam tugas akhir ini:
32
Tabel 3.1 Lokasi L pengamaatan yang dijadikan objek stuudi
N No.
Ko oord Geodettik
Deeskripsi Geografis
1
1.9753 3 LS 107.7087 BT
P. Bangka, perrairan sempit, dangkal
2
5.9327 7 LS 107.1321 BT
Laaut Jawa, perrairan sempitt, dangkal
3
9.806 66 LS 96.37883 BT
Saamudera Hindia, perairann terbuka, daalam
4
5.9323 3 LS 128.9749 BT
Laaut Banda, peerairan semppit, dalam
5
9.8069 9 LS 133.2271 BT
Selatan Papua,, perairan luaas, dalam
6
5.9326 6 LS 137.4789 BT
Baarat Papua, perairan p semppit, dangkal
7
1.9891 1 LU 123.30055 BT
Uttara Sulawessi, perairan sempit dalam m
Titik 7 Titik 1 k2 Titik
Titik 6 Titik 4
Titik 3 k5 Titik
Gambar 3.2 Lokasi pengam matan yang dijjadikan objek sstudi
Penentuan koonstanta pasut laut di daalam studi ini i melibatkaan data selaama 10 tahunn, dimulai dari d Septem mber 1992 hingga h Juni 2002. Data sepanjang iini merupak kan data padda cycle 1 hingga h cycle 360 dari TO OPEX/Poseiddon.
mbilan Dataa Pada RAD DS 3.1.2 Pengam EX/Poseidonn pada RAD DS bisa dilakkukan per cycle c atau peer Pengambilan data TOPE p peng gulangan yaang dibutuhkkan satelit untuk u kembaali ke sebuaah pass. Cyycle adalah periode titik yangg sama di seepanjang linttasan orbitnyya. Pass adaalah lintasan orbit sepanjjang setengaah revolusi satelit yang dihitung darri kutub ke kutub. k Pass dengan arahh lintasan orrbit dari kutuub selatan ke k arah kutubb utara diseb but pass asceending. Passs dengan araah sebaliknyaa disebut passs descendinng. Pemilih han pass diddasari oleh llokasi tititikk yang akann diamati. Secara S umum m, perairan yang diamatti dalam stu udi ini adalahh perairan dii wilayah Inndonesia. Oleeh karena ituu, pass yang g digunakan n hanya pass yang melinttasi perairann Indonesia. 3 33
Dalam studi ini, data TOPEX/Poseidon diperoleh dari database RADS yang ada di Laboratorium KK Geodesi ITB. Untuk memperoleh output data, terlebih dahulu harus dibuat file namelist (getraw) yang berfungsi sebagai kontrol pemilihan lokasi, pemilihan data, penentuan koreksi serta pemilihan referensi dari data yang akan digunakan. Untuk mengambil data dalam jumlah yang banyak bisa digunakan program yang harus dibuat terlebih dahulu dalam RADS atau dengan menggunakan bahasa pemrograman seperti yang dilakukan pada tugas akhir ini menggunakan bahasa C Shell di Linux.
3.2 Pra Pengolahan Data Sebelum dilakukan pengolahan data dengan menggunakan analisis harmonik pasut laut, terlebih dahulu dilakukan proses pra pengolahan data pada data yang diperoleh dari RADS. Pra pengolahan data ini antara lain bertujuan untuk mensmoothing data SLA yang akan digunakan sehingga diharapkan data-data spike dari sebuah set data SLA dapat tereduksi oleh proses smoothing ini. Pada proses pra pengolahan data ini juga dilakukan interpolasi untuk memperoleh nilai SLA dan waktu pengamatan pada titik normal sehingga nantinya seluruh nilai SLA yang digunakan di dalam proses analisis harmonik terletak di atas titik yang sama.
