BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis transformasi struktural (struktur ekonomi) dengan menggunakan metode pengelompokan sektor berdasarkan AMS (primer, sekunder, dan tersier), untuk menganalisis status kinerja menggunakan rasio pertumbuhan dan rasio kontribusi, dan untuk menganalisis ketimpangan wilayah menggunakan Indeks Williamson, trend linear, One Sample T-test.Peneliti mengambil studi kasus empat Kabupaten/Kota di kawasan Ratubangnegoro pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS).
B.
Jenis Dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang berasal dari hasil publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) dan beberapa instansi pemerintahan yang memiliki sumber data mengenai data-data yang berkaitan dalam penelitian ini.Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dikategorikan sebagai data sekunder yang berupa data runtut waktu (time series) selama kurun waktu tahun 2010-2014. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.
Data PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/Kota di Kawasan Ratubangnegoro tahun 2010-2014.
26
27
2.
Data PDRB perkapita Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten/Kota di Kawasan Ratubangnegoro tahun 2010-2014.
3.
Data PDRB Kabupaten/Kota di Ratubangnegoro Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha tahun 2010-2014.
4.
Data PDRB Kabupaten/Kota di Ratubangnegoro Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha tahun 2010-2014.
5.
Data Jumlah penduduk masing-masing Kabupaten/Kota yang tergabung dalam kawasan Ratubangnegoro tahun 2010-2014.
6.
C.
Data Geografis dan data-data yang mendukung dalam penelitian ini.
Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dokumentasi data – data yang berkaitan dengan obyek yang diteliti yang diperoleh dari kantor statistik maupun literatur – literatur lainnya yang sesuai dengan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang telah dikumpulkan dari pihak lain serta telah diolah oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
D.
Definisi Operasional Untuk menghindari salah persepsi dan pemahaman terhadap variabel variabel yang akan dianalisis, maka akan diberikan batasan terhadap variabel variabelnya. Berikut ini merupakan beberapa definisi operasional variabel yang digunakan di dalam penelitian ini :
28
1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit-unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit ekonomi disuatu wilayah. Unit-unit
tersebut dikelompokkan menjadi 17 sektor lapangan usaha. PDRB yang digunakan dalam penelitian ini adalah PDRB Kabupaten/Kota yang termasuk dalam kawasan Ratubangnegoro atas dasar harga konstan 2010 dan atas dasar harga berlaku periode 2010-2014. Ukuran PDRB dalam penelitian ini dalam bentuk milyar rupiah. 2. PDRB per Kapita PDRB per kapita merupakan hasil bagi antara pendapatan regional suatu daerah dengan jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah tersebut. Satuan yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk juta rupiah 3. PDRB Harga Konstan PDRB atas dasar harga konstan merupakan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan karena adanya suatu kegiatan ekonomi dimana dalam proses perhitungannya menggunakan tahun tertentu yang digunakan sebagai dasar untuk harga berlaku.PDRB atas dasar harga konstan ini digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.Dalam penelitian ini menggunakan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2010 dengan satuan milyar rupiah.
29
4. PDRB Harga Berlaku PDRB atas dasar harga berlaku merupakan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan karena adanya suatu kegiatan ekonomi dimana dalam proses perhitungannya menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. PDRB atas dasar harga berlaku ini digunakan untuk mengetahui
pergeseran
struktur
ekonomi.Dalam
penelitian
ini
menggunakan PDRB atas dasar harga berlaku dengan satuan milyar rupiah. 5. Ketimpangan Wilayah Ketimpangan wilayah secara ekonomi menurut Forbes (1986) yakni kondisi ketimpangan yang mengacu pada distribusi pendapatan per kapita daerah yang kurang merata.Ketimpangan perkembangan wilayah mengacu pada kemajuan masing-masing wilayah berdasarkan pendapatan perkapita wilayahnya.Ketimpangan wilayah di dalam penelitian ini adalah ketimpangan
pendapatan
Ratubangnegoro.Penghitungan
yang
terjadi
di
tingkat
ketimpangan
Kabupaten/Kota wilayah
dengan
menggunakan angka Indeks Williamson. 6. Struktur Ekonomi Struktur ekonomi merupakan struktur ekonomi suatu wilayah yang terdiri atas tiga sektor utama, yaitu: sektor primer ( agriculture), sektor sekunder (manufacture), dan tersier (service). Ketiga sektor utama tersebut dibagi menjadi 17 sektor, yaitu : Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan,
sektor
Pertambangan
dan
Penggalian,
sektor
Industri
Pengolahan, sektor Pengadaan Listrik dan Gas, sektor Pengadaan Air,
30
Pengolahan sampah, Limbah dan Daur Ulang, sektor Konstruksi, sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, sektor Real Estat, sektor Jasa Perusahaan, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, sektor Jasa Pendidikan, sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, serta sektor Jasa Lainnya. 7. Kinerja Sektoral Kinerja sektoral digunakan untuk menilai status kinerja masing– masing sektor di wilayah tertentu.Kinerja sektoral memiliki empat kemungkinan status
Kinerja
yang meliputi: status prima, status
berkembang, status potensial dan status terbelakang.
