85 BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan agar dapat mengetahui bagaimana analisis strategi
produksi program Icip-icip di BINUS TV dalam meningkatkan kualitas program. Dalam melakukan penelitian ini, membutuhkan metode yang dapat menjelaskan secara terperinci tentang strategi produksi dan peningkatan kualitas program, dan pendekatan kualitatif-lah yang dirasa dapat menjabarkan hal-hal yang berkaitan secara jelas dan terperinci. Penelitian kualitatif merupakan salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati (Bogdan dan Taylor, 1992: 21-22) Penelitian kualitatif digunakan agar dapat mengenali subjek dan dapat merasakan apa yang mereka alami. (Rurchan,1992: 21-22) Penelitian kualitatif dapat menghasilkan penemuan yang tidak dapat dicapai dengan prosedur-prosedur statistik atau dengan acara kuantifikasi lainnya. Penggunaan penelitian jenis ini dijadikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang diamati. Ada beberapa alasan yang menjadi dasar seorang peneliti melakukan penelitian kualitatif. Menurut Creswell (1998: 17-18) ada delapan alasan perlunya melakukan penelitian kualitatif, yaitu: Pertama, karena faktor topik yang diteliti memerlukan eksplorasi seperti variabel-variabel yang tidak mudah untuk di identifikasi.
85
86 Kedua, karena adanya faktor perlunya menyajikan suatu pandangan yang mendetail tentang topik tersebut. Ketiga, memilih pendekatan kualitatif untuk meneliti individu dalam latarnya yang alami. Hal ini melibatkan lapangan studi, akses, dan material yang diperoleh untuk penelitian. Keempat, karena adanya faktor minat dari peneliti untuk menulis dalam gaya sastra, dimana peneliti masuk kedalam studi dan memaparkan penelitian dalam sebuah cerita narasi. Kelima, faktor waktu dan sumber-sumber yang cukup untuk pengumpulan data, membuat peneliti mengambil pendekatan kualitatif. Keenam, faktor pertanyaan yang digunakan dalam penelitian kualitatif sehingga dapat membawa peneliti masuk kedalam topik yang mendeskripsikan apa yang sedang berlangsung. Ketujuh, faktor pendekatan kualitatif yang dapat mengisahkan berita tentang pandangan partisipan. Kedelapan, pemilihan pendekatan kualitatif dikarenakan audien yang dapat menerima pendekatan kualitatif.
Sedangkan Strauss dan Corbin (1997), berpendapat ada dua alasan yang menjadi dasar perlunya melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu: Pertama, karena sifat masalah yang diteliti mengharuskan penggunaan penelitian kualitatif. Misalkan penelitian yang bertujuan untuk menemukan sifat atau pengalaman seseorang dengan suatu fenomena.
87 Kedua, karena tujuan penelitian yang ingin memahami apa yang tersembunyi dibalik suatu fenomena yang sulit untuk diketahui dan dipahami. Sehingga dengan penelitian kualitatif, dapat memberikan penjelasan terperinci tentang fenomena yang sulit disampaikan dengan metode kuantitatif. (Fatchan, 2001: 22).
3.1.1 Karakteristik penelitian kualitatif penelitian kualitatif memiliki lima karakteristik atau ciri-ciri utama (Bogdan dan Biklen, 2008: 4-5), yaitu: 1. Naturalistik Penelitian kualitatif memiliki latar aktual sebagai sumber data serta penelitian sebagai instrumen kuncinya, dimana peneliti masuk dan menghabiskan waktunya di tempat atau lokasi dari objek yang diteliti, untuk mempelajari seluk beluk objek yang diteliti. 2. Data deskriptif Data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif berbentuk kata-kata atau gambar. Sehingga hasil dari penelitian berisi tulisan dari kutipan-kutipan untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut meliputi transkrip wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, memo, dan rekaman resmi lainnya. 3. Berurusan dengan proses. Penelitian kualitatif lebih merujuk pada proses daripada hasil atau produk. Sehingga jenis pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan 'apa' dan 'bagaimana' yang merujuk pada jawaban yang menjelaskan sebuah alur atau proses.
