Kajian Pengendalian Keong Mas untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Sawah I Nyoman Adijaya, I Made Rai Yasa dan Luh Gede Budiari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali E-mail:
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan produktivitas padi serta meningkatkan nilai hama tambah keong mas. Kajian pengendalian keong mas pada tanaman padi dilakukan di Subak Bukti Batan Badung Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali pada MT 2015. Perlakuan pengendalian dibandingkan cara petani sebagai kontrol masing-masing diamati pada 5 petani. Pengendalian keong mas dilakukan dengan memungut secara berkala (setiap 4 hari sekali) keong mas pada areal pertanaman padi dimulai setelah tanam dibandingkan cara/kebiasaan petani (kontrol). Hasil kajian menunjukkan pengendalian keong mas secara intensif dengan cara memungut secara berkala setiap 4 hari mampu menekan serangan hama keong mas. Populasi keong mas per hektar menurun dalam satu siklus usahatani padi dari 19.926 ekor menjadi 12.967 ekor. Terjadinya peningkatan pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi dibandingkan pengendalian cara petani dengan peningkatan produktivitas sebesar 18,30% dari 5,41 t GKP/ha menjadi 6,50 t GKP/ha. Pengendalian keong mas secara berkala setiap 4 hari sekali mampu memberikan keuntungan usahatani padi. Keuntungan meningkat dari Rp 5.764.000,- menjadi Rp 9.160.000,- dengan B/C ratio masing-masing 0,39 dan 0,59. Kata kunci: padi sawah, pengendalian keong mas, produktivitas. Pendahuluan Produksi pangan khususnya padi menjadi prioritas pemerintah ke depan melalui upaya khusus (UPSUS) dalam upaya mencapai ketahanan pangan nasional. Ariani (2015) menyatakan kebijakan tersebut tercantum dalam RPJM kabinet kerja 2015-2019, dengan berberapa target seperti sasaran produksi padi 82,0 juta ton tahun 2019. Dalam upaya mencapai target tersebut dukungan inovasi teknologi merupakan salah satu komponen pendukung yang berperan dalam upaya tersebut dengan melakukan pendampingan di tingkat lapang. Dukungan inovasi teknologi dilakukan oleh lembaga terkait seperti lembaga penelitian dan perguruan tinggi. Kendala utama yang dihadapi dalam mencapai target ketahanan pangan nasional tersebut diantaranya alih fungsi lahan produktif, iklim, benih, pupuk dan kendala teknis lainnya termasuk kendala organisme penggangu tanaman (OPT). Sugandi et al. (2014) faktor-faktor diatas merupakan faktor-faktor pembatas penyebab pencapaian produksi menjadi tidak optimal. Lebih lanjut Harjadi (1979) menyatakan apabila serangan OPT sudah melebihi ambang batas dapat menyebabkan kerugian secara ekonomis dan tidak jarang dapat menyebabkan kegagalan panen, sehingga perlu dikendalikan. Upaya pengendalian OPT merupakan upaya yang dapat dilakukan agar kerugian yang disebabkan oleh serangan OPT tidak sampai menyebabkan kerugian pada usahatani yang dilakukan. Keong mas (Pomacea Canaliculata Lamarck) merupakan salah satu hama yang dapat menyebabkan kerugian pada usahatani padi apabila tidak dikendalikan. Wiratno, et al. (2011) menyatakan keong mas merupakan salah satu hama penting pada tanaman padi yang memiliki daya rusak yang sangat tinggi dengan masa reproduksi 2-36 bulan dan kemampuan bertelur 1.0001.200 butir/bulan. Lebih lanjut dinyatakan apabila tidak dilakukan pengendalian dapat menyebabkan kerugian bahkan gagal panen.
