BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis dan Sumber Data Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang meliputi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku dan harga konstan tahun 2000, data jumlah penduduk provinsi dan kabupaten/kota, serta data-data pendukung lainnya. Data yang digunakan ini berupa data deret waktu (series) dari tahun 2007-2010. Penjelasan lebih lengkap mengenai data yang digunakan dalam penelitian ini ada dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Daftar Data yang Digunakan dalam Penelitian No
Data
Satuan
Sumber
1
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
Rupiah
BPS
2
PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Rupiah
BPS
3
Jumlah Penduduk
Jiwa
BPS
4
PDRB per Kapita
Rupiah
BPS
5
Laju Pertumbuhan Ekonomi
Persen
BPS
3.2
Metode Analisis
3.2.1
Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis sederhana yang bertujuan
mendeskripsikan dan mempermudah penafsiran yang dilakukan dengan memberikan pemaparan dalam bentuk tabel, grafik, dan diagram. Oleh karena itu, analisis
26
deskriptif menyangkut berbagai macam aktivitas dan proses. Salah satu bentuk analisisnya adalah kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya dapat ditafsirkan. Pengelompokkan atau pemisahan komponen atau bagian yang relevan dari keseluruhan data, juga merupakan salah satu bentuk analisis untuk menjadikan data mudah dikelola. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif digunakan untuk memberikan suatu gambaran secara umum mengenai kondisi dari Provinsi NTT dilihat dari kondisi geografis, penduduk, ekonomi, maupun sosial. Variabel-variabel pembangunan ekonomi yang ingin dijelaskan dalam penelitian ini adalah mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi.
Laju
pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa dapat
diukur
dengan
menggunakan laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2007): G=
PDRB1 -PDRB0 Γ 100% PDRB0
(3.1)
dimana:
G
= Laju pertumbuhan ekonomi
PDRB1 = PDRB ADHK pada suatu tahun PDRB0 = PDRB ADHK pada tahun sebelumnya PDRB juga dapat digunakan dalam melihat struktur ekonomi dari suatu wilayah. Struktur ekonomi digunakan untuk menunjukkan peran sektor-sektor ekonomi dalam suatu perekonomian. Sektor yang dominan mempunyai kedudukan paling atas dalam struktur tersebut dan akan menjadi ciri khas dari
27
suatu perekonomian. Struktur ekonomi merupakan rasio antara PDRB suatu sektor ekonomi pada suatu tahun dengan total PDRB tahun yang sama. Struktur ekonomi dinyatakan dalam persentase. Penghitungan struktur ekonomi adalah sebagai berikut: Struktur Ekonomi = dimana:
PDRB sektor it Γ 100% Total PDRBt
(3.2)
PDRB sektor it = nilai PDRB sektor i pada tahun t Total PDRBt
3.2.2
= nilai total PDRB pada tahun t
Analisis Kesenjangan Sebagian
masyarakat
berpendapat
bahwa
suatu
daerah
memiliki
kesenjangan yang tinggi jika terdapat banyak orang miskin. Akan tetapi, ada juga masyarakat yang berpendapat bahwa suatu daerah mengalami kesenjangan yang tinggi jika ada sekelompok orang kaya di tengah-tengah masyarakat yang umumnya masih miskin. Pendapat masyarakat tersebut lebih cenderung mengarah ke distribusi pendapatan yang melihat kesenjangan antarkelompok masyarakat, sedangkan untuk kesenjangan pembangunan antardaerah lebih melihat ke perbedaan antardaerah. Berikut ini adalah beberapa ukuran kesenjangan yang digunakan dalam penelitian ini: 1)
Indeks Williamson Indeks Williamson merupakan koefisien variasi tertimbang yang dibuat
oleh Williamson pada tahun 1965. Indeks Williamson sangat sensitif untuk mengukur perbedaan daerah dan mencermati tren kesenjangan yang terjadi.