88 4. Induktif Penelitian kualitatif cenderung menganalisa data secara induktif. Peneliti tidak melakukan pencarian diluar data atau bukti untuk menolak atau menerima hipotesis yang diajukan sebelum pelaksanaan penelitian. 5. Makna Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan makna. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat mengerti tentang subjek atau objek yang diteliti. Dengan kata lain, penelitian kualitatif melibatkan sejumlah partisipan untuk mendapatkan sebuah makna dari perspektif masing-masing partisasan (Bogdan dan Biklen, 2008: 4-8).
3.2
Jenis Penelitian Pada penelitian strategi produksi program Icip-icip di BINUS TV dalam
meningkatkan kualitas program ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian yang menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif, digunakan untuk menggambarkan berbagai situasi, kondisi, dan fenomena realitas sosial dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian. Penggunaan format desain deskriptif kualitatif ini dapat membuat sebuah studi yang amat mendalam terhadap sasaran penelitian. Namun, prosesnya membutuhkan waktu yang cukup lama. Deskriptif kualitatif merupakan penelitian eksplorasi yang dapat memberikan suatu gambaran yang mendalam serta menciptakan pemahaman tentang berbagai variabel sosial. Dalam penelitian deskriptif kualitatif, peneliti dapat menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan observasi. Pemilihan dan penentuan
89 partisipan yang akan diteliti haruslah yang memiliki kemampuan dalam menyumbangkan pemahaman tentang fenomena yang akan diteliti (Emzir, 2012: 21).
3.3.
Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran peneliti untuk dikaji. objek penelitian
kualitatif adalah objek alamiah atau natural setting, sehingga penelitian kualitatif disebut juga sebagai metode naturalistik (Basrowi & Suwandi, 2008: 44). Objek alamiah sendiri adalah, objek yang tidak dimanipulasi dan apa adanya, dimana kondisi pada saat peneliti memasuki objek, berada didalam objek, dan setelah keluar dari objek yang diteliti, relatif tidak berubah (Sugiyono, 2005: 2). Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah program acara kuliner Icip-icip. Dimana, objek yang akan diteliti adalah proses yang menggambarkan strategi produksi program Icip-icip di BINUS TV yang dapat memberikan pengaruh pada kualitas program.
3.4
Informan Penelitian Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi tentang objek
yang diteliti. Informan penelitian merupakan seorang pelaku yang berada didalam objek penelitian maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2008: 76).
3.4.1 Cara Memperoleh Informan Penelitian Ada dua cara dalam memperoleh informan penelitian, yaitu: Pertama, snowbolling sampling. Cara ini digunakan apabila peneliti tidak mengetahui siapa yang memahami informasi objek penelitian.
90 Kedua, key person. Cara ini digunakan apabila peneliti sudah memahami informasi awal tentang objek penelitian maupun informan penelitian. Key person ini adalah tokoh formal maupun informal seperti kepala kantor, kepala unit, kepala bagian, dan sebagainya. Sedangkan tokoh informal bisa seperti tokoh masyarakat atau tokoh-tokoh lainnya yang memahami objek penelitian tersebut (Bungin, 2008: 77).
3.5
Teknik Pengumpulan Data Metode adalah teknik penelitian spesifik. Metode pengumpulan data
merupakan strategi untuk mendapatkan data yang diperlukan. Pengumpulan data ini juga dilakukan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, dan informasi yang dapat dipercaya. Dalam memperoleh data-data tersebut, dibutuhkan beberapa teknik dan prosedur yang harus dilakukan. Proses pengumpulan data dapat dilakukan melalui tiga teknik, yaitu dokumentasi, pengamatan atau observasi, dan wawancara. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan observasi. (Basrowi & Suwandi, 2008: 93).