794
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Hasil PRA di beberapa subak di Kabupaten Tabanan mendapatkan keong mas merupakan hama utama pada usahatani padi selain kepiting dan hama lainnya. Di tingkat petani pengendalian hama keong mas selama ini banyak dilakukan dengan cara kimia namun masih belum efektif (Yasa, et al., 2013). Kardinan (2011) menyatakan cara pengendalian hama dapat dilakukan dengan beragam cara seperti fisik, mekanik maupun kimia. Lebih lanjut Sudaratmaja dan Guntoro (2009) menyatakan memperpanjang rantai ekosistem memungkinkan dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah terhadap komoditas yang belum dimanfaatkan secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan produktivitas padi serta meningkatkan nilai hama tambah keong mas. Metodologi Kajian dilakukan di lahan sawah Subak Bukti Batan Badung Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali pada MT April-Juli 2015. Penanaman padi menggunakan varietas Ciherang sistem tanam tegel. Pengendalian keong mas dilakukan dengan memungut secara berkala (setiap 4 hari sekali) dibandingkan cara/kebiasaan petani (kontrol). Pengendalian secara berkala setiap 4 hari dengan cara memungut dimulai 4 hari setelah tanam dan pengendalian cara petani/kontrol. Perlakuan pengendalian dilakukan masing-masing pada 5 petani. Pengumpulan data Data jumlah keong mas dikumpulkan dengan menjumlahkan berat keong mas yang dipungut selama siklus produksi padi. Perhitungan berat keong mas dilakukan formula: Berat keong per ha (kg) = 10.000 m2 x berat keong mas per luas lahan (kg) Luas lahan (m2) Sedangkan rata-rata berat per keong dihitung dengan formula: Rata-rata per berat keong (g) = 1.000 g keong mas Jumlah keong mas (buah)
Data
padi yang dikumpulkan yaitu data jumlah anakan maksimum dan produktivitas
GKP/ha. Pengukuran produktivitas dilakukan dengan melakukan ubinan 2,5 m x 2,5 m (6,25 m2). Selanjutnya produktivitas padi dihitung dengan formula: Produktivitas (t/ha) =
10.000 m2 x berat GKP ubinan (kg) x 1 x 1t Luas ubinan (6,25 m2) 1.000
Analisis data Analisis data terhadap berat, jumlah dan rata-rata berat/keong dari keong mas dilakukan dengan deskriptif dengan membandingkan pengendalian intensif dan cara petani, sedangkan analisis terhadap komponen agronomis tanaman jumlah anakan maksimum dan produktivitas padi dianalisis dengan uji t. Untuk mengetahui kelayakan usahatani dilakukan analisis usahatani dengan membandingkan cara pengendalian keong mas intensif dan kontrol. Pendapatan usahatani dihitung dengan menggunakan rumus (Soekartawi, 2002): Pd Pd
= =
TR - TVC (Q. Pq) - TVC
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
795
Perhitungan keuntungan usahatani menggunakan suatu persamaan matematis : π = TR – TC TC = TFC + TVC Keterangan : Pd
= Pendapatan petani
π = Keuntungan usahatani TR = Total penerimaan dari usahatani Q Pq
= Jumlah produksi = Harga per unit produksi
TC = Total biaya variabel
Hasil dan Pembahasan Keragaan Keong Mas Populasi keong mas terkendali pada pengendalian secara berkala dengan memungut setiap 4 hari sekali dibandingkan dengan cara petani. Populasi keong mas pada pemungutan secara berkala setiap 4 hari sekali menghasilkan 112,50 kg selama 7 kali pengendalian sampai umur 28 hst sedangkan pada pengendalian cara petani dengan rata-rata waktu pengendalian setiap 10 hari sekali menghasilkan total keong mas sebanyak 211,50 kg (Tabel 1). Tabel 1. Rata-rata berat keong mas per hektar pada pengendalian intensif dibandingkan dengan cara petani setiap waktu pengendalian di Subak Bukti Batan Badung Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali pada MT 2015 Umur pengendalian (hst) Kontrol/cara petani (kg)
10
20
30
125,00
49,00
37,50
Jumlah (kg) 211,50
Umur pengendalian (hst)
Jumlah
Pengendalian
4
8
12
16
20
24
28
intensif (kg)
32,50
23,00
20,50
13,00
10,50
7,00
6,00
(kg) 112,50
Pengendalian keong mas cara petani dengan interval pengendalian yang panjang dan tidak merata memungkinkan peningkatan perkembangbiakan keong mas. Hal serupa ditunjukkan pada pelaksanaan kajian dimana pada pengendalian cara petani dengan interval yang panjang perkembangbiakan keong mas menjadi lebih cepat. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah populasi dan rata-rata berat keong mas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengendalian intensif setiap 4 hari sekali. Munandar (1993 dalam Farista et al., 2013 dan Patua, 1993) menyatakan reproduksi keong mas sangat cepat dapat bertelur 4-8 kali sebulan dan setiap bertelur mampu menghasilkan 25-250 butir telur dengan masa inkubasi 10-15 hari tergantung suhu dan lingkungannya. Isnaningsih dan Marwoto (2011) juga menyatakan penyebaran keong mas juga dapat melalui aliran air dengan rata-rata telur yang dihasilkan mencapai 8.700 butir per musim reproduksi.
