67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH
Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan program tersebut. Penilaian terhadap keefektifan program dalam mencapai sasaran dilakukan dengan cara membandingkan antara kondisi di lapangan sebelum dan saat program berjalan serta membandingkan antara daerah yang melaksanakan kegiatankegiatan program dan daerah yang tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan program. Indikator dan tolok ukur penilaian yang digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi telah dijelaskan pada Bab 2. Setelah dilakukan penilaian terhadap keefektifan program, kemudian dilakukan kajian untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan Proksi Mantap.
4.1
Karakteristik Responden Penyebaran kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data primer yang
berkaitan dengan proses produksi di Kecamatan Karang Pawitan Kabupaten Garut. Jumlah responden sebanyak 70 rumah tangga tani yang berlokasi di dua desa, yaitu Desa Situjaya sebagai desa pelaksana program dan Desa Situsari sebagai desa yang tidak melaksanakan program, dari masing-masing desa tersebut diambil 35 petani sebagai responden. Karakteristik responden yang dijelaskan meliputi jenis kelamin, umur dan pendidikan formal terakhir. Dari 70 sampel rumah tangga tani, mayoritas responden adalah laki-laki, baik di Desa Situjaya maupun Desa Situsari. Hal ini disebabkan karena yang menjalani profesi sehari-hari sebagai petani adalah kepala keluarga atau laki-laki dalam rumah tangga tani. Target responden kepala keluarga dimaksudkan agar responden memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan kuesioner berdasarkan kondisi yang sebenarnya. Jika responden bukan kepala keluarga atau diwakili oleh anggota keluarga yang tidak berprofesi sebagai petani, maka ada potensi jawaban yang salah atau tidak dapat dijawab oleh responden, karena responden tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan bertani.
68 Di Desa Situjaya, petani responden yang berusia di atas 60 tahun mencapai 40%. Kelompok petani ini adalah petani pemilik sawah yang sudah tidak menggarap lahannya secara langsung di lapangan, tetapi menentukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya manajerial. Kegiatan yang dilakukan misalnya bermusyawarah dengan petani lain, mengusahakan ketersediaan modal usaha tani, menentukan sarana produksi yang digunakan dan aspek pemasaran hasil produksi. Di Desa Situsari, responden memiliki rata-rata umur lebih muda, berkisar antara 30-60 tahun dengan proporsi yang relatif seimbang. Dari segi pendidikan formal, responden di Desa Situjaya banyak yang berpendidikan sekolah dasar (SD). Tingkat pendidikan responden di Desa Situsari lebih baik karena 40% lulusan sekolah menengah (SMP dan SMA). Perbedaan tingkat pendidikan di kedua desa tersebut selaras dengan usia responden seperti telah dijelaskan sebelumnya. Di Desa Situsari rata-rata usia responden lebih muda dan memiliki pendidikan formal lebih tinggi, sebaliknya di Desa Situjaya rata-rata usia petani yang lebih tua berpendidikan lebih rendah.
TABEL IV.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Karakteristik Jenis Kelamin Umur
Pendidikan Terakhir
Laki-laki Perempuan < 30 Tahun 30-40 Tahun 41-50 Tahun 51-60 Tahun > 60 Tahun Tidak Sekolah Tidak Tamat SD SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Sarjana
Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007
Desa Situjaya 91,4% 8,6% 8,6% 5,7% 5,7% 20% 40% 2,9% -
Desa Situsari 100% 20% 22,9% 25,7% 31,4% 2,9% 2,9%
85,7% 2,9% 8,5% -
48,6% 17% 22,9% 5,7%
69 Evaluasi Keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman
4.2
Pangan (Proksi Mantap) Dengan menggunakan indikator-indikator beserta tolok ukur keefektifan sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya, maka dilakukan penilaian keefektifan Proksi Mantap dalam mencapai sasaran-sasaran program. Sebagai input dalam menilai keefektifan program, data primer digunakan sebagai acuan. Penilaian dilakukan secara kualitatif dan tingkat keefektifan tolok ukur disimbolkan dengan “*”. Semakin banyak simbol “*” menunjukkan bahwa tingkat keefektifannnya semakin tinggi. Adapun dasar penetapan jumlah simbol yang diberikan berdasarkan atas dua hal, yaitu : •
Perbandingan kondisi antara sebelum dan setelah pelaksanaan program.
•
Perbandingan kondisi antara desa program dan desa nonprogram.
4.2.1 Peningkatan Pemahaman Petani Mengenai Teknik Budidaya Pertanian yang Baik Sasaran Proksi Mantap yang pertama adalah meningkatkan pemahaman petani tentang teknik budidaya pertanian yang baik Pemahaman tersebut diperoleh saat petani mengikuti kegiatan penyuluhan, sehingga indikasi dari keberhasilan program adalah adanya peningkatan pemahaman petani atas teknik budidaya pertanian. Akan dikaji apakah petani di Desa Situjaya, yang merupakan desa program, mampu menyerap dan menerapkan hasil-hasil kegiatan penyuluhan. Tolok ukur keefektifan terdiri atas dua hal, yaitu jika petani di Desa Situjaya mampu menyerap materi penyuluhan dan mempraktekkan pengetahuan yang didapat dari kegiatan penyuluhan tersebut pada lahan sawah garapannya. Sebagai pembanding adalah petani di Desa Situsari, yang merupakan desa nonprogram. Desa ini dikaji untuk mengetahui apakah petani di desa yang tidak melaksanakan program juga telah melaksanakan teknik budidaya yang baik. Perbandingan tingkat pemahaman petani mengenai materi penyuluhan juga dilakukan pada saat sebelum dan setelah program untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan pemahaman petani akan teknik budidaya pertanian yang baik, atau jika petani telah memahami teknik budidaya yang baik apakah kegiatan penyuluhan mampu untuk mempertahankannya pada saat program berjalan.
70 Dari Tabel IV.2 terlihat bahwa pelaksanaan program efektif dalam meningkatkan jumlah petani yang mengikuti kegiatan penyuluhan sebesar 37,1%. Selain jumlah peserta penyuluhan, tingkat pemahaman petani akan teknik budidaya pertanian yang baik juga ikut naik karena persepsi seluruh petani yang ikut penyuluhan menyatakan bahwa materi penyuluhan mudah dimengerti dan bermanfaat bagi petani. Apabila dibandingkan dengan desa nonprogram (Desa Situsari), peningkatan jumlah peserta kegiatan penyuluhan di desa program (Desa Situjaya) lebih tinggi 34,2%. TABEL IV.2 TINGKAT PEMAHAMAN PETANI TENTANG TEKNIK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK Tolok ukur Petani mampu menyerap materi penyuluhan
Petani menerapkan seluruh materi penyuluhan
Sebelum Program
Setelah Program Desa Situjaya 48,6% petani mengikuti penyuluhan dan • 85,7% petani mengikuti penyuluhan seluruhnya menyatakan materi dan seluruhnya menyatakan materi penyuluhan mudah dimengerti & penyuluhan mudah dimengerti & bermanfaat. bermanfaat. • Peningkatan jumlah petani yang ikut penyuluhan 37,1%
Desa Situsari 71,4% petani mengikuti penyuluhan dan • 74,3% petani mengikuti penyuluhan seluruhnya menyatakan materi dan seluruhnya menyatakan materi penyuluhan mudah dimengerti & penyuluhan mudah dimengerti & bermanfaat. bermanfaat. • Peningkatan jumlah petani yang ikut penyuluhan 2,9% Desa Situjaya 70,6% petani (12 petani) selalu • 60% petani (18 petani) selalu mempraktekkan hasil penyuluhan; 29,4% mempraktekkan hasil penyuluhan; 40% petani (5 petani) kadang-kadang petani (12 petani) kadang-kadang mempraktekkan hasil penyuluhan mempraktekkan hasil penyuluhan • Peningkatan jumlah petani yang selalu mempraktekkan hasil penyuluhan sebanyak 16,7% (6 petani) Desa Situsari 100% petani kadang-kadang 100% petani kadang-kadang mempraktekkan hasil penyuluhan mempraktekkan hasil penyuluhan
Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007
Dalam hal tindak lanjut terhadap anjuran dari Petugas Penyuluh Lapangan (PPL), di desa program terjadi peningkatan jumlah petani yang selalu mempraktekkan anjuran PPL. Meskipun pada Tabel IV.2 di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan persentase kelompok petani yang selalu mempraktekkan anjuran PPL, tetapi sebenarnya jumlah anggota kelompok tersebut bertambah dari sebelum
71 pelaksanaan program sejumlah 12 orang petani menjadi 18 orang petani setelah pelaksanaan program. Di desa nonprogram tidak terjadi penambahan persentase ataupun anggota kelompok petani yang selalu mempraktekkan anjuran PPL. Hal ini terjadi karena metoda penyuluhan yang berbeda antara desa program dan desa nonprogram. Intensitas penyuluhan di desa program lebih tinggi dan dilengkapi dengan sarana penunjang berupa laboratorium lapangan, sedangkan penyuluhan di desa nonprogram hanya berupa kegiatan kunjungan PPL ke sawah petani. TABEL IV.3 PENILAIAN INDIKATOR KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN TEKNIK BUDIDAYA PETANI Tolok Ukur Petani mampu menyerap materi penyuluhan
Petani menerapkan seluruh hasil penyuluhan
Penilaian Keefektifan ****
****
Alasan • Ada peningkatan jumlah peserta kegiatan penyuluhan di desa program yang cukup besar (37,1%) dan seluruh peserta mampu memahami dan merasakan manfaatnya • Peningkatan jumlah peserta kegiatan penyuluhan di desa program lebih tinggi dibanding desa nonprogram. Hal ini mengindikasikan bahwa program efektif meningkatkan jumlah peserta penyuluhan dan pemahaman teknik budidayanya • Ada peningkatan jumlah petani yang menerapkan hasil penyuluhan dan tidak ada petani yang tidak pernah mempraktekkan hasil penyuluhan • Petani di desa nonprogram semuanya hanya kadang-kadang mempraktekkan hasil penyuluhan. Berbeda dengan di desa program, 60% peserta penyuluhan selalu mempraktekkan hasil penyuluhan.