3.5.1 Data Primer 3.5.1.1 Observasi Observasi merupakan metode yang digunakan untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan, agar peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang diteliti. Pada praktiknya, peneliti yang menggunakan metode observasi, akan terlibat secara aktif dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat yang tinggal dilokasi penelitian dalam waktu yang relatif lama.
91 Peneliti akan melihat dan mengamati secara visual sehingga peneliti mengetahui secara langsung aktivitas dan interaksi hal-hal yang ditelitinya. Dalam teknik observasi ini,validitas data sangat bergantung pada kemampuan si observer atau si peneliti. Observasi tidak terbatas pada orang, tetapi observasi juga tidak terbatas pada objek-objek yang ada. Teknik pengumpulan data dengan cara observasi ini, digunakan apabila penelitian berkaitan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, dan faktor jumlah responden yang tidak terlalu besar.
3.5.1.1.1 Tahap-tahap Observasi 1. Pengamatan deskriptif Dilakukan pada tahap eksplorasi secara umum, dimana pada tahap ini peneliti memperhatikan dan merekam sebanyak mungkin aspek elemen situasi sosial yang diamati. Sehingga memperoleh gambaran secara umum. 2. Pengamatan terfokus peneliti lebih memfokuskan hal-hal detail dan rincian-rincian dari ranah yang ditelitinya 3. Pengamatan terseleksi pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam analisa komponensial, sehingga komponenkomponen yang diamati sudah ditentukan.
92 3.5.1.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Observasi Metode pengumpulan data dengan teknik observasi, memiliki kekurangan dan kelebihan dalam sebuah penelitian (Emzir, 2012: 49). Kekurangan teknik observasi adalah: 1. Ketergantungan individu pada topik penelitian, dapat menimbulkan perasaan yang tidak nyaman, dimana subjek yang diteliti merasa bahwa kegiatan yang mereka lakukan selalu diawasi. 2. Sulitnya memperkirakan kejadian yang akan terjadi pada waktu observasi berlangsung membuat teknik ini memakan banyak waktu dalam proses pengumpulan datanya. 3. Faktor-faktor yang tidak diharapkan saat proses pelaksanaan observasi, dapat menjadi penghambat keadaan saat proses pengamatan. 4. Teknik observasi sangat bergantung pada waktu dan tempat. Kedua faktor ini dapat mempersulit tugas peneliti. 5. Sebagian kejadian tidak mungkin diamati secara langsung, sehingga diperlukan media yang dapat digunakan sebagai alat pengumpul data, seperti surat, e-mail, ataupun wawancara pribadi. Hal ini biasanya menyangkut kehidupan pribadi individu.
Disamping kekurangan yang dimiliki teknik observasi, teknik ini juga memiliki kelebihan (Emzir, 2012: 48), yaitu: 1. Observasi menjadi cara terbaik untuk meneliti secara langsung berbagai macam fenomena, dan beberapa perilaku manusia hanya dapat dipelajari menggunakan cara ini.
93 2. Teknik ini tidak memerlukan usaha yang besar dari pihak selalu observasi. 3. Observasi memungkinkan peneliti mengumpulkan data dibawah kondisi perilaku yang dikenal. 4. Observasi memungkinkan peneliti mengumpulkan hakikat perilaku bersamaan dengan waktu diperolehnya. 5. Teknik ini tidak banyak bergantung pada pengambilan kesimpulan.
3.5.1.2 Wawancara Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu interviewer atau si pewawancara, dan interviewee sebagai orang yang diwawancarai (Basrowi & Suwandi, 2008: 127). Adapun maksud dan tujuan diadakannya wawancara adalah, agar dapat mengkonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan,organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, dan kepedulian. Serta dapat memverifikasi, merubah, dan memperluas informasi dari orang lain, baik manusia maupun bukan manusia. (Lincoln dan Guba, 1985: 266).
3.5.1.2.1 Tahap-tahap Wawancara Dalam melakukan wawancara ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, berikut merupakan tahapan dalam wawancara: 1. Menentukan narasumber. informasi yang didapatkan untuk keperluan penelitian haruslah diperoleh dari sumber yang dapat dipercaya. Untuk itu peneliti perlu memilih dan menentukan dengan cermat orang-orang yang akan diwawancarai.