3.2.1 Moving average Walaupun penerapan koreksi terhadap data TOPEX/Poseidon telah dilakukan, namun tetap saja sering ditemukan data-data spike pada sebuah set data SLA di sepanjang lintasan satelit. Masalah yang akan terjadi adalah ketika akan dilakukan interpolasi untuk penentuan titik normal pengamatan, dimana ada banyak data yang terlibat dalam penentuan parameter persamaan interpolasi. Data spike akan sangat mempengaruhi penentuan parameter interpolasi tersebut. Untuk meminimalisir efek kesalahan dari data spike tersebut, dilakukan smoothing terhadap data SLA di sepanjang lintasan satelit. Prinsip smoothing dengan menggunakan metode moving average adalah dengan merata-ratakan beberapa buah set data yang saling bertetanggaan, dimana hasil rata-rata tersebut menjadi data hasil smoothing bagi data yang berada di tengah. Di dalam studi ini, jumlah set data yang dijadikan window untuk dirata-ratakan adalah sebanyak tiga buah data. Proses mererata-ratakan tersebut terus dilakukan secara kontinyu sepanjang set data pengamatan dengan jumlah data yang dirata-ratakan tetap yaitu masing-masing tiga buah data. Untuk lebih memperjelas, gambar 3.3 berikut ini memperlihatkan prinsip dari moving average. 34
4 W
= 3
set data
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 W1 =
(1 + 2 + 3 ) 3
(2 + 3 + 4) W2 = 3
(3 + 4 + 5) W3 = 3
........................ W21=
1
W 1
W 2
W 3
W 4
W 5
W 6
W 7
W 8
W 9
W 10
W 11
W 12
W 13
W 14
W 15
(21+ 22+ 23) 3
W 16
W 17
W 18
W 19
W 20
Gambar 3.3 Proses moving average pada sebuah set data (23 data)
Dan gambar 3.4 berikut ini adalah contoh hasil moving average pada sebuah set data SLA: dari pengukuran
Gambar 3.4 Contoh hasil moving average pada data SLA
35
W 21
23
3.2.2 Interpoolasi Titik Normal N W Walaupun orrbit satelit teelah dirancaang untuk daapat mengullang di atas tempat yanng sama, naamun tetap saja s terdapatt variasi possisi posisi tiap groundtrrack yaitu ± 1 km. Oleeh karena ittu, untuk meenciptakan kekonsistena k an pada possisi titik penngamatan daan juga untuuk memudahhkan proses pengolahan n data maka ditentukan sebuah s titik normal deng gan koordinat yang tettap sebagai titik peng gamatan. Tiitik-titik yanng diamati TOPEX/Po oseidon akaan diinterpoolasi nilai SL LA-nya terh hadap titik normal sehiingga nilai SLA yang digunakan di d dalam peengolahan daata merupak kan nilai SLA A diatas titikk normal. Dalam D studi ini, i nilai SLA di atas tittik normal diperoleh d denngan mengguunakan interrpolasi kuaddratik. Gambbar 3.5 berikuut memperllihatkan interrpolasi kuad dratik untuk memperoleh m h SLA di atas titik normaal:
T Titik pengama atan satelit T Titik Normal
Gambar 3.5 3 Titik Normaal
mal Pada studi inii, jumlah sett data yang ddilibatkan di dalam prosees interpolassi titik norm uah pass di setiap s cycle dibatasi padda lintang ± 9` 9 ke arahh utara dan selatan daari pada sebu posisi titik normal yang ditentukkan. Dengann pembatasan area sepannjang itu, daata SLA yanng terlibat untuk u mengginterpolasi titik normaal adalah ku urang lebih sebanyak 4 buah datta. Gambar 3.6 berikut ini merupakkan gambar hasil interpo olasi kuadraatik dari emppat buah data untuk meemperoleh SLA di titik normal. n
3 36
SLA ha asil ukuran
SLA titik norrmal
SLA spike e
Gambar 3.6 Hasil H interpolassi kuadratik un ntuk data SLA di titik normall
3.3 Model Pembobo otan M Model pembo obotan data ukuran yanng digunakaan di dalam studi ini ditturunkan daari matriks variansi-koovariansi reesidu (
dari hassil pengolahhan data tanpa t boboot.
Formulassinya adalahh sebagai berrikut: (3.1) karena
, maka: (3.2) (3.3)
m desaain, Q = matriks kofaktoor data ukuraan dengan Qvv = matrikks kofaktor residu, A = matriks lama (maatriks identittas), F = dataa ukuran, X = parameterr persamaan,, Qll = variannsi-kovariannsi data ukuuran yang baaru, dan P = matriks boobot yang baru. b Model pembobotan n inilah yanng dianggapp paling coocok digunaakan di dalam pengollahan data tugas akhirr ini setelaah dibandingkan dengan n model pem mbobotan yanng lain.