Sumber : Hasil analisis, 2007
4.2.2
Dorongan terhadap Aktivitas Musyawarah Antarpetani Sasaran Proksi Mantap yang kedua adalah mendorong aktivitas musyawarah
antarpetani. Indikator yang digunakan untuk mengukur keefektifan program yaitu petani selalu bersedia untuk bermusyawarah tentang pengembangan usaha tani. Tolok ukur yang harus tercapai agar program dikategorikan efektif adalah : •
Petani terlibat dalam kegiatan musyawarah usaha tani secara sukarela,
•
Petani terlibat secara aktif dalam kegiatan musyawarah, tidak hanya hanya menerima hasil keputusan musyawarah. Program dikatakan efektif jika terjadi peningkatan jumlah petani yang terlibat
secara aktif dan sukarela dalam setiap kegiatan musyawarah usaha tani pasca-
72 pelaksanaan program. Jika jumlah petani sebelum pelaksanaan program tergolong banyak yang aktif dan sukarela mengikuti musyawarah usaha tani, maka program dikatakan efektif jika setelah pelaksanaan program peserta musyawarah tetap banyak. Sebagai perbandingan untuk mengetahui kondisi aktivitas musyawarah petani di desa yang tidak melaksanakan program, dilihat juga jumlah petani untuk jenis kegiatan yang sama di desa nonprogram. Hasil survei (Tabel IV.4) menunjukkan bahwa kegiatan musyawarah di desa program (Desa Situjaya) tidak menunjukkan keefektifan program baik dari segi kuntitas peserta maupun kualitas aktivitas musyawarah itu sendiri. Indikasinya adalah hanya ada peningkatan 17,1% peserta musyawarah setelah pelaksanaan program, selain itu alasan petani yang mengikuti musyawarah karena kesadaran sendiri hanya 59,3%. Jika dibandingkan dengan desa nonprogram (Desa Situsari), jumlah peserta musyawarah lebih banyak, yaitu 71,4% sebelum program dan bertambah menjadi 80% setelah pelaksanaan program. Alasan petani mengikuti kegiatan musyawarah karena kesadaran sendiri juga lebih banyak ditemui di desa nonprogram yaitu 100% dan 92,9% untuk dua periode waktu (tahun 2001 dan tahun 2007).
TABEL IV.4 AKTIVITAS MUSYAWARAH ANTAR-PETANI Tolok ukur Petani terlibat dalam kegiatan musyawarah usaha tani secara sukarela
Sebelum Program
Setelah Program Desa Situjaya 54,3% petani mengikuti musyawarah; • 71,4% petani mengikuti musyawarah; Alasan ikut musyawarah : karena Alasan ikut musyawarah : karena kesadaran sendiri 68,4%; karena diajak kesadaran sendiri 59,3%; karena diajak petani lain 26,3%; karena dianjurkan PPL petani lain 29,6%; karena dianjurkan 5,3%. PPL 11,1% • Peningkatan jumlah peserta musyawarah 17,1%
Desa Situsari 71,4% petani mengikuti musyawarah dan • 80% petani mengikuti musyawarah; semuanya menyatakan karena kesadaran Alasan ikut musyawarah : karena sendiri. kesadaran sendiri 92,9%; karena diajak petani lain 3,6%; karena dianjurkan PPL 3,5% • Peningkatan jumlah peserta musyawarah 8,6% Desa Situjaya 73,7% peserta musyawarah aktif • 74,1% peserta musyawarah aktif • Peningkatan jumlah peserta musyawarah aktif 0,4% Desa Situsari 96% peserta musyawarah aktif 92,9% peserta musyawarah aktif
Petani terlibat secara aktif dalam kegiatan musyawarah, tidak hanya hanya menerima hasil keputusan musyawarah Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007
73 TABEL IV.5 PENILAIAN INDIKATOR KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENDORONG AKTIVITAS MUSYAWARAH ANTAR-PETANI Tolok Ukur Petani terlibat dalam kegiatan musyawarah usaha tani secara sukarela
Petani terlibat secara aktif dalam kegiatan musyawarah, tidak hanya menerima hasil keputusan musyawarah
Penilaian Keefektifan *
*
Alasan • Ada peningkatan jumlah peserta musyawarah, namun peningkatan jumlah peserta musyawarah yang terlibat karena kesadaran sendiri hanya sedikit (2 orang) • Kesadaran bermusyawarah petani di desa nonprogram lebih tinggi dari segi jumlah peserta maupun alasan mengikuti muyawarah • Hampir tidak ada peningkatan peserta musyawarah aktif, jika dibandingkan sebelum dan setelah pelaksanaan Proksi Mantap • Petani di desa nonprogram justru lebih banyak yang aktif dalam aktivitas musyawarah
Sumber : Hasil analisis, 2007
4.2.3 Dorongan Agar Petani Bergabung dengan Kelompok Tani Sasaran Proksi Mantap yang ketiga adalah mendorong petani untuk bergabung dalam kelompok tani yang akan menjadi cikal bakal koperasi tani. Indikator penilaian keefektifan sasaran program yang ketiga adalah petani bergabung dalam kelompok tani secara aktif dan sukarela. Untuk mengukur indikator tersebut, tolok ukur yang digunakan adalah petani bergabung dalam kelompok tani dengan didasari alasan bahwa keanggotaannya dalam kelompok tani tersebut didasari oleh kebutuhan atau karena kesadaran sendiri dan keterlibatannya dalam kegiatan kelompok tani secara aktif. Hasil dari pengukuran indikator keefektifan di atas menunjukkan bahwa di desa program (Desa Situjaya) terjadi peningkatan jumlah anggota kelompok tani setelah pelaksanaan Proksi Mantap. Motivasi keterlibatan petani dalam kelompok tani tersebut yang didasari oleh kesadaran pribadi juga mengalami peningkatan dari sebelum pelaksanaan program sebanyak 11 orang menjadi 14 orang saat pelaksanaan program. Dibandingkan dengan desa nonprogram (Desa Situsari), peningkatan jumlah anggota kelompok tani tidak sebesar di desa program, yaitu hanya 2,9%. Berdasarkan tolok ukur tingkat keaktifan anggota kelompok tani, di desa program jumlah anggota aktif kelompok tani mencapai 37,5% atau 9 orang, yang kemudian menjadi 36,4% atau 12 orang pada saat pelaksanaan program. Proporsi
74 anggota kelompok tani aktif ini lebih besar dibanding petani di desa nonprogram yang jumlahnya mencapai 8% kemudian menjadi 7,7% saat program berlangsung atau tidak terjadi peningkatan anggota aktif. TABEL IV.6 KEGIATAN KELOMPOK TANI Tolok ukur Keterlibatan petani dalam kelompok tani didasarkan pada kebutuhan
Sebelum Program
Setelah Program Desa Situjaya 68,6% petani adalah anggota kelompok • 94,3% petani adalah anggota kelompok tani; Alasan menjadi anggota kelompok tani; Alasan menjadi anggota kelompok tani : karena kesadaran sendiri 45,8%; tani : karena kesadaran sendiri 42,4%; karena diajak petani lain 50%; karena karena diajak petani lain 54,6%; karena dianjurkan PPL 4,2%. dianjurkan PPL 3% • Peningkatan jumlah anggota kelompok tani 25,7%
Desa Situsari 71,4% petani adalah anggota kelompok • 74,3% petani adalah anggota kelompok tani; Alasan menjadi anggota kelompok tani; Alasan menjadi anggota kelompok tani : karena kesadaran sendiri 64%; tani : karena kesadaran sendiri 61,5%; karena diajak petani lain 24%; karena karena diajak petani lain 26,9%; karena dianjurkan PPL 12%. dianjurkan PPL 11,6% • Peningkatan jumlah anggota kelompok tani 2,9% Petani banyak terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan kelompok tani
Desa Situjaya 37,5% anggota kelompok aktif; 62,5% 36,4% anggota kelompok aktif; 63,6% kadang mengikuti kegiatan kelompok tani kadang mengikuti kegiatan kelompok tani Desa Situsari 8% anggota kelompok aktif; 92% kadang 7,7% anggota kelompok aktif; 92,3% mengikuti kegiatan kelompok tani kadang mengikuti kegiatan kelompok tani
Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007
Kondisi aktivitas kelompok tani pada kedua desa berbanding terbalik dengan aktivitas musyawarah yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, yaitu di desa program lebih sedikit petani yang terlibat dalam kegiatan musyawarah secara aktif dibandingkan dengan petani di desa nonprogram. Sementara itu peserta aktif kegiatan kelompok tani di desa program lebih banyak daripada di desa nonprogram. Hal ini terjadi karena kegiatan musyawarah petani dapat dilaksanakan tanpa melalui prakarsa kelompok tani, sehingga petani yang bukan anggota kelompok tani pun dapat ikut bermusyawarah. Komunikasi antara pemerintah daerah dengan petani saat merumuskan kebijakan-kebijakan yang bersifat teknis, misalnya penentuan varietas padi yang akan ditanam, terjadi melalui wadah kelompok tani. Hasilnya adalah pada saat pencanangan program-program pertanian, anggota kelompok tani yang dilibatkan
75 dalam sasaran program akan lebih banyak yang berperan aktif daripada anggota kelompok tani yang tidak terlibat dalam program pertanian. Demikian juga halnya dengan Proksi Mantap yang merupakan program Pemerintah Kabupaten Garut, tentunya interaksi antara aparat pemerintah dengan anggota kelompok tani di daerah yang ditetapkan sebagai desa program lebih tinggi dibanding desa nonprogram sehingga aktivitas anggota kelompok tani lebih dinamis. Selama ini keterlibatan petani dalam kegiatan kelompok hanya diikuti oleh petani yang menjadi pengurus saja. Jarang petani bukan pengurus terlibat secara aktif dalam kegiatan kelompok tani jika tidak ada program dari pemerintah. Ini terlihat seperti yang terjadi pada tahun 1999 pada saat program penyaluran dana Kredit Usaha Tani (KUT). Program bantuan KUT mensyaratkan pemberian dana bantuan hanya bagi anggota kelompok tani. Akibatnya banyak petani yang bergabung dengan kelompok tani karena berharap mendapat dana KUT.