94 Peneliti harus menentukan orang yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan, sehingga peneliti harus mengetahui apakah orang atau informan yang akan diwawancarai adalah orang yang memiliki wewenang untuk memberikan informasi tersebut. 2. Penentuan lokasi dan waktu wawancara merupakan proses tanya jawab yang melibatkan dua orang atau lebih, maka dari itulah penelith harus memperhatikan dengan baik kapan dan dimana akan melangsungkan proses wawancara. Peneliti harus menentukan lokasi dan waktu sesuai dengan kondisi orang-orang yang akan diwawancarainya. 3. Penyusunan pertanyaan daftar pertanyaan hendaknya dipersiapkan terlebih dahulu sebelum proses wawancara berlangsung. Sehingga peneliti bisa mendapatkan jawaban sesuai dengan apa yang dibutuhkannya. 4. Persiapan teknik mempersiapkan semua peralatan yang dapat merekam hasil dari wawancara. Seperti catatan dan alat perekam. Sehingga, jawaban yang didapat bisa diolah menjadi sebuah data untuk sebuah penelitian kualitatif.
3.5.1.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Wawancara Teknik wawancara memiliki beberapa kelebihan (Emzir, 2012: 60), yaitu: 1. Wawancara merupakan instrumen yang paling baik untuk menilai karakteristik pribadi
95 2. Wawancara dapat mengidentifikasi dan mengatasi masalah-masalah kemanusiaan. 3. Wawancara memiliki manfaat besar dalam hal konsultasi 4. Wawancara memberikan informasi tambahan sehingga dapat memperkuat data yang telah diperoleh. 5. Wawancara menjadi instrumen yang dapat digunakan untuk masyarakat buta huruf. 6. Dapat menggali informasi nonverbal
Namun, selain memiliki kelebihan, teknik wawancara juga memiliki kelemahan (Emzir, 2012: 61), yaitu: 1. Keberhasilan wawancara bergantung pada kemauan informan dalam memberikan informasi yang dapat dipercaya 2. Wawancara dipengaruhi oleh keadaan diri dan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi pribadi dalam melakukan wawancara, baik si interviewer maupun interviewee 3. Keberhasilan wawancara sangat bergantung pada informan. Karena seorang informan memegang peranan penting atas kebenaran yang dibicarakannya. Apa yang dilontarkan oleh seorang informan merupakan pernyataan yang dianggapnya benar.
3.5.2 Data Sekunder Data sekunder didapat dengan cara studi kepustakaan (literature) yaitu data yang diperoleh melalui buku, dokumen perusahaan, website, serta data dan bahan referensi lainnya dari berbagai sumber yang berkaitan dengan masalah yang dibahas,
96 guna melengkapi data-data yang sudah ada. Hasil rekaman wawancara melalui perekam suara (tape recorder) serta catatan lapangan saat proses observasi berlangsung, juga menjadi bahan pelengkap dan penyempurna data-data yang sudah ada.
3.6
Teknik analisis data Teknik analisis data pada penelitian kualitatif, erat kaitannya dengan metode
pengumpulan data. Pada metode atau teknik pengumpulan data untuk penelitian strategi produksi program Icip-icip di BINUS TV dalam meningkatkan kualitas program ini, menggunakan teknik observasi dan wawancara. Analisis
data
merupakan
proses
memilih,
memilah,
membuang,
menggolongkan data untuk dapat menjawab permasalahan yang diteliti. Menurut Tripp (1996), analisis data merupakan proses mengurai atau memecah sesuatu ke dalam bagian-bagiannya. Menurut Janice Mc. Drury (1999), terdapat empat tahapan dalam analisis data kualitatif, yaitu: 1. Membaca dan mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang terdapat dalam data. 2. Mempelajari kata-kata kunci tersebut agar menemukan tema-tema yang berasal dari data. 3. Menuliskan "model" yang ditemukan 4. Melakukan koding terhadap data-data yang diperoleh
Dalam menganalisis data penelitian strategi produksi program Icip-icip di BINUS TV dalam meningkatkan kualitas program yang didapatkan melalui observasi dan wawancara, maka data-data yang didapat dari lapangan tersebut akan
97 melalui tahapan proses yang disebut dengan transkrip. Dalam proses transkrip inilah peneliti melalui tahapan yang disebut dengan koding.
