BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Pendekatan Penelitian Penelitian mengenai strategi produksi program “Match Up” di MNC Fashion ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Riset kualitatif bertujuan untuk menjelaskan runtutan kejadian tentang obyek penelitian secara mendalam dengan pengumpulan data sedalam-dalamnya. Pada riset kualitatif kedalaman (kualitas) data menjadi hal yang utama, berbeda dengan kuantitatif yang memerlukan data mendasar dari sample yang banyak. Maka dari itu untuk penelitian kualitatif tidak memerlukan banyak sampling, namun hanya memerlukan beberapa sample yang dapat memberikan data yang nyata dan jelas tentang obyek yang diteliti. (Kriyantono, 2006) Menurut Taylor dan Bogdan (1984), Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orangorang yang diteliti.(Suyanto & Sutinah, 2005)
Penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data desktriptif dalam tulisan ataupun lisan dari subyek atau obyek yang diamati. (Moleong, 2006) Secara umum, riset yang menggunakan metodologi kualitatif mempunyai ciri-ciri (Kriyantono, 2006) : a. Intensif, dimana kehadiran periset menjadi hal pokok dalam penelitian ini. Karena dengan adanya partisipasi maka periset akan dapat
43
44 mengetahui kondisi dan hasil secara jelas serta aktual. Periset merupakan instrumen utama riset kualitatif. b. Untuk melakukan riset kualitatif dibutuhkan bukti seperti gambar, video, maupun rekaman suara. c. Analisis data lapangan dimana periset harus mengetahui proses dari hal yang ia teliti. d. Melaporkan hasil secara detail dari mulai transkrip sama kutipankutipan dari sumber yang diteliti. e. Tidak ada realistas yang tunggal, riset kualitatif bersifat dinamis sehingga bisa berubah setiap waktu. f. Subyektif dan berada hanya dalam referensi periset. Interpretasi riset kualitatif merupakan buah pikir dari periset sendiri, meskipun ia turun ke lapangan dan meminta data kepada sumber yang ada namun tetap saja periset mempunyai pandangan terhadap obyek yang ia teliti. g. Realitas adalah holistik dan tidak dapat dipilah-pilah atau dapat dikatakan realitas merupakan hal yang mutlak terjadi, namun realitas bersifat dinamis. h. Periset menuangkan hasil observasinya dengan penjelasan yang menarik dan sesuai dengan kenyataan mengenai kondisi lapangan serta orang-orang didalamnya. i. Berfokus pada kedalaman (depth) data buka pada keluasan (breadth). j. Prosedur riset : empiris-rasional dan tidak berstruktur. Yang berarti periset dapat melakukan riset dengan cara apapun untuk mendapatkan data. Tidak melulu harus dengan pembagian kuisioner seperti halnya kuantitatif.
45 k. Hasil dari penelitian yang didapat jika digabungkan dengan konsep yang digunakan kemungkinan akan melahirkan teori atau konsep baru.
3.2
Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan salah satu dari jenis penelitian deskriptif, dimana di dalamnya terdapat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang objek yang diteliti. Dalam penelitian ini kerangka konseptual disusun dan dengan konsep tersebut maka akan dihasilkan variabel dan indikator yang menjadi acuan untuk mengiterpretasikan data yang telah dikumpulkan. Data yang ada disajikan sesuai dengan realita yang ada tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel. (Kriyantono, 2006) Data yang dikumpulkan pada penelitian deskriptif bukanlah data berbentuk angka melainkan kata dan gambar, karena penelitian desriptif memiliki keterkaitan dengan pendekatan kualitatif. Jadi dalam hal ini semua data yang dikumpulkan kemungkin salah satu dari kunci dari penelitian yang dilakukan. Maka dari itu dalam hal ini hasil dari penelitian harus ditulis dengan apa adanya dan sesuai dengan pernyataan yang ada. (Moleong, 2006) Pada penelitian ini dengan hasil pengumpulan data yang didapatkan maka akan dijabarkan pemaparan hasil penelitian mengenai strategi proses produksi program “Match Up” di MNC Fashion.