28
Formula indeks Williamson dapat ditulis sebagai berikut (Williamson dalam Akita and Kataoka, 2003): π
1 2π οΏ½) π οΏ½οΏ½(π¦π βπ¦ πΌπ = οΏ½ π¦ π
dimana:
(3.3)
π=1
IW = Indeks Williamson π¦π = PDRB per kapita kabupaten/kota i
π¦οΏ½ = Rata-rata PDRB per kapita Provinsi NTT Pi = Jumlah penduduk kabupaten/kota i P = Jumlah penduduk Provinsi NTT Apabila angka indeks kesenjangan Williamson semakin mendekati nol, maka menunjukkan kesenjangan yang semakin kecil dan bila angka indeks menunjukkan semakin mendekati satu maka menunjukkan kesenjangan yang makin melebar. Matolla dalam Puspandika (2007) menetapkan sebuah kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah kesenjangan ada pada kesenjangan level rendah, sedang, atau tinggi. Berikut ini adalah kriterianya: a. Kesenjangan level rendah, jika IW < 0,35 b. Kesenjangan level sedang, jika 0,35 β€ IW β€ 0,5 c. Kesenjangan level tinggi, jika IW > 0,5
29
2)
Indeks Theil Indeks Theil merupakan indeks yang banyak digunakan dalam menghitung
dan menganalisis distribusi pendapatan regional. Karakter utama indeks ini adalah kemampuannya untuk melihat terjadinya kesenjangan antarkelompok wilayah (between inequality) dan kesenjangan dalam suatu kelompok wilayah (within inequality) itu sendiri. Nilainya berkisar antara nol sampai dengan satu, dimana nol menyatakan bahwa distribusi PDRB ADHK merata sempurna antarkelompok wilayah, sedangkan apabila mendekati satu artinya distribusi PDRB ADHK tidak merata antarkelompok wilayah. Indeks ini mempunyai beberapa kelebihan, yaitu: a. Sifatnya tidak sensitif terhadap skala daerah dan tidak terpengaruh oleh nilainilai ekstrim. b. Independen terhadap jumlah daerah sehingga dapat digunakan sebagai pembanding dari sistem regional yang berbeda-beda. c. Dapat didekomposisikan ke dalam indeks ketidakmerataan antar kelompok dan intra kelompok daerah secara simultan. Adapun kelompok kabupaten/kota yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 (tiga) pulau besar terbagi atas Pulau Timor (Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Alor, Rote Ndao, Sabu Raijua dan Kota Kupang), Pulau Sumba (Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur, Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah) dan Pulau Flores (Kabupaten Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Manggarai Barat, Nagekeo dan Manggarai Timur).
30
Formula indeks Theil dituliskan sebagai berikut (Tadjoeddin, 2003): π = οΏ½οΏ½οΏ½ π
π
πππ ποΏ½ππ οΏ½ ln οΏ½ οΏ½ οΏ½ = ππ + ππ΅ π π
ππ ππ = οΏ½ οΏ½ οΏ½ ππ π π
ππ = οΏ½ οΏ½ π
πππ ποΏ½ππ οΏ½ ππ οΏ½ οΏ½ οΏ½ ππ ππ
ππ ποΏ½π ππ΅ = οΏ½ οΏ½ οΏ½ ππ οΏ½ οΏ½ οΏ½ π π
dimana:
π
T
= Indeks Theil
Tw
= Kesenjangan dalam pulau
TB
= Kesenjangan antarpulau
Yij
= PDRB kabupaten j, pulau i
Y
= Total PDRB Provinsi NTT ( β β πππ )
ποΏ½ππ
= PDRB per kapita kabupaten j, pulau i
ποΏ½
= PDRB per kapita Provinsi NTT
Yi
= PDRB pulau i
ποΏ½π
= PDRB per kapita pulau i
(3.4)
(3.5)
(3.6)
(3.7)
31
3)
Indeks Atkinson Indeks
Atkinson
adalah
ukuran
kesenjangan
pendapatan
yang
dikembangkan oleh ekonom Inggris, Anthony Barnes Atkinson. Ukuran ini mampu menangkap perubahan atau pergerakan pada segmen-segmen yang berbeda dari distribusi pendapatan. Indeks ini bisa diubah menjadi pengukuran normatif dengan mengesankan koefisien Ξ΅ sebagai penimbang pendapatan. Indeks Atkinson menjadi lebih sensitif untuk berubah ketika mencapai nilai mendekati satu. Sebaliknya, ketika mendekati nol indeks Atkinson menunjukkan bahwa lebih sensitif ke perubahan batas atas distribusi pendapatan. Penghitungan indeks Atkinson dimulai dengan konsep EDE (Equally Distributed Equivalent). EDE adalah level pendapatan dimana jika pendapatan tersebut dihasilkan oleh setiap individu
dalam
distribusi
pendapatan,
maka
semua
individu
tersebut
dimungkinkan untuk mencapai level kesejahteraan yang sama. Indeks Atkinson menggunakan parameter kesenjangan yang dilambangkan dengan Ξ΅. Jika pendapatan masyarakat dianalogikan dengan PDRB per kapita kabupaten/kota, berarti penggunaan Ξ΅=0 memiliki arti meningkatkan jumlah PDRB per kapita kabupaten/kota terkecil memiliki dampak kesejahteraan sosial yang sama sebagaimana meningkatkan jumlah PDRB per kapita kabupaten/kota terbesar.