3 37
3.4 Penghitungan Analisis Harmonik Penghitungan analisis harmonik pada setiap titik di dalam studi ini dilakukan dalam dua tahap. Proses pra pengolahan data tetap dilakukan pada setiap tahap pengolahan data. Tahap pertama, dilakukan analisis harmonik dengan menggunakan seluruh komponen pasut laut yang ada, yaitu sejumlah 38 buah komponen pasut laut. Setelah dilakukan analisis harmonik, dilakukan uji chi-square untuk melihat kesalahan apa yang terdapat pada proses pengolahan data. Tujuh buah titik pengamatan yang diamati dalam studi ini memberikan hasil uji chi-square di bawah batas daerah penerimaan. Hal ini mengindikasikan adanya kesalahan yang diakibatkan karena terlalu banyak parameter yang dilibatkan dalam proses analisis harmonik. Oleh karenanya, harus dilakukan pengeliminasian parameter-parameter yang seharusnya tidak terlibat dari proses pengolahan data. Pengeliminasian tersebut dilakukan dengan cara menyeleksi komponen pasut laut yang mempunyai amplitudo di bawah 1.65 cm, kemudian mengeliminasi komponen-komponen tersebut agar tidak terlibat dalam penghitungan analisis harmonik selanjutnya. Batasan amplitudo itu sendiri ditentukan dengan cara trial and error, dengan tetap mempertimbangkan bahwa ketelitian pengukuran TOPEX/Poseidon adalah 2-3 cm. Tahap kedua, dilakukan analisis harmonik dengan menggunakan komponenkomponen pasut laut baru yang tidak tereliminasi oleh tahap sebelumnya. Setelah analisis harmonik selesai dilakukan, uji chi-square kembali diterapkan. Apabila hasil uji chi-square masih berada di bawah batas daerah penerimaan uji chi-square, maka dilakukan pengeliminasian parameter ulang seperti pada tahap satu. Namun apabila uji chi-square berada di atas batas daerah penerimaan uji hipotesis, berarti komponen yang dieliminasi pada tahap pertama terlalu banyak. Tahap pertama dilakukan ulang dengan menggunakan batas amplitudo yang baru hingga diperoleh parameter-parameter yang paling cocok untuk dimasukan ke dalam proses analisis harmonik. Hal ini juga dilakukan dengan cara trial and error. Penghitungan analisis harmonik dianggap telah selesai dilakukan apabila hasil uji chisquare yang telah dilaksanakan berada di dalam daerah penerimaan uji chi-square. Pada kebanyakan proses penghitungan analisis harmonik yang telah dilakukan, tahap kedua hanya cukup dilakukan sebanyak satu kali. Tahap kedua perlu dilakukan berulang kali ketika terjadi kesalahan dalam pemilihan komponen pasut laut yang dilibatkan di dalam proses penghitungan, dimana komponen pasut laut dangkal ikut dilibatkan dalam proses penghitungan analisis harmonik di perairan dalam, atau sebaliknya. Oleh karena itu, diperlukan informasi mengenai kedalaman perairan dari titik yang sedang diamati walaupun informasi tersebut hanya bersifat kualitatif. Informasi tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1. 38
3.4.1 Penerapan Uji Statistik Chi-square Setelah dilakukan perataan parameter untuk memperoleh nilai amplitudo dan fase dari komponen-komponen pasut laut yang terlibat, dilakukan uji statistik chi-square untuk mengetahui apakah perataan yang telah dilakukan adalah benar atau salah secara statistik. Seperti yang telah tertera pada BAB 2 tugas akhir ini, uji chi-square dapat digunakan untuk mendeteksi kesalahan pada pemakaian parameter yang dilibatkan, model pembobotan, dan untuk mendeteksi adanya blunder pada data pengamatan. Tabel 3.2 berikut ini adalah tabel hasil percobaan yang telah dilakukan untuk melihat kesalahan pada model pembobotan yang terdeteksi oleh uji chi-square. Data yang digunakan adalah data TOPEX/Poseidon pada pass 227, lintang -9.80690, cycle 1-360. Jumlah parameter yang dilibatkan adalah 15 buah parameter. Percobaan yang dilakukan adalah dengan menggunakan bobot yang berbeda pada setiap data (tertera pada Bagian 3.3) dan dengan menggunakan bobot yang sama bagi semua data. Tabel 3.2 Hasil percobaan uji chi-square terhadap model pembobotan
Percobaan Bobot berbeda Bobot sama
Jumlah Parameter 15 15
Batas Atas Batas Bawah 319.577677 228.2089266 319.577677 228.2089266
Hasil Uji Chi‐square 236.0230225 24.0954757
Lulus Ya Tidak
Dari tabel 3.2, dapat diketahui bahwa hasil uji chi-square masuk pada daerah penerimaan ketika dimasukan model pembobotan. Ketika bobot untuk semua data dianggap sama, hasil uji chi-square tidak masuk ke dalam daerah penerimaan uji statistik. Karena model pembobotan yang diterapkan pada semua penghitungan analisis harmonik di semua titik pengamatan dalam tugas akhir ini adalah sama (seperti yang tertera pada Bagian 3.3), maka uji chi-square yang diterapkan hanya dimanfaatkan untuk mendeteksi kesalahan pada pemakaian parameter yang dilibatkan. Tabel 3.3 adalah tabel hasil percobaan yang telah dilakukan untuk melihat kesalahan pada pemilihan komponen pasut laut yang terlibat sebagai parameter yang terdeteksi oleh uji chi-square. Data yang digunakan sama dengan data pada percobaan sebelumnya.