796
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Tabel 2. Keragaan keong mas pada pengendalian intensif dibandingkan dengan cara petani di Subak Bukti Batan Badung Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali pada MT 2015 No
Uraian
Pengendalian Kontrol/cara petani
Pengendalian intensif
1 2
Berat keong mas per hektar (kg) Jumlah keong mas per hektar (ekor)
211,50 19.926
112,50 12.967
3
Rata-rata berat per keong mas (g)
10,61
8,67
Pengendalian secara berkala setiap 4 hari sekali dapat memutus siklus reproduksi sehingga populasi keong mas menjadi terkendali. Hal ini terlihat dari uji t yang menunjukkan pengendalian secara berkala (dipungut setiap 4 hari sekali) memberikan rata-rata berat keong dan jumlah keong yang nyata lebih rendah dibandingkan dengan pengendalian cara petani. Terputusnya siklus reproduksi keong mas menyebabkan populasi menjadi lebih rendah dibandingkan pengendalian cara petani dengan interval waktu pengendalian yang lebih panjang (Tabel 2). Arsyadana (2014) menyatakan periode kritis serangan keong mas yaitu sampai umur tanaman 21 hst, pada periode ini serangan dapat mencapai 55% bila tidak dilakukan pengendalian. Agronomis Tanaman Padi Pengendalian secara berkala dengan memungut keong mas setiap 4 hari sekali meningkatkan komponen agronomis tanaman yang ditandai dengan meningkatkan rata-rata jumlah anakan produktif per rumpun dari 18,20 anakan menjadi 20,50 anakan. Peningkatan anakan produktif ini meningkatkan produktivitas GKP dari 5,41 t/ha menjadi 6,40 t/ha atau meningkat 18,30% (Tabel 3). Hasil ini sesuai dengan pernyataan Purnamaningsih (2010) yang menyatakan keong mas menyerang tanaman padi sejak berumur 10 hari setelah pindah tanam, dengan penurunan produktivitas berkisar 16%-40%. Wiresyamsi dan Haryanto (2008) menyatakan intensitas serangan hama keong mas tanpa dilakukan pengendalian dapat mencapai 75,12% dan peningkatan populasi keong mas sudah dimulai pada hari ke 5 setelah tanam, sedangkan Farista et al., (2013) menyatakan semakin dewasa keong mas memiliki kemampuan makan yang lebih cepat sehingga lebih membahayakan bagi tanaman. Dilaporkan keong mas dewasa umur 6 bulan memiliki kemampuan makan 2 kali lipat dibandingkan keong mas umur 3 bulan dan 4 kali lipat dibandingkan dengan keong mas berumur 1 bulan. Lebih lanjut hasil penelitian Yunidawati et al., (2011) mendapatkan pada lahan tanpa pengendalian tingkat serangan hama keong mas sudah mencapai 29,19% pada umur tanaman 15 hst. Pengendalian dengan
memungut secara berkala setiap 4 hari sekali mampu menekan
populasi dan intensitas serangan keong mas. Selain siklus produksi yang terputus, telur-telur yang menetas tidak sampai dewasa sehingga kemampuan merusaknya rendah. Pengendalian cara petani yang tidak intensif memberikan jumlah anakan produktif yang lebih rendah dibandingkan dengan pengendalian berkala setiap 4 hari sekali. Hal ini ditunjukkan oleh intensitas serangan keong mas lebih tinggi yang menyebabkan penurunan jumlah anakan dan produktivitas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Wiresyamsi dan Haryanto (2008) yang mendapatkan pada pengendalian keong mas yang efektif intensitas serangan dapat ditekan sampai <2% sehingga pertumbuhan dan produktivitas padi menjadi optimal. Lebih lanjut Margono (2014 dalam Manueke, et al., 2014)
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
797
menyatakan keong mas umumnya menyerang bakalan anakan tanaman padi sehingga umumnya pada pengendalian yang kurang intensif jumlah anakan tanaman menjadi berkurang. Tabel 3. Keragaan agronomis padi pada pengendalian keong mas intensif dibandingkan dengan cara petani di Subak Bukti Batan Badung Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali pada MT 2015 No 1 2