3.3
Obyek Penelitian Obyek penelitian yang saya fokuskan adalah proses produksi dari program Match Up yang ditayangkan di MNC Channel. Seperti yang sudah
46 dijelaskan pada BAB I bahwa program ini adalah program yang menyajikan informasi mengenai selebritis luar yang memiliki beberapa persamaan seperti nama, profesi, dan lain-lain. Dan mereka akan di cocokan dalam hal fashion atau gaya busana. Dalam sebuah program televisi pasti selalu ada segmen (kecuali drama atau film). Untuk program Match Up segmen di bagi menjadi 4, yaitu : a. Segmen 1 : Biografi Dalam segmen ini dijelaskan segala mengenai data umum atau biografi selebritis yang diangkat menjadi materi. Selain itu juga diceritakan awal mula karir mereka sampai menjadi selebritis seperti sekarang ini. b.
Segmen 2 : Red Carpet Look Pada segmen ini diperlihatkan gaya formal para selebritis saat berlenggok di atas red carpet suatu event Internasional.
c. Segmen 3 : Signature Style Pada segmen ini dijelaskan gaya khas para selebritis dalam aktivitasnya sehari-hari atau yang biasa disebut casual style. d. Segmen 4 : Worst Dress Pada segmen ini diinformasikan mengenai tampilan terburuk yang pernah mereka gunakan di acara formal.
3.4
Informan Untuk mendapatkan informasi mengenai riset yang akan dilakukan maka saya akan mewawancara beberapa informan yang berhubungan dengan materi penelitian ini : 1. Produser Match Up
47 2. Creative 3. Production Assistant 4. Editor
3.5
Teknik Pengumpulan Data 3.5.1
Data primer Data Primer merupakan data yang berasal dari sumber pertama. Data ini didapatkan melalui sumber atau subyek yang dijadikan obyek penelitian yang mengetahui banyak informasi dan memiliki data mengenai hal yang diteliti (Sarwono, 2006) Dalam penelitian ini data primer yang digunakan diperoleh dengan teknik pengumpulan data antara lain adalah : 1. Observasi Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi merupakan dasar semua ilmu pengetahuan, karena para ilmuwan dapat bekerja bedasarkan data yang diperoleh melalui observasi. Observasi yang dilakukan dibantu dengan menggunakan alat canggih sehingga partikel yang kecil pun dapat terlihat oleh mereka dan dapat diobservasi.(Kriyantono, 2006) Sanafiah Faisal (1990) membagi observasi menjadi 3 jenis yaitu observasi berpartisipasi (participant observation), observasi yang secara terang-terangan dan tersamar (over observation and covert
observation),
dan
observasi
yang
tak
berstruktur
(unstructured observation). Namun dalam penelitian ini observasi yang digunakan adalah observasi partisipasi. 1. Observasi partisipatif
48 Pada observasi jenis partisipasif ini peneliti terjun langsung ke tempat objek penelitian. Dimana ia akan terlibat dalam kegiatan dari hal yang akan dia teliti, pada jenis ini peneliti mencoba untuk mengetahui kondisi lapangan secara nyata dan merasakan sebagai salah satu anggota dari kegiatan yang diteliti. Dengan melakukan observasi partisipan maka peneliti akan mendapatkan gambaran dan pengalaman secara mendalam yang akan mempermudah dirinya untuk meinterpretasikan data-data yang didapat dari sumber informasi. Susan Stainback (1988) menyatakan “In participant observation, the researcher observe what people do, listent to what they say, and participates in their activities” Maksud dari pernyataan diatas adalah dalam observasi partisipan peneliti akan mengetahui apa yang mereka lakukan, mendengar apa yang mereka katakan dan tergabung dalam aktifitas yang dikerjakan. Sehingga peneliti akan benar-benar tahu kegiatan seperti apa yang sedang ia teliti dan kemungkinan akan mendapat data yang lebih dalam ketimbang hanya dengan wawancara saja. Seperti telah dikemukakan bahwa observasi partisipan dapat digolongkan menjadi 4, yaitu : a. Partisipasi pasif (passive participation): dalam pengertiannya peneliti hanya datang ke tempat objek tersebut ada tanpa harus terlibat dalam aktifitas yang dilakukan. b. Partisipasi
moderat
(moderate
participation):
adanya
keseimbangan status antara kenyataan peneliti sebagai orang luar dan tugas peneliti sebagai bagian dari kelompok. Maka
49 dari itu dalam hal ini peneliti hanya ikut dalam beberapa kegiatannya saja. c. Partisipasi aktif (active participation): pada tahap ini peneliti mengikuti kegiatan dari sumber informasi namun tetap saja ada aktifitas tertentu yang tidak bisa ditangani atau dilakukan. d. Partisipasi
lengkap
(complete
participation):
jenis
ini
merupakan level tertinggi dalam keterlibatan peneliti terhadap objek penelitiannya. Dimana peneliti melakukan kegiatan sama dengan yang narasumbernya kerjakan. Namun dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data digunakan teknik partisipasi aktif dimana peneliti melakukan beberapa tugas yang dilakukan oleh narasumber, namun memang ada beberapa komponen yang tidak bisa bahkan tidak boleh digantikan oleh orang lain.