39
Tabel 3.3 Hasil percobaan uji chi-square terhadap jumlah parameter yang digunakan
Percobaan Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3
Jumlah Parameter 21 15 9
Batas Atas 306.5571932 319.577677 332.5758565
Batas Bawah 217.2293174 228.2089266 239.2108321
Hasil Uji Chi-square 118.1075222 236.0230225 9423.878897
Lulus Tidak Ya Tidak
Pada tabel 3.3, percobaan 1 nilai uji chi-squarenya lebih kecil dari batas bawah daerah penerimaan. Hal ini dikarenakan jumlah parameter yang dilibatkan di dalam perataan tersebut terlalu banyak, yaitu berjumlah 21 buah parameter. Pada percobaan 3, nilai uji chisquare yang diperoleh jauh melampaui batas atas daerah yang diterima karena jumlah parameter yang terlibat dalam percobaan 3 terlalu sedikit, yaitu 9 buah parameter. Jumlah parameter yang paling tepat digunakan di dalam percobaan ini ada pada percobaan 2, yaitu dengan 15 buah parameter. Pada percobaan 2, nilai uji chi-square dari hasil perataan berada di dalam daerah penerimaan. Dengan demikian, uji statistik chi-square dapat digunakan untuk melihat apakah pelibatan parameter-parameter di dalam pengolahan data sudah tepat atau belum. Ketika hasil uji chi-square menunjukan indikasi adanya kelebihan penggunaan parameter di dalam proses analisis harmonik, maka eliminasi parameter dapat dilakukan dari parameter-parameter yang mempunyai amplitudo terkecil atau dengan menggunakan batasan nilai tertentu (dalam studi ini adalah 1.65 cm) dimana parameter-parameter yang mempunyai besar amplitudo di bawah batasan nilai tersebut dihilangkan dari proses perataan. Dengan demikian, proses analisis harmonik dapat dilakukan dengan melibatkan semua parameter yang tersedia, kemudian mengeliminasi parameter-parameter yang mempunyai amplitudo lemah. Dari proses eliminasi parameter-parameter tersebut tersisa parameter-parameter yang mempunyai kontribusi signifikan dalam proses analisis harmonik. Proses analisis harmonik dilakukan ulang dengan menggunakan parameter-parameter tersebut hingga akhirnya diperoleh nilai akhir dari proses analisis harmonik. Tabel 3.4, 3.5, 3.6, 3.7, 3.8, 3.9 dan 3.10 menunjukan hasil pemilihan komponenkomponen pasut laut pada tujuh buah titik objek studi tugas akhir ini. Pada tabel-tabel tersebut hanya dipaparkan jumlah komponen yang masuk uji chi-square, sedangkan nama komponen-komponennya sendiri akan dipaparkan pada bagian 3.5 selanjutnya.
40
Tabel 3.4 Hasil uji chi-square untuk menentukan jumlah parameter yang digunakan pada Titik 1 (P. Bangka)
Jumlah Komponen 38 15
Pass 229 Batas Batas bawah atas 260.7854 179.0007 308.7289 219.0576
Pass 64 chi chi Batas Batas bawah square square atas 47.6999 278.2619 193.5244 48.0311 280.1114 326.0795 233.7072 306.0413
Tabel 3.5 Hasil uji chi-square untuk menentukan jumlah parameter yang digunakan pada Titik 2 (L. Jawa)
Jumlah Komponen 38 13
Pass 51 Batas Batas bawah atas 281.5330 196.2533 335.8221 241.9646
Pass 64 chi chi Batas Batas bawah square square atas 25.2276 278.2619 193.5244 27.0800 249.6359 332.5759 239.2108 284.5549
Tabel 3.6 Hasil uji chi-square untuk menentukan jumlah parameter yang digunakan pada Titik 3 (S. Hindia)
Jumlah Komponen 21 12
Pass 77 Batas Batas bawah atas 267.3453 184.4409 323.9128 231.8738
Pass 1464 chi chi Batas Batas bawah square square atas 20.6340 276.0802 191.7061 27.5267 276.2563 332.5759 239.2108 300.4143