Uraian
Pengendalian Kontrol/cara petani
Pengendalian intensif
18,20 5,41
20,50* 6,40*
Jumlah anakan maksimum (anak) Produktivitas (t/ha)
Keterangan: *Berbeda nyata
Peningkatan produktivitas GKP yang dihasilkan dengan terkendalinya hama keong mas disebabkan oleh menurunnya faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harjadi (1979) yang menyatakan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh faktor pembatas, semakin terkendalinya faktor-faktor pembatas akan memberikan pengaruh yang positif bagi tanaman yang ditandai dengan peningkatan pertumbuhan dan hasil tanaman. Analisis Usahatani Hasil analisis usahatani menunjukkan pengendalian keong mas secara intensif dengan cara memungut setiap 4 hari sekali meningkatkan penerimaan dan keuntungan usahatani padi. Penerimaan dan keuntungan usahatani padi meningkat dari 5.764.000,- Rp menjadi Rp 9.160.000,(Tabel 4). Peningkatan penerimaan disebabkan oleh peningkatan produktivitas berpengaruh terhadap peningkatan keuntungan. Selain disebabkan oleh peningkatan produktivitas padi peningkatan penerimaan juga disebabkan oleh penjualan keong mas. Pengendalian keong mas secara intensif dengan cara memungut secara berkala setiap 4 hari sekali juga berpengaruh terhadap peningkatan penggunaan tenaga kerja. Peningkatan biaya produksi akibat adanya tambahan biaya tenaga kerja untuk memungut keong mas terjadi akibat adanya tambahan biaya yang dikeluarkan untuk pengendalian keong mas diandingkan dengan cara petani yang hanya melakukan pengendalian sebanyak 3 kali, sedangkan pada pengendalian intensif dilakukan 7 kali pengendalian. Tabel 3. Analisis usahatani padi pada pengendalian keong mas secara intensif dibandingkan dengan cara petani di Subak Bukti Batan Badung Desa Gulingan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali pada MT 2015 No Uraian Pengendalian cara Pengendalian intensif petani 1.
Tenaga kerja (Rp)
12.741.500
13.600.000
2. 3.
Sarana produksi (Rp) Total biaya (Rp)
2.052.500 14.794.000
2.052.500 15.652.500
4.
Penerimaan (Rp)
20.558.000
24.812.500
5. 6.
Keuntungan (Rp) B/C ratio
5,764.000 0,39
9.160.000 0,59
Catatan: -
798
Harga keong mas keong mas dihitung Rp 1.000/kg Harga gabah Rp 3.800/kg 1 OH = Rp 120.000,-
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
Peningkatan keuntungan pada pengendalian keong mas secara intensif juga meningkatkan B/C ratio usahatani padi. B/C ratio meningkat dari 0,39 menjadi 0,59, sehingga upaya pengendalian keong mas secara intensif layak dilakukan. Soekartawi (2002) menyatakan peningkatan B/C ratio dapat disebabkan oleh adanya peningkatan penerimaan dan efisiensi biaya produksi. Peningkatan B/C ratio pada kajian ini disebabkan oleh peningkatan penerimaan dari peningkatan produktivitas padi serta penerimaan dari penjualan keong mas (untuk pakan entok). Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Pengendalian hama keong mas secara intensif dengan cara memungut secara berkala setiap 4 hari sekali mampu menekan populasi hama keong mas. Rata-rata populasi keong mas per hektar selama satu siklus usahatani padi menurun 36,28% dari 19.926 ekor menjadi 12.967 ekor.
Pengendalian keong mas secara intensif dengan cara memungut secara berkala setiap 4 hari sekali mampu menekan serangan hama keong mas dengan terjadinya peningkatan pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi. Dibandingkan pengendalian cara petani produktivitas padi meningkat 18,30% dari 5,41 t GKP/ha menjadi 6,50 t GKP/ha.