2. Wawancara Menurtu Berger, wawancara adalah merupakan perbincangan antara periset yang membutuhkan informasi dengan informan yang memiliki informasi yang dibutuhkan oleh periset. (Kriyantono, 2006)
Sedangkan
Esterberg
(2002)
mendefinisikan
wawancara
sebagai pertemuan antara 2 orang yang saling bertukar informasi dan ide dengan cara tanya jawab yang menghasilkan komunikasi dan informasi mengenai suatu topik tertentu. (Kriyantono, 2006)
50 Wawancara sering digunakan untuk teknik pengumpulan data jika peneliti ingin mendapatkan data atau informasi lebih dari narasumber yang diingikan. Dalam penelitian kualitatif biasanya wawancara mendalam dapat menjadi pendukung dari kegiatan observasi pastisipan. Dimana saat observasi dilakukan peneliti juga dapat melakukan wawancara kepada orang-orang yang terlibat dan dirasa memiliki informasi yang cukup tentang hal yang diteliti. (Sugiyono, 2009) 1. Langkah-langkah wawancara Menurut Lincoln and Guba (1985)ada tujug langkah yang dilakukan untuk melakukan wawancara untuk pengumpulan data kualitatif, yaitu : a. Menetapkan sumber yang akan diwawancara. b. Menyiapkan permasalahan atau topik yang akan dibahas. c. Membuka alur wawancara dengan menanyakan mengenai kondisi narasumber dahulu. d. Melakukan wawancara inti dengan menanyakan pertanyaan sesuai dengan topik yang ditentukan. e. Mengkonfirmasi hasil inti dari wawancara dan menyudahinya. f. Menuliskan atau melaporkan hasil wawancara ke catatan data lapangan. g. Menginterpretasikan hasil wawancara menjadi buah pikir dan konsep yang baru.
51 Dalam penelitian ini akan digunakan wawancara mendalam (Depth Interview) : Wawancara mendalam adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam.(Kriyantono, 2006). Karakteristik wawancara mendalam (Kriyantono, 2006) : a. Wawancara mendalam dilakukan jika sumber yang dituju berjumlah sedikit (kurang lebih 1-5 orang). Pada wawancara ini periset harus selalu dipenuhi rasa penasaran agar informasi yang ia dapatkan semakin dalam dan berhenti jika memang informasi yang didapatkan dirasa sudah cukup. b. Memberikan latar berlakang yang lengkap untuk menambah informasi mengenai narasumber, dan agar tahu inti dari jawaban yang diberikan. Pada sebuah wawancara pasti selalu ada percampuran antara opini, realita, dan perasaan dari narasumber. c. Pada wawancara mendalam periset bukan hanya mendapat data dari komunikasi verbal yang dilakukan tapi juga periset harus bisa membaca isyarat non verbal seperti gerakan tangan, lirikan mata, atau posisi duduku yang dilakukan sumber informasi selama wawancara berlangsung. d. Wawancara mendalam biasanya membutuhkan waktu yang lama dan berkali-kali. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa wawancara mendalam sering kali disatukan dengan kegiatan observasi partisipan untuk masuk kedalam aktifitasnya. Maka dari itu tidak bisa hal tersebut dilakukan
52 hanya dalam waktu 1 hari, karena kegiatannya saja bisa berlangsun lama apalagi ditambah untuk mengobservasi secara detail mengenai objek penelitian. e. Pertanyaan yang diajukan dapat berbeda antara informan yang 1 dengan yang lain. Karena klasifikasi informan dapat berbedabeda, semuanya disesuaikan dengan informannya. f. Wawancara mendalam sangat dipengaruhi oleh relasi antara periset dan narasumber. Semakin erat hubungan periset dan sumber maka wawancara pun akan semakin lancar.