E.
Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah: 1.
Analisis Struktur Ekonomi a. Analisis Kontribusi Sektor Analisis kontribusi sektor digunakan untuk mengetahui gambaran kontribusi / peran / sumbangan masing – msing sektor terhadapa PDRB di suatu daerah.Sehingga dapat diindikasi sektor – sektor yang dominan membentuk PDRB serta sektor yang kurang berperan dalam PDRB. Kontribusi sektor PDRB dapat dihitung
31
dengan menggunakan data dasar PDRB ADHB menurut Lapangan Usaha yang dirumus sebagai berikut (Djarwanto, 2001 dalam Nugroho, 2015) : Kontribusi Sektorᵢt =
Sektor ᵢ PDRBt PDRBt
x 100 ..…………………….. (3.1)
Keterangan : Kontribusi sektor ᵢt
: Kontribusi sektor i tahun ke t
i
: Sektor – sektor PDRB (Lapangan Usaha)
t
: Tahun tertentu
PDRB
: Produk Domestik Regional Bruto
b. Analisis Kontribusi Kelompok Sektor Untuk mengetahui gambaran strukur ekonomi berdasarkan kelompok sektor PDRB di suatu wilayah dengan menggunakan pengelompokan
AMS
(Agriculture,
Manufacture,
dan
Service).Pengelompokan sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam penghitungan PDRB ke dalam 3 ( tiga ) kelompok sektor sebagai berikut ( Badan Pusat Statistik, 2015): 1) Sektor primer (Agriculture) Sektor yang tidak mengolah bahan baku melainkan hanya mendayagunakan sumber - sumber alam seperti tanah dan segala yang
terkandung didalamnya.Terdiri dari sektor pertanian dan
sektor pertambangan. 2) Sektor sekunder (Manufacture) Sektor yang
mengolah bahan baku baik dari sektor
32
Primer maupun sektor sekunder itu sendiri, menjadi barang lain yang lebih tinggi nilainnya. Terdiri dari sektor sektor Pengadaan Listrik dan Gas, sektor Pengadaan Air, Pengolahan sampah, Limbah dan Daur Ulang, sektor Konstruksi. 3) Kelompok sektor tersier (Service) Sektor yang produksinya bukan dalam bentuk fisik. Terdiri dari sektor sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, sektor Informasi dan Komunikasi, sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, sektor Real Estat, sektor Jasa Perusahaan, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, sektor Jasa Pendidikan, sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, serta sektor Jasa Lainnya. Djarwanto (2001, dalam Nugroho, 2015) menambahkan bahwa untuk melihat kontribusi kelompok sektor PDRB dapat dihitung dengan rumussebagai berikut:
Kontribusi Klpsektorᵢ =
KlpSektor ᵢPDRB PDRB
x 100% ……….. (3.2)
Keterangan: Kontribusi KlpSektorᵢ : Kontribusi kelompok sektor i
: Kelompok sektor i
PDRB
: Produk Domestik Regional Bruto
33
Struktur ekonomi suatu daerah memiliki corak perekonomian agaris jika PDRB didominasi kelompok sektor primer.Suatu daerah memiliki corak perekonomian industri jika PDRB didominasi kelompok sektor sekunder.Serta suatu daerah memiliki corak perekonomian jasa jika PDRBdidominasi kelompok sektor tersier. 2.
Analisis Kinerja Sektoral Analisis status kinerja sektoral membangi status kinerja sektoral PDRB berdasarkan rasio pertumbuhan dan rasio kontribusi.Analisis ini bertujuan untuk menilai status kinerja masing–masing sektor di wilayah tertentu.Status kinerja sektoral meliputi empat status, yaitu prima, berkembang, potensial dan terbelakang. Maka untuk menggambarkan status kinerja sektoral di kawasan Ratubangnegoro dapat dihitung menggunakan rasio pertumbuhan sektor dan rasio kontribusi sektor yang dirumuskan sebagai berikut (Rahayu dkk, 2010) : a. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) Δ Xi
𝐺𝑅 = Δ Xtotal …………………............. (3.3) Keterangan: GR
: Rasio Pertumbuhan
∆ Xi
: Pertumbuhan nilai sektor i
∆ Xtotal
: Total Pertumbuhan nilai sektor
b. Rasio Kontribusi (Share Ratio) Xi
𝑆𝑅 = rata −rata
X
………………............ (3.4)
34
Keterangan: SR
: Rasio Kontribusi
Xi
: Nilai sektor PDRB
X
: Total PDRB
Terdapat empat kemungkinan status di analisis kinerja sektoral PDRB, yaitu (Rahayu dkk, 2010): 1) Apabila rasio pertumbuhan (GR) > 1 dan rasio kontribusi (SR) > 1, berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang prima karena mempunyai tingkat rasio pertumbuhan dan tingkat rasio kontribusi yang tinggi. Sektor ini layak mendapatkan prioritas dalam pembangunan. 2) Apabila rasio pertumbuhan (GR) > 1 dan rasio kontribusi (SR) < 1, berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang berkembang karena
walaupun
pertumbuhannya
rasio tinggi.