TABEL IV.7 PENILAIAN INDIKATOR KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENDORONG KEGIATAN KELOMPOK TANI Tolok Ukur Keterlibatan petani dalam kelompok tani didasarkan pada kebutuhan
Petani banyak terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan kelompok tani
Sumber : Hasil analisis, 2007
Penilaian Keefektifan ***
**
Alasan • Ada peningkatan jumlah anggota kelompok tani yang cukup besar (25,7%), namun masih banyak petani yang bergabung karena ajakan pihak lain dibanding petani yang merasa perlu untuk bergabung karena kesadaran sendiri • Dibanding desa nonprogram, jumlah anggota kelompok di desa program lebih banyak. Sasaran Proksi Mantap memang dikhususkan bagi kelompok tani. • Relatif tidak ada perubahan besar pada persentase anggota kelompok aktif. Hal ini sejalan dengan proporsi petani yang bergabung dengan kelompok karena kesadaran sendiri, yaitu sama-sama relatif tidak berubah. • Jika dibanding kelompok tani di desa nonprogram, anggota aktif di desa program lebih banyak walaupun hanya berkisar 3538%
76 4.2.4
Dukungan terhadap Kegiatan Intensifikasi Padi Sasaran Proksi Mantap yang keempat adalah mendukung kegiatan
intensifikasi padi. Pengukuran indikator keefektifan sasaran keempat ini dilakukan dengan cara membandingkan setiap komponen intensifikasi yang dilakukan petani sebelum dan saat pelaksanaan program berdasarkan standar petunjuk pelaksanaan Proksi Mantap yang terdiri atas: a. Membandingkan cara bercocok tanam yang sesuai rekomendasi sebelum dan saat program, yaitu mengatur pola tanam, mengolah tanah secara bijak, pergiliran varietas antarmusim dan menggunakan bahan organik. b. Membandingkan penggunaan pupuk sebelum dan saat program c. Membandingkan penggunaan benih sebelum dan saat program d. Membandingkan cara pengendalian hama sebelum dan saat program e. Membandingkan cara pengairan sebelum dan saat program
Berdasarkan Tabel IV.8, Proksi Mantap hanya efektif pada beberapa komponen cara bercocok tanam yang baik, diantaranya adalah cara melakukan pengaturan pola tanam dan pengolahan tanah secara bijak. Komponen lainnya yang tidak dilakukan oleh seluruh petani adalah pergiliran varietas antarmusim dan penggunaan bahan organik. Program efektif dalam mempertahankan cara pengaturan pola tanam yang baik karena di desa program (Desa Situjaya) seluruh petani tetap melakukannya setelah program berlangsung. Hal ini juga terjadi untuk pengolahan tanah secara bijak. Kondisi yang sama terjadi di desa nonprogram (Desa Situsari) untuk kedua komponen tersebut.
77 TABEL IV.8 KEGIATAN INTENSIFIKASI PADI Tolok ukur Cara bercocok tanam sesuai standar : mengatur pola tanam, mengolah tanah sesuai anjuran, pergiliran varietas antar musim, menggunakan bahan organik
Sebelum Program
Setelah Program Desa Situjaya 100% petani mengatur pola tanam; 100% 100% petani mengatur pola tanam; 100% mengolah tanah sesuai anjuran; 94,3% mengolah tanah sesuai anjuran; 97,1% melakukan pergiliran varietas antar melakukan pergiliran varietas antar musim; 20% menggunakan bahan organik musim; 20% menggunakan bahan organik
Desa Situsari 100% petani mengatur pola tanam; 100% Cara bercocok tanam tetap sama mengolah tanah sesuai anjuran; 80% melakukan pergiliran varietas antar musim; 71,4% menggunakan bahan organik Penggunaan Desa Situjaya benih unggul : 77,1% petani menanam IR-64; 22,9% 100% petani menanam Sarinah Ciherang, Widas, menanam Sarinah (bibit lokal) Way Apo Buru, Desa Situsari Cisadane, 25,7% petani menanam IR-64; 74,3% Proporsi penggunaan bibit IR-64 dan Cimelati, Towuti, IR-64 menanam Sarinah (bibit lokal) Sarinah tetap sama Pemupukan Desa Situjaya berimbang : • Kisaran penggunaan pupuk : Urea 100• Kisaran penggunaan pupuk: Urea 80Urea 250 kg, ZA 300kg, ZA 0-100 kg, KCL 0-60 kg, SP 300kg, ZA 0 kg, KCL 0-50 kg, SP 0100 kg, SP 125, 0-100 kg. 135 kg. KCl 100 kg (per • Tidak ada yang menggunakan • Tidak ada yang menggunakan Ha) komposisi pupuk secara berimbang komposisi pupuk secara berimbang • 2,9% petani mengganti komposisi; 11,4% menambah dosis; 8,6% mengurangi dosis. Perubahan tetap di bawah dosis yang dianjurkan Desa Situsari • Kisaran penggunaan pupuk: Urea 50• Kisaran penggunaan pupuk tetap sama, 280kg, ZA 0-100 kg, KCL 0-150 kg, SP tidak ada yang menggunakan komposisi 0-150 kg. pupuk secara berimbang • Tidak ada yang menggunakan komposisi pupuk secara berimbang Pengendalian Desa Situjaya hama : 73,7% petani melakukan pengendalian 94,3% petani melakukan pengendalian Pengendalian hama, dengan proporsi 89,3% melakukan hama; dengan proporsi 93,9% melakukan hama terpadu PHT, 10,7% hanya memakai pestisida PHT, 6,1% hanya memakai pestisida (PHT) yang Desa Situsari memprioritaskan pengendalian 77,1% petani melakukan pengendalian Proporsi cara pengendalian hama oleh alami (budidaya hama, seluruhnya hanya menggunakan petani tetap sama tanaman sehat & pestisida musuh alami) dan penggunaan pestisida secara bijaksana Pengairan yang baik : minimal air mencukupi
Desa Situjaya 2,9% petani menyatakan kondisi pengairan baik; 91,4% cukup; 5,7% kurang Desa Situsari 40% petani menyatakan kondisi 42,9% petani menyatakan kondisi pengairan baik; 34,5% cukup; 25,5% pengairan baik; 31,4% cukup; 25,7% kurang kurang 11,4% petani menyatakan kondisi pengairan baik; 85,7% cukup; 2,9% kurang
Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007