3.7
Pengkodean atau coding Koding atau pengodean merupakan suatu cara penyortiran data deskriptif
yang telah dikumpulkan, sehingga materi yang diberikan untuk topik tertentu dapat dipisahkan secara fisik dari data-data yang lainya. Ada tiga tahapan analisis data kualitatif yaitu Open coding, axial coding, dan selective coding (Emzir, 2012: 139).
3.7.1 Pengkodean terbuka (Open coding) Open coding atau pengodean terbuka adalah bagian analisis yang berhubungan khusus dengan penamaan dan pengategorian fenomena melalui pengujian data yang dilakukan secara teliti. Selama pengodean terbuka, data dipecah kedalam beberapa bagian yang terpisah, diuji,dibandingkan untuk mengetahui persamaan dan perbedaanya, serta pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tentang fenomena sebagaimana yang tercermin didalam data. Pada proses ini, asumsi seseorang tentang fenomena akan dieksplorasi sehingga mengarah pada penemuan-penemuan baru (Emzir, 2012: 139). Pada tahap ini, peneliti akan berupaya menemukan sebanyak mungkin variasi data yang ada. Ada lima langkah yang harus dilakukan peneliti pada tahap ini (Basrowi & Suwandi, 2008: 207), yaitu: 1. Breaking down Upaya peneliti dalam merinci kelengkapan data yang ada. Pada langkah ini, peneliti mengumpulkan semua informasi berkaitan dengan tindakan yang dilakukan oleh informan.
98 2. Examining Peneliti melakukan pemeriksaan dan pengelompokan bentuk-bentuk tindakan informan. 3. Comparing Pada langkah ini, peneliti membandingkan bentuk-bentuk tindakan informan, beserta sejumlah faktor yang mempengaruhi terjadinya perbedaan bentuk tindakan. 4. Conceptualizing Proses
menjelaskan
konsep
lokal
yang
sering
diucapkan
dan
dilakukaninforman. 5. Categorizing Tahap dimana informan mengkategori data menjadi tema-tema yang bersifat terbuka, dimana data yang didapat masih ada kemungkinan untuk bertambah atau berkurang, sesuai dengan perkembangan data yang diperoleh.
3.7.2 Pengkodean berporos (axial coding) Pada tahap ini, hasil yang diperoleh dari open coding, diorganisasikan kembali berdasarkan kategori. Hal ini dilakukan agar data dapat dikembangkan kearah proposisi-proposisi. Pada tahap ini dilakukan analisis hubungan antar katagori, dimana peneliti membuat hubungan antara sebuah kategori dan subkategori. (Basrowi & Suwandi, 2008: 207). Pada axial coding, peneliti menghubungkan dan mengembangkan kategori dengan membuat pertanyaan-pertanyaan dan membuat perbandingan-perbandingan.
99 Pertanyaan yang diajukan merupakan pertanyaan yang menunjukan suatu jenis hubungan, sehingga hasilnya dapat dihubungkan dengan kategori-kategori lainnya. Dalam axial coding, subkategori dihubungkan dengan kategori-kategorinya melalui model paradigma, yang menunjukkan kondisi kausal, fenomena, konteks, kondisi perantara, strategi tindakan/interaksional, dan konsekuensi (Basrowi & Suwandi, 2008: 207-208).