Tabel 3.7 Hasil uji chi-square untuk menentukan jumlah parameter yang digunakan pada Titik 4 (L. Banda)
Jumlah Komponen 21 15
Pass 75 Batas Batas bawah atas 272.8061 188.9801 322.8293 230.9574
Pass 88 chi chi Batas Batas bawah square square atas 35.3398 276.0802 191.7061 32.3189 244.5144 326.0795 233.7072 233.9791
Tabel 3.8 Hasil uji chi-square untuk menentukan jumlah parameter yang digunakan pada Titik 5 (Selatan Papua)
Jumlah Komponen 21 14
Pass 227 Batas Batas bawah atas 269.5302 186.2560 321.7455 230.0411
Pass 164 chi chi Batas Batas bawah square square atas 32.5963 282.6230 197.1633 40.8084 273.3640 334.7402 241.0466 330.5319
Tabel 3.9 Hasil uji chi-square untuk menentukan jumlah parameter yang digunakan pada Titik 6 (Barat Papua)
Jumlah Komponen 38 25
Pass 49 Batas Batas bawah atas 247.6421 168.1439 276.0802 191.7061
Pass 62 chi chi Batas Batas bawah square square atas 103.7052 265.1595 182.6267 117.3174 242.0023 293.5128 206.2736 271.6084
41
Tabel 3.10 Hasil uji chi-square untuk menentukan jumlah parameter yang digunakan pada Titik 7 (Utara P. Sulawesi)
Jumlah Komponen 21 15
Pass 101 Batas Batas bawah atas 271.7143 188.0719 321.7455 230.0411
Pass 64 chi chi Batas Batas bawah square square atas 38.5825 272.8061 188.9801 40.6837 274.3068 322.8293 230.9574 285.8486
3.5 Hasil Analisis Harmonik Metode Kuadrat Terkecil Setelah langkah-langkah penghitungan yang telah dijelaskan sebelumnya selesai dilakukan, berikut ini tabel 3.11, 3.12, 3.13, 3.14, 3.15, 3.16 dan 3.17 merupakan tabel hasil pengolahan analisis harmonik dengan menggunakan metode kuadrat terkecil pada tujuh buah titik objek studi. Amplitudo dan standar deviasi pada tabel-tabel tersebut ditulis dalam besaran meter (m), sedangkan fase ditulis dalam besaran derajat ( o). Tabel 3.11 Konstanta pasut hasil analisis harmonik metode kuadrat terkecil pada Titik 1 (P. Bangka)
Pass : Komponen Sa Ssa Mf QI O1 NO1 P1 S1 K1 J1 N2 NU2 M2 S2 MP1 2SM2 M6 2MS6
Amplitudo 0.116 0.029 0.076 0.055 0.353 0.028 0.164 0.019 0.541 0.024 0.021 0.010 0.015 0.037 0.005 0.073 0.008 0.016
229 (ascending) 64 (descending) Fase std_Ampli std_Fase Amplitudo Fase std_Ampli std_Fase 2.038 0.010 4.895 0.107 7.653 0.009 4.835 26.781 0.010 19.111 0.073 248.364 0.009 6.999 137.639 0.067 51.508 0.062 152.783 0.062 58.085 295.281 0.010 10.137 0.064 296.372 0.009 8.075 304.189 0.010 1.551 0.362 304.575 0.009 1.437 295.382 0.010 19.345 0.031 301.798 0.009 17.250 9.744 0.010 3.426 0.174 12.114 0.009 2.987 123.929 0.010 31.438 0.019 82.436 0.009 27.426 47.669 0.010 1.042 0.544 46.919 0.009 0.957 66.985 0.010 22.904 0.014 109.125 0.009 36.454 74.400 0.010 28.324 0.020 65.916 0.009 26.293 314.616 0.010 57.381 0.016 250.882 0.009 32.863 346.163 0.010 36.270 0.016 341.386 0.009 31.299 132.552 0.010 15.084 0.037 119.244 0.009 14.445 303.089 0.010 115.549 0.019 323.113 0.010 29.492 298.464 0.067 54.146 0.060 56.385 0.062 59.132 299.346 0.010 72.466 0.016 239.060 0.009 32.376 285.581 0.010 36.701 0.018 200.361 0.009 30.150
42
Tabel 3.12 Konstanta pasut hasil analisis harmonik metode kuadrat terkecil pada Titik 2 (L. Jawa)
Pass : Komponen Sa Ssa Mm Mf O1 P1 S1 K1 N2 M2 S2 K2 2SM2
Amplitudo 0.030 0.033 0.020 0.074 0.048 0.044 0.017 0.088 0.038 0.108 0.075 0.027 0.073
51 (ascending) Fase std_Ampli 159.865 0.006 181.569 0.006 269.309 0.006 204.167 0.044 243.237 0.006 243.392 0.007 21.486 0.007 1.348 0.006 34.559 0.006 350.114 0.006 317.818 0.006 59.265 0.006 201.740 0.044