78 Jumlah petani di desa program yang melakukan pergiliran varietas antarmusim mengalami peningkatan sebesar 2,8% dari sebelum pelaksanaan program sebanyak 94,3% menjadi 97,1% saat program berlangsung. Namun proporsi yang relatif besar ini, dibanding jumlah petani yang melakukan pergiliran varietas antarmusim di desa nonprogram (Desa Situsari) yaitu 80%, tidak menunjukkan keefektifan program karena sebenarnya benih yang ditanam adalah varietas lokal yang tidak dianjurkan dalam petunjuk pelaksanaan program. Para petani di Desa Situjaya sangat mengandalkan varietas Sarinah yang merupakan benih lokal, apalagi setelah diketahui bahwa produktivitas benih berlabel ternyata lebih rendah dibanding benih lokal tersebut. Kejadian ini disebabkan oleh ketidakcocokan benih berlabel yang disediakan pemerintah daerah dengan kondisi tanah yang ada di Desa Situjaya. Sementara di daerah yang memiliki ketinggian lebih rendah dari Desa Situjaya, produksi padi lebih tinggi dari benih lokal. Oleh karena itu, petani di Desa Situjaya saat ini semuanya menggunakan benih padi lokal seperti terlihat pada Tabel IV.8. Di Desa Situsari penggunaan benih padi lokal juga masih mendominasi dibanding benih berlabel jenis IR-64. Tolok ukur penggunaan benih unggul menunjukkan ketidakefektifan program karena para petani malah semakin terpaku pada penggunaan benih lokal daripada mencoba varietas padi unggul lainnya yang lebih cocok untuk kondisi tanah setempat. Kelemahan dari varietas lokal adalah kulit buah padi yang terlalu tebal sehingga berat beras yang dihasilkan jauh berkurang setelah pemanenan padi. Para petani terlanjur menganggap bahwa benih berlabel tidak menjamin peningkatan produksi beras, padahal masih banyak varietas unggul lainnya yang bisa dicoba. Cara bercocok tanam lainnya yang belum dilaksanakan oleh mayoritas petani di desa program adalah penggunaan bahan organik. Hanya 20% petani di desa program yang menggunakan bahan organik dalam proses produksi, baik sebelum maupun saat program berlangsung. Di desa nonprogram penggunaan bahan organik jauh lebih besar mencapai 71,4% sejak tahun 2001 sampai dengan sekarang. Dapat dikatakan bahwa program tidak efektif dalam mendorong petani menggunakan bahan organik dalam proses produksi. Pemupukan berimbang tidak dilakukan oleh seluruh petani di kedua desa. Di desa program, terjadi perubahan penggunaan pupuk diantaranya ada yang mengubah dosis komposisi (2,9%), menambah dosis (11,4%) dan mengurangi dosis (8,6%). Walaupun ada perubahan, tetapi tetap tidak sesuai dengan dosis pemupukan yang dianjurkan. Di desa nonprogram pemupukan juga hanya difokuskan pada pemberian
79 urea, sedangkan jenis pupuk lainnya bervariasi pada setiap petani. Ada petani yang mengkombinasikan urea dengan satu jenis pupuk lainnya saja, atau lengkap dengan jenis pupuk yang disarankan namun dosisnya masih di bawah anjuran. Cara pengendalian hama dengan metoda pengendalian hama terpadu (PHT) seperti yang dianjurkan dalam petunjuk pelaksanaan Proksi Mantap sebagian besar telah dilaksanakan petani di desa program. Setelah program berlangsung, jumlah petani yang menggunakan metoda PHT bertambah banyak. Dibandingkan dengan petani di desa nonprogram, kondisinya lebih baik karena petani di desa nonprogram mengendalikan hama hanya mengandalkan pestisida saja tanpa menerapkan PHT secara lengkap. Pengairan di desa program mengalami penurunan kuantitas. Dari sebelum pelaksanaan program, jumlah petani yang kekurangan air sebanyak 2,9% meningkat menjadi 5,7% saat program berlangsung. Jumlah petani yang kekurangan air di desa nonprogram lebih besar mencapai 25,5-25,7%. Data ini menunjukkan bahwa upaya perbaikan sistem irigasi tidak efektif dalam memenuhi kebutuhan air untuk tanaman budidaya. Sistem pengairan untuk persawahan memerlukan kerjasama antar-petani. Terlihat bahwa pengaturan kebutuhan air antara kedua desa belum mencapai hasil yang optimal untuk mengurangi jumlah petani yang kekurangan air. TABEL IV.9 PENILAIAN INDIKATOR KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENDUKUNG KEGIATAN INTENSIFIKASI PADI Tolok Ukur Cara bercocok tanam sesuai standar
Penilaian Keefektifan **
Penggunaan benih unggul
Pemupukan berimbang
*
**
Pengendalian hama sesuai anjuran
****
Pengairan yang baik
*
Sumber : Hasil analisis, 2007
Alasan • Setelah pelaksanaan program, cara bercocok tanam masih sama seperti sebelumnya. • Petani di desa nonprogram juga tidak melakukan perubahan cara bercocok tanam. Dalam penggunaan pupuk organik masih lebih baik dibanding petani di desa program • Benih berlabel ternyata tidak cocok ditanam di desa program sehingga seluruhnya beralih ke benih varietas lokal • Di desa nonprogram penggunaan benih varietas lokal juga masih banyak ditemui, namun masih ada yang menanam varietas unggul • Perubahan dosis pupuk yang digunakan masih dibawah anjuran • Di desa nonprogram penggunaan pupuk tetap masih dibawah kebutuhan tanaman • Ada peningkatan cara pengendalian hama yang sesuai dengan anjuran (PHT) • Di desa nonprogram, tidak ada perubahan jumlah petani yang berusaha mengendalikan hama dan hanya mengandalkan pestisida saja • Terjadi penurunan kualitas pelayanan pengairan selama program berlangsung • Di desa nonprogram, petani yang kekurangan air lebih banyak, tetapi petani yang mendapat pengairan yang baik juga lebih banyak dibanding di desa program
80 4.2.5
Peningkatan Kemampuan Permodalan dan Pendapatan Petani Sasaran Proksi Mantap yang kelima adalah membantu permodalan usaha tani
dan meningkatkan nilai tambah produk agar produksi dan pendapatan petani meningkat. Penilaian keefektifan sasaran kelima melalui pengukuran ketercapaian tiga indikator, yaitu petani mampu membiayai usaha taninya secara mandiri, peningkatan produksi dan peningkatan pendapatan petani. Tolok ukurnya terdiri atas : •
Petani dapat melepaskan ketergantungan modal dari tengkulak atau sumber informal
lain.
mengembangkan
Diharapkan usaha
petani
taninya
mendapatkan
yang
dimulai
kesempatan dengan
untuk
melepaskan
ketergantungan modal yang berasal dari sumber informal, sehingga tercipta kemandirian. Kemandirian modal usaha tani memiliki keuntungan yang besar bagi petani, diantaranya adalah petani tidak akan terjerat beban bunga yang tinggi jika meminjam modal kepada sumber informal, petani dapat mengatur pembelian input produksi yang sesuai dengan kebutuhan lahan sawahnya dan petani dapat menjual hasil panen dengan harga yang wajar karena terhindar dari praktek ijon. •
Peningkatan produksi. Produksi yang meningkat diharapkan menciptakan dampak ikutan, yaitu meningkatnya pendapatan petani. Jika hasil produksi meningkat, jumlah komoditas yang dijual semakin banyak dan pendapatan yang diterima pun semakin besar.
•
Peningkatan pendapatan petani. Pendapatan petani akan bertambah setiap tahun seiring dengan kenaikan harga gabah yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Namun peningkatan pendapatan petani tersebut tidak akan berarti jika hanya secara nominal saja karena ada faktor yang membuat nilai uang menjadi turun yakni inflasi. Sehingga peningkatan pendapatan yang paling penting adalah peningkatan secara riil.