Gambar 3.1 Model Paradigma
Penjelasan: (1) kondisi kausal: Merupakan kategori yang mendorong informan untuk melakukan tindakan. Kondisi kasual merujuk pada peristiwa yang mengarah pada kemunculan dan perkembangan dari sebuah fenomena. (2) Fenomena: Merupakan tindakan yang dilakukan informan. Ini merupakan ide sentral, peristiwa, kejadian tentang suatu tindakan/interaksi yang diarahkan pada penanganan atau pada sebuah hubungan. (3) koteks: Merupakan proses tindakan informan serta pandangan informan, untuk menangani dan merespon sebuah fenomena.
100 (4) Kondisi perantara: Merupakan kategori yang mendukung dan menghambat informan dalam melakukan tindakan. Kondisi ini termasuk waktu, ruang, budaya, status ekonomi, status teknologis, karier, sejarah, dan biografi individual. (5) Strategi tindakan atau Interaksi: Merupakan kemampuan individu dari informan dalam menilai dan memilih bentuk tindakan seperti apa yang akan dilakukan. Komponen interaksional sendiri merujuk pada diri dan interaksi orang lain. (6) Konsekuensi: Merupakan akibat dari suatu proses tindakan yang dilakukan oleh informan. Hal ini tidak selalu dapat diprediksi. Kegagalan dalam mengambil
tindakan
atau
interaksi
juga
memiliki
hasil
ataukonsekuensinya sendiri.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, peneliti mengembangkan setiap kategori (fenomena) dalam istilah kondisi kausal, yang menyebabkan munculnya lokasi dimensional khusus dari fenomena ini dalam istilah konteks, strategi tindakan/interaksional yang digunakan untuk menangani dan merespon fenomena berdasarkan konteks tersebut, serta konsekuensi dari setiap tindakan dan interaksi yang diambil.
3.7.3 Pengkodean selektif (selective coding) Pada tahap ini, peneliti menggolongkan kategori menjadi kriteria inti dan pendukung. Peneliti juga mengaitkan antara kategori inti dan pendukungnya.
101 Pada tahap ini peneliti memberikan hubungan antarkategori. Dimana peneliti mengintegrasikan kategori-kategori tersebut, hingga pada akhirnya, menghasilkan simpulan yang diangkat menjadi general design atau membentuk sebuah teori dasar (Emzir, 2012: 174). Pada tahap ini, peneliti mengembangkannya kedalam sebuah gambar tentang realitas yang bersifat konseptual dan dapat dipahami. Ada beberapa langkah untuk melakukan ini, pertama melibatkan penjelasan alur cerita, kedua menghubungkan kategori tambahan disekitar kategori inti menggunakan paradigma, ketiga menghubungkan kategori-kategori pada level dimensional, menyertakan validasi hubungan dengan data-data, dan terakhir yang kelima
adalah
memasukkan
kedalam
kategori-kategori
yang
memerlukan
pengembangan lebih lanjut (Emzir, 2012: 175-176).
3.8
Keabsahan penelitian Keabsahan data penelitian dilakukan dengan melihat reliabilitas dan validitas
data yang telah diperoleh. Pembuktian validitas data itu sendiri, ditentukan oleh kredibilitas temuan dan interpretasi mengupayakan temuan, serta penafsiran yang dilakukan sesuai dengan kondisi yang nyata dan disetujui oleh subjek penelitian atau informan (Moleong, 1994). Pengertian lebih luas tentang reliabilitas dan validitas merujuk pada masalah kualitas data dan ketepatan metode yang digunakan untuk melakukan penelitian. Lincoln dan Guba (2008) mengatakan bahwa ada empat kriteria untuk menilai kualitas penelitian kualitatif, yaitu: 1. Credibility (Kepercayaan) Hasil penelitian dinilai kredibel dan dapat dipercaya.
102 2. Transferability (Keteralihan) Tingkat kemampuan dari hasil penelitian dapat di transfer atau di generalisasikan kepada konteks lainnya. 3. Dependability (Kebergantungan) Peneliti bertanggung jawab untuk menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi. Pasalnya, melakukan pengamatan yang sama dua kali, sebenarnya peneliti sedang melakukan pengukuran dua hal yang berbeda. Karena, ada kemungkinan hasil yang didapatkan berbeda karena berubah sesuai kondisi dan keadaan. Disini peneliti harus memperhitungkan konteks perubahan yang terjadi. 4. Confirmability (Kepastian) Hal ini merujuk pada tingkat kemampuan dari hasil penelitian yang dapat dikonfirmasikan oleh orang lain.
3.8.1 Triangulasi penelitian Validasi temuan berarti bahwa kredibilitas atau keakuratan temuan, ditentukan oleh peneliti melalui strategi-strategi seperti pengecekan dan triangulasi (Emzir, 2012: 81). Uji keabsahan penelitian ini dapat dilakukan dengan pendekatan triangulasi. Dengan triangulasi, peneliti menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya berdasarkan data empiris yang tersedia. Disini peneliti melakukan cross-check terhadap jawaban subjek dan dokumen-dokumen yang ada. Menurut Denzin (1980), model triangulasi meliputi tiga tahap yaitu check, re-check, dan cross-check.
103 Check adalah upaya mencari validitas data dengan menggunakan metode yang berlainan. Recheck, adalah upaya mendapatkan data dengan menanyakan kembali kepada subjek atau informan yang sama pada waktu berlainan. Apabila jawaban antara pertanyaan pertama dan kedua sama, maka data yang diperoleh adalah data yang valid. Terakhir adalah cross-check, dimana upaya peneliti mendapatkan data valid dengan cara menanyakan kepada informan yang berbeda pada waktu yang berbeda pula (Basrowi & Suwandi, 2008: 191-192). Apabila jawaban antar informan pertama dan kedua sama, maka data yang diperoleh adalah data valid. Menurut Dwidjowinoto (2002:9), ada beberapa macam triangulasi, yaitu: 1. Triangulasi sumber Membandingkan dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi
yang
diperoleh
dari
sumber
yang
berbeda.
Seperti,
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara (Bungin, 2008: 256). 2. Triangulasi waktu Adanya perubahan suatu proses dan perilaku manusia setiap waktunya. Hal ini mengakibatkan peneliti perlu mengadakan observasi tidak hanya sekali (Krisyantono, 2012: 72). 3. Triangulasi teori Dilakukan dengan memanfaatkan dua atau lebih teori-teori agar dapat dipadukan. Maka dari itu, peneliti memerlukan rancangan riset, pengumpulan data, dan analisis data yang lengkap agar hasilnya komprehensif (Krisyantono, 2012: 72).
104 4. Triangulasi periset Menggunakan lebih dari satu periset dalam mengadakan observasi dan wawancara. Hal ini dilakukan karena faktor persepsi, gaya, dan sikap masing- masing, yang dimiliki oleh periset (Krisyantono, 2012: 72). 5. Triangulasi metode Triangulasi metode melibatkan peneliti untuk mengecek keabsahan data atau keabsahan temuan riset, dengan cara menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data yang sama. Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap kesamaan hasil pengumpulan data yang didapat dengan metode wawancara dan observasi. Tujuan dari triangulasi metode adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda. (Bungin, 2008: 257).
3.9
Keterbatasan Penelitian Pada proses penelitian yang dikaji ini, penulis mengalami beberapa kendala
yang menjadi penghambat penelitian. Sehingga membuatan penelitian kualitatif yang dilakukan mengalami hambatan. Keterbatasan yang dialami oleh penulis yakni: 1.
Sulitnya memperoleh waktu yang tepat dalam melakukan wawancara dengan informan, dimana keterbatasan waktu yang dimiliki informan menjadi penghambat utama dalam memperoleh data yang akan dianalisis.
2.
Keterbatasan sumber informasi dari buku, internet dan berbagai sumber lainnya yang menjadi referensi penelitian ini, berkaitan dengan pengukuran kualitas program tayangan televisi.
105 3.
Adanya keterbatasan data-data perusahaan yang sulit untuk didapatkan penulis seperti SOP (Standard Operational Procedure) yang dimiliki oleh BINUS TV.