3.5.2
Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia melalui publikasi dan informasi yang disampaikan oleh organisasi atau perusahaan tertentu.(Ruslan, 2003). Data sekunder biasanya berbentuk arsip atau dokumentasi tentang hal yang diteliti. Dalam penelitian ini pada proses wawancara menggunakan alat perekam suara yaitu berupa telepon genggam. Selain itu ada juga data lain yang digunakan untuk memperkuat hasil penelitian ini yaitu naskah dari program “Match Up”.
3.6
Teknik Analisi Data Untuk penelitian ini teknik analisis atau interpretasi data yang digunakan adalah teknik naratif.
53 Naratif merupakan sebuah bentuk istilah teks atau lisan yang memberikan sebuah gambaran pada satu peristiwa atau kejadian yang dihubungkan secara kronologis. (Creswell, 2007) Pada analisis naratif hal yang difokuskan adalah teks sebagai objek pada struktur narasi atau cerita yang didapat. Tidak semua hal memiliki narasi yang kuat misalnya benda-benda mati seperti baju, namun hal tersebut akan tetap memberikan orang-orang keinginan untuk menarasikannya dalam penafsiran. Misalnya seperti bertanya “apakah baju seperti ini merupakan trend saat ini?” atau “apa yang ada dibenak desainer saat membuat baju ini?”. Begitu pun halnya media faktual, karena didalamnya terdapat unsur kisah dan cerita mengenai sebuah peristiwa. Otak manusia akan secara otomatis kritis pada suatu hal, dan hal tersebut akan memunculkan narasi tersendiri sebagai penafsiran atas objek yang dilihat atau dirasakannya.Analisis naratif kerap digunakan untuk membongkar maksud ideologis sebuah karya. (Stokes, 2007) Maka dari itu pada penelitian ini ada beberapa tahap yang dilakukan untuk menganalisis data penelitian kualitatif yang telah didapat : 1. Hal pertama yang dilakukan adalah mentranskrip data rekaman wawancara dari file audio ke bentuk teks. 2. Setelah mendapatkan transkrip dari wawancara narasumber maka harus dibuat kategori-kategori dengan tanda kode sesuai dengan konsep yang digunakan agar memudahkan untuk menganalisis data.
54 3. Kategori tersebut di sebut dengan koding, dimana koding yang dimaksud dibagi menjadi 3 bagian yaitu, open coding, axial gabungan, dan selective coding. 4. Setelah data dikoding, maka hasil koding tersebut dapat menjadi narasi untuk pembahasan hasil penelitian.
3.7
Keabsahan penelitian 3.7.1
Credibility Uji kredibilitas dilakukan untuk melaksanakan pengujian sehingga tingkat kepercayaan hasil penelitian dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan yang didapat pada saat melakukan penelitian. (Moleong, 2006) Ada beberapa cara untuk menguji kredibilitas data penelitian, antara lain (Sugiyono, 2009) : a. Perpanjangan pengamatan Perpanjangan pengamatan dilakukan dengan kembali ke lapangan dan bertemu hingga mewawancarai orang yang pernah ditemui ataupun yang baru mengenai kelanjutan dari objek penelitian. Hal tersebut akan menumbuhkan hubungan atau relasi yang baik diantara periset dan narasumber yang pada akhirnya akan menimbulkan keterbukaan diantara keduanya yang menghasilkan data yang murni dan lengkap. b. Peningkatan ketekunan
55 Peningkatan ketekunan dilakukan guna mendapatkan data yang lebih jelas dan agar peneliti benar-benar mengetahui segala informasi tentang objek yang terlihat maupun yang tidak. c. Triangulasi Triangulasi merupakan tahap pengecekan data dari narasumber. Dalam hal ini bentuk dari tringulasi adalah koding dari transkrip wawancara yang dilakukan. d. Analisis kasus negatif Dengan adanya analisis kasus negatif maka akan ditemukan pula fakta baru yang mungkin belum pernah diungkapkan. Hal ini guna menambah kelengkapan serta jarak nyata dari data yang ada. e. Menggunakan bahan referensi Bahan referensi merupakan materi pendukung yang dapat menambah bukti keaslian data yang diteliti. Bentuk refensi penelitian antara lain adalah rekaman wawancara atau bisa juga tanda tangan keterangan dari narasumber. f. Mengadakan membercheck Membercheckmerupakan tahap pengecekan data penelitian yang telah diperolehkepada narasumber. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bahwa data yang didapat benar dari narasumber yang valid dan nyata.