81 TABEL IV.10 PERMODALAN DAN PENDAPATAN PETANI Tolok ukur Petani dapat melepaskan ketergantungan modal dari tengkulak atau sumber informal lain
Hasil produksi meningkat jika dibandingkan sebelum pelaksanaan program. • Pendapatan petani meningkat secara riil • Petani bisa menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung
Sebelum Program
Setelah Program Desa Situjaya 88,6% petani menggunakan modal milik Kondisi permodalan tidak berubah pribadi; 11,4% menggunakan modal keluarga. Petani menggunakan modal pribadi karena tidak memiliki pilihan sumber pembiayaan lain untuk membiayai usaha tani Desa Situsari Seluruh petani menggunakan modal milik Kondisi permodalan tidak berubah pribadi Desa Situjaya Kisaran produksi per Ha mencapai 4-8 Kisaran produksi per Ha tetap sama ton Desa Situsari Kisaran produksi per Ha mencapai 1,5-10 Kisaran produksi per Ha tetap sama ton Desa Situjaya • Kisaran pendapatan petani Rp 300.000- • Kisaran pendapatan petani Rp 350.000Rp 9.660.000 Rp 20.860.000 • 25,7% petani dapat menabung; 77,3% • 28,6% petani dapat menabung; 71,4% tidak dapat menabung karena habis tidak dapat menabung karena habis untuk kebutuhan sehari-hari atau modal untuk kebutuhan sehari-hari atau modal bertani musim selanjutnya bertani musim selanjutnya Desa Situsari • Kisaran pendapatan petani Rp 400.000- • Kisaran pendapatan petani Rp 6.000.000 Rp1.000.000-Rp 8.500.000 • 14,3% petani dapat menabung; 85,7% • Proporsi petani yang dapat menabung tidak dapat menabung karena habis tetap sama untuk kebutuhan sehari-hari atau modal bertani musim selanjutnya
Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007
Dari Tabel IV.10 di atas terlihat bahwa kondisi permodalan di desa program (Desa Situjaya) lebih banyak yang bersumber dari modal pribadi dan sebagian kecil modalnya berasal dari keluarga. Proses untuk mendapatkan pinjaman modal dan pengembalian pinjaman tersebut relatif mudah sehingga petani yang menggunakan modal usaha tani dari keluarga memilihnya sebagai alternatif pembiayaan modal usaha tani. Di desa nonprogram (Desa Situsari) seluruh petani responden menggunakan modal pribadi untuk usaha tani. Tetapi jika dicermati dari alasan responden yang menggunakan modal pribadi adalah karena tidak memiliki pilihan lain, maka dapat dikatakan bahwa sebenarnya petani tidak terbantu dalam upaya menciptakan pemenuhan kebutuhan modal usaha yang mandiri. Karena keterbatasan modal pribadi, banyak petani yang mengijonkan komoditas pertaniannya kepada tengkulak. Dari gambaran di atas dapat dikatakan bahwa Proksi Mantap tidak efektif
82 dalam usaha melepaskan ketergantungan petani terhadap modal yang berasal dari sumber pembiayaan informal seperti tengkulak. Program tidak efektif dalam meningkatkan produksi padi karena baik di desa program maupun desa nonprogram tidak terjadi peningkatan produksi padi selama program berlangsung jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pelaksanaan program. Seluruh petani responden mendapatkan besaran hasil produksi yang sama pada tahun 2001 sebelum program berjalan dan tahun 2007 saat program berjalan. Pendapatan petani selama kurun waktu 2001 sampai dengan 2007 mengalami peningkatan secara nominal seiring dengan naiknya harga gabah di tingkat petani. Pada tahun 2001 harga gabah berada di kisaran Rp 1100 – Rp 1500 per kikogram, sedangkan pada tahun 2007 harga gabah naik menjadi Rp 1700 – Rp 2200. Kenaikan harga gabah ini secara otomatis meningkatkan pendapatan petani, tetapi jika dihitung dengan menggunakan analisis Time Value of Money, dengan menggunakan data BPS untuk input besaran inflasi sebesar 15%, pendapatan petani secara riil sebenarnya menurun. Penurunan pendapatan riil dialami petani di kedua desa. Dari segi tabungan, hanya 25,7% petani di desa program yang dapat menyisihkan sebagian penghasilannya dari kegiatan bertani sebelum pelaksanaan program dan bertambah menjadi 28,6% saat pelaksanaan program. Kelompok petani yang dapat menabung seluruhnya adalah petani yang memiliki pekerjaan lain selain bertani sehingga petani mampu untuk menabung. Petani yang tidak memiliki pekerjaan selain bertani tetapi dapat menabung, termasuk kedalam kelompok petani yang memiliki penghasilan bersih dari kegiatan bertani di atas Rp 4 juta pada tahun 2001 dan di atas Rp 7 juta pada tahun 2007. Jumlah penghasilan juga mempengaruhi besarnya persentase penghasilan yang ditabung, semakin besar penghasilan maka semakin besar pula persentase untuk tabungan. Di desa nonprogram petani yang menabung proporsinya lebih kecil yaitu 14,3% dan tidak mengalami perubahan jumlah sampai saat ini. Di desa ini juga terdapat kelompok petani yang memiliki pekerjaan off farm dan mampu menabung. Petani yang tidak memiliki pekerjaan sampingan tidak mampu menyisihkan penghasilannya untuk ditabung karena habis untuk kebutuhan sehari-hari dan modal bertani di musim selanjutnya.
83 TABEL IV.11 PENILAIAN INDIKATOR KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MEMBANTU PERMODALAN DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI Tolok Ukur Petani dapat melepaskan ketergantungan modal dari tengkulak atau sumber informal lain
Penilaian Keefektifan *
Alasan Modal berasal dari modal pribadi atau keluarga. Sebenarnya modal tersebut diperoleh dari hasil menjual hasil panen secara ijon kepada tengkulak. Jadi secara tidak langsung modal petani berasal dari tengkulak. Kondisi ini tetap tidak berubah baik sebelum dan setelah pelaksanaan Proksi Mantap
Hasil produksi meningkat jika dibandingkan sebelum pelaksanaan program
*
Tidak ada petani yang mampu meningkatkan hasil produksi setelah pelaksanaan program
Pendapatan petani meningkat secara riil
*
Tidak ada petani yang meningkat pendapatannya secara riil
Petani bisa menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung
*
Dapat dikatakan tidak ada petani yang dapat menabung dari hasil bertani saja
Sumber : Hasil analisis, 2007
4.2.6
Peningkatan Kemudahan Akses Petani terhadap Sarana Produksi dan Pemasaran Sasaran Proksi Mantap yang keenam adalah membantu kemudahan akses
petani terhadap sarana produksi dan pemasaran hasil produksi. Indikator keefektifan program adalah petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian dan Petani mudah untuk memasarkan produk pertanian. Tolok ukur untuk menilai ketercapaian indikator keefektifan sasaran keenam program adalah : •
Petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian
•
Petani mampu membeli sarana produksi pertanian
•
Petani mudah untuk memasarkan hasil produksi pertanian
•
Petani mendapatkan informasi tentang pasar dari lembaga formal
Dari Tabel IV.12 terlihat bahwa petani masih kesulitan mendapatkan harga yang wajar karena peran tengkulak yang begitu dominan sebagai pelaku pemasaran hasil produksi. Apalagi ditambah dengan kebiasaan yang selalu dilakukan oleh petani ketika bertransaksi dengan tengkulak yaitu menggunakan praktek penjualan “tebas”.
84 Penjualan dengan cara tebas atau ijon adalah melakukan transaksi jual beli ketika tanaman padi masih muda dan belum siap untuk dipanen. Harga yang disepakati berdasarkan perkiraan harga yang ditentukan oleh tengkulak. Keuntungan yang diperoleh oleh petani dengan menjual tebas yaitu lebih cepat mendapatkan hasil penjualan padi, walaupun sebenarnya petani mengalami kerugian karena harga yang disepakati ditentukan oleh tengkulak dan karena padi masih belum siap panen, secara otomatis harga yang ditentukan oleh tengkulak jauh dibawah harga pembelian pemerintah (HPP). Di desa program (Desa Situjaya), tidak ada petani yang mendapatkan informasi tentang pemasaran dari lembaga formal seperti misalnya pemerintah daerah dengan dinas-dinas terkaitnya atau KUD. Kondisi ini berbeda dengan petani di desa nonprogram (Desa Situsari) yang sebagian (40%) masih mendapat informasi dari KUD tentang pemasaran.
85 TABEL IV.12 AKSES TERHADAP SARANA PRODUKSI PERTANIAN DAN PEMASARAN HASIL Tolok ukur Petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian
Petani mampu membeli sarana produksi pertanian
Petani mudah untuk memasarkan hasil produksi pertanian
Petani mendapatkan informasi tentang pasar dari lembaga formal
Sebelum Program
Setelah Program Desa Situjaya Kios sarana produksi pertanian setempat Kios sarana produksi pertanian setempat telah tersedia dan dapat dijangkau oleh telah tersedia dan dapat dijangkau oleh seluruh petani seluruh petani Desa Situsari Kios sarana produksi pertanian setempat Kios sarana produksi pertanian setempat telah tersedia dan dapat dijangkau oleh telah tersedia dan dapat dijangkau oleh seluruh petani seluruh petani Desa Situjaya • 100% petani tidak melakukan • 100% petani tidak melakukan pemupukan berimbang karena harganya pemupukan berimbang karena harganya mahal mahal • Dari 22,9% petani bukan pengguna • 77,1% petani tidak menggunakan benih benih berlabel, 11,1% petani berlabel karena tidak cocok atau tidak menyatakan alasannya karena mahal; berminat 11,1% karena sulit didapat; 11,1% • 94,3% petani mampu membeli pestisida karena dapat memproduksi sendiri; 66,7% karena tidak cocok atau tidak berminat • 73,7% petani mampu membeli pestisida Desa Situsari • 100% petani tidak melakukan • 100% petani tidak melakukan pemupukan berimbang karena harganya pemupukan berimbang karena harganya mahal mahal • 74,3% petani tidak menggunakan benih • 74,3% petani tidak menggunakan benih berlabel karena harganya mahal berlabel karena harganya mahal • 77,1% petani mampu membeli pestisida • 77,1% petani mampu membeli pestisida Desa Situjaya 100% hasil produksi dijual ke tengkulak. Kondisi tetap sama Kesulitan yang dialami petani : harga ditentukan oleh tengkulak dan harganya terlalu rendah Desa Situsari 71,4% dipasarkan sendiri; 28,6% hasil Kondisi tetap sama produksi dijual ke tengkulak. Kesulitan yang dialami petani : harga ditentukan oleh tengkulak dan harganya terlalu rendah Desa Situjaya 2,9% petani mendapatkan info dari Kondisi tetap sama televisi; 37,1% dari tengkulak; 60% dari sesama petani
Desa Situsari 20% petani mendapatkan info dari Kondisi tetap sama tengkulak; 40% dari sesama petani; 40% dari KUD Sumber : Hasil pengolahan kuesioner, 2007
86 TABEL IV.13 PENILAIAN INDIKATOR KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MEMBANTU KEMUDAHAN AKSES TERHADAP SARANA PRODUKSI PERTANIAN DAN PEMASARAN HASIL Tolok Ukur Petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian Petani mampu membeli sarana produksi pertanian
Penilaian Keefektifan ****
Alasan Saprotan mudah didapat oleh petani
*
Saprotan, terutama pupuk, harganya mahal bagi petani. Hanya benih yang disediakan secara gratis oleh pemda.