64 (descending) std_Fase Amplitudo Fase std_Ampli std_Fase 12.402 0.040 171.150 0.007 10.056 11.146 0.038 205.592 0.007 10.573 18.551 0.019 296.306 0.007 21.749 34.325 0.029 203.105 0.048 95.996 7.642 0.048 223.238 0.007 8.388 8.256 0.028 218.654 0.007 14.593 21.238 0.023 17.363 0.007 17.095 4.195 0.121 358.780 0.007 3.384 9.830 0.043 41.165 0.007 9.299 3.420 0.119 349.038 0.007 3.411 5.084 0.066 320.630 0.007 6.342 13.564 0.024 60.129 0.007 16.615 34.841 0.025 230.632 0.049 110.573
Tabel 3.13 Konstanta pasut hasil analisis harmonik metode kuadrat terkecil pada Titik 3 (Samudera Hindia)
Pass : Komponen Sa Ssa QI O1 P1 S1 K1 N2 NU2 M2 S2 K2
77 (ascending) 14 (descending) Amplitudo Fase std_Ampli std_fase Amplitudo Fase std_Ampli std_fase 0.077 236.409 0.006 4.017 0.080 242.454 0.007 4.375 0.039 299.886 0.006 8.341 0.006 336.849 0.007 26.116 0.015 161.411 0.006 9.085 0.025 113.962 0.007 14.279 0.077 117.042 0.006 4.198 0.072 124.580 0.007 4.530 0.046 134.467 0.006 5.568 0.041 141.877 0.007 5.724 0.019 124.157 0.006 16.765 0.008 252.349 0.007 45.482 0.129 176.058 0.006 0.211 0.128 175.678 0.007 0.502 0.055 217.657 0.006 4.066 0.066 213.242 0.007 3.230 0.008 64.819 0.006 44.194 0.016 339.160 0.007 9.125 0.273 313.353 0.006 0.992 0.276 314.685 0.007 1.024 0.101 7.396 0.007 0.904 0.093 14.841 0.007 1.260 0.027 143.218 0.006 8.282 0.024 149.062 0.007 8.523
43
Tabel 3.14 Konstanta pasut hasil analisis harmonik metode kuadrat terkecil pada Titik 4 (L. Banda)
Pass : Komponen Sa Ssa Mf QI O1 P1 S1 K1 J1 N2 NU2 M2 L2 S2 K2
75 (ascending) 88 (descending) Amplitudo Fase std_Ampli std_Fase Amplitudo Fase std_Ampli std_Fase 0.080 52.190 0.008 5.601 0.072 52.318 0.007 5.964 0.037 139.282 0.008 11.782 0.025 82.587 0.007 17.368 0.009 32.834 0.008 51.220 0.008 356.600 0.007 55.202 0.035 212.481 0.008 12.860 0.041 49.486 0.008 10.359 0.149 98.961 0.008 2.983 0.161 247.660 0.007 2.676 0.088 95.226 0.008 5.095 0.082 134.450 0.007 5.311 0.030 177.842 0.008 14.567 0.011 219.485 0.008 37.073 0.250 275.508 0.008 1.782 0.259 225.694 0.008 1.648 0.017 165.681 0.008 26.620 0.013 72.918 0.008 33.166 0.123 301.422 0.008 3.664 0.124 235.837 0.007 3.488 0.033 332.568 0.008 14.037 0.030 350.978 0.007 14.465 0.598 152.733 0.008 0.745 0.601 254.519 0.008 0.718 0.019 170.023 0.008 22.927 0.020 84.126 0.008 21.092 0.188 199.736 0.008 2.386 0.189 197.896 0.008 2.264 0.045 245.615 0.008 10.105 0.051 300.432 0.007 8.508
Tabel 3.15 Konstanta pasut hasil analisis harmonik metode kuadrat terkecil pada Titik 5 (L.Selatan Papua)
Pass : Komponen Sa Ssa QI O1 P1 S1 K1 2N2 MU2 N2 M2 L2 S2 K2
Amplitudo 0.093 0.029 0.056 0.209 0.088 0.020 0.233 0.021 0.022 0.101 0.432 0.017 0.138 0.043
227 (ascending) 164 (descending) Fase std_Ampli std_Fase Amplitudo Fase std_Ampli std_Fase 26.872 0.008 4.751 0.092 36.948 0.008 4.973 11.097 0.008 15.503 0.013 9.678 0.008 34.504 219.721 0.008 8.041 0.043 73.585 0.008 10.680 205.581 0.008 2.155 0.223 294.773 0.008 2.008 44.382 0.008 5.063 0.076 184.382 0.008 6.113 261.616 0.008 23.725 0.016 270.548 0.008 28.087 55.642 0.008 1.954 0.227 271.966 0.008 2.018 155.300 0.008 20.983 0.012 107.099 0.008 40.215 168.800 0.008 20.217 0.013 35.611 0.008 35.823 135.427 0.008 4.414 0.102 298.565 0.008 4.498 5.023 0.008 1.052 0.434 310.535 0.008 1.053 53.590 0.008 26.887 0.009 158.293 0.008 49.415 254.765 0.008 3.228 0.136 257.283 0.008 3.451 173.990 0.008 10.525 0.035 354.085 0.008 13.133