Pengendalian keong mas secara berkala setiap 4 hari sekali mampu memberikan keuntungan usahatani padi. Keuntungan meningkat dari Rp 5,764.000,- menjadi Rp 9.160.000,- dengan B/C ratio masing-masing 0,39 dan 0,59.
Saran
Pengendalian hama keong mas dengan cara memungut secara berkala setiap 4 hari sekali (intensif) mampu mengendalikan populasi hama keong mas dan meningkatkan produktivitas padi. Pengendalian hama keong mas sebaiknya dilakukan dengan memanfaatkan hama keong mas untuk pakan unggas sehingga lebih menguntungkan. Daftar Pustaka
Ariani, M. 2015. Dinamika Konsumsi Beras, Jagung dan Kedelai mendukung Swasembada Pangan. Artikel. litbang.pertanian.go.id. 10 hal. Arsyadana, A. 2014. Efektivitas Biopestisida Biji Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa) Dengan Lama Fermentasi Yang Berbeda Untuk Mengendalikan Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata) Pada Tanaman Padi (Oryza sativa L) (Doctoral Dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). Farista, B., E. R. G. Suripto, dan K. Sukenti. 2013. Konsorsium Tumbuhan Anti Moluska Untuk Keong Mas Hama Tanaman Padi. Jurnal Biologi Tropis 13(1):87-101. Harjadi, M.M.S.S. 1979. Pengantar Agronomi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia. 197 hal. Isnaningsih, N. R. dan R. M. Marwoto. 2011. Keon Hama Pomacea di Indonesia: Karakter Morfologi dan Sebarannya (Mollusca, Gastropoda; Ampullariidae). Berita Biologi, 10(4): 441-447.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016
799
Kardinan, A. 2011. Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal dalam pengendalian hama tanaman menuju sistem pertanian organik. Pengembangan Inovasi Pertanian, 4(4), 262277. Manueke, J., J.M. Mamahit, dan C.S. Rante. 2014. Pemanfaatan Ekstrak Biji Barringtonia asiatica L. Untuk Pengendalian Keon Mas Pada Tanaman Padi di Desa Popontolen Kecamatan Tumpaan Kabupaten Minahasa Selatan. Universitas Sam Ratulangi Manado. In Cocos 4( 6): 1-10. Pantua, P.C. 1992. Use of Ducks to Control. Apple Snail Ampullarius (Pomacea) Canaliculata in Irrigated Rice. IRRN. 17(1). Purnamaningsih. 2010. Pengaruh Penambahan Tepung Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) dalam Ransum Terhadap Kualitas Telur Itik. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI-Press. Universitas Indonesia. Sudaratmaja dan Guntoro. 2009. Penerapan Sistem Integrasi Tanaman –Ternak (Prima Tani) di Bali. Bahan Presentasi di Kantor Gubernur Bali. Sugandi, D., Y. Farmanta, U.P. Astuti dan W. Wibawa. Upaya Peningkatan Produksi Padi Melalui Pendekatan Sistem Dinamik dalam Mewujudkan Kemandirian Pangan di Provinsi Bengkulu. pse.litbang.pertanian.go.id. Wiratno, M.Rizal dan W. Laba. 2011. Potensi Ekstrak Tanaman Obat dan Aromatik Sebagai Pengendali Keong Mas. Bul. Littro 22(1):54-64. Wiresyamsi, A. dan H. Haryanto. Penegndalian Hama Keong Mas (Pomacea analiculata L.) dengan Teknik Perangkap dan Jebakan. Crop Agro 1(2):137-142. Yasa, M.R., N. Adijaya, A.A.N.B. Kamandalu, K. Mahaputra, P.A. Kertawirawan, P. Sugiarta, P. Anggoro, W. Sunanjaya, J. Rinaldi, N. L.G. Budiari dan M. Sugianyar. 2013. Potensi dan Permasalahan Sepuluh Calon Lokasi Program Gerbang Pangan Serasi Tahun 2014. Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Tabanan bekerja sama dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. 258 hal. Yunidawati, W., D. Bakti, dan B.S.J. Damanik. 2013. Penggunaan Ekstrak Biji Pinang untuk Mengendalikan Hama Keong Mas (Pomacea canaliculata Lamarck) pada Tanaman Padi. Jurnal Ilmu Pertanian Kultivar 5(2): 84-90.
800
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Banjarbaru, 20 Juli 2016