Petani mudah untuk memasarkan hasil produksi pertanian
*
Petani mendapatkan informasi tentang pasar dari lembaga formal
*
• Petani sangat tergantung pada tengkulak. Harga pembelian tengkulak merugikan petani • Petani di desa nonprogram masih ada sebagian kecil yang memasarkan sendiri Tidak ada petani yang mendapat informasi tentang pasar dari lembaga resmi pemerintah
Sumber : Hasil analisis, 2007
4.3
Kajian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Proksi Mantap Pada uraian sebelumnya telah diketahui bahwa Proksi Mantap belum
sepenuhnya dapat mencapai seluruh sasaran yang diinginkan. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh terhadap proses pengembangan wilayah yang berbasis pertanian, seperti yang sedang dirintis di Kabupaten Garut, khususnya pada wilayah studi. Keberhasilan dalam mencapai sasaran-sasaran program diduga dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, yang akan dikaji pada bagian berikut ini. Faktor internal dan eksternal yang diuji pengaruhnya terhadap pencapaian keefektifan program, diidentifikasi dari hasil studi literatur sebagaimana yang telah dikemukakan pada Subbab 2.2. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi keefektifan Proksi Mantap adalah pendidikan formal petani, keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan, luas lahan, status lahan, ketersediaan sarana produksi pertanian (pupuk, benih dan pestisida), ketersediaan air, sumber modal usaha tani dan pelaku pemasaran.
87 4.3.1
Kajian Faktor-faktor Internal yang Mempengaruhi Keefektifan Proksi
Mantap Dari hasil studi literatur yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya, diketahui beberapa faktor internal yang dapat mempengaruhi keefektifan program dalam mencapai sasaran-sasaran yang spesifik. Faktor-faktor internal tersebut adalah pendidikan formal petani, keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan, luas lahan dan status lahan. Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui faktor mana saja yang turut mempengaruhi keefektifan sasaran tertentu, seperti yang dijelaskan berikut ini. A1. Faktor Internal yang Mempengaruhi Peningkatan Pemahaman Petani Mengenai Teknik Budidaya Pertanian yang Baik TABEL IV.14 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN PETANI MENYERAP MATERI PENYULUHAN Faktor Internal Keikutsertaan petani dalam penyuluhan
Desa Situjaya Nilai Signifikansi 0,000
Desa Situsari Nilai Signifikansi 0,000
Sumber : Hasil analisis, 2007.
Nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan tingkat keeratan yang tinggi antara variabel kemampuan petani menyerap materi penyuluhan dengan faktor internal yang diuji. Batasan maksimum nilai signifikansi yang menunjukkan adanya keeratan hubungan antara dua variabel yang diuji adalah 0,05. Semakin kurang dari 0,05, maka semakin kuat hubungannya. Dari hasil perhitungan tabulasi silang antara variabel tingkat kemampuan petani menyerap materi penyuluhan dengan seluruh faktor internal yang diduga mempengaruhinya, diketahui bahwa kemampuan petani dalam menyerap materi penyuluhan dipengaruhi oleh tingkat tingkat keikutsertaan petani dalam penyuluhan. Terlihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 yang menunjukkan tingkat keeratan sangat tinggi antara variabel kemampuan petani menyerap materi penyuluhan dengan variabel faktor eksternal. Sementara batasan maksimal keterkaitan adalah sebesar 0,05. Baik di Desa Situjaya atau desa program maupun Desa Situsari atau desa nonprogram,
faktor
keikutsertaan
dalam
penyuluhan
sangat
mempengaruhi
keefektifan peningkatan kemampuan petani menyerap materi penyuluhan. Semakin
88 sering petani berinteraksi dengan PPL dalam rangka kegiatan penyuluhan, maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan petani dalam menyerap materi penyuluhan yang disampaikan.
A2. Faktor Internal yang Mempengaruhi Peningkatan Penerapan Hasil Penyuluhan
TABEL IV.15 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI PETANI DALAM MEMPRAKTEKKAN HASIL PENYULUHAN Faktor Internal Keikutsertaan petani dalam penyuluhan Status lahan
Desa Situjaya Nilai Signifikansi 0,000 -
Desa Situsari Nilai Signifikansi 0,000 0,001
Sumber : Hasil analisis, 2007. Ket : - : Data sama sehingga tidak diproses
Nilai signifikansi sebesar 0,000 dan 0,001 menunjukkan bahwa ada tingkat keeratan yang sangat tinggi antara variabel penerapan hasil penyuluhan dengan faktor internal yang diuji. Hasil perhitungan tabulasi silang di atas menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi petani ketika memutuskan apakah pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan penyuluhan akan dipraktekkan sepenuhnya, sebagian atau tidak sama sekali adalah tingkat keikutsertaan petani dalam penyuluhan. Faktor tersebut sama alasannya dengan alasan mengapa intensitas penyuluhan dapat mempengaruhi tingkat pemahaman petani tentang teknik budidaya pertanian yang baik. Semakin tinggi intensitas penyuluhan, maka semakin tinggi pula tingkat pemahaman petani dan petani semakin sadar untuk mempraktekkan pemahamannya di lapangan. Faktor status lahan tidak berpengaruh di Desa Situjaya, tetapi sangat berpengaruh di Desa Situsari. Di Desa Situsari, pemilik lahan menentukan pelaksanaan pengolahan lahan, sedangkan di Desa Situjaya, penggarap lahan lebih leluasa dalam mengolah lahan dan tidak terlalu tergantung pada pemilik lahan.
89 B. Faktor Internal yang Mempengaruhi Dorongan terhadap Aktivitas Musyawarah TABEL IV.16 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI AKTIVITAS MUSYAWARAH PETANI Faktor Internal Keikutsertaan petani dalam penyuluhan Status lahan
Desa Situjaya Nilai Signifikansi 0,017 -
Desa Situsari Nilai Signifikansi 0,000 0,003
Sumber : Hasil analisis, 2007. Ket : - : Data sama sehingga tidak diproses
Nilai signifikasi 0,000; 0,003; dan 0,017 menunjukkan bahwa ada keeratan hubungan antara variabel pengaruh aktivitas musyawarah petani dengan faktor internal yang diuji. Aktivitas musyawarah yang berkaitan dengan usaha tani sangat dipengaruhi oleh tingkat keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan. Petani yang sering mengikuti musyawarah adalah petani yang juga rajin mengikuti kegiatan penyuluhan. PPL biasanya menganjurkan petani untuk mengikuti aktivitas musyawarah yang diadakan di desanya masing-masing. Akibatnya terjadi peningkatan jumlah responden yang mengikuti musyawarah sejak tahun 2001 sampai sekarang. Petani dengan status kepemilikan hak milik atas lahan sawah, lebih sering mengikuti musyawarah dibanding petani penggarap. Kondisi ini terjadi di Desa Situjaya, dimana kelompok tani hanya mengundang petani pemilik lahan untuk bermusyawarah. Di Desa Situsari, aktivitas musyawarah tidak selalu diadakan oleh kelompok tani sehingga petani bukan pemilik lahan dapat ikut bermusyawarah C. Faktor Internal yang Mempengaruhi Dorongan Petani untuk Bergabung dengan Kelompok Tani TABEL IV.17 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MENDORONG PETANI UNTUK BERGABUNG DENGAN KELOMPOK TANI Faktor Internal Keikutsertaan petani dalam penyuluhan Luas lahan Status lahan
Desa Situjaya Nilai Signifikansi 0,000 -
Desa Situsari Nilai Signifikansi 0,000 0,379 0,010
Sumber : Hasil analisis, 2007. Ket : - : Data sama sehingga tidak diproses
Nilai signifikansi sebesar 0,000 dan 0,010 menunjukkan bahwa ada keeratan hubungan antara variabel dorongan petani untuk bergabung dengan kelompok tani
90 dan faktor internal yang diuji. Sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,379 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengaruh antarvariabel karena batasan nilai signifikansi untuk dapat dikatakan memiliki hubungan pengaruh adalah sebesar 0,05. Keikutsertaan petani dalam penyuluhan lebih berpengaruh mendorong kelompok tani di Desa Situsari yang bukan desa pelaksana program daripada Desa Situjaya yang merupakan desa program, karena di Desa Situjaya pendirian kelompok tani sebagai bagian dari tujuan Proksi Mantap secara keseluruhan. Penyuluhan tidak mempengaruhi petani untuk bergabung dengan kelompok tani, tetapi pencanangan Proksi Mantap yang lebih mendorong kegiatan pertanian secara berkelompok. Luas lahan di Desa Situjaya mempengaruhi keterlibatan petani dalam kegiatan kelompok tani. Semakin luas lahan sawah yang dimiliki, petani akan semakin terlibat dalam kegiatan kelompok tani. Sedangkan di Desa Situsari, luas lahan tidak berpengaruh dengan keterlibatan petani dalam kegiatan kelompok tani. Di Desa Situsari status lahan menentukan keterlibatan petani dalam kelompok tani. Di desa ini status kepemilikan terhadap lahan menentukan apakah petani bergabung dengan kelompok tani atau tidak. Status hak milik menunjukkan kebebasan petani dalam menentukan hal-hal yang berkaitan dengan proses produksi dan pemasaran, sehingga petani merasa perlu untuk bergabung dengan kelompok tani. Di Desa Situjaya, status lahan tidak berpengaruh terhadap keterlibatan petani dengan kelompok tani karena desa tersebut adalah desa pelaksana program yang memang dirancang untuk pertanian secara berkelompok, baik petani pemilik ataupun penggarap. D. Faktor Internal yang Mempengaruhi Dorongan terhadap Intensifikasi Padi TABEL IV.18 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MENDORONG INTENSIFIKASI PADI Faktor Internal Keikutsertaan petani dalam penyuluhan Luas lahan Status lahan