44
Tabel 3.16 Konstanta pasut hasil analisis harmonik metode kuadrat terkecil pada Titik 6 (Teluk di Barat Papua)
Pass : Komponen Sa Ssa Mm QI O1 NO1 P1 S1 K1 J1 OO1 MU2 N2 M2 T2 S2 K2 SO1 MNS2 2MS2 MSN2 MN4 MK4 S4 2MS6
49 (ascending) 62 (descending) Amplitudo Fase std_Ampli std_Fase Amplitudo Fase std_Ampli std_Fase 0.176 31.520 0.016 5.281 0.178 31.047 0.015 4.896 0.100 118.180 0.016 9.164 0.090 257.045 0.015 9.463 0.014 2.757 0.016 64.076 0.017 119.536 0.015 48.106 0.136 107.376 0.017 6.660 0.160 279.793 0.015 5.393 0.700 325.953 0.016 1.322 0.016 177.528 0.015 1.238 0.050 327.398 0.016 18.483 0.060 169.864 0.015 14.007 0.315 240.226 0.016 2.897 0.308 193.481 0.015 2.819 0.081 288.180 0.016 11.363 0.095 289.635 0.015 9.291 0.941 323.487 0.016 0.978 0.931 10.464 0.015 0.916 0.051 185.214 0.016 18.183 0.038 258.568 0.015 22.896 0.024 316.865 0.017 37.204 0.028 66.835 0.016 29.304 0.011 182.217 0.016 79.721 0.020 22.118 0.015 41.840 0.055 121.694 0.016 17.146 0.066 205.635 0.015 13.292 0.201 135.648 0.020 5.626 0.188 40.526 0.019 5.714 0.010 96.765 0.017 88.953 0.020 63.354 0.015 44.768 0.062 54.556 0.015 15.123 0.061 66.022 0.015 14.702 0.018 134.854 0.016 50.818 0.022 183.705 0.015 39.015 0.004 114.702 0.019 313.459 0.019 285.395 0.019 56.115 0.009 140.429 0.016 101.588 0.023 344.866 0.015 36.110 0.016 354.902 0.016 55.887 0.017 25.846 0.015 51.387 0.011 107.489 0.017 89.900 0.029 176.476 0.016 32.125 0.002 233.087 0.016 525.448 0.018 20.634 0.015 48.470 0.024 64.877 0.017 41.365 0.016 152.792 0.016 57.675 0.019 10.257 0.015 52.145 0.040 189.994 0.014 23.684 0.024 61.746 0.016 38.119 0.017 212.447 0.015 50.656
45
Tabel 3.17 Konstanta pasut p hasil ana alisis harmonikk metode kuadrrat terkecil padda Titik 7 (Utarra Sulawesi)
Pass : Komponen Sa Ssa QI O1 P1 K1 2N2 MU2 N2 NU2 M2 L2 T2 S2 K2
101 (asceending) Amplitudo Fase std_Ampli std_Fase Am mplitudo 0.030 10.179 0.008 15.411 0.032 0.034 300.262 0.008 14.550 0.013 0.023 290.601 0.008 21.671 0.024 0.120 9.545 0.008 3.951 0.111 0.043 148.247 0.008 11.096 0.053 0.140 102.373 0.008 3.484 0.148 0.017 67.518 0.008 28.670 0.013 0.028 14.927 0.009 16.898 0.017 0.094 91.304 0.008 5.400 0.099 0.017 57.491 0.008 28.637 0.034 0.599 150.579 0.008 0.802 0.612 0.022 42.318 0.008 22.058 0.027 0.016 10.859 0.009 30.341 0.022 0.367 326.318 0.009 1.278 0.366 0.080 104.900 0.008 5.969 0.090
12 (descendin ng) Fase std__Ampli std__Fase 3 30.420 0..009 15.065 12 20.802 0..008 35.927 33 38.816 0..008 20.625 19 93.120 0..008 4.3 389 8 86.430 0..009 9.0 070 17 74.368 0..009 3.2 261 17 78.026 0..009 37.262 19 97.799 0..008 29.384 3 38.616 0..009 5.0 074 12 22.874 0..008 14.478 4 45.710 0..008 0.7 796 24 42.982 0..008 18.213 30 06.336 0..009 22.833 32 27.083 0..008 1.3 327 6 62.032 0..008 5.3 335
G Gambar 3.7, 3.8, 3.9, 3.10, 3.11, 3.122 dan 3.13 berikut b ini m merupakan diagram tabunng yang berrisi perbandiingan antaraa amplitudo komponen--komponen ppasut laut dari d data passs ascending g dan pass descendingg di setiap titik pengam matan. Sum mbu absis pada diagram mdiagram tersebut berrisi nama koomponen-kom mponen pasut laut, sedaangkan sumb bu ordinatnyya merupakaan besar ampplitudo (dalaam meter) daari komponeen-komponenn pasut laut tersebut.