Untuk
Ξ΅>0
berarti
meningkatkan
jumlah
PDRB
per
kapita
kabupaten/kota terkecil secara sosial lebih baik dipilih daripada meningkatkan jumlah PDRB per kapita kabupaten/kota terbesar. Parameter kesenjangan Ξ΅ yang lebih besar menyebabkan peningkatan proporsi yang lebih besar bagi peningkatan PDRB per kapita dari rata-rata PDRB per kapita seluruh kabupaten/kota. Indeks
32
Atkinson dihitung dengan menggunakan parameter kesenjangan Ξ΅ yang bervariasi dari Ξ΅=0,5 , Ξ΅=1, Ξ΅=2, dan Ξ΅=3 dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran kebijakan mana yang paling tepat untuk meminimalisir dampak kesenjangan regional terhadap kesejahteraan masyarakat. Pengukuran Indeks Atkinson sensitif terhadap perubahan Ξ΅ sehingga menghasilkan indeks yang bervariasi untuk setiap Ξ΅ yang berbeda. Kebijakan yang dapat dilakukan secara implisit ditunjukkan dengan Ξ΅, adalah peningkatan pendapatan masyarakat atau PDRB per kapita bagi kabupaten yang berada di urutan terbawah dari distribusi dengan mekanisme transfer pendapatan. Transfer pendapatan adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah yang bisa berupa penyaluran kredit kepada masyarakat, peningkatan anggaran untuk membangun infrastruktur, pemberian dana tambahan untuk perbaikan kesehatan dan pendidikan, dan pemberian subsidi bagi masyarakat miskin. Nilai indeks Atkinson berkisar antara nol sampai dengan satu, dimana satu mengindikasikan kesenjangan yang sangat tinggi dan social welfare loss sebesar 100 persen.
33
Penghitungan Indeks Atkinson adalah sebagai berikut:
π΄(π) = 1 β οΏ½ ππππ = οΏ½
1
π
ππππ π
βπ ππ 1
ππππ = βπ(ππ )π
οΏ½
1βπ
(3.8) 1 1βπ
οΏ½
dimana:
,0 < π < 1 βͺ π > 1
, π=1
(3.9)
(3.10)
π΄(π) = Indeks Atkinson ππ
= PDRB per kapita kabupaten/kota
π
= Parameter kesenjangan
ππππ = Level pendapatan EDE π
π
= Jumlah kabupaten/kota = Rata-rata PDRB per kapita Provinsi NTT
3.2.3
Tipologi Klassen Alat analisis tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran
tentang pola dan klasifikasi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata PDRB per kapita sebagai sumbu horisontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu: 1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata Provinsi NTT.
34
2. Daerah maju tetapi tertekan (high income but low growth), daerah yang memiliki PDRB per kapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Provinsi NTT. 3. Daerah berkembang cepat (high growth but low income), adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi, tetapi tingkat PDRB per kapita lebih rendah dibanding rata-rata Provinsi NTT. 4. Daerah relatif tertinggal (low growth dan low income), adalah daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Provinsi NTT. Tabel 3.2 Klasifikasi menurut Tipologi Klassen π
οΏ½
ποΏ½
π
ππ > π
οΏ½π π
ππ < π
οΏ½π
πππ < ποΏ½π
πππ > ποΏ½π
Kuadran III
Kuadran I
Daerah berkembang cepat
Daerah cepat maju dan cepat tumbuh
Kuadran IV
Kuadran II
Daerah relatif tertinggal
Daerah maju tetapi tertekan
Sumber: Prasetyo, 2008 Keterangan: Rij adalah laju pertumbuhan ekonomi tiap kabupaten/kota di Provinsi NTT π
οΏ½π adalah rata-rata laju pertumbuhan ekonomi Provinsi NTT
Yij adalah PDRB per kapita tiap kabupaten/kota di Provinsi NTT ποΏ½π adalah rata-rata PDRB per kapita Provinsi NTT