Desa Situjaya Nilai Signifikansi 0,000 -
Desa Situsari Nilai Signifikansi 0,000 0,126 0,001
Sumber : Hasil analisis, 2007. Ket : - : Data sama sehingga tidak diproses
Nilai signifikansi sebesar 0,000 dan 0,001 menunjukkan bahwa ada keeratan hubungan antara variabel dorongan melakukan intensifikasi padi dengan faktor
91 internal yang diuji. Nilai signifikansi 0,126 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pengaruh antarvariabel karena melewati batas maksimal signifikansi sebesar 0,05 untuk dapat dikatakan memiliki hubungan pengaruh. Cara bercocok tanam petani di Desa Situsari dipengaruhi oleh tingkat keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan. Tujuan utama penyuluhan memang berupaya mengarahkan petani agar usaha taninya sesuai dengan metoda bertani yang benar, sehingga hasilnya menjadi optimal. Namun di Desa Situjaya, keikutsertaan petani tidak berpengaruh terhadap cara bercocok tanam. Hal ini berkaitan dengan status lahan yang digarap. Petani Di Desa Situjaya banyak yang tergantung dengan pemilik lahan dalam menentukan cara bercocok tanam, sedangkan di Desa Situsari petani lebih bebas menentukannya karena lahan sawah milik sendiri dan hasil produksi dipasarkan sendiri. Keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan tidak berpengaruh dalam mendorong penggunaan benih unggul di Desa Situjaya. Walaupun petani di Desa Situjaya mendapat bantuan pengadaan benih unggul, tetapi petani tidak tertarik karena benih unggul tersebut tidak cocok ditanam pada kondisi tanah setempat. Di Desa Situsari nilai signifikansi 0,049 juga tidak menunjukkan tingkat keeratan yang tinggi.. Di Desa Situsari, keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan dan status lahan garapan mempengaruhi penggunaan pupuk yang dilakukan oleh petani. Semakin sering petani mengikuti kegiatan penyuluhan dan memiliki status hak milik atas lahan yang digarap, maka semakin mendekati penggunaan pupuk secara berimbang. Sebaliknya di Desa Situjaya kedua faktor tersebut tidak berpengaruh dalam mendorong penggunaan pupuk dengan komposisi berimbang. Sama seperti input produksi yang lain, petani tergantung pada pemilik lahan. Petani penggarap tidak terlalu menentukan dalam input produksi. Pengendalian hama dengan metoda PHT relatif tidak memerlukan pembelian sarana produksi yang banyak tetapi diperlukan keterampilan yang memadai untuk melaksanakannya. Keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan petani untuk melaksanakan PHT di kedua desa. Luas lahan berpengaruh dalam cara pengendalian hama yang dilakukan petani di Desa Situjaya. Semakin luas lahan yang digarap, semakin besar proporsi petani yang mengendalikan hama sesuai anjuran. Di Desa Situsari luas lahan tidak berpengaruh karena petani lebih banyak mengendalikan hama menggunakan pestisida
92 saja. Status lahan mempengaruhi cara pengendalian hama di Desa Situsari, tetapi tidak berpengaruh bagi petani di Desa Situjaya. E. Faktor Internal yang Mempengaruhi Peningkatan Pendapatan Petani TABEL IV.19 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MENDORONG PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI Faktor Internal Luas lahan
Desa Situjaya Nilai Signifikansi -
Desa Situsari Nilai Signifikansi 0,000
Sumber : Hasil analisis, 2007. Ket : - : Data sama sehingga tidak diproses
Nilai signifikansi sbesar 0,000 menunjukkan bahwa ada keeratan hubungan antara variabel peningkatan pendapatan petani dengan faktor internal yang diuji. Luas lahan tidak berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan petani di Desa Situjaya. Secara umum tidak ada peningkatan pendapatan baik petani dengan lahan besar atau kecil. Di Desa Situsari luas lahan menentukan pendapatan petani. Semakin luas lahan sawah, maka semakin besar tingkat pendapatannya.
F. Faktor Internal yang Mempengaruhi Dorongan Kemampuan untuk Menabung
TABEL IV.20 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MENDORONG KEMAMPUAN PETANI UNTUK MENABUNG Faktor Internal Status lahan garapan
Desa Situjaya Nilai Signifikansi -
Desa Situsari Nilai Signifikansi 0,002
Sumber : Hasil analisis, 2007. Ket : - : Data sama sehingga tidak diproses
Nilai signifikansi sebesar 0,002 menunjukkan bahwa ada keeratan hubungan antara kemampuan petani menabung dengan faktor internal yang diuji. Status lahan tidak berpengaruh dalam mendorong petani di Desa Situjaya untuk menabung. Penghasilan yang didapat habis untuk kebutuhan sehari-hari dan modal untuk bertani di musim selanjutnya. Berbeda dengan petani di Desa Situsari, petani pemilik lahan memiliki kesempatan lebih besar untuk dapat menabung daripada petani penggarap. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan untuk menabung adalah pekerjaan lain selain bertani. Jika petani memiliki penghasilan dari pekerjaan selain
93 bertani, semakin berkesempatan untuk dapat menabung daripada petani yang hanya mengandalkan penghasilan dari bertani dan hanya bekerja sebagai petani penggarap. G. Faktor Internal yang Mempengaruhi Peningkatan Produksi TABEL IV.21 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MENDORONG PENINGKATAN PRODUKSI Faktor Internal Luas lahan
Desa Situjaya Nilai Signifikansi -
Desa Situsari Nilai Signifikansi 0,000
Sumber : Hasil analisis, 2007. Ket : - : Data sama sehingga tidak diproses
Nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan bahwa ada keeratan hubungan antara variabel peningkatan produksi dengan faktor internal yang diuji. Luas lahan berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi di Desa Situsari, tetapi berbeda dengan Desa Situjaya, dimana produktivitas lahan tidak dipengaruhi oleh luas lahan yang digarap. Lahan yang lebih luas di Desa Situsari memiliki kesempatan untuk meningkatkan produksi daripada lahan yang lebih sempit, karena pemilik lahan yang relatif luas menggunakan benih jenis IR 64 berlabel. Sedangkan di Desa Situjaya luas lahan tidak berpengaruh karena petani menggunakan benih lokal. Padahal sebenarnya petani di Desa Situjaya mendapat bantuan benih berlabel jenis yang lain, tetapi karena tidak cocok ditanam di desa tersebut, maka petani beralih menanam benih lokal. Beras yang dihasilkan dari varietas lokal lebih sedikit daripada varietas IR 64. H. Faktor Internal yang Mempengaruhi Kemudahan Akses terhadap Pasar TABEL IV.22 PENGUJIAN FAKTOR INTERNAL YANG MEMBANTU KEMUDAHAN PETANI MENGAKSES PASAR Faktor Internal Pendidikan petani Keikutsertaan petani dalam penyuluhan Status lahan
Desa Situjaya Nilai Signifikansi 0,037 -
Desa Situsari Nilai Signifikansi 0,038 0,000
-
0,043
Sumber : Hasil analisis, 2007. Ket : - : Tidak memiliki hubungan nyata
Nilai signifikansi sebesar 0,037; 0,038; dan 0,043 menunjukkan bahwa ada hubungan antara variabel kemudahan petani mengakses pasar dengan faktor internal
94 yang diuji, tetapi tidak erat karena mendekati nilai 0,05 yang menjadi batasan nilai signifikansi untuk dapat dikatakan memiliki hubungan. Sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan keeratan hubungan yang tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh petani, maka semakin tinggi pula kemampuannya dalam mengakses informasi tentang pasar. Pilihan informasi pasar yang digunakan oleh petani yang berpendidikan lebih tinggi tersebut juga lebih beragam. Faktor keikutsertaan petani dalam penyuluhan dan status lahan berpengaruh dalam kemampuan petani dalam mengakses informasi tentang pasar di Desa Situsari. Kondisi ini tidak berlaku bagi petani di Desa Situjaya, karena petani menjual hasil produksinya kepada tengkulak sehingga segala hal yang berkaitan dengan pasar hanya bersumber dari tengkulak saja. Tengkulak juga tidak pernah memberi tahu kepada petani tentang perkembangan harga gabah. Petani yang memiliki lahan dan menjual sendiri hasil taninya tentu memerlukan informasi seakurat dan sebanyak mungkin. Oleh karena itu, petani yang termasuk dalam kelompok tersebut lebih banyak mencari informasi tentang pasar dari berbagai sumber.