1.000 0.900 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000
2MS6
M6
2SM2
MP1
S2
M2
NU2
N2
J1
K1
S1
P1
NO1
O1
QI
Mf
Ssa
Sa
Ascendin ng Descending
Gaambar 3.7 Amp plitudo komponnen pasut padda Titik 1 (P.Baangka)
4 46
1.000 0.900 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000
Ascendin ng Descending
Gambar G 3.8 Am mplitudo kompoonen pasut padda Titik 2 (L. Jawa) J
1.000 0.900 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000
Ascendin ng Descending
Sa
Ssa
QI
O1
P1
S1
K1
N2
NU2
M2
S2
K2
Gambar 3.9 Amplituudo komponen ppasut pada Tiitik 3 (Samuderra Hindia)
1.000 0.900 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000
Ascendin ng Descending
Sa
Ssa Mf
Q QI
O1
P1
S1
K1
J1
N2 NU2 M2 M
L2
S2
K2
Ga ambar 3.10 Am mplitudo kompoonen pasut padda Titik 4 (L. Banda) B
4 47
1.000 0.900 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000
Ascendin ng Descending
Sa
Ssa
QI
O O1
P1
S1
N2
K1 2N2
M2 2
L2
S2
K2
MU2 M Gambbar 3.11 Ampliitudo komponeen pasut pada Titik 5 (Selatan Papua)
1.000 0.900 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000
Sa Ssa Mm QI O1 NO1 P1 S1 K1 J1 OO1 MU2 N2 M2 T2 S2 K2 SO1 MNS2 2MS2 MSN2 MN4 MK4 S4 2MS6
Ascendin ng Descending
Gambar 3.12 Amplituddo komponen pasut pada Titiik 6 (Teluk di B Barat Papua)
1.000 0.900 0.800 0.700 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000
Ascendin ng Descending
Sa
Ssa
QI
O1
P1
K1 2 2N2
N2 NU2 M2
L2
T2
S2
K2
MU2 Gambaar 3.13 Amplitu udo komponen pasut pada Tiitik 7 (Utara P P. Sulawesi)
4 48
Perbandingan n fase yang diperoleh d daari data pass ascending dan d pass desscending padda setiap titiik dapat dilih hat pada gam mbar 3.14, 3.15, 3 3.16, 3..17, 3.18, 3.19 dan 3.20.. Sumbu abssis pada diaagram-diagraam tersebut berisi nam ma komponeen-komponen pasut lauut, sedangkaan sumbu ordinatnya o m merupakan fase f (dalam m derajat) dari komponnen-komponeen pasut lauut tersebut.
360
ascending descending
270 180 90 0 1 K1 J1 N2 2 NU2 M2 S2 MP12SM2M6 62MS6 Sa Sssa Mf QI O1 NO1 P1 S1 Gambar 3.14 Fase F komponenn pasut pada Titik T 1 (P.Banggka)
360
ascending descendingg
270 180 90 0 Sa
Ssa
Mm
Mf
O1
P1
S1
K1
N2
M2
S2
K2 2SM2 2
Gambar 3.15 Fase komponeen pasut pada a Titik 2 (L. Jaw wa)
4 49
360
ascend ding descen nding
270 180 90 0 Sa
Ssa
QI
O1
P1
S1
K1
N2
NU2
M2
S2
K2
Gam mbar 3.16 Fasee komponen paasut pada Titikk 3 (Samudera Hindia) 360
ascending descendingg
270 180 90 0 Sa
S Ssa Mf
QI
O1
P1
S S1
K1
J1
N2 NU2 M M2
L2
S2
K2
Gambar 3.17 Fase F komponeen pasut pada Titik 4 (L. Bannda)
360
ascending descendingg
270 180 90 0 Sa
Ssa
QI
O1
P1
S1
K1
2N2 MU2 M N2
M2 2
L2
S2
K2
Gaambar 3.18 Fase komponen pasut p pada Tittik 5 (Selatan Papua) P
5 50
360
ascending descendingg
270 180 90
Sa Ssa Mm QI O1 NO1 P1 S1 K1 J1 OO1 MU2 N2 M2 T2 S2 K2 SO1 MNS2 2MS2 MSN2 MN4 MK4 S4 2MS6
0
Gambbar 3.19 Fase komponen k pasuut pada Titik 6 (Teluk di Barrat Papua)
360
ascending descendingg
270 180 90 0 Sa
Ssa Mm QI
O1 NO1 P1
S1
K1
J1 OO1 MU2 M N2 M2
T2
Gam mbar 3.20 Fasee komponen paasut pada Titikk 7 (Utara P. Suulawesi)
5 51