kontribusinya Sektor
ini
rendah sedang
tetapi
rasio
mengalami
perkembangan yang perlu mendapat perhatian untuk ditingkatkan kontribusinya dalam pembentukan PDRB. 3) Apabila rasio pertumbuhan (GR) < 1 dan rasio kontribusi (SR) > 1, berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang potensial karena
walaupun
rasio
pertumbuhannya rendah.
kontribusinya
tinggi
tetapi
rasio
Sektor ini menunjukkan sedang
mengalami penurunan, sehingga perlu dipacu pertumbuhannya. 4) Apabila rasio pertumbuhan (GR) < 1 dan rasio kontribusi (SR) < 1,
35
berarti bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang terbelakang karena merupakan rasio kontribusi dan rasio pertumbuhannya rendah.
Sehingga
tidak
layak
menjadi
prioritas
dalam
pembangunan.
3.
Analisis Ketimpangan Wilayah a. Indeks Williamson Ketimpangan pembangunan antarwilayah dapat diukur dengan menggunakan Domestik
Indeks
Regional
Williamson Bruto
yang
(PDRB)
menggunakan
per
Produk
kapitasebagai
data
dasar.Alasannya jelas karena yang diperbandingkan adalah tingkat pembangunan antar wilayah dan bukan tingkat distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat (Sjafrizal, 2012 dalam, Noviana, 2014).Maka
untuk
menggambarkan
ketimpangan
di
Kawasan
Ratubangnegoro dapat dihitung menggunakan indeks Williamson. Rumus Indeks Williamson dapat diformulasikan sebagai berikut (Maksum, 2014) :
𝑉𝑊 =
∑(𝑌𝑖−𝑌)2 (fi/n) Y
…………….. (3.5)
Keterangan: VW : Indeks Williamson Yi
: PDRB per kapita di daerah i
Ῡ
: PDRB per kapita rata - rata seluruh daerah(Kabupaten Blora, Kabupaten Bojonegoro)
Tuban,
Kabupaten
Rembang,
Kabupaten
36
fi
: Jumlah penduduk daerahi
n
: Jumlah penduduk seluruh daerah (Kabupaten Blora, Kabupaten
Tuban,
Kabupaten
Rembang,
Kabupaten
Bojonegoro) Indeks kesenjangan Williamson akan menghasilkan indeks antara 0 sampai dengan 1. Nilai indeks yang mendekati angka 1 menunjukkan kondisi ketidakmerataan yang relatif tinggi, sedangkan nilai indeks yang mendekati angka 0 menunjukkan kondisi yang relatif merata.Semakin besar nilai indeks yang dihasilkan, maka semakin besar tingkat disparitas pendapatan antar Kabupaten dalam suatu daerah. Kriteria yang dipergunakan untuk menentukan taraf ketimpangan berdasarkan kriteria Oshima (Putra, dalam Wijaya, 2014) yaitu: Iw < 0,35
: Ketimpangan taraf rendah
0,35< Iw < 0,50
: Ketimpangan taraf menengah
Iw > 0,50
: Ketimpangan taraf tinggi
b. Analisis Trend Linear Analisis trend adalah suatu analisis model trend umum yang digunakan untuk data time series dan untuk memprediksi tahun yang akan datang. Analisis trend merupakan analisis yang digunakan untuk mengamati kecenderungan dari data secara menyeluruh pada suatu periode waktu yang cukup panjang. Dalam analisis trend, yang paling menentukan
adalah
kualitas
dan
keakuratan
data-data
yang
dikumpulkan. Apabila data yang dikumpulkan semakin banyak, maka
37
peramalan yang diperoleh semakin baik.Persamaan regresi yang digunakan dalam model trend sebagai berikut (Priyatno, 2014): Y = a+bX …………………………………... (3.6) Keterangan: Y : Variabel dependen (Indeks Williamson) X : Variabel independen (waktu) a : Konstanta, yaitu besarnya nilai Y jika X = 0 b : Koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan
atau penurunan
variabel Y yang didasarkan pada variabel X c. Analisis Uji Beda Mean ( One Sample T-test) Pengujian satu sampel pada prinsipnya ingin menguji apakah suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel.Nilai tertentu di sini pada umumnya adalah sebuah nilai parameter.Uji ini juga dapat digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata populasi yang digunakan sebagai pembanding dengan rata-rata sebuah sampel apakah secara signifikan berbeda dengan rata-rata sebuah sampel atau tidak (Priyatno, 2014). Penggolongan yang digunakan dalam One Sample T-Test mengacu pada kriteria Oshima dalam analisis Indeks Williamson (Putra, dalam Wijaya, 2014) yaitu: Iw < 0,35
: Ketimpangan taraf rendah
0,35< Iw < 0,50
: Ketimpangan taraf menengah
Iw > 0,50
: Ketimpangan taraf tinggi