Dalam laporan ini data akan diuji menggunakan teknik triangulasi dan membercheck. Dalam tahap triangulasi data akan disajikan dalam bentuk transkrip data yang dikategorikan kedalam beberapa macam
56 codingyaitu open coding, axial gabungan, dan selective coding. Sedangkan dalam member check akan ada surat yang berisikan pernyataan bahwa benar peneliti sudah melakukan wawancara kepada narasumber yang dituju dengan tanda tangan sebagai buktinya.
3.7.2
Transferability Transferability merupakan bentuk validitas eksternal seperti dalam penelitian kuantitatif. Hal tersebut akan menunjukan derajat ketepatan dan dapat diterapkan pada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan konsep atau objek yang diteliti. (Sugiyono, 2009) Untuk membuat penafsiran dari penelitian ini maka harus ditulis dengan informasi yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Hal tersebut juga akan membantu pembaca untuk mendapat gambaran terhadap hal yang diteliti, dan jika hal tersebut didapatkan maka proses transferbility telah berhasil. Hasil wawancara yang telah didapat bentuk dalam beberapa macam coding sehingga data mudah untuk diteliti. Pengkodingan tersebut akan membentuk penafsiran tersendiri bagi peneliti sehingga akan menyusunnya dalam narasi secara sistematis agar pembaca mendapat gambaran dari proses suatu peristiwa atau hal yang diteliti.
3.7.3
Dependanility Depandabilitas merupakan syarat dari kelayakan hasil penelitian, dimana materi yang diteliti sesuai dengan konsep yang telah ditentukan. Karena jika tidak maka penelitian tersebut salah dan tidak
57 dapat dipercayai. Hal itu bersangkutan dengan proses dari penyusunan penelitian, dimana seorang yang benar-benar melakukan perancangan awal pasti akan tahu konsep yang ia gunakan sehingga data yang dikumpulkan juga sesuai dengan konsep yang ada. Dalam
penelitian
ini
untuk
melakukan
keabsahan
data
dependability dengan menyusun dan membuat kerangka pertanyaan sesuai dengan konsep yang ada. Sehingga didapatkan hasil pengumpulan data sesuai dengan konsep yang dipakai.
3.7.4
Konfirmability Konfirmability merupakan proses uji keaslian data dengan cara meminta pernyataan kepada pihak yang bersangkutan. Pernyataan tersebut berisikan pernyataan kebenaran dan tanda atau cap yang menyatakan keaslian data. Hal tersebut akan membuktikan bahwa periset benar melakukan penelitian terhadap subyek individu atau lembaga tertentu. Dalam faktor konfirmability, keabsahan data penelitian ini dilakukan dengan meminta tandatangan asli dari narasumber yang diwawancara serta surat resmi dari lembaga perusahaan yang terkait.
3.8
Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian 1. Kurangnya informasi : karena beberapa tim produksinya merupakan orang baru di dunia broadcast terlebih MNC Fashion adalah saluran baru. Selain itu perancangan program yang diatur oleh programming membuat info yang didapat dirasa masih kurang.
58 2. Jadwal informan yang tidak menentu : jadwal informan yang tidak menentu, terkadang ada yang sedang bertugas diluar ada juga yang dapat shift malam.