4.3.2
Kajian Faktor-faktor Eksternal yang Mempengaruhi Keefektifan Proksi Mantap Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi keefektifan Proksi Mantap
mencapai sasaran-sasaran yang diharapkan, berdasarkan hasil pengolahan data di lapangan, antara lain adalah ketersediaan sarana produksi pertanian (pupuk, benih dan pestisida), ketersediaan air, sumber modal usaha tani dan pelaku pemasaran. Ketersediaan sarana produksi pertanian, baik pupuk, benih ataupun pestisida merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi dalam proses produksi. Faktor ketersediaan sarana produksi pertanian terutama akan mempengaruhi kegiatan intensifikasi karena menjadi input utama yang harus ada agar proses intensifikasi dapat berjalan. Keluaran dari proses intensifikasi adalah peningkatan hasil produksi. Ketersediaan sarana produksi meliputi ketersediaan dari segi barang, harga yang terjangkau petani dan sesuai dengan karakteristik lahan penanaman. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara ketersediaan sarana produksi pertanian dengan proses intensifikasi dan pada akhirnya mempengaruhi kuantitas hasil produksi. Di desa program, benih berlabel disediakan secara gratis oleh pemda tetapi hasilnya menjadi tidak maksimal karena ternyata benih
95 unggul tersebut tidak cocok ditanam pada lahan setempat. Penggunaan pupuk tidak pernah sesuai dengan komposisi dan dibawah dosis yang dianjurkan karena harga pupuk mahal. Untuk pestisida ketersediannya relatif lebih baik dibanding kedua sarana produksi pertanian lainnya. Dari segi harga masih terjangkau, cukup banyak petani yang mampu membelinya. Dampak dari kurangnya pemenuhan sarana produksi pertanian adalah stagnasi peningkatan jumlah produksi padi. Produksi padi dari tahun ke tahun tidak mengalami peningkatan. Salah satu sebabnya adalah input produksi tidak digunakan secara optimal Ketersediaan air juga berpengaruh terhadap proses intensifikasi dan output produksi. Tanaman padi memerlukan air yang cukup pada hampir seluruh fase pertumbuhannya. Kekurangan air dapat menyebabkan gagal panen karena tanaman padi pertumbuhannya terganggu. Oleh karena itu perlu sistem pengairan yang baik untuk menghadapi musim kering dan mencegah genangan air yang terlampau banyak di musim hujan. Selama ini persoalan yang terjadi di Desa Situjaya dan Desa Situsari adalah semakin berkurangnya sumber air akibat dari peralihan guna lahan. Kekurangan air turut mempengaruhi stagnasi peningkatan produksi padi selama beberapa tahun terakhir. Modal usaha tani adalah input produksi pertanian lainnya yang juga sangat penting. Permodalan menentukan proses produksi, hasil produksi dan pendapatan petani. Modal yang dimiliki petani akan digunakan untuk membeli sarana produksi sehingga jumlah modal menentukan kualitas dan kuantitas sarana produksi yang digunakan oleh petani. Sarana produksi yang optimal akan menghasilkan produk yang optimal pula dari segi kuantitas dan kualitas. Pendapatan petani akan naik seiring terjadinya peningkatan kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Petani di desa program dan desa nonprogram tidak memiliki akses terhadap sumber pembiayaan formal dan sangat tergantung pada tengkulak. Proses jual beli secara ijon menjadi awal peran tengkulak sebagai penyedia modal. Petani tidak memiliki cukup modal untuk mengurus tanaman sampai waktu panen sehingga dijual secara ijon kepada tengkulak. Harga dari jual beli ini tentunya di bawah harga pasar karena padi masih belum siap panen. Akibat dari praktek ijon ini petani semakin tergantung pada tengkulak untuk membiayai usaha tani di musim selanjutnya dan sekaligus mengurangi potensi keuntungan yang akan diperoleh oleh petani.
96 Sistem pemasaran dan distribusi produk yang tidak terlalu panjang akan memberikan keuntungan bagi semua pihak. Konsumen akan mendapatkan harga yang lebih murah, sedangkan petani akan memiliki posisi tawar yang tinggi. Pelaku pemasaran yang biasanya ditemui dalam rantai pemasaran pertanian dan juga ada di Kabupaten Garut adalah tengkulak. Keberadaan tengkulak di satu sisi dianggap menolong petani yang sulit mengakses lembaga pembiayaan formal. Namun di sisi lain juga menimbulkan dampak negatif terhadap pendapatan petani. Tengkulak mampu menekan harga gabah di tingkat petani karena petani tidak memiliki kekuatan modal yang memadai. Hasilnya pendapatan petani seringkali menjadi rendah meskipun pemerintah telah menaikkan harga gabah karena yang menikmati kenaikan tersebut adalah tengkulak. Seluruh petani di desa program tergantung pada tengkulak saat menjual hasil pertaniannya. Petani terpaksa menjual padi dengan harga rendah agar dapat bertani di musim tanam berikutnya.
4.4
Rangkuman Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap)
Kabupaten Garut Tahun 2007 bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui pencapaian sasaran produksi tanaman pangan tahun 2007. Agar dapat mencapai tujuan yang dimaksud, maka diperlukan sasaran-sasaran yang menjadi penjabaran pada pelaksaan program di lapangan, yaitu : 1. Meningkatkan pemahaman petani tentang teknik budidaya pertanian yang baik 2. Mendorong aktivitas musyawarah antarpetani 3. Mendorong petani untuk bergabung dalam kelompok tani, yang menjadi cikal bakal koperasi tani (koptan) 4. Mendukung kegiatan intensifikasi padi 5. Membantu permodalan usaha tani dan meningkatkan nilai tambah produk agar produksi dan pendapatan petani meningkat 6. Membantu kemudahan akses petani terhadap sarana produksi dan pemasaran Tidak seluruh sasaran Proksi Mantap berjalan efektif. Beberapa sasaran dinilai tidak efektif karena tolok ukur tidak tercapai. Rangkuman hasil dari seluruh penilaian keefektifan Proksi Mantap adalah sebagai berikut :
97 Sasaran
Indikator
Meningkatkan pemahaman petani tentang teknik budidaya pertanian yang baik
Petani mampu menyerap dan menerapkan hasil-hasil penyuluhan
Mendorong aktivitas musyawarah antarpetani
Mendorong petani untuk bergabung dalam kelompok tani, yang menjadi cikal bakal koperasi tani (koptan)
Mendukung kegiatan intensifikasi padi
Membantu permodalan usaha tani dan meningkatkan nilai tambah produk agar produksi dan pendapatan petani meningkat
Petani mampu menyerap materi penyuluhan
Penilaian Keefektifan ****
****
Petani selalu bersedia untuk bermusyawarah dalam usaha tani
Petani menerapkan seluruh hasil penyuluhan Petani terlibat dalam kegiatan musyawarah usaha tani secara sukarela
*
Petani bergabung dalam kelompok tani secara aktif dan sukarela
Petani terlibat secara aktif dalam kegiatan musyawarah, tidak hanya menerima hasil keputusan musyawarah Keterlibatan petani dalam kelompok tani didasarkan pada kebutuhan
Petani melaksanakan kegiatan intensifikasi sesuai Petunjuk Pelaksanaan Proksi Mantap
Petani mampu membiayai usaha taninya secara mandiri
***
**
Cara bercocok tanam sesuai standar Penggunaan benih unggul Pemupukan berimbang Pengendalian hama sesuai anjuran Pengairan yang baik
**
Petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian
Petani mudah untuk memasarkan produk pertanian
Petani mampu membeli sarana produksi pertanian Petani mudah untuk memasarkan hasil produksi pertanian
Peningkatan produksi
*
Petani banyak terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan kelompok tani
Petani dapat melepaskan ketergantungan modal dari tengkulak atau sumber informal lain Hasil produksi meningkat jika dibandingkan sebelum pelaksanaan program Pendapatan petani meningkat secara riil Petani bisa menyisihkan sebagian penghasilannya untuk ditabung Petani mudah untuk mendapatkan sarana produksi pertanian
Peningkatan pendapatan petani
Membantu kemudahan akses petani terhadap sarana produksi dan pemasaran
Tolok Ukur
Petani mendapatkan informasi tentang pasar dari lembaga formal
* ** **** *
*
*
* *
